Anda di halaman 1dari 34

 CAPAIAN  PEMBELAJARAN ( LEARNING OUT COME )

Capaian Pembelajaran Umum


Setelah membaca dan mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memahami pengertian
elektronika analog dan teori semikonduktor.
 Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian elekronika analog, sinyal analog, dan data analog
serta mengetahui penggunaan bahan semi konduktor pada elektronika analog

1.1  Pengertian Elektronika Analog


Elektronika analog ialah bidang elektronika dimana sinyal listrik yang terlibat bersifat
kontinue, sedangkan komponen yang digunakan umumnya disebut komponen diskrit. Beda
dengan elektronika digital dimana sinyal listrik yang terlibat merupakan sinyal  0 V atau 5 V
(sinyal digital berlogika 0 atau 1).
A.   Sinyal Analog
Analog merupakan proses pengiriman sinyal dalam bentuk gelombang. Misalnya ketika
seseorang berkomunikasi dengan menggunakan telepon, maka suara yang dikirimkan
melalui jaringan telepon tersebut dilewatkan melalui gelombang. Dan kemudian, ketika
gelombang ini diterima, maka gelombang tersebutlah yang diterjemahkan kembali ke dalam
bentuk suara, sehingga si penerima dapat mendengarkan apa yang disampaikan oleh
pembicara lainnya dari komunikasi tersebut. Sinyal analog adalah istilah yang digunakan
dalam ilmu teknik (terutama teknik elektro, teknik informasi, dan teknik kendali), yaitu suatu
besaran yang berubah dalam waktu atau dan dalam ruang, dan yang mempunyai semua
nilai untuk untuk setiap nilai waktu (dan atau setiap nilai ruang). Digunakan juga istilah
Sinyal Kontinyu, untuk menggambarkan bahwa besaran itu mempunyai nilai yang kontinyu
(tak terputus).

Gambar 1. Sinyal Analog                                             


Contoh Sinyal Analog yang paling mudah adalah suara,seperti pada teknologi telepon atau
radio konvensional, sinyal gambar (foto) pada kamera konvensional, sinyal video pada
televisi konvensional.
B.    Data Analog
Data dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah
karakteristik gelombang. Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat
analog adalah amplitude dan frekuensi. Gelombang pada sinyal analog yang umumnya
berbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitude, frekuensi dan
phase.
·       Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
·       Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
·       Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
Data Analog disebarluaskan melalui gelombang elekromagnetik (gelombang radio) secara
terus menerus , yang banyak dipengaruhi oleh faktor  ”pengganggu” . Analog merupakan
bentuk komunikasi elektromagnetik yang merupakan proses pengiriman sinyal pada
gelombang elektromagnetik dan bersifat variable yang berurutan . Jadi sistem analog
merupakan suatu bentuk sistem komunikasi elektromagnetik yang menggantungkan proses
pengiriman sinyalnya pada gelombang elektromagnetik. Kecepatan gelombang ini disebut
dengan Hertz (Hz) yang diukur dalam satuan detik . Misal dalam satu detik gelombang
dikirim sebanyak 1000 , maka disebut dengan 1000 Hertz . Kekurangan sistem analog ini
adalah pengiriman sinyal agak lambat dan sering terjadi error . Hal-hal seperti ini tidak
terjadi pada sistem digital . Oleh karenanya saat ini banyak peralatan maupun aplikasi yang
beralih dari sistem analog menjadi sistem digital.

 (Semi Konduktor)

1.2   Teori Semikonduktor


A. Struktur Atom Semikonduktor
Secara umum semikonduktor adalah bahan yang sifat-sifat kelistrikannya terletak an- tara
sifat-sifat konduktor dan isolator. Operasi semua komponen benda padat seperti dioda,
LED, Transistor Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya (solid state)
didasarkan atas sifat-sifat semikon- duktor. Sifat-sifat kelistrikan konduktor maupun isolator
tidak mudah berubah oleh pengaruh temperatur, cahaya atau medan magnit, tetapi pada
semikon- duktor sifat-sifat tersebut sangat sensitif.
1.2 Struktur Atom
(a) Silikon
(b) Germanium
Elemen terkecil dari suatu bahan yang masih memiliki sifat-sifat kimia dan fisika yang sama
adalah atom. Suatu atom terdiri atas tiga partikel dasar, yaitu: neutron, proton, dan elek-
tron. Dalam struktur atom, proton dan neutron membentuk inti atom yang bermuatan positip
dan sedangkan elektron-elektron yang bermuatan negatip mengelilingi inti. Elektron-elektron
ini tersusun berlapis-lapis. Struktur atom dengan model Bohr dari bahan semikonduktor
yang paling banyak digunakan, silikon dan germanium,
Atom silikon mempunyai elektron yang mengor- bit (yang mengelilingi inti) sebanyak 14 dan
atom germanium mempunyai 32 elektron. Pada atom yang seimbang (netral) jumlah
elektron dalam orbit sama dengan jumlah proton dalam inti. Muatan listrik sebuah elektron
adalah: - 1.602 pangkat -19 C dan muatan sebuah proton adalah: + 1.602 pangkat -19 C.
Elektron yang menempati lapisan terluar disebut sebagai elektron valensi. Atom sili- kon dan
germanium masing-masing mempunyai empat elektron valensi. Oleh karena itu baik atom
silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom tetra-valent (bervalensi empat).
Empat elektron valensi tersebut terikat dalam struktur kisi-kisi, sehingga setiap elektron
valensi akan membentuk ikatan kovalen dengan elektron valensi dari atom-atom yang
bersebelahan. Struktur kisi-kisi kristal silikon murni dapat digambarkan secara dua dimensi
guna memudahkan pembahasan.
Meskipun terikat dengan kuat dalam struktur kristal, namun bisa saja elektron valensi
tersebut keluar dari ikatan kovalen menuju daerah konduksi apabila diberikan energi panas.
Bila energi panas tersebut cukup kuat untuk memisahkan elektron dari ikatan kovalen maka
elektron tersebut menjadi bebas atau disebut dengan elektron bebas. Pada suhu ruang
terdapat kurang lebih 1.5 x 1010 elektron bebas dalam 1 cm3 kubik bahan silikon murni
(intrinsik) dan 2.5 x 1013 elektron bebas pada germanium. Semakin besar energi panas yang
diberikan semakin banyak jumlah elektron bebas yang keluar dari ikatan kovalen, dengan
kata lain konduktivitas bahan meningkat.
Setiap elektron yang menempati suatu orbit tertentu dalam struktur atom tunggal (atau
terisolasi) akan mempunyai level energi tertentu. Semakin jauh posisi orbit suatu elektron,
maka semakin besar level energinya. Oleh karena itu elektron yang menduduki posisi orbit
terluar dalam suatu struktur atom atau yang disebut dengan elektron valensi, akan
mempunyai level energi terbesar. Sebaliknya elektron yang paling dekat dengan inti
mempunyai level energi terkecil. Level energi dari atom tunggal .

1.4 Level Energi


Di antara level energi individual yang dimiliki elektron pada orbit tertentu terdapat celah
energi yang mana tidak dimungkinkan adanya elektron mengorbit.  Oleh karena itu celah ini
disebut juga dengan daerah terlarang.  Suatu elektron tidak dapat mengorbit pada daerah
terlarang, tetapi bisa melewatinya dengan cepat.  Misalnya bila suatu elektron pada orbit
tertentu mendapatkan energi tambahan dari luar (seperti energi panas), sehingga level
energi elektron tersebut bertambah besar, maka elektron akan meloncat ke orbit berikutnya
yang lebih luar yakni dengan cepat melewati daerah terlarang. Hal ini berlaku juga
sebaliknya, yaitu apabila suatu elektron dipaksa kembali ke orbit yang lebih dalam, maka
elektron akan mengeluarkan energi.  Dengan kata lain, elektron yang berpindah ke orbit
lebih luar akan membutuhkan energi, sedangkan bila berpindah ke orbit lebih dalam akan
mengeluarkan energi. Besarnya energi dari suatu elektron dinyatakan dengan satuan
elektron volt (eV).  Hal ini disebabkan karena definisi energi merupakan persamaan:
Dengan potensial listrik sebesar 1 V dan muatan elektron sebesar  1.602 pangkat -19 C,
maka energi dari sebuah elektron dapat dicari:
Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk memindahkan sebuah elektron melalui beda
potensial sebesar 1 V diperlukan energi sebesar 1.602 pangkat -19 J.   Atau dengan kata
lain:  Bila atom-atom tunggal dalam suatu bahan saling berdekatan (dalam kenyatannya
memang mesti demikian) sehingga membentuk suatu kisi-kisi kristal, maka atom-atom akan
berinteraksi dengan mempunyai ikatan kovalen.  Karena setiap elektron valensi level
energinya tidak tepat sama, maka level energi jutaan elektron valensi dari suatu bahan akan
membentuk range energi atau yang disebut dengan pita energi valensi atau pita valensi. 
Gambar 1.4 menunjukkan diagram pita energi dari bahan isolator, semikonduktor dan
konduktor.  Suatu energi bila diberikan kepada elektron valensi, maka elektron tersebut akan
meloncat keluar.  Oleh karena elektron valensi terletak pada orbit terluar dari struktur atom,
maka elektron tersebut akan meloncat ke daerah pita konduksi.  Pita konduksi merupakan
level energi dimana elektron terlepas dari ikatan inti atom atau menjadi elektron bebas. 
Jarak energi antara pita valensi dan pita konduksi disebut dengan pita celah atau daerah
terlarang. Seberapa besar perbedaan energi, Eg, (jarak energi) antara pita valensi dan pita
konduksi pada suatu bahan akan menentukan apakah bahan tersebut termasuk isolator,
semikonduktor atau konduktor. Eg adalah energi yang diperlukan oleh elektron valensi untuk
berpindah dari pita valensi ke pita konduksi.Eg dinyatakan dalam satuan eV (elektron volt). 
Semakin besar Eg, semakin besar energi yang dibutuhkan elektron valensi untuk berpindah
ke pita konduksi. Pada bahan-bahan isolator jarak antara pita valensi dan pita konduksi
(daerah terlarang) sangat jauh. Pada suhu ruang hanya ada sedikit sekali (atau tidak ada)
elektron valensi  yang sampai keluar ke pita konduksi.  Sehingga pada bahan-bahan ini tidak
dimungkinkan terjadinya aliran arus listrik.  Diperlukan Eg paling tidak 5 Ev untuk
mengeluarkan elektron valensi ke pita konduksi.

Gambar 1.5 Diagram Pita Energi


(a) Isolator;(b) Semikonduktor dan (c) Konduktor
Pada bahan semikonduktor lebar daerah terlarang relatif kecil.  Pada suhu mutlak 0 derajat
Kelvin, tidak ada elektron valensi yang keluar ke pita konduksi, sehingga pada suhu ini
bahan semikonduktor merupakan isolator yang baik.  Namun pada suhu ruang, energi
panas mampu memindahkan sebagian elektron valensi ke pita konduksi (menjadi elektron
bebas).  Pada bahan silikon dan germanium masing-masing Eg-nya adalah 1.1 eV dan 0.67
eV. Tempat yang ditinggalkan elektron valensi ini disebut dengan hole.  Pada gambar 1.4
dilukiskan dengan lingkaran kosong.  Meskipun hole ini secara fisik adalah kosong, namun
secara listrik bermuatan positip, karena ditinggalkan oleh elektron yang bermuatan negatip.
Level energi suatu hole adalah terletak pada pita valensi, yaitu tempat asalnya elektron
valensi. Apabila ada elektron valensi berpindah dan menempati suatu hole dari atom
sebelahnya,maka hole menjadi tersisi dan tempat dari elektron yang berpindah tersebut
menjadi kosong atau hole.  Dengan demikian arah gerakan hole (seolah-olah) berlawanan
dengan arah gerakan elektron. Sedangkan pada bahan konduktor pita valensi dan pita
konduksi saling tumpang tindih. Elektron-elektron valensi sekaligus menempati pada pita
konduksi. Oleh karena itu pada  bahan konduktor meskipun pada suhu 0 derajat K, cukup
banyak elektron valensi yang berada di pita konduksi (elektron bebas)
B. Semikonduktor Tipe N dan P
1. Semikonduktor Tipe P
Semikonductor ini dibuat dengan penambahan bahan (Ga : gallium; In :phosporous; B:
boron)Memiliki tiga valence electron intrinsic semiconductor. Melalui empat lapisan luar
electron yang dimilikinya, bila kedua jenis material ini bertemu satu dengan lainnya, maka
atom silicon dari kedua jenis atom tidak ini tidak bisa berbagi electron, sehingga arus listrik
dapat mengalir dengan mudah dimana lowongan ini disebut hole. Tipe semiconductor ini
biasa disebut dengan P (positive) karena diasumsikan muatan listriknya adalah positif
karena elektronnya lebih sedikit. Saat mendapat tegangan, electron mengisi sisi hole
kemudian hole tersebut secara terus menerus bergerak menurun. Arus listriknya mengalir
melalui hole yang ada di dalam semiconductor tipe P ini.
Gambar 1.6 Struktur Semikonduktor Tipe P
2. Semikonduktor Tipe N
Semiconductor ini dibuat dengan menambahkan material (P: phosphorus; As: arsenic; Sb:
antimony) memiliki 5 lapisan luar electron dalam intrinsic semiconductor. Bila lima valenci
element ini ditambahkan untuk mengikat dengan silicon, maka satu electron tetap bertahan
sebagai kelebihan di dalam octet, sehingga daya hantar electron tersebut bisa baik melalui
gerak bebas elektron yang tertinggal. Semiconductor ini disebut dengan tipe N (negatif)
karena arus listriknya diasumsikan adalah negatif. Arus listrik ini mengalir melalui
semiconductor tipe N (penghantar : elektron).

Gambar 1.7 Struktur Semikonduktor Tipe N


 Komponen Elektronika Analog

BAB II
KOMPONEN ELEKTRONIKA ANALOG
  
CAPAIAN  PEMBELAJARAN ( LEARNING OUT COME )
Capaian Pembelajaran Umum
Setelah membaca dan mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mengetahui komponen –
komponen pada elektronika analog.
Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan macam – macam komponen aktif dan pasif pada elektronika
analog beserta fungsinya.

1.1   Komponen Pasif


Komponen pasif adalah komponen-komponen elektronika yang tidak memerlukan tegangan
ataupun arus listrik agar dapat bekerja. Beberapa komponen elektronika yang tegolong
komponen pasif yaitu : Resistor, Kapasitor, dan Induktor.
A.    Resistor 
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau membatasi
aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Sebagaimana fungsi
resistoryang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika
dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan
dilambangkan dengan simbol Omega (Ω).
Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistorjuga memiliki nilai yang lain seperti nilai
toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya.
Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam
perancangan suatu rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu
mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.
1.     Simbol Resistor
Berikut adalah simbol resistor dalam bentukgambar yang sering digunakan dalam suatu
desain rangkaian elektronika.
Gambar 2.1 Lambang Resistor
Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan resistor
disimbolkan dengan huruf “R”. Kemudian pada desain skema elektronika resistor tetap
disimbolkan dengan huruf “R”, resistor variabel disimbolkan dengan huruf “VR” dan untuk
resistorjenis potensiometer ada yang disimbolkan dengan huruf “VR” dan “POT”.
2.     Kapasitas Daya Resistor
Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu dilewatkan oleh
resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan
tulisan kapasitas daya dalamsatuan Watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar.
Menentukan kapasitas daya resistor ini penting dilakukan untuk menghindari resistor rusak
karena terjadi kelebihan daya yang mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk
efisiensi biaya dan tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.
3.     Nilai Toleransi Resistor
Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada
badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi baik.
Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor yang terjadi akibat
operasional resistor tersebut. Nilai torleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor
dengan toleransi kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2%
(resistor2%), resistor dengan toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan
toleransi 10% (resistor 10%).
Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode warna
maupun kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka dituliskan dengan
kode warna pada cincin ke 4 warna emas atau dengan kode huruf J pada resistor dengan
fisik kemasan besar. Resistor yang banyak dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan
resistor 1%.
4.     Jenis-Jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi
resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.
1.     Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Gambar 2.2 Resistor Kawat


Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahat kawat
yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang
dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang besar.
 
2.     Resistor Arang (Carbon Resistor)

Gambar 2.3 Resistor Arang


Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama
batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan
dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas
daya 1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.
3.     Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)
Gambar 2.4 Resistor Oksida
Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan
resistor yang dibuat dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih
baik. Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai toleransi 1% dan 2%. Bentuk fisik
resistor metal film ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna
yang digunakan dalam penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistor karbon, resistor
metal film ini juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2
Watt. Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat
industri dan perangkat militer.
Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor
tetap (Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)
1.     Resistor Tetap (Fixed Resistor)
Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau tetap.
Resistor jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai pembatas arus
dalam suatu rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis,
seperti :
§  Metal Film Resistor
§  Metal Oxide Resistor
§  Carbon Film Resistor
§  Ceramic Encased Wirewound
§  Economy Wirewound
§  Zero Ohm Jumper Wire
§  S I P Resistor Network
2.     Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)
Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiridari 2 tipe yaitu :
§  Pontensiometer, tipe variable resistor yang dapat diatur nilai resistansinya secara
langsung karena telah dilengkapi dengan tuas kontrol. Potensiometer terdiri dari 2 jenis yaitu
Potensiometer Linier dan Potensiometer Logaritmis
§  Trimer Potensiometer, yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu (obeng)
dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor jenis ini disebut dengan istilah
“Trimer Potensiometer atau VR”
§  Thermistor, yaitu tipe resistor variable yangnilairesistansinya akan berubah mengikuti
suhu disekitar resistor. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu NTC dan PTC. Untuk lebih
detilnya thermistor akan dibahas dalam artikel yang lain.
§  LDR (Light Depending Resistor), yaitu tipe resistor variabel yang nilai resistansinya
akan berubah mengikuti cahaya yang diterima oleh LDR tersebut.
 
5.     Menghitung Nilai Resistor
Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada resistor. Resistor
dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor tetap
dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan dengan kode huruf
dapat ditemui pada resistor tetap daya besar dan resistor variable.
a.     Kode Warna Resistor
Cincin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cicin
warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi
resistor dengan kode warna yaitu :

Gambar 2.5 Kode Warna Resistor


1.     Resistor Dengan 4 Cincin Kode Warna
Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.
2.     Resistor Dengan 5 Cincin Kode Warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi
resistor.
3.     Resistor Dengan 6 Cincin Warna
Resistor dengan 6 cincin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin
warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur
yaitu temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.
b.    Kode Huruf Resistor
Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah karenanilia
resistansi dituliskan secara langsung. Pad umumnya resistor yang dituliskan dengan kode
huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan toleransi resistor. Kode
huruf digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi resistor.

Gambar 2.6 Kode Huruf Resistor


Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :
§  R, berarti x1 (Ohm)
§  K, berarti x1000 (KOhm)
§  M, berarti x 1000000 (MOhm)
Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :
§  F, untuk toleransi 1%
§  G, untuk toleransi 2%
§  J, untuk toleransi 5%
§  K, untuk toleransi 10%
§  M, untuk toleransi 20%
Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus diingat
selain menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya dan
toleransinya. Hal ini berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang
dibutuhkan dalam meletakan resistor pada rangkaian elektronika.

 Kapasitor
B.    Kapasitor 
Kapasitor adalah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan electron-
elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator dalam
menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor,
besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. 
Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas, elektrolit dan lain-lain. 
Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan
mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak
dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju
ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan
elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan
kapasitansi atau kapasitas.

Gambar 2.7 Kapasitor


Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb
= 6.25 x  1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat
memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV
Dimana :
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat
metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan
dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12) (k A/t)
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan

Udara vakum k  = 1
Aluminium oksida k  = 8
Keramik k  = 100 – 1000
Gelas k  = 8
Polyethylene k  = 3
 
1.     Prinsip Pembentukan Kapasitor
·       Jika dua buah plat atau lebih yang berhadapan dan dibatasi oleh isolasi, kemudian plat
tersebut dialiri listrik maka akan terbentuk kondensator (isolasi yang menjadi batas kedua
plat tersebut dinamakan dielektrikum).
·       Bahan dielektrikum yang digunakan berbeda-beda sehingga penamaan kapasitor
berdasarkan bahan dielektrikum. Luas plat yang berhadapan bahan dielektrikum dan jarak
kedua plat mempengaruhi nilai kapasitansinya.
·       Pada suatu rangkaian yang tidak terjadi kapasitor liar. Sifat yang demikian itu
disebutkan kapasitansi parasitic. Penyebabnya adalah adanya komponen-komponen yang
berdekatan pada jalur penghantar listrik yang berdekatan dan gulungan-gulungan kawat
yang berdekatan.

Gambar 2.8 Dua Buah Plat yang Dibatasi Udara


Gambar diatas menunjukan bahwa ada dua buah plat yang dibatasi udara. Jarak kedua plat
dinyatakan sebagai d dan tegangan listrik yang masuk.
2.     Besaran Kapasitansi
Kapasitas dari sebuah kapasitor adalah perbandingan antara banyaknya muatan listrik
dengan tegangan kapasitor.
C=Q/V
Jika dihitung dengan rumus C= 0,0885 D/d.
Maka kapasitasnya dalam satuan piko farad D = luas bidang plat yang saling berhadapan
dan saling mempengaruhi dalam satuan cm2. d = jarak antara plat dalam satuan cm. Bila
tegangan antara plat 1 volt dan besarnya muatan listrik pada plat 1 coulomb, maka
kemampuan menyimpan listriknya disebut 1 farad.
Dalam kenyataannya kapasitor dibuat dengan satuan dibawah 1 farad. Kebanyakan
kapasitor elektrolit dibuat mulai dari 1 mikrofarad sampai beberapa milifarad.
3.     Jenis-jenis  kapasitor sesuai bahan dan konstruksinya.
Kapasitor seperti juga resistor nilai kapasitansinya ada yang dibuat tetap dan ada yang
variabel. Kapasitor dielektrikum udara, kapasitansinya berubah dari nilai maksimum ke
minimum. Kapasitor variabel sering kita jumpai pada rangkaian pesawat penerima radio
dibagian penala dan osilator. Agar perubahan kapasitansi di dua bagian tersebut serempak
maka digunakan kapasitor variabel ganda. Kapasitor variabel ganda adalah dua buah
kapasitor variabel dengan satu pemutar. Berdasarkan dielektrikumnya kapasitor dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain:
·             kapasitor keramik
·             kapasitor film
·             kapasitor elektrolit
·             kapasitor tantalum
·             kapasitor kertas
Perdasarkan polaritas kutup pada elektroda kapsitor dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu :
·            Kapasitor Non-Polar, kapasitor yang tidak memiliki polaritas pada kedua elektroda
dan tidak perlu dibedakan kaki elektrodanya dalam pesangannya pada rangkaian
elektronika.
·            Kapasitor Bi-Polar, yaitu kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif pada
elektrodanya, sehingga perlu diperhatikan pesangannya pada rangkaian elektronika dan
tidak boleh terbalik.
Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah kapasitor yang mempunyai kutub atau
polar, sering disebut juga dengan nama kapasitor polar. Kapasitor film terdiri dari beberapa
jenis yaitu polyester film, poly propylene film atau polysterene film.
B.    Induktor
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari
susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat
menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan
tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah
Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi
yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk
Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan
yang merupakan turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi
sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah
milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor
dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf “L”.
1.     Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :
Gambar 2.9 Simbol Induktor
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
§  Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya
§  Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
§  Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
§  Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi
induktansinya.

2.     Jenis-jenis Induktor (Coil)


Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah :
§  Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya
§  Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya
§  Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya
§  Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)
§  Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis
lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam
diberikan Isolator.
§  Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat
diputar-putar.

3.     Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya


Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam
medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC),
meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :
§  Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi
§  Transformator (Transformer)
§  Motor Listrik
§  Solenoid
§  Relay
§  Speaker
§  Microphone
Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.

 Komponen Aktif

1.1  Komponen Aktif
A.    DIODA SEMIKONDUKTOR
Dioda atau dioda semikonduktor (setengah penghantar) adalah komponen elektronika
terbuat dari bahan yang bersifat antara isolator dan penghantar (konduktor). Bahan semi
konduktor yang paling banyak digunakan di bidang elektronika yaitu germanium (Ge) dan
silikon (Si). Diantara kedua jenis konduktor tersebut yang paling banyak digunakan adalah
bahan silikon, karena bahan silikon lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan bahan
germanium. Sifat-sifat dari bahan semikonduktor dapat diuraikan berdasarkan teori atom
yang sederhana. Setiap atom memiliki inti atom (nucleus) dan elektron yang mengelilingi inti
atom, dimana elektron ini bermuatan negatif dan inti atom sendiri terdiri dari proton yang
bermuatan negatif atau netral demikian juga atom silikon, atom silicon mempunyai inti atom
dan elektron yang mengelilingi inti atomnya dengan jumlah lintasan tertentu (gambar 1.1).
lintasan pertama paling dekat dengan inti atom dikatakan lengkap apabila terdiri dari dua
elektron, lintasan kedua akan lengkap apabila terdiri dari 18 elektron dan seterusnya,dimana
jumlah elektron yang bergerak melalui lintasannya  berlaku rumus  : 2n2.
Apabila pada lintasan paling  luar atom tidak terisi lengkap elektron-elektron, seperti halnya
didalam bahan semikonduktor, maka atom-atom akan saling berkombinasi dan bergabung
sedemikian rupa secara kimia dan menjadikan elektron pada lintasan paling luar saling
mengisi sehingga membuat keadaan atom stabil. Setiap elektron terikat pada selnya dengan
adanya gaya keseimbangan antara gaya sentrifugal yang arahnya keluar dengan gaya tarik
dari inti atom.
(+)        =          Inti Atom
(-)        =          Elektron

Gambar 2.10 Atom Silicon Dengan Distribusi Muatannya


Semakin dekat lintasan elektron dengan intinya, maka semakin kuat ikatan inti atom dengan
dengan elektron pada lintasan tersebut. Akan tetapi bagi elektron yang memiliki jarak terjauh
dari inti atom, ikatan antara inti atom dengan elektronnya pun menjadi paling lemah. Oleh
karena itu pada temperatur kamar, elektron-elektron yang memiliki ikatan paling lemah tadi
terlepas dari ikatannya dan dapat berpindah dari aton yang satu ke atom yang lainnya
(untuk bahan suatu konduktor/penghantar). Elektron-elektron yang berpindah tersebut
dinamakan free electron (elektron bebas) dan dengan pengaruh perbedaan potensial yang
kecil pada Sebuah bahan konduktor, maka elektron bebas tadi akan ditarik menuju potensial
positif sehingga akan terjadi arus elektron, yang menimbulkan terjadinya arus listrik.
Akan tetapi pada sebuah isolator, elektron-elektron valensi terikat sangat kuat dengan
intinya sehingga tidak terdapat elektron bebas. Oleh karena itu, dengan pemberian
perbedaan potensial yang kecil pada bahan isolator, tidak akan ada elektron bebas menuju
potensial positif, dan arus elektronpun tidak akan terjadi, artinya akan sulit untuk
menghantar arus listrik pada bahan isolator tersebut. Namun pada perbedaan potensial
yang sangat tinggi, maka akan terjadi pelepasan elektron-elektron secara paksa dari intinya
menuju potensial positif dan menghasilkan arus elektron yang sangat kecil.
Di dalam bahan semikonduktor seperti halnya atom silicon memiliki tiga buah llintasan
elektron seperti pada gambar 1.1. banyaknya elektron-elektron yang berada pada kulit
terluar suatu atom, menentukan valensi dari atom tersebut,. Dan elektron-elekton paling luar
dinamakan elektron valensi.
Bila atom silicon digambarkan menurut elektron valensinya, maka gambarnya dapat dilihat
seperti di bawah ini.

Gambar 2.11 Atom silicon dengan elektron valensinya


Karena muatan atom yang netral selalu sebesar 0, maka muatan inti atom sebesar +4 yang
diimbangi dengan muatan dari elektron sejumlah 4 buah, juga sebagai elektron valensi yang
mengelilingi intinya tadi. Bahan setengah penghantar ini merupakan suatu kristal seperti
gambar 1.10.
 
Keterangan gambar :
( + )      =  inti atom
( - )       =  elektron valensi
O          =  ikatan kovalensi
Gambar 2.12 Kristal Dengan 2 Dimensi
 
Bahan kristal tersebut ikatan valensinya tidak begitu kuat satu sama lain sehingga dengan
pemberian panas, terjadi energi yang cukup untuk memutuskan ikatan kovalensinya tadi.
Dengan terputusnya ikatan kovalensi akibat pengaruh agitasi thermis (pemberian panas)
tadi, maka elektron-elektron bebas sebagai penghantar. Bahan-bahan yang seperti ini
disebut bahan semikonduktor (setengah penghantar).
Pada bahan kristal tadi, selain panas photon pun dapat memberikan energi yang cukup
untuk memutuskan ikatan kovalensi di dalam suatu  bahan semikonduktor.
Apabila suatu photon mempunyai energi yang cukup, dan mengenai suatu elektron valensi,
maka photon tersebut dapat melepaskan satu ikatan kovalen dan membebaskan satu
elektron, sehingga terdapat satu tempat yang kosong pada tempat elektron yang baru
dilepaskan tadi. Tempat kosong itu dinamakan hole dan dia bebas bergerak di dalam
struktur kristal tersebut. Hole ini mempunyai muatan positif yang sama besar dengan
muatan negatif elektron.
Proses terbentuknya elektron bebas dan hole tersebut dinamakan generasi (generation) dan
sebaliknya, jika suatu hole diisi oleh elektron bebas dinamakan rekombinasi (recombination)
seperti yang terlihat pada gambar 1.11 berikut.
Gambar 2.13 Proses generasi dan rekombinasi
(-)  Elektron bebas                              (-)  Elektron bebas
(a)  Proses generasi                            (b)  Proses rekombinasi
Bahan semikonduktor di atas tadi disebut bahan semikonduktor murni (semikonduktor
intrinsik).
Pada prakteknya bahan semikonduktor ini biasanya terbuat dari bahan setengah
penghantar dengan pengotoran bahan lain. Bahan pengotor (Impuritas) ini adalah atom
yang mempunyai valensi 5 dan 3 seperti phosfor, antimon, arsenikum yang mempunyai
valensi 5 sedangkan atom yang mempunyai valensi 3 adalah boron, alliminium, gallium,
indium.
Jika sejumlah kecil unsur yang mempunyai lima elektron valensi dimasukkan ke dalam
bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium dengan derajat kemurnian yang tinggi
maka, atom impuritas tidak akan dapat melakukan ikatan yang sempurna sebab empat dari
kelima elektron valensinya akan masuk ke dalam ikatan-ikatan dengan germanium, tetapi
elektron yang kelima akan tetap tertinggal/tidak terikat dalam ikatan kovalensi di dalam
kristal tersebut, dan pada saat tertentu turut serta melangsungkan proses konduksi. Jadi
disini kondisi dilakukan oleh muatan negatif atau impuritas/pengotor tadi disebut atom donor,
yang menyediakan elektron.
Adapun bentuk dari hasil pencampuran atom impuritas tersebut dengan bahan
semikonduktor tadi, dapat dilukiskan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.14 Semikonduktor jenis N


Lain halnya apabila silikon atau germanium yang mempunyai valensi empat dicampur
dengan atom indium yang memiliki valensi tiga, maka atom impuritas tidak akan dapat
melekukan ikatan yang sempurna sebab akan terdapat satu tempat kosong pada ikatan
kovalensi. Tempat kosong tersebut dinamakan hole. Hole ini bebas bergerak di dalam kristal
dan akan mengambil bagian dalam proses konduksi sebagai muatan positif. Bahan seperti
ini dinamakan semikonduktor jenis P dan atom impuritasnya disebut sebagai acceptor
(akseptor) dan digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.15 Semikonduktor jenis P
Konduksi oleh  hole atau elektron dalam bahan-bahan semikonduktor P atau semikonduktor
N dapat dijelaskan dengan jalur energi  dalam kristal. Dimana pada jalur energi yang rendah
ketiadaan beberapa elektron dalam ikatan kovalensi pada bahan P akan menimbulkan
tingkatan-tingkatan tak penuh (tak terisi). Karena jalurnya tidak penuh, maka jalur ini dapat
dipandang sebagai jalur konduksi yang memberi kemungkinan elektron pindah dari hole ke
hole atau dengan kata lain hole dapat berpindah dari atom satu ke atom yang lainnya dalam
satu kristal tersebut.
Demikian pula bahan N dimana elektron yang lebih atau elektron bebas dari atom donor
mempunyai energi yang cukup tinggi sehingga dapat berpindah ke jalur koduksi yang
beresensi lebih tinggi untuk memungkinkan berlangsungnya konduksi oleh elektron atau
jenis N.

 Dioda
1.     Ekivalen Dioda
Dalam kondisi dioda tidak mendapat catu daya dari luar dioda memiliki daerah kosong.
Daerah kosong tersebut akan dapat mengalirkan arus dari luar bila catu daya yang dipasang
mampu mengalahkan halangan pada daerah kosong tersebut.Tegangan E yang dibutuhkan
lebih besar dari tegangan halangan (VT) yang dimiliki oleh dioda. tersebut dioda. VT dioda
germanium adalah 0,3V sedang untuk silicon 0,7V. Demikian juga tahanan dioda besarnya
dipengaruhi tegangan dari luar. Kondisi maju (forward ) tahanan dioda ( Rf ) sangat kecil
yang idealnya Rf =0. Bila dipersamakan dengan sebuah saklar maka saklar (S) tersebut
dalam keadaan tertutup. Sedang kondisi mundur (reverse) tahanan dioda (Rr ) sangat besar
yang idealnya Rr = ∞ . Bila dipersamakan saklar keadaan terbuka. Dioda dapat
digambarkan rangkaian persamaannya seperti gambar 1.b berikut.ini.
Gambar 2.16 Ekivalen Dioda
(a) Saklar  (b) Rangkaian
2.     PN – Junction
Kristal tunggal dapat dibentuk dengan menghubungkan dua daerah P dan N seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.17 Dioda Grown – Junction


Kedua daerah ini dapat dibentuk dalam kristal dengan hasil penumbuhan (grown crystal)
yaitu dengan memasukkan impuritas N ke dalam cairan dari mana kristal ditumbuhkan yang
secara cepat dengan memasukkan impuritas P yang cukup banyak untuk mengalahkan
pengaruh impuritas N dan akan menghasilkan konduksi P. Dengan demikian maka,
sekarang terjadi junction antara P dan N yang kita sebut dengan nama Dioda grown
junction.
PN – Junction ini dapat juga dihasilkan dengan cara melelehkan bahan impuritas P pada
kepingan bahan yang tipis atau mengendapkan uap bahan P di atas kepingan N tadi.
Dengan mengawasi dan mengatur secara cermat proses pengerjaannya maka peralihan
dari daerah N ke P dapat dibuat dengan tiba-tiba seperti terlihat hasilnya pada gambar
berikut.
Gambar 2.18 Dioda fused – Junction
Cara lain dalam pembentukan PN – junction ini dapat dijelaaskan seperti uraian di bawah
ini.
Sebelum dilakukan penyambungan, pada bahan N akan terdapat banyak elektron bebas
yang mempunyai energi tinggi dan sedikit hole intrinsiknya, sedangkan pada bahan P
terdapat banyak hole dan sedikit elektron intrinsiknya (akibat pembentukan pasangan oleh
energi thermis).

Gambar 2.19 Bahan N dan Bahan P Sebelum Dipertemukan


Pada saat kedua permukaan bahan P dan N dipertemukan secara baik, maka akan terjadi
difusi muatan menyebrangi bidang batas permukaannya. Artinya, untuk sementara gerakan-
gerakan muatannya masih simpang siur secara sembarang dari bahan N, yaitu elektron
bergerak menuju bahan P.
Jadi di bawah pergerakan sembarang, akan terjadi total difusimuaatan yang melintasi
bidang batas permukaannya tadi. Hal ini akan menempatkan lebih banyak elektron atau
muatan negatif pada sisi bidang batas bahan P, dan mengakibatkan kekurangan elektron
pada sisi bidang batas bahan N atau muatan positif pada sisi bahan N.
Gambar 2.20 Bahan N dan bahan  setelah dipertemukan
atau setelah ada bidang batasnya.
Dengan demikian terjadilah tegangan melintang pada daerah pengosongan muatan, pada
sisi bahan P negatif terhadap sisi bahan N.
Dalam hal ini, dengan adanya tegangan akan segera mengakibatkan komponen arus
mengalir ke satu arah. Karena di daerah junction yang terisolir tidak ada arus total yang
mengalir. Oleh kaarena itu dapat kita simpulkan bahwa arus difusi akibbat distribusi kembali
muatan adalah sama besar, tetapi berlawanan arah dengan arus pergeseran ke satu arah
akibat tegangan barrier. Juga dapat disimpulkan bahwa PN – Junction mempunyai sifat
menyearahkan. Jika pada junction dipasangkan tegangan luar dengan apa yang dinamakan
reverse bias voltage seperti gambar 1.11, dengan daerah P negatif, maka pembawa-
pembawa muatan mayoritas pada masing-masing sisi akan di dorong lebih jauh ke arah luar
junction. Dengan kata lain lapisan barrier akan menjadi lebih tebal. Yang masih tertinggal di
daerah pengosongan hanyalah beberapa pembawa muatan minoritas saja yang timbul
akibat pengaruh thermisyang merupakan penyebab timbulnya arus bocor i0  yang relatif kecil.
Dengan demikian, dioda junction merupakan tahanan yang tinggi pada pemberian reverse
bias voltage.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika dioda junction diberi reverse bias voltage (tegangan
panjar dengan arah berlawanan) maka dioda junction merupakan tahanan tinggi sehingga
arus listrik tidak dapat melaluinya.

Gambar 2.21 PN – Junction Diberi Reverse Bias Voltage


Jika tegangan luar dipasang dalam arah forward (Forward Bias Voltage/ tegangan arah
maju) seperti pada gambar 1.12. dengan daerah P positif pembawa-0pembawa muatan dari
masing-masing sisi akan bergerak memasuki daerah pengosongan dan menembus 
junction. Dalam hal ini PN – Junction mempunyai tahanan rendah sehingga timbularus yang
cukup besar, yang besarnya tergantung pada rapat pembawa, luas junction dan tegangan
yang terpasang.

Gambar 2.22 PN – Junction Diberi Forward Bias


3.     Simbol dan konstruksi
Seperti sudah dijelaskan bahwa PN – Junction atau dioda junction mempunyai muatan
positif dan muatan negatif. Muatan positif tersebut dinamakan anoda sedangkan muatan
negatifnya dinamakan katoda. Oleh karena itu dioda ini mempunyai dua elektroda yaitu
anoda dan katoda, dan simbolnya seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.23 Simbol dioda semikonduktor


Anoda biasa disingkat dengan huruf A dan katoda disingkat dengan huruf K. Adapun
beberapa gambar fisik dioda semikonduktor ini seperti yang diperlihatkan gambar berikut.
Gambar 2.24 Dioda
Adapun bentuk kontruksi sebuah dioda semikonduktordapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.25 Konstruksi Dioda Semikonduktor


Kawat pennghubung A dinamakan anoda dan kawat penghubung K dinamakan katoda.
Anoda ini bermuatan positif karena kawat penghubung A dihubungkan dengan daerah P
sedangkan kawat penghubung K bermuatan negatif karena dihubungkan dengan daerah N.
Oleh karena itu katoda sebagai sumber elektron sedangkan anoda berfungsi sebagai
penghisap/penampung elektron dari katoda.
4.     Cara kerja
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pada saat dioda atau PN – Junction diberi tegangan
forward bias, maka PN – Junction memiliki tahanan rendah, sedangkan jika PN – Junction
diberi tegangan reverse bias, maka PN – Junction memiliki tahanan yang tinggi sekali.
Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita bahwa dioda dapat bekerja pada saat diberi
tegangan forward bias, sedangkan pada saat diberi tegangan reverse bias, dioda tidak
bekerja dalam artian tidak menghantarkan arus listrik.
5.     karakteristik
Dioda semikonduktor merupakan sambungan antara logam jenis P dengan jenis N. Jenis P
disebut anoda sedang N disebut katoda. Sifat dari dioda PN dipengaruhi oleh pemberian
catu daya.
1.     Dalam kondisi tidak diberi pengaruh (VD = 0V ) dari luar, pada sambungan tersebut
terjadi depletion layer (daerah kosong =dk) dan merupakan energi halangan, karena pada
daerah tersebut elektron (negatip) dan lobang (positip) saling berdifusi Daerah ini lebarnya
sekitar 0,5μm.
2.     Apabila dioda dicatu daya dengan VD > 0V atau P lebih positip terhadap N maka akan
terjadi gaya pada lobang (positip) dan elektron (negatip) yang mengakibatkan lobang dan
elektron bergerak menuju sambungan. Akibatnya daerah kosong menyempit dan energi
halangan menjadi sangat kecil. Hal ini menyebabkan arus mengalir terutama akibat
pembawa mayoritas (IB) yaitu jenis P ke N dan jenis N ke P. Sebaliknya arus pembawa
minoritas(IS) mengalir arah sebaliknya tidak dipengaruhi oleh catu daya. Pemberian catu
daya ini disebut dicatu maju atau forward bias.
3.     Apabila dioda dicatu daya dengan VD < 0V mengakibatkan lobang dan elektron
bergerak menjauhi sambungan sehingga menyebabkan daerah kosong melebar dan energi
halangan menjadi besar. Hal ini menyebabkan arus pembawa mayoritas akan sama dengan
nol. Namun arus pembawa minoritas yang melalui daerah kosong ini sangat kecil. Arus ini
disebut arus jenuh balik Pemberian catu daya ini disebut dicatu balik atau mundur atau
reverse bias.

(a) 

Gambar 2.26 Simbul dan catu daya pada dioda PN


(a) Simbol (b) Tanpa  Dicatu (c) Dicatu Maju (d) Dicatu Mundur
 
Dari ke tiga sifat tersebut dapat digambar dalam satu salib sumbu sebagai berikut
Gambar 2.27 Karateristik Dioda
Arus total yang mengalir pada dioda daerah forward dan reverse adalah

Bila dioda dialiri DC maka tahanan dioda dinamakan tahanan statis yang besarnya bila dialiri
AC tahanan dioda dinamakan tahanan dinamis sebesar

 
 
·       Dioda Hubungan
Dioda hubungan dapat mengalirkan arus listrik yang besar hanya satu arah dan tidak dapat
mengalirkan arus sebaliknya. Dioda ini biasanya dipergunakan untuk perata arus Power
Supply ( catu daya atau sumber tegangan ). Dioda ini berkapasitas besar yang dinyatakan
dengan Amper dan mempunyai daya tahan terhadap tegangan yang dinyatakan dengan
Volt. Jadi setiap silikon yang dibeli di toko elektronika, mempunyai kapasitas daya tahan
terhadap arus dan tegangan yang berbeda. Sebagai contoh adalah silikon 1 N 4002, ada
dua macam yakni berkapasitas 1A/50Vdan berkapasitas 1A/100V.
·       Dioda Zener
Dioda zener disebut juga dioda tegangan konstan karena alat ini dapat mengalirkan arus
dengan tegangan yang tetap sesuai dengan kapasitas dari dioda zener tersebut. Dioda
zener biasa disingkat ZD (zener diode), dioda ini kebanyakan mempunyai daya tahan ½
Watt. Dioda zener dapat dipergunakan untuk menstabilkan tegangan yang ada pada catu
daya (Power Supply) atau sumber tegangan (DC Volt). Type dari dioda zener dibedakan
oleh tegangan pembatasnya. Dioda banyak digunakan sebagai pembatas tegangan.
·       Dioda Pemancar Cahaya (LED)
Dioda ini akan mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan sebesar 1,8V dengan arus1,5 mA.
LED digunakan sebagai alat peraga (display), digunakan sebagai indikator aktif atau
tidaknya suatu rangkaian elektronik, sebagai lampu isyarat dan lampu hias.
 
A.    Transistor

Gambar 2.28 Transistor


Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, di mana berdasarkan arus
inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C).
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan
tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan
arus output Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog
melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic
gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.
Beberapa kegunaan transistor dalam rangkaian analog antara lain mengendalikan pengatur
daya dan audio amplifier dll agar memiliki frekuensi pengoperasian yang rendah dan area
yang luas. Mengganti Regulator cadangan daya walaupun sedang di operasikan,
Preamplifier, opamp dll membutuhkan slew rate yang tinggi, distorsi ,dan leakage rendah
yang dimana semuanya membutuhkan pengubah geometri yang tidak di temukan di
rangkaian digital.
1.     Cara kerja transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar
junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang
masing-masing bekerja secara berbeda.
1.     Transistor Bipolar/BJT
Disebut Transistor bipolar karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas
pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik
utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan
ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur
aliran arus utama tersebut.
2.     Transistor unipolar/FET
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan
(elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam
satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan
dengan transistor bipolar di mana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan
ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang
diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk masing-
masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.

2.     Jenis – jenis Transistor
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:
·       Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide
·       Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC, dan lain-
lain
·       Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET, MESFET, 
HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated Circuit) dan lain-lain.
·       Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
·       Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power
·       Maximum frekuensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor,
Microwave, dan lain-lain
·       Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-lain

PNP P-channel

NPN N-channel

Gambar 2.29 Simbol Transistor dari Berbagai Tipe


1)    BJT
BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja BJT
dapat dibayangkan sebagai dua diode yang terminal positif atau negatifnya berdempet,
sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan
basis (B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan
perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang
mendasari penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada
koletor dengan arus pada basis biasanya dilambangkan dengan β atau h F E {\displaystyle
h_{FE}}. β biasanya berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT
2)    FET
FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insulated Gate FET (IGFET)
atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET (MOSFET).
Berbeda dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk sebuah diode dengan kanal
(materi semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini membuat N-channel
JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga membentuk sebuah
diode antara grid dan katode. Dan juga, keduanya (JFET dan tabung vakum) bekerja di
"depletion mode", keduanya memiliki impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan
arus listrik di bawah kontrol tegangan input.
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan depletion mode. Mode
menandakan polaritas dari tegangan gate dibandingkan dengan source saat FET
menghantarkan listrik. Jika kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion
mode, gate adalah negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement
mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif, aliran
arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritas-polaritas
semua dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan hampir semua
JFET adalah tipe depletion mode.

Gambar 2.30 Rangkaian Ekivalen Transistor Jenis NPN


Rangkaian Transistor. Rangkaian basis –emiter adalah rangkaian antara terminal basisi
dan emitor pada transistor. Rangkaian ini pada hakekatnya merupakan dioda
semikonduktor D1. jadi, agar arus basis dapat mengalir maka dioda-nya harus mendapat
tegangan postif (forward biased).
Rangkaian ekivalen ini dapat diperlakukan untuk semua rangkaian dasar. Tetapi rangkaian
ini tidak berlaku pada frekuensi sangat tinggi. Disamping itu, model rangkaian ini
mensyaratkan bahwa tegangan kolektor-emitor vCE > 0. bila tegangan vCE = 0, maka
transistornya disebut mengalami saturasi.

 Transistor
Penjelasan singkat tentang Transisitor

 TransistorBuku

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit


pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau
sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, di mana
berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan
pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor
(C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur
arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran
tegangan dan arus output Kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian
analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal
radio. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi
sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.

Beberapa kegunaan transistor dalam rangkaian analog antara lain mengendalikan


pengatur daya dan audio amplifier dll agar memiliki frekuensi pengoperasian yang
rendah dan area yang luas. Mengganti Regulator cadangan daya walaupun sedang di
operasikan, Preamplifier, opamp dll membutuhkan slew rate yang tinggi, distorsi ,dan
leakage rendah yang dimana semuanya membutuhkan pengubah geometri yang tidak
di temukan di rangkaian digital.

 Penguat Transistor
BAB III
PENGUAT TRANSISTOR
CAPAIAN  PEMBELAJARAN ( LEARNING OUT COME )
Capaian Pembelajaran Umum
Setelah membaca dan mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mengetahui pengertian ,
jenis – jenis , karakteristik dan penggunaan penguat transistor.
Capaian Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan cara penggunaan penguat transistor sesuai dengan jenis –
jenis, karakteristik, dan tingkatannya.
 

1.1       Penguat Transistor Satu Tingkat

Gambar 3.1 (a), (b) dan (c). Berbagai macam penguat transistor
Pada prinsipnya terdapat sebuah peraturan dasar (fundamental rule) dibidang fisika yang
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan (created) maupun dimusnahkan
(destroyed). Peraturan dasar (fundamental rule) tersebut dinyatakan sebagai hukum
kekekalan energi (law of energy conservation) dan telah menjadi konsep berpikir (mind
concept) seluruh insinyur. Hukum kekekalan energi (law of energy conservation) tersebut
tentunya akan membuat kita sedikit lebih berpikir mengenai sebuah penguat (amplifier).
Penguat-penguat yang tersusun di dalam rangkaian elektronika akan memberikan sinyal
keluaran (output signal) yang lebih besar dari sinyal masukannya (input signal) dan hal
tersebut tentunya sangat berbeda dengan hukum kekekalan energi yang secara
matematismenyatakan bahwa besarnya sinyal keluaran (output signal) adalah sama besar
dengan sinyal masukannya (input signal) karena tidak ada energi yang diciptakan (created)
maupun energi yang dimusnahkan (destroyed).
Pada dasarnya hukum kekekalan energi (law of energy conservation) tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip kerja sebuah penguat (amplifier). Rangkaianrangkaian penguat
(amplifier circuit) tersebut akan mengendalikan sejumlah besar arus listrik dengan hanya
menggunakan sejumlah kecil arus listrik. Hal tersebut dapat dipahami dengan melihat
kembali prinsip kerja transistor yang terdapat pada bab sebelumnya, yaitu sejumlah kecil
arus yang terdapat pada basis mampu untuk mengalirkan arus yang besar dari kolektor
menuju beban. 
Pada dasarnya banyak sekali jenis penguat (amplifier) yang dapat kita peroleh di pasaran
seperti yang terlihat pada gambar 1.1 di atas ini, namun pada bab ini kita akan membatasi
pembahasan kita hanya pada penguat-penguat transistor atau transistor amplifier. Penguat-
penguat transistor tersebut menggunakan transistor sebagai kekuatan utama (main power)
dalam melakukan pembesaran amplitudo sinyal-sinyal masukan (input signal) sehingga
diperoleh sinyal-sinyal keluaran (output signal) yang memiliki nilai amplitudo lebih besar dari
sinyal masukannya. Transistor-transistor tersebut disusun dengan berbagai resistor,
kapasitor maupun induktor sehingga sesuai dengan aplikasi dari rangkaian penguat yang
akan digunakan.
 
Tabel Formula untuk penguatan AC (alternating current) dan DC (direct current).

Pada saat diimplementasikan penguat-penguat transistor tersebut dapat beroperasi secara


tunggal (single amplifier) atau bertingkat (multiple amplifier). Penguat-
penguat transistor yang beroperasi secara tunggal tersebut beroperasi secara sendiri
sehingga nilai penguatannya (gain) adalah nilai penguatan yang terdapat pada
penguat transistor itu sendiri, sedangkan penguat-penguat transistor bertingkat (multiple
amplifier) adalah penguat-penguat transistor yang disusun secara bertingkat antara satu
penguat dengan penguat lainnya sehingga nilai penguatan yang terdapat pada penguat
bertingkat tersebut adalah sebuah nilai penguatan menyeluruh (overall gains) yang terdiri
atas perkalian antara nilai masing-masing penguat transistor itu sendiri (individual gains).
Penguat-penguat transistor tersebut, baik penguat tunggal (single amplifier) maupun
penguat bertingkat (multiple amplifier), banyak diaplikasi pada berbagai peralatan
elektronika, yaitu salah satunya adalah aplikasi penguat audio (audio amplifier).
Pada aplikasi penguat audio tersebut penguat-penguat transistor akan melakukan
penguatan (amplify) terhadap sinyal-sinyal suara yang merupakan sebuah sinyal yang
tersusun atas kombinasi kompleks dari gelombang-gelombang sinus (sine wave) pada
rentang frekuensi 20Hz hingga 20.000Hz . Gelombang-gelombang suara tersebut diubah
menjadi sinyal-sinyal elektrik oleh sebuah transduser yang disebut dengan mikrofon dan
untuk mengubah kembali sinyal-sinyal elektrik tersebut menjadi gelombang suara maka
diperlukan sebuah loudspeaker. Sinyalsinyal elektrik yang telah diubah mikrofon tersebut
umumnya memiliki nilai yang tidak terlalu besar sehingga tidak dapat mengoperasikan
loudspeaker pada hubungan langsung (direct connection) dengan loudspeaker dan fungsi
dari penguat-penguat transistor pada aplikasi penguat audio adalah untuk meningkatkan
besaran sinyal-sinyal elektrik sehingga dapat mengoperasikan loudspeaker.
A.    Klarifikasi Penguat
Pada prinsipnya penguat-penguat transistor (transistor amplifier) dapat dikelompokan ke
dalam 3 (tiga) bagian berdasarkan susunan basis, kolektor dan emiternya, yaitu:
1. Penguat basis bersama (common-base).
2. Penguat emitter bersama (common-emitter).
3. Penguat kolektor bersama (common-collector).
B.    Karakteristik Penguat
Pada prinsipnya sebuah penguat (amplifier) memiliki kemampuan untuk meningkatkan
(amplify) besarnya nilai sebuah sinyal masukan (input signal)sehingga nilai sinyal keluaran
(output signal) bernilai lebih besar dari sinyal masukan tersebut. Perbandingan antara sinyal
keluaran (output signal) dan sinyal masukan (input signal) tersebut dinyatakan sebagai
besarnya nilai penguatan (gain) yang dapat diperoleh dari suatu penguat (amplifier) dan
disimbolkan dengan A .
Pada dasarnya penguat-penguat elektronik (electronic amplifier) dapat bekerja secara
berbeda terhadap sinyal-sinyal masukan (input signal) AC (alternating current) dan DC
(direct current). Pada sinyal-sinyal masukan AC (alternating current) tersebut penguat-
penguat elektronik akan meningkatkan besaran sinyal masukan (input signal) secara
dinamis, yaitu penguatan (amplify) dilakukan sesuai dengan nilai sinyal masukan AC yang
berubah-ubah terhadap waktu. Pada sinyal-sinyal masukan DC (direct current) tersebut
penguat-penguat elektronik akan meningkatkan besaran sinyal masukan (input signal)
secara statis, yaitu nilai penguatan (gain) yang diperoleh akan bernilai konstan. Oleh karena
itu diperlukan pengetahuan dasar mengenai sinyal masukan (input signal) yang akan
diberikan ke penguat-penguat transistor, yaitu AC (alternating current) atau DC (direct
current).
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) nilai penguatan umum yang sebaiknya diketahui dari sebuah
penguat transistor, yaitu:
1. Penguatan tegangan (voltage gain).
2. Penguatan arus (current gain).
3. Penguatan daya (power gain).
Masing-masing nilai penguatan tersebut memiliki formula yang berbeda antara satu dan
lainnya serta antara penguat-penguat transistor yang bekerja untuk sinyal-sinyal AC
(alternating current) atau DC (direct current). Berikut ini adalah tabel formula-formula
tersebut:

Anda mungkin juga menyukai