Anda di halaman 1dari 14

Pengukuran Korona pada Lightning Arrester

Pengukuran Korona pada Lightning Arrester


Pengujian korona dilaksanakan pada Lighnting Arrester untuk mengecek kondisi konektor pada bagian yang
bertegangan, juga kondisi arrester di sekitar flange dan kompartemen. Korona dilaksanakan untuk mendeteksi lebih
dini kualitas dari konektor arrester, dari pengaruh korosi ataupun pemasangan yang tidak sempurna. Interval
pengujian dapat disesuaikan, minimal 1 tahun satu kali. Penjelasan lebih lanjut tentang korona akan dijelaskan dalam
paragraf berikutya.
Partial Discharge, korona, sparkover, flashover, breakdown adalah rumpun kejadian luahan listrik secara berurutan
yang dapat terjadi pada isolasi.
Partial discharge (PD) adalah kejadian breakdown listrik pada suatu bagian kecil dari sistim isolasi listrik yang
berbentuk cair atau padat, akibat stres tegangan listrik. Selama kejadian PD, tidak ada jembatan langsung antara 2
elektroda. Sedangkan korona, dalam astronomi adalah plasma atmosphere dari matahari atau benda angkasa.
Dalam ilmu listrik, korona adalah partial discharge yang bersinar dari konduktor dan isolator, karena ionisasi dari
udara, ketika medan listrik melewati batas kritis (24-30 kV/cm).
Corona discharge memancar pada gelombang antara 280-405 nm yaitu daerah sinar ultraviolet (UV) karena itu tidak
terlihat oleh mata kita. Meskipun sangat lemah, pada gelombang sekitar 400 nm, korona dapat terlihat pada kondisi
gelap malam. Korona tidak bisa dilihat siang hari karena tertutup oleh pancaran radiasi matahari. Panas yang
ditimbulkan oleh korona juga sangat kecil, sehingga tidak dapat ditangkap oleh infrared thermal cameras.

Korona discharge pada Lightning Arrester


Faktor-faktor yang mempengaruhi korona :

Tekanan udara
Tekanan udara rendah -> Nilai Ekritis menjadi rendah -> Lebih banyak korona

Kelembaban
Kelembaban yang tinggi mengakibatkan lebih banyak korona

Suhu
Suhu yang tinggi -> Tekanan udara rendah -> Nilai Ekritis menjadi rendah -> Lebih banyak korona
Sifat buruk korona terhadap lingkungan :

Membangkitkan material korosif seperti ozone dan nitrogen oxides yang menjadi nitric acid pada kondisi
kelembaban tinggi.

Korona menyebabkan kerusakan pada isolator, terutama non-ceramic insulators (NCI).

Radio interference (RI/RFI) terutama pada gelombang AM.

Audio noise
Efek dari timbulnya korona :

Penurunan kualitas isolator polimer

Menimbulkan kerusakan fisik pada komponen

Menyebabkan interferensi radio

Menimbulkan audio noise

Indikasi akan kemungkinan kerusakan

Indikasi akan pemasangan peralatan yang tidak sesuai

Indikasi dari efektifitas pembersihan

Indikasi kemungkinan terjadinya flashover atau trip


Sumber dari korona pada sistim kelistrikan
1. Cacat pada isolator keramik yang dapat mengakibatkan korona :

Kontaminasi

Short antara pin dan socket

Retak pada bagian semen di sekitar pin

Karat pada sambungan ball-socket

Positive feedback loop :


2. Semen yang tergerus menyebabkan korona

Korona menyebabkan semen tergerus

Korosi menyebabkan korona

Korona menyebabkan korosi


3. Cacat pada isolator polimer yang dapat mengakibatkan korona :

Kontaminasi dan tracking pada lapisan permukaan

Korona ring yang rusak, hilang atau pemasangannya yang tidak sesuai

Batang yang terbuka dan terkarbonasi

Sambungan yang rusak

Lubang yang menembus lapisan


4. Cacat pada konduktor yang dapat mengakibatkan korona :

Urat kawat yang putus

Urat kawat yang terbuka

Kontaminasi

Armour rod yang rusak

Spacer yang rusak atau kendor


Berikut beberapa Kategori Intensitas Pengukuran Korona

Refferensi :
Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik. Lightning Arrester. SK114 No 1-22/HARLURPST/2009. Perusahaan Listrik Negara. Indonesia.

Korona Akibat Tegangan AC


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Pada tegangan AC, korona positif dan korona negatif dapat terjadi secara bergantian. Pada tegangan menaik,
korona negatif muncul pertama sekali, Mekanisme Townsend menyebabkan umpan balik (feedback) pada katoda
(negatif) pada kekuatan medan listrik yang relatif rendah. Jika tegangan dinaikkan, sejumlah peluahan dapat sering
terjadi.
Jika tegangan dinaikkan lebih tinggi lagi, peluahan terjadi pada setengah siklus positif juga. Peluahan-peluahan ini,
yang dapat dijelaskan oleh mekanisme streamer, lebih besar dan tidak teratur, seperti ditunjukkan pada gambar 3 di
bawah ini.

Gambar 3. Gambaran peluahan yang terjadi pada gelombang sinusoidal Tegangan AC


Filed under: Korona | Tagged: Korona akibat tegangan Ac | Leave a Comment

Korona Pada Dielektrik Gas


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Terjadinya ionisasi dibawah pengaruh medan listrik dapat terjadi pada setiap gas yang memiliki kekuatan dielektrik
yang relatif rendah. Dalam gas elektronegatif, seperti sulfohexafluoride atau freon, ionisasi terjadi pada kuat medan
listrik yang lebih tinggi.
Mekanisme terjadinya korona di udara (gas) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Elektron bebas yang terdapat di udara terakselerasi menuju anoda akibat adanya gaya yang ditimbulkan oleh medan
listrik hadir diantara dua elektroda yang diberi tegangan. Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron bebas
tersebut membentur atom atau molekul netral dengan energi kinetis yang besar (melebihi energi ikat muatan atom
atau molekul bebas) yang menyebabkan terlemparnya elektron atom atau molekul bebas tersebut dari lintasan
atomnya sehingga menghasilkan elektron bebas baru dan ion positif. Peristiwa ini terjadi selama medan listrik
berlangsung, sehingga menyebabkan terjadinya banjiran elektron ataupun ion positif pada dielektrik.
Akibat salah satu elektroda lebih runcing dibandingkan yang lain, maka kuat medan listrik (Er) dibagian elektroda
yang runcing akan lebih tinggi dibandingkan kuat medan listrik ditempat (E) lain. Apabila kuat medan listrik (Er) ini
lebih tinggi dibandingkan kekuatan dielektrik (KD) udara, maka akan terjadi tembus listrik. Tetapi karena medan listrik
Er hanya terjadi didaerah yang runcing, maka tembus listrik hanya akan terjadi di daerah ini, sedangkan daerah lain
belum mengalami tembus listrik (E lebih kecil daripada KD). Peristiwa inilah yang disebut dengan korona. Ilustrasi
peristiwa ini dapat dilihat pada Gambar 2 a,b, masing-masing untuk korona positif dan korona negatif.

Gambar 2. Proses terjadinya korona


Apabila udara tersebut digabungkan dengan minyak sebagai bahan isolasi, maka KD udara akan lebih tinggi disatu
pihak, sedangkan dilain pihak KD minyak akan menjadi lebih rendah. Dalam perancangan sistem isolasi, pengaturan
antara pemakaian jenis dielektrik sering menjadi perhatian, karena disamping dapat menguntungkan pemakaian
peralatan dapat juga menjadi kerugian sistem.
Filed under: Korona | Tagged: Korona pada dielektrik gas | 2 Comments

Asal dan Sifat Korona


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Menurut definisinya korona merupakan hasil terakselerasinya ionisasi dibawah pengaruh suatu medan listrik. Ini
merupakan proses fisika dimana struktur molekul netral atau atom diubah akibat benturan atom atau molekul netral
dengan elektron bebas, photon atau ion negatif.
Setiap sistem isolasi atau elektroda dimana korona dapat terjadi merupakan sumber korona. Wilayah dimana korona
terjadi disebut lokasi korona (corona sites). DalamGambar. 1, untuk sistem isolasi sederhana diperlihatkan beberapa
lokasi korona yang sering dijumpai dalam kenyataan sehari-hari.

Gambar 1. Lokasi terjadinya korona

Keterangan Gambar 1, antara lain:


1.

Permukaan runcing konduktor yang bersentuhan dengan gas yang dapat bersikulasi dengan bebas.

2.

Daerah tertentu pada permukaan material isolasi yang bersentuhan dengan gas yang memiliki resistivitas
permukaan yang lebih rendah dibandingkan wilayah yang mengelilinginya sehingga muatan-muatan bebas
dapat terbentuk pada daerah itu hingga tegangan diantara daerah itu dan daerah lainnya cukup tinggi untuk
menyebabkan terjadinya korona di udara yang mengelilinginya.

3.

Sela diantara permukaan bidang konduktor dan material pengisolasi yang berisi gas dimana medan listrik
timbul dengan kekuatan yang cukup untuk memulai tembus listrik gas bukan material isolasi padat yang
memisahkan elektroda sistem.

4.

Rongga atau celah berisi gas yang dikelilingi sebagian atau seluruhnya oleh permukaan konduktor dan
material pengisolasi padat atau cair.

5.

Rongga berisi gas yang dikelilingi seluruhnya oleh material pengisolasi padat ataupun cair, biasanya disebut
kekosongan (void) terlepas dari kenyataan bahwa mereka terisi dengan gas dengan kerapatan yang dapat
sangat bervariasi tergantung tekanan dan temperatur gas.

Penjelasan terjadinya korona pada dielektrik udara dapat dijelaskan di dibagianKORONA PADA DIELEKTRIK GAS
Filed under: Korona | Tagged: Asal dan Sifat Korona | Leave a Comment

Tujuan Pengujian dan Pengukuran Korona


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Umumnya pengujian dan pengukuran korona dimaksudkan untuk beberapa tujuan, antara lain:
1.

Untuk mengindikasikan kehadiran atau ketidakhadiran korona dalam sistem isolasi peralatan dan rangkaian
listrik, atau dalam struktur yang dibuat dari bahan isolasi tetapi digunakan hanya untuk tujuan mekanis
(seperti isolator penyokong pada gardu induk). Dalam hal ini, kehadiran korona digunakan sebagai indikasi
adanya retakan, kebocoran atau rongga dalam material yang dapat mengurangi kekuatan mekanis struktur
bahan.

2.

Digunakan secara luas dalam penelitian dan pengembangan, kendali mutu pada berbagai tahapan dalam
proses produksi, produksi akhir dan penerimaan pengujian.

3.

Digunakan sebagai salah satu perawatan sistem dan peralatan listrik yang terpasang.

Dalam aplikasi industri dan komersial, pengujian dan pengukuran korona dilakukan dalam hal:
1.

Menghasilkan ozon

2.

Pembuangan partikel debu pada sistem pendingin ruangan

3.

Pemusnahan bahan organik yang mudah menguap yang tidak diinginkan, seperti pestisida kimia, bahan
pelarut, senjata kimia yang terdapat di atmosfir

4.

Perawatan permukaan film polimer untuk meningkatkan kesesuaian (kompatibilitas) dengan perekat atau
tinta cetak

5.

Fotokopi, Fotografi Kirlian, dan yang lainnya

Filed under: Korona | Tagged: pengujian dan pengukuran korona | Leave a Comment

Apa itu korona.!


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Pengukuran dan pengujian korona digunakan sebagai bagian pengujian isolasi material dan peralatan listrik.
Pengukuran dan pengujian korona juga dimaksudkan untuk tujuan lain, antara lain untuk untuk mengetahui sifat
alami korona, pengaruhnya pada material dan kinerja peralatan listrik. Penerbitan dan ulasan mengenai pengujian
korona menyimpulkan, keuntungan yang lebih dapat diperoleh dari pengujian ini jika tersedia pengetahuan yang
memadai mengenai korona, teknik pengujian korona, dan juga peralatan pengujian yang modern.
Korona merupakan salah satu jenis peluahan parsial yang terjadi pada bahan dielektrik peralatan listrik, dimana
peluahan yang terjadi tidak menjembatani ruang antara elektroda-elektroda yang didiami dielektrik tersebut
(peluahan yang tidak mengakibatkan terjadinya tembus listrik). Dalam pengoperasian peralatan listrik, fakta
dilapangan menunjukkan bahwa korona dapat memperpendek usia sistem isolasi peralatan dan dapat mengganggu
hubungan, kendali, dan pengukuran kelistrikan. Oleh karena itu, korona dapat menjadi sumber rugi-rugi ekonomis,
antara lain: perbaikan dan penggantian peralatan listrik, keamanan yang berkurang, efisiensi pengoperasian sistem
komunikasi, dan gangguan pelayanan kepada konsumen. Rugi-rugi ekonomis ini dapat dicegah dengan menguji
peralatan dan sistem yang bertujuan untuk membuktikan korona tidak akan menghasilkan pengaruh yang dapat
mengganggu operasional peralatan, dimana pengujian ini dilakukan sesuai dengan spesifikasi peralatan.
Filed under: Korona | Tagged: apa yang menyebabkan korona, Korona, pengertian korona | Leave a Comment

Peralatan Gardu Induk (5)


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Transformator Arus
Trafo arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan ampere lebih yang mengalir pada jaringan
tegangan tinggi. Jika arus hendak diukur mengalir pada tegangan rendah dan besarnya dibawah 5 ampere, maka
pengukuran dapat dilakukan secara langsung sedangkan arus yang besarnya ratusan ampere lebih harus dilakukan
secara tidak langsung dengan menggunakan trafo pengukuran arus yang besar.
Disamping untuk pengukuran arus, trafo arus juga dibutuhkan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak
jauh dan rele proteksi. Kumparan primer trafo arus dihubungkan secara seri dengan jaringan atau peralatan yang
akan diukur arusnya sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan peralatan meter dan rele proteksi.

Trafo arus bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat. Kawasan kerja trafo arus yang digunakan untuk
pengukuran biasanya 0,05 sampai 1,2 kali arus yang akan diukur. Trafo arus untuk tujuan proteksi baisanya harus
mampu bekerja lebih dari 10 kali arus pengenalnya.

Prinsip kerja sama trafo arus dengan trafo daya satu fasa. Jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada
kumparan primer akan timbul gaya gerak magnet sebesar N1I1. Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti.
Fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Jika kumparan sekunder tertutup, maka pada
kumparan sekunder mengalir arus I2. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder.
Perbedaan utama trafo arus dengan trafo daya adalah:

Jumlah belitan primer sangat sedikit tidak lebih dari 5 belitan.

Arus primer tidak mempengaruhi beban yang terhubung pada kumparan sekundernya karena arus primer
ditentukan oleh arus pada jaringan yang diukur.

Semua beban pada kumparan sekunder dihubungkan seri.

Terminal sekunder trafo tidak boleh terbuka, oleh karena itu terminal kumparan sekunder harus
dihubungkan dengan beban atau dihubung singkat jika bebannya belum dihubungkan.

Filed under: Gardu Induk | Tagged: trafo arus | Leave a Comment

Peralatan Gardu Induk (4)


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Transformator Tegangan
Transformator tegangan adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang
dapat diukur dengan volt meter yang berguna untuk indikator, rele dan alat sinkronisasi. Ada dua macan
transformator tegangan, yakni:
Transformator Tegangan Magnetik

Prinsip kerjanya seperti transformator daya. Meskipun demikian, rancangan transformator tegangan magnetik
berbeda didalam beberapa hal seperti:

Kapasitasnya kecil (10-150 VA)

Faktor ratio dan sudut fasa transformator tegangan sisi primer dan tegangan sekunder dirancang sedemian
rupa supaya faktor kesalahan menjadi kecil.

Salah satu ujung kumparan tegangan tinggi selalu diketanahkan.

Transformator tegangan kutub tunggal yang dipasang pada jaringan tiga fasa disamping belitan
pengukuran, biasanya dilengkapi lagi dengan belitan tambahan yang digunakan untuk mendeteksi arus
gangguan tanah. Belitan tambahan dari ketiga transformator tegangan dihubungkan secara seri, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Transformator Tegangan Magnetik

Pada kondisi normal tidak muncul tegangan pada terminal Vab, tetapi jika terjadi gangguan tanah pada
salah satu fasanya, maka tegangan yang tidak terganggu naik sebesar 3 dari tegangan semula sehingga
pada terminalVab akan dibangkitkan tegangan sebesar 3 Vn. Tegangan ini akan memberi penguatan pada
rele gangguan fasa ke tanah. Tegangan pengenal belitan gangguan tanah biasanya dipilih sedemikian rupa
sehingga saat gangguan tanah Vab mencapai harga yang sama dengan tegangan sekunder fasa-fasa.

Transformator Tegangan Kapasitip


Karena alasan ekonomis maka transformator tegangan menggunakan pembagi tegangan dengan menggunakan
kapasitor sebagai pengganti trafo tegangan induktif. Pembagi tegangan kapasitif dapat digambarkan seperti Gambar
2 dibawah ini.

Gambar 2. Transformator Tegangan Kapasitif


Rancangan transformator tegangan kapasitor adalah gulungan kertas yang dibatasi oleh lembaran aluminium yang
merupakan bentuk kapasitor (dua plat paralel) sehingga bentuknya ramping dan dapat dimasukan ke dalam tabung
poselin (keramik). Belitan resonansi dan belitan transformato magnetik intermediasi ditempatkan di dalam bejana
logam. Terminal K dapat ditanahkan langsung atau dihubungkan dengan alat komunikasi yang sinyalnya
menumpang pada jaringan sistem. Agar efektif sebagai kopling kapasitor, maka besarnya kapasitansi C1 dan C2
secara perhitungan harus memiliki nilai minimum 4400 pF.
Keburukan transformator tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya induktansi pada transformator
magnetik yang non linier yang mengakibatkan osilasi resonansi yang timbul menyebabkan tegangan tinggi yang
cukup besar dan menghasilkan panas yang tidak diingikan pada inti magnetik dan belitan sehingga menimbulkan
panas yang akan mempengaruhi hasil penunjukan tegangan. Diperlukan elemen peredam yang akan menghasilkan
tidak ada efek terhadap hasil pengukuran walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.
Filed under: Gardu Induk | Tagged: kapasitif, kapasitor, transformator, Vab | Leave a Comment

Peralatan Gardu Induk (3)


Posted on 03/12/2012 by Modal Holong

Arrester
Sambaran petir pada konduktor hantaran udara merupakan suntikan muatan listrik. Suntikan muatan ini
menimbulkan kenaikan tegangan pada jaringan, sehingga pada jaringan timbul kenaikan tegangan atau tegangan
lebih yang berbentuk gelombang impuls dan merambat sepanjang penghantar.
Jika tegangan lebih akibat surja petir atau surja pemutusan tiba digardu induk, maka tegangan lebih tersebut akan
merusak isolasi peralatan gardu induk. Oleh sebab itu perlu suatu alat yang melindungi peralatan sebab tegangan
lebih akibat sambaran petir dan atau surja pemutusan akan merusak isolasi peralatan. Pelindung ini dalam keadaan
normal bersifat isolasi dan jika terjadi tegangan lebih akan berubah menjadi penghantar dan mengalirkan muatan
surja tersebut ke tanah. Sistem pentanahan untuk pengaman petir dan sistem pentanahan untuk pengaman swtching
harus dipisahkan.
Ligthning Arrester/LA yang biasa disebut Arrester, di Gardu Induk berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan
listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge) maupun oleh surja
hubung (Switching Surge).

Gejala Korona Pada Sistem Tegangan


Tinggi
Posted on 17 October 2013 by Rizki Tofan R No Comments

Gejala Umum
Dengan semakin besarnya energi listrik yang disalurkan melalui kawat
transmisi, maka makin tinggi pula kerugiannya, Namun hal ini dapat
diminimalkan dengan menaikkan tegangan dari kawat tersebut, seperti telah
dijelaskan pada artikel tegangan transmisi dan rugi-rugi daya di sini. Akan tetapi
dengan menaikkan tegangan kerja transmisi, akan timbul pula faktor-faktor lain
yang dahulunya belum kelihatan dan masih diabaikan.

Adapun faktor-faktor itu diantaranya:

Adanya gejala korona yang semakin menonjol, yang berakibat adanya


kerugian energi dan gangguan RI (radio interference) yang sifatnya
merugikan.

Dengan semakin tingginya tegangan maka timbul persoalan mengenai


isolasi kawat, bentuk tower dan mungkin prosedur pengoperasiannya yang
berbeda.

Timbulnya masalah isolasi pada alat-alat yang menyebabkan perubahan


konstruksi sehingga perlu menyelidiki lebih lanjut mengenai bahan-bahan
isolasi.

Semua hal tersebut diatas, mengakibatkan kenaikan investasi yang lebih tinggi
sehingga diperlukan penyelidikan, penyesuaian konstruksi, operasi dan lain-lain.
Sedangkan persoalan yang akan dibahas disini hanyalah masalah yang
pertama, yaitu timbulnya gejala korona.

Gejala Korona
Elektron yang bebas bergerak diudara umumnya berasal dari radiasi radio-aktif
yang terdapat di alam bebas dan juga dengan adanya sinar kosmik. Elektronelektron yang posisinya dekat dengan kawat trasnmisi dipengaruhi oleh adanya
medan listrik yang menuju ke atau menjauhi kawat tersebut.

Selama gerakannya ini, elektron yang melewati gradient medan listrik akan
bertubrukkan dengan molekul dari udara, yang kemudian terjadi ionisasi pada
molekul tersebut. Karena adanya ionisasi tersebut, maka akan terdapat ion
positif dan elektron yang bebas, yang akan akan mendorong terjadinya ionisasi
lanjutan. Proses ini berkelanjutan yang kemudian membentuk banjiran elektron
(avalance).

Bilamana banjiran elektron ini melintasi dua kawat yang sejajar, maka ia akan
menyebabkan terjadinya perubahan pembagian gradient tegangan-tegangan
dari udara diantara kedua kawat tersebut dan penataan kembali dari gradient ini
dapat menyebabkan harga tegangannya melampaui kekuatan (tegangan

breakdown) dari udara. Ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan dari sifat
isolasi yang dimiliki oleh udara yang terletak disekitarnya.

Bilamana penataan kembali ini hanya menyebabkan sebagian perubahan


potensial gradient dari udara, misalnya hanya daerah sekitar kawat saja yang
mengalami perubahan, maka perubahannya terbatas hanya pada satu kawat
saja.

Oleh karena itu korona disifatkan sebagai:


Terjadinya suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu
kawat bila nilai medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai
tertentu
Sedangkan nilai tertentu tersebut adalah harga medan listrik dimana pada saat
itu mulai terjadinya pelepasan muatan ke udara sekitarnya. Gejala ini dapat
terjadi pada segala macam kawat, tidak peduli seberapa besar diameter kawat
tersebut, asalkan diberi tegangan yang cukup tinggi. Didalam prakteknya, hal ini
akan terjadi bila tegangan antara kawat fasa melebihi 100 kV. Namun bisa saja
pada tegangan dibawah itu dapat terjadi,korona asalkan syarat-syarat untuk
terjadinya korona sudah terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai