Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan masyarakat umum. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat maka diperlukan pembangkit dengan jumlah yang memadai dan untuk menyalurkan tenaga listrik kepada konsumen diperlukan saluran transmisi yang berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu-gardu induk hingga sampai ke beban. Tenaga listrik kemudian disalurkan kepada konsumen melalui saluran distribusi. Pada penyaluran tenaga listrik salah satu peralatan listrik yang sangat penting adalah isolator yang berfungsi sebagai penyangga kawat saluran udara dan sebagai penyekat (isolasi) antara kawat tegangan. Terdapat dua jenis material isolator yang telah digunakan di Indonesia, yaitu keramik dan gelas. Jenis material lain yang dapat digunakan sebagai isolator adalah polimer. Salah satu polimer yang dapat digunakan sebagai isolator adalah resin epoksi. (Yandri Kahar, 1998) Bahan yang sering digunakan untuk isolator tegangan tinggi terbuat dari bahan keramik dan gelas. Kelebihan bahan isolasi keramik dan gelas adalah kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah, tahan korosi, keras dan kuat. Namun, bahan isolasi keramik dan gelas memiliki kelemahan dari segi mekanis yaitu berat dan permukaannya yang bersifat menyerap air (hygroscopic) sehingga lebih mudah terjadi arus bocor pada permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan lewat denyar (flashover). Sedangkan bahan isolasi polimer resin epoksi memiliki keuntungan antara lain, sifat dielektris, resistivitas volume dan sifat termal lebih baik, konstruksi relatif lebih ringan (rapat massa rendah), kedap air (hidrophobik), ketahanan kimia yang baik, ketahanan yang tinggi terhadap asam, serta proses pembuatan tidak memerlukan suhu yang tinggi dan relatif lebih cepat. Sedangkan kekurangannya adalah mudah

mengalami degradasi akibat faktor lingkungan, seperti paparan radiasi sinar ultraviolet, suhu, kelembaban atau hujan, keadaan udara, dan polusi, terutama jika berada di daerah beriklim tropis. Keadaan lingkungan seperti kelembaban, curah hujan yang menyebabkan permukaan isolator basah, hal ini menjadikan isolator semakin dilapisi dengan kotoran dan bahan kimia dalam jangka panjang. Ketika isolator basah, arus bocor yang mengalir pada permukaan isolator akan menjadi sangat tinggi yang selanjutnya mengakibatkan flashover pada permukaan isolator. Sementara pada saat kondisi kering lapisan polusi ini tidak memiliki efek yang terlalu merugikan pada isolator. Pada penelitian ini, abu terbang (fly ash) digunakan sebagai polutan pada isolator yang merupakan material sisa hasil pembakaran batubara. Untuk melakukan simulasi pengotoran isolator pada daerah industri berat (PLTU) yaitu dengan cara menaburkan abu terbang (fly ash) pada permukaan isolator. Pengotoran dilakukan dengan cara menaburkan abu terbang (fly ash) ke permukaan isolator bersih secara merata. Bahan isolator yang tidak mengkilap mengakibatkan air akan tetap tinggal padanya, lalu menyebabkan penimbunan debu dan kotoran membentuk lapisan yang bersifat menghantar dan memperpendek jarak rayap (creepage-distance). Terdapatnya abu terbang (fly ash) pada permukaan isolator (pengotoran terhadap permukaan isolator) dapat kita ketahui seberapa besar pengaruh abu terbang (fly ash) tersebut terhadap proses terjadinya flashover pada isolator tersebut dengan menggunakan tes keadaan basah dan kering. Salah satu dari jenis pengujian tegangan tinggi adalah pengujian tembus listrik dielektrik padat. Mekanisme tembus listrik dielektrik padat tergantung kepada durasi tegangan yang dipikul oleh dielektrik tersebut. Oleh karena itu, tegangan tembus dielektrik padat tergantung kepada waktu pengujian. Ada tiga metode atau cara dalam memberikan tegangan pengujian berdasarkan American Standar Test Method (ASTM D-149), yaitu Pengujian waktu singkat (Short Time Test), Pengujian bertangga (Stepby-Step Test), dan Pengujian kenaikan tegangan perlahan (Slow Rate-of-Rise Test). Pada metode pengujian Step-by-Step Test, pengujian dimulai dengan menaikkan tegangan specimen dengan cepat tanpa menimbulkan tegangan transien,

mulai dari nilai nol hingga mencapai tegangan start. Setelah tegangan start berlangsung 60 detik dan dalam interval ini tidak terjadi tembus listrik pada specimen, tegangan pengujian dinaikkan atau tegangan pengujian tingkat berikutnya hingga spesimen mengalami tembus listrik. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan pengujian tegangan flashover pada isolator berbahan keramik dan resin epoksi dalam kondisi basah dan kering yang dapat diharapkan dapat mengetahui sifat atau kinerja isolator dalam keadaan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka diambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ketahanan antara isolator berbahan keramik dan resin epoksi terhadap flashover dengan polutan berupa abu terbang (fly ash) pada industri berat dalam keadaan basah dan kering dengan metode Step-by-Step Test.

1.3 Batasan Masalah Untuk memperjelas dan menghindari meluasnya masalah, maka batasan masalahnya yaitu: a. Tidak membahas lebih lanjut masalah abu atau bahan kimia penyusun batubara yang digunakan sebagai polutan. b. Pengujian tembus listrik dilakukan dengan metode pengujian Step-by-Step Test (ASTM D-149). c. Diasumsikan tidak ada polutan lain pada permukaan isolator selain polutan abu terbang (fly ash) selama eksperimen berlangsung. d. Selama eksperimen, diasumsikan bahwa kondisi kelembaban dan temperatur dalam laboratorium pada kondisi konstan.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah untuk Mengetahui tingkat efektifitas ketahanan antara isolator berbahan keramik dan resin epoksi terhadap flashover dengan polutan berupa abu terbang (fly ash). Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia elektro khususnya bidang Teknik Tegangan Tinggi dalam mengurangi terjadinya kegagalan kerja pada isolator.

1.5 Manfaat Penelitian Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Sebagai referensi untuk upaya perbaikan keandalan isolator terhadap pengaruh adanya zat pengotor. b. Sebagai referensi untuk penggunaan isolator yang tepat pada daerah perkotaan yang terdapat banyak industri dan pabrik.

1.6 Sistematika Pembahasan Secara garis besar penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB 1. PENDAHULUAN Berisis tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, manfaat, sistematika pembahasan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Berisi penjelasan tentang teori yang berhubungan dengan isolator, tegangan tinggi, dan pengaruh polutan berupa abu terbang (fly ash). terhadap flashover pada tegangan tinggi dengan metode Step-by-Step Test

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan tentang metode kajian yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi hasil pengujian tegangan flashover, arus bocor, pada isolator berbahan keramik dan resin epoksi yang terkontaminan polutan berupa abu terbang (fly ash).

BAB 5. KESIMPULAN Menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan mengemukakan saran untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai