Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

ANALISIS KEADAAN ARUS BOCOR ISOLATOR PADA TEGANGAN


20 KV KARENA PENGARUH KELEMBABAN UDARA

Nama : YOGI SURYANTO SARI’

Nim : 219214028

Kelas : A6 TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Isolator pada umumnya digunakan pada kabel listrik saluran udara. Karena

digunakan di permukaan terbuka, lapisan luar isolator cenderung rawan terkena polusi

seperti kotoran,asap kendaran dan lainnya yang akan menempel di lapisan luar isolator dan

sedikit demi sedikit membentuk lapisan yang akan merusak material serta lapisan zat asing

ini akan mempengaruhi daya hantar.

Kelembaban udara sangat mempengaruhi daya hantar isolator yang

menyebabkan lapisannya menjadi konduktif. Kebocoran arus pada isolator

bergantung pada daya hantar lapisan luar. Dengan demikian, arus yang bocor

semakin besar karena semakin lembabnya udara disekitaran isolator. Arus bocor

mengalami kenaikan karena kelembaban udara itu terjadi 1.373 sampai dengan

41.171 kali daripada saat dalam keadaan bersih. Jika kelembaban udara lebih dari

98% maka akan terjadi kenaikan rugi-rugi yang signifikan.

I.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang,maka permasalahn dari penelitian ini adalah


Kelembaban udara menjadi pengaruh besar kebocoran arus
I.3 Batasan Masalah

Dilihat dari bahannya, isolator keramik terdiri dari isolator porselen dan

isolator kaca.

Isolator post terdiri dari beberapa ukuran dan yang akan diuji adalah

isolator post dengan enam sirip.


Dalam penelitian ini, polutan yang digunakan adalah polutan buatan

berupa lapisan garam

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang berapa

kenaikan rugi-rugi arus bocor pada saluran listrik udara akibat perubahan

kelembaban udara pada permukaan isolator yang terpolusi.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

persentase kenaikan rugi-rugi arus bocor pada saluran listrik udara akibat perubahan

kelembaban udara pada permukaan isolator yang terpolusi


BAB II

LANDASAN TEORI & KAJIAN PUSTAKA

2.1. Isolator
Isolator adalah salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk

memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang

dibumikan. Berdasarkan bahan pembuatnya isolator terdiri dari isolator

keramik dan isolator polimer. Berikut akan dijelaskan secara singkat

mengenai kedua isolator tersebut.

1. Isolator Keramik

Isolator jenis ini pertama kalinya digunakanvpada tahun 1800 pada

jaringan telegraf . Berikut ini beberapa kontruksi /gambar dari isolator jenis

keramik:

(standar)
(tipe terbuka) (Anti Kabut)

Berdasarkan bahan pembuatannya, isolator keramik terdiri dari dua jenis

yaitu isolator porselen dan isolator kaca.

- Bahan porselen digunakan dalam pembuatan isolator rantai, isolator

tipe post dengan inti padat maupun berongga, isolator tipe pin,

isolator post dengan sirip banyak dan bushing. Isolator jenis porselen

dilapisi dengan suatu lapisan mengkilat untuk menambah daya tahan

permukaannya.

- Bahan Kaca sendiri banyak digunakan untuk membuat isolator rantai

dan isolator tipe post. Isolator ini dibuat dengan memanaskan

material kaca untuk menghasilkan bentuk isolator yang baik dan


kuat serta tidak mudah retak.

Dari kedua bahan itu memiliki sifat yang lembam, sehingga mempunyai ketahanan

yang tinggi
pada saat terjadi busur api.

Berdasarkan konstruksinya, isolator keramik terdiri dari 4 jenis yaitu i tipe

pin, tipe post, tipe pin-post dan isolator gantung.

Isolator tipe pin, post dan pin-post digunakan untuk jaringan distribusi hantaran

udara tegangan menengah. Isolator post juga digunakan untuk pasangan dalam (indoor)

sebagai penyangga rel pada panel tegangan menengah.

Isolator gantung digunakan pada jaringan udara tegangan menengah dan tegangan tinggi.

Untuk tegangan menengah, isolator gantung digunakan pada tiang akhir dan tiang

sambungan. Berikut bentuk bentuk dari isolator ini:

(tipe pin) (tipe pos)

(tipe post-pin) (jenis piring)


2. Isolator Polimer

Isolator polimer(non-keramik) pertama kali diperkenalkan pada tahun

1959. Isolator ini terbuat dari bahan epoksi. Karena isolator polimer diapasang di

luar ruangan tidak heran jika isolator ini rentan mengalami kerusakan akibat sinar

ultraviolet dan erosi. Kerusakan yang terjadi pada isolator polimer umumnya

berhubungan dengan penggunaan material yang tidak tepat, teknik produksi,

kualitas batang serat fiber yang rendah, serta penyegelan antara batang, kerangka

dan ujung logam yang tidak bagus. Penyebab kerusakan isolator polimer dapat

juga berupa pengapuran, krasing (patah inti polimer), dan penetrasi air. Selain itu,

material polimer umumnya rentan terhadap pengaruh lingkungan dan polusi yang

tinggi. Keuntungan dari isolator polimer adalah berat dari isolator yang 90% lebih

ringan dibanding dengan isolator keramik. Isolator polimer juga mempunyai sifat

hidrofobik, sifat termal dan dielektrik yang lebih baik. Selain itu, isolator polimer

juga memiliki kekuatan mekanik yang lebih baik dibandingkan dengan isolator

keramik dan gelas.

Berikut bentuk dari isolator polimer yaitu:

- Bentuk isolator Rantai


- Tipe pos

Isolator polimer terdiri dari serat fiber sebagai penopang mekanis dan

sisiatas dan bawah terdapat logam sebagai kekuatan mekanis pada isolator.
2.2. Tahanan Isolator

Apabila isolator memikul tegangan searah, maka arus akan mengalir

melalui permukaan dan bagian dalam isolator. Arus yang melalui permukaan

disebut arus permukaan. Sedangkan hambatan yang dialami arus ini disebut

tahanan permukaan. Arus yang melalui bagian dalam isolator disebut arus volume

dan hambatan yang dialami arus tersebut disebut tahanan volume. Besarnya

tahanan volume dipengaruhi oleh bahan isolator yang digunakan. Sedangkan

besarnya tahanan permukaan dipengaruhi oleh kondisi dari permukaan isolator.

Jumlah arus volume dan arus permukaan disebut arus bocor.

2.3. Rugi-Rugi Akibat Arus Bocor Isolator

2.4. Pengaruh Kelembaban Udara terhadap Arus Bocor Isolator Terpolusi

Keadaan cuaca akan mempengaruhi kinerja dari isolator yang terpasang pada

saluran udara. Keadaan udara yang lembab, hujan gerimis dan adanya kabut juga

berpengaruh penting terhadap kinerja isolator. Udara di sekitar isolator mengandung

polutan. Polutan tersebut dapat berupa debu, asap-asap kendaraan maupun garam.

Polutan akan menempel pada permukaan isolator. Banyaknya polutan yang menempel

pada suatu isolator berbeda-beda bobotnya, bergantung pada bobot polutan udara di

sekitar tempat isolator tersebut. Polutan ini kemudian membentuk suatu lapisan yang

disebut lapisan kontaminan. Pada musim hujan, akan terjadi proses pembasahan

kontaminan secara alami. Apabila isolator dikenai hujan deras, maka lapisan
kontaminan pada isolator akan tercuci bersih. Sebaliknya, jika hujan yang terjadi
berupa

hujan rintik- rintik atau kondisi udara pada sekitar isolator lembab, maka lapisan

kontaminan akan menyerap uap air dari udara basah. Lapisan kontaminan yang basah

ini membuat konduktivitas lapisan kontaminan semakin besar sehingga tahanan

permukaan isolator semakin kecil, akibatnya, arus permukaan semakin tinggi dan

menyebabkan rugi-rugi daya pada permukaan isolator bertambah. Dengan demikian

rugi-rugi saluran distribusi hantaran udara juga bertambah besar.

2.5. Kajian Pustaka


Adapun kajian pustaka yang terlampir dari penelitian beberapa penelitan
sebelumnya adalah sebagai berikut:
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Umum

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam

Tugas Akhir ini. Untuk meneliti pengaruh kelembaban udara terhadap arus bocor

pada permukaan isolator perlu dilakukan eksperimen. Eksperimen dilakukan di

laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Universitas Sumatera Utara. Pada bab ini

akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam eksperimen

tersebut terutama perihal:

1. Pengukuran bobot polusi,

2. pengukuran konduktivitas,

3. perhitungan luas permukaan isolator,

4. pembuatan polusi pada isolator,

5. pelembaban udara di sekitar isolator,

6. peralatan ukur, dan

7. pengukuran arus bocor pada isolator.

Dalam pengukuran bobot polusi dibutuhkan pengukuran konduktivitas

suatu larutan dan luas permukaan isolator. Oleh karena itu, dalam bab ini juga

akan dijelaskan tentang pengukuran konduktivitas dan perhitungan luas

permukaan isolator.
3.2. Pengukuran Konduktivitas

Untuk menghitung nilai ESDD, diperlukan nilai konduktivitas dari larutan

pencuci. Nilai konduktivitas dapat diperoleh melalui alat ukur konduktivitas yang

dapat diperoleh di pasaran. Tetapi karena harga dari alat ukur konduktivitas mahal,

maka pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian

sederhana seperti yang ditunjukkan Gambar 3.1.

dengan larutan uji

A
V

Tabung uji yang diisi

18V DC

Gambar 3.1 Rangkaian Pengukur Konduktivitas

Panjang dari tabung yang digunakan dalam eksperimen ini adalah 27,5 cm

dan luas permukaannya adalah 4,908 cm2.

- Pada kedua ujung tabung dimasukkan sumbat karet yang sebelumnya

telah dilubangi dan dihubungkan dengan konduktor


- Konduktor yang berada di dalam tabung kemudian dibengkokkan

- Kemudian ditutupi dengan aluminium foil


-

Selanjutnya, sumbat dimasukkan ke dalam tabung


3.3. Proses Pelembaban Udara di Sekitar Isolator

Setelah proses pencemaran isolator selesai, proses selanjutnya adalah

proses pelembaban udara di sekitar isolator. Proses pelembaban udara akan

dilakukan dalam suatu wadah kaca yang telah dirancang khusus untuk percobaan

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7. Ukuran wadah kaca yang digunakan

adalah 60cm x 60 cm x 80 cm.

Konduktor

Pipa Uap Wadah kaca

Gambar 3.7 Wadah Kaca dengan Konduktor


. Wadah ini dilengkapi dengan terminal tegangan tinggi dan terminal

pembumian. Terminal tegangan tinggi dibuat dari suatu batang konduktor yang

ujungnya dibengkokkan untuk menghindari medan yang tinggi pada ujung

konduktor. Konduktor dilewatkan melalui suatu lubang kecil dengan diameter 6

mm pada bagian atas wadah kaca. Konduktor yang digunakan harus berdiameter 6

mm. Apabila diameternya lebih kecil dari 6 mm, maka akan menimbulkan korona

antara konduktor dengan kaca. Terminal pembumian menyatu dengan konduktor

pada isolator post yang digunakan. Terminal pembumian diapit dengan

menggunakan 2 meja yang digunakan untuk menopang wadah kaca. Wadah juga

dilengkapi dengan pipa PVC uap yang dihubungkan dengan keran uap yang

digunakan untuk mengatur uap air yang masuk ke dalam wadah kaca.

Isolator yang telah dicemari dan dikeringkan kemudian dimasukkan ke

dalam wadah kaca seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Isolator Uji

Gambar 3.8 Isolator Uji dalam Wadah Kaca


Uap air dihasilkan melalui air yang dididihkan dengan menggunakan ketel

listrik. Uap kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaca melalui selang plastik

menuju ke pipa uap yang dihubungkan dengan keran dan dipasang pada wadah

kaca seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.9 (a) dan (b).

Ketel Listrik Selang Plastik

(a)

Keran
Pipa
Uap

Selang Plastik

(b)
Gambar 3.9 (a) Penghasil Uap (b) Penghubung Ketel Listrik dengan Wadah
Kaca
Setelah uap air masuk ke dalam wadah kaca, diperhatikan alat ukur

kelembaban yang terpasang pada wadah kaca. Apabila nilai kelembaban sudah

mencapai tingkat yang diinginkan maka keran yang terpasang pada pipa uap

ditutup.

3.4. Peralatan Ukur

Alat-alat ukur yang digunakan dalam pengujian adalah :

 Termometer.

 Neraca.

 Barometer / Humidity meter.

 Trafo Uji.

 Voltmeter.

1. Termometer.

Termometer digunakan untuk mengukur suhu yang diperlukan dalam

proses perhitungan ESDD. Pada Gambar 3.10 ditunjukkan termometer yang

digunakan dalam pengujian.

Gambar 3.10 Termometer

Spesifikasi dari termometer adalah sebagai berikut

 Merek : lokal.
 Range suhu -10 C sampai 110 C.
2. Neraca.

Neraca digunakan untuk mengukur bobot dari garam dan kaolin yang akan

digunakan pada saat proses pencemaran isolator. Pada Gambar 3.11 ditunjukkan

neraca yang digunakan.

Gambar 3.11 Neraca

Spesifikasi dari neraca adalah sebagai berikut :

 Merek Ohaus.

 Berat Maksimum : 310 gram.

3. Barometer/ Humiditymeter Digital.

Barometer/ Humidity meter adalah suatu alat ukur yang dapat mengukur

beberapa parameter , di antaranya suhu, tekanan dan kelembaban udara. Dalam

percobaan ini yang digunakan adalah pengukur kelembaban ( humidity meter ).

Humidity meter digunakan untuk mengukur kelembaban udara di dalam wadah

kaca. Pada Gambar 3.12 ditunjukkan Barometer/ Humidity meter yang

digunakan.
Gambar 3.12 Barometer/ Humidity meter

Spesifikasi dari Barometer/ Humidity meter adalah sebagai berikut :

 Merek Lutron PHB 318.

 Range tekanan yang dapat diukur yaitu 10 – 1100 hPa ( hPa,

mmHg dan inHg ).

 Range kelembaban yang dapat diukur yaitu 10% - 110% RH

(%RH dan dew).

4. Trafo uji.

Pada Gambar 3.13 ditunjukkan 1 set trafo uji yang digunakan.


(a) (b)

Gambar 3.13 (a) Trafo Uji (b) Autotrafo

Pada autotrafo terdapat alat ukur arus dan tegangan yang berfungsi untuk

membaca tegangan yang dikeluarkan oleh trafo uji. Pada autotrafo disediakan juga

terminal untuk alat ukur eksternal. Spesifikasi dari trafo uji :

 Merek Keihin Densokki.

 Tegangan primer dan tegangan sekunder 220 V/100 kV.

 Kapasitas 10 KVA.

 Frekuensi 50 Hz.

5. Voltmeter.

Telah dijelaskan bahwa pada autotrafo disediakan terminal untuk alat ukur

eksternal. Agar pengukuran lebih akurat, maka digunakan voltmeter eksternal.

Selain itu, voltmeter juga digunakan dalam pengukuran arus bocor. Voltmeter

dihubungkan pada tahanan yang dipasang pada kabel pembumian. Spesifikasi dari

voltmeter adalah sebagai berikut :

 Merek Excel DT9205A.


 Range tegangan yang dapat diukur yaitu 0.2 V – 1000 V AC dan 0.2 V –

750 V DC.

 Kelas ketelitian adalah 0.5 untuk tegangan AC dan 0.8 untuk

tegangan DC. Pada Gambar 3.14 ditunjukkan voltmeter.

Gambar 3.14 Voltmeter

3.5. Pengukuran Arus Bocor pada Isolator

Dalam eksperimen ini, akan diukur besar arus bocor yang mengalir melalui

permukaan isolator. Arus bocor yang akan diukur berada dalam kisaran A (

mikroampere ) sehingga pengukuran dengan menggunakan amperemeter praktis

akan menghasilkan pembacaan yang tidak akurat. Oleh karena itu, untuk

mengukur arus bocor, dalam eksperimen ini ditambahkan suatu rangkaian

sederhana yang memanfaatkan hukum Ohm. Pada kabel pembumian rangkaian

percobaan dipasang resistor dengan nilai yang telah diketahui, selanjutnya akan

disebut sebagai resistor uji. Resistor uji kemudian dihubungkan pada voltmeter

sehingga pada saat tegangan 20 kV diberikan, pada voltmeter akan terbaca nilai

tegangan yang dialami oleh resistor. Dari nilai tegangan tersebut dapat diperoleh

besar arus bocor yang mengalir melalui resistor uji dengan menggunakan

Persamaan 3.6.
I = V / R

3.6

Dalam hal ini :

I = Arus bocor yang mengalir melalui isolator dan resistor

(Ampere).

V = Tegangan yang terbaca pada voltmeter

(Volt). R = Resistor Uji ( Ohm ).

Rangkaian pengukuran arus bocor pada permukaan isolator ditunjukkan

pada Gambar 3.15.

V1
R V2

AT
TU

S1 S2
Keterangan : TU = Trafo Uji, AT = Auto Trafo, S1 = Saklar Utama, S2 =

Saklar Sekunder, V1 = Voltmeter Internal, V2 = Voltmeter

eksternal, R = Resistor Uji.

Gambar 3.15 Rangkaian Percobaan


Untuk keadaan isolator bersih dan bobot polutan isolator rendah,

digunakan resistor uji yang bernilai 1 M. Untuk bobot polutan sedang dan berat,

digunakan resistor uji dengan nilai 100 K.

Prosedur yang dilakukan pada eksperimen ini adalah :

1. Isolator bersih dimasukkan ke dalam wadah kaca, kemudian masukkan

uap air ke dalam wadah kaca sampai mencapai tingkat kelembaban

mencapai 80 %RH. Keran yang berada pada pipa uap ditutup agar uap

tidak terus mengalir ke dalam wadah.

2. Dinaikkan tegangan sekunder trafo uji sampai 20 kV. Dibaca dan dicatat

nilai tegangan pada voltmeter eksternal.

3. Dengan prosedur yang sama, percobaan dilakukan sampai 10 kali.

4. Selanjutnya, tingkat kelembaban dalam wadah kaca dinaikkan menjadi 82

% RH dengan membuka keran pada pipa uap. Eksperimen dilakukan

seperti di atas sampai tingkat kelembaban 100 %RH.

5. Prosedur di atas dilakukan terhadap masing-masing isolator yang terpolusi

dengan bobot rendah, sedang dan berat.

3.6. Hasil Pengujian

Hasil eksperimen terdiri dari :

-Tentang pengukuran konduktivitas yang akan digunakan untuk menentukan

bobot polusi. Hasil pengukuran ini diberikan pada Lampiran A.

-Tentang pengukuran arus bocor yang terdiri dari:

1. Pengukuran arus bocor pada keadaan isolator bersih.


2. Pengukuran arus bocor pada bobot polusi ringan.

3. Pengukuran arus bocor pada bobot polusi sedang.

4. Pengukuran arus bocor pada bobot polusi berat.

Anda mungkin juga menyukai