Anda di halaman 1dari 20

KNOWLEDGE SHARING

TEKNIK DIAGNOSIS ISOLATOR

Oleh:

RUDIANA NURHADIAN (NIP : 8506683 Z)


Mahasiswa Program Magister ITB (NIM: 23212080)

PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT


2013
BAB I - ISOLATOR

Pada instalasi tenaga listrik dijumpai konduktor-konduktor yang berbeda potensialnya,


sehingga dibutuhkan isolator untuk mengisolir konduktor dengan konduktor, maupun
konduktor dengan bagian peralatan yang terhubung secara listrik dengan tanah.

1.1 Umum

Isolator dapat ditemui dalam instalasi tegangan tinggi pada transmisi hantaran udara, jaringan
distribusi hantara udara, gardu induk dan pada panel pembagi daya.

Pada transmisi hantaran udara, suatu konduktor lain diisolir dengan udara, sedangkan
konduktor dengan menara atau tiang pendukung diisolir dengan bahan isolasi padat yang
disebut isolator. Jadi, isolator berfungsi sebagai pendukung konduktor dan sekaligus
memisahkan konduktor bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan/bertegangan nol.

Gambar 1.1 Isolator Pada Saluran Transmisi

Isolator mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran arus dari konduktor
phasa ke bumi melalui menara pendukung. Dengan demikian, isolator merupakan bagian
Bab I –Isolator

penting dalam sistem transmisi energi listrik. Beberapa persyaratan penting yang harus
dimiliki suatu isolator adalah:

• Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.


• Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi
• Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor yang terjadi.
• Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun cairan-cairan ke
dalam bahan isolator.
• Handal dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu.

1.1.1 Jenis Isolator Hantaran Udara

Isolator terbagi menjadi dua jika dilihat dari lokasi pemasangannya, yakni isolator
pasangan dalam (indoor) dan isolator pasangan luar (outdoor). Jika dilihat dari
fungsinya, isolator terdiri dari isolator pendukung dan isolator gantung (suspension).

Gambar 1.2 Jenis isolator berdasarkan fungsinya

1.1.2 Bahan Dielektrik Isolator

a. Porselen

Kekuatan dielektriknya tinggi dan tidak terpengaruh oleh kondisi udara di sekitarnya.
Pada sampel uji porselen dengan ketebalan 1,5 mm, dalam medan elektrik seragam,
mempunyai kekuatan elektrik sebesar 22-28 kV/mm. Jika tebal porselen bertambah
maka kekuatan dielektriknya berkurang, karena medan elektrik di dalam isolator

Rudiana Nurhadian - 23212080 3


Bab I –Isolator

semakin tidak seragam. Kekuatan dielektrik porselen pada tegangan impuls, 50-70%
lebih tinggi daripada kekuatan dielektrik frekuensi daya.

Secara mekanis, proselen sangat baik jika bekerja untuk memikul beban tekan, tetapi
sifat mekanisnya tidak begitu baik saat memikul beban tekuk, dan semakin buruk
lagi jika memikul beban tarik. Kekuatan mekanis porselen untuk yang berdiameter 2-
3 cm adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/cm2 untuk beban tekuk dan
300 kg/cm2 untuk beban tarik.

b. Gelas

Gelas diproduksi dengan melalui proses penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu
didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan gelas ini memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut :

• Kekuatan dielektriknya tinggi kira-kira 140 kV/cm


• Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.
• Koefisien muai panasnya rendah.
• Karena kekuatan dielektriknya tinggi, maka isolator gelas memiliki bentuk
yang lebih sederhana dan bahkan dapat digunakan satu lapis sebagai bahan
isolator.
• Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit
cacat, ketakmurnian gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoran yang
lain dapat dideteksi dengan mudah dan bersifat homogeny.
• Kekuatan mekanis untuk beban tarik lebih besar dari porselen.
• Lebih murah dari pada porselen

Kelemahan dari isolator gelas antara lain :

• Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga


hal ini dapat menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran pada permukaan
isolator dan mempercepat terjadinya arus bocor.

Rudiana Nurhadian - 23212080 4


Bab I –Isolator

• Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam
bentuk atau model yang tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur
akan menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan didalam isolator dan
keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.

c. Komposit

Isolator komposit memiliki keunggulan dibandingkan dengan isolator porselen


maupun isolator gelas, karena memiliki sifat sebagai berikut:

• Ringan, karena rapat massanya lebih rendah daripada isolator porselen atau
gelas
• Pembuatannya lebih mudah
• Tidak ada rongga-rongga udara, sehingga tidak terjadi peluahan sebagian di
dalam bahan isolator komposit
• memiliki sifat menolak air (hydrophobic), sehingga polutan yang terbawa air
tidak menempel, cocok untuk daerah yang polusinya berat

namun bahan komposit pun mempunyai kelemahan, antara lain:

• Harga material dasar mahal


• kekuatan mekanisnya rendah
• penuaan lebih cepat, karena timbulnya pada permukaan isolator akibat reaksi
suatu unsur kimia pada permukaan isolator, karena radiasi sinar ultra violet;
karena panas dan korona.

1.2 Karakteristik Isolator

1.2.1 Karakteristik Elektrik Isolator

Isolator terdiri dari badan porselen yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan
demikian maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Nilai kapasitansi ini akan
semakin besar oleh timbulnya lapisan yang menghantarkan listrik karena kelembaban
udara, debu dan bahan-bahan lainnya yang melekat pada permukaan isolator.

Rudiana Nurhadian - 23212080 5


Bab I –Isolator

Pada jaringan transmisi, isolator yang paling dekat dengan konduktor tegangan tinggi
akan memikul tegangan yang terbesar. Dengan memasang busur tanduk (arching horn),
maka distribusi tegangan diperbaiki dan tegangan pada isolator yang paling dekat
dengan kawat fasa akan berkurang. Gambar karakteristik distribusi tegangan isolator
rantai dengan pemasangan busur tanduk pada isolator paling atas dan isolator paling
bawah ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.3 Karakteristik Distribusi Tegangan Isolator Rantai

Kegagalan listrik pada isolator dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga kecil pada
dielektrik padat (porselen) atau disebabkan terjadinya flashover di sepanjang
permukaan isolator. Rongga-rongga kecil pada isolator ditimbulkan karena isolator
dibuat kurang sempurna pada saat pembuatan, dengan demikian karakteristik listrik dari
isolator tersebut kurang baik. Rongga kecil pada isolator lama-kelamaan akan
menyebabkan kerusakan mekanik pada isolator. Terjadinya flashover menyebabkan
kerusakan pada isolator oleh karena panas yang dihasilkan busur di sepanjang
permukaan isolator. Oleh sebab itu isolator harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tegangan pada rongga kecil lebih tinggi dari pada tegangan yang menyebabkan
flashover.

1.2.2 Karekteristik Mekanis

Disamping harus memenuhi persyaratan listrik tersebut diatas, isolator harus memiliki
kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya.

Rudiana Nurhadian - 23212080 6


Bab I –Isolator

Porselen, sebagai bagian utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat-
tekan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih
kecil. Kuat-tariknya biasanya 400-900 kg/cm2, sedangkan kuat-tekannya 10 kali lebih
besar.

1.2.3 Karakteristik Thermal

Dalam peralatan dan instalasi pencatu listrik, panas terjadi karena adanya rugi-rugi
ohmik pada konduktor, rugi-rugi dielektrik pada bahan isolasi, rugi-rugi magnetisasi
dan rugi-rugi arus Eddy pada inti besi. Jika dibandingkan dengan bahan logam, bahan
isolasi mempunyai stabilitas thermal yang sangat rendah, sehingga kenaikan suhu yang
diijinkan pada bahan isolasi menjadi patokan dalam menentukan batas suhu kerja dari
peralatan. Selama tekanan terus berlangsung pada kondisi operasi statis, panas
dibangkitkan akibat rugi-rugi yang seharusnya disebarkan ke medium sekitarnya. Ada
tiga jenis mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

Untuk memindahkan rugi-rugi panas dengan cepat dari suatu peralatan dibutuhkan
bahan yang mempunyai konduktivitas panas yang baik. Kebutuhan ini dapat dipenuhi
dengan baik jika digunakan bahan isolasi kristal, karena susunan kisi-kisi atomnya
teratur dan jarak antar atom yang kecil, sehingga perpindahan atom dapat berlangsung
dengan baik.

1.2.4 Karakteristik Kimia

Jika ada zat asing dari luar menyusup ke dalam bahan isolasi, maka hal ini dapat
menyebabkan perubahan sifat kimia bahan isolasi tersebut. Hanya bahan anorganik
seperti gelas dan bahan keramik padat yang kedap terhadap zat-zat lain di sekitarnya.
Bahan isolasi organik menyerap uap air secara difusi. Sehingga sifat dielektrik dan
listriknya memburuk. Kecepatan difusi tergantung kepada struktur bahan dan gaya
tarik-menarik molekul bahan dengan molekul zat asing.

Sebagai tambahan, penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi (menggelembung)


dan kerusakan elektroda. Sehingga diharapkan bahan isolasi pasangan luar harus
memiliki kemampuan menyerap air yang rendah untuk mencegah pengurangan
kekuatan dielektrik.

Rudiana Nurhadian - 23212080 7


BAB II
TEKNIK DIAGNOSIS PADA ISOLATOR

Selama beroperasi, isolasi tegangan tinggi akan mendapatkan berbagai macam tekanan/stress
yang dapat menurunkan kemampuan isolasinya. Secara umum, faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya penuaan adalah Thermal, Electrical, Ambient, Mechanical (TEAM).
Stres termal dapat muncul akibat suhu maksimum, beban tinggi, gradasi suhu dan siklus
perubahan suhu. Stres listrik mungkin timbul dalam bentuk tegangan kerja (AC, DC atau
impuls), arus, frekuensi. Stres yang diakibatkan oleh ambien (lingkungan) mungkin
diakibatkan oleh gas (udara, oksigen), air / kelembaban, radiasi UV, korosif bahan kimia dan
radiasi. Sedangkan untuk stres mekanik umumnya karena bending, regangan, kompresi dan
getaran.

2.1 Resiko Kegagalan Operasi

Seluruh peralatan tegangan tinggi akan menghadapi kemungkinan terjadinya kegagalan


dalam operasi yang dapat diklasifikasikan sesuai gambar 2.1

Gambar 2.1 Typical Bathtub Probability Risk of High Voltage Equipment

Dari gambar di atas terlihat bahwa resiko kegagalan telah dihadapi ketika awal waktu
pengoperasian. Kegagalan tersebut dapat terjadi akibat desain yang tidak tepat atau kondisi
operasional yang ekstrim. Kegagalan infatile dapat diatasi dengan membuat desain yang baik
Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

dan mengoperasikannya secara benar. Kegagalan random disebabkan oleh adanya fenomena
random juga, contoh sambaran petir. sedangkan kegagalan ageing disebabkan oleh penuaan
isolasi setelah waktu operasi yang lama.

Selain itu, setiap peralatan tegangan tinggi di desain dengan safety margin-nya untuk
beroperasi seperti terlihat pada gambar.

Gambar 2.2 Typical Condition Level of High Voltage Equipment as Function Operating Time

Kondisi peralatan akan mengalami penurunan akibat penuaan seiring dengan berjalannya
waktu. Jika kondisi peralatan telah berada di bawah level kritis, kegagalan peralatan pasti
akan terjadi. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan akan menaikan kembali kondisi peralatan
di atas level kritisnya. Strategi pemeliharaan peralatan tegangan tinggi adalah kunci untuk
mempertahankan kondisi normal peralatan. Hal ini sangat tergantung pada kualitas diagnosis
yang digunakan dalam sistem pemeliharaan.

2.2 Kegagalan Pada Isolator

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pada suatu isolator adalah :

2.2.1 Keretakan Isolator

Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan yang dihasilkan
didalam bahan porselen yang diakibatkan oleh ketidakseragaman pemuaian dan
penyusutan yang terdapat dalam bahan semen, baja, dan porselen yang disebabkan oleh
musim panas, dingin, kekeringan dan kelembaban atau akibat adanya pemanasan pada
isolator tersebut.

Rudiana Nurhadian - 23212080 9


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

Untuk menghindari keretakan pada isolator tersebut, maka telah dilakukan beberapa
perbaikan dalam desain pembuatannya, yakni dengan cara menempatkan sejenis
pelindung yang kecil diantara lapisan terluar dari porselen dengan pasak baja sehingga
pemuaiannya dapat terlaksana secara merata.

2.2.2 Ketidakmurnian Bahan Isolator

Jika bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat buruk, hal ini akan
menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga isolator tidak baik untuk pemakaian
yang kontiniu.

2.2.3 Sifat Penyerapan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Isolator

Jika bahan porselen yang digunakan dalam pembuatan isolator dipabrikasi pada suhu
rendah, maka hal ini akan mengakibatkan kekeroposan pada isolator tersebut dan
dengan alasan ini maka isolator akan menyerap embun dari lapisan udara atau semen.
Kebocoran arus akan dimulai dari isolator tersebut yang akan menyebabkan kegagalan
sebagai akibat dari pemakaian bahan yang digunakan dalam pembuatan isolator.

2.2.4 Bahan Pelapis Isolator Yang Kurang Baik

Bila bahan isolator tidak benar-benar dilapisi pelapis yang baik sebagaimana mestinya,
maka air akan mudah merembes yang dapat menyebabkan menempelnya debu pada
permukaan isolator tersebut yang dapat bersifat sebagai penghantar dan mereduksikan
jarak lompatan bunga api listrik.

2.2.5 Lompatan Bunga Api Listrik (Flashover)

Bila terjadi lompatan bunga api listrik dari suatu kawat ke kawat yang lain maka hal ini
akan menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada isolator dan dapat menyebabkan
pecahnya isolator tersebut.

2.2.6 Tekanan Mekanis

Pada saat penarikan kawat-kawat penghantar pada suatu pemasangan jaringan maka
isolator akan mengalami tekanan mekanis, sehingga bila bahan digunakan kurang baik,
maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau pecahnya isolator.

Rudiana Nurhadian - 23212080 10


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

2.2.7 Terjadinya Hubung Singkat

Terkadang gangguan alam seperti kumpulan burung yang hinggap atau pepohonan yang
mengena pada kawat penghantar maupun isolator dapat mengakibatkan terjadinya arus
hubung singkat, kondisi ini merupakan penyebab terjadinya kegagalan dari suatu
isolator. Keadaan seperti ini hanya mungkin terjadi bila jarak antar konduktor lebih
kecil dari standar yang telah ditentukan.

Adapun penyebab utama terjadinya penuaan yang dapat mengakibatkan penurunan


kemampuan isolasi adalah adanya kontaminan yang menyebabkan terciptanya lapisan
konduktif sehingga menimbulkan arus bocor mengalir. Arus bocor dan dryband tersebut
merupakan akar penyebab ageing dari isolator.

Gambar 2.3 Proses Ageing Akibat Adanya Kontaminan

2.3 Prinsip Diagnosis Pada Isolator

Isolator mempunyai desain yang sederhana dan mempunyai fungsi utama untuk memisahkan
bagian yang bertegangan dengan penunjangnya dan secara mekanis sebagai tempat
kedudukan konduktor. Berdasarkan hal tersebut, pada prinsipnya mendiagnosis kondisi
isolator haruslah memastikan bahwa kemampuan elektris dan mekanisnya sesuai level
amannya.

Rudiana Nurhadian - 23212080 11


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

2.4 Teknik Diagnosis Isolator

Meskipun isolator adalah komponen instalasi peralatan tegangan tinggi yang harganya murah
dan desainnya sederhana, namun isolator menjadi salah satu yang mempunyai kuantitas
paling banyak dari suatu instalasi tenaga listrik. Meskipun demikian jika salah satu saja
mengalami kegagalan, maka akan tetap menyebabkan gangguan pada system tenaga
listrik.Karenanya sangat penting untuk dilakukan diagnosis terhadap kondisi isolator agar
selalu berada di level amannya.

Tabel 2.1 menunjukan permasalahan terkait dengan ageing isolator dan teknik diagnosisnya

Tabel 2.1 Permasahalan vs Teknik Diagnosis Isolator

Permasalahan Teknik Diagnostik

Berkurangnya kemampuan secara mekanik Tes secara mekanik di dalam laboratorium


karena adanya ageing dengan mengambil beberapa sampel

Kekuatan dielektrik dari isolator jenis keramik - Dilakukan tes impuls


bisa pecah karena adanya tekanan panas - Dilakukan tes akustik
berlebih, atau cacat material, dan untuk bagian
cap dan pin pecah karena adanya korosi dari
pin. Atau pecahnya bagian isolator karena
adanya tegangan surja yang sangat curam.
isolator jenis komposit kekuatan mekaniknya - Tes mekanik dalam lab dengan
dipengaruhi oleh ageing dan lingkungan seperti mengambil sampel
briitle fracture (masuknya air dan berkombinasi - Tes secara elektrik
dengan asam untuk merusak bagian rod) - Inspeksi secara visual menggunakan
Adanya kebocoran secara elektrik teleskop
Rusaknya bagian luar karena adanya pengaruh - Inspeksi secara visual menggunakan
dari tekanan lingkungan (UV, kelembapan dll) intensifikasi cahaya pada malam hari
- Pengukuran sinar Infra Merah
- Pengukuran Corona

Rudiana Nurhadian - 23212080 12


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

2.4.1 Inspeksi Visual

Merupakan teknik paling dasar yang paling mudah untuk dilakukan. Dengan melakukan
pengamatan visual terhadap isolator untuk meninjau kerusakan yang terlihat jelas
seperti korosi, bekas tracking, noda cat dan bentuk lain dimana polusi berat dapat
dilihat. Pada kondisi tertentu, banyak kasus suatu cacat/ kerusakan tidak mudah terlihat
meskipun dari jarak yang dekat, sehingga dibutuhkan teknik lain yang lebih efektif.

2.4.2 Pengukuran Arus Bocor

Pengujian arus bocor dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan isolasi dari
isolator masih pada level yang aman atau tidak. Seperti kita ketahui jika suatu
polutan/kontaminan menempel pada suatu isolator, maka akan menyebabkan
menghasilkan lapisan konduktif pada isolator dan mengakibatkan terjadinya penurunan
tahanan isolasi, sehingga akan timbul arus bocor. Jika arus bocor bertambah semakin
besar akan menyebabkan terjadinya flashover.

Gambar 2.4 Ilustrasi Terjadinya Arus Bocor

Dari pengujian arus bocor tersebut dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:

• Bentuk gelombang dari arus bocor berhubungan dengan degradasi dari


isolator jenis komposit
• Bentuk gelombang terdistorsi, hal tersebut merupakan tanda terjadinya
degradasi
• Distorsi ditemukan secara kuantitatif dari Pengukuran rasio harga puncak
dengan harga RMS dari arus bocor
• Semakin besar nilai arus bocor maka semakin besar sebuah isolator komposit
kehilangan kemampuan hidrofobiknya (kemampuan menolak air).
• Besarnya arus bocor sebanding dan berhubungan langsung dengan besarnya
kerapatan kadar garam (salt deposit density).

Rudiana Nurhadian - 23212080 13


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

• Arus bocor berbanding terbalik dengan tegangan flashover.


• Meskipun teknik ini cukup efektif untuk menentukan kondisi isolator, namun
mempunyai kelemahan pengujiannya harus dilakukan secara off-line.
• Arus bocor meningkat dengan kelembaban yang meningkat.
• Semakin panjang creeping distance dari isolator, arus bocor yang mengalir
akan semakin kecil.
• Perubahan temperatur menghasilkan perubahan yang tidak terlalu signifikan
terhadap perubahan arus bocor.

2.4.2 Deteksi Pemanasan

Arus bocor yang timbul di permukaan atau inti dan busur akan menyebabkan
pemanasan. Panas yang timbul dapat ditangkap dengan menggunakan kamera infra
merah. Dengan bantuan Kamera infra merah tersbut akan terlihat bagian yang
mengalami kebocoran arus dengan mendeteksi panas yang muncul.

2.4.3 Pengukuran Ultra Violet

Teknik ini pada prinsipnya untuk menangkap fenomena korona seperti pada gambar
berikut yang tidak tertangkap langsung oleh mata.

Gambar 2.5 Penampakan Korona

Korona dapat menyebabkan degradasi dari isolator non keramik, kerusakan komponen
pada isolator, keretakan pada bagian semen dari pin dan bagian metal dari cap dari
isolator jenis keramik. Selain itu korona dapat menimbulkan polusi suara di jaringan.

Rudiana Nurhadian - 23212080 14


Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator

2.4.4 Pengujian Akustik

Cacat apapun seperti retak dan void di dalam material menghasilkan perubahan
karakteristik dalam atenuasi, kecepatan dan arah sinyal. Gelombang akustik akan
berjalan melalui material melalui interaksi molekul.

Diagnostik dilakukan dengan menggunakan ultrasonic/ prinsip gema dari pulsa atau
deteksi emisi akustik.

Gambar 2.6 Hasil Pengujian Akustik

Rudiana Nurhadian - 23212080 15


BAB III
PENERAPAN TEKNIK DIAGNOSIS

Saat ini teknik-teknik diagnosis isolator yang telah dibahas pada bab-2 sudah dilaksanakan
dan menjadi sebuah SOP di lingkungan PT PLN (Persero). Adapun contoh pelaksanaan tenik
diagnosis tersebut adalah sebagai berikut:

3.1 Check List Pengamatan Visual

Tabel 3.1 Chek List Pengamatan Visual

PERALATAN SASARAN EVALUASI / AKIBAT


YANG PEMERIKSAAN
DIPERIKSA
 Piring insulator pecah, Penurunan Level BIL dan Creepage
retak & flek Distance pada insulator
 Pin ikatan insulator Penurunan mechanical strength pada renceng
tidak lengkap atau aus insulator
 Ikatan insulator korosi
Penurunan mechanical strength pada renceng
Isolasi Padat insulator
(Insulator)  Piring insulator kotor Penurunan Level BIL dan Creepage
Distance pada insulator
 Ada benda asing Terjadi hubung singkat antar fasa dan fasa ke
(binatang, benang, tanah (ground)
layang-layang, balon,
sampah) atau
tersangkut
 Jarak bebas tidak Terjadi hubung singkat antar fasa dan fasa ke
Isolasi udara
terpenuhi tanah (ground)
Bab III –Penerapan Teknik Diagnosis

3.2 Standar Pengujian Thermovisi

Pengukuran suhu dengan thermography akan selalu memberikan nilai absolut dari objek
terukur. Untuk menentukan dengan benar apakah suhu objek terlalu panas (overheating), ada
dua pendekatan yang harus dilakukan dalam menyikapi hasil ukur yang didapat :

1. Membandingkan hasil ukur dengan suhu operasi objek

Suhu operasi adalah suhu normal dengan mempertimbangkan faktor pembebanan


pada objek dan pengaruh suhu lingkungan disekitarnya (suhu ambient). Untuk
peralatan SUTT & SUTET yang berada diluar ruangan, suhu operasi objek
umumnya hanya 1°C atau 2°C diatas suhu lingkungan (ambient), sedangkan untuk
peralatan dalam ruangan variasinya akan lebih besar.

2. Membandingkan hasil ukur dengan hasil ukur objek lain yang sama disekitarnya
(objek tetangga)

Pada suhu operasinya, peralatan listrik yang rusak atau bekerja dalam kondisi tidak
normal akan memberikan hasil ukur yang berbeda dengan peralatan listrik lain yang
sama disekitarnya. Perbedaan hasil ukur ini (∆t), dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu :

Tabel 3.2 Standar Evaluasi Pengujian Thermovisi

KATEGORI HASIL UKUR KONDISI


(∆t)
I < 5°C Awal kondisi panas berlebih (overheating)
II 5–30°C Peningkatan panas berlebih (overheating)
III > 30°C Panas berlebih (overheating) akut
* Diambil dari manual instruction Kamera thermovisi FLIR

Rudiana Nurhadian - 23212080 17


Bab III –Penerapan Teknik Diagnosis

3.3 Standar Pengujian Korona

Gambar 3.1 Diagram alir pengambilan keputusan

INTENSITAS KORONA :
Tabel 3.3 Standar Evaluasi Pengujian Korona

KATEGORI HASIL UKUR KONDISI


Low < 1000  Berpotensi mengurangi usia peralatan
countrate/menit  Indikasi kerusakan minor dari pemburukan
komponen
Medium 1000 – 5000  Dapat menyebabkan pemburukan yang
countrate/menit signifikan terhadap usia peralatan
 Indikasi kerusakan/pemburukan komponen yang
dapat diukur
High > 5000  Menyebabkan pemburukan yang sangat cepat
countrate/menit  Indikasi kerusakan parah terhadap
komponen/peralatan
* Diambil dari manual instruction Kamera korona OFIL Daycor Superb

Rudiana Nurhadian - 23212080 18


Bab III –Penerapan Teknik Diagnosis

3.4 Standar Pengujian Puncture (Kebocoran) Isolator

Evaluasi terhadap pengujian ini adalah dengan melihat kurva distribusi potensial antar keping
insulator. Insulator rusak (breakdown) akan ditunjukkan dengan nilai tegangan keping
insulator yang mengalami penurunan dibandingkan nilai tegangan keping insulator yang lain
dalam satu renceng seperti gambar di bawah.

Gambar 3.2 Contoh Hasil Pengujian Puncture Insulator

Gambar pertama di atas menunjukkan hasil ukur masing-masing keping insulator dalam satu
renceng dalam kondisi normal, sedangkan gambar kedua menunjukkan hasil ukur pada
keping nomor 3 mengalami kerusakan (breakdown).

Dalam kegiatan Pemeliharaan SUTT & SUTET, selain untuk mengetahui kondisi insulator,
hasil pengujian kebocoran insulator (puncture test) juga digunakan sebagai standar untuk
menentukan apakah suatu pekerjaan pemeliharaan insulator secara bertegangan (On line)
dapat dilakukan atau tidak. Bila hasil ukur kebocoran insulator menunjukkan bahwa lebih
dari 50% + 1 jumlah insulator dalam satu renceng tidak sesuai standar, maka pekerjaan
pemeliharaan insulator harus dilaksanakan secara tidak bertegangan (Off line).

Rudiana Nurhadian - 23212080 19


DAFTAR PUSTAKA

1. Suwarno, “Diagnosis Of High Voltage Equipment”, Penerbit ITB, 2010


2. Surat Edaran NO. 032/PST/1994, “Himpunan Buku Petunjuk dan Pemeliharaan
Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik”, PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat
Pengatur Beban Jawa Bali, 2000.
3. Tobing, Bonggas L., “Peralatan Tegangan Tinggi – Edisi Kedua”, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2012
4. Tobing, Bonggas L., “Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi - Edisi Kedua”,
Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012.
5. SPLN 121 : 1996, “Konstruksi Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kV dan 150 kV
Dengan Tiang Beton/Baja”, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), 1996.
6. http://modalholong.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai