Oleh:
1.1 Umum
Isolator dapat ditemui dalam instalasi tegangan tinggi pada transmisi hantaran udara, jaringan
distribusi hantara udara, gardu induk dan pada panel pembagi daya.
Pada transmisi hantaran udara, suatu konduktor lain diisolir dengan udara, sedangkan
konduktor dengan menara atau tiang pendukung diisolir dengan bahan isolasi padat yang
disebut isolator. Jadi, isolator berfungsi sebagai pendukung konduktor dan sekaligus
memisahkan konduktor bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan/bertegangan nol.
Isolator mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran arus dari konduktor
phasa ke bumi melalui menara pendukung. Dengan demikian, isolator merupakan bagian
Bab I –Isolator
penting dalam sistem transmisi energi listrik. Beberapa persyaratan penting yang harus
dimiliki suatu isolator adalah:
Isolator terbagi menjadi dua jika dilihat dari lokasi pemasangannya, yakni isolator
pasangan dalam (indoor) dan isolator pasangan luar (outdoor). Jika dilihat dari
fungsinya, isolator terdiri dari isolator pendukung dan isolator gantung (suspension).
a. Porselen
Kekuatan dielektriknya tinggi dan tidak terpengaruh oleh kondisi udara di sekitarnya.
Pada sampel uji porselen dengan ketebalan 1,5 mm, dalam medan elektrik seragam,
mempunyai kekuatan elektrik sebesar 22-28 kV/mm. Jika tebal porselen bertambah
maka kekuatan dielektriknya berkurang, karena medan elektrik di dalam isolator
semakin tidak seragam. Kekuatan dielektrik porselen pada tegangan impuls, 50-70%
lebih tinggi daripada kekuatan dielektrik frekuensi daya.
Secara mekanis, proselen sangat baik jika bekerja untuk memikul beban tekan, tetapi
sifat mekanisnya tidak begitu baik saat memikul beban tekuk, dan semakin buruk
lagi jika memikul beban tarik. Kekuatan mekanis porselen untuk yang berdiameter 2-
3 cm adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/cm2 untuk beban tekuk dan
300 kg/cm2 untuk beban tarik.
b. Gelas
Gelas diproduksi dengan melalui proses penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu
didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan gelas ini memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut :
• Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam
bentuk atau model yang tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur
akan menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan didalam isolator dan
keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.
c. Komposit
• Ringan, karena rapat massanya lebih rendah daripada isolator porselen atau
gelas
• Pembuatannya lebih mudah
• Tidak ada rongga-rongga udara, sehingga tidak terjadi peluahan sebagian di
dalam bahan isolator komposit
• memiliki sifat menolak air (hydrophobic), sehingga polutan yang terbawa air
tidak menempel, cocok untuk daerah yang polusinya berat
Isolator terdiri dari badan porselen yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan
demikian maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Nilai kapasitansi ini akan
semakin besar oleh timbulnya lapisan yang menghantarkan listrik karena kelembaban
udara, debu dan bahan-bahan lainnya yang melekat pada permukaan isolator.
Pada jaringan transmisi, isolator yang paling dekat dengan konduktor tegangan tinggi
akan memikul tegangan yang terbesar. Dengan memasang busur tanduk (arching horn),
maka distribusi tegangan diperbaiki dan tegangan pada isolator yang paling dekat
dengan kawat fasa akan berkurang. Gambar karakteristik distribusi tegangan isolator
rantai dengan pemasangan busur tanduk pada isolator paling atas dan isolator paling
bawah ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Kegagalan listrik pada isolator dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga kecil pada
dielektrik padat (porselen) atau disebabkan terjadinya flashover di sepanjang
permukaan isolator. Rongga-rongga kecil pada isolator ditimbulkan karena isolator
dibuat kurang sempurna pada saat pembuatan, dengan demikian karakteristik listrik dari
isolator tersebut kurang baik. Rongga kecil pada isolator lama-kelamaan akan
menyebabkan kerusakan mekanik pada isolator. Terjadinya flashover menyebabkan
kerusakan pada isolator oleh karena panas yang dihasilkan busur di sepanjang
permukaan isolator. Oleh sebab itu isolator harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tegangan pada rongga kecil lebih tinggi dari pada tegangan yang menyebabkan
flashover.
Disamping harus memenuhi persyaratan listrik tersebut diatas, isolator harus memiliki
kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya.
Porselen, sebagai bagian utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat-
tekan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih
kecil. Kuat-tariknya biasanya 400-900 kg/cm2, sedangkan kuat-tekannya 10 kali lebih
besar.
Dalam peralatan dan instalasi pencatu listrik, panas terjadi karena adanya rugi-rugi
ohmik pada konduktor, rugi-rugi dielektrik pada bahan isolasi, rugi-rugi magnetisasi
dan rugi-rugi arus Eddy pada inti besi. Jika dibandingkan dengan bahan logam, bahan
isolasi mempunyai stabilitas thermal yang sangat rendah, sehingga kenaikan suhu yang
diijinkan pada bahan isolasi menjadi patokan dalam menentukan batas suhu kerja dari
peralatan. Selama tekanan terus berlangsung pada kondisi operasi statis, panas
dibangkitkan akibat rugi-rugi yang seharusnya disebarkan ke medium sekitarnya. Ada
tiga jenis mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Untuk memindahkan rugi-rugi panas dengan cepat dari suatu peralatan dibutuhkan
bahan yang mempunyai konduktivitas panas yang baik. Kebutuhan ini dapat dipenuhi
dengan baik jika digunakan bahan isolasi kristal, karena susunan kisi-kisi atomnya
teratur dan jarak antar atom yang kecil, sehingga perpindahan atom dapat berlangsung
dengan baik.
Jika ada zat asing dari luar menyusup ke dalam bahan isolasi, maka hal ini dapat
menyebabkan perubahan sifat kimia bahan isolasi tersebut. Hanya bahan anorganik
seperti gelas dan bahan keramik padat yang kedap terhadap zat-zat lain di sekitarnya.
Bahan isolasi organik menyerap uap air secara difusi. Sehingga sifat dielektrik dan
listriknya memburuk. Kecepatan difusi tergantung kepada struktur bahan dan gaya
tarik-menarik molekul bahan dengan molekul zat asing.
Selama beroperasi, isolasi tegangan tinggi akan mendapatkan berbagai macam tekanan/stress
yang dapat menurunkan kemampuan isolasinya. Secara umum, faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya penuaan adalah Thermal, Electrical, Ambient, Mechanical (TEAM).
Stres termal dapat muncul akibat suhu maksimum, beban tinggi, gradasi suhu dan siklus
perubahan suhu. Stres listrik mungkin timbul dalam bentuk tegangan kerja (AC, DC atau
impuls), arus, frekuensi. Stres yang diakibatkan oleh ambien (lingkungan) mungkin
diakibatkan oleh gas (udara, oksigen), air / kelembaban, radiasi UV, korosif bahan kimia dan
radiasi. Sedangkan untuk stres mekanik umumnya karena bending, regangan, kompresi dan
getaran.
Dari gambar di atas terlihat bahwa resiko kegagalan telah dihadapi ketika awal waktu
pengoperasian. Kegagalan tersebut dapat terjadi akibat desain yang tidak tepat atau kondisi
operasional yang ekstrim. Kegagalan infatile dapat diatasi dengan membuat desain yang baik
Bab II –Teknik Diagnosis Pada Isolator
dan mengoperasikannya secara benar. Kegagalan random disebabkan oleh adanya fenomena
random juga, contoh sambaran petir. sedangkan kegagalan ageing disebabkan oleh penuaan
isolasi setelah waktu operasi yang lama.
Selain itu, setiap peralatan tegangan tinggi di desain dengan safety margin-nya untuk
beroperasi seperti terlihat pada gambar.
Gambar 2.2 Typical Condition Level of High Voltage Equipment as Function Operating Time
Kondisi peralatan akan mengalami penurunan akibat penuaan seiring dengan berjalannya
waktu. Jika kondisi peralatan telah berada di bawah level kritis, kegagalan peralatan pasti
akan terjadi. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan akan menaikan kembali kondisi peralatan
di atas level kritisnya. Strategi pemeliharaan peralatan tegangan tinggi adalah kunci untuk
mempertahankan kondisi normal peralatan. Hal ini sangat tergantung pada kualitas diagnosis
yang digunakan dalam sistem pemeliharaan.
Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan yang dihasilkan
didalam bahan porselen yang diakibatkan oleh ketidakseragaman pemuaian dan
penyusutan yang terdapat dalam bahan semen, baja, dan porselen yang disebabkan oleh
musim panas, dingin, kekeringan dan kelembaban atau akibat adanya pemanasan pada
isolator tersebut.
Untuk menghindari keretakan pada isolator tersebut, maka telah dilakukan beberapa
perbaikan dalam desain pembuatannya, yakni dengan cara menempatkan sejenis
pelindung yang kecil diantara lapisan terluar dari porselen dengan pasak baja sehingga
pemuaiannya dapat terlaksana secara merata.
Jika bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat buruk, hal ini akan
menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga isolator tidak baik untuk pemakaian
yang kontiniu.
Jika bahan porselen yang digunakan dalam pembuatan isolator dipabrikasi pada suhu
rendah, maka hal ini akan mengakibatkan kekeroposan pada isolator tersebut dan
dengan alasan ini maka isolator akan menyerap embun dari lapisan udara atau semen.
Kebocoran arus akan dimulai dari isolator tersebut yang akan menyebabkan kegagalan
sebagai akibat dari pemakaian bahan yang digunakan dalam pembuatan isolator.
Bila bahan isolator tidak benar-benar dilapisi pelapis yang baik sebagaimana mestinya,
maka air akan mudah merembes yang dapat menyebabkan menempelnya debu pada
permukaan isolator tersebut yang dapat bersifat sebagai penghantar dan mereduksikan
jarak lompatan bunga api listrik.
Bila terjadi lompatan bunga api listrik dari suatu kawat ke kawat yang lain maka hal ini
akan menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada isolator dan dapat menyebabkan
pecahnya isolator tersebut.
Pada saat penarikan kawat-kawat penghantar pada suatu pemasangan jaringan maka
isolator akan mengalami tekanan mekanis, sehingga bila bahan digunakan kurang baik,
maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau pecahnya isolator.
Terkadang gangguan alam seperti kumpulan burung yang hinggap atau pepohonan yang
mengena pada kawat penghantar maupun isolator dapat mengakibatkan terjadinya arus
hubung singkat, kondisi ini merupakan penyebab terjadinya kegagalan dari suatu
isolator. Keadaan seperti ini hanya mungkin terjadi bila jarak antar konduktor lebih
kecil dari standar yang telah ditentukan.
Isolator mempunyai desain yang sederhana dan mempunyai fungsi utama untuk memisahkan
bagian yang bertegangan dengan penunjangnya dan secara mekanis sebagai tempat
kedudukan konduktor. Berdasarkan hal tersebut, pada prinsipnya mendiagnosis kondisi
isolator haruslah memastikan bahwa kemampuan elektris dan mekanisnya sesuai level
amannya.
Meskipun isolator adalah komponen instalasi peralatan tegangan tinggi yang harganya murah
dan desainnya sederhana, namun isolator menjadi salah satu yang mempunyai kuantitas
paling banyak dari suatu instalasi tenaga listrik. Meskipun demikian jika salah satu saja
mengalami kegagalan, maka akan tetap menyebabkan gangguan pada system tenaga
listrik.Karenanya sangat penting untuk dilakukan diagnosis terhadap kondisi isolator agar
selalu berada di level amannya.
Tabel 2.1 menunjukan permasalahan terkait dengan ageing isolator dan teknik diagnosisnya
Merupakan teknik paling dasar yang paling mudah untuk dilakukan. Dengan melakukan
pengamatan visual terhadap isolator untuk meninjau kerusakan yang terlihat jelas
seperti korosi, bekas tracking, noda cat dan bentuk lain dimana polusi berat dapat
dilihat. Pada kondisi tertentu, banyak kasus suatu cacat/ kerusakan tidak mudah terlihat
meskipun dari jarak yang dekat, sehingga dibutuhkan teknik lain yang lebih efektif.
Pengujian arus bocor dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan isolasi dari
isolator masih pada level yang aman atau tidak. Seperti kita ketahui jika suatu
polutan/kontaminan menempel pada suatu isolator, maka akan menyebabkan
menghasilkan lapisan konduktif pada isolator dan mengakibatkan terjadinya penurunan
tahanan isolasi, sehingga akan timbul arus bocor. Jika arus bocor bertambah semakin
besar akan menyebabkan terjadinya flashover.
Dari pengujian arus bocor tersebut dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:
Arus bocor yang timbul di permukaan atau inti dan busur akan menyebabkan
pemanasan. Panas yang timbul dapat ditangkap dengan menggunakan kamera infra
merah. Dengan bantuan Kamera infra merah tersbut akan terlihat bagian yang
mengalami kebocoran arus dengan mendeteksi panas yang muncul.
Teknik ini pada prinsipnya untuk menangkap fenomena korona seperti pada gambar
berikut yang tidak tertangkap langsung oleh mata.
Korona dapat menyebabkan degradasi dari isolator non keramik, kerusakan komponen
pada isolator, keretakan pada bagian semen dari pin dan bagian metal dari cap dari
isolator jenis keramik. Selain itu korona dapat menimbulkan polusi suara di jaringan.
Cacat apapun seperti retak dan void di dalam material menghasilkan perubahan
karakteristik dalam atenuasi, kecepatan dan arah sinyal. Gelombang akustik akan
berjalan melalui material melalui interaksi molekul.
Diagnostik dilakukan dengan menggunakan ultrasonic/ prinsip gema dari pulsa atau
deteksi emisi akustik.
Saat ini teknik-teknik diagnosis isolator yang telah dibahas pada bab-2 sudah dilaksanakan
dan menjadi sebuah SOP di lingkungan PT PLN (Persero). Adapun contoh pelaksanaan tenik
diagnosis tersebut adalah sebagai berikut:
Pengukuran suhu dengan thermography akan selalu memberikan nilai absolut dari objek
terukur. Untuk menentukan dengan benar apakah suhu objek terlalu panas (overheating), ada
dua pendekatan yang harus dilakukan dalam menyikapi hasil ukur yang didapat :
2. Membandingkan hasil ukur dengan hasil ukur objek lain yang sama disekitarnya
(objek tetangga)
Pada suhu operasinya, peralatan listrik yang rusak atau bekerja dalam kondisi tidak
normal akan memberikan hasil ukur yang berbeda dengan peralatan listrik lain yang
sama disekitarnya. Perbedaan hasil ukur ini (∆t), dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu :
INTENSITAS KORONA :
Tabel 3.3 Standar Evaluasi Pengujian Korona
Evaluasi terhadap pengujian ini adalah dengan melihat kurva distribusi potensial antar keping
insulator. Insulator rusak (breakdown) akan ditunjukkan dengan nilai tegangan keping
insulator yang mengalami penurunan dibandingkan nilai tegangan keping insulator yang lain
dalam satu renceng seperti gambar di bawah.
Gambar pertama di atas menunjukkan hasil ukur masing-masing keping insulator dalam satu
renceng dalam kondisi normal, sedangkan gambar kedua menunjukkan hasil ukur pada
keping nomor 3 mengalami kerusakan (breakdown).
Dalam kegiatan Pemeliharaan SUTT & SUTET, selain untuk mengetahui kondisi insulator,
hasil pengujian kebocoran insulator (puncture test) juga digunakan sebagai standar untuk
menentukan apakah suatu pekerjaan pemeliharaan insulator secara bertegangan (On line)
dapat dilakukan atau tidak. Bila hasil ukur kebocoran insulator menunjukkan bahwa lebih
dari 50% + 1 jumlah insulator dalam satu renceng tidak sesuai standar, maka pekerjaan
pemeliharaan insulator harus dilaksanakan secara tidak bertegangan (Off line).