Anda di halaman 1dari 12

Evaluasi Bushing dengan sweep frekuensi dan sweep tegangan

I. Latar Belakang
Bushing merupakan salah satu komponen trafo yang berfungsi sebagai penghubung
antara transmisi dan trafo. Dalam mengecek kondisi bushing, PLn menggunakan
sweep tegangan yang disebut Tip Up test. Tip Up Test dilakukan dengan variasi
tegangan dari 2 KV sampai 10 kV.
Dalam berbagai paper, Omicron menyebutkan sweep frekuensi juga dapat digunakan
untuk mengecek kondisi suatu isolasi. Seringkali sweep frekuensi di konotasikan
dengan Dirana, akan tetapi terdapat juga pengujian tidak dengan frekuensi rendah
(orde sampai mHz) tetapi dengan frekuensi tinggi (50-400Hz).
Dalam Pengujian Tip Up test, terdapat respon hasil ukur yang bervariasi. Seringkali
dengan penaikan tegangan, hasil uji tangent delta naik sejalan naiknya tegangan uji.
Akan tetapi terdapat hasil dimana tegangan uji naik, nilai tangent delta menurun.
Dalam tulisan ini, penulis akan menyajikan respon pengujian terhadap variasi
tegangan dan variasi frekuensi.

II. Dasar teori


a. Tip Up test
Tip Up test adalah pengujian yang mengadop metode pengujian Double. Pengujian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada defect ataupun partikel konduktif pada
bushing.
Tip up test merupakan test tangen delta dengan kenaikan tegangan uji secara
bertahap. Tip Up test ditemukan dalam salah satu paper yang ditulis oleh Double[3]
[4]. Dalam paper tersebut, Double merekomendasikan penggantian pada bushing
yang tan deltanya telah naik secara bertahap, hal ini dikarenakan adanya
kemungkinan adanya karbon dalam isolasi ataupun copper sulfide.
(a)

(b)

(c)
Gambar 1. Tip Up Test Tangen Delta
a. Penyebab Tip Up Test
b. Alasan Tip Up test
c. Rekomendasi Double terkait Tip Up test
b. Garton Effect
Normalnya uji Tip Up test, nilai tangen deltanya naik seiring dengan tegangan uji
apabila memenuhi syarat pada 1.a. Hal ini dapat dimengerti karena apabila isolasi
terdapat defect ataupun konduktif material maka akan terjadi PD, dan respon PD ini
akan membesar sejalan dengan nilai tegangan uji. Makin besar respon PD yang
muncul, maka akan semakin besar pula arus bocor yang timbul. Arus bocor tersebut
terkonversi menjadi panas sehingga nilai tangen delta juga semakin naik
Akan tetapi pada kenyataannya ada nilai tangen delta yang menurun sejalan dengan
tegangan uji. Beberapa Paper menyebutkan fenomena ini disebut dengan “effect
Garton”.
Dalam pandangan makroskopik, tangen delta dapat direpresentasikan sebagai
respon pergerakan ion dalam OIP ketika medan listrik diujikan. Nilai tangen delta
yang meningkat seiring tegangan uji menunjukkan makin mudahnya pergerakan ion
dalam OIP terutama saat terdapat defect.
Seringkali Nilai tangen delta pada OIP meningkat seiring dengan suhu , hal ini
dikarenakan peningkatan suhu meyebabkan viskositas minyak meningkat sehingga
pergerakan ion dalam OIP juga semakin mudah.
Dalam Paper “application of Dielectric Loss measurement for life consumptsion and
future life estimation modeling of oil impregnated paper insulation in HV power
cables” Dibahas sedikit Garton Effect. Garton effect timbul ketika pergerakan ion
dalam OIP terhambat oleh pori-pori kertas. Ion tersebut tidak mengalir melainkan
terjebak dalam pori-pori kertas. Dengan meningkatnya tegangan, maka kecepatan
ion akan semakin tinggi, akan tetapi ion tersebut tidak mengalir melainkan tertahan
dalam pori-pori kertas sehingga makin tinggi tegangan akan semakin rendah tangen
delta.
Dalam kasus GI Jati barang, kemungkinan terjadi Garton Effect.
Hasil uji Tip Up test GI Jatibarang

Dalam paper tesebut, effect Garton akan semakin sering terjadi ketika kertas sudah
berumur.
c. Frekuensi respon
Pengujian dengan menggunakan variasi frekuensi dilakukan karena pada dasarnya
pengujian pada frekuensi tertentu kurang dapat meranking kondisi isolasi suatu
bahan. Omicron banyak menyebutkan tentang kurang efektifnya menguji pada 1
frekuensi.

Nilai tangen delta sama pada 50 Hz


Pengujian frekuensi respon (Sweep frekuensi) dengan menggunakan inject tegangan,
familiar digunakan PLN untuk uji Dirana. Pengujian ini menggunakan range frekuensi
yang sangat besar (1mHz sampai 1000 Hz). Dirana bertujuan untuk mengetahui
kadar air dalam kertas dan Dirana menggunakan 2 metode pengujian yaitu FDS dan
PDC. Penggunaan FDS dan PDC tergantung dari besar noise yang diterima
dikarenakan kekuatan untuk bertahan dari noise antara kedua metode tersebut
berbeda.
Akan tetapi, pada literature tentang CPC 100, Omicron melakukan pengujian pada
sweep frekuensi tinggi (50 - 400 HZ). Respon tangen delta dengan sweep frekuensi
belum bisa digeneralisir bahwa seiring meningkatnya frekuensi untuk bushing yang
jelek juga akan mengalami kenaikan tangen delta.
Respon Sweep frekuensi pada bushing baru OIP, RIP dan RBP

Pada materi Presentasi ”Diagnosis of HV Bushing” dan paper penelitian “New Tool
for the Asessment of High Voltage Bushing”, Omicron melakukan percobaan tangen
delta dengan sweep frekuensi pada berbagai bushing dan berbagai kondisi.

Figure 3 menunjukkan respon dielektik pada bushing RIP. Bushing tersebut pada
mulanya dilepas dari trafo dan kemudian diletakkan pada luar ruangan dan diuji
responnya setiap 3 bulan. Terlihat bahwa respon frekuensi semakin berubah bentuk
sejalan dengan lamanya bushing ditempatkan di luar dikarenakan pengaruh oleh
moisture. Figure 3 juga diperkuat dengan pengujian Omicron pada bushing RIP lain
yang mempunyai kelembapan tinggi(figure 4).
Figure 5 dan figure 6 menunjukkan hasil tip up test dan response frekuensi pada
bushing RBP. Pengujian respon frekuensi sangat berbeda disbanding dengan fasa
lain, dan hal ini diperkuat dengan hasil tip up test dimana nilai tangen delta menurun
sejalan dengan bertambahnya tegangan uji. Omicron menemukan pada bushing C,
terjadi adanya “bad contact”(innermost capacitive layer had no contact to the
conductor tube).

Figure 8 menunjukan contoh benchmark frekuensi respon. Pada figure 8 terdapat 6


bushing dimana ABC adalah bushing baru dan A,B,C removed adalah bushing lama.
Terlihat jelas perbedaan antara bushing lama dan baru tersebut.
Pada bushing- bushing baik OIP,RIP, maupun RBP respon frekuensi mempunyai grafik
berbeda- beda. Terdapat bushing nilai tangen delta naik sejalan dengan naiknya
frekuensi dan terdapat bushing yang nilai tangen deltanya menurun sejalan dengan
bertambahnya frekuensi.
Umumnya nilai tangen delta dengan bertambahnya frekuensi cenderung flat
walupun terdapat sedikit penambahan nilai tangen delta. Pada pengujian dengan
frekuensi respon yang terpenting adalah benchmark antar fasa. Respon tangen delta
terhadap frekuensi tidak bisa digeneralisir bahwa nilai yang turun sejalan dengan
frekuensi adalah yang terbaik maupun nilai yang naik sejalan frekuensi yang terbaik.
Dengan membandingkan antar fasa dapat dilihat fasa yang mengalami anomali.

III. Proses Asesmen


Asesmen pada bushing dapat menggunakan kombinasi Tip Up test dan frekuensi
response. Asesmen dapat digambarkan sebagai berikut:

MulaI

Pemeliharaan bushing 2 tahunan

Tangen delta bushing > Tidak


0.5%?

Ya

Pengujian Tip Up test

Naik Penggantian
Tangen delta
sesegera
Naik/Turun?
munggkin
Turun

Signifikan berbeda
Benchmark dengan Fasa
lain

Tangen delta sweep Frekuensi pada semua fasa

Benchmark dengan Fasa Signifikan berbeda


lain

Masukkan dalam AO tahun depan

Selesai
IV. Lampiran ( contoh respon frekuensi dan tip up test)

Frekuensi response Tip Up test

 Adanya partial
breakdown antar
layer
 Defective tap pada
mesure tap
 Deefctive
connection antara
layer terdalam
dengan konduktor
 Perbandingan
bushing antar fasa,
diduga karena test
tap yang jelek
 Perbandingan 6
bushing, ABC Baru
dan ABC removed
bushing lama

 Respon frekuensi
OIP 420 kV
berbeda pada fasa
W
 Dilakukan
percobaan pada
respon frekuensi
dengan kapasitansi
 Perbedaan respon
antara bushing
yang moisturenya
tinggi dengan
bushing yang
dikeringkan
Terkait hal tersebut maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel Justifikasi Tip Up test

Tangen Delta Justifikasi

Naik Adanya konduktif material yang terperangkap dalam isolasi kertas

Tetap Normal Ageing


Turun Garton effect

Anda mungkin juga menyukai