Imron Ridzki1
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang pengujian isolasi kabel XLPE, sehingga dapat
memprediksi degradasi isolasi kabel XLPE. Metode yang dilakukan meliputi
pengujian respon dielektrik (PDC), analisis infra merah transformasi Fourier
(FTIR), uji jarum, uji tembus, dan uji kekuatan tarik. Tulisan ini menyimpulkan
bahwa degradasi isolasi kabel tidak dideteksi pada pengujian respon dielektrik.
Perubahan kimia isolasi XLPE yang disebabkan oleh degradasi dapat dideteksi
menggunakan analisis FTIR. Tegangan tembus pada uji jarum tidak berkaitan
dengan umur kabel. Kekuatan tarik yang rendah menunjukkan kerapuhan isolasi
karena adanya degradasi kimia. Degradasi isolasi kabel XLPE tidak berkaitan
dengan umur kabel.
Kata-kata kunci: degradasi, isolasi, kabel XLPE
Abstract
This paper discusses the insulations test of XLPE cable, so that the prediction of
insulation degradation of XLPE cable could be done. The experiment methods
are dielectric response in time domain (PDC), Fourier transformed infrared
analysis (FTIR), needle testing, breakdown testing, and tensile strength testing.
The research concludes that FTIR analysis can detect the chemical changes of
insulation XLPE caused by degradation. There is no correlation between
breakdown voltage of needle testing and cable age. The low tensile strength
indicates the brittleness of insulation caused by chemical degradation. There is
no correlation between insulation degradation of XLPE cable and cable age.
Keywords: degradation, insulation, XLPE cable
1. PENDAHULUAN
Kabel XLPE telah banyak digunakan dalam sistem tenaga listrik.
Instalasinya ada yang dilakukan beberapa dekade yang lalu, sehingga
isolasinya cukup untuk mengalami degradasi.
Sistem isolasi kabel tegangan tinggi dan aksesorisnya mengalami
berbagai tekanan selama waktu pelayanannya, sehingga mengalami
degradasi dan kerusakan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan usia
1
Imron Ridzki. Dosen Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro,
Politeknik Negeri Malang.
layanan, sehingga dapat menurunkan keandalan sistem tenaga listrik.
Oleh karena itu, banyak upaya penelitian untuk memahami degradasi
isolasi dan memperkirakan sisa waktu layanan. Untuk memeriksa kualitas
dan keterkaitan sistem kabel, perlu dilakukan pengujian diagnostik
sebelum pengoperasian sistem kabel dan setelah periode tertentu
pengoperasian.
Makalah ini membahas pengujian kabel XLPE yang masih dalam
penggunaan/pengoperasian dan mengambil sejumlah sampel untuk diuji
di laboratorium. Hasil analisis diharapkan memberikan kondisi aktual
tentang degradasi isolasi kabel.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Degradasi XLPE
Proses degradasi isolasi XLPE dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok utama yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Degradasi ekstrinsik
disebabkan oleh gelembung udara (void), kontaminan,
ketidaksempurnaan fisik atau komponen yang kurang tersebar merata.
Degradasi intrinsik disebabkan oleh perubahan fisik atau perubahan
kimia atau muatan-muatan yang terperangkap (Densley, et.al., 1993: 15-
17). Proses degradasi intrinsik dapat mempengaruhi volume besar isolasi,
misalnya degradasi termal bahan isolasi. Degradasi ekstrinsik biasanya
menyebabkan perubahan lokal bahan isolasi seragam.
Degradasi fisik, kimia dan listrik adalah mekanisme kerusakan utama
yang mempengaruhi isolasi polimer. Polimer tidak akan mencapai
struktur kristal akhir setelah proses manufaktur. Proses curing akhir
struktur isolasi akan terjadi selama beberapa tahun, karena proses curing
adalah proses yang lamban dimana lubang-lubang kecil dan area padat
dapat terbentuk di dalam isolasi. Struktur isolasi yang tidak merata akan
meningkatkan efek degradasi listrik dan risiko tembus/kegagalan listrik.
Isolasi polimer sensitif bahkan terhadap pelepasan kecil (Hyvnen, et.al.,
2001). Struktur molekul polyethylene dimodifikasi oleh degradasi
mekanik. Tekanan mekanik diketahui mengakibatkan bonds deformation,
radikal bebas dan terpisah, dan carbonyl croups dalam polyethylene
(Crine, 2005: 791-800).
2.2. Metode Diagnostik
Metode diagnostik bertujuan untuk mendeteksi kondisi aktual isolasi
atau mendeteksi perubahan struktur isolasi. Metode diagnostik bisa
dilakukan di lokasi pemasangan kabel atau di lain tempat. Idealnya
Imron Ridzki, Prediksi Degradasi Isolasi Kabel XLPE, Halaman 29-48
Jadi jelas terlihat bahwa tidak mungkin menyusun kabel dalam kelas
kondisi yang berbeda dengan perbandingan langsung hasil-hasil
pengukuran. Perbedaan diantara kabel-kabel itu kecil. Analisis statistik
dapat digunakan untuk evaluasi jika ada perbedaan antara hasil-hasil uji
kabel.
Uji Mann-Whitney adalah uji rangking 2 sampel kesamaan median 2
populasi. Hipotesis uji Mann-Whitney yaitu H0: median populasi 1 sama
dengan median populasi 2 versus H1: median populasi 1 dan populasi 2
adalah berbeda. Uji Mann-Whitney mengasumsikan bahwa data adalah
sampel acak bebas dari 2 populasi yang mempunyai bentuk sama dan
kontinyu, atau ordinal jika diskrit.
Uji Kruskal-Wallis adalah uji kesamaan median dari 2 atau lebih
populasi. Hipotesis uji Kruskal-Wallis yaitu: H0: tidak ada perbedaan
antara median sampel-sampel versus H1: ada perbedaan antara median 2
sampel. Asumsi untuk uji ini bahwa sampel-sampel dari populasi berbeda
adalah sampel acak bebas dari distribusi kontinyu, dengan distribusi yang
mempunyai bentuk sama.
Hasil uji Kruskal-Wallis adalah kemungkinan perbedaan antara data
yang terjadi karena kesempatan. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk semua
hasil tegangan tembus uji jarum adalah 0,431. Karena nilai itu lebih dari
0,05, maka hipotesis H1 tidak berlaku dan hipotesis H0 dapat diterima.
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis, tidak ada alasan untuk
menyimpulkan bahwa semua median berbeda untuk sampel kabel uji. Hal
itu tidak berarti bahwa median-median adalah sama. Tidak ada bukti
bahwa semua median berbeda. Hasil uji Mann-Whitney untuk pasangan
kabel berbeda ditunjukkan tabel 7.
Tabel 7. Hasil uji Mann-Whitney untuk pasangan kabel
Kabel 1 2 3 4 6 8 12 32 50
1 1,00
2 0,44 1,00
3 0,35 0,08 1,00
4 0,87 0,31 0,79 1,00
6 0,15 0,03 0,68 0,38 1,0
8 0,71 0,34 0,38 0,91 0,31 1,00
12 0,84 0,43 0,16 0,52 0,08 0,57 1,0
32 0,84 0,31 0,62 0,79 0,38 0,73 0,52 1,00
50 0,31 0,09 0,68 0,97 0,34 0,47 0,12 0,68 1,00
Nilai hasil uji Mann-Whitney adalah probabilitas aktual dari
perbedaan yang terjadi karena kesempatan. Pasangan yang mempunyai
nilai uji lebih kecil dari 0,05 adalah kabel 2 dan kabel 6. Dengan
pasangan ini, hipotesis H0 harus dibuang dan hipotesis H1 diterima.
Median hasil uji jarum kabel 2 dan kabel 6 adalah berbeda. Hasil dari
pasangan lainnya tidak memberikan alasan untuk menyimpulkan bahwa
semua median berbeda. Hal itu tidak berarti bahwa median-median itu
sama, tetapi tidak ada bukti bahwa median-median itu berbeda.
Analisis statistik menunjukkan bahwa hanya ada perbedaan yang 1
perbedaan antara kabel 2 dan kabel 6. Kabel-kabel itu mempunyai umur
yang sama tetapi desain berbeda. Kabel 2 mempunyai sebuah lapisan
tembaga dan kabel 6 mempunyai lilitan helikal kawat tembaga. Desain
kabel sedikit mempengaruhi unjuk kerja isolasi, tetapi sebaliknya sangat
jelas bahwa uji jarum tidak secara jelas memperingkatkan kabel uji dalam
kelas kondisi berbeda.
Dalam uji jarum, kekuatan medan listrik maksimum yang
menentukan fenomena tembus. Kekuatan medan listrik maksimum adalah
beberapa orde lebih tinggi daripada kekuatan medan listrik rata-rata.
Contohnya, jika diasumsikan ketebalan isolasi 2 mm, radius ujung jarum
1,5 m dan tegangan uji 22 kV, medan listrik maksimum 3420 kV/mm
dan kekuatan medan listrik rata-rata 11 kV/mm. Pencitraan mikroskopik
uji jarum menunjukkan bahwa variasi radius ujung jarum diabaikan.
Pemasukan jarum ke dalam isolasi kabel menyebabkan ketidakpastian
dalam hasil pengukuran. Jika diasumsikan bahwa ketidakpastian total
dalam ketebalan isolasi d adalah 1 mm, berarti ketebalan isolasi
sebenarnya berkisar 1 mm sampai dengan 3 mm, kekuatan medan listrik
maksimum berkisar antara -4,5% sampai dengan 8,8% dari nilai nominal.
Ketidakpastian total bisa meliputi pembengkokan kabel dan jarum,
ketebalan isolasi dan selaput konduktor, isolasi asimetris, dll.
3.5. Uji Tembus (Breakdown Testing)
Uji tembus (breakdown testing) dilakukan pada kabel nomor 1 10,
12, 36 42, dan 44. Ketiga fasa kabel diuji secara terpisah. Secara
keseluruhan ada 57 uji. Pada awal pengujian, tegangan dinaikkan ke
tegangan nominal fasa ke tanah (U0) kabel. Tegangan dijaga pada tingkat
tersebut selama 5 menit. Setelah itu tegangan dinaikkan dengan langkah
sebesar U0 sampai terjadi tembus. Tiap langkah dilakukan selama 5
menit. Tingkat tegangan yang dapat ditahan dari uji tembus ditunjukkan
gambar 7.
Imron Ridzki, Prediksi Degradasi Isolasi Kabel XLPE, Halaman 29-48
4. PENUTUP
Degradasi isolasi kabel tidak dideteksi pada pengujian respon
dielektrik. Perubahan kimia isolasi XLPE yang disebabkan oleh degradasi
dapat dideteksi menggunakan analisis FTIR. Tegangan tembus pada uji
jarum tidak berkaitan dengan umur kabel. Kekuatan tarik yang rendah
menunjukkan kerapuhan isolasi karena adanya degradasi kimia.
Degradasi isolasi kabel XLPE tidak berkaitan dengan umur kabel.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2001, Common Test Methods for Insulating and Sheating
Materials of Electric Cables and Optical Cables Part 1-1:
Methods for General Application Measurements of Thickness
and overall Dimensions Test for Determining the Mechanical
Properties, IEC 60811-1-1, International Electrotechnical
Commission.
Anonymous, 2005, Power Cables with Extruded Insulation and Their
Accessories for Rated Voltages from 1 kV (Um=1,2 kV) up to 30
kV (Um=36 kV) Part 2: Cables for Rated Voltages from 6 kV
(Um= 7,2 kV) up to 30 kV (Um=36 kV), IEC 60502-2,
International Electrotechnical Commission.
Crine, J.P., 2005, Influence of Electro-mechanical Stress on Electrical
Properties of Dielectric Polymers, IEEE Transactions on
Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. 12, No. 4, p. 791-800.
Densley, J., Bartnikas, R., and Bernstein, B.S., 1993, Multi-stress Ageing
of Extruded Insulation System for Transmission Cables, IEEE
Electrical Insulation Magazine, Vol. 9, No. 1, p. 15-17.
Hyvonen, P., and Jaaskelainen, A.S., 2007, Chemical Changes and
Remaining Voltage Withstand of Field Aged XLPE-Cables,
NORD-IS 2007, Kgs. Lyngby, Denmark.
Hyvnen, P., Oyegoke, B., and Aro, M., 2001, Advanced Diagnostics
Test and Measurement Methods for Power Cable Systems on-site,
Literature Review with Discussion, Report TKK SJT-49,
Helsinki University of Technology, High Voltage Institute,
Espoo, Finland.
Hyvonen, P., Oyegoke, B., Aro, M., 2003, Condition Assessment of MV
Power Cables Based on Practical Measurement, NORD-IS 2003,
Tampere, Finland.
Leguenza, E.L., Robert, R., Giacometti, J.A., 2004, Dielectric and
Viscoelastic Properties of Crosslinked Polyethylene Aged Under
Multi Stressing Conditions, IEEE Transactions on Dielectrics and
Electrical Insulation, Vol. 11, No. 3, p. 406-417.
Shimizu, N., Uchida, K., and Rasikawan, S., 1992, Electrical Tree and
Deteriorated Region in Polyethylene, IEEE Transactions on
Electrical Insulation, Vol. 27, No. 3, p. 513-518.
Tanaka, T., 2002, Aging of Polymeric and Composite Insulating
Materials. Aspect of Interfacial Performance in Aging, IEEE
Transaction on Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. 9, No.5,
p. 704 -716.