Anda di halaman 1dari 75

Materi Pembekalan

Uji Kompetensi
Tenaga Tehnik.

PT. Budi Utama Makmur


Tanggal : 03 Maret 2019
A .Single Line Diagram Sistem
Tenaga Listrik
1. SINGLE LINE DIAGRAM

 Defnisi:

Single Line Diagram adalah gambar satu


garis yang didalamnya berisi simbol-2
peralatan elektroteknik yang
menggambarkan kondisi operasional yang
sebenarnya di wilayah atau tempat /lokasi
tertentu .
B. SISTEM DISTRIBUSI

a. Sistem distribusi Primer :

Sistem lebih dikenal dengan Sistem Jaringan


Tegangan Menengah (JTM) dengan tegangan operasi
nominal 20 kV/ 11,6 kV.
Standartnya adalah +5% / -10 % ( teg.
Nominal).

b. Sistem distribusi Sekunder :

Sistem ini lebih dikenal Sistem Jaringan Tegangan


Rendah (JTR) dengan tegangan operasi nominal
 380 - 400 volt ( untuk sisitim 3 fasa ) dan
 220 – 231 volt ( untuk sistim 1 fasa ).
 Standartnya adalah +/- 10 % ( dr teg.
Nominal).
C. Spesifkasi Sistem Distribusi

Spesifkasi desain untuk JTM dan JTR dalam SPLN


72 tahun 1987 yang diantaranya sebagai berikut :

1. Sistem Distribusi :
a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM )
- Jaringan Radial
- Jaringan Lingkar (loop)

b. Saluran Kabel Tegangan Rendah


- Jaringan Gugus
- Jaringan Spindel
- Jaringan Simpul
2. Jenis Pemutus Tenaga

- Pemutus Tenaga (PMT) tipe hembusan udara


(Air Blast )
- Pemutus Tenaga tipe hampa udara (Vacuum)
- Pemutus Tenaga tipe minyak banyak ( Oill
Bulk )
- Pemutus Tenaga tipe minyak sedikit ( Low Oil
Content )
- Pemutus Tenaga tipe Gas ( SF 6 )

3. Gardu Transformator

- Gardu Distribusi Pasangan Luar


- Gardu Distribusi Pasangan Dalam
4. Single Line Diagram Gardu
Distribusi Pasangan Luar
 JTM

ABSW
R
 ARRESTER  FCO

 TRAFO

 PHB – TR  SAKLAR UTAMA

 NH FUSE

 SALURAN
 N 1 2 3 JURUSAN
5. Gambar Pengawatan Instalasi Gardu
Distribusi Pasangan Dalam
6. Single Line Diagram IML
(Gambar Instalasi)
7. Gambar Instalasi
8. Gambar pengawatan / pengkabelan
8. Jenis Peralatan Gardu Distribusi Pasangan Luar

a. Peralatan Hubung :
- FCO dan Saklar /NFB pada PHB TR.
b. Peralatan Proteksi :
- FCO, Lightning Arester (LA) dan NH Fuse.
c. Kabel / Penghantar :
- Kawat penghubung dari jaring ke FCO.
- Kawat penghubung dari FCO ke trafo.
- Kabel dari trafo ke PHB / Rak TR.
- Kabel keluar ke JTR (opstiq ).
d. PENTANAHAN :
- Pentanahan kerangka / body peralatan
- Pentanahan netral sisi TR Trafo.
- PentanahanArrester.
9. Jenis Peralatan Gardu Distribusi
Pasangan Dalam

a. Peralatan hubung sisi TM berupa :

- Pemutus Tenaga / Circuit Breaker ( PMT / CB digunakan sebagai


pemutus beban dengan dilengkapi relai arus lebih yang dipasang
dipelanggan sebagai pembatas atau pengaman bila terjadi
gangguan disisi pelanggan.
- Pemutus beban ( PMB/LBS) sebagai pemutus saluran masuk
( Inc ), saluran keluar ( out going ) dan pemutus trafo dengan
dilengkapi fuse TM jenis pembatasan arus yang dihubung seri
dengan LB

b. Peralatan Hubung sisi TR ( 220/380 V ):


- Saklar / MCCB.
- NFB.
c. Peralatan Proteksi :
- Proteksi sisi 20 kV ( TM ) :
- Relai Arus Lebih (OCR) / Relai hubung tanah (GFR)
- Fuse.
- Proteksi sisi TR ( 220 / 380 V ) .
- Fuse ( NH Fuse ).
d. KABEL :
- Kabel saluran masuk / keluar 20 kV 3 ( tiga ) core.
- Kabel beban / trafo masuk/keluar 20 kV 1 core.
- Kabel keluar trafo ( opstiq ).
e.PENTANAHAN :
- Pentanahan kerangka body peralatan.
- Pentanahan netral sisi tegangan rendah
trafo.
D. JARINGAN TEGANGAN RENDAH ( JTR )

 Dari segi pemasangan JTR terbagi menjadi


2 (dua) yaitu :

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR).


2. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR).
1. Material Utama Jaringan
Tegangan Rendah (JTR).

 Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) :


1. Tiang / Pole.
2. Kabel pilin/ Penghantar. (twisted cable)
3. Bracket. (peralatan penggantung).
4. Terminating / Sepatu Kabel.

 Saluran kabel Tegangan Rendah (SKTR).


1. Kabel TR / Penghantar.
2. Sepatu Kabel / Terminating.
3. Jointing / Tension sleve,
4. Perlengkapan Hubung Bagi TR.

Catatan : Untuk PJU biasanya menggunakan kabel pilin


2x16 mm2.
2. Syarat yang harus dipenuhi
dalam pemilihan kualitas
penghantar.

 Pesyaratan Elektris.
* Konduktivitas/KHA nya cukup tinggi .

o Persyaratan Mekanis.
* Kekuatan tarik yang tinggi.
* Koefsien muai panjangnya kecil.
* Fleksibilitasnya tinggi.
* Berat jenis rendah dan tidak rapuh.
3. Bahan Konduktor / Penghantar.

 Konduktor / penghantar listrik yang lazim / biasangan


digunakan adalah terbuat dari antara lain :
1. Tembaga . Bahan ini sangat tinggi kemampuannya
dalam menghantarkan arus listrik. Namun untuk
saat ini sudah jarang digunakan , dengan
pertimbangan harganya cukup mahal.
2. Aluminium ( All Alluminium Conductor / A2C ) dan

3. Aluminium Campuran (All Aluminium Alloy


Conductor /A3C) Bahan ini yang saat ini banyak
digunakan disamping murah juga Konduktivitasnya
cukup tinggi. Kualitasnya dibawah tembaga.
4. Bahan Isolator

Isolator :
adalah material listrik yang berfungsi
sebagai penyekat atau isolasi yang tidak
dapat mengalirkan arus listrik.
Pada umumnya terbuat dari : Porselin,
Karet, kaca, Mika, PVC, XLPE , Gas SF6,
Plastik dan lain – lain.
5. Kemampuan Hantar Arus (KHA)
KHA Terus menerus
NYA , NYAF dan sebagainya.
Luas Penampang Dalam Pipa Di Udara
(mm2) KHA (Amper) KHA (Amper)
1 11 19
1,5 15 24
2,5 20 32
4 25 42
6 33 54
10 45 73
16 61 98
25 83 129
35 103 158
50 132 197
E. Instalasi Milik Pelanggan
(IML).
 1. Warna Kabel (sesuai PUIL 2011) :

* Kabal phasa R  Merah.


* Kabel phasa S  Kuning.
* Kabel Phasa T  Hitam.
* Kabel Netral  Biru.
* Kabel Grounding  Kuning loreng hijau.

 Catatan : Semua material ( kabel, Stop


Kontak, Fitting, Saklar, PHB dll) harus ber
Standart : SNI.
2. Hal-hal yang diperhatikan
sebelum diisi Tegangan atau
dinyatakan laik operasi.
 A. Untuk Jaringan :

 Material yang terpasang sesuai gambar dan


standart.
 Jumper-2 tersambung dalam kondisi sempurna.
 Hasil pengukuran tahanan isolasi memenuhi
persyaratan dibandingkan dengan standart.
 Clearence terhadap benda-benda lain disekitar
jaringan tegangan rendah.
 Tata letak peralatan sesuai yang tercantum
dalam PUIL. 2011.
B. Untuk IPITL.

a. Kesesuaian material terpasang Secara ukuran


maupun kualitasnya (misal kabelnya).
b. Hasil pengukuran tahanan isolasi antar phasa-
phasa, phasa-Netral , phasa – grounding.
c. Nilai tahanan Pembumian/grounding.
d. Hasil Pemeriksaan kesinambungan sirkit
instalasi.
e. Hasil pemeriksaan realisasi pemasangan dari
segi fsik , tata letak peralatan maupun
kesesuaian dengan standart.
f. Hasil pengecekan saklar / pemutus serta
polaritasnya.
F. Dasar Hukum Pemeriksaan dan pengujian
Pada Sistem Distribusi Primer / Sekunder
(TM/TR)/IML
 Dasar Hukum

1. Undang-undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan :


Pasal 44 ayat 4 : Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki
sertifikat laik operasi (SLO).

2. Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah No.10 Tahun 1989 tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

 DASAR Pelaksanaan Pekerjaan adalah:


1. SURAT PERINTAH KERJA ( SPK )

PEDOMAN Pelaksanaan Pekerjaan adalah :


1. STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP)
G. Tahapan Pemeriksaan /
pengujian.
1. Tahapan Pemeriksaan :

Setelah Menerima Perintah Kerja (PK) yang


dilaksanakan adalah :
a. Membuat Perencanaan pelaksanaan.
b. Mempersiapkan pelaksanaan sesuai rencana.
c. Melaksanakan pekerjaan pemeriksaan /
Pengujian sesuai dengan SOP terkait.
d. Membuat Laporan.
2. Perintah Kerja (PK)

 SPK/PK adalah merupakan Dasar


Pelaksanaan Kerja yang legal.
 Yang dipelajari / Isi PK adalah antara lain:
 - Tanggal / waktu dan lama pekerjaa.
 - Lokasi Pekerjaan .
 - Pemberi tugas dan penerima tugas .
 - Jenis / Macam Pekerjaan.
 - Material yang diperlukan.
 - Nama dan Tanda tangan pemberi tugas
 - Stempel atau Cap Perusahaan.
3. Standing Operation
Procedure ( SOP )

Difnisi :
SOP adalah suatu kesepakatan prosedur
(tata urutan) pelaksanaan pekerjaan yang
disepakati bersama dan harus ditaati dalam
setiap melaksanakan pekerjaan oleh
petugas . dengan Tujuan : agar
pelaksanaan pekerjaan dapat terlaksana
secara benar dan berhasil optimal dengan
aman. , terhidar dari kesalahan dan
kecelakaan.
4. SOP berisi hal-hal yang
menyangkut antara lain :

 Petugas terkait
 Peralatan kerja
 Perlengkapan K3/ Alat Pelindung Diri (APD).
 Material yang diperlukan
 Alat ukur
 Prosedur / langkah kerja
 Pelaporan
5. Peralatan Kerja dan Alat Ukur

 Untuk Pemeriksaan Sirkit Tegangan Rendah


(PJU, Bilboard, Penerangan Umum), SKUTR,
dan SKTR) antara lain :
* Alat Kerja :Toolkit , Testpen, Alat tulis,
Kamera, HandPhone (GPS). Tangga.
* Alat Ukur : Insulation Tester, (Megger)
Earth Tester, AVO meter, Phase Squence
meter.
6. Alat Pelindung Diri
(APD)
 Alat Pelindung Diri yang digunakan oleh seorang
Inspektur adalah :

* Helm Pengaman.
* Sarung Tangan pengaman.
* Pakaian Kerja.
* Sepatu kerja beralaskan karet.
* Sabuk Pengaman/ Safety belt.
* Masker (bila diperlukan).
H. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi

1. TUJUAN :

◦ Memastikan kondisi instalasi memenuhi persyaratan


diisi tegangan.
◦ Memastikan sistem proteksi berfungsi dengan baik
◦ Memberikan perlindungan kepada pengguna tenaga
listrik bahwa instalasi yang terpasang dirumah /
bangunan konsumen telah memenuhi kesesuain
standar yang berlaku.
◦ Memastikan instalasi terpasang memenuhi ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan untuk mewujudkan
kondisi :
 Andal dan aman bagi instalasi.
 Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya.
 Ramah Lingkungan.
2. Bagian-2 yang diperiksa/di uji :

a. Jaringan Distribusi JTM/JTR :

1. Pemeriksaan Secara Visual ( Kesesuaian Material Terpasang


dengan spesifkasi , clearence jaringan dengan bangunan atau
pepohanan)

2. Pemeriksaan Secara Elektrik


- Pengukuran Tahanan Isolasi :
* Antara Phasa-phasa.
* Antara Phasa-netral.
* Pentanahan / Pembumian.

3. Khusus untuk kabel Tegangan Menengah (SKTM) ditambah di


injeksi dengan test tegangan DC sebesar 48kV selama 10 menit
b. Kubikel /MDP :

1. Cek Fisik.
2. Pengukuran tahanan isolasi antar :
- Bodi-netral
- Phasa-bodi
- Phasa-phasa
- Pembumian / Pentanahan
3. Pengukuran tahanan kontak masing-
masing phasa.
4. Pengukuran urutan phasa.
c. Transformator :

1. Cek Fisik.
2. Cek Tahanan Isolasi :
- Antar phasa-phasa ( Primer )
- Antar phasa-phasa ( Sekunder )
- Antar phasa-phasa ( Primer-sekunder )
- Antar phasa-netral ( Primer )
- Antar phasa-netral ( Sekunder )
- Antar phasa primer – Body.
- Antar phasa Skunder – Body.
d. Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) :

1. Cek Fisik.
2. Kapasitas pembatas terpasang.
3. Spesifkasi Tehnik
4. Pengukuran Tahanan Isolasi :
- Phasa-phasa.
- Phasa-netral / ground.
- Phasa-bodi
- Pentanahan / Pembumian
e. Jaringan Tegangan Rendah
(JTR).

1. Cek Fisik
2. Spesifkasi Tehnik / Penampang kabel
3. Pengukuran Tahanan Isolasi :
- Phasa-phasa.
- Phasa-netral / ground.
- Phasa-bodi
- Pentanahan / Pembumian
f. Pada Instalasi milik
Pelanggan (IML)
1.Pengujian Sambungan :
 a. Sambungan Kabel ke Fitting Lampu.

- Kabel Fase ke terminal tengah.


- Kabel Netral ke terminal samping.

b. Sambungan Kabel ke kotak kontak.


- Kabel fase di terminal kiri.
- Kabel netral di terminal kanan.
- Kabel PE di terminal tengah.
2. Pengujian ketersinambungan Sirkit :
a. Pengujian Sirkit φ – N :
- Pada PHB φ – N  di short /kopel.
- Ukur tahanan isolasi antara φ –N pada
setiap kotak –kontak yang dilayani.
- bila ǂ 0 maka sirkit tersebut tidak baik
dan bila hasilnya = 0 , maka sirkit
tersebut baik.

b. Pengujian Sirkit φ – PE :
- Pada PHB φ – N  di short /kopel.
- Ukur tahanan isolasi antara φ –N pada
setiap kotak –kontak yang dilayani.
- bila ǂ 0 maka sirkit tersebut tidak baik
dan bila hasilnya = 0 , maka sirkit
tersebut baik.

c. Danseterusnya untuk Instalasi 3 φ dilakukan seperti diatas.


3. Pengujian Tahanan Isolasi.

a. Atara Fase - Netral = ……… MΩ.


b. Antara Fase - Fase = ………..MΩ
c. Antara Netral - PE = ……….MΩ.
d. Antara Fase - PE = ……… MΩ.

4. Pengujian Tahanan Pentanahan : ……….Ω.

5. Pengukuran Tegangan :
a. Antara Fase - Netral = ……….Volt.
b. Antara Fase - PE = ………. Volt.
c. Antara Netral – PE = ………..Volt.

6. TUJUAN PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI :


Adalah untuk mengetahui kualitas isolasi pada penghantar atau
peralatan isntalasi listrik yang terpasang . apakah ada kebocoran
arus atau tidak sehingga dapat dinyatakan laik operasi atau tidak
laik operasi
g. Standar Kebocoran Arus

Sesuai Standart Internasional (EEC.156) arus bocor di ijinkan pada instalasi listrik pada
semua tingkat level tagangan operasi adalah maksimun 1 mA.

Dengan angka tersebut diperoleh nilai tahanan isolasi penghantar dinyatan laik operasi
minimal adalah 1000 x Tegangan kerja ( dihitung dengan rumus hukum Ohm).

 Misal tegangan operasionalnya 20 kV maka tahanan isolasinya minimal adalah 20.000 kΩ atau
20 MΩ..

 Tegangan 220 Volt , maka tahanan isolasi nya minimalnya adalah = 220 x 1000 =
220.000 Ω atau 220 kΩ. Atau 0.22 MΩ.

 Tegangan 380 Volt , maka tahanan isolasi nya minimalnya adalah = 380 x 1000
= 380.000 Ω atau 380 kΩ. Atau 0.38 MΩ.

 Perhatikan RUMUS di bawah.


Rumus Hukum Ohm.

 V = I x R  Bila V = 1 Volt
dan I = 1 mA,
Maka R = V/I  R = 1/0,001 Ω
= 1000/1 Ω
= 1000 Ω
Jadi tahanan isolasi penghantar dengan
tegangan 1 volt standar tahanan isolasinya
adalah 1000 Ω dinyatakan memenuhi.
Kalau tegangan 20 kV standar minimal adalah
sebesar : 20 MΩ.
 Kesimpulan Standart :

Tahanan Isolasi suatu instalasi listrik bila


tegangan operasi nya adalah :

- 1 Volt = 1.000 Ω (1 kΩ).


- 220 Volt = 220.000 Ω (220 kΩ).
- 1.000 Volt = 1.000.000 Ω.
- 1 kVolt = 1.000 kΩ.
= 1 Mega Ω.
- 20 kVolt = 20 Mega Ohm.
I. Teori Dasar Listrik.

1. Besaran Listrik.

Resistansi dan konduktansi : Bila kita mengambil dua potong


konduktor dengan ukuran yang sama tapi dari bahan yang berbeda kita
aliri tegangan, maka akan mengalir arus listrik dengan besar tertentu
berbeda nilainya karena ada sesuatu. Sesuatu itu dinamakan Resistansi
sedangkan kebalikannya adalah daya hantar atau konduktansi.
Rumus : R = (l x Rho)/Q Ω.

2. Hukum Ohm.
Arus yang mengalir pada suatu rangkaian listrik berbanding lurus
terhadap tegangan yang dipasang dan berbanding terbalik terhadap
besarnya resistansi.
Dinyatakan dalam Rumus => I = V / R Amper.
Rangkaian Resistansi ada beberapa macam ,
Yakni :
-Seri, Paralel, seri paralel dan Paralel seri.
I. Teori Dasar Listrik.
3. Hukum Kirchof I.

“ Jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus


yang keluar “ atau dengan kata lain “ Jumlah arus pada
titik percabangan sama dengan nol “

i.1
i.2

i.4 i.3

Rumus : I.1 = I.2 + I.3 + I.4 atau

I = (I.2+I.3+I.4) – I.1  I = 0 (nol)


J. FUNGSI LAPORAN.
Laporan pelaksanaan pekerjaan berfungsi sebagai

1. Pertanggungjawaban kepada atasan


atau pemberi tugas.
2. Bahan analisa dan evaluasi terhadap
hasil ( apakah Laik Operasi (LO) atau Tidak Laik
operasi (TLO ).
3. Dokumentasi / Arsip bagi Perusahaan
untuk kepentingan perencanaan
perbaikan dan pengembangan lebih
lanjut.
K. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
1. Dasar Hukum Pelaksanaan K3 adalah :
Undang - Undang No. 1 tahun 1970.

Pasal 12. (Hak dan Kwajiban Tenaga Kerja) untuk:


a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta
oleh pengawas atau ahli tenaga kerja.
b. Memakai APD yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati persyaratan K3.
d. Meminta kpd pengurus untuk memenuhi syarat K3.
e. Menyatakan keberatan kerja bila kwajiban syarat
K3 tidak dipenuhi kecuali hal khusus yang
ditentukan lain oleh pengawas dalam batas-2 yang
masih dapat dipertanggung jawabkan.
 Pasal 13
( Kwajiban bila memasuki Tempat Kerja
).

Barang siapa memasuki tempat kerja ,


diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat
alat pelindung diri yang diwajibkan
(APD).
2. Tujuan penerapan (K3).
 Tujuan : diterapkannya K3 adalah untuk
mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera sehingga akan tercapai :

a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan


nyaman.
b. Tenaga kerja yang sehat fsik, mental, sosial dan
bebas kecelakaan.
c. Meningkatnya produktiftas dan efsiensi
perusahaan.
d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga
kerja.
L. Simtem Pembumian.

Kita ketahui bersama sistem pembumian


pada sistem ketenagalistrikan ada bermacam-macam antara lain
sebagai berikut :
a. TN–C (Terra Neutral-Combinet) : Saluran
Netral dan tanah disatukan.
b. TN-C-S ( Terra Neutral-combinet-
separated) : Saluran Netral dan tanah
disatukan dan dipisah.
c. TN-S (Terra Neutral-Separated) : Saluran
tanah dan netral dipisah.
d. TT ( Terra Terra ) system : Saluran Tanah dan
tanah.
e. IT ( Impedance Terra ) sistem : Saluran tanah yang
melalui Impedansi.
l. Sistem Pembumian / Pentanahan
2. Tujuan dan Fungsi pembumian
sistem Tenaga Listrik.

1. Menstabilkan tegangan sistem yang


disebabkan adanya petir atau surja.
2. Mengalirkan arus gangguan dan
membuang muatan statis ke bumi
3. Memproteksi peralatan dari tegangan
lebih atau arus lebih
4. Mengamankan terhadap bahaya
tegangan sentuh atau tegangan langkah.
3. Rangkaian Resistance / Tahanan.

 Rangkaian Paralel :

2 (dua) buah tahanan R1 dan R2 dihubungkan Paralel, Rumus


nilai tahanan total nya adalah

 1/R total = 1/R1 + 1/R2 atau


R total = (R1 x R2) / R1+R2.

 Rangkaian Seri :

Tahanan tsb diatas bila dihubungka Seri , Rumus nilai tahanan


(R) totalnya adalah

 R total = R1 + R2
Hubungan Seri

R total = R1 + R2

Hubungan Paralel
1/R t = 1/R1 + 1/R2
atau
R t = (R1 x R2) / R1+R2.
4. Contoh Perhitungannya.
 Hubungan Paralel :
Dua (2) buah tahanan R1 = 10 Ohm dan ,
R2 = 10 Ohm yang dihubungkan Paralel . Hitung
nilai tahanan totalnya ?
 Jawaban :
Rumus 1 : 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 = 1/10 + 1/10.
= 2/10 Ohm.
R total = 10/2 = 5 Ohm.

Rumus 2  Rtotal = (R1xR2) / (R1+R2)


= (10 x 10) / (10+10)
= 100 / 20 Ohm.
= 5 Ohm.
 Hubungan Seri :

Dua (2) buah tahanan R1 = 10 Ohm dan


R2 = 10 Ohm yang dihubungkan Seri .
Hitung nilai tahanan totalnya ?

 Jawaban :
Rumus Rtotal = R1 + R2
= 10 +10 Ohm.
= 20 Ohm.
5. Implementasi Hubungan
Seri, Paralel.
 Sesuai standart tahanan pembumian/ pentanahan pada sistem
distribisi tenaga listrik adalah sebesar 5 Ohm. Selanjutnya
bagaimana penyelesaiannya / perbaikan nya ?.
Kalau hasil ukur tahanan pentanahan pada suatu instalasi adalah 10
Ohm ?.
 Jawaban :

1. Tambah penanaman ground rod 1 batang dan di ambung secara paralel . dengan
jarak 2 x panjang ground rod tambahan.

2.. Dengan ditambah 1 ground rod maka pentanahan yang terpasang sudah menjadi
2 buah dengan nilai masing-2 adalah 10 Ohm.
Sehingga nilai
R totalnya adalah  1/Rtotal = 1/10 + 1/10 Ohm.
= 2/ 10 Ohm.
= 5 Ohm.
6. Peralatan Ukur Listrik

 Insulation Tester ( Megger ) untuk mengukur tahanan


isolasi (Mega Ohm).
 Earth Tester untuk mengukur tahanan pentanahan /
pembumian / Grounding (Ohm).
 AVO meter untuk mengukur Arus (Amper), Tegangan (Volt)
dan Tahanan (Ohm).
 Cos Q meter untuk mengukur besarnya faktor daya / sudut.
 KW meter untuk mengukur daya nyata (kWatt).
 KWh meter untuk mengukur energy listrk yang terpakai.
 KVAr meter untuk mengukur daya reaktip.
 Frekuensi meter untuk mengukur frekuensi ( Hertz)
 Phasa Squence meter untuk mengukur urutan

phasa.
 DC test untuk menguji kebocoran kabel.
7. Cara Menggunakan Alat
Ukur.
 Menggunakan AVO meter :
a. Mengukur beban / Arus (Amper) posisi
Sweet pada tulisan A dan dihubungkan Seri
terhadap beban (AVO di kolongkan pada
penghantar yang akan diukur ).
b. Mengukur Tegangan (Volt) posisi Sweet
pada tulisan V dan dihubungkan paralel
terhadap beban yang akan diukur.
 Menggunakan Earth Tester :
 Earth Tester adalah alat ukur untuk
mengukur tahanan pentanahan /
pembumian/ grounding.
 Cara menggunakannya adalah :
Alat ini dilengkapi dengan 3 (tiga) buah
kabel (warna hijau, kuning, merah) dan
2 (dua) stick grounding bantu. Hijau
disambung ke ground yang akan diukur,
sedang kabel merah dan kuning di tarik
sepanjang kabel dan di dapatkan stick /
grounding bantuan . Tekan tombol
merah dan lihat nilainya.
Contoh Rangkaian Alat Ukur
8. Rumus Segitiga Daya.

Rumus² daya fasa tunggal :


Daya Semu : S = V . I …….……VA.
Daya Nyata P = V. I. Cos Q …. Watt.
Daya Reaktip Q = V. I. Sin Q …. Var

Rumus² daya fasa tiga :


Daya Semu : S = √3. V . I .…… VA.
Daya Nyata P = √3. V. I. Cos…. .Watt.
Daya Reaktip Q = √3. V. I. Sin Q.. VAr
J. Implementasi Rumus
Segitiga Daya
1. Daya Semu :
 Daya Pelanggan yang terpasang adalah

daya Semu (S) dalam VA.


 Rumus nya S = V x I (VA).

 Contoh 1 :

 Daya terpasang pelanggan 1 phasa

adalah 2200 VA  maka MCB yang harus


di pasang adalah  I = S / V Amper .
 I = 2200 VA/220 V = 10 Amper.
Contoh.2 :
 Daya tersambung tiga Fase 33.000 VA,

maka MCB yang harus dipasang adalah


: S = VxIxѴ3 VA  33.000 = 380 x Irata-2 x 1.73
VA.
 I= 33.000/(380 x 1.73) = 50 Amper (perfasa).

Atau di hitung dengan cara :


 Daya per phasa 33000 VA /3 = 11.000 VA.
sehingga MCB yang harus dipasang adalah :
S = V x I (VA)  I = S / V (Amper)
 I = 11.000 VA/220 V = 50 Amper
(perfasa).
Contoh.3
 Daya tersambung 3 Fase 197.000 VA,

maka MCB yang harus dipasang adalah :


S = VxIxѴ3 VA  197.000 = 380 x Irata-2 x 1.73 VA.
  I = 197.000/(380 x 1.73) = 299,6 Amper

dibulatkan 300 Amper per Fase


Atau di hitung dengan cara :
 Daya per phasa 197000 VA /3 = 65.666,67 VA.
sehingga MCB yang harus dipasang adalah :
S = V x I (VA)  I = S / V (Amper)
 I = 65.666,67 VA/220 V = 298,4 Amper
dibulatkan 300 Amper (perfasa).
2. Daya nyata :

 Contoh :

Bila jaringan listrik tegangan rendah dialiri


arus sebesar 50 Amper, tegangan 380 Volt
dengan faktor kerja (cos Q) nya adalah 0,80.
berapa daya nyata (kW) yang melewati
penghantar tersebut.
Jawab :  Rumus P = V.I.Ѵ₃ . Cos Q.
P = 380.50.1,73.0.80 Wat.
P = 26.296 Wat.
p = 26, 296 kWat.
3. Daya Reaktip :

Daya reaktip bisa bersifat kapasitip (Xc) atau


Induktip (Xι) , hal ini disebabkan karena adanya
beban atau peralatan-2 yang digunakan pada
instalasi tersebut, misal pada industri/pabrik
yang bebannya kebanyakan motor-2 listrik atau
di instalasi Rumah yang banyak menggunakan
lampu TL.
Bila seperti ini biasanya sifat bebannya Induktip.
Sehingga pemakaian energi listriknya (kWh) oleh
pelanggan tidak bisa maksimal.
Maka untuk mengatasinya dipasanglah
Kapasitor ( istilah dipasaran sering
disebut Kondensor).
Sedangkan beban yang sifat nya kapasitip
biasanya terjadi pada jaringan listrik yang
panjang dan bebannya sangat kecil atau
mendekati nol.

Sifat beban dibawah bila :


Nilai Xc < X ι  Induktp.
Nilai Xc > X ι  Kapasitp.
Nilai Xc = X ι  Nol.  Cos Q =1 (beban penuh)
dapat dimanfaatkan .
3.a Perhitungan daya Reaktip.

Bila jaringan listrik tegangan rendah dialiri


arus sebesar 50 Amper, tegangan 380 Volt
dengan faktor kerja (cos Q) nya adalah
0,80. berapa daya Reaktip (kVAR) yang
melewati penghantar tersebut.
Jawab :
jika Cos Q =0.80 didapat Sin Q = 0.60
Rumus P = V.I.Ѵ₃ . Sin Q.
P = 380.50.1,73.0.60 Wat.
P = 19.722 VAr.
p = 19,722 kVAr
Cara pemeriksaan sesuai Permen
ESDM no. 038/tahun 2018.
1. Pemeriksaan Dokumen :

a,l : Spesifkasi teknik material, Gbr.Diagram satu garis,


Gbr.Sistem pentanahan, Gbr. Tata letak PHB, Gambar
pengawatan.

2. Pemeriksaan secara Visual:

a.l : - Tata letak PHB, Pembagian beban, PHB (terminal, PHB


Utama, PHB Cabang), Penghantar (sirkit Utama,
Cabang dan Akhir. Pht bumi dan hub Netral dng PE).

3. Pengujian/pengukuran :

a.l : Tahanan isolasi, Pentanahan, polaritas


dan pembebanan.
TERIMA KASIH

Semoga ada
manfaatnya .
Aamiin

Anda mungkin juga menyukai