BAB II
JOB SHEET
Dalam hal ini pada sisi bangunan Gardu tentunya memiliki Standar Kontruksi,
khususnya pada Tata Letak atau Lay-Out, yang tentunya juga bertujuan memenuhi
standar keamanan ketenaga listrikan.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ukuran Tataletak serta dimensi Gardu
beton disamping menikuti ketersediaan lahan yang ada, juga harus memenuhi
ketentuan ketentuan sebagai berikut :
Ketentuan tersebut di atas sebagian tidak berlaku untuk gardu Kios dan gardu
Kompak.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
a. Instalasi Hubung 20 kV
Instalasi hubung yang terpasang harus sesuai dengan kebutuhan rangkaian
yang di perlukan.pada perlengkapan hubung tegangan menengah 20 kv gardu
distribusi pasangan dalam terdiri dari bebrapa jenis Kubikel :
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
catu dari loop system Saluran Kabel Tegangan Menengah ( SKTM ) lazimya harus
dilengkapi dengan PHB-TM yang susunanya sebagai berikut :
1. LBS-LBS-TP
2. LBD-TP
3. LBS-LBS-PMT-SP
4. TP-LBS-LBS-PMT-SP
1. Kabel Tray harus terbuat dari bahan anti korosif galvanis untuk tiap tiap 3
meter lajur kabel.
2. Kelem kabel untuk memperkuat dudukan kabel pada ikatan statis atau Kabel
trai terbuat dari kayu ( Suport Cable )
3. U-bolt Clamp.
4. Spice Plate ( Plate Bar )
5. Collar ( penjepit kabel ) pada rak TM/TR yang terbuat dari kayu.
6. Dyna Bolt ukuran 10 mm2, panjang 60 cm, 120 cm.
7. Insulating Bolt, baut dilapisi Nilon, makrolon.
8. Insulating Slim, bahan bakelit, Nilon, Makrolon.
9. Terminal Hubung, plat di bawah sel TM.
10. Clamppping Connector, 9mm, 13 mm, 17 mm.
11. Angle Clamp Connector
12. Connecting Blok taerbuat dari tembaga.
13. Straight Clam Connector
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Switch)
1. Tujuan Instruksional
Dalam melaksanakan praktek ontro distribusi tentang pengoperasian panel
sendiri dan ohm saklar tujuan yang dicapai adalah :
Dapat mengetahui tentang panel PS dan Ohm saklar.
Dapat mengetahui fungsi dari panel pemakaian sendiri dan Ohm saklar dalam
pengoperasian pada tegangan tinggi.
Dapat mengetahui serta fungsi komponen yang terpasang pada panel PS.
Dapat mengetahui prinsip kerja dari panel pemakaian sendiri dan ohm Saklar
dalam ontro pengoperasian pada tegangan tinggi.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
2. Tinjauan Kepustakaan
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Agar motor dan alat kontrolnya dapat berfungsi dengan baik banyak factor
yang harus dipertimbangkan baik mesin maupun alat kontrolnya. Dalam praktek
penggunaan alat ontrol disesuaikan dengan kebutuhannya.
Contohnya :
Wiring Diagram
PLN
TM
INTERLOCK
MCB MCB PANEL COS
k1 k2
ES
Panel mempunyai dua sumber, su0mber utama (PLN) dan sumber cadangan
(Genset). Panel ini melayani transformator step-up. Panel PS mempunyai prinsip SWICTHGEAR
20 KV
yang sama dengan ATS. Pemakaian Panel ATS pada instalasi dalam gedung
dimaksudkan untuk mengantisipasi pada saat PLN gagal dalam mensuplai listrik
(mengalami pemadaman), maka dalam hal ini genset yang akan menggantikan
peranan dari PLN untuk mensuplai sumber daya listrik, disini peranan Panel ATS
adalah memindahkan secara otomatis distribusi dari PLN ke Genset, sehingga Genset
tersebut dapat menggantikan peranan dari PLN untuk mensuplai sumber daya listik
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
pada Gedung/lokasi tersebut. Selanjutnya apabila PLN kembali normal, maka Fungsi
ATS secara otomatis memindahkan distribusi daya listrik dari Genset ke PLN.
1. Relai
2. Kontaktor Magnetis
- Pada penanganan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun
alat manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit
mengoperasikannya. Sebaliknya, akan relative sederhana untuk
membangun kontaktor magnetis yang akan menangani arus yang besar atau
tegangan tinggi, dan alat manual hanya mengontrol kumparan dari
kontaktor.
- Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari satu
operator (satu lokasi) dan diinterloked untuk mencegah kesalahan dan
bahaya operasi.
- Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali dalam satu jam, dapat
digunakan kontaktor untuk menghemat usaha. Operator secara sederhana
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
hanya menekan tombol dan kontaktor akan memulai urutan event yang
betul secara otomatis.
- Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot yang sangat
peka. Alat pilot ini menurut sifat dasarnya terbatas pada daya dan ukuran,
dan akan sulit membuat desainnya untuk menangani arus besar secara
langsung.
- Tegangan yang tinggi dapat diatasi dengan kontaktor dan menjauhkan
seluruhnya dari operator, sehingga meningkatkan keselamatan/keamanan
instalasi. Operator juga tidak akan berada di sekitar bunga api daya tinggi
yang selalu menjadi sumber bahaya dari kecelakaan akibat kejutan listrik,
kebakaran, atau mungkin luka pada mata.
- Dengan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada titik yang
jauh. Satu satunya ruang yang diperlukan dekat mesin adalah ruangan
untuk tombol tekan. Hal ini memungkinkan mengontrol satu kontaktor dari
banyak tombol tekan seperti yang dikehendaki, dengan hanya menjalankan
sedikit kawat lampu control antara stasiun.
- Dengan kontaktor, kontrol otomatis dan semi otomatis mungkin dilakukan
dengan peralatan seperti kontrol logika yang dapat diprogramkan
(Programable Logic Controller = PLC).
3.MCB
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Singkatan MCB adalah Mini Circuit Breaker yang memiliki fungsi sebagai
alat pengaman arus lebih. MCB ini memproteksi arus lebih yang disebabkan
terjadinya beban lebih dan arus lebih karena adanya hubungan pendek. Dengan
demikian prinsip dasar bekerjanya yaitu untuk pemutusan hubungan yang disebabkan
beban lebih dengan relai arus lebih seketika digunakan electromagnet.
4. MCCB
Ohm sakelar merupakan salah satu peralatan pokok pada suatu instalasi listrik,
teutama pada instalasi tenaga. Jika dilihat dari prinsip kerjanya, hampir sama dengan
prinsip kerja sakelar yang terdapat pada rumah. Akan tetapi pada aplikasinya
digunakan untuk meng-hubungkan jaringan TR dengan trafo step-up. Ohm sakelar
mempunyai 3 atau 4 terminal penghubung dimana merupakan 3 buah line fasa
(R,S,T) 1 buah untuk line netral.
Dengan kata lain ohm sakelar merupakan alat penyambung dan pemutus
rangkaian yang menghubungkan rangkaian TR dengan trafo step up. Karena
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
kebanyakan Ohm sakelar bekerja pada rating arus 100 A, maka biasa disebut juga
sakelar 100 A (3 phase ) atau L bom sakelar 3 phase.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Relai ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi sumber listrik utama
(hidup atau mati) kepada rangkaian relai relai start/off engine dan ATS untuk di
proses pada tahap selanjutnya.
2. Relai detector Daya Genset
Relai detector ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi
tegangan/daya genset kepada rangkaian relai relai start/off engine dan ATS untuk di
proses pada tahap selanjutnya.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
adalah fitur fitur yang berfungsi untuk menjaga dan mengontrol kondisi mesin selalu
berada dalam keadaan yang baik sehingga kemungkinan mesin mengalami rusak
parah dapat dihindari. Jika dengan panel konfensional mesin tidak akan mati saat
terjadi gejala kerusakan atau gejala masalah lain, kecuali setelah menekan tombol
emergency, namun tidak dengan panel digital. Sehingga dengan panel ATS /AMF
digital diharapkan gejala kerusakan awal dapat ditangani dengan tepat sebelum
kerusakan yang lebih besar benar benar terjadi.
Kemudahan lainnya adalah fitur antarmuka pada panel digital sangat
membantu kita untuk memasukkan parameter parameter kontrol dan disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna. Dengan segala fitur dan kelebihan panel digital ini
maka wajar saja jika pabrikan membanderol dengan harga yang tinggi.Diluar dua
macam panel ATS/AMF yang saya sebutkan diatas, pada kenyataannya ada satu jenis
panel lain yang beredar di pasaran saat ini, yaitu panel ATS/AMF yang dibangun
dengan tulang punggung sebuah PLC ataupun Smart Relay (versi sederhana dari
PLC).
ATS/AMF dengan tulang punggung PLC/smart relay sangat menguntungkan
para produsen karena proses pembuatan yang lebih gampang dan sedikit kabel serta
ruang yang terpakai, namun sayangnnya fitur yang tersedia sangat terbatas dan
hampir sama dengan panel konfensional. Disinilah banyak konsumen yang 'kecele'
karena mendengar kalimat “panel ATS/AMF dengan PLC/Smart relay” padahal fitur
yang ditawarkan dan fungsi yang dapat dilakukan panel tersebut tidak jauh beda
dengan panel konvensional (berbasis rele).
3. Standar Kompetensi
Kompetensi Utama
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari panel pemakaian sendiri (PS) dan
Panel Automatic COS (Change Over Switch)/Ohm saklar.
Kompetensi pendukung
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
PLN
TM AWAL
INTERLOCK
MCB MCB PANEL COS
k1 k2
TRAFO
STPE-UP
20 KV
DS CB DS
Gambar 2.12 Rangkaian pengoperasian dari OHM saklar
ES
SWICTHGEAR
20 KV
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Fasa (Hitam)
6. Peralatan Kerja
7. Diskripsi Kerja
Panel Pemakaian Sendiri
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
Cara kerja dari rangkaian kontrol panel genset ATS, dalam kondisi suplay
PLN atau utama yang bekerja biasanya kontraktor PLN. Di mana kontraktor PLN
bekerja jika arus listrik akan mengalir lewat MCB PLN. Bila terjadi pemadaman
secara otomatis oleh PLN maka rangkaian pun tak akan aktif, rangkaian ini pun siap
menunggu sampai listrik PLN menyala lagi, dengan begitu suplai generator set pun
masuk kembali. Bila yang masuk merupakan listrik generator dengan begitu
rangkaian secara otomatis melakukan suplai listrik pada generator menuju beban
dengan otomatis lewat kontak NC Relay, Kontak NC kontraktor PLN, dan MCB
GNS untuk dapat mengaktifkan kontraktor pada GNS.
Lalu, bila sumber listrik dari PLN menyala kembali, dengan begitu rangkaian
pun secara otomatis akan memutus sumber aliran listrik pada generator, lewat
pengaktifan bagian kotak relay. Di saat yang bersamaan, kontak pada NO Timer atau
Normally Open Timer menunggu agar bisa terhubung sesuai pengaturan waktu.
Dengan begitu mengalirkan sumber arus listrik menuju kontraktor PLN. Di mana
lewat masuknya aliran listrik di PLN sehingga semua coil pun pada kondisi yang
tidak aktif. Dengan begitu rangkaian aman serta boleh dirakit. Untuk merakit panel
ATS ini memerlukan box panel, timer atau on delay, MCB, socket relay, socket
timer, kabel, kabel ties, terminal konektor, kontraktor dan juga lampu indikator.
Panel-panel utama yang terdapat pada generator set memberikan fungsi yang
berbeda-beda demi menunjang kinerja dari generator listrik itu sendiri. Seperti halnya
fungsi dan prinsip kerja pada sistem kontrol panel ATS yang terdapat pada genset
sebagai pengontrol sumber aliran listrik.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
b. Menentukan tata-letak dan ukuran penampang kabel ; sisi input dan out-put kabel
masukan.
c. Menentukan single-line diagram dan bagian-bagian peralatan yang digunakan.
d. Menentukan urutan fasa dan warna kabel.
e. Menentukan/menghitung KHA kabel yang akan digunakan.
f. Pengawatan/penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
g. Memasang warna isolasi skun kabel sesuai urutan fasa.
h. Pengawatan/penyambungan kabel pada terminalnya sesuai urutan fasa.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG D3 TEKNIK LISTRIK
- Agar ohm saklar dapat dioperasikan , digunakan engkol yang bisa dilepas dan
sebagai tuas penghubung. Oleh karna itu penggunaan engkol ini disebut juga
dengan L bom sakelar 3 Fasa.
- Ohm saklar bekerja secara manual atau manusia secara langsung
mengoperasikannya, jika terjadi gangguan baik internal maupun eksternal
maka alat ini tidak menjadi pengaman seperti MCB atau MCCB yang akan
trip untuk mengatasi gangguan tersebut.
- Dilihat dari operasi kerja ohm saklar, Ohm saklar bekerja untuk memutuskan
an menghubungkan rangkaian TR dengan rangkaian selanjutnya (Trafo Step-
up) atau posisi 1 atau 0.
RANDI FHERDINAL
PRAKTEK SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK