Anda di halaman 1dari 81

INSTALASI PENGAMAN TENAGA LISTRIK

Pengantar

Pengamanan Ketenaga listrikan meliputi menghindari aliran arus listrik pada media
yang tidak diinginkan yang sering disebut gangguan. Aliran listrik dapat dicegah
mengalir dengan cara :
1. Menghilangkan loop
2. Menghilangkan beda potensial antara dua titik
3. Menghilangkan Media penghantar
satu dari tiga faktor tersebut dapat ditangani dengan serius dan pasti maka bahaya
arus listrik tidak akan terjadi.

Pengaman Ketenagaan Listrikan pada kuliah ini meliputi :


 Peralatan Rumah Tangga
 Sistem Jaringan Instalasi Listrik
 Sistim Pengaman Petir pada jaringan listrik
Untuk Pengenalan Peralatan Rumah tangga akan didalami dengan diskusi tugas
laporan kecil untuk satu peralatan/Kelompok.

Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik yang terdiri dari komponen peralatan atau mesin listrik seperti
generator, transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling
dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,
menyalurkan, dan menggunakan energi listrik.

Tiga komponen utama dari sistem tenaga listrik adalah:

a. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik atau sumber


b. Sistem Transmisi Tenaga Listrik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik, dan
c. Sistem Beban

Penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit sampai ke konsumen dapat


digambarkan seperti blok diagram pada gambar 1 berikut, blok diagram tersebut
mencakup ketiga komponen utama dari sistem tenaga listrik.

1
Unit Unit Gardu Induk
Unit Distribusi
Pembangkitan Transmisi distribusi

Distribusi Distribusi

sekunder Primer
PMT
G Trf PMT
Transformator
Generator


Pemutus
Tenaga

Konsumen Besar

Konsumen Umum

Gambar 1 Sistem Tenaga Listrik

Pembangkit Tenaga Listrik yaitu tempat dibangkitkannya energi listrik. Komponen-


komponen utama pembangkitan yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi)
atau energi mekanik menjadi energi (potensi) listrik.
Proses pembangkitan tenaga listrik adalah proses konversi tenaga primer langsung
menjadi energi Listrik atau tenaga mekanik sebagai penggerak generator listrik dan
selanjutnya generator listrik menghasilkan tenaga listrik.

Tenaga listrik pada umumnya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu yang


jauh dari kumpulan pelanggan, sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan
tenaga listrik tersebar disegala penjuru tempat.

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen. Jadi fungsi ditribusi tenaga listrik adalah :

1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)


2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.

Komponen Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang
menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu
transmisi) dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum komponen jaringan
distribusi tenaga listrik antara lain adalah:
a. Gardu Induk ( GI )
b. Jaringan Distribusi Primer
c. Gardu Distribusi (GD)
2
d. Jaringan Distribusi Sekunder
Gardu Distribusi (GD)

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yaitu
tempat/bangunan instalasi listrik yang didalamnya terdapat alat-alat : pemutus,
pengaman dan yang terpenting adalah transformator distribusi untuk
mendistribusikan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan tegangan konsumen.
Peralatan-peralatan ini bertujuan untuk menunjang mencapai pendistribusian tenaga
listrik secara baik yang mencakup kontinuitas pelayanan yang terjamin, mutu yang
tinggi dan menjamin keselmatan bagi manusia.

Fungsi gardu distribusi adalah sebagai berikut:

1. Menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk


membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada beban/konsumen baik
konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
2. Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah selanjutnya
disalurkan ke konsumen tegangan rendah.
3. Menyalurkan/meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu
ditribusi lainnya dan ke gardu hubung.

Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal yang diantaranya :

1. Gardu Beton/Tembok
2. Gardu Tiang, terbagi 2 yaitu
 Gardu Portal
 Gardu Cantol

Gardu Beton

Gardu tembok adalah gardu transformator/ hubung yang secara keseluruhan


konstruksinya tersebut dari tembok/beton. Gardu Beton/ Tembok Sesuai dengan
namanya maka gardu ini terbuat dari beton. Tipe dari bagunan ini bermacam-macam
sesuai dengan lokasi dan kebutuhan. Seluruh komponen utama instalasi yaitu
transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil
yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan
beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan
persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan. Kapasitas transformator
yang dipasang pada gardu ini dapat lebih besar dibandingkan dengan gardu-gardu
sebelumnnya yang sudah dijelaskan. Jumlah Transformator yang dapat ditampung

3
dalam gardu ini dapat lebih dari 1 buah, dimana hal ini bargantungdari kebutuhan
dan lokasi yang ada. Diagram satu garis gardu beton diperlihatkan pada gambar 2.8
berikut.

1 2 3

6
4

Gambar 2.2 Diagram Satu Garis Gardu Beton

dengan keterangan gambar:

1. Kabel masuk – pemisah atau saklar beban (load break)


2. Kabel keluar – saklar beban (load break)
3. Pengaman transformator – saklar beban + pengaman lebur
4. Saklar beban sisi TR
5. Rak TR dengan 4 sirkit tekan
6. Pengaman lebur TM (HRC-fuse)
7. Pengaman lebur TR (NH-fuse)
8. Transformator

Gardu Tiang

Gardu tiang merupakan gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/


penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini transformator ditribusi terletak pada
bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya dapat melayani daya listrik terbatas
mengingat berat transformator yang relatif tinggi sehingga tidak mungkin
menempatkan transformator berkapasiatas besar di bagian atas (± 5 meter diatas
tanah).

Gardu Portal

Gardu portal adalah gardu litsrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi
dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang-kurangnya 3 meter
di atas tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi
operasi dan pemeliharaan. Transformator dipasang pada bagian atas dan lemari
4
panel/PHB-TR pada bagian bawah. Diagram Satu Garis gardu portal dapat dilihat
pada Gambar 2.9 berikut. Pada gambar 2.10 diperlihatkan pula konstruksi gardu
portal dengan semua komponen dan susunan pada gardu.

Gambar 2.3 Diagram Satu Garis Gardu Portal

Gambar 2.4 Konstruksi Gardu Portal


Gardu Cantol

Gardu cantol adalah tipe gardu listrik dengan transformator yang dicantolkan pada
tiang listrik. Pada gardu distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya ≤ 100 kVA 3 fasa atau 1 fasa.
5
Sambungan gardu tiang tipe cantol terbagi 2 yaitu:

a. Gardu cantol 1 fasa dengan transformator terpasang adalah jenis CSP


(Compeletely Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan
proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator untuk
pelayanan 1 fasa.
b. Untuk pelayanan 3 fasa memakai 3 buah transformator 1 fasa dengan titik
netral digabungkan dari tiap-tiap transformator menjadi satu.
Instalasi gardu dapat berupa :
a. 1 Cut out fused
b. 1 lightning arrester.
c. 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau transformator
completely self protected (CSP - Transformator)4
susunan komponen pada gardu cantol diperlihatkan pada one line diagram
gambar 2.5 berikut.

SUTM

3
1

L1

L2

Gambar 2.5 Diagram Satu Garis Gardu Cantol


Dengan Keterangan :
1. Transformator
2. Sirkit akhir 2 fasa
3. Arrester
4. FCO, saklar beban TR sudah terpasang di dalam transformator.
Catatan :

E L1 - N = 220 Volt

E L2 - N = 220 Volt

E L1 - E L2 = 440 Volt
6
Gambar konstrusi gardu cantol diperlihatkan pada gambar 2.6 berikut. Gambar
sebelah kiri menunjukkan gardu cantol 1 fasa dan gambar sebelah kanan
menunjukkan gardu cantol 3 fasa.

Gambar 2.6 Gardu Cantol 1 Fasa Dan 3 Fasa

Transformator Distribusi

Transformator adalah komponen utama dalam gardu distribusi. Transformator


adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi
listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.

7
Transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20kv
menjadi tegangan rendah (220/380V).

Gambar 2.7 Transformator Distribusi 3 Fasa

Jaringan Distribusi Sekunder

Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Komponen saluran distribusi
sekunder diperlihatkan pada gambar 2.8. Pada sistem distribusi sekunder bentuk
saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat
menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini
biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb:

 Papan pembagi pada trafo distribusi,

 Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).

 Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)

 Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.

8
Gambar 2.8 Komponen Saluran Distribusi Sekunder
Sistem Pembumian

Sistem pembumian adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan distribusi


yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan badan
peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
terhambat atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat-alat
pengaman tersebut. Sistem pembumian digunakan sebagai pengaman langsung
terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran
arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi.
Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan
tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pembumian.

Sistem pembumian yang digunakan baik untuk pembumian netral dari suatu sistem
tenaga listrik, pembumian sistem penangkal petir dan pembumian untuk suatu
peralatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena pada prinsipnya
pembumian tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi.
Tidak jarang orang umum atau awam maupun seorang teknisi masih ada
kekurangan dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pembumian. Besaran
yang sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem pembumian adalah
hambatan sistem suatu sistem pembumian tersebut.
Untuk mengetahui nilai-nilai hambatan jenis tanah yang akurat harus dilakukan
pengukuran secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk sistem pembumian
karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan,
untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah yang tidak
sama.

9
Tujuan dari pembumian adalah :1

 Memberikan perlindungan terhadap bahaya listrik bagi pemanfaat listrik dan


lingkungannya.
 Mendapatkan keandalan penyaluran pada sistem dari segi kualitas, keandalan
ataupun kontinuitas pemakaian tenaga listrik.
 Membatasi kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terhubung tanah dan nilai
tegangan kerja minimal.
 Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi dan memudahkan dalam
menentukan lokasi gangguan.

Sistem Pembumian Titik Netral

Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung singkat
ke tanah pada instalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang besar.
Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus
gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5 Amper), sehingga busur listrik yang
timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah masih dapat
padam sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik baik
dalam ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan fasa ke
tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat lagi
padam dengan sendirinya. Timbulnya gejala-gejala ”busur listrik ke tanah (arching
ground)” sangat berbahaya karena menimbulkan tegangan lebih transient yang
dapat merusak peralatan. Apabila hal di atas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran
tenaga listrik akan terhenti, yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup
besar. Oleh karena itu, sistem-sistem tenaga listrik tidak lagi dibuat terapung
(floating) yang lazim disebut sistem delta, tetapi titik netralnya ditanahkan melalui
tahanan, reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding). Pembumian itu
umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral transformator daya ke tanah.

Tujuan Pembumian Titik Netral Sistem

Adapun tujuan pembumian titik netral sistem adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.


2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa
yang sehat).
3. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
4. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh
penyalaan bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).

1
Hendrianto Lisanudin, Pedoman Sertifikasi Laik Operasi Instalasi Tenaga Listrik , Hal. 8
10
5. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam
menentukan lokasi gangguan.

Metode Pembuminan Titik Netral2

Metoda-metoda pembumian titik netral sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut:

a. Pembumian langsung (effective grounding)


b. Pembumian melalui tahanan (resistance grounding)
c. Pembumian dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).
d. Pembumian melalui transformator pembumian.

a. Pembumian langsung (effective grounding)


Sistem pembumian langsung adalah di mana titik netral sistem dihubungkan
langsung dengan tanah, tanpa memasukkan harga suatu impedansi, ditunjukkan
pada gambar 2.11 berikut:

RB

Gambar 2.11 Rangkaian Pengganti Pembumian Titik Netral Tanpa Impedansi


(Pembumian Langsung/Solid Grounding)

Pada sistem ini bila terjadi gangguan phasa ke tanah akan selalu mengakibatkan
terganggunya saluran (line outage), yaitu gangguan harus diisolir dengan membuka
pemutus daya. Salah satu tujuan pembumian titik netral secara langsung adalah
untuk membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan
fasa ke tanah. Besarnya tahanan sistem tergantung jenis tanah tempat elektroda
ditanam dan cara penanaman elektroda tersebut.

2
Aslimeri dkk, Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2 Hal 247
11
Keuntungan:
1. Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil.
2. Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah,
sehingga letak gangguan cepat diketahui.
3. Sederhana dan murah dari segi pemasangan.

Kerugian:
a. Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya.
b. Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan
makhluk hidup didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang dilaluinya.

b. Pembumian melalui tahanan (resistance grounding)


Pembumian titik netral melalui tahanan (resistance grounding) dimaksud
adalah suatu sistem yang mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah melalui
tahanan (resistor). Gambar 2.12 menunjukkan rangkaian pengganti pembumian titik
netral melalui tahanan

Gambar 2.12 Rangkaian Pengganti Pembumian Titik Netral melalui


Tahanan (Resistor)
Pada umumnya nilai tahanan pembumian lebih tinggi dari pada reaktansi sistem
pada tempat di mana tahanan itu dipasang. Sebagai akibatnya besar arus gangguan
12
fasa ke tanah pertama-tama dibatasi oleh tahanan itu sendiri. Dengan demikian
pada tahanan itu akan timbul rugi daya selama terjadi gangguan fasa ke tanah.
Secara umum harga tahanan yang ditetapkan pada hubung netral adalah:

Vf

Rt = ––– (ohm) (1)

di mana:

Rt = Tahanan ( Ohm )

Vf = Tegangan fasa ke netral (Volt)

I = Arus beban penuh dalam Ampere dari transformator. (Ampere)

Dengan memilih harga tahanan yang tepat, arus gangguan ke tanah dapat dibatasi
sehingga harganya hampir sama bila gangguan terjadi di segala tempat di dalam
sistem bila tidak terdapat titik pembumian lainnya. Dalam menentukan nilai tahanan
pembumian akan menentukan besarnya arus gangguan tanah. Besarnya tahanan
pembumian pada sistem tenaga listrik Contohnya di PLN P3B Jawa Bali Region
Jabar), adalah sebagai berikut:

 Sistem 70 kV sebesar 62 Ohm


 Sistem 20 kV sebesar 12 Ohm atau 42 Ohm.
Jenis pembumian (Resistor) yang dipakai adalah jenis logam (metalic resistor) atau
jenis cairan (liquid resistor), perhatikan gambar 2.13 ; 2.14 ; 2.15 dan 2.16

Gambar 2.13 Pembumian (Grounding Resistor)

13
Gambar 2.14 Resistor Jenis Logam (Metalic Resistor)

Gambar 2.15 Resistor Jenis

14
Gambar 2.16 Resistor Jenis Cairan (Liquid Resistor)

Pembumian titik netral melalui tahanan (resistance grounding) mempunyai


keuntungan dan kerugian yaitu:

Keuntungan:

 Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil


 Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil.
 Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang
melaluinya.
Kerugian:

 Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pembumian selama terjadinya


gangguan fasa ke tanah.
 Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan rele pengaman
menjadi berkurang dan lokasi gangguan tidak cepat diketahui.

c. Pembumian dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).


Sistem pembumian dengan kumparan Petersen adalah di mana titik netral
dihubungkan ke tanah melalui kumparan Petersen (Petersen Coil). Kumparan
Petersen ini mempunyai harga reaktansi (XL) yang dapat diatur dengan
menggunakan tap. Gambar 2.17 memperlihatkan petersen coil yang terpasang di PT
PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat, yaitu pada sistem 30 kV Plengan-Lamajan.
Rangkaian pengganti sistem pembumian dengan kumparan Petersen ditunjukkan
pada gambar 2.18
15
Gambar 2.17 Pemasangan Pembumian Titik Netral dengan Kumparan Petersen.

Gambar 2.18 Rangkaian Pengganti Pembumian Titik Netral dengan


Kumparan Petersen.

Pada hakikatnya tujuan dari pembumian dengan kumparan Petersen adalah untuk
melindungi sistem dari gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang sementara
sifatnya (temporary fault), yaitu dengan membuat arus gangguan yang sekecil-
kecilnya dan pemadaman busur api dapat terjadi dengan sendirinya. Kumparan

Petersen berfungsi untuk memberi arus induksi (IL) yang mengkonpensir arus
gangguan, sehingga arus gangguan itu kecil sekali dan tidak membahayakan
peralatan listrik yang dilaluinya. Arus gangguan ke tanah yang mengalir pada sistem
sedemikian kecilnya sehingga tidak langsung mengerjakan relai gangguan tanah
untuk membuka pemutusnya (PMT) dari bagian yang terganggu. Dengan demikian
kontinuitas penyaluran tenaga listrik tetap berlangsung untuk beberapa waktu
lamanya walaupun sistem dalam keadaan gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah, yang berarti pula dapat memperpanjang umur dari pemutus tenaga (PMT).

16
Sebaliknya sistem pembumian dengan kumparan Petersen ini mempunyai
kelemahan, yaitu sulit melokalisir gangguan satu fasa ke tanah yang bersifat
permanen dan biasanya memakan waktu yang lama. Gangguan hubung singkat
yang permanen itu dapat mengganggu bagian sistem yang lainnya. Oleh karena itu,
hubung singkat tersebut tetap harus dilokalisir dengan menggunakan relai hubung
singkat ke tanah (Ground fault relai). Pembumian titik netral melalui kumparan
Petersen mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu:

Keuntungan:

 Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi makhluk
hidup.
 Kerusakan peralatan sistem di mana arus gangguan mengalir dapat dihindari.
 Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke tanah.
 Gejala busur api dapat dihilangkan.
Kerugian:

 Relai gangguan tanah (ground fault relai) sukar dilaksanakan karena arus
gangguan tanah relatif kecil.
 Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
(permanen) pada sistem.
 Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada perubahan
pada sistem, kumparan petersen harus disetel (tuning) kembali.

d. Pembumian melalui transformator pembumian.


Bila pada suatu sistem tenaga listrik tidak terdapat titik netral,sedangkan
sistem itu harus diketanahkan, maka sistem itu dapat ditanahkan dengan
menambahkan ”Transformator Pembumian” (grounding transformer), contoh gambar
pemasangan trafo pembumian seperti ditunjukkan pada gambar 2.19 berikut:

17
Gambar 2.19 Contoh pemasangan trafo pembumian

Transformator pembumian itu dapat terdiri dari transformator Zig zag atau
transformator bintang segitiga (Y-∆). Trafo pembumian yang paling umum digunakan
adalah transformator zig-zag tanpa belitan sekunder.

ARUS DAN TEGANGAN YANG BERBAHAYA


Secara umum kita tinjau dahulu bahaya-bahaya yang mungkin dapat
ditimbulkan oleh tegangan atau arus listrik terhadap manusia mulai dari yang
ringan sampai yang paling berat yaitu: terkejut, pingsan atau mati.
Ringan atau berat bahaya yang timbul, tergantung dari faktor-faktor dibawah ini
sebagai berikut :
1. Tegangan dan kondisi orang terhadap tegangan tersebut.
2. Besarnya arus yang melewati tubuh manusia
3. Jenis arus, searah atau bolak-balik

1. Tegangan
Pada sistem tegangan tinggi sering terjadi kecelakaan terhadap manusia, dalam
hal terjadi tegangan kontak langsung atau dalam hal manusia berada di dalam
suatu daerah yang mempunyai gradien tegangan yang tinggi. Akan tetapi
sebenarnya yang menyebabkan bahaya tersebut adalah besarnya arus yang
mengalir dalam tubuh manusia.
Khususnya pada gardu-gardu induk kemungkinan terjadinya bahaya terutama

18
disebabkan oleh timbulnya gangguan yang menyebabkan arus mengalir ke
tanah. Arus gangguan ini akan mengalir pada bagian-bagian peralatan yang
terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar gardu induk. Arus
gangguan tersebut menimbulkan gradien tegangan diantara peralatan dengan
peralatan, peralatan dengan tanah dan juga gradien tegangan pada permukaan
tanah itu sendiri. Untuk menganalisis lebih lanjut akan ditinjau beberapa
kemungkinan terjadinya tegangan dan kondisi orang yang sedang berada di
dalam dan di sekitar gardu induk tersebut.

1.1 Jenis Tegangan


Sulit untuk menentukan secara tepat mengenai perhitungan tegangan yang
mungkin timbul akibat kesalahan ke tanah terhadap orang yang sedang berada
di dalam atau di sekitar gardu iduk, karenanya banyaknya faktor yang
mempengaruhi dan tidak diketahui.
Untuk menganalisis keadaan ini maka diambil beberapa pendekatan sesuai
dengan kondisi orang yang sedang berada di dalam atau di sekitar gardu induk
tersebut pada saat terjadi kesalahan ke tanah.
Pada hakekatnya perbedaan tegangan selama mengalir nya arus gangguan
tanah dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Tegangan sentuh
2. Tegangan langkah
3. Tegangan pindah

1.2 Tegangan Sentuh


Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara suatu obyek
yang disentuh dan suatu titik berjarak </= 1 meter, dengan asumsi bahwa obyek
yang disentuh dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan yang berada
dibawahnya.
Besar arus gangguan dibatasi oleh tahanan orang dan tahanan kontak ke tanah
dari kaki orang tersebut, seperti pada gambar 7-1.

19
Gambar 7.1. Tegangan sentuh dengan rangkaian penggantinya

Dari rangkaian pengganti dapat dilihat hubungannya sebagai berikut :


⎛ R ⎞
Es = ⎜ Rk f ⎟ × I k (7.1)
+ 2 ⎠

Dimana :
Es = tegangan sentuh (volt)
Rk = tahanan badan orang (= 1000 Ohm)
Rf = tahanan kontak ke tanah dari satu kaki pada tanah yang
diberi
Ik = lapisan
besarnyakoral
arus10yang
cm (= 3000 Ohm) (Ampere)
melaluibadan

Tahanan badan orang telah diselidiki oleh beberapa ahli sebagaimana terdapat
dalam
tabel 7.4, dan sebagai harga pendekatan Rk = Ohm. Tahanan
diambil Rf
1000

mendekati harga 3 ρs dimana ρs adalah tahanan jenis tanah disekitar


permukaan. Arus

Ik diambil dari harga dalam persamaan 7.4, I k = 0,116 / t .


dimana

⎛ 3ρ s⎞ 0,116
E s = ⎜1000 + ⎟× (7.2)
⎝ 2 ⎠ t
Dimana :

20
ρs = tahanan jenis tanah disekitar pemukaan tanah (Ohm-meter) =
3000
t Ohm-meter
= waktu untuk permukaan
kejut (detik) tanah yang
atau lama gangguan dilapisi koral 10 cm.
tanah.

Dalam Tabel 7.1 diberikan besar tegangan sentuh yang diijinkan dan lama
gangguan.

Tabel 7.1. Tegangan sentuh yang diijinkan dan lama gangguan


Lama gangguan Tegangan sentuh yang
t diijinkan
(detik)
0,1 (Volt)
1.980
0,2 1.400
0,3 1.140
0,4 990
0,5 890
1,0 626
2,0 443
3,0 362

1.3 Tegangan Langkah


Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul di antara dua kaki orang
yang sedang berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke
tanah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 7.2.
Dalam hal ini dimisalkan jarak antara kedua kaki orang adalah 1 meter
dan diameter kaki dimisalkan 8 cm dalam keadaan tidak memakai sepatu.

21
Gambar 7.2. Tegangan langkah dekat peralatan yang diketanahkan

Dengan menggunakan rangkaian pengganti dapat ditentkan tegangan langkah


sebagai berikut :
El = (R k + 2R f )× I k

0,116
= (1000 + 6 ρ s )×
t

22
Dimana :
116 + 0,696 × ρ s
El =
t

l = tegangan langkah (volt)


Rk = tahanan badan orang (ohm) = 1000 Ohm
Rf = tahanan kontak ke tanah dari satu kaki (ohm) = 3 ρ s
t = waktu kejut (detik)
ρs = tahanan jenis tanah disekitar permukaan tanah (ohm-meter)
= 3000 ohm-meter untuk permukaan tanah yang dilapisi koral
10 cm
Dalam Tabel 7.2 diberikan besar tegangan langkah yang diijinkan dan lama
gangguan.

Tabel 7.2. Tegangan langkah yang diijinkan dan lama


gangguan
Lama gangguan Tegangan langkah yang
t diijinkan
(detik)
0,1 (Volt)
7.000
0,2 4.950
0,3 4.040
0,4 3.500
0,5 3.140
1,0 2.216
2,0 1.560
3,0 1.280

1.4 Tegangan Pindah


Tegangan pindah adalah hal khusus dari tegangan sentuh, dimana
tegangan ini terjadi bila pada saat terjadi kesalahan orang berdiri di dalam gardu
induk, dan menyentuh suatu peralatan yang diketanahkan pada titik jauh
sedangkan alat tersebut dialiri oleh arus kesalahan ke tanah, gambar 7.3.
Dari gambar 7.3 terlihat bahwa, orang akan merasakan tegangan
yang lebih besar bila dibandingkan dengan tegangan sentuh seperti pada
gambar 7.1. Tegangan pindah akan sama dengan tegangan pada tahanan
kontak pengetanahan total. Tegangan pindah itu sulit untuk dibatasi, tetapi
biasanya konduktor-konduktor telanjang yang terjangkau oleh tangan manusia
telah diisolasi. Dari gambar 7.3 diperoleh :
Epindah = I R0, dengan anggapan Ik « I sebab
+ Rk
Rf 2
23
Dimana :
» R0

24
Dimana :
ρ ρ
R0 = + (7.4)
4r L
Dan :
r = jarijari ekivalen dari luas gardu induk
L = panjang total dari konduktor kisi-kisi dan
batang
Untuk waktu tertentu dari arus gangguan dalam detik, tegangan
pindah yang
diijinkan adalah sama dengan tegangan sentuh.

Gambar 7.3. Tegangan pindah dengan rangkaian penggantinya

25
2. Arus Yang Melalui Tubuh Manusia
Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang mengalir di
dalamnya. Tetapi berapa besar dan lamanya arus yang masih dapat ditahan
oleh tubuh manusia sampai batas yang belum membahayakan sukar ditetapkan.
Dalam hal ini telah banyak diselidiki oleh para ahli dengan berbagai macam
percobaan baik dengan tubuh manusia sendiri maupun menggunakan
binatang tertentu. Dalam batas-batas tertentu dimana besarnya arus belum
berbahaya terhadap organ tubuh manusia telah diadakan berbagai percobaan
terhadap beberapa orang sukarelawan yang menghasilkan batas-batas
besarnya arus dan pengaruhnya terhadap manusia yang berbadan sehat.
Batas-batas arus tersebut dibagi sebagai berikut :
1. Arus mulai terasa atau persepsi.
2. Arus mempengaruhi otot.
3. Arus mengakibatkan pingsan atau mati atau arus fibrilasi
4. Arus reaksi

2.1 Arus Persepsi


Bila seseorang memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari
harga nol dan dinaikkan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh
orang tersebut akan memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang syaraf
sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila dengan arus
bolak balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak tangan.
Pada Electrical Testing Laboratory New York tahun 1993 telah
dilakukan pengujian terhadap 40 orang laki-laki dan perempuan, dan diperoleh
arus rata-rata yang disebut threshold of perception current sebagai berikut :
1. untuk laki-laki : 1,1 mA.
2. Untuk perempuan : 0,7 mA.

7
2.2 Arus Yang Mempengaruhi Otot
Bila tegangan yang menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi
dinaikkan lagi maka orang akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka
otot-otot akan kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk
melepaskan konduktor yang dipegangnya.
Di University of California Medical School telah dilakukan
penyelidika
n terhadap 134 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dan diperoleh
angka rata-rata yang mempengaruhi otot sebagai berikut :
1. untuk laki-laki : 16 mA.
2. Untuk perempuan : 10,5 mA.
Berdasarkan penyelidikan ini telah ditetapkan batas arus maksimal
dimana orang masih dapat dengan segera melepaskan konduktor bila
terkena arus listrik sebagai berikut :
1. untuk laki-laki : 9 mA.
2. Untuk perempuan : 6 mA.

2.3 Arus Fibrilasi


Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang
mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan bahkan
sampai mati. Hal ini disebabkan arus listrik tersebut mempengaruhi jantung
sehingga jantung berhenti bekerja dan peredaran darah tidak jalan dan orang
segera akan mati.
Untuk mendapatkan nilai pendekatan suatu percobaan telah dilakukan
pada University of California oleh Dalziel pada tahun 1968 , dengan
menggunakan binatang yang mempunyai badan dan jantung yang kira-kira
sama dengan manusia disebutkan bahwa 99.5 % dari semua orang yang
beratnya kurang dari 50 kg masih dapat bertahan
terhadap besar arus dan waktu yang ditentukan oleh persamaan sebagai
berikut :

8
2.4 Arus Reaksi
Arus reaksi adalah arus yang terkecil yang dapat menakibatkan orang
menjadi terkejut, hal ini cukup berbahaya karena dapat mengakibatkan
kecelakaan sampingan. Karena terkejut orang dapat jatuh dari tangga,
melemparkan peralatan yang sedang dipegang yang dapat mengenai
bagian-bagian instalasi bertegangan tinggi sehingga terjadi kecelakaan yang
lebih fatal.
Penyelidikan yang terperinci telah dikemukan oleh DR. Hans Prinz
dimana batasan-batasan arus tersebut seperti tabel 7.3.

Tabel 7.3. Batasan-batasan arus dan pengaruhnya pada manusia


Besar Arus Pengaruh Pada Tubuh Manusi
0 – 0,9 mA belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan reaksi
0,9 – 1,2 mA apa-apa.
baru terasa adanya arus listrik, tetapi tidak menimbulkan
akibatbkejang, kontraksi atau kehilangan kontrol.
1,2 – 1,6 mA mulai terasa seakan-akan ada yang merayap di dalam
1,6 – 6 mA tangan sampai kesiku merasa kesemutan
6 – 8 mA tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin bertambah
13 – 15 mA rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat
melepaskan
dengan gaya yang besar sekali
15 – 20 mA otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar
20 – 50 mA dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia
50 – 100 mA batas arus yang dapat menyebabkan kematian
3. Tahanan Tubuh Manusia
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ohm sampai 100.000
Ohm tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat yang
mengadakan hubungan (kontak) dan jalannya arus dalam tubuh. Kulit yang
terdiri dari lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi terhadap
tegangan yang tinggi kulit yang menyentuh konduktor langsung terbakar,
sehingga tahanan dari kulit ini tidak berarti apa-apa. Sehingga hanya
tahanan tubuh yang dapat membatasi arus.
Penyelidikan dan penelitian tahanan tubuh manusia yang diperoleh beberapa
ahli adalah
sebagai berikut :

Tabel 7.4. Berbagai harga tahanan tubuh manusia

Peneliti Tahanan (Ohm) Keteranga


Dalziel 500 n
dengan tegangan 60 cps
AIEE Committee Report 2.330 dengan tegangan 21 volt
1958 tangan ke tangan I k = 9 mA
1.130 tangan ke kaki
1.680 tangan ke tangan dengan arus
800 searah
tangan ke kaki dengan 50 cps
Laurent 3.000

Berdasarkan hasil penyelidikan oleh para ahli maka sebagai pendekatan


diambil harga tahanan tubuh manusia sebesar 1000 Ohm.
sentuh langsung sentuh tak langsung
Grafik bahaya ARUS pada Tubuh
Grafik Fuse putus
PEMBUMIAN PERALATAN
Proteksi dari Sentuhan Tidak Langsung
Sentuhan tidak langsung adalah sentuhan pada BKT (bagian konduktif terbuka)
peralatan atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan
isolasi. Sumber listrik 3 phasa dengan 5 kawat (L1, L2, L3, N dan PE) (Gambar
11.20). BKT saat normal tidak bertegangan dan aman disentuh. Jika ada dari Ketiga
isolasi gagal, aliran listrik gangguan dikembalikan ke kawat PE, sehingga orang
terhindar arus kejut meskipun menyentuh bagian BKT.

Gambar 11.20

11.9 Jenis Sistem Distribusi

Secara komersial sistem distribusi listrik banyak menggunakan listrik AC tiga


phasa dan satu phasa. Distribusi tegangan DC dipakai untuk keperluan khusus
seperti saluran listrik atas Kereta Rel Listrik dengan tegangan 1.500V di wilayah
Jabotabek. Sistem penghantar distribusi dikenal dua yaitu jenis sistem
penghantar aktif dan jenis pembumian sistem. Jenis penghantar aktif AC
menurut PUIL 2000: 45 dikenal beberapa jenis, meliputi phase tunggal 2 kawat,
phasa tunggal 3 kawat, phase dua 3 kawat, phase dua 5 kawat, phase tiga 3
kawat dan phase tiga dengan 4 kawat. Jenis pembumian sistem untuk sistem
tiga phasa secara umum dikenal tiga sistem, yaitu TN, TT, dan IT.
Tabel 11.4. Jenis Pembumian sistem TT,TN dan IT
sistem Pembumian Peralatan TT,TN, dan IT

T Huruf pertama menyatakan hubungan sistem tenaga listrik ke bumi,


T = hubungan langsung ke bumi
I I = satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedansi.

N Huruf kedua menyatakan hubungan BKT instalasi ke bumi.


T = hubungan listrik langsung BKT ke bumi, tidak tergantung pembumian
T setiap titik tenaga listrik,
N = hubungan listrik langsung BKT ketitik yang dikebumikan dari sistem
tenaga listrik, yang dikebumikan titik netral.
C Huruf berikutnya, menyatakan susunan penghantar netral (N) dan
penghantar proteksi (PE).
S S = fungsi proteksi yang diberikan oleh penghantar yang terpisah dari
netral atau dari saluran yang dikebumikan
C = fungsi netral atau fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal (PEN).
Keterangan:
Notasi T (terre, prancis) langsung, I (isolate) mengisolasi,
N (netral), S (separate) memisahkan, C (common) bersamaan

1. SISTEM TT

Saat terjadi Gagal isolasi

Diagram Satu Garis


L1

L2
3 x 380/220
L3
N

4 A

RK = 1 Ω

250 W
RM = 1000 Ω

RB = 2 Ω RPE = 4 - 12 Ω

Rangkaian EKIVALEN A-B dibuka , seperti dibawah dipandang secara Thevenin maka
VA-B = VTh Sebagai tegangan Sumber di Rangkaian Thevenin.

IF A

IL IPE IM

VS RL RPE RM

RB B

Gambar 1 Tegangan antara A-B tegangan Thevenin

Untuk Mencari Tahanan thevenin, Sumber di hubung singkat, Terminal A-B


tetap terbuka, maka tahanan Total disebut tahanan Thevenin Rth seperti gambar
2 dibawah:
IF A
S

U
IL IPE IM
M

B
VS RL RPE RM
E

RB B
Gambar. 2 Tahanan Theveni

Adapun Persamaan yang dapat kita Tuliskan dari Rangkaian tersebut Sbb
 1. Tegangan pada titik AB dari Maka, Saat manusia Tersentuh RM
gambar 1 yaitu terhubung
RM dibuka, maka VAB=Vth  3.arus yang mengalir pada
𝑉 manusia yaitu
𝑉𝐴𝐵 = 𝑅 +𝑠 𝑅 𝑥 𝑅𝑃𝐸 ….Volt
𝑃𝐸 𝐵
dan 𝑉𝑇𝐻
 2. Tahanan Thevenin dari 𝐼𝑀 = 𝑅 ..A dan
𝑇𝐻 + 𝑅𝑀
gambar 2, Sumber dihubung Singkat Vm = Im x Rm ..Volt
maka pengganti RPE dan RB  Arus yang melebur Fuse besarnya:
𝑆 𝑙𝑜𝑎𝑑 𝑉𝑠
𝐼𝐹 = +𝑅 + 𝐼𝑀 ….. A
𝑅𝑃𝐸 𝑥 𝑅𝐵 𝑉𝑠 𝑃𝐸 + 𝑅𝐵
yaitu 𝑅𝑇𝐻 = ……Ohm
𝑅𝑃𝐸 + 𝑅𝐵

TABEL UJI Rpe


Tf < Tm manusia aman (MA) Tf >Tm manusia bahaya (MB)
FUSE 4 A, 6 A, 10 A MANUSIA
Keadaan
RPE (Ω) IM
IF (Ampere) tF (mSekon) tM (mSekon) Manusia
(mAmpere)
4 38,806 20 ms 146 120,22 MA
Sistem Pembumian TN
Sistem TN mempunyai satu titik yang dikebumikan langsung pada titik bintang
sekunder trafo, dan BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh
penghantar proteksi (PEN). Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan
penghantar netral (N) dan penghantar proteksi (PE).1
• Sistem TN-S fungsi penghantar proteksi PE terpisah di seluruh sistem,
Titik netral dibumikanB
• Sistem TN-C-S fungsi penghantar netral (N) dan penghantar proteksi (PE)
digabungkan dalam penghantar tunggal, di sebagian sistem Gambar 11.21b.
Titik netral sistem
B
dibumikan dengan nilai tahanan R .

TN-C fungsi penghantar netral (N) dan penghantar proteksi (PE) tergabung dalam
penghantar tunggal PEN diseluruh sistem Gambar 11.21c. Titik netral
sistem dibumikan dengan nilai tahanan R .

Gambar 11.21a Sistem pembumian TN-S

Gambar 11.21b Sistem pembumian TN-C-S

Gambar 11.21c Sistem pembumian TN-C


Sistem pembumian TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung(RB). BKT dihubungkan
ke elektrodebumi secara listrik terpisah RA dari elektrode bumi sistem Gambar 11.22. Sistem
pembumian IT semua bagian aktifA
yang diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui
suatu impedansi R . BKTB instalasi listrik dibumikan secara independen atau secarakolektif atau
pembumian sistem R

Gambar 11.23

Pengukuran Pengaman pada Sistem Pembumian TN


Sistem pembumian TN-C-S penghantar netral (N) dan penghantar proteksi (PE) digabungkan dalam
penghantar tunggal, di sebagian sistem. Beban tiga phasa terjadi gangguan isolasi pada belitan phasa-1
(Gambar 11.24).
Alternatif-1:
Jalannya arus saat terjadi gangguan adalah: arus dari trafo
 L1  belitan phasa-1  badan alat  kawat PE 
netral trafo.
Alternatif-2:
Kawat PEN dekat trafo putus, arus dari trafo  L1 
belitan phasa-1  badan alat  kawat PE  terminal
penyama potensial  pembumian RA  tanah 
pembumian RB  netral trafo.

230/400 V

a)

230/400 V

2
2
M

b)

230/400 V

Konta
k
tusuk
M

c)

Gambar 3.12-2 Beberapa contoh tipikal sistem


TT

3.12.2.6 Pada jaringan distribusi dan instalasi listrik konsumen yang memakai
sistem TT, gabungan antara sistem TN dan TT dapat dibenarkan jika telah
dipastikan bahwa gabungan tersebut tidak membahayakan konsumen dengan
sistem TN. ( perhatikan pasal 3.13.2.12)

3.12.2.7 Pada instalasi listrik konsumen, penghantar netral harus berinsulasi


dan dilindungi dari gangguan mekanis.

L N L PE N L1 L2 L3 PE L1 L2 L3
N PE

1 2 3 4

RP
M

SALAH BENAR

Gambar 3.12-3 Contoh penyambungan BKT

2
3
perlengkapan listrik melalui kontak
tusuk

3.13 Sistem TN atau sistem Pembumian Netral Pengaman


(PNP)

3.13.1 Umum

3.13.1.1 Sistem TN dilakukan dengan cara menghubungkan semua BKT


perlengkapan/ instalasi melalui penghantar proteksi ke titik sistem tenaga listrik yang
dibumikan pada atau di dekat setiap transformator atau generator yang relevan (lihat
3.5.4) sedemikian sehingga bila terjadi kegagalan insulasi tercegahlah bertahannya
tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena terjadinya pemutusan suplai secara
otomatis dengan bekerjanya gawai proteksi.

Umumnya titik sistem tenaga listrik yang dibumikan adalah titik netral. Jika titik netral
tidak ada atau tidak terjangkau, penghantar fase harus dibumikan. Namun hal ini
tidak dianjurkan di Indonesia. Dalam semua keadaan, penghantar fase tidak boleh
melayani sebagai penghantar PEN (lihat 3.13.1.2).

CATATAN 1 Jika terdapat hubungan bumi efektif yang lain, direkomendasikan


bahwa penghantar proteksi juga dihubungkan ke titik tersebut di mana mungkin.
Pembumian pada titik tambahan, yang terdistribusi serata mungkin, diperlukan untuk
memastikan bahwa potensial penghantar proteksi tetap sedekat mungkin dengan
potensial bumi dalam keadaan gangguan.

Dalam bangunan besar seperti bangunan bertingkat tinggi, pembumian


penghantar proteksi tambahan tidak memungkinkan karena alasan praktis. Ikatan
penyama potensial antara penghantar proteksi dan BKE dalam keadaan ini
mempunyai fungsi yang serupa.

CATATAN 2 Untuk alasan yang sama, direkomendasikan bahwa penghantar


proteksi dibumikan saat memasuki bangunan atau gedung.

2
4
3.13.1.2 Pada sistem TN dikenal sistem TN-S, TN-C-S dan TN-C (lihat
3.5.4).

Sesuai SNI 04-3855-1995, Pembumian jaringan tegangan rendah dan instalasi


tegangan rendah, pada umumnya di Indonesia yang berlaku adalah sistem TN-
C-S dengan penghantar netral dan penghantar proteksi dihubungkan dan dibumikan
di PHB konsumen (lihat Gambar 3.13-1).

Sistem TN-S dapat digunakan, jika dapat


diterapkan.

Karena alasan keselamatan (antara lain tidak dapat dipasangi GPAS, sehingga
rawan terhadap bahaya kebakaran akibat listrik dan bahaya dari sentuh
langsung, serta mempunyai masalah pada kesesuaian elektromagnetik), sistem TN-C
dilarang.

CATATAN Pembumian tambahan dari PEN pada jaringan distribusi (lihat SNI 04-
3855-1995 dan
3.13.2.11) dan PE pada instalasi dapat
disediakan.

Gambar 3.13-1 Sistem TN-C-S fase tiga dengan PEN dipisah menjadi PE dan
N(etral)

3.13.2
Persyarata
n

3.13.2.1 Jika terjadi gangguan hubung pendek pada suatu tempat dalam instalasi
antara penghantar fase dengan penghantar proteksi PE atau BKT, maka
karakteristik gawai proteksi (lihat 3.13.2.6) dan impedans sirkit harus sedemikian
rupa sehingga akan terjadi pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang
ditentukan.

Untuk itu berlaku persyaratan berikut


ini :
2
5
Zs x Ia ≤ Uo

dengan
:

Zs adalah impedans lingkar gangguan yang terdiri atas sumber, penghantar aktif
sampai ke titik gangguan dan penghantar proteksi PE antara titik gangguan dan
sumber, dalam Ω.

Ia adalah arus yang menyebabkan operasi pemutusan otomatis gawai proteksi


(dalam ampere) yaitu :

2
6
a) di dalam waktu yang dinyatakan dalam Tabel 3.13-1 sebagai fungsi tegangan
nominal Uo, atau

b) di dalam waktu konvensional maksimum 5 detik jika dalam kondisi yang dinyatakan
dalam
3.13.2.3

Uo adalah tegangan nominal a.b. efektif ke bumi, dalam volt.

CATATAN 1 Jika arus hubung pendek tersebut di atas tidak cukup besar sehingga
gawai proteksi arus lebih (GPAL) tidak bekerja, maka dapat digunakan gawai proteksi
arus sisa (GPAS).

Tabel 3.13-1 Waktu pemutusan maksimum untuk


sistem TN

Uo *) Waktu
volt pemutusan
120 detik
0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
>400 0,1
*) Nilai didasarkan pada SNI 04-0227,
Tegangan standar.

3.13.2.8 Persyaratan penghantar


PEN

3.13.2.8.1 Penghantar PEN hanya diizinkan sebagai penghantar saluran masuk


yang langsung dihubungkan dengan penghantar PEN jaringan distribusi.

3.13.2.8.2 Jika dari setiap titik instalasi fungsi netral dan fungsi proteksi diberikan
oleh penghantar yang terpisah, tidak dibenarkan untuk menghubungkan kedua
penghantar tersebut satu sama lain dari titik tersebut. Pada titik pemisahan harus
disediakan rel/ terminal terpisah untuk penghantar PE dan penghantar N. Penghantar
PEN harus dihubungkan ke rel/terminal yang dimaksudkan untuk penghantar PE.

3.13.2.9 Luas penampang penghantar fase dan penghantar netral dapat dilihat pada
3.16.

3.13.2.10 Pada jaringan saluran udara, selain di sumber dan di konsumen,


penghantar
PEN nya harus dibumikan paling sedikit di setiap ujung cabang yang panjangnya
lebih dari
200 m. Demikian pula untuk instalasi pasangan luar, penghantar PEN nya harus
dibumikan. Resistans pembumian total seluruh sistem tidak boleh lebih dari 5 Ω.
Untuk daerah yang resistans jenis tanahnya sangat tinggi, resistans pembumian total
seluruh sistem boleh mencapai 10 Ω.

a) Bagian penghantar pembumian jaringan distribusi yang terletak di atas tanah,


2
7
penampangnya tidak boleh kurang dari 16 mm2 tembaga atau 100 mm2 pita baja
yang digalvanisasi dengan tebal minimum 3 mm. Bagian penghantar
pembumian jaringan distribusi yang tertanam di dalam tanah, jika penghantarnya
berinsulasi, luas penampang sekurang-kurangnya harus sama dengan luas
penampang penghantar pembumian yang terletak di atas tanah. Jika
penghantarnya telanjang, maka persyaratannya sama dengan persyaratan
elektrode bumi yang ditetapkan dalam 3.18.

b) Resistans pembumian dari satu atau beberapa elektrode bumi di sekitar


sumber listrik atau transformator dan di bagian jaringan pada 200 meter terakhir
dari setiap cabang, tidak boleh lebih besar dari 10 Ω (lihat Gambar 3.13-2). Untuk
daerah dengan resistans jenis tanah sangat tinggi, resistans pembumian tersebut
boleh sampai 20 Ω.

3.13.2.11 Jika di sekitar jaringan distribusi terdapat sesuatu yang pembumiannya


baik, misalnya jaringan pipa air minum dari logam yang masih digunakan, maka
selama tidak bertentangan dengan ketentuan/peraturan Perusahaan Air Minum,
penghantar PEN-nya harus dihubungkan pada pipa utamanya atau pada pipa masuk
ke rumah.

KHA penghantar penghubungnya harus sama dengan penghantar PEN-nya. Tetapi


luas penampangnya tidak perlu lebih besar dari 50 mm2 tembaga atau 100 mm2
pita baja yang digalvanisasi dengan tebal minimum 3 mm.

ΣRp≤
10 Ω

Resistans 50 Ω
Pembumian Total
ΣRt≤ 5 Ω
30 Ω
15
Ω
12
Ω

ΣRp≤10 Ω
15 Ω 200 m
12 Ω 15
Ω 20
10 Ω 20 Ω 200
m
Ω
ΣRp≤10
Ω

2
8
Gambar 3.13-2 Pembumian di sekitar sumber dan di
setiap ujung cabang jaringan

3.13.2.12 Dalam jaringan distribusi dan instalasi yang menggunakan


sistem TN-C, pembumi yang tidak dihubungkan dengan penghantar PEN
dilarang.( perhatikan pasal 3.12.2.6)

Yang dapat dikecualikan dari larangan ini


adalah :

Bagian konduktif di sisi tegangan rendah suatu instalasi transformator yang


pembuminya dihubungkan dengan pembumian sisi tegangan tingginya, sedang
pembumian netral sistem tegangan rendahnya terpisah (lihat Gambar 3.13-3).

3.13.2.13 Dalam jaringan saluran udara, penghantar PEN sebaiknya dipasang di


bawah penghantar fasenya.

T
R TT U
U V
V W
W N

≥20 m

Gambar 3.13-3

3.13.2.14 Warna tanda pengenal untuk penghantar proteksi, penghantar PEN,


penghantar fase dan penghantar netral diatur dalam 7.2.

3.13.2.15 Dalam sistem TN-C-S, untuk penghantar proteksi PE berlakulah


persyaratan sebagai berikut :
a) KHA penghantar proteksi PE harus sama dengan KHA penghantar fase jika
penampang penghantar fase tersebut sama atau kurang dari 16 mm2 tembaga.
Dalam hal lainnya maka penampang penghantar PE tidak boleh kurang dari 16
mm2 tembaga.

b) Sebagai penghantar proteksi dapat digunakan lapisan penghantar netral kabel


konsentris atau lapisan logam pelindung kabel, asal luas penampangnya cukup,
atau dapat pula digunakan bagian konstruksi seperti tersebut dalam 3.6.2.2.4.
c) Penghantar proteksi dipasang terpisah dari penghantar fase; dalam hal ini
penghantar proteksi seperti halnya penghantar fase harus dilindungi terhadap
kerusakan mekanis dan sejauh mungkin diletakkan sejalan dengan penghantar
fasenya.
d) Penghantar proteksi keluar harus mempunyai rel atau terminal tersendiri, yaitu rel
atau terminal PE. Penghantar PEN masuk harus dihubungkan ke rel atau
terminal PE (lihat Gambar 3.13-3). Rel/terminal PE dibumikan. Di sebelah hilir
rel/terminal PE, penghantar PE dan penghantar netral N harus terpisah.
e) Setelah penghantar PEN masuk dipercabangkan/dipisahkan menjadi penghantar
2
9
netral dan penghantar proteksi PE, kedua penghantar ini tidak boleh dihubungkan
lagi satu dengan lainnya. Dengan demikian penghantar netral tidak boleh
dibumikan lagi.

3.13.2.16 Dalam sistem TN-S, jika penghantar N tidak dapat dipastikan selalu
berada pada potensial bumi sepanjang umur instalasi, maka GPAL boleh memutus
penghantar N sekurang-kurangnya di titik masuk PHB.

CATATAN Dalam sistem TT atau IT maka GPAL harus memutus


penghantar N.

3.13.2.17 Penghantar PEN tidak boleh diputuskan atau dihubungkan dengan


sakelar secara tersendiri. Bila penghantar PEN itu dapat dihubungkan atau
diputuskan bersama- sama dengan penghantar fasenya, maka pada saat
dihubungkan, penghantar PEN nya harus terhubung lebih dahulu dan pada saat
diputuskan penghantar PEN harus terputus paling akhir. Bila digunakan sakelar yang
dapat membuka dan menutup dengan cepat (dengan sentakan), maka penghantar
PEN dan fase boleh dihubungkan dan diputuskan serentak.

CATATAN Hal ini berlaku hanya pada saat instalasi diganti atau
diperbarui.

Gambar 3.13-4 Contoh tipikal hubungan penghantar proteksi dan


penghantar PEN ke rel atau terminal dalam PHB

3
0
Soal : dengan Pedoman Gambar 3.13-4 Puil 2000, gambarkan PHB dan Instalasi ke
Beban 1.
-Beban tiga phasa dengan Terminal beban L1,L2,L3, N dan PE
-Beban satu phasa dengan Termina beban L2, N, dan PE
Sistem Pembumian apakah system tersebut? TN atau TT?
Panel 3 Phasaa

Benan 1 phasa

Beban tiga phasa

3.13.2.18 Pada penyambungan perlengkapan listrik dengan menggunakan kabel


fleksibel harus dipilih kabel fleksibel yang mempunyai penghantar proteksi
(perhatikan pula
3.6.2.2.e)2) dan Gambar 3.13-
4).

3.13.2.19 Sebelum digunakan, keefektifan dari sistem TN harus diuji


menurut 3.21.

TNC – S
Beberapa gangguaan pada system TNC – S ,
Kasus - 1
L1

L2

L3
N

Kondisi
IL2 normal tidak ada gangguan :
__ VL1  VL 2
__ I 
PEN R L  RM  R B
M

__
Setelah
__ ada gangguan
RB __ I M  I Total
__ Putus __
__ __ VM  I Total .RM
__ __
__ __
RL
__ __ RM
__
__ __ __
__
__ __ __
__
Rangkaian ekivalen dari gambar di atas dan samaannya:
__ __ __
__
__ __ __
L1 IL2 __
__ + __
IL1 __ __
__ __
__ __ __
__ R __
__ L __ __
__ __ __
__ __ __
__ __I M 3 __
__ __ __
+ ____ 1 __ __
__
__ RM
____ __ __
__ __
RL

Kasus - 2

L1

L2

L3
N

Putus
PEN Arus yang mengalir pada manusia :

IM  Vs

RB RL  RM  RB
__ Tegangan pada manusia
__
__ VM  IL Vs

__
RL  RM  RB
RL
__ IM = IL__ RM
__ __
__
__ __
__
__ __
__
__ Rangkaian ekivalen dari gambar di atas __
__
dan__ persamaannya: __
__
__ __
__
L1__ __
__
__ IL1 __
__
__ __ __
__
+ __
RL __
__
__
__ __
__
__ 3
__ __
2 __
__
__ __
RM __
__
__ __
RL

Kasus - 3
L1

L2

L3
N

IL2
__
V V
__ I L3  L3  L3
PEN RB RM
__
__ Arus yang mengalir pada manusia:
__ V
RB I M  L3
__
__ RM
__
__
__ V
__ I L1  L1
__ RL
__ RL
__ RM
__ __ V  V
__ M L__
3 Putus
__ __
__ __
__ __
__ __
__ __
__ __
__ __
+ __
__ __
Rangkaian ekivalen dari gambar di atas dan persamaannya: __
__ __
__
__
L1
__
__
__ __
IL1 __
__ __
__ 3 __
+ __
__ 3 __
__
__ __
__
L3
IL3
__
RL __ IM
__ __ __
__ RB R__
__ M
__ __ __
__
__
__ __ __ __
__
__ __ __
__
__
__ __ __
__
__
__ __ __ __
__
__ __ __ __
__
__ __ __
__
__
__ __ __
__
__
__ __ __ __
__
__ __ __
__
__
__ + __ __
__
__ __
__
__
__ +
__
+
__ __
+ +

3.14 Sistem IT atau sistem Penghantar Pengaman (sistem


HP)

3.14.1 Umum

3.14.1.1 Dalam sistem IT instalasi harus diinsulasi dari bumi atau dihubungkan ke
bumi melalui suatu impedans yang cukup tinggi. Hubungan ini dapat dibuat pada titik
netral sistem maupun pada suatu titik netral tiruan. Titik netral tiruan dapat
dihubungkan secara langsung ke bumi jika impedans urutan nol yang dihasilkan
cukup tinggi. Jika tidak ada titik netral, maka penghantar fase dapat dihubungkan ke
bumi melalui suatu impedans.

Arus gangguan bernilai rendah bila terjadi gangguan tunggal ke BKT atau ke bumi
dan pemutusan tidak penting asalkan kondisi dalam 3.14.1.3 terpenuhi. Meskipun
demikian, harus diambil tindakan untuk menghindari risiko efek patofisiologis yang
berbahaya pada manusia yang tersentuh bagian konduktif yang dapat terjangkau
secara simultan saat terjadinya dua gangguan secara simultan.

3.14.1.2 Penghantar aktif instalasi tidak boleh dihubungkan langsung ke


3
4
bumi

CATATANUntuk mengurangi tegangan lebih atau untuk meredam osilasi tegangan,


mungkin perlu menyediakan pembumian melalui impedans atau titik netral tiruan, dan
karakteristiknya sebaiknya sesuai dengan persyaratan instalasi.

3.14.1.3 BKT harus dibumikan secara individu, dalam kelompok atau secara
kolektif.

CATATAN Dalam bangunan besar, seperti bangunan bertingkat tinggi,


hubungan langsung penghantar proteksi ke elektrode bumi tidak mungkin
dilaksanakan karena alasan praktis. Pembumian BKT dapat dicapai dengan ikatan
antara penghantar proteksi, BKT dan BKE.

CATATAN Pembumian tambahan dari PE pada instalasi dapat


disediakan.

1) Sistem dapat dihubungkan ke bumi lewat impedans yang cukup tinggi.


2) Penghantar netral dapat terdistribusi atau tidak terdistribusi.

Gambar 3.14-1 Sistem IT dengan BKT dibumikan secara kelompok atau


individu

3.14.2
Persyarata
n

3.14.2.1 Kondisi berikut ini harus


terpenuhi :

RA x Id ≤ 50 V

dengan
:

3
5
RA adalah resistans elektrode bumi untuk BKT,
dalam Ω.

Id adalah arus gangguan dari gangguan pertama dengan impedans yang dapat
diabaikan (hubung pendek) antara penghantar fase dan BKT, dalam ampere. Nilai Id
memperhitungkan arus bocor dan impedans pembumian total dari instalasi listrik.

3.14.2.2 Dalam hal dimana sistem IT dipergunakan untuk alasan kontinuitas suplai,
maka sebuah gawai monitor insulasi harus disediakan untuk menunjukkan terjadinya
gangguan pertama dari bagian aktif ke BKT atau ke bumi. Gawai ini harus dapat
mengeluarkan sinyal yang dapat terdengar dan/atau terlihat.

Jika kedua sinyal tersebut sama-sama ada, diizinkan untuk tidak memakai sinyal
yang dapat terdengar, tetapi alarm visual harus terus-menerus bekerja selama
terjadinya gangguan.

CATATAN Direkomendasikan agar gangguan pertama dihilangkan dengan


penundaan sesingkat mungkin.

3.14.2.3 Sesudah terjadinya gangguan pertama, kondisi untuk pemutusan suplai


saat terjadinya gangguan kedua harus seperti berikut di bawah ini, tergantung
apakah semua

3.14.2.6 Sirkit listrik tidak boleh dibumikan langsung. Pembumian melalui resistans
yang cukup tinggi atau celah proteksi diperbolehkan. Bila dibumikan melalui
resistans, resistans pembumian tersebut tidak boleh kurang dari 1000 Ω.

3.14.2.7 Semua BKT perlengkapan listrik, demikian pula BKT bagian konstruksi,
jaringan pipa logam dan semua penghantar yang secara baik berhubungan dengan
bumi, harus dihubungkan satu dengan yang lain secara baik dengan penghantar
proteksi (perhatikan juga 3.6.2.2 d)).

Tabel 3.14-1 Waktu pemutusan maksimum dalam sistem IT (gangguan


kedua)

Tegangan nominal Waktu


instalasi pemutusa
Uo / U Netral n detik Netral
tidak terdistribus
120-240
volt terdistribus
0,8 i 5
230/400 i 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
580/1000 0,1 0,2
CATATAN :
a) Untuk tegangan yang berada dalam rentang toleransi yang dinyatakan
dalam SNI 04-
0227, berlaku waktu pemutusan sesuai dengan tegangan nominal.
b) Untuk nilai tegangan antara, digunakan nilai yang lebih tinggi berikutnya
dalam Tabel.
3.14.2.8 Pemasangan gawai monitor insulasi sesuai 3.14.2.2 (untuk memantau
keadaan insulasi instalasi listrik) yang dapat memberikan isyarat yang dapat dilihat
atau didengar bila keadaan insulasi turun di bawah minimum tertentu, dapat dilihat
dalam Gambar 3.14-1. Bila gawai tersebut dari jenis yang terpasang antara setiap
fase dan bumi maka impedans antara setiap fase dan bumi dari gawai tersebut
3
6
harus sama. Ini diperlukan untuk mencegah terjadinya tegangan antara netral dan
bumi dalam keadaan normal.

3.14.2.9 Sebagai penghantar proteksi dapat digunakan penghantar yang


berinsulasi dengan warna hijau-kuning dalam satu selubung dengan penghantar
fasenya atau dapat pula terdiri dari penghantar yang terpisah (perhatikan pula
ketentuan dalam 3.6.2.2 dan 7.2).

3.14.2.10 Luas penampang nominal penghantar proteksi harus sekurang-


kurangnya sesuai dengan Tabel 3.16-1 dan dengan ketentuan dalam 3.19, tetapi
untuk besi tidak perlu lebih besar dari 120 mm2.

L1
L2
L3
PE

Z
<
M

wai monitor Jaringan pipa air


isolasi minum dari logam

Gambar 3.14-2 Contoh sistem


IT

Resistans pembumian dari seluruh sistem IT tidak boleh lebih besar dari 50 Ω. Bila
nilai ini tidak dicapai, meskipun sudah digunakan elektrode bumi tambahan, maka
tegangan antara penghantar proteksi dan bumi harus diproteksi dengan gawai
proteksi yang memutus sirkit bila tegangan antara penghantar proteksi dan bumi
lebih dari 50 Volt.

3.15.3 Contoh pemasangan Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS)

3.15.3.1 Pada sistem TN dengan penghantar PEN (lihat Gambar 3.15-2).

PEN GPAL Ia L

3
7
GPAS
Ia N

U
1

Bagia
PE n
Kond
Keterangan uktif
GPAL = Gawai proteksi arus-lebih
GPAS = Gawai proteksi arus-sisa Ekstra

Gambar 3.15-2 Pemasangan GPAS pada sistem yang mempunyai


penghantar PEN (sistem TN)

3.15.3.2 Pada sistem TT (lihat Gambar 3.15-3)


GPAL L GPAS

PEN N

R
E

Gambar 3.15-3 Pemasangan GPAS pada sistem TT

3
8
Tabel 3.16-1 Luas penampang minimum penghantar fase
1 2 3
Jenis sistem Penggunaan sirkit Penghantar
pengawatan Bahan Luas penam
Kabel dan Sirkit daya dan Tembaga 1,5
mm 2
penghanta pencahayaan Aluminium 2,5 (lihat CATATA
Instalasi r Sirkit sinyal dan Tembaga 0,5 (lihat CATATA
berinsulasi kendali
magun
(ter- Penghantar Sirkit daya Tembaga 10
pasang polos Aluminium 16
tetap) Sirkit sinyal dan Tembaga 4
kontrol
Seperti ditentukan
Untuk peranti spesifik dalam standar IEC
Sambungan yang relevan
fleksibel dengan Untuk setiap Tembaga 0,75 (lihat CATATA
penghantar penerapan lainnya
berinsulasi dan Sirkit tegangan ekstra
rendah untuk 0,75
kabel penerapan
khusus
CATATAN :
1 Konektor yang digunakan untuk terminasi penghantar aluminium harus diuj
disahkan untuk penggunaan spesifik ini.
2 Dalam sirkit sinyal dan kendali yang dimaksudkan untuk perlengkapan elekt
diizinkan menggunakan luas penampang minimum 0,1 mm2.
3 Dalam kabel fleksibel multiinti yang terdiri atas tujuh inti atau lebih, be
CATATAN 2. untuk sistem TT, TN dan IT
3.17 Rekomendasi
Proteksi Gawai proteksi Gawai proteksi
Jenis sistem tambahan untuk sentuh tak untuk bahaya Rekomendasi Contoh pen
Pembumian terhadap langsung saja kebakaran saja
sentuh
langsung

1.Sistem TT GPAS GPAS ≤ 300 mA GPAS ≤ 500 mA Bila proteksinya lengkap, Semua
30 mA direkomendasi-kan untuk instalasi perkantoran
dengan risiko bahaya dan yang meme
gangguan paling kecil, termasuk yang hand
masalah kesesuaian gedung pinta
elektromagnet komputer,
(KEM atau EMC) telekomunika

2.Sistem TN-S GPAS GPAL atau GPAS GPAS ≤ 500 mA Seperti sistem TT Seperti sistem
30 mA ≤ 0,4 detik
3.Sistem TN-C Tidak bisa GPAL ≤ 0,4 detik Tidak bisa Dilarang karena risiko sentuh
langsung dan kebakaran tinggi
serta mempunyai masalah
KEM
4.SistemTN-C- GPAS GPAL atau GPAS GPAS ≤ 500 mA Dengan penghantar netral Untuk rumah
S 30 mA ≤ 0,4 detik dihubungkan dengan penghantar dan perkant
proteksi di PHB konsumen, serta peka terhada
dibumikan, merupakan sistem
yang umum berlaku di Indonesia

5.Sistem IT GPAS Gawai monitor GPAS ≤ 500 mA Direkomendasikan jika kontinuitas Untuk ruang
30 mA insulasi. suplai menjadi kebutuhan utama sakit, dan
GPAL atau GPAS perkantoran k
≤ 0,4 detik (untuk
gangguan kedua)

Keterangan

a) GPAS : Gawai Proteksi Arus Sisa; GPAL : Gawai Proteksi Arus lebih.

b) Untuk proteksi dengan mempergunakan lebih dari satu jenis gawai


proteksi, maka perlu diperhatikan koordinasinya.

pembumian

Elektroda pembumian adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan


membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung tersebut
bertujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi
gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ke tanah.

Menurut PUIL 2000 [3.18.11], elektroda adalah pengantar yang ditanamkan ke


dalam tanah yang membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk bahan
elektroda pembumian biasanya digunakan bahan tembaga maupun baja yang
bergalvanis atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak
mengharuskan memakai bahan lain misalnya pada perusahaan kimia.
Elektroda juga dapat diartikan sebagai penghantar yang ditanam dalam bumi
dan membuat kontak langsung dengan bumi.
Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap
sebagai bagian dari elektroda bumi.

R = K ῤ/2Π l . f dimana f = faktor penanaman yang lebih dari satu


batang

K= Ln l/r

l = kedalaman batang dalam meter

r = jari jari
batang
dalam meter

𝜌= rho tanah
dalam ohm-
meter

Elektroda batang yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah.3 Elektroda ini merupakan elektroda yang
pertama kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda
ini banyak digunakan pada gardu induk. Secara teknis, elektroda jenis ini
mudah pemasangannya dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Pemasangannya dipancangkan ke dalam tanah secara vertikal.
3
BSN, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 Pasal 3.18.2.2

WASHER
Elektroda batang biasanya ditanam dengan kedalaman yang cukup dalam.
Panjang elektroda yang digunakan sesuai dengan pembumian yang diperlukan.
Gambar 2.20 menunjukkan elektroda batang yang dipancangkan ke tanah.

Gambar 2.20 Elektroda Batang4

This resistansi is :

R = ρ / 2πr

with r = 0,2 m ( about 8 in)

and ρ = 100 Ώ-m then R = 80 Ώ

the greet majority of the resistance is located at the electrode surface where
the current density is highest, and

4
Daman Suswanto, Sistem Distribusi Tenaga Listrik Hal 177
Figure 18.11 Current And Voltage Distribution Of Hemispherial Earth
Electrode

EARTH ELECTRODE RESISTANCE


47.5 25
1500 OR AS REQUIRED

TOUGHENED STELL GALVANISED MILD STELL ROD


DRIVING HEAD DIMRNSION IN MILIMETER HARDENED
STILL TIP

FIGURE 18.13 TYPICAL EARTH ROD ELECTRODE

Single rod

R = kρ/2πl

where k depents on the ratio l/r and has the value

l/r 20 200 2000 20000

K 3 5.3 7.6 9.9

R = kρ/2πl
Dimana:

K= Ln l/r …………..(1*)

l = kedalaman batang dalam meter

r = jari jari batang dalam meter

𝜌= rho tanah dalam ohm-meter

 Elektroda Plat
Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada pemasangannya
elektroda ini dapat ditanam tegak lurus atau mendatar tergantung dari tujuan
penggunaannya. Bila digunakan sebagai elektroda pem bumian pengaman
maka cara pemasangannya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1
meter di bawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah atas. Bila
digunakan sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur kecuraman gradien
tegangan guna menghindari tegangan langkah yang besar dan berbahaya,
maka elektroda plat tersebut ditanam mendatar.5 Elektroda plat bila dipasang
secara vertikal terlihat pada gambar 2.21 berikut.

Gambar 2.21 Elektroda Plat Dipasang Vertikal

 Elektroda Pita
Elektroda seperti gambar 2.22 berikut merupakan logam yang mempunyai
penampang yang berbentuk pita atau dapat juga berbentuk bulat, pita yang
dipilin atau dapat juga berbentuk kawat yang dipilin. Elektroda ini dapat ditanam

5
Daman Suswanto, Sistem Distribusi Tenaga Listrik Hal 178
secara dangkal pada kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter dari permukaan
tanah, tergantung dari kondisi dan jenis tanah. Dalam pemasangannya
elektroda pita ini dapat ditanam dalam bentuk memanjang, radial, melingkar
atau kombinasi dari lingkaran dan radial.

Gambar 2.22 Elektroda Pita6

 Elektroda Lain
Bila persyaratan dipenuhi jaringan air minum dari logam dan selubung
logam kabel yang tidak diisolasi yang langsung ditanamkan ke dalam tanah.
Besi tulang beton atau kontruksi baja bawah tanah lainnya boleh dipakai untuk
elektroda.

Konfigurasi Penanaman Elektroda Batang

a. Satu Buah Elektroda Batang Ditanam Tegak Lurus

6
BSN, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 Pasal 3.18.2.1
Elektroda batang merupakan bahan penghantar yang membawa muatan listrik
yang terdistribusi atau menyebar disekitar elektroda batang. Satu buah
elektroda batang dipasang tegak lurus seperti pada gambar 2.23

Gambar 2.23 Satu Elektroda Batang Ditanam Tegak Lurus

Resistansi pembumian dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:


𝜌
𝑅 = 𝑘. 2𝜋𝑙 (2)

Dengan
𝑙
𝑘 = 𝑙𝑛 (3)
𝑟
l = panjang elektroda batang (m)
r = jari-jari elektroda batang (m)
ρ = resistansi jenis tanah (ohm-m)

b. Multi Elektroda
Pada struktur tanah yang memiliki resistansi jenis tanah yang tinggi, beberapa
elektroda ditanam didalam tanah guna menurunkan nilai resistansi pembumian.
Berbagai jenis konfigurasi penanaman elektroda batang lebih dari satu dan
faktor penanaman yang lebih dari satu batang (f) diuraikan sebagai berikut:

Dua Elektroda Ditanam Sejajar


Dua buah elektroda batang ditanam sejajar didalam tanah dengan jarak
antar elektroda ‘L’ seperti terlihat pada gambar 2.24 dengan besar f diuraikan
pada persamaan sebagai berikut

L
Gambar 2.24 Dua Elektroda Batang Ditanam Sejajar
1+𝑚
𝑓= (4)
2

Tiga Elektroda Batang Ditanam Sejajar

Jika tiga buah elektroda batang ditanam sejajar dalam permukaan tanah
membentuk susunan seperti gambar 2.25 dengan jarak anatar elektroda adalah
‘L’ maka faktor penanamannya dapat diuraikan dengan persamaan (5) berikut

L L

Gambar 2.25 Tiga Buah Elektroda Sejajar

1−2𝑚2 +𝑛
𝑓= (5)
3−4𝑚+𝑛

Tiga Elektroda Batang Ditanam Berbentuk Segitiga

Jika tiga buah elektroda batang dalam permukaan tanah membentuk


susunan geometris segitiga sama sisi dengan panjang sisi 'L’ seperti pada
gambar 2.26, maka faktor penanamannya dapat ditentukan dengan persamaan
(6) sebagai berikut:

L L

Gambar 2.26 Tiga Buah Elektroda berbertuk segitiga


1+2𝑚
𝑓= (6)
3

Empat Elektroda Batang Ditanam Berbentuk persegi

Empat buah elektroda batang disusun membentuk susunan geometris


segi empat kosong terlihat dalam gambar 2.27 dibawah ini. Faktor
penanamannya ditentukan dengan persamaan (7) berikut.

Gambar 2.27 Empat Elektroda Batang Ditanam Berbentuk Persegi


1+2𝑚+𝑞
𝑓= (7)
4
Lima Elektroda Batang Ditanam Berbentuk Lingkaran

Lima buah elektroda batang disusun membentuk susunan lingkaran


berisi seperti terlihat dalam gambar 2.28 dibawah ini. Faktor penanamannya
dapat ditentukan dengan persamaan (8) berikut.

L L

Gambar 2.28 Lima Elektroda Batang Ditanam Berbentuk Lingkaran

1+2𝑞+𝑛−4𝑚2
𝑓= (8)
5+2𝑞+𝑛−8𝑚

Nilai resistansi pembumian untuk semua konfigurasi multi elektroda dapat


dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

𝜌
𝑅 = 𝑘. (2𝜋𝑙) . 𝑓 (9)

Dimana f adalah faktor penanaman yang lebih dari satu untuk masing-masing
konfigurasi sesuai persamaan (4), (5), (6), (7) dan (8).

Formula-formula berikut berlaku untuk persamaan (4), (5), (6), (7) dan (8).
ln(𝑥)
 𝑚= (10)
𝑘
(𝑙+𝐿)
 𝑥= (11)
𝐿
ln(𝑦)
 𝑛= (12)
𝑘
 𝑦 = (𝑙 + 2𝐿)2𝐿 (13)
ln(𝑧)
 𝑞= (14)
𝑘
(𝑙+√2𝐿)
 𝑧= (15)
√2𝐿

Resistansi Jenis Tanah

Faktor keseimbangan antara resistansi pengetanahan dan kapasitansi di


sekelilingnya adalah resistansi jenis tanah (ρ). Harga resistansi jenis tanah
pada daerah kedalaman yang terbatas tidaklah sama. Beberapa faktor yang
mempengaruhi resistansi jenis tanah yaitu:7

1. Pengaruh Keadaan Struktur Tanah


Kesulitan yang biasa dijumpai dalam mengukur resistansi jenis tanah
adalah bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidaklah homogen
pada seluruh volume tanah, dapat bervariasi secara vertikal maupun
horizontal, sehingga pada lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau
lebih jenis tanah dengan resistansi jenis yang berbeda, oleh karena itu
resistansi jenis tanah tidak dapat diberikan sebagai suatu nilai yang tetap.
Untuk memperoleh harga sebenarnya dari resistansi jenis tanah, harus
dilakukan pengukuran langsung ditempat dengan memperbanyak titik
pengukuran.

Nilai resistansi jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis


tanah seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut

7
Daman Suswanto, Sistem Distribusi Tenaga Listrik Hal 171
Tabel 2.1. Resistans Jenis Tanah

1 2 3 4 5 6 7
Jenis Tanah Tanah Pasir Kerikil Pasir & Tanah
tanah rawa liat & basah basah kerikil berbatu
tanah kering
ladang
Resistansi 30 100 200 500 1000 3000
jenis (Ω-
m)
(Sumber : PUIL 2000 )

Pengaruh Unsur Kimia


Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang
mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai resistansi jenis
tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut.
Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pembumian yang efektif
yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana
larutan garam masih terdapat. Untuk mendapatkan resistansi jenis tanah yang
lebih rendah, sering dicoba dengan mengubah komposisi kimia tanah dengan
memberikan garam pada tanah dekat elektroda pembumian ditanam. Cara ini
hanya baik untuk sementara sebab proses penggaraman harus dilakukan
secara periodik, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali.

Pengaruh Iklim
Untuk mengurangi variasi resistansi jenis tanah akibat pengaruh musim,
pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai
mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala
pembenaman elektroda pembumian memungkinkan kelembaban dan
temperatur bervariasi sehingga harga resistansi jenis tanah harus diambil untuk
keadaan yang paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin. Proses mengalirnya
arus listrik di dalam tanah sebagian besar akibat dari proses elektrolisa, oleh
karena itu air di dalam tanah akan mempengaruhi konduktivitas atau daya
hantar listrik dalam tanah tersebut. Dengan demikian resistansi jenis tanah
akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya konsentrasi air tanah atau
kelembaban tanah, maka konduktivitas daripada tanah akan semakin besar
sehingga resistansi tanah semakin kecil.

Pengaruh Temperatur Tanah

Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada


besarnya resistansi jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada
temperatur di bawah titik beku air (0°C), dibawah harga ini penurunan
temperatur yang sedikit saja akan menyebabkan kanaikan harga resistansi
jenis tanah dengan cepat. Gejala di atas dapat dijelaskan sebagai berikut ;
pada temperatur di bawah titik beku air (0°C) , air di dalam tanah akan
membeku, molekulmolekul air dalam tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya
hantar listrik tanah menjadi rendah sekali. Bila temperatur anah naik, air akan
berubah menjadi fase cair, molekul-molekul dan ion-ion bebas bergerak
sehingga daya hantar listrik tanah menjadi besar atau resistansi jenis tanah
turun.

CONTOH

Dengan menggunakan persamaan (2) dan persamaan (3) kita dapat


mengetahui besar resistansi jenis tanah berdasarkan teori:

Dik

R = 159,6 Ω

l =6m
r = 9,5 x 10-3 m

Dit
𝜌.....?
Jwb

𝑙
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑟
6
𝑘 = 𝑙𝑛
9,5𝑥10−3
𝑘 = 6,4

𝜌
𝑅 = 𝑘.
2𝜋𝑙
𝑅 (2𝜋𝑙)
𝜌=
𝑘
159,6 (2. 𝜋. 6)
𝜌=
6,4
5970,13
𝜌=
6,4
𝛒 = 𝟗𝟑𝟐, 𝟖𝟑𝟑 Ω-m

Resistansi pembumian

Resistansi pembumian meliputi:

a. Resistansi pembumian dari elektroda tanah tergantung pada jenis dan


keadaan tanah atau nilai resistans jenis.
b. Resistansi pembumian suatu elektroda harus dapat diukur. Untuk
keperluan tersebut penghantar yang menghubungkan setiap elektroda
tanah atau susunan elektroda tanah harus dipasang sambungan yang
dapat dilepas untuk keperluan pengujian resistansi pembumian, pada
tempat yang mudah dicapai dan sedapat mungkin memanfaatkan
sambungan yang karena susunan instalasi memang harus ada.
c. Sambungan penghantar tanah dengan elektroda tanah harus kuat
secara mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik, misalnya
dengan menggunakan las, klem, atau baut kunci yang tidak mudah
lepas. Klem pada elektroda pipa harus menggunakan baut dengan
diameter minimal 10 mm.
Jika keadaan tanah sangat korosif atau jika digunakan elektroda baja yang
tidak digalvanisai, dianjurkan untuk menggunakan luas penampang atau tebal
sekurang-kurangnya 150%, dari ukuran diatas.

Logam ringan hanya boleh ditanam dalam satu jenis tanah jika lebih tahan
korosi daripada baja atau tembaga. Permukaan elektroda bumi harus
berhubungan baik dengan tanah sekitarnya. Batu dan kerikil yang langsung
mengenai elektroda bumi memperbesar resistansi pembumian.

Elektroda batang dimasukan tegak lurus kedalam tanah dan panjangnya


disesuaikan dengan resistansi pembumian yang diperlukan. Resistansi
pembumiannya sebagian besar tergantung pada panjangnya dan sedikit
bergantung pada ukuran penampangnya. Jika beberapa elektroda diperlukan
untuk memperoleh resistansi pembumian yang rendah, jarak antara elektroda
tersebut minimum harus dua kali panjangnya. Jika elektroda tersebut tidak
bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum antara elektroda
harus dua kali panjang efektifnya.

Resistansi pembumian total seluruh sistem tidak boleh lebih dari 5 ohm. Untuk
daerah yang resistansi jenis tanahnya sangat tinggi, resistansi pembumian total
seluruh sistem boleh mencapai 10 ohm. (Sumber: PUIL 2000)

Ukuran minimum elektrode dapat dipilih menurut Tabel 2.2 berikut dengan
memperhatikan pengaruh korosi dan KHA.
Tabel 2.2. Ukuran Minimum Elektrode Bumi
1 2 3

No Bahan -Baja digalvanisasi Baja Tembaga


jenis dengan proses berlapis
elektrode pemanasan tembaga
1 Elektrode -Pita baja 100 mm² 50 mm² Pita tembaga
pita setebal minimum 3 mm 50 mm² tebal
minimum 2
mm
-Penghantar pilin 95 mm² Penghantar
(bukan kawat halus) pilin 35 mm²
(bukan kawat
halus)
2 Elektrode -pipa baja 25 mm Baja
batang -baja profil (mm) berdiameter
L 65x65x7 15 mm
U 6,5 dilapisi
T 6x50x3 tembaga
-batang profil lain yang setebal 250
setaraf μm

3 Elektrode Pelat besi tebal 3 mm Pelat


plat luas 0,5 m² sampai 1 m² tembaga
tebal 2 mm
luas 0,5 m²
sampai 1 m²
(Sumber : PUIL 1987)
CONTOH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Pita atau penghantar pilin Batang atau pipa Pelat vertikal
Electrode dengan sisi atas
± 1 m dibawah
permukaan tanah
Panjang (m) Panjang (m) Ukuran (m 2)

10 25 50 100 1 2 3 5 0,5x1 1x1

Resis-
tans
pembu- 20 10 5 3 70 40 30 20 35 25
mian
(Ω)

𝜌
𝑅 = 𝑘. 2𝜋𝑙 (2)

Dengan
𝑙
𝑘 = 𝑙𝑛 (3)
𝑟
l = panjang elektroda batang (m)
r = jari-jari elektroda batang (m)
ρ = resistansi jenis tanah (ohm-m)

DARI TABEL 2.2


maka r = 15/2 =7,5 x 10 -3 m l = 1 m
K=ln L/r
K=ln (103 /7,5 )
K = 4,89
R = 77 ῼ

 Elektroda pembumian
Jenis elektroda pembumian yang digunakan adalah elektroda batang.
Elektroda batang yang digunakan di PLN Rayon Kuala adalag ground rod
copper bond (besi berlapis tembaga) dan pipa besi galvanis. Ground rod
biasanya berukuran 1,5 meter sampai 3 meter. Sedangkan pipa besi galvanis
panjangnya mencapai 6 meter. Penulis memilih menggunakan pipa besi
galvanis karena memiliki ukuran yang lebih panjang untuk membantu
mendapatkan nilai resistansi pembumian yang kecil. Pipa besi galvanis adalah
pipa besi yang menggunakan material seng (Zn) sebagai bahan tambahan
maupun sebagai pelapis pipa utamannya dengan menggunakan metode
galvanisasi untuk mecegah korosi. Pipa besi galvanis dapt diperlihatkan pada
gambar 4.2 berikut. Pipa yang digunakan dengan data sebagai berikut
Panjang pipa : 6 meter
Jari-jari pipa : 9,5 x 10-3 m

Gambar 4.2 Pipa Galvanis Sebagai Elektroda Batang:

 Kawat AAAC 70 mm2


Kawat penghantar yang digunakan di PLN Rayon Kuala adalah jenis
AAAC. Kawat ini digunakan untuk menghubungkan semua batang elektroda
yang akan ditanam dengan kawat grounding pada gardu. Kawat AAAC (All-
Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari campuran alumunium. Kawat ini merupakan penghantar telanjang tanpa
isolasi. Kawat yang menghubungkan sirkuit ke batang grounding dibiarkan
telanjang (tanpa isolasi), agar material logam yang mengenainya akan sama-
sama menjadi common (netral) dengan bumi secara elektris. Gambar 4.3
berikut menunjukkan kawat AAAC.
Gambar 4.3 Kawat A3C

 Kabel schoen (sepatu kabel) 70 mm2


Kabel schoen adalah salah satu accessories kabel yang berfungsi untuk
penyambungan kabel ke terminal atau panel dengan dibautkan pada bussbar
atau panel. Kabel Schoen dipres menggunakan tang press.

Gambar 4.4 Kabel Schoen

 H-type 70 mm2
Untuk menyambung antara dua penghantar, secara umum dipakai
material penyambung yang disebut Connector. Prinsip, fungsi dan tujuan utama
dari Connector jenis H-type ini adalah menyatukan dua penghantar sedemikian
rupa sehingga tahanan kontak penyambungan itu menjadi sangat kecil atau
sama dengan nol. Sama halnya dengan kabel schoen, setelah kawat
menghantar diposisikan dengan benar, H-type dipress menggunakan tang
press di bangian tengah.

Gambar 4.5 H-type Sebagai Connector

Rangkuman

• Penelitian arus listrik 50 mA adalah batas aman


bagi manusia.
• Tahanan tubuh manusia rata-rata 1.000 , arus aman tubuh manusia 50 mA,
maka besarnya tegangan sentuh aman 50 Volt.
• Kode IP (International Protection) peralatan listrik menunjukkan tingkat
proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuhan langsung ke bagian
yang berbahaya, dari masuknya benda asing padat dan masuknya air.
• Pekerjaan perbaikan instalasi listrik disarankan tegangan listrik harus
dimatikan dan diberikan keterangan sedang dilakukan perbaikan.
• Gangguan listrik adalah kejadian yang tidak diinginkan dan mengganggu
kerja alat listrik.
• Jenis gangguan listrik terjadi karena kerusakan
isolasi kabel.
1. Pertama gangguan hubung singkat antarphasa L1-L2-L3.
2. Kedua gangguan hubung singkat Pemutus Daya.
3. Ketiga gangguan hubung singkat antarphasa setelah pemutus daya.
4. Keempat hubung singkat phasa dengan tanah.
5. Kelima kerusakan isolasi belitan stator motor, sebagai akibatnya terjadi
tegangan sentuh jika badan alat dipegang orang.

• Jenis pembumian sistem untuk sistem tiga phasa secara umum dikenal
tiga sistem, yaitu
TN, TT dan IT.
• Sistem TN-S fungsi penghantar proteksi PE terpisah diseluruh sistem
Gambar 11.21a.
Titik netral dibumikan di RB.
• Sistem TN-C-S fungsi penghantar netral (N) dan penghantar proteksi
(PE) digabungkan dalam penghantar tunggal.
• TN-C fungsi penghantar netral (N) dan penghantar proteksi (PE) tergabung
dalam penghantar tunggal PEN.
• Sistem pembumian TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung
(RB).
• Sistem pembumian TN-C-S penghantar netral (N) dan penghantar proteksi
(PE) digabungkan dalam penghantar tunggal.
• ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) adalah pemutus yang peka terhadap
arus sisa, yang dapat memutuskan sirkit termasuk penghantar netralnya
secara otomatis.
• Sistem pembumian IT, instalasi harus diisolasi dari bumi atau dihubungkan
ke bumi melalui suatu impedansi yang cukup tinggi RB.
• Dalam isolasi ganda ada dua jenis isolasi, bagian aktif diisolasi dengan
isolasi dasar, bagian luarnya diberikan isolasi kedua yang menjamin tidak
akan terjadi tegangan sentuh.
• Tindakan pengamanan dengan cara pemisahan sirkit listrik antara
pemasok dengan sirkit beban dengan transformator pemisah.
• Pengukuran tahanan pembumian dapat dilakukan dengan cara
sederhana dengan menggunakan alat ukur Megger.
• Pengukuran tahanan isolasi lantai dapat digunakan metoda pengukuran
Ampermeter dan
Voltmeter.
Soal-Soal

1. Jelaskan pentingnya sistem pengamanan dalam instalasi listrik.


2. Dikenal bahaya tegangan sentuh langsung dan tidak langsung, jelaskan
kedua istilah tersebut dan berikan contohnya.
3. Ketika tersengat listrik ada orang yang kaget, ada yang pingsan dan
bahkan ada korban jiwa. Mengapa terjadi hal demikian?
4. Mengapa tegangan 50V dianggap aman bagi tubuh manusia? jelaskan.
5. Bodi motor listrik sebaiknya diketanahkan. Mengapa hal tersebut
dilakukan?
6. Trafo pemisah dapat menjadi alat pengamanan. Mengapa hal tersebut bisa
terjadi?
7. Gambarkan skematik pengukuran tahanan pembumian instalasi rumah
tinggal. Jelaskan prosedur dan urutannya dengan benar.
Bahan diskusi Instalasi Pengaman sm V POLMED oleh Martin S ,MT.

62

Anda mungkin juga menyukai