Anda di halaman 1dari 44

KONSEP DASAR

SISTEM
PROTEKSI
GARDU INDUK
PENGERTIAN
1 SISTEM PROTEKSI
1. PENGERTIAN
• Pengertian Sistem proteksi :
Bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik.

• Fungsi :
1. Melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan hubung singkat
2. Mengeliminiir daerah yang terganggu dan memisahkan daerah yang
tidak tergangggu, sehingga gangguan tidak meluas dan kerugian yang
timbul akibat gangguan tersebut dapat di minimalisasi

www.pln.co.id |
PEMBAGIAN DAERAH KERJA SISTEM
PROTEKSI
Terdiri dari :
• Relai proteksi Pembangkit
• Relai proteksi Trafo Tenaga
• Relai proteksi Penghantar
• Relai proteksi Busbar
• Relai proteksi Feeder

www.pln.co.id |
02 PROTEKSI TRAFO
TENAGA
2. PROTEKSI TRAFO TENAGA

Fungsi peralatan proteksi :


• untuk mengidentifikasi
gangguan
• memisahkan bagian
jaringan yang terganggu
dari bagian lain yang
masih sehat
• mengamankan bagian
yang masih sehat dari
kerusakan atau kerugian
yang lebih besar

www.pln.co.id |
A. GANGGUAN PADA TRAFO TENAGA

1. Gangguan Internal
Terjadi di daerah proteksi trafo, baik di dalam trafo maupun diluar trafo
sebatas lokasi CT, dikelompokkan menjadi :
- Incipient fault
- Active fault

2. Gangguan eksternal
Terjadi diluar daerah proteksi trafo, pada jaringan yang dirasakan dan
berdampak terhadap ketahanan kumparan primer maupun sekunder/tersier
Trafo.

www.pln.co.id |
B. FUNGSI PROTEKSI TRAFO TENAGA TERHADAP GANGGUAN

Untuk memperoleh
efektifitas dan efisiensi
dalam menentukan
sistem proteksi trafo
tenaga, maka setiap
peralatan proteksi
yang dipasang harus
disesuaikan dengan
kebutuhan dan prediksi
gangguan yang akan
terjadi

www.pln.co.id |
C. POLA PROTEKSI TRAFO TENAGA BERDASARKAN SPLN 52-1

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

Proteksi utama : suatu Ciri Pengaman Utama :


sistem proteksi yang
• Waktu kerjanya sangat
diharapkan sebagai
prioritas untuk cepat seketika
mengamankan gangguan (instanteneoues)
atau menghilangkan • Tidak bisa
kondisi tidak normal pada dikoordinasikan dengan
trafo tenaga (lEC 15-05- relai proteksi lainnya
025)
• Tidak tergantung dari
proteksi lainnya
• Daerah pengamanannya
dibatasi oleh pasangan
trafo arus, dimana relai
differensial dipasang

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

1. Differential relay ( 87T )


Fungsi relai diferensial pada trafo tenaga :
Mengamankan transformator dari gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam transformator, antara lain
hubung singkat antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki.

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

Relai diferensial pada trafo tenaga merupakan unit pengamanan dan mempunyai
selektifitas mutlak.

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

2. Restricted Earth Fault (REF)


Prinsip kerja relai REF sama dengan relai differensial yaitu membandingkan besarnya arus sekunder kedua
trafo arus yang digunakan, akan tetapi batasan daerah kerjanya hanya antara CT fasa dengan CT titik
netralnya. REF ditujukan unuk memproteksi gangguan 1-fasa ketanah.

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
Proteksi cadangan ini sebagai back up jika terjadi gangguan internal trafo pada saat proteksi utama tidak
bekerja

Ciri-ciri proteksi cadangan :


• Waktu kerjanya lebih lambat atau ada waktu tunda (time delay), untuk memberi kesempatan kepada
pengaman utama bekerja lebih dahulu.
• Relai pengaman cadangan harus dikoordinasikan dengan relai proteksi pengamanan cadangan lainnya
di sisi lain.
• Secara sistem, proteksi cadangan terpisah dari proteksi utama

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
3.1 Relai Arus Lebih (50/51)
Prinsip kerja : berdasarkan pengukuran arus, yaitu relai akan bekerja apabila merasakan arus diatas
nilai settingnya.

Setting arus OCR harus lebih besar dari


kemampuan arus nominal trafo yang diamankan
(110 – 120% dari nominal), sehingga tidak
bekerja pada saat trafo dibebani nominal, akan
tetapi harus dipastikan bahwa setting arus relai
masih tetap bekerja pada arus hubung singkat
fasa-fasa minimum.

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
3.1 Relai Arus Lebih/Over Current Relay (50/51)

• Digunakan untuk mendeteksi gangguan fasa


• Mempunyai karakteristik inverse yang mengacu
kepada standar IEC atau ANSI/IEEE (waktu kerja
relai akan semakin cepat apabila arus gangguan
yang dirasakannya semakin besar) atau definite
(waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan).
• Tersedia fungsi moment dan high set yang bekerja
seketika dan waktu tunda cepat (0,3 - 0,4 detik)

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
3.2 Ground Fault Relay (50N/51N)
Prinsip kerja GFR sama dengan OCR yaitu
berdasarkan pengukuran arus, dimana relai
akan bekerja apabila merasakan arus diatas
nilai settingnya.

GFR dirancang sebagai pengaman cadangan


Trafo jika terjadi gangguan hubung singkat
fasa terhadap tanah, baik dalam trafo (internal
fault) maupun gangguan ekternal (external
fault). Setting arus GFR lebih kecil daripada
OCR

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
3.2 Stand By Earth Fault (SBEF) Penyetelan relai SBEF ini mempertimbangkan
faktor – faktor sebagai berikut :
Stand By Earth Fault adalah rele pengaman
Neutral Grounding Resistance (NGR) pada trafo. • Pola pentanahan netral trafo
• Ketahanan termis tahanan netral trafo (NGR)
Ada tiga jenis sistem pentanahan pada netral sisi • Ketahanan shielding kabel disisi dipasang NGR
sekunder trafo : (khususnya pada sistem dengan netral yang
• pentanahan langsung (solid), ditanahkan langsung atau dengan NGR tahanan
• tahanan rendah (12 Ω, 40 Ω), dan rendah)
• Sensitifitas relai terhadap gangguan tanah
• pentanahan dengan tahanan tinggi (500 Ω) • Pengaruh konfigurasi belitan trafo (dilengkap
dengan belitan delta atau tidak)

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
Penyetelan relai SBEF ini mempertimbangkan
3.2 Stand By Earth Fault (SBEF) faktor – faktor sebagai berikut :
Stand By Earth Fault adalah rele pengaman • Pola pentanahan netral trafo
Neutral Grounding Resistance (NGR) pada trafo. • Ketahanan termis tahanan netral trafo (NGR)
Ada tiga jenis sistem pentanahan pada netral sisi • Ketahanan shielding kabel disisi dipasang NGR
sekunder trafo : (khususnya pada sistem dengan netral yang
• pentanahan langsung (solid), ditanahkan langsung atau dengan NGR tahanan
rendah)
• tahanan rendah (12 Ω, 40 Ω), dan • Sensitifitas relai terhadap gangguan tanah
• pentanahan dengan tahanan tinggi (500 Ω) • Pengaruh konfigurasi belitan trafo (dilengkap
dengan belitan delta atau tidak)

Untuk pemilihan waktu dan karakteristik SBEF dengan memperhatikan ketahanan termis NGR. Karena
arus yang mengalir ke NGR sudah dibatasi oleh resistansi terpasang pada NGR itu sendiri. Pemilihan
karakteristik waktu disarankan menggunakan Definite atau Long Time Inverse.

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
3.2 Stand By Earth Fault (SBEF)
Setting Relay SBEF

www.pln.co.id |
D. PROTEKSI UTAMA TRAFO TENAGA

3. Proteksi Cadangan
3.2 Stand By Earth Fault (SBEF)
Setting Relay SBEF

www.pln.co.id |
PROTEKSI BUSBAR /
03 DIAMETER / KOPEL
3. PROTEKSI BUSBAR / DIAMETER /
KOPEL
Fungsi Peralatan proteksi busbar :
1. Untuk mengamankan peralatan busbar jika terjadi gangguan hubungsingkat pada busbar.
Gangguan hubung singkat pada busbar umumnya jarang terjadi, namun jika terjadi
dampaknya sangat besar terhadap ketahanan peralatan instalasi dan dapat menimbulkan
masalah stabilitas transient, serta dapat menimbulkan pemadaman yang meluas.
2. Selain untuk menghindari kerusakan peralatan instalasi, juga sangat diharapkan dapat
menghindari pemadaman secara menyeluruh dalam suatu gardu induk jika terjadi gangguan
hubung singkat di busbar.
Selain proteksi busbar, pada sistem 1,5 breaker jika proteksi penghantar menggunakan CT Line
terdapat proteksi diameter seperti :
• Relai Arus Sirkulasi (Circulating Current Protection – CCP)
• Relai Kegagalan PMT ( Circuit Breaker Failure – CBF)
• Relai Arus Jangkauan Pendek (Short Zone Protection – SZP)

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR

Keuntungan Keuntungan
• Waktu pemutusan yang cepat • Pemasangannya lebih rumit karena harus
(instantanouos) memonitor status PMT dan PMS
• Bekerja untuk gangguan di daerah khususnya untuk type double busbar,
sedangkan pada busbar dengan 1,5
proteksinya.
breakers tidak diperlukan status PMS.
• Tidak bekerja untuk gangguan di luar
• Relatif lebih mahal karena dibutuhkan CT
daerah proteksinya.
pada setiap bay dan dibutuhkan 2 (dua) set
• Selektfi, hanya mentripkan PMT-PMT CT pengapit pada PMT Kopel untuk
yang terhubung ke seksi yang terganggu. mengamankan daerah mati (dead zone)
antara CT dan PMT jika hanya memakai
• Imune terhadap malakerja, karena proteksi
satu buah CT.
ini mentripkan banyak PMT.

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR

Gangguan di dalam daerah yang diamankan

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
a) Differential Jenis Low Impedance
Merupakan jenis relai diferensial arus
Perbedaan (diferensial) arus yang melalui daerah yang
diamankan ini akan melalui operating coil relai.

Secara umum relai diferensial arus adalah :


• Membandingkan besaran arus yang melalui
suatu daerah yang diamankan
Pada saat terjadi gangguan diluar daerah
• Relai ini harus bekerja jika gangguan di
pengamanannya (F1), arus diferensial yang
dalam daerah yang diamankan dan harus
masuk ke relai IR = 0, sebaliknya jika gangguan
stabil jika gangguan di luar daerah proteksi.
terjadi didaerah pengamananya IR  0,
• Merupakan suatu unit protection sehingga relai akan bekerja

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
a) Differential Jenis Low Impedance
Karakteristik Kerja :
• Daerah pengaman adalah di dalam daerah yang dilingkupi CT yang tersambung ke
relai diferensial.
• Bekerja seketika.
• Tidak perlu dikoordinasikan dengan pengaman lain
• Merupakan pengaman utama dan tidak berlaku sebagai pengaman cadangan.

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
a) Differential Jenis Low Impedance
Relai diferensial jenis non bias menggunakan Relai diferensial jenis bias memperbaiki
relai arus lebih sebagai operating coil dan pada kelemahan tersebut dengan prosentasi slope
kondisi arus gangguan eksternal yang besar tertentu
sekali relai ini tidak stabil.
Hal ini disebabkan oleh :
• Komponen dc arus gangguan tidak sama
• Kejenuhan setiap CT tidak sama
• Rasio setiap CT tidak tepat sama

Relai Differensial Arus

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
a) Differential Jenis Low Impedance

Berdasarkan persamaan tersebut maka :


Arus minimum pick up : 30 – 40% In
Setelan slope : 30 – 50% dengan
pertimbangan :

• Kesalahan trafo arus CT : 10 %


• Mismatch : 4%
• Arus eksitasi : 1%
• Faktor keamanan : 5%

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
a) Differential Jenis Low Impedance
Check zone :
berfungsi untuk memastikan bahwa gangguan merupakan gangguan internal dan untuk mencegah
maloperasi jika ada kelainan pada proteksi busbar masing-masing zone, misalnya ada wiring yang
terbuka atau terhubung singkat.
Jika terjadi gangguan pada zone 1 = jumlah arus dari masing-masing CT a, b dan c ≠nol, akibatnya
ada arus yang melalui relai R1. Hal ini juga dirasakan oleh relai R3 yang akan menutup kontaknya
untuk memberi tegangan positip, dan dengan menutupnya kontak dari relai R1 maka sinyal trip akan
dikirim ke pmt yang dilingkupi CT a,b dan c. Dengan demikian zone 1 dapat diisolir dari sistem.
Jika ada rangkaian arus yang terbuka pada zone proteksi, maka pada saat beban yang cukup besar
atau pada saat ada gangguan eksternal, akan menyebabkan proteksi busbar pada zone tersebut tidak
stabil atau relai dari busbar tersebut akan menutup kontaknya. Tetapi dengan adanya chek zone, relai
tersebut tidak mendapat tegangan positip sehingga mal operasi dapat dicegah.

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
b) Differential Jenis High Impedance
Menggunakan stabilising resistor yang dipasang
seri dengan relai diferensial arusnya. Relai
disetting dengan memperhitungkan sensitivitas
untuk gangguan internal dan stabilitas untuk
gangguan eksternal. Sensitivitas terhadap
gangguan internal ditentukan oleh besarnya
setting arus relai
Setelan arus ditentukan (20% – 30%) In CT.

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
b) Differential Jenis High Impedance
Stabilitas untuk gangguan eksternal ditentukan oleh besarnya nilai stabilising resistor yang dihitung
berdasarkan drop tegangan pada salah satu rangkaian CT (V) pada arus hubung singkat eksternal
maksimum (If) dengan salah satu CT jenuh. Besarnya tegangan pada terminal stabilising resistor dan
relai (VR) harus diset lebih besar dari drop tegangan tersebut, sehingga pada kondisi terburuk ini
relai masih stabil.
Setelan tegangan harus lebih besar dari tegangan pada terminal stabilising resistor.

Dimana V = tegangan jatuh pada terminal stabilising resistor


k = Faktor keamanan (antara 1.0< k < 2.0 )
Relai diferensial harus tetap stabil pada kondisi gangguan eksternal maksimum dengan asumsi salah
satu CT mengalami kejenuhan.

www.pln.co.id |
3.1 RELAI DIFFERENTIAL BUSBAR
b) Differential Jenis High Impedance Secara keseluruhan kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk relai diferensial high
Relai differential high impedance memiliki stabilitas impedance ini adalah (pertimbangan dalam
yang lebih baik untuk gangguan eksternal khususnya menentukan setelan):
jika terjadi kejenuhan dari salah satu CT.
• rasio CT sama
Tidak seperti relai differensial low impedance yang
memiliki bias/restraint yang dapat menetralisir akibat • resistansi CT rendah
perbedaan rasio (delta rasio kecil) pada gangguan • knee voltage CT tinggi
eksternal, relai high impedance tidak memiliki
kemampuan ini sehingga disyaratkan CT yang • burden wiring CT rendah
digunakan memiliki rasio yang sama.
• CT jenis low reactance

Jika CT terpasang tidak sama dan rasio disamakan dengan penambahan ACT maka
harus dipenuhi persyaratan di atas, tetapi sulit dipenuhi ACT dengan kebutuhan di
atas, sehingga pemakaian ACT tidak direkomendasikan untuk relai diffrensial jenis
high impedance.
www.pln.co.id |
3.2 RELAI ARUS SIRKULASI (CIRCULATING CURRENT
PROTECTION / 87)
Pada gardu induk dengan konfigurasi diameter, filosofi
zone proteksi harus tercover oleh relai proteksi utama,
seperti yang ditunjukan gambar 2.2.0, dimana
konfigurasi diameter A yang digunakan saluran
penghantar dan rangkaian diameter-B digunakan bay
trafo interbus.
Masing-masing busbar diproteksi oleh proteksi busbar
(BBPa dan BBPb), zona proteksi penghantar diproteksi
oleh Distance relai (LP), dan zona proteksi Trafo
interbus diproteksi oleh Differential Trafo Interbus
(87T).
Untuk mengcover zona proteksi antara proteksi
Penghantar dengan Trafo Interbus harus diproteksi
dengan proteksi arus sirkulasi (circulating current
protection/CCP) yang saling berpotongan (overlap)
dengan proteksi CT (LP = proteksi penghantar, 87T =
proteksi diferensial trafo) pada rangkaian.
www.pln.co.id |
3.3 PROTEKSI KEGAGALAN PMT (BREAKER FAIL - CBF)

• CBF bekerja pada saat relai lokal memberikan perintah pemutusan (trip), tetapi pemutus
(PMT) gagal membuka untuk memutuskan arus gangguan.
• CBF dirancang sederhana terdiri dari detektor gangguan, indikasi status pemutus, dan relai
waktu yang akan bekerja ketika relai proteksi saluran memberikan perintah pemutusan.
Setelah waktu tunda tertentu (umumnya 200 ms), proteksi CBF akan memberikan perintah trip
kepada semua pemutus terkait.
• Jika sistem CBF ini sering bekerja, detektor gangguan lebih baik disetel diatas arus
pembebanan maksimum dan dibawah arus gangguan minimum di saluran transmisi tersebut.
Jika detektor gangguan diaktifkan hanya pada saat skema kegagalan pemutus aktif, setelan
nilai kerja bisa disetel dibawah arus pembebanan maksimum.

www.pln.co.id |
3.3 PROTEKSI KEGAGALAN PMT (BREAKER FAIL - CBF)

Prinsip kerja berdasarkan diagram logic diatas sbb :


Proteksi kegagalan pemutus (CBF) mulai bekerja apabila ada signal trip internal proteksi ”TRIP”
(buspro) atau dari signal trip ekternal ”BF-EXT” (proteksi penghantar) melalui switch “ON”
(setting) dan dikontrol oleh elemen arus lebih (OCBF).

www.pln.co.id |
3.3 PROTEKSI KEGAGALAN PMT (BREAKER FAIL - CBF)

www.pln.co.id |
3.4 Proteksi Zone Pendek (Short Zone Protection – SZP)

• Untuk peralatan membuka terminal, CT akan


diletakkan pada salah satu sisi pemutus. Dalam
hal ini, skema CBF harus memasukkan proteksi
zona pendek (short-zone protection). Penggunaan
skema ini mirip dengan proteksi kegagalan
pemutus konvensional namun sinyal inisiasi
(initiating signal) berasal dari pembukaan
pemutus yang terkait dan kelanjutan aliran arus
gangguan (continuation of fault current flow).

www.pln.co.id |
3.5 RELAI PROTEKSI KOPEL

• Fasilitas bay kopel (bus coupler) untuk kemudahan atau fleksibilitas operasi
saat pengaturan beban
• Dilengkapi dengan relay OCR/GFR yang berfungsi sebagai proteksi peralatan
yang tersambung pada bay kopel/busbar (pembatas arus transfer)

www.pln.co.id |
3.6 PERALATAN BANTU PROTEKSI

a) Synchro check : peralatan kontrol berfungsi untuk mengetahui kondisi sinkron antara 2 sisi /
subsistem yang diukur. Besaran yang diukur : perbedaan sudut fasa, tegangan dan frekuensi.
• Beda sudut fasa (Δf) : untuk mengetahui perbedaan sudut fasa urutan tegangan antara kedua sisi
yang diukur
• Beda tegangan (ΔV) : beda tegangan diantara kedua subsistem, mencegah terjadinya asinkron
saat penutupan PMT
• Beda frekuensi (ΔF) : untuk mengetahui slip frekuensi antara kedua subsistem yang akan
dihubungkan dan untuk mencegah penutupan PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi lebih
besar dari setting
• Waktu tunda : waktu yang dibutuhkan untuk initiate close PMT pada perbedaan slip frekuensi
yang diijinkan (sesuai setting)

www.pln.co.id |
Sekian dan
Terima Kasih

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Anda mungkin juga menyukai