KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA
SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami komponen-
komponen utama suatu sistem tenaga listrik
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami pengertian dari
sistem pembangkit tenaga listrik, sistem
transmisi dan sistem distribusi
Mahasiswa mengenal sumber-sumber energi
listrik
Mahasiswa mampu membuat perancangan dan
perencanaan sistem tenaga listrik
A. Pendahuluan
Komponen-komponen utama suatu sistem
tenaga listrik terdiri dari Pusat-pusat Pembangkit
1
atau Sistem Pembangkitan, Saluran Transmisi
atau Sistem Transmisi dan Sistem Distribusi.
C. Sistem Transmisi
Sistem transmisi berfugsi menyalurkan tenaga
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
melalui saluran transmisi, karena adakalanya
pembangkit tenaga listrik dibagun ditempat yang
jauh dari pusat-pusat beban.
D. Sistem Distribusi
Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan
tenaga listrik ke konsumen yang berupa pabrik,
industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi
tenaga dengan tengangan tinggi maupun tegangan
ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah pada
gardu induk menjadi tegangan menengah atau
tegangan distribusi primer, yang selanjutnya
tegangannya diturunkan lagi menjadi tegangan
untuk konsumen.
2
Persoalan-persoalan yang muncul pada sistem
tenaga listrik meliputi antara lain: aliran daya,
operasi ekonomik (economic load dispatch),
gangguan hubungan singkat, kestabilan sistem,
pengaturan daya aktif dan frekuensi, pelepasan
beban, pengetanahan netral sistem, pengaman
sistem arus lebih, tegangan lebih, keandalan dan
interkoneksi sistem tenaga.
3
tenaga listrik untuk mengantisipasi pertumbuhan
beban yang begitu cepat.
Analisis Gangguan Sistem tenaga Listrik
berfungsi untuk memberikan informasi dalam
menjawab masalah pengaman sistem tenaga
listrik, koordinasi isolasi sistem tenaga listrik serta
koordinasi rele dan pemutus tenaga dalam
mengisolasi bagian atau peralatan yang terganggu.
Gangguan yang dimaksud adalah gangguan
parallel (shunt) berupa gangguan simetris dan
tidak simetris, gangguan seri berupa satu fasa dan
dua fasa putus, gangguan simultan berupa
gabungan gangguan shunt pada suatu tempat dan
tempat yang lain atau gangguan seri yang
merupakan kombinasi gangguan diatas.
Analisis Stabilitas Sistem Tenaga Listrik
menyangkut masalah kemampuan sistem untuk
tetap sinkron selama terjadi gangguan misalnya
karena jatuhnya suatu pembangkit tenaga,
stabilitas penambahan beban baru, pemasangan
motor besar yang telah ada, penambahan unit
pembangkit baru dan keperluan pengaturan beban
puncak.
4
BAB II
DAYA DALAM RANGKAIAN
ARUS BOLAK-BALIK FASA
TUNGGAL
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami teori dasar serta
pengertian daya sebagai perubahan tenaga listrik
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami daya untaian
dalam satu gerbang dengan satuannya
Mahasiswa mengenal berbagai macam daya (
daya aktif, daya rekatif dan daya kompleks)
Mahasiswa memahami persamaan daya
termasuk persamaan daya kostan dan sinusoidal
Mahasiswa mempu mengoperasikan persamaan
daya dan faktor daya
5
A. Pendahuluan
Menurut teori dasar pengertian daya didefinisikan
sebagai perubahan tenaga terhadap waktu. Satuan
daya adalah watt, daya yang diserap suatu beban
adalah hasil kali tegangan jatuh sesaat diantara
beban dengan satuan volt, dengan arus sesaat
yang mengalir dalam beban tersebut dengan
satuan amper, yang dinyatakan oleh persamaan:
p (t ) v(t ).i (t ) (2.1)
+
i(t)
N
-
V(t)
6
1 / 2 Vmax I max cos v i cos2 t v i (2.4)
7
sumber tegangan sinusoidal dengan harga efektif V
maka dapat dituliskan:
T T
P 1/ T pt dt 1 / T vt / R dt V / R
2
0 0
8
S VI *
Q I m VI * (2.11)
S VI V I e
* jq
P jQ
(2.12)
dari persamaan (2.12) S dinyatakan dalam bentuk
polar dan dalam bentuk segitiga dan S
dinyatakan oleh , seperti pada gambar berikut:
i(t)
v S
S N Q
v(t) i P
Q Im S L I
2
9
vt L di / dt 2 L I sin t maka
nilai
pt vt i t 2 L I sin t cos t
2
L I sin 2 t
2
Contoh 2.2.
Andaikan ada jaringan dengan impedans Z
a. dapatkan pernyataan untuk P dan Q
b. Nyatakan p(t) dengan tanda P dan Q
c. Andaikan bahwa jaringan adalah rangkaian
RLC, bandingkan hasil yang didapatkan
dengan hasil dari butir (b).
Jawab:
a. menggunakan persamaan (2.12), maka
didapatkan:
S VI * ZII * Re Z I P j Q , sehingga
2
P Re Z I Z I cos Z
2 2
Q I m Z I Z I sin Z
2 2
10
b. Dengan pilihan yang sesuai yakni,
i t 2 I cos t dan
vt 2 Z I cos t Z
Z I
2
cos Z cos 2 t Z
Z I cos Z cos 2 t cos Z sin 2 t sin Z
2
P 1 cos 2 t Q sin 2 t
d. Dalam hal ini Z R j l 1 / j c . Dari bagian
(a) didapatkan bahwa P R I dan Q QL Qc ,
2
QL L I
2
dimana adalah daya reaktif
masing-masingdalam L dan C, sehingga dapat
dituliskan bahwa:
pt P1 cos 2 t QL sin 2 t QC sin 2 t
Dari persamaan tersebut maka suku
pertama menyatakan daya sesaat dalam R. Suku
kedua dan ketiga masing-masing menyatakan
daya sesaat dalam L dan C. Dalam kasus 2 L C =
1, maka Q QL QC 0
11
BAB III
GAMBARAN UMUM DARI
SISTEM TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami dan membaca
diagram segaris (one line diagram)
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami pengertian dari
diagram segaris
Mahasiswa dapat merobah diagram segaris
menjadi diagram impedansi dan diagram
reaktansi
Mahasiswa mampu mengolah dari sistem dasar
menjadi sistem perunit (pu)
12
peralatan yang berhubungan dengan suatu sistem
listrik.
Kegunaan diagram segaris dalah untuk
memberikan informasi yang berarti mengenai
suatu sistem dalam bentuk yang ringkas.
Pemutus
Bus (rel = tenaga
simpul) dengan udara
Trafo tenaga
dua belitan Pemisah
Hubungan Pemisah
delta dengan
(3, tiga sekering
kawat)
Hubungan
Wye ( 3, Saluran
netral tidak transmisi
ditanahkan)
Hubungan
Wye ( 3, Beban statis
netral
ditanahkan)
Kapasitor Trafo
potensial
13
Dari gambar simbol standar tersebut apabila ingin
mengetahui letak titik dimana sistem dihubungkan
ketanah, untuk menghitung besarnya arus yang
mengalir terjadi gangguan tidak simetris yang
melibatkan tanah, maka simbol standar yang
dipergunakan adalah tiga fasa Y dengan netral
ditanahkan. Untuk membatasi aliran arus ketanah
pada waktu ada gangguan maka netral Y dengan
tanah disisipkan resistans atau reaktans. Diagram
segaris suatu sistem tenaga yang sederhana terdiri
dari dua simpul (rel atau bus atau gardu induk)
dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:
T1 T2
saluran transmisi
Beban B
Beban A
14
generator dan trafo tersebut, melalui pemutus
tenaga dihubungkan ke saluran transmisi. Dari
saluran transmisi melalui pemutus dihubungkan
ke transformator tiga fasa hubungan Y - , dimana
titik netral Y ditanahkan langsung, selanjutnya
melalui pemutus dihubungkan ke rel yang lain,
pada rel ini dihubungkan generator sinkron
dimana kumparan jangkar yang ada di stator
dirangkai tiga fasa hubungan Y yang netralnya
ditanahkan memalui reaktans. Pada masing-
masing rel dihubungkan beban melalui pemutus
beban. Keterangan mengenai rating generator,
trafo, beban dan reaktans dari berbagai komponen
sistem tenaga tersebut seringkali diberikan
langsung pada gambar.
15
E1 +
+ + E2
E1
- - -
Beban A
Gen 1 & 2
Transformator T1 saluran stransmisi transformator T2 BGen 3
Beban
16
+ E1 + +
E2 E1
- - -
17
Sehubungan dengan dimensi dari besaran-besaran
tersebut diatas berbeda-beda maka untuk
memudahkan dipakai sistem perhitungan dalam
persen (%) dan dalam perunit (pu). Akan tetapi
perhitungan yang dilakukan dalam pu lebih
menguntungkan, karena satu besaran dalam pu
dikalikan dengan besaran yang lain dalam pu
maka hasilnya tetap dalam pu. Jika perhitungan
dilakukan dalam persen , maka satu besaran
dalam persen dikalikan dengan besaran lain yang
juga dalam persen maka hasil akhirnya harus
dibagi dengan angka seratus.
Harga perunit (pu) dari setiap besaran adalah
menyatakan perbandingan dari nilai yang
sebenarnya dari besaran tersebut terhadap nilai
basis atau nilai dasar yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Nilai sebenarnya
Nilai perunit ( pu ) (3.1)
Nilai basis
Dimensi satuan dari nilai basis dan nilai
yang sebenarnya adalah sama, misalnya nilai yang
sebenarnya dari tegangan adalah 100 volt,
sedangkan nilai basis tegangan misalnya 200 volt,
maka nilai tegangan tersebut dalam pu adalah 0,5,
sehingga nilai suatu besaran dalam pu tidak
mempunyai dimensi satuan lagi.
18
diasumsikan terlebih dahulu adalah sebagai
berikut:
a.Harga basis daya semu = (VA)B volt amper
b.Harga basis tegangan = VB volt
19
1000 x KV B KV B 1000 x KV B
2 2
ZB (3.6)
IB MVAB KVAB
Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z
(ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu
adalah sebagai berikut:
Z x MVAB Z x KVAB
Z pu (3.7)
KV B 2
1000 x KV B
2
ZB (3.9)
3 IB MVAB KVAB
Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z
(ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu
adalah sebagai berikut:
Z x MVAB Z x KVAB
Z pu (3.10)
KV B 2
1000 x KV B
2
20
G. Mengubah Harga Basis dari Kuantitas
Perunit
Kadang-kadang impedans perunit dari satu
komponen sistem tenaga dinyatakan menurut
harga basis yang berbeda dengan harga basis yang
dipilih untuk bagian dimana komponen tersebut
terpasang.
Semua impedans dalam bagian manapun dari
suatu sistem tenaga harus dinyatakan
berdasarkan suatu harga basis yang sama, maka
dalam membuat perhitungan diperlukan cara
untuk mengubah impedans perunit berdasarkan
harga basis yang lama ke impedans perunit
berdasarkan harga basis yang baru. Berdasarkan
persamaan (3.7) dan (3.10) maka dapat dikatakan
bahwa:
Impedansi perunit dari suatu elemen rangkaian:
imp sebenarnya dlm ohm x KVAB
(3.11)
1000 x KV B
2
21
Contoh soal 3.1:
Jawab:
Berdasarkan persamaan (3.12) diperoleh:
MVAB baru KV B 2 lama
Z pu baru Z pu lama x x
MVAB lama KV B 2 baru
2
18 100
X " 0,25 0,045 per unit
20 500
atau dengan cara mengubah nilai pu yang
diketahui ke dalam nilai ohm dan membaginya
dengan basis impedans yang baru sebagai berikut:
X"
0,25 18 2 / 500
0,0405 per unit
20 2 / 100
Resistans dan reaktans dari suatu mesin, biasanya
diberikan oleh pabrik dalam besaran % atau dalam
besaran pu. Sebagai basisnya yaitu harga basis
tegangan dalam kV dan harga basis daya dalam
KVA adalah rating dari platnama mesin itu sendiri,
jika mesin ini berada dalam sistem tenaga dimana
harga basis perhitungan ditentukan baru, maka
resistans dan reaktans dari mesin tersebut harus
disesuaikan nilai pu nya berdasarkan harga basis
yang baru.
22
H. Nilai pu pada Besaran-besaran Sistem Tenaga
1. Sistem fasa tunggal
a. Daya Semu
Daya semu ini dapat dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut:
S V .I * atau S V .I
jika didefinisikan harga basis untuk daya
semu:
S B VB I B
Maka daya semu dalam pu adalah:
S V .I
SB V B .I B
S pu V pu .I pu
S pu V pu I * . pu
(3.13)
b. Impedans dalam pu
Menurut hukum ohm, persamaan impedans
: Z V / I , harga basis impedans telah
diberikan oleh persamaan diatas sehingga
harga impedans dalam pu adalah sebagai
berikut:
Z V /I V pu
atau Z pu
Z B VB / I B I pu
(3.14)
23
Jika perhitungan dilakukan dalam harga basis
untuk tegangan antara saluran atau VL-L basis
sehingga:
VL L
VL N basis
3
VL L VL N
jika VL L pu dan VL N pu
VL L basis VL N basis
VL L
dengan Vl N
3
VL N VL L / 3
maka V L N pu
VL N basis VL L basi s / 3
atau V L N pu V L L pu
(3.15)
b. Daya Semu
Daya semu dapat dinyatakan oleh persamaan:
S 3 fasa
S1 fasa
3
dengan S 3 fasa basis 3 S1 fasa basis , maka
S1 fasa S 3 fasa / 3
S1 fasa pu
S1 fasa basis S 3 fasa basis / 3
S1 fasa pu S 3 fasa pu (3.16)
24
Berdasarkan persamaan (3.16) tersebut maka
untuk perhitungan dalam pu, daya semu tiga
fasa dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu
keuntungan bila perhitungan dilakukan dalam
sistem pu.
c. Impedans
Impedans hubungan Y,
Z Y basis
VL N basis 2
V L L basis/ 3
2
atau Z Y basis
S 3 fasa basis
Dengan definisi bahwa Z basis = 3 Zy basis,
sehingga diperoleh:
Z y pu Z pu
(3.17)
Berdasarkan persamaan (3.17) tersebut maka
impedans tiga fasa hubungan Y dalam pu sama
dengan impedans tiga fasa dalam hubungan
dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu
keuntungan dalam perhitungan dengan sistem
pu. Keuntungan lain dalam perhitungan sistem
pu, adalah tidak diperlukan perhitungan lagi
jika suatu impedans dipindahkan dari suatu
sisi ke sisi lain pada sebuah transformator.
25
diperlihatkan pada diagram segaris pada gambar
3.4. Kedua motor M1 dan M2 masing-masing
mempunyai rating 13,2 kV. Netral motor M1
ditanahkan melalui rektans, sedangkan netral dari
motor M2 tidak diketanahkan. Input nominal
untuk motor M1 dan M2 masing-masing adalah
200 MVA dan 100 MVA, dengan reaktans sub-
transien masing-masing sebesar X = 20%.
Transformator tiga fasa T1 mempunyai rating 350
MVA, 13,2/115 kV dengan reaktans bocor sebesar
10%. Transformator T2 mempunyai teraan 300
MVA, 116/12,5 kV dengan reatans bocor 10%.
Reaktans seri saluran transmisi adalah 0,5
ohm/km. Gambarkan diagram reaktans dengan
semua reaktansnya dalam besaran pu.
Pergunakan rating generator untuk basis
perhitungan.
Jawab:
Rating tiga fasa dari transformator T2 adalah 3 x
100 MVA = 300 MVA, dan perbandingan tegangan
antara salurannya adalah
3 x 127 / 13,2 kV 220 / 13,2 kV .
Sebagai basis
perhitungan adalah rating generator yakni 300
MVA sebagai basis daya, 20 kV sebagai basis
26
tegangan, sehingga seluruh sistem harus
mempergunakan basis daya yang baru sebesar
300 MVA tersebut, sedangkan basis tegangannya
harus memperhatikan perbandingan transformasi
dari transformator. Pada saluran transmisi basis
dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya
sebesar 230 kV dengan T1 mempunyai rating
230/20 kV. Pada rangkaian motor, basis dayanya
300 MVA sedangkan basis tegangannya adalah
230 x 13,2 / 220 13,8 kV . Basis tegangan ini telah
dicantumkan pada gambar 3.4 diatas reaktans
transformator yang disesuaikan dengan harga
basis yang baru:
Transformator T1: X 0,1 x 300 / 350 0,0857 pu
Transformator T2: X 0,1 x 13,2 / 13,8 0,0915 pu
2
27
k j 0,0857 j 0,1815 j 0,0915
l m n
p r
j 0,2
j 0,2745 j 0,5490
+ + +
Eg Em2
Em1
- - -
Jawab:
Bersama-sama kedua motor menyerap 180 MW
atau 180/300 = 0,6 pu, oleh karena itu dengan V
dan I pada motor dalam pu adalah V . I 0,6 pu ,
dan karena :
V 13,2 / 13,8 0,9565 0 pu
I 0,6 / 0,9565 0,6273 0 pu
Pada generator:
V 0,9565 0,6273 j 0,0915 j 0,1815 j 0,0857
0,9565 j 0,2250 0,9826 13,2 pu
Tegangan terminal generator adalah 0,9826 x 20
kV = 19,65 kV.
28
Soal Latihan:
1. Sistem tenaga yang sederhana seperti pada
gambar berikut:
2.
G M
150 ohm
1 2
29
C
T1 T2
1 2
A B j 80 ohm j 100 ohmE F
1 2
T3
30
3. Suatu sistem tenaga yang sederhana seperti
pada diagram segaris berikut:
j 40 ohm
1 2
j 20 ohm
j 20 ohm
B
A
31
BAB IV
STUDI ALIRAN DAYA
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat menghitung aliran-aliran daya
pada saluran-saluran dan kemudian memeriksa
kapasitas semua peralatan yang ada dalam
sistem apakah cukup besar untuk menyalurkan
daya yang diinginkan.
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memeriksa tegangan-tegangan
pada setiap rel dan memeriksa profil tegangan
sistem, biasanya variasi tegangan yang diizinkan
berkisar 5% sampai + 5%.
Mahasiswa dapat menentukan operasi sistem
yang ekonomis.
Mahasiswa menentukan kedudukan sadapan-
sadapan transformator untuk operasi yang
ekonomis.
Mahasiswa meminimumkan rugi-rugi transmisi
sistem.
32
Mahasiswa dapat memperoleh kondisi mula
untuk studi-studi lanjutan, seperti hubungan
singkat dan kestabilan.
A. Representasi Sistem
Sebelum studi aliran beban itu dilakukan sistem
itu harus terlebih dahulu dipresentasikan dengan
suatu diagram pengganti (diagram impedansi).
Representasi sistem untuk studi aliran beban ini
terdiri dari:
a. Generator Sinkron
Generator sisnkron biasanya dihubungkan
langsung pada rel atau sering juga melalui
transformator daya. Karena tujuan dari studi
ini adalah untuk mengetahui besar tegangan
rel dan aliran daya, maka generator sinkron
direpresentasikan sebagai suatu sumber daya,
dan tegangan yang diperoleh dari studi ini
adalah tegangan rel dimana generator itu
terhubung.
b. Transformator
Transformator dipresentasikan sebagai
reaktansi X saja dengan mengabaikan sirkuit
eksitasi dari tranformator itu sendiri.
c. Kawat transmisi
Kawat transmisi direpresentasikan sesuai
dengan kelas transmisi itu, pendek, menengah,
panjang. Untuk transmisi pendek
menggunakan impedans seri, kawat transmisi
menengah menggunakan nominal PI dan T,
sedangkan kawat transmisi panjang
menggunakan ekivalen T dan PI.
d. Beban-beban
33
Beban-beban dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu beban static atau beban
berputar. Beban static atau beban berputar
biasanya direpresentaikan sebagai impedans
konstan atau sebagai daya konstan Pdan Q,
tergantung dari alat hitung yang digunakan.
34
iv.Sudut fasa tegangan
D. Persamaan Pembebanan
Daya real dan daya reaktif pada salah satu bus p:
Pp j Q p V p I p
*
dan arus:
35
Pp j Q
Ip *
(4.2)
Vp
Ip bertanda positif bila arus mengalir menuju rel,
bertanda negatif bila arus mengalir meninggalkan
rel. Bila elemen shunt belum termasuk matrik
parameter maka arus total pada rel p adalah:
Pp j Q p
Ip *
y p Vp (4.3)
Vp
dimana: yp = admitans shunt total pada rel p
yp Vp = arus shunt yang mengalir dari rel p ke
tanah
I pq V p Vq y pq
y ' pq
Vp (4.4)
2
dimana:
y pq = admiatns kawat p dan q
36
atau :
*
y ' pq
Ppq jQ pq V p V * p V * q y * pq V p V p
*
(4.5)
2
sedangkan daya yang mengalir dari rel p ke rel
q:
Pqp jQqp Vq V * q V * p y * pq V * q Vq
y ' pq
2
(4.6)
F. Teknik Pemecahan
Sebagaimana disebutkan diatas, teknik
pemecahan disini ditunjukan pada penggunaan
komputer. Walaupun demikian teknik pemecahan
ini dapat juga dilakukan dengan tangan apabila
sistem yang digunakan sangat sederhana secara
sederhana.
Pemecahan yang paling banyak digunakan adalah
metode iterasi Gauss-Seidel dan Newton-Rapshon
dengan menggunakan bentuk admitans rel. Dalam
metode ini tegangan pada rel-rel , kecuali rel
pedoman, diberi harga sembarang biasanya 1,0
pu, setelah itu harus dihitung untuk semua rel
kecuali rel pedoman dengan persamaan sebagai
berikut:
Pp j Q p
Ip *
Vp
p = 1,2,,n
ps
37
dimana; n = jumlah rel dalam sistem
s = nomor rel pedoman
Misalkan kita mempunyai sistem yang terdiri dari,
n = 4, rel no 1 dipilih sebagai rel pedoman,
sehingga s = 1, dan persamaan arus menjadi:
I 1 Y11 V1 Y12 V2 Y13 V3 Y14 V4
I 2 Y21 V1 Y22 V2 Y23 V3 Y24 V4
I 3 Y31 V1 Y32 V2 Y33 V3 Y34 V4
Y pp y pq y p
atau
P2 jQ2
I2 *
Y12V1 Y22V2 Y23V3 Y24V4
Vp
Sehingga
38
1 P2 jQ2
V2 *
Y21V1 Y23V3 Y24V4 (4.8)
Y22 V2
1 Pp jQ p n
Vp Y pqVq (4.9)
Y pp Vp
*
q 1
q p
dimana: p = 1,2,3,..n ,
ps
Sebelum membicarakan teknik pemecahan Gauss-
sheidell atau Newton-Rapshon, terlebih dahulu
diberikan dibawah ini teknik pemecahan secara
pendekatan.
V pq cos pq q p
n
Pp V p V
q 1
q
39
Y pq p q
n
Vp V
q 1
q
(4.10)
Y pq sin pq q p p 1,2,3,.........., n
n
Qp Vp V
q 1
q
Y pq cos p q V p Y pp p 1,2,3,...........n
n
V
2
Vp q
(4.11)
p = 1,2,,n
dimana Q pq 90 dan pp 90
40
Contoh 4.1
S3 = -2 + jQ3
S1 =1 +1Q1
1 V1 1,0 3 V3 1,0
j 0,15
j = 0,15
4 V4 1,0 2 V2 1,0
S4 = -2 + jQ4 S2 = 3 + jQ2
41
PD QD PG QG
Jadi
P2 3 5 2 1 10 2 3 6,667 2 4
P3 2 6,667 3 1 10 3 2
P4 2 10 4 1 6,667 4 2
(4.12)
Bila 1 = 0 (pedoman), maka dengan menentukan
persamaan (4.12) sehingga,
2 4,41 , 3 4,23 4 5,11
Subsitusikan harga-harga ini kedalam persamaan
(4.11):
42
Q1 5 cos 4,41 6,667 cos 4,23 10 cos 5,11 21,667
0,07 pu
Q2 5 cos 4,41 10 cos 8,64 6,667 cos 9,52 21,667
0,02 pu
Q3 6,667 cos 4,23 10 cos 8,64 16,667 0,132 pu
Q4 10 cos 5,11 6,667 cos 9,52 16,667 0,132 Pu
Sehingga
QG1 Q1 0,5 0,570 pu
QG 2 Q2 0,4 0,620 pu
QG 2 Q3 1,0 1,132 pu
1,132
QG 2 Q4 1,0 pu
3,454
4 4
Qrugi rugi QGP Q DP
p 1 p 1
sin p q Ppq
Vp Vp
Ppq
X pq
2
cos p q
Vp V p Vq
Q pq
X pq X pq
sin 4,23
sin 1 3
1
P13 0,492 pu
0,15 0,15
43
cos 1 3 0,018 pu
1 1
Q13
0,15 0,15
sin 4,41
sin 1 2
1
P12 P21 0,385 pu
0,2 0,2
Q12 Q21 0,015 pu
P14 0,891 pu Q14 0,04 pu
Qrugi 2 0,018 0,113 0,015 0,092 0,04 .2 0,556 pu
j 1,132
2 + j0,57 1 +j 0,5 2=j1
1 10 3 1 4,23
1,502 + j0,113
0,385 + j 0,015
0,891 - j 0,04
15,11 14,41
4 2
1,103 - j 0,092 1,103 + j 0,092
4 + j 0,2 1 + j0,4
2+j1
j 1,132
44
Gambar 4.2. Hasil perhitungan aliran daya untuk
contoh 4.1
H. Hasil Iterasi Gauss-Sheidell
Metode iterasi atau metode ulang adalah suatu
metode coba-coba yang sangat baik dalam
penggunaan computer untuk memecahkan
persamaan-persamaan simultan. Teknik
Penggunaan metode Gauss-Sheidell ini dapat
dilihat dibawah ini untuk memecahkan masalah
(4.9). Karena p = 1 adalah rel pedoman maka
perhitungan dimulai dengan p = 2 jadi,
1 P jQ
V k 1 2 2
k
k
Y 21 V 1 Y 23 V 3 Y 24 V 4
V2 k
*
Y22
1 P3 jQ3
V3k 1 Y V Y V k 1
Y V 4
k
Y33 V3k *
31 1 32 2 34
(4.13)
1 P jQ
V4k 1 4 4
Y V Y V k 1
Y V k 1
Y44
V4k
* 41 1 42 2 43 3
V3kc1 V3k V3k 1 V3k , dan
P jQ
1
V4k 1 4 4
Y41 V1 Y42 V2k(c 1) Y43 V3k( c)1
V4k
Y44 *
Selanjutnuya dicari V4k( c 1) dan seterusnya. Harga
berkisar antara 1,4 dan 1,7. Harga yang
kecil untuk sistem yang kecil dan harga yang
besar untuk sistem yang besar.
46
Jadi
Pp jQ p e p j f p G pq jB pq eq j f q (4.
n
q 1
15)
Daya reaktif pada rel P
n
Q p I m V p Y *
Vq*
pq
q 1
p e q G pq f q B pq
n f
Q p e 2p B pp f p2 B pp
e p f q G pq e q B pq
Q 1
(4.16)
Setelah Q dihitung, hasil ini dimasukkan pada
persamaan (4.9) untuk menghitung V k 1 .
Harga-harga e p dan f p harus memenuhi rekasi
2
e 2p f p2 V p
(4.17)
supaya daya reaktif yang diperlukan
menghasilkan tegangan yang telah dijadualkan
dapat dihitung. Harga estimasi dari e kp dan f pk
harus diatur agar memenuhi persamaan (4.17).
Sudut-sudut fasa dari tegangan yang diestimasi
adalah:
f pk
arc tan
k
p
e kp
(4.18)
Bila dimisalkan sudut-sudut fasa tegangan
yang diestimasi dan dijadualkan sudah sama,
maka harga-harga baru dari e kp dan f pk adalah:
47
e kp baru V p jadual cos kp
f pk( baru ) V p jadual sin pk
subsitusikan harga-harga baru persamaan
(4.19) dalam persamaan (4.16) diperoleh harga
Q pk , dan harga ini bersama-sama dengan V pk(baru )
dipakai untuk menghitung harga tegangan
yang baru, V pk 1 .
Dalam praktek harga Q untuk sesuatu
pembangkit harus dibatasi, dan biasanya
diambil:
Qmin 0,6 ps Qmaks 0,8 ps
Contoh 4.2.
Dalam gambar dibawah ini diberikan oleh sebuah
sistem yang terdiri dari tiga rel. Data transmisi
48
beban dan generator diberikan pada tabel 4.2 dan
4.3. Lakukan iterasi Gauss-Sheidell untuk
memperoleh tegangan.
G
G
2
49
24 0,59998 + j 0,2 pu 0
50
13,7500 8,7500 5,0000
-5,000 + j -1,6667 + j 6,6667 - j
15,0000 5,0000 20,0000
5 j151,00
51
V21( c ) 1,00 j 0,00 1,6 0,0095 j 0,0240
0,60 j 0,25
5 j 151,05
1
V31
6,6667 j 20 1,00 j 0,00
Soal Latihan
Selesaikanlah soal pada contoh 4.2 dengan
menggunakan iterasi Gauss-Sheidell bila rel 2
diladeni sebagai rel generator dengan tegangan
1,03 pu. Daya reaktif QG2(maks)= 35 MVAR dan
QG2(min) = -15 MVAR. Pilih factor percepatan untuk
P dan Q = 1,4.
I. Solusi Newton-Rapshon
52
Dengan melihat sebuah persamaan aljabar non
linear yang terdiri dari persamaan:
f1 x1 , x 2 ,.............., x n y1
f 2 x1 , x 2 ,.............., x n y 2
f n x1 , x 2 ,.............., x n y n
(4.20)
Misalkan harga estimasi mula-mula
x1( 0 ) , x 2( 0 ) ,.................., x n( 0 )
f1 x1
0
x1 , x 2
0
x 2 ,................, x n y1
f n x1
0
x1 , x 2
0
x 2 ,.............., x n y n
(4.21)
53
jumlah rel Tidak
tergantung
6. Besar sistem Baik untuk jumlah rel
7. Pemogramam sistem kecil
8. Sistem radial Baik untuk
Mudah sistem besar
Sering tidak Sukar
konvergen
Baik
y pq jbp q
I pq I pq I pq V p Vq y pq V p y pq
S pq Ppq j Q pq V p I pq
*
* *
V p V p Vq j b pq V p V p j b pq
* *
*
(4.22)
Daya kompleks yang diinjeksikan pada rel p
diperoleh dengan menjumlahkan semua daya yang
memasuki saluran-saluran yang terhubung pada
rel p.
S p Pp j Q p j b pqV p V p Vq V p V p
* *
*
jb pq
q q
2 j
P j Q p j b pq V p V p Vq e p q V p2 jb pq
q q
(4.23)
Jadi:
54
Pp b pq Vq sin p q
q
(4.24)
2
Q p b pq V p Vq cos p q V p b pq b p
q q
(4.25)
dimana:
b pq b pq = jumlah semua suseptansi yang
q
terhubung rel p:
untuk sudut-sudut yang kecil maka:
p q /6
maka persamaan menjadi:
Pp b pq V p Vq p q
q
(4.26)
Selanjutnya bila dimisalkan bahwa:
V p Vq V tegangan no min al
maka
Pp V b p
2
pq q
q
(4.27)
Persamaan (4.27) dapat lebih mudah diselesaikan
dengan metode iterasi Gaus-Sheidell sehingga
persamaan dalam bentuk:
55
Pp V b q
2
pq
p
q
b q
pq
(4.28)
Setelah p dihitung, dilanjutkan dengan
persamaan (4.28) untuk memperoleh tegangan rel,
sehingga persamaan dapat ditulis:
cos p q 1 1 / 2 p q
2
Qp Vp b pq V p Vq 1 1 / 2 p
2
q Vp
2
b ps
q
b q V
2 2
pq p b p
q
(4.29)
Persamaan (4.29) dapat dipecahkan secara
iterative dengan menuliskan
Q p b pq Vq
Vp
q
b q
pq
(4.30)
56
dimana:
Q p Q p 1 / 2 q p qc
q p V b q
2 2
pq p
q
2 +j 1 pu 0 + j 2 pu
2
0,02 + j 0,08 pu
1,5 + j 0,6 pu
57
Gambar 4.4. Data-data kawat transmisi untuk
contoh soal 4.3.
Tabel 4.3 . Data Pembangkitan, beban dan
tegangan rel permulaan
Beban Generator
Rel Tegangan Ketetangan
PG QG PG QG
Jawab:
QG3 = 1,0 pu, admitans diabaikan, berdasarkan
persamaan (4.27) V 1
P2 2 b21 b22 b23 b21 1 b22 2 b23 3
P3 3 b31 b32 b33 b31 1 b32 2 b33 3
bii 23,528
bik 11,764
maka
0,5 23,528 2 11,764 3
1,5 23,528 3 11,764 2
2 0,014 rad
3 0,0rad
1
2
Q2 11,7640,014 11,764 0,14 0,07 0,9807
2 2
Q3 0,4 x11,764 0,07 2 0,07 0,014 2 0,353
1
2
58
23,528 V2 11,764 V3 12,7447
23,528 V2 11,764 V2 12,117
jadi
V2 1,065 pu
V3 1,047 pu
Q1 b11 V1 b12 V2 b13 V3
V1
b11 b12 b13
dimana
Q1, Q1
1
2
b12 2 b13 32
2
x11,7640,005
1
Q1
2
Q1 0,029
= QG1 1 0,029
47,056 QG1 1 0,029 23,029 11,764 x 2,112
QG1 0,288 pu
59
BAB V
STUDI HUBUNGAN SINGKAT
TIGA FASA SIMETRIS
Tujuan Umum:
60
Mahasiswa dapat memahami arus hubng singkat
satu fasa dan tiga fasa.
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat mengenal jenis-jenis hubung
singkat
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung
arus hubung singkat.
Mahasiswa dapat membuat diagram ekivalen
dari hubung singkat untuk masing-masing
kondisi
A. Pendahuluan
Bila hubungan singkat terjadi pada suatu sistem
tenaga, arus akan mengalir diberbagai bagian
sistem. Besaran arus sesaat setelah terjadi
gangguan berbeda dengan besaran beberapa
putaran (cycle), yaitu pada saat pada saat
pemutusan terjadi. Kedua arus diatas jauh
berbeda dengan arus yang akan mengalir setelah
keadaan mantap, yaitu bila gangguan tidak
diisolasi dari sistem (dengan bekerjanya pemutus-
pemutus tenaga). Pemilihan yang tepat dari
pemutus tenaga yang akan dipakai tergantung
pada dua hal, besarnya arus sesaat setelah
terjadinya hubungan singkat dan besarnya arus
yang harus diputuskan. Berdasarkan hal tersebut
diatas, studi arus hubungan singkat ini bertujuan:
1. Menentukan besarnya arus hubugan
singkat pada suatu titik dalam sistem
tenaga, dan berdasarkan besar arus
tersebut akan ditentukan kapasitas alat
pemutus tenaga yang akan dipergunakan
pada titik tersebut.
2. Menentukan besar aliran arus diberbagai
bagian sistem dan berdasarkan besaran
61
arus tersebut akan didapatkan penyetelan
(setting) dari rele-rele yang mengatur
pemutus daya.
62
fasanya tidak sama pada saat hubungan singkat
itu terjadi. Komponen DC ini sulit menghitungnya
dan biasanya dipisahkan dari komponen AC.
Untuk studi hubungan singkat kita hanya
mengkonsentrasikan perhatian pada komponen
AC atau arus hubungan singkat simetris,
sedangkan pengaruh komponen DC dapat
dimasukan kemudian dengan mengalikan
komponen AC tadi dengan suatu factor pengali
(multiplying factor).
Setelah hubungan singkat terjadi, arus hubungan
singkat simetris itu hanya dibatasi oleh rektans
bocor mesin. Tetapi karena fluks udara tidak dapat
berubah seketika (instantaneously), sesuai dengan
teori fluks lingkup konstan, untuk melawan
demagnetisasi dari arus hubungan singkat
jangkar, maka arus kan timbul pada belitan
penguat (beltan eksitasi) demikian juga pada
belitan peredam pada arah fluks utama. Arus-arus
ini menurun sesuai dengan konstanta waktu
belitan-belitannya. Konstanta waktu belitan
peredam yang mempunyai induktans bocor yang
rendah jauh lebih kecil dari konstanta waktu
belitan penguat yang mempunyai induktans bocor
tinggi. Jadi selama beberapa saat dari waktu
hubungan singkat itu pada belitan-belitan
peredam dan lilitan penguat timbul arus induksi,
sehingga pada sirkuit ekivalen reaktans medan
penguat X f dan reatans belitan peredam X dw
kelihatannya terhubung parallel dengan reaktans
jangkar X a seperti terlihat pada gambar (5.1.b)
63
X1 Xa
+
Xd
-
X dw
+ X1 Xf
Xa
_
Xf
+ X1
Xa
E
_
64
maka arus belitan peredam itu akan hilang dan
sekarang mesin berada pada keadaan perali han.
Hal tersebut dapat digambarkan dengan membuka
sirkuit peredam X dw pada gambar (5.1.b) menjadi
gambar (5.1.c).
Reaktans yang dipresentasikan oleh mesin selama
periode permulaan dari hubungan singkat itu
disebut reaktans sub perlihan mesin sinkron
dengan persamaan sebagai berikut:
1
X d" X 1 (5.2)
1 / X a 1 / X f 1 / X dw
sedangkan reaktans yang bekerja setelah arus
belitan peredam mati disebut reaktans peralihan
dengan persamaan sebagai berikut:
1
X d' X 1 (5.3)
1 / X a 1 / X f
X d" X d' X d , maka reaktans mesin sinkron
berubah terhadap waktu dimulai dari X d" sampai
X d . Sesuai dengan reaktans-reaktans diatas,
maka aruspun ada tiga macam:
I = arus hubung singkat mantap, yaitu arus
mantap setelah bagian peralihan hilang karena
redaman.
I= arus hubung singkat peralihan, yaitu arus
selama keadaan peralihan , beberapa saat
setelah hubung singkat terjadi, dan belum
termasuk arus komponen searah (DC).
I = arus sub peralihan, yaitu arus maksimum pada
65
Didalam anlisis sistem tenaga, pada umumnya
mesin sinkron itu dianggap sebagai mesin (non-
salient pole), sehingga reaktans pada sumbu d
sama dengan reatans pada sumbu q dan reaktans
itu biasanya diberikan dengan notasi X , X ' atau
X " . Dengan kata lain pengaruh kutub menonjol
itu diabaikan. Untuk generator tanpa beban yang
dihubung singkat, tegangan dalam (internal
voltage) untuk ketiga macam keadaan (mantap,
peralihan, dan sub peralihan) adalah sama, yaitu
E sehingga:
E" E' E
maka arus-arus itu adalah (lihat gambar (5.2))
Oa E
I
2 X
Ob E
I' '
2 X
Oc E
I" "
2 X
66
1 1 1 m'd t 1 1 m"d t
ia 2 E ' e " ' e cos
Xd Xd Xd Xd Xd
dimana:
Xd Rf
md' . = factor redaman peralihan pada
X d' L ff
sumbu d
ma
w X d" X q" = factor redaman belitan
2 X d" . X q"
jangkar
X d' X d X d" R11d
m " ' " .
"
d = factor redaman sub
X d X d X d L11d
peralihan pada sumbu d
Rumus diatas diperoleh secara pendekatan dengan
menggunakan teorema Fluksi Lingkup Konstan.
Dari persamaan (5.5) terlihat bahwa arus hubung
singkat terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Komponen bolak-balik dari frekuensi dasar
b. Komponen searah (DC)
c. Komponen bolak-balik dari frekuensi
harmonis kedua
Tetapi bila pengaruh kutub menonjol itu diabaikan
maka X d" X q" X " , maka komponen bolak-balik
dari frekuensi harmonis kedua itu hilang. Nilai
efektif komponen bolak-balik sebagai funsi waktu,
67
1 1 1 m'd t 1 1 m'
I AC E e " ' e d t (5.6)
X X X X X
nilai efektif komponennya adalah:
E
I DC 2 . cos 0 e
ma t
(5.7)
X
pada saat t = 0
E
I AC
X"
E
I DC 2 . cos 0
X"
dan harga efektif total arus hubung singkat itu,
I DC I AC I DC
2 2
(5.8)
Arus maksimum komponen searah diperoleh bila
0 0 , maka
E
I DC 2 . dan
X"
I" E / X
Jadi arus maksimum total, pada t = 0, dan 0 0 ,
2 2
E E
I maks " 2 "
X X
E E
I maks 3 1,732 (5.9)
X X
68
reaktans sub peralihan bagi generator dan motor.
Untuk menentukan kapasitas pemutusan
(instantaneous capacity) dari pemutus-pemutus
daya digunakan reaktans sub peralihan untuk
generator dan reaktans peralihan untuk motor.
Contoh 5.1.
Suatu generator 13,2 kV, 30 MVA, 50 Hz
mempunyai reaktans-reaktans X = 0,2 pu dan X =
0,3 pu. Generator itu bekerja pada beban nol
ketika terjadi hubung singkat tiga fasa pada
jepitan-jepitan. Hitunglah arus maksimum total
pada t = 0 dan 0 = 0,30,45, dan 60.
Jawab:
Misalkan tegangan dalam generator pada saat
terjadinya hubung singkat 13,2 kV atau sama
dengan 1 pu. Daya dasar dipilih 30 MVA sebagai
rating generator tersebut. Arus komponen AC tidak
dipengaruhi oleh sudut pemutusan o ,maka
E" 1
I AC "
5 pu
X 0,2
komponen arus DC tergantung dari sudut
pemutusan 0
(a). 0 0 0 , E E ' E 1 pu
E" 1
I DC 2 . "
. cos 0 2 .1 0,707 pu
X 0,2
jadi
I maks 5 2 7,07 2 8,66 pu
69
30.000
8,66 11,364 Amp
3.13,2
(b). 0 30 0
I DC 2 .5. cos 30 0
I maks 5 2 6,12 2 7,9055 pu
I maks 10,374 amp
. 0 45 0
I DC 2 .5. cos 45 0
I maks 5 2 5 2 7,071 pu
I maks 9,279 amp
(d). 0 60 0
I DC 2 .5. cos 60 0
I maks 5 2 3,5355 2 6,124 pu
I maks 3,036 amp
70
Dalam ganbar (5.3.a) diberikan sebuah
generator sinkron dengan beban ZL. Arus
hubung singkat adalah arus beban IL
Ze
p
jX g
+ Vt ZL Vf
S
E"
-
Gambar (5.3.a) Hubung singkat generator sinkron
sebelum gangguan dalam keadaan berbeban
Ze p
Ig
+
jX g
"
"
Vf ZL
If
-
71
Z th
Z L Z e jX g"
Z L Z e jX g
Contoh 5.2.
Sebuah generator 30 MVA, 13,2 kV, 50 Hz,
mencatu daya pada beban static sebesar 20 MW
72
pada factor daya tertinggal 0,8 dan tegangan 12,8
kV. Generator itu mempunyai reaktans 0,1 pu
pada dasar rating generator. Bila terjadi hubung
singkat tiga fasa pada jepitan beban, hitung
jumlah arus seketika rms simetris, termasuk arus
beban dengan menggunakan
a). Teorema Thevenin
b). Menggunakan tegangan dalam sub peralihan
Jawab:
a). Menggunakan teorema Thevenin
Vf
I "f
Z th
12,8
Vf 0,970 0 pu
13,2
Z th
jX "
g
Ze ZL
jX Z e Z L
"
g
jX g" j 0,2 pu
Z e j 0,1 pu
V f 0 0
ZL
IL
S L 36,87 0
IL
Vf
20
SL 0,833 pu
30 x0,8
0,833
I L 36,87 0 0,859 36,87 0 pu
0,97
73
0,970 0
ZL 1,129237,87 0 pu
0,859 36,87 0
0,9033 j 0,6775 pu
ZL dapat juga dicari:
ZL
Vf
2
0,970
0 2
pu
SL 0,833 36,87 0
1,129236,87 0 pu
jadi
j 0,2 0,10,9033 j 0,6775
Z th
j 0,2 0,10,9033 j 0,6775
0,254579,62 0 pu
maka
0,970
If 3,8114 79,62 0 pu
"
0,254579,62 0
Arus hubung singkat generator:
ZL
Ig
" "
x If
j X g Ze ZL
"
1,129236,87 0
= x3,8114 79,62 0
1,33147,26 0
3,2335 90 0 pu
j 3,2335 pu
Arus total generator:
I g (tot ) I g I L
"
74
0,6672 j 3,7489
3,8114 79,610 pu
"
IL IL IL
jXg j Xm " "
jXg Ig
" "
Im jXm
Vf
"
" Em
" If
Eg "
Eg
75
b). Dengan Teorema Thevenin
Arus hubung singkat simetris pada titik
hubung singkat,
Vf
If
"
Z th
jX g
"
Ze j X m
j X
Z th
X m Ze
"
g
Arus hubung singkat generator;
j X m"
I g" .I "f
j X g X m Ze
" "
Arus hubung singkat motor,
j X g" Z e
I
"
.I "f
m
j X X "
g
"
m Z e
Arus beban,
SL
IL pu
Vf
Jadi arus total generator dan motor:
I g tot I g" I L
I m tot I m" I L
(5.14)
Generator:
E g" V f I L j X g Z e
Motor:
E m" V f I L j X m"
76
Jadi arus total generator dan motor:
E g"
I g tot
j X g" Z e
Contoh 5.3.
Generator pada contoh 5.2. dibebani dengan
sebuah motor sinkron yang mempunyai rating
yang sama dengan generator. Reaktansi sub
peralihan motor X = 0,2 pu. Mptpr itu menarik
daya sebesar 20 MW pada factor daya tertinggal
0,8 dan pada tegangan 12,6 kV. Hitunglah
besar arus seketika rms simetris, termasuk
arus beban dengan menggunakan teorema:
a). Teorema thevenin
b).Menggunakan tegangan dalam sub
peralihan
Jawab
a). Dengan teorema thevenin
Vf
I "f
Z th
j 0,2 0,1 j 0,2
Z th j 0,12 pu
j 0,5
V f 0,97 0 0 pu
Jadi
0,97 0 0
I "
j 8,0833 pu
0,12 90
f
77
j X m"
I g" .I "f
j X g Ze j X m
" "
. j 8,0833 j 3,233 pu
0,2
0,5
. j 8,0833 j 4,850 pu
0,3
I m"
0,5
I L 0,859 36,87 0 pu
0,6872 j 0,5154 pu
Jadi arus total:
I g tot I g" I L
j 3,233 0,6870 j 0,5154
0,6872 j 3,7484 pu
I m (tot ) I m" I L
j 4,850 0,6872 j 0,5154
0,6872 j 5,3654
5,409 97,30 pu
79
c). Metode Admitans Rel
Metode ini sama dengan metode iterasi dalam
studi aliran beban, persamaan arus sebagai
berikut:
I n Yn1 E1 Yn 2 E 2 Yn 3 E3 ...........Ynn E n
n
I k Ykn E n
n 1
n = jumlah simpul (rel)
Bila arus beban diabaikan semua tegangan dalam
sama, dengan demikian dapat diganti oleh satu
gambat tegangan. Tegangan pada rel yang
dihubung singkat adalah nol dan tegangan dalam
dihitung dari studi aliran beban , atau dimisalkan
sama dengan V f bila arus beban tidak diabaikan.
Jadi persamaan yang dibutuhkan hanya untuk
simpul-simpul dimana arus-arus yang masuk
jaringan nol, yaitu rel-rel dimana tegangan tidak
diketahui. Persamaan umum diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
n
0 Ykk E k Ykn E n n k
n 1
karena I k 0
Jadi diperoleh satu set persamaan yaitu untuk
rel-rel dimana tengangan tidak diketahui.
Mtode ini tidak praktis karena untuk
menghitung arus hubung singkat pada tiap rel
seluruh proses iterasi itu harus diabaikan.
80
a. Metode Impedans Hubung Singkat
Metode ini membutuhkan perhitungan matrik
impedas dari seluruh jaringan. Perhitungan ini
sangat panjang, bila ada perubahan pada
jaringan, misalnya penambahan atau
pengurangan saluran dan penambahan atau
pengurangan pembangkit, tidak perlu
membantuk matrik impedans itu elemen demi
elemen seperti pada pembentukan matrik asal.
Soal Latihan
1. Diketahui diagram segaris pada gambar 5.5
(a) dengan reaktansi-reaktansi dalam persen
pada dasar yang sama, sedangkan tahanan-
tahanan diabaikan, bila terjadi hubung
singkat pada rel 4:
a. Hitung besar arus hubung singkat
simetris pada rel itu
b. Hitung aliran arus pada saluran-saluran
yang terhubung pada rel 4 itu
81
1 2
10%
20%
10% 10%
10% 10%
BAB VI
82
STUDI KESTABILAN
PERALIHAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami kestabilan dari
suatu sistem tenaga listrik
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat mengenal kestabilan dan
ketidakstabilan pada sistem tenaga listrik
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung
daya keluaran generator pada keadaan mantap
(steady state)
Mahasiswa dapat menetukan persamaan ayunan
dan mempresentasikan dalam sistem
A. Pendahuluan
Kestabilan dari suatu sistem tenaga listrik adalah
kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja
normal setelah mengalami suatu macam
gangguan. Sebaliknya, ketidakstabilan berarti
kehilangan kestabilan dalam sistem (loss of
synchronism).
Suatu sistem tiga fasa yang terdiri dari suatu
generator sinkron mencatu daya pada suatu motor
sinkron melalui saluran dengan reaktans XL,
seperti gambar berikut:
83
G M
XG XL XM
EG EM
EG E M
I
jX
dimana
X XG XM XL
misalkan
EM EM 00
EG EG 0
cos 90 0
EG E M
X
EG E M
sin
X
84
Dalam keadaan mantap (steady state) daya
maksimum yang dapat disalurkan diperoleh bila
90 0 .
EG E M
Pm
X
Nilai Pm dapat diperbesar bila salah satu
EG atau E M diperbesar, atau bila nilai reaktans XL
diperkecil (saluran parallel).
Bila penambahan beban itu dilakukan secara tiba-
tiba dan cukup besar, motor itu kemungkinan
akan keluar dari keadaan sinkron walaupun beban
belum mencapai limit kestabilan manatap Pm.
Kestabilan ini dapat dijelaskan sebagai berikut;
Apabila penambahan beban motor dilakukan tiba-
tiba dan cukup besar, daya keluar mekanis motor
akan jauh melampaui daya masuk elektris motor
dan kekurangan ini dicatu dengan berkurangnya
energi kinetis motor. Jadi motor berputar lebih
lambat susut daya bertambah besar dan daya
masuk motor juga bertambah.
Bila penambahan beban tiba-tiba itu melampaui
harga tertentu motor akan keluar dari keadaan
sinkron, tetapi bila penambahan tiba-tiba itu
masih dibawah harga tertentu, motor masih bias
kembali bekerja normal pada keadaan beban baru.
Harga tertentu tadi disebut limit kestabilan
(transients stability limit).
Sesuai dengan penjelasan diatas, persoalan
kestabilan pada sistem tenaga dibagi dalam tiga
bagian: kestabilan mantap (steady state stability),
kestabilan dinamik (dynamic stability), dan
kestabilan peralihan (transients stability).
85
Studi kestabilan mantap adalah studi yang
menentukan limit atas dari pembebanan mesin
sebelum mesin tersebut kehilangan keadaan
sinkron bila penambahan beban dilakukan secara
perlahan-lahan (gradually). Dalam keadaan
sebenarnya gangguan-gangguan (disturbances)
pada sistem tenaga terjadi terus menerus karena
beban itu sendiri berubah terus menerus dan juga
karena perubahan perputaran turbin dan lain-lain.
Tetapi perubahan ini biasanya kecil sekali
sehingga tidak sampai menyebabkan sistem
kehilangan keserempakannya. Jadi dalam keadaan
ini sistem itu disebut secara dinamis (dynamically
stable). Tetapi bila gangguan-gangguan itu cukup
besar dan amplitudo osilasi besar dan bertahan
lama (redaman tidak ada atau sangat kecil) maka
kestaqbilan yang demikian akan menimbulkan
ancaman yang berbahaya bagi sistem dan akan
menimbulkan operasi yang sangat sulit. Studi
kestabilan dinamik ini biasanya harus dilakukan
dalam waktu 5 sampai 10 detik dan kadang-
kadang sampai 30 detik. Oleh karena itu waktu
studi cukup lama, pengaruh-pengaruh governor
dan pengatur tegangan otomatik (AVR) biasanya
harus diikutsertakan.
Dalam studi kestabilan peralihan waktu yang
dipandang hanya kira-kira 1 detik, dengan
demikian cukup singkat sehingga pengaruh-
pengaruh dari governor dan AVR biasanya
diabaikan, karena dalam waktu singkat tersebut
kedua peralatan tersebut masih dapat dianggap
belum bekerja.
Hubung singkat merupakan gangguan yang paling
berbahaya. Selama hubung singkat, daya
generator-generator yang dekat dengan gangguan
86
akan berkurang secara mendadak, sedangkan
daya generator yang jauh dari titik gangguan tidak
begitu terpengaruh. Apakah sistem tetap stabil
setelah terjadi gangguan tidak hanya tergantung
dari type gangguan, lokasi gangguan dan
kecepatan pengisolasian gangguan (fault clearing).
B. Representasi Sistem
Dalam studi kestabilan peralihan sering diambil
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Generator sinkron dipresentasikan sebagai
reaktans (reaktans peralihan) terhubung seri
dengan tegangan konstan dibelakang reaktans
peralihan.
b. Torsi redaman diabaikan
c. Daya poros konstan
d. Momentum sudut (angular momentum) konstan
C. Persamaan Ayunan
Misalkan:
Ts torsi poros
Te torsi elektromagnetik
Ta torsi percepatan
Ps daya poros
Pe daya elektromagnetis
Pa daya percepatan
2 f Ts
M = momentum sudut atau angular momentum
H = Konstanta inersia
energi tersimpan ( Mega joule)
87
Energi tersimpan 1 I w 2 1 Mw
2 2
Momentum sudut M dan konstanta inersia H
dihubungkan dalam persamaan:
GH Mega joule det ik
M
150 f derajat
(6.1)
dimana G = daya nominal generator (MVA)
Ta Ts Te
Pa Ps Pe
Ta .w I w M
d 2
T II (6.2)
dt 2
d 2
= perceptatan sudut
dt 2
Dalam keadaan seimbang Ta 0 , tidak ada
percepatan atau terjadinya perlambatan. Karena
berubah-rubah terus menerus seiring dengan
waktu, maka dan w diukur terhadap sumbu
stationer.
Misalkan:
w1 t
w1 t
dimana w1 kecepatan sudut sinkron pada
keadaan normal. Turunan pertama dari
terhadap waktu
d d e
w1
dt dt
d 2 d 2
d t2 d t2
88
d 2
TI
d t2
d 2
I
d t2
Ta Ts Te (6.3)
Pa Ps Pe
d 2
M
dt
d 2
M (6.4)
d t2
89
Pemecahan langkah-demi langkah dapat
digunakan untuk sistem yang terdiri dari banyak
mesin. Dengan metode ini diperoleh hubungan
antara sudut daya () dan waktu (t).
Golongan kedua adalah metode modern dengan
menggunakan komputer. Metode-metode ini diberi
nama sesuai dengan model matematiknya dan
yang umum digunakan adalah :
1. Metode Euler
2. Metode Runge-Kutta
3. Metode Liapunov
Dalam buku ini hanya dibicarakan metode
golongan pertama.
90
maka
d 2
M 0
( 2
)2 Pa d
dt
dan
d 2
M 0
( 2
) w' Pa d (6.5)
dt
dimana,
o = sudut daya sesaat sebelum gangguan
w = perubahan kecepatan sudut terhadap
kecepatan sinkron.
M
Pa d 0
atau
M
(Ps Pm sin ) d 0
Pa d 0
(6.6)
m = sudut akhir.
Pe
Pa
As1
Ps 91
A1 = Energi
Percepatan
A2 = Energi
Perlambatan
P s d 0
Maka A1 + A2 = 0 atau A1 = - A2
inilah asal- usul dari nama kriteria sama luas
untuk kestabilan.
Pe
P
A1 = Energi
As1
Ps Percepatan
A2 = Energi
Perlambatan
0
Gambar (6.3)Lengkung m
daya terhadap sudut daya.
92
d 21 Pa 1 Ps 1 Pe 1
dt 2 M1 M1
dan
d 2 2 Pa 2 Ps 2 Pe 2
(6.7)
dt 2 M2 M2
M 1 M 2 dt 2 dt 2 M1 M 2
M 2 M 1 d d 2 1 M 2 Pa1 M 1 Pa 2 M 2 Pel M 1 Pea 2
2
M 1 M 2 dt 2 dt 2 M1 M 2 M1 M 2
atau
d 2
M Pa Ps Pe
dt 2
dimana :
M 2M1
M
M1 M 2
M 2 Ps1 H 1 Pe 2
Ps =
M1 M 2
M 2 Ps1 H 1 Pe 2
Pe = (6.8)
M1 M 2
93
F. Persamaan Daya Sudut Suatu Sistem
dengan n Generator
E1
E2 En
s
I1 I2 In
1 2 n
jaringan
94
Rumus umum :
n
Pn + JQn = En Y1k* E k*(n = 1,.., n)
k 1
(6.12)
E1 = E 1 / 1 ; E1* = E 1 / 1
E2 = E 2 / 2 ; E2* = E 2 / 2
En = E n / n ; En* = E n / n
Y11 = Y11 / 11 ; Y11* = Y11 / 11
Y12 = Y12 / n ; Y12* = Y12 / 11
...
Yik = Yik / ik ; Yik* = Yik / i k
P1 + Q1 = E 1 2 Y11 / 11 + E 1 E 2 Y12 / 1 2 12
+.+ E 1 E n Yi n / 1 n 12
n
F1 + JQ1 = E 1 E k Yik / 1 k ik
m 1
Rumus umum :
n
Pn + JQn = E n E k Ynk / n k nk
k `1
(6.13)
Dengan mengingat,
= cos + J sin
= cos - sin
maka,
95
P1 = E 1 2 Y11 cos 11+ E 1 E 2 Y12 cos (1-2-12)
+ .+ F1 E n Y11 cos (1-n-1n)
P2 = E 2 E 1 Y21 cos (2-1-21) + E 2 2 Y22 cos 22
+ .+ E 2 E n Y2 n cos (n-k-nk)
Rumus umum :
n
Pn = E n E k Yn k cos (n-k-nk)
k 1
Jadi persamaan daya sudut untuk 2 mesin :
Pe1 = E 1 2 Y11 cos 11 + E 1 E 2 Y12 cos (1-2-12)
Pe2 = E 1 E 2 Y12 cos (2-1-21) + E 2 2 Y22 cos 22
bila mesin 2 merupakan rel besar :
02 = 0
1 =
Pe1 = E 1 2 Y11 cos 11 + E 1 E 2 Y12 cos (-12)
Pe1 = Po +Pm sin (-); (= 12- 90o)
(6.14)
Jadi pada umumnya lengkung daya sudut itu
merupakan gfungsi yang digeserkan ke atas.
Gambar (6.5).
PM
Pc
0
90
012 012
96
Bila jala-jala itu aterdiri dari reaktansi yang
induktif saja :
11 = -90o
12 = -90o
Pe =
M1 M 2
E 1 E 2 Y12 {M 2 cos( M 12 ) M 1 ( 12 )
M1 M 2
(6.15)
dimana = 1 - 2
97
12 = 90o
Dengan : = 1 - 2
Jadi bila jala-jala itu hanya aterdiri dari reaktansi,
persamaan daya sudut dari dua mesin yang
terbatas besarnya tidak atergantung dari
konstanta inersia mesin-mesin itu.
98
Rel Besar
(Infinite bus)
99
E1 E 2
P= sin
X 12
Jadi r1, r2 dapat dinyatakan sebagai :
X 12 (sebelum gangguan)
r1=
X 12 (selama gangguan)
X 12 (sebelum gangguan)
r2=
X 12 (sesudah gangguan)
Untuk menentukan waktu kerja (setting)
rele perlu diketahui waktu atau sudut daya
di mana rele itu selambat-lambatnya harus
sudah bekerja supaya sistem itu tetap
stabil dinamakan sudut penentuan kritis,
. Untuk maencari c digunakan kriteria
sama luas.
P
Pe
Pe
Ps
0 0
100
Atau energi percepatan A1 harus lebih kecil
atau sama dengan energi perlambatan Ag,
dan untuk maemperoleh sudut pemutusan
kritis harus memenuhi syarat :
A1 = A g
Jadi
Ps ( o - 0) r1 Pm sin d
o
= r2 Pm sin d - Ps (m-o)
o
dan
(m-o) Ps - r2 Pm (cos c cos m)
r1 Pm (cos 0 cos c) = 0
tetapi, Ps = Pm sin o
Maka
(m-o) sin 0 = (r2 r1) cos c + r1 cos 0)
r2 cos m
atau
( m 0 sin 0 r1 cos 0 r2cos m
cos c =
r2 r1
(6.17)
Ps
dimana, sin 0 =
Pm
101
Ps
sin m = dan m > 90o
r2 Pm
Ps
m = - sin 1 ( )
r2 Pm
catatan : m , o dalam tanda kurung
persamaan (6.17) harus dalam radian.
Dengana kriteria sama-luas diperoleh
hanya sudut daya, sedang waktu tidak
diperoleh. Untuk memperoleh waktu t,
dipakai pemecahan langkah-demi-langkah.
102
J 0,16 J 0,16
J 0,24
J 0,16
J 0,28
A B
H=3 P H=
E A = 1,25 E B = 1,0
J 0,16 J 0,24 J 0,16
Rel Besar
BAB VII
PENGATURAN DAYA DAN
FREKUENSI DALAM SISTEM
TENAGA LISTRIK
Tujuan Umum:
103
Mahasiswa dapat memahami pengaturan daya
dan frekuensi pada sistem tenaga listrik
Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat menghitung daya frekuensi
pada sistem tenaga listrik
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung
arus hubung singkat.
Mahasiswa dapat memahami konsep pengaturan
kecepatan
Mahasiswa dapat menetukan karakteristik beban
dan penyimpanan energi
A. Pendahuluan
Daya dan frekuensi pada sistem tenaga listrik
sangat erat hubungannya satu sama lain. Bila
dimisalkan bahwa semua alat-alat pengatur dari
penggerak mula yag menggerakkan generator
ditahan tetap pada posisinya, jadi tidak bekerja,
maka bila ada perubahan beban frekwensi juga
akan berubah. Misalnya, bhila beban bertambah
dan semua alat-alat pengatur daya dari penggerak
mua tidak bekerja, maka mesin itu akan
diperlambat sampai terjadi karena penurunan
frekwensi dan penurunan tegangan. Perlambatan
mesin akan terus berlangsung sampai dicapai
keseimbangan yang baru yaitu bila beban yang
tinggal sama dengan daya mesin.
Operasi yang demikian jelas sangat buruk dan
tidak bisa diterima. Oleh karena itu tiap-tiap
pergerakan mula selalu dilengkapi dengan
pengatur daya dan frekuensi. Jadi bila pengatur
daya ini akan bekerja sehingga memperoleh
keseimbangan antara daya mesin dan beban.
104
Jadi tuuan dari pengaturan daya frekwensi dalam
sistem tenaga adalah menjaga frekwensi yang
konstan bila ada perubahan beban.
Untuk menjaga frekwensi konstan dlakukan
dengan mengatur pembukaan katup-katup
pengatur (control valves) bahan bakar (atau air
untuk turbin) dari penggerak mua. Semua
penggerak mua : diesel, turbin-turbin uap, gas,
dan air selalu dilengkapi dengan pengatur
perputaran (speed governor. Governor inilah alat
utama untuk mengatur daya dan frekuensi.
Daya watt disamping tergantung pada frekuensi
juga tergantung pada ategangan, tetapi pengaruh
dari yang terakhir ini kecil. Aterutama untuk
sistem tegangan tinggi. Untuk sistem transmisi
tegangan tinggi tahanan R jauh lebih kecil dari
rekasi X sehingga sudutnya mendekati 900.
Dengan demikian persaman daya watt dan daya
VAR dapat ditulis sebagai :
V1 V2
P= sin
X
2
V1 V2 V2
Q= cos (7.1)
X X
Karena pada umumnya nilai sudut kecil, maka
Sin (7.2)
Cos
Jadi [ersamaan (7.1) dapat ditulis,
V1 V2
P= (7.3)
X
2
V1 V2 V2
Q=
X X
Atau
105
V2
Q= ( V1 V2 )
X
Atau
V2
Q= V (7.4)
X
Dari persamaan (7.3) dapat dilihat bahwa aliran
daya aktif (watt) hanya tergantung dari selisih
sudutdaua selama ategangan-tegangan
dipertahankan konstan, dan aliran daya reaktif
(var) hanya atergantung dari selisih ategangan V.
oleh karena itu kedua persoalan ini secara
perdekatan dapat dibahan terpisah.
106
tekanan tingi akan masuk di bawah piston
servomotor . Katup utama akan terangkat da uap
atau air akan lebih banyak masuk turbin sehingga
perputaran akan naik.
Jika titik 2 tetap dana tidak dihubungkan dengan
katup utama V (Viston), katup ini akan menutup
hanya pada satu posisi dari titik . Jadi hanya
pada satu perputaran atertentu. Jadi dalam hal ini
perputaran akan atetap kembali ke n setiap ada
[perubahan beban turbin. Hal ii aterjadi karena
katup v akantetap terbuka setelah perubahan
beban sampai katup utama mengembalikan titik
.
Kepada kedudukan semula, yaitu dengan
kembalinya perputaran pada harga ng. kejadian ini
akan menghasilkan karakteristik beban
perputaran yangdisebut Imnecronous. Seperti
karakteristik 1 pada gambar 7.2.
Sebaliknya bila titik 2 diperoleh dengan piston
utama, seperti pada gambar turbin. Pada saatu
posisi dari titik yagberada di bawah posisi yang
menhagsilkan perputaran n. oleh karena itu,
keadaan seimbang akan dipulihkan setelah
penambahan beban turbin pada perputaran yang
loebih rendah dari perlutaran beban nol n.
meskipun demikian akan mempunyai karakteristik
menurun (drooping characteristic). Daya yang
diberika turbin, secara pendekatan adalah
perbadingan lurus dengan pembukaan x2 dari
katup utama V. jadi :
Pr
P= x2 (7.5)
dv
107
dv = pembukaan katup utama ketika daya turbin
sama dengan P, yaitu daya nominal turbin. Posisi
x sebanding dengan bahan kedepatan atau
rekwensi, jadi:
X = k (ng N ) = k (w - w) (7.6)
K dan k adalah konstanta-konstanta. Dalam
keadaan mantap dengan katup bantu tertutup
hubungan x dan x2 adalah sebagai barikut :
x 1
= c
x2 12
c = konstanta
maka,
c.d v .P
N = N - N =
k .pr
persamaan terakhir ini adalah persamaan untuk
kurva 2 pada gambar 7.2 pangaturan kecepatan
keadaan mantap atau steady state sopeed doop
didefinisikan sebagai :
N N c.d v .P
R=
Nr Nr .k .pr
Dua macam pengaturan karakterisktik
pembangkitan yaitu :
1. DroopR, dapat diatur dengan mengubah c
yaitu perbandingan panjang bagian-bagian
pembangkit sehingga kurva perubah, misalnya
kurva 2 berubah menjadi kurva 2, pada
gambar 7.2 ini jarang dilakukan dan hanya
dapat dilakukan bila mesin telah dingin.
2. Kecepatan tak berbeban. N, dapat diatur
dengan mengubah ketegangan pegas S. maka
108
karakteristik dapat digeser sejajar, misalnya
kurva 2 berubah menjadai 2 pada gambar 7.2
Pers. (5.5) dan 7.6) tidak 100% benar,
karena karakteristik mesin yang sesungguhnya
tidaklah lesulur kurva 2 pada gambar Turbin-
turbin hidrolik yang mempunyai karakteristik
seperti kurva 4 pada gambar 7.2 dan turbin uap
yang mempunyai banyak katup kontrol
mempunyai karakteristik dari kurva 3 ini
menunjukkan satu katup kontrol. Kurva dapat
dibuat lebih halus dengan membuka katup
sedemikian rupa sehingga terjadi tumpang tindih
(over Lapping).
109
biasanya karakteristik pembangkitan berada
dalam jalur 1 s/d 3,5% kapasitas per 0,1 Hz.
2. Karakteristik beban. KL
Umumnya bila frekuensi turun beban efektif
akan turun dan sebaliknya bila frekuensi naik
beban efektif akan naik. Untuk mengetahui
karakteristik beban bantu daerah, biasanya
dilakukan tripping test sebab beban suatu
daerah sukar sekali diketahui susunannya.
Dari percobaan-percobaan ternyata
karakteristik beban adalah linear aterhadap
frekuensi, dan seperti karakteristik pembangkit
dinyatakan dalam KW per 0,1 Hz, dan diberi
notasi KL
3. Karakteristik Gabungan
Karakteristik gabungan adalah gabungan
antara karakteristik pembangkit dengan
karakteristik beban merupakan pengurangan
secara aljabar, biasa disebut sebagai
karakteristik frequency-frequency ditulis
sebagai :
K = KG - KL
Bila frekuensi turun, maka
pembangkitanbertambah sedang beban
berkurang, maka ada kelebihan daya. Jadi
karakteristik gabungan ini menyatakan besar
kale bihan daya bila frekuensi turun. Atau
menytakan besar kekurangan daya bial
frekuensi naik.
Dengan diketahuinya karakterisik gabungan
ini maka dapat ditentukan besarnya
penambahan/pengurangan pembangkitan yang
diperlukanuntuk mengembalikan frekuensi ke
110
harga nominalnya bila terjadi penyimangan
frekuensi seperti terlihat pada gambar (7.1)
G G L
C
f
I0 L
fo G
C
f1 I1
L L G
Go G1 GL
Gambar (7.1) Penyimpanan energi
111
G1 = G0 = K (f1 f0)
Bila G dalam MW, K dakan MW/0, 1Hz, f dalam
Hz, maka :
G1 = G0 = K (f1 f0). 10 (7.7)
112
mesin membalikkan dengan konstanta inersia
ini
= 2 s/d G KWd/KVA untuk unit-unit hidro.
= 5 s/d KWd/KVA untuk unit-unit uap.
Dimana KWD = Kilo-watt-detik
Contoh 7.1
Misalkan konstanta inersi gabungan suatu sistem
0 KWd/KVA, maka energi kinetik pada frekuensi
nominal untuk kapasitas daerah sebesar 5.000
KVA adalah :
E0 = 0.000 KVA x 6 KWd/KVA = 30.000 KWD.
Bila pada keadaan ini terjadi penambahan beban
tiba-tiba sebesar 25 MW yangdapat diatasi dengan
mengambil sebagian :
E 25 MW x M dt = 100 KWd
E 2 f E 0 / Fq
Energi kinetik harus dinaikkan sebesar 150 MWd
sebesar gangguan. Untuk mengembalikan
frekuensi ke harga nominalnya.
113
3).PengaturanSuplementer (Supplementary
Regulation)
Untuk mengembalikan frekuensi ke harga
niminalnya, karakteristik pembangkitan pada
Gbr. 7.3 perlu digeser menjadi GG sehingga
dicapai titik keseimbangan harga pada titik I2
pada mada frekuensi nominal diperoleh.
Penggeseran ini dilakukan dengan menggeser
titik 0.
114
115