Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH JURNAL

ANALISIS PENGARUH JENIS KONTAMINAN TERHADAP ARUS BOCOR DAN


THD (Total Harmonic Distortion) PADA ISOLATOR POLIMER RESIN EPOKSI 20
KV DENGAN VARIASI TEGANGAN UJI

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Rizky Apriansyah (21060120140183)


Muhammad Azka Nasrullah (21060119140168)
Dharmawan Bincha Yomi (21060120120013)
Putri Nova Amalia (21060120120008)
Muhammad Fatih Nurhadi (21060120130128)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
Judul Analisis Pengaruh Jenis Kontaminan terhadap Arus Bocor dan
THD (Total Harmonic Distortion) pada Isolator Polimer Resin
Epoksi 20 KV dengan Variasi Tegangan Uji
Nama Penulis Eddy Darmawan, Hermawan, dan Abdul Syakur
Nama Jurnal Transient
Volume dan Halaman VOL.4, NO. 3,
Tahun September 2015
Tanggal 24 November 2022
Link Download https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/
10007

1. Latar Belakang
Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi sangat
diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian kontaminasi pada isolator polimer dengan material
resin epoksi mengenai arus bocor. Pada penelitian ini dibahas mengenai arus bocor dilakukan
pada isolator polimer resin epoksi pengisi silica dalam kondisi tidak baru atau bekas.
Penelitian ini difokuskan pada besar sudut kontak, arus bocor, tipe sirip isolator, pengaruh
kontaminan terhadap timbulnya arus bocor, nilai konduktivitas dari kontaminan terhadap arus
bocor, dan karakterisitik harmonik permukaan isolator pada kondisi kering dan basah.

2. Dasar Teori
2.1 Isolator
Isolator adalah alat yang berfungsi sebagai isolasi dan pemegang mekanis dari perlengkapan
atau penghantar yang dikenai beda potensial. Jika isolator gagal dalam kegunaannya sebagai
pemisah antara saluran maupun saluran dengan pentanahan maka penyaluran energi tersebut akan
gagal atau tidak optimal. Pengaruh keadaaan udara sekitar dan polutan yang menempel pada
permukaan yang menyebabkan permukaan isolator bersifat konduktif. Dalam menetukan sebuah
isolator yang akan dibuat serta bagaimana unjuk kerjanya dalam melayani suatu sistem tenaga
listrik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu, sifat-sifat kandungan
material dengan bahan dasar untuk membuat isolator kemampuannya pada cuaca buruk, keadaan
saat terkontaminasi serta pertimbangan masalah biaya produksi (Arismunandar 2001).
2.2 Isolasi Polimer
Polimer (poly = banyak, meros = bagian) adalah molekul raksasa biasanya memiliki bobot
molekul tinggi dan dibangun dari pengulangan unit-unit. Molekul sederhana yang membentuk
unit-unit ulangan ini dinamakan monomer. Polimer digolongkan menjadi dua macam, yaitu
polimer alam seperti pati, selulosa, sutra, dan polimer sintetik seperti polimer vinil. Polimer
sangat penting karena dapat menunjang tersedianya pangan, sandang, transportasi dan
komunikasi (serat optik).
Polimer merupakan nama teknik untuk plastik, yaitu molekul besar atau makro molekul
terdiri dari satuan yang berulang-ulang. Polimer ini telah mengambil peran teknologi yang
penting. Hal ini dikarenakan sifat ringan, mudah dibentuk (walaupun rencana desain sangat
rumit) serta memiliki sifat-sifat yang diinginkan dengan energi dan kerja minimum. Bahan plastik
mengalami pengembangan dan penggunaan yang luas. Karena plastik mudah dalam proses
pengerjaan, seringkali bahan tersebut digunakan oleh ahli desain tanpa mengindahkan
karakteristik dan batasan yang mendalam. Bahan polimer secara garis besar dapat digolongkan
menjadi 2 bagian yaitu :
1. Polimer termoplastik / Resin termoplastik
Berstruktur molekuler linier dan dapat diinjeksikan kedalam cetakan selagi panas karena
polimer termoplastik menjadi lunak pada suhu yang tinggi. Pada proses pembentukan tidak
terjadi polimerisasi lagi.
2. Polimer termoset / Resin termoset
Polimer ini tidak menjadi lunak bila dipanaskan dan tetap kaku. Agar dapat mencetak
polimer termoset ini, perlu mulai dengan campuran yang terpolimerisasi sebagian dan
pengubahan bentuk dibawah pengaruh tekanan. Bila didiamkan pada suhu sekitar 200ºC-300ºC,
polimerisasi sempurna dan terbentuklah struktur tiga dimensi yang lebih kaku. Hal ini disebut
endapan setting thermal. Sekali terbentuk, produk dapat dikeluarkan dari cetakan tanpa
menunggu pendingin lebih lanjut.

2.3 Arus Bocor


Arus bocor adalah arus yang mengalir dari rangkaian DC atau AC dalam suatu peralatan
ke ground. Jika peralatan tidak dirangkai dengan benar, arus mengalir melalui jalur lain
seperti tubuh manusia. Ini mungkin juga terjadi jika tanah tidak kompeten atau terganggu
secara tidak sengaja atau sengaja. Arus bocor dalam peralatan mengalir ketika terjadi
hubungan listrik yang tidak disengaja antara arde dan bagian atau konduktor yang berenergi.
Tanah dapat menjadi titik referensi tegangan nol, atau bumi. Idealnya, arus bocor dari unit
catu daya harus mengalir melalui sambungan arde dan masuk ke instalasi arde. Kekurangan
bahan penyusun elemen seperti kapasitor dan semikonduktor adalah penyebab utama arus
bocor. Ini menghasilkan arus kecil yang bocor atau mengalir melalui dielektrik, dalam kasus
kapasitor. Pengukuran ini dilakukan selama uji keamanan kelistrikan suatu perangkat. Arus
yang mengalir melalui konduktor pelindung atau bagian logam di bumi diukur.

2.4 THD (Total Harmonic Distortion)


THD atau total harmonic distortion adalah nilai persentase antara besaran harmonik
berbanding dengan besaran fundamental. Dengan kata lain, THD adalah suatu cara
kuantifikasi besarnya distorsi harmonik terhadap sistem distribusi. Ada 2 jenis THD: THDI
(THD arus) dan THDV (THD tegangan). Sesuai dengan penamaannya, THDI merupakan
kuantifikasi distorsi harmonik terhadap arus sedangkan THDV terhadap tegangan. THD juga
digunakan sebagai standar untuk menentukan batas atas distorsi harmonik pada sistem
distribusi. Menurut IEEE. 519-2014, batas atas THDV adalah 8% dengan catatan tiap ordo
harmonik masing-masing tidak melebihi 5%.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian pada jurnal ini adalah menggunakan beberapa parameter pengukuran
dengan menggunakan peralatan pengujian sudut kontak dan menggunakan peralatan
pengujian arus bocor.

4. Hasil dan Pembahasan


Sudut kontak merupakan sudut yang dibentuk antara permukaan bahan uji dengan air
destilasi yang diteteskan pada permukaan bahan uji. Tujuan dari pengukuran sudut kontak
pada bahan isolator adalah untuk mengetahui sifat permukaan bahan, apakah hidrofobik atau
hidrofilik. Sifat hidrofobik berguna isolasi pasangan luar karena dalam keadaan basah atau
lembab tidak akan terbentuk lapisan air yang kontinu pada permukaan isolator sehingga
permukaan isolator memiliki konduktivitas yang rendah dan mengakibatkan arus bocor
sangat kecil.
Gambar 1 Sudut kontak tetesan cairan pada permukaan isolator

Hasil pengukuran sudut kontak isolator Resin Epoksi Silika Tipe Sirip BKB
menggunakan polutan pantai menunjukkan hasil sudut kontak sebesar 90,10º sehingga
isolator bersifat hidrofobik (menolak air). Hasil pengukuran sudut kontak isolator Resin
Epoksi Silika Tipe Sirip BKB menggunakan polutan Aquades DM menunjukkan hasil sudut
kontak sebesar 87,325º sehingga isolator bersifat partially wetted (basah sebagian). Hasil
pengukuran sudut kontak isolator Resin Epoksi Silika Tipe Sirip BKB menggunakan polutan
industri menunjukkan hasil sudut kontak sebesar 90,58º sehingga isolator bersifat hidrofobik
(menolak air). Hasil pengukuran sudut kontak isolator Resin Epoksi Silika Tipe Sirip BKB
menggunakan polutan air hujan menunjukkan hasil sudut kontak sebesar 86,52º sehingga
isolator bersifat partially wetted (basah sebagian).
Hasil pegukuran arus bocor bahan Isolator Polimer Resin Epoksi Silika 20 kV
menunjukkan nilai bahwa semakin besar tegangan uji yang diterapkan pada isolator, maka
arus bocor yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan ketika tegangan yang
diterapkan pada bahan isolator meningkat, pelepasan muatan yang terjadi pada permukaan
isolator akan semakin besar. Nilai arus bocor rata-rata pada isolator dengan bentuk sirip tipe
BKP lebih besar daripada nilai arus bocor rata-rata isolator dengan bentuk sirip BBB. Hal ini
dikarenakan jarak lintasan isolator pada bentuk sirip tipe BKB lebih pendek sehingga
resistansi permukaan isolator yang dilalui arus bocor lebih kecil dibandingkan dengan tipe
sirip BBB. Dapat disimpulkan bahwa semakin panjang jarak lintasan/rayap dan semakin
besar luas penampang isolator maka nilai arus bocor yang dihasilkan akan semakin kecil.
Gambar 2 Grafik hubungan tegangan dan %THD rata-rata pada Isolator polimer resin epoksi silika kondisi
kering

Hasil bentuk gelombang dan nilai THD arus bocor permukaan isolator Resin Epoksi
pada kondisi kering adalah jika semakin besar nilai tegangan yang diberikan, maka nilai
%THD juga akan semakin besar, tetapi untuk nilai THD pada tegangan 14 kV dan 15 kV tipe
sirip BBB lebih rendah dibandingkan dengan tipe sirip BKB karena adanya arus bocor sesaat
pada permukaan isolator, peluahan parsial yang semakin tinggi serta adanya perbedaan beda
potensial terhadap kedua jenis isolator. Nilai THD rata-rata untuk tipe sirip BBB kondisi
kering yaitu 33,3 % sedangkan untuk tipe sirip BKB adalah 30,9 %. Hal tersebut sesuai
dengan teori dimana nilai THD rata-rata keseluruhan tipe sirip BBB lebih besar dari tipe
BKB.

Gambar 3 Grafik hubungan tegangan dan %THD rata-rata pada Isolator polimer resin epoksi silika
kondisi terkontaminasi AquadesDM

Hasil bentuk gelombang dan nilai THD arus bocor permukaan isolator Resin Epoksi
pada kondisi basah menggunakan polutan AquadesDM adalah untuk kedua tipe sirip BBB
ataupun BKB yaitu semakin besar nilai tegangan maka nilai THD juga semakin besar, tetapi
untuk THD pada tegangan 14 kV tipe sirip BBB lebih rendah dibandingkan dengan tipe sirip
BKB. Nilai rata-rata THD untuk tipe sirip BBB adalah 31,438 % sedangkan untuk tipe sirip
BKB yaitu 30,322 %. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana nilai THD rata-rata
keseluruhan tipe sirip BBB lebih besar dari tipe BKB.
Gambar 4 Grafik hubungan tegangan dan %THD rata-rata pada Isolator polimer resin epoksi silika
kondisi terkontaminasi air hujan

Hasil bentuk gelombang dan nilai THD arus bocor permukaan isolator Resin Epoksi
pada kondisi basah menggunakan polutan air hujan adalah untuk kedua tipe sirip BBB
ataupun BKB yaitu semakin besar nilai tegangan maka nilai THD juga semakin besar, tetapi
untuk nilai THD tidak konstan dan simetris. Nilai rata-rata THD untuk tipe sirip BBB adalah
30,7 % sedangkan untuk tipe sirip BKB yaitu 20,5 %. Hal tersebut sesuai dengan teori
dimana nilai THD rata-rata keseluruhan tipe sirip BBB lebih besar dari tipe BKB.

Gambar 5 Grafik hubungan tegangan dan %THD rata-rata pada Isolator polimer resin epoksi
silika kondisi terkontaminasi industri

Hasil bentuk gelombang dan nilai THD arus bocor permukaan isolator Resin Epoksi
pada kondisi basah menggunakan polutan industri adalah untuk kedua tipe sirip BBB ataupun
BKB yaitu semakin besar nilai tegangan maka nilai THD juga semakin besar, tetapi untuk
nilai THD tidak konstan dan simetris. Nilai rata-rata THD untuk tipe sirip BBB adalah 29,781
% sedangkan untuk tipe sirip BKB yaitu 21,7 %. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana
nilai THD rata-rata keseluruhan tipe sirip BBB lebih besar dari tipe BKB.
Gambar 6 Grafik hubungan tegangan dan %THD rata-rata pada Isolator polimer resin epoksi silika kondisi
terkontaminasi pantai

Hasil bentuk gelombang dan nilai THD arus bocor permukaan isolator Resin Epoksi
pada kondisi basah menggunakan polutan pantai adalah untuk kedua tipe sirip BBB ataupun
BKB yaitu semakin besar nilai tegangan maka nilai THD juga semakin besar, tetapi untuk
nilai THD tidak konstan dan simetris. Nilai rata-rata THD untuk tipe sirip BBB adalah 29,5
% sedangkan untuk tipe sirip BKB yaitu 23,068 %. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana
nilai THD rata-rata keseluruhan tipe sirip BBB lebih besar dari tipe BKB.
Pengaruh polutan terhadap nilai THD yaitu pada saat awal penyemprotan aliran
kontaminan mulai membasahi sebagian permukaan isolator secara acak sehingga membentuk
jalur konduksi yang tidak kontinu berupa droplet. Peristiwa pembasahan permukaan material
isolator yang berkelanjutan meningkatkan densitas droplet sehingga menurunkan jarak antar
droplet. Dengan bertambahnya jumlah kontaminan pada permukaan isolator, maka
permukaan isolator yang bersifat hidrofobik akan berkurang dan menjadi bersifat hidrofilik.

Berdasarkan hasil pengukuran sudut kontakpada beberapa kondisi, dapat disimpulkan


bahwa kualitas permukaan isolator polimer resin epoksi yang digunakan masih tergolong
hidrofobik atau mempunyai kualitas yang baik terhadap menempelnya partikel / molekul
kontaminan di permukaan isolator bedasarkan dengan aturan STRI Guide 1 92/1.

5. Kesimpulan
Polutan Industri (Semen Gresik), Pantai/ Air Laut (Parangtritis), Air Hujan dan
AquadesDM sangat berpengaruh dalam unjuk kerja arus bocor pada sampel isolator. Hal ini
disebabkan oleh adanya polutan garam yang mempunyai konduktivitas lebih tinggi
(3100μS/cm) untuk industri, (1375) untuk pantai dibandingkan aquadesDM (54,80μS/cm)
dan air hujan (15,10 μS/cm). Pembasahan secara terus menerus oleh polutan pada permukaan
isolator menyebabkan terjadinya busur api yang lama kelamaan dapat menyebabkan
terbentuknya jalur karbon. Nilai sudut kontak sendiri pada polutan aquadesDM diperoleh
sudut kontak rata-rata 87,51º, polutan industri sudut kontak rata-rata 90,58º, polutan pantai
sudut kontak rata-rata 90,10º, dan polutan air hujan diperoleh sudut kontak ratarata 86,52º.
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan aturan STRI Guide 1 92/1 kualitas
permukaan isolator polimer resin epoksi yang digunakan masih tergolong hidrofobik atau
memiliki kualitas yang baik terhadap menempelnya partikel/ molekul kontaminan di
permukaan isolator.

6. Daftar Pustaka
[1] Admin, 2021, Pentingnya Pengukuran Arus Kebocoran, CV Japa Solusi Teknik.
[2] Amin, Muhammad, Salman Amin, dan Muhammad Ali,, Monitoring Of Leakage
Current For Composite Insulator And Electrical Devices, UET Taxilla,
Pakistan.,2007.
[3] Anggraini, Ika Novia., “Pengaruh Komposisi Bahan Isolasi Resin Epoksi dengan
Bahan Pengisi Silicone Rubber terhadap Proses Tracking dan Erosi”, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010.
[4] Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001
[5] Berahim, Hamzah, Metodologi untuk Mengkaji Kinerja Isolasi Polimer Resin Epoksi
Silane Sebagai Material Isolator Tegangan Tinggi di Daerah Tropis, Disertasi S-3
Fakultas Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005.
[6] Dissado, L.A., Fothergill J.C., Electrical Degradation and Breakdown in Polymers,
Peter Peregrinus Ltd, London, 1992.
[7] Guror, Ravi S., E.A. Cherney dan J.T Burnham, Outdoor Insulators, USA, 1999.
[8] Haryono, T, CH. Sri Kristiningsih, “Pengaruh Suhu Terhadap Kinerja Material Isolasi
Epoksi Resin Dalam Kondisi Bersih”, Seminar Nasional & Workshop Tegangan
Tinggi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2002.
[9] Heri, Johanadib., Yuningtyastuti., Abdul Syakur., 2012, Studi Arus Bocor Permukaan
Bahan Isolasi Resin Epoksi Silane Dengan Variasi Pengisi Pasir Silika (Dengan
Polutan Pantai), TRANSMISI, 14 (1), 2012, 20-37.
[10] IEEE, Apa itu THD?, Jakarta.
[11] Nasrat L.S., Hamed A.F., Hamid M.A., and Mansour S.H, 2013, Study the flashover
voltage for outdoor polymer insulators under desert climatic conditions, Egyptian
Journal of Petroleum (2013) 22, 1-8.
[12] SPLN 10-3B 1993.
[13] Sudirman S. dan Sri Kurniati A., Pengujian Arus Bocor Isolator 20 kv Berbahan
Polimer Epoxy Resin dengan Mempertimbangkan Tekanan dan Kelembaban, Seminar
Nasional Sains dan Teknik, Undama, Nusa Tenggara Timur, 2012.
[14] Sulistyanto, Dwi Aji., Analisis Arus Bocor dan Tegangan Flashover pada Isolator
Suspensi 20 KV 3 Sirip dengan 4 Tipe Sirip Berbahan Polimer Resin Epoksi Silane
Silika, Skripsi, Universitas Diponegoro,Semarang, 2014.
[15] Susilawati, Dyah Ika, Analisa Arus Bocor Permukaan Sampel Bahan Isolasi resin
Epoksi Silane Menggunakan Metode Pengukuran Inclined-Plane tracking Dengan
Polutan Pantai Parangtritis, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010.
[16] Suwarno, Diagnostics of Outdoor Insulators using Leakage current waveorm
parameters, 2005, Departement of Electrical Engineering, Bandung Institute of
Technology.
[17] Syakur, Abdul, Teori dan Hasil Eksperimen Partial Discharge Pada Bahan isolasi,
BP UNDIP, Semarang, 2009.
[18] Syakur, Abdul., Hamzah Berahim., Tumiran., Rochmadi., 2013, Electrical Tracking
Formation on Silane Epoxy Resin under Various Contaminants,Telkomnika, Vol 11,
No.1 March 2013, pp. 17-28.
[19] Syakur, Abdul., Hermawan., Sarjiya., Hamzah Berahim., 2009, Analisis Sifat
Hidrofobik Permukaan HDPE Berdasarkan Nilai Total Harmonic Distortion,
TELKOMNIKA Vol. 7, No. 2.
[20] Syakur, Abdul., Yuningtyastuti., M. Ervan Dwi Setiaji., Agung Aprianto., 2012,
Unjuk Kerja Isolator 20 KV Bahan Resin Epoksi Silane Silika Kondisi Basah dan
Kering, TRANSMISI, 14 (2), 2012, 68-72
[21] Tobing, Bonggas L, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta, 2003.
[22] Wahyun, 1999, Studi Pelapisan Isolator Keramik 20 KV dengan Lapisan Senyawa
Silikon untuk Menngatasi Masalah akibat Kontaminasi, Prosiding Pertemuan Ilmiah
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan ’99, Serpong 20 – 21 Oktober 1991.

Anda mungkin juga menyukai