Isolator jenis pasak dapat dipergunakan sampai 80 kV. Desain isolator pasak yang terdiri dari
beberapa bagian dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
Gambar 2.2
Isolator pasak terdiri dari dua bagian
2.2 Isolator Piring (Suspension Insulator)
Untuk tegangan saluran yang tinggi, isolator pasak yang dibutuhkan menjadi lebih berat, desainnya
rumit dan harganya mahal. Penggantian isolator yang rusak mahal, oleh karenanya isolator pasak menjadi
tidak ekonomis bila digunakan pada sistem tegangan yang tinggi.
Pada sistem saluran udara tegangan tinggi, jenis isolator yang banyak dipergunakan adalah isolator
piring. Sejumlah isolator piring dihubung-hubungkan secara seri dengan mempergunakan sambungan
logam, membentuk satu rentengan. Sedangkan penghantar saluran dipegang oleh isolator yang terbawah.
Keuntungan-keuntungan mempergunakan isolator piring adalah:
1. Tiap isolator piring dirancang untuk tegangan yang tidak terlalu tinggi, jadi dengan menghubungkan
sejumlah isolator, dapat dirancang suatu rentengan isolator sesuai dengan kebutuhan
2. Jika salah satu atau beberapa isolator dalam rentengan rusak, dapat dilakukan penggantian dengan
mudah dan biaya murah
3. Rentengan isolator bersifat lentur, hal ini dapat mengurangi pengaruh tarikan mekanis.
4. Jika rentengan isolator dipasang pada menara baja, pengarub petir pada penghantar akan berkurang
karena letak kawat penghantar lebih rendah daripada palang (cross arm) yang diketanahkan
5. Jika beban mekanisnya naik, misalnya karena tegangan saluran transmisi ditinggikan, dapat
dipergunakan saluran ganda atau menambah jumlah isolator dalam rentengan
Sebuah isolator piring terdiri dari sebuah pirigan porselin atau gelas yang bagian bawahnya
berlekuk-lekuk untuk memperbesar jarak rayap. Pada bagian atas piringan disemenkan sebuah tutup (cap)
yang terbuat dari besi cor yang telah digalvanisasikan, sedangkan pada rongga bagian bawah disemenkan
sebuah pasak baja yang telah digalvanisasikan.
Isolator piring dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cara menghubung-
hubungkan tiap isolator. Saat ini jenis isolator piring yang banyak dipergunakan adalah jenis
Clevis dan jenis Ball and Socket, seperti terlihat pada gambar 2.3.
(i) (ii)
Gambar 2.3
(i) Isolator piring jenis Clevis
(ii) Isolator piring jenis Ball and Socket
2.3 Isolator Batang Panjang (Long-rod Insulator)
Isolator batang panjang berbentuk seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4
Isolator batang panjang
Isolator jenis ini terdiri atas silinder porselin dengan kerutan-kerutan dan ujung-ujungnya
diperkuat dengan dua tutup logam yang disemenkan. Diameter silinder porselin dipilih menurut
kekuatan mekanis yang dibutuhkan, kuat tariknya sekitar 130-140 kg/cm2.
Pemakaian isolator batang panjang menghemat logam jika dibandingkan dengan isolator
rentengan isolator piring, juga lebih ringan. Oleh karena isolator batang panjang mempunyai
rusuk yang sederhana, maka kotoran yang melekat pada permukaan isolator mudah dicuci oleh
hujan, sehingga isolator jenis ini sesuai untuk daerah-daerah yang berpolusi.
Kekurangan utama dari isolator panjang adalah adanya kemungkinan timbulnya
kerusakan yang menyeluruh oleh busur api atau oleh adanya pukulan mekanis dari luar. Dalam
kasus seperti ini, isolator piring tidak akan rusak seluruhnya, bahkan adanya keretakan-keretakan
pada isolator tidak akan membuat isolator jatuh berkeping-keping, rentengan isolator masih dapat
menahan beban mekanis untuk jangka waktu yang agak lama (meskipun isolator sudah rusak
secara listrik).
2.4 Isolator Pos Saluran (Line Post Insulator)
Isolator jenis ini terbuat dari porselin yang bagian bawahnya diberi tutup (cap) besi cor
yang disemenkan pada porselin serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini
dipakai sendiri (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka isolator pos
saluarantidak dibuat dalam ukuran yang besar. Konstruksi isolator pos saluran terlihat pada
gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.6
Isolator pos pin
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator pos pin, antara lain:
1. Bebas dari cacat, karena semen dan tangkai besi (metal flange) dipasang di sisi luar porselin, sehingga
tidak menyebabkan pemuaian.
2. Bebas dari kerusakan akibat lewat-denyar (puncture), kuat medan listrik pada isolator pos pin seragam
dan lebih rendah dibandingkan dengan isolator pasak (pin type insulator). Oleh karena badan
isolatornya tidak bocor, maka lewat-denyar yang terjadi di luar porselin meskipun terjadi tegangan
impuls secara tiba-tiba. Demikian pula pada inti isolator, terbebas dari puncture..
3. Mempunyai sifat antikontaminasi yang baik, isolator pos pin mempunyai sifat antikontaminasi yang
baik dibandingkan isolator jenis lain, karena:
mempunyai jarak rayap (creepage distance) yang terlindungi besar hingga 50% dari total jarak
rayap.
mempunyai bentuk profil yang baik, karena mampu meneteskan kontaminan dari tubuhnya
memepunyai jarak celah udara (air gap) yang besar antara bagian dalam sirip dengan permukaan
isolator, sehingga dapat menghindari terjadinya jembatan air yang terkontaminasi.
4. Tahan terhahap busur api, arus berupa busur api yang mengalir akibat
lewat denyar akibat polusi dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan
isolator. Isolator pos pin bersifat mampu menahan busur api hingga circuit
breaker memutus aliran daya
3 Karakteristik Isolator
3.1 Karakteristik Elektrik
Isolator terdiri dari bahan isolasi yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian,
maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Karena kapasitansi ini, maka distribusi tegangan
pada sebuah rentengan isolator menjadi tidak seragam. Potensial pada ujung yang terkena
tegangan (ujung yang memegang kawat penghantar) adalah paling besar.
Karakteristik elektrik suatu isolator dinilai dari tegangan lewat-denyar yang terdiri dari tegangan-
tegangan lewat-denyar frekuensi rendah, impuls dan tembus merusak (puncture).
Tegangan lewat-denyar frekuensi rendah kering (dry power frequency flashover voltage) adalah
tegangan lewat-denyar yang terjadi bila tegangan diterapkan di antara kedua elektroda isolator yang
bersih dan kering permukaannya, nilainya konstan serta merupakan nilai dasar dari karakteristik
isolator.
Tegangan lewat-denyar frekuensi rendah basah (wet power frequency flashover voltage) adalah
tegangan lewat-denyar yang terjadi bila tegangan diterapkan di antara dua elektroda isolator yang
basah karena hujan atau sengaja dibasahi.
Tegangan lewat-denyar impuls (impuls flashover voltage) adalah tegangan lewat-denyar yang terjadi
bila tegangan impuls dengan gelombang standar diterapkan. Menurut standar IEC besarnya gelombang
impuls standar adalah 1,2 x 50ms. Karakteristik impuls terbagi atas polaritas positif dan negatif.
Biasanya, tegangan dengan polaritas positif yang dipakai (memberikan nilai lewat-denyar lebih
rendah). Untuk polaritas positif, tegangan lewat-denyar badah dan kering sama.
Tegangan tembus (puncture) merupakan tembus yang menyebabkan perusakan bahan isolasinya.
Sedangkan perusakan bagian isolator yang disebabkan oleh pemanasan lebih tidak dikategorikan
sebagai puncture.
3.2 Karakteristik Mekanis
Isolator harus memiliki kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang
diisolasikannya. Bahan isolasi, sebagai bagian utama sebuah isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor,
dengan kuat tekan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih kecil,
Untuk porselin, kuat 400-900 kg/cm2, sedangkan kuat tekannya 10 kali lebih besar.
Gaya tarik terhadap isolator yang telah dipasang relatif besar, sehingga kekuatan bahan isolasi dan
gaian-bagian yang disemenkan padanya harus dibuat lebih besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya.
4 Kegagalan Isolator
Secara garis besar isolator tegangan tinggi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
mekanik dan elektrik. Secara mekanik, isolator berfungsi untuk mendukung atau menahan
konduktor pada tegangan tinggi, sedangkan secara elektrik isolator berfungsi sebagai
pemisah, yaitu untuk mencegah mengalirnya arus dari penghantar ke tanah atau ke
menara penopang saluran udara. Pada saluran transimisi atau distribusi kegagalan isolasi
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
Isolator pecah, disebabkan pemuaian yang tidak merata dan konstraksi yang terjadi di dalam semen,
baja, dan bahan porselin. Kegagalan ini juga bisa disebabkan pergantian musim yang mencolok dan
pemanasan lebih.
Bahan isolasi berlubang-lubang. Lubang terjadi karena bahan porselin diproses pada suhu rendah
hingga mudah menyerap air. Kejadian ini menurunkan kekuatan isolasi dan arus merembes melalui
isolator.
Ketidakmurnian bahan isolasi. Di tempat yang mengalami ketidakmurnian bahan isolasi pun akan
terjadi kebocoran.
Bahan tidak dapat mengkilap, sehingga air akan tetap tinggal padanya, lalu menyebabkan penimbunan
debu dan kotoran membentuk lapisan yang bersifat menghantar dan memperpendek jarak rayap
(creepage-distance).
Tekanan secara mekanis, misalnya karena penumpukkan isolator. Jika bahannya kurang kuat dapat
menyebabkan isolator pecah.
Tembus dan lewat-denyar (flashover). Lewat-denyar, yaitu pelepasan muatan destruktif (bersifat
merusak) yang melintasi pada seluruh bagian permukaan isolator. Pelepasan muatan ini disebabkan
pembebanan medan listrik pada permukaan isolator melebihi harga ketahanan elektriknya. Lewat-
denyar menimbulkan pemanasan dan ini dapat merusak isolator. Penyebabnya: pengotoran permukaan
isolator, surja hubung dan surja petir. Sedangkan tembus (puncture) adalah pelepasan muatan disruptif
pada bagian isolasi isolator, khusus terjadi pada isolasi padat saja.
5 Parameter Isolator
Parameter isolator merupakan parameter-parameter yang terdapat pada isolator itu
sendiri yang mempengaruhi sifat kerjanya, apabila dipasang pada daerah yang berpolusi.
Dalam kondisi berpolusi, nilai tahanan permukaan sangat dipengaruhi oleh resistivitas
timbunan kotoran yang menempel pada permukaan isolator, sehingga untuk menjaga agar nilai
tahanan permukaan tetap tinggi dengan memperpanjang jarak rayap tidak cukup. Bangunan
isolator akan mempengaruhi laju penimbunan kotoran, kapasitas penyimpanan air pada
permukaan dan mempengaruhi laju pencucian sendiri oleh hujan.
IEC Publikasi 36 memberikan saran untuk mempertimbangkan parameter-
parameter dalam pemakaian isolator di daerah polusi, sebagai berikut:
Faktor bentuk (Form Factor – FF)
Faktor profil
Perbandingan jarak dua shed berurutan dengan panjang shed bergantung (the ratio of
shed interval to shed overhang), dan
Sudut kemiringan shed.
Beberapa peneliti menambahkan sifat kerja isolator yang akan dipasang pada daerah
berpolusi, yaitu panjang jarak rayap isolator (creepage distance), diameter isolator dan
konfigurasi rentengan isolator.
Pengertian parameter-parameter isolator tersebut dapat diterangkan dengan
menggunakan gambar 2.7.
p1+p2+s = jarak bocor terpendek
ld1 + ld2 = l (panjang jarak rayap)
Gambar 2.7 Parameter pada isolator gantung jenis cap and pim
5.1 Faktor bentuk
Faktor bentuk isolator dapat ditentukan dengan rumus berikut:
……………………………………………….(2.1)
di mana:
FF : faktor bentuk
L : panjang jarak rayap diukur dari salah satu elektroda
D(l) : diameter isolator pada jarak rayap sama dengan l
Pada prakteknya, besarnya faktor bentuk isolator ditentukan dengan cara grafis.
5.2 Faktor profil
Faktor profil merupakan perbandingan antara jarak bocor terpendek dengan panjang
jarak rayap yang diukur di antara dua titik yang dipisahkan oleh jarak. Dari gambar 2.7 besar
faktor profil dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
……………………………………………………...(2.2)
5.3 Perbandingan jarak dua shed berurutan dengan panjang shed bergantung
(The ratio of shed interval to shed overhang)
Pada gambar 2.7 perbandingan jarak dua shed berurutan dengan panjang shed
bergantung adalah
s/p1…………………………………………………………………….(2.3)
5.4 Sudut kemiringan shed
Pada gambar 2.7 sudut kemiringan shed ditunjukkan oleh sudut yang diberi tanda a.
5.5 Panjang jarak rayap isolator
Panjang jarak rayap isolator adalah panjang jarak yang diukur dari salah satu elektroda
menyusuri bentuk permukaan isolator hingga elektroda yang lain. Dengan demikian jarak rayap
yang besar mempunyai tahanan permukaan yang tinggi. Dari gambar 2.7 panjang jarak rayapnya
adalah:
l = ld1 + ld2……………………………………………………………..(2.4)
5.6 Diameter isolator
Untuk menyelidiki pengaruh diamater isolator terhadap sifat kerja isolator yang terkena
polusi, I. Kimoto melakukan percobaan pada sejumlah isolator dari berbagai tipe. Kimoto juga
melakukan percobaan untuk mengetahui hubungan antara jumlah isolator dalam suatu rentengan
isolator dengan besarnya tegangan ketahanan. I. Kimoto menyimpulkan bahwa untuk rentegan
vertikal, efek pencucian oleh hujan lebih efektif pada isolator dengan diameter lebih kecil.
Sedangkan untuk konfigurasi rentengan horisontal, efek pencucian oleh hujan hampir tidak
terpengaruh oleh ukuran diameter dan kedalaman ketiak isolator.
5.5 Konfigurasi rentengan isolator
Rentengan isolator dapat disusun dalam konfigurasi yang umum, yaitu konfigurasi
rentengan vertikal (suspension string), konfigurasi rentengan horisontal (tension string) dan
konfigurasi rentengan miring/Vee (Vee string).
Konfigurasi rentengan isolator ternyata mempengaruhi sifat kerja isolator yang dipasang
di daerah berpolusi. Hal ini didasarkan pada pengalaman pada suatu sistem hantaran udara 500
kV, polusi telah menyebabkan terjadinya lewat-denyar lebih dari 75 kali untuk konfigurasi
rentengan vertikal, sedangkan untuk konfigurasi rentengan Vee dan horisontal tidak terjadi lewat-
denyar. Kejadian ini juga terjadi pada sistem hantaran udara 135 dan 220 kV di lembah Latrobe,
Australia, pada saluran-saluran tersebut telah terjadi 25 kali lewat-denyar dalam selang waktu
tiga bulan. Semuanya terjadi pada konfigurasi rentengan vertikal.
I. Kimoto melakukan pengukuran dalam waktu yang lama, yaitu dengan jalan memasang
isolator di udara terbuka dalam waktu yang lama, dengan hasil sebagai berikut:
Rentengan horisontal menghasilkan kepadatan timbunan garam yang lebih kecil
daripada rentengan vertikal. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kepadatan
timbunan garam pada rentengan horisontal 6 50% dari kepadatan timbunan garam pada
rentengan vertikal.
Kepadatan rentengan Vee 6 80% dari kepadatan timbunan garam rentengan vertikal.