Anda di halaman 1dari 10

Studi Tentang Efektivitas Beberapa Macam Zat Terhadap Nilai Resistansi Sistem Pentanahan

(Grounding)

STUDI TENTANG EFEKTIVITAS BEBERAPA MACAM ZAT TERHADAP


NILAI RESISTANSI SISTEM PENTANAHAN (GROUNDING)
Verry Dwi Andhika
Program Studi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Ketintang
60231, Indonesia
e-mail : verryandhika16050874037@mhs.unesa.ac.id

Achmad Imam Agung


Dosen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Ketintang 60231, Indonesia
e-mail : achmadimam@unesa.go.id

Abstrak
Sistem proteksi sangat diperhatikan dalam dunia kelistrikkan, salah satu sistem proteksi tersebut
adalah sistem pentanahan (grounding). Resistansi pentanahan yang kecil merupakan salah satu
syarat sistem pentanahan yang baik karena dapat mengurangi kerusakan dan menjaga keandalan
yang tinggi dari sebuah perangkat yang disebabkan oleh petir atau kesalahan arus. Tujuan studi ini
adalah memahami bagaimana cara memperoleh nilai resistansi yang kecil dengan memanfaatkan
beberapa macam zat baik itu zat kimia atau zat aditif, seperti bentonit, garam, maupun arang.
Metode yang digunakan yaitu penelitian studi literatur dengan menelaah beberapa macam jurnal
Terdapat 3 literatur yang dijadikan subjek penelitian kajian literatur. Peneliti ke-I menghasilkan
data dengan penambahan arang 50 cm pada batang elektroda dapat menurunkan nilai resistansi
pentanahan menjadi 4,73 Ω dari nilai resistansi sebelum pemberian arang 10,97 Ω. Peneliti ke-II
menghasilkan data dengan penambahan bentonit yang belum teraktivasi perubahannya 13 Ω
hingga 38 Ω dan pada penambahan 1 kg pada minggu kedua dan 15 Ω hingga 20 Ω pada minggu
ketiga. Sedangkan peneliti ke-III dengan pemakaian larutan bentonit dengan larutan garam
menghasilkan data laju persentase larutan bentonit mencapai 54% sedangkan larutan garam hanya
mencapai 47%. Hasil yang didapatkan dari studi literatur ini dapat dijelaskan bahwa penambahan
bentonit, garam, maupun arang cukup berpengaruh dalam menurunkan nilai resistansi pentanahan.
Kata Kunci : Sistem Pentanahan (Grounding), Resistansi Pentanahan, Bentonit, Garam, Arang

Abstract
The protection system is so well-known in the electrified world, one of those protection systems is
the grounding system. Small earth resistance is one of the requirements of a good ground system
because it can reduce damage and maintain a high reliability of a device caused by lightning or the
errors of the current. The purpose of this study is to understand how to achieve small levels of
resistance by tapping several substances of both chemicals and additives, such as bentonite, salt,
and charcoal. The method used is the study of literature studies by examining several types of
journals. There are 3 literatures that are subject to research literature studies. The first researcher
produced data with the addition of 50 cm charcoal on the electrode rods which could reduce the
earth resistance value to 4.73 Ω from the resistance value before giving charcoal 10.97 Ω.
Researchers II produced data with the addition of bentonite which has not been activated changes
13 Ω to 38 Ω and at the addition of 1 kg in the second week and 15 Ω to 20 Ω in the third week.
While the third researcher using bentonite solution with salt solution produced data on the
percentage rate of bentonite solution reaching 54% while salt solution only reached 47%. The
results obtained from this literature study can be explained that the addition of bentonite, salt, and
charcoal is quite influential in reducing the value of earth resistance.
Keywords : Grounding System, Earth Resistance, Bentonite, Salt, Charcoal

keamanan pribadi, perlindungan peralatan


PENDAHULUAN dan untuk menjaga kelangsungan pasokan
Dalam dunia kelistrikkan yang perlu listrik, bangunan harus disediakan oleh
diperhatikan yaitu salah satunya adalah sistem tersebut (Kamel, 2011 dalam
sistem proteksi. Untuk meningkatkan Nyuykonge, 2015). Salah satu sistem proteksi

501
Jurnal Teknik Elektro. Volume 09 Nomor 03 Tahun 2020. Halaman 501-510

tersebut adalah sistem pentanahan sebelumnya apakah penambahan zat kimia


(grounding). Sistem pentanahan yang baik maupun zat aditif seperti bentonit, garam, dan
dapat mengurangi kerusakan dan menjaga arang dapat mempengaruhi perubahan nilai
keandalan yang tinggi dari sebuah perangkat resistansi sistem pentanahan tersebut.
yang disebabkan oleh petir atau kesalahan Adapun tujuan dari studi literatur ini
arus (Kinsler, 1998 dalam Nyuykonge, 2015). dapat mengetahui bahwa penambahan zat
Semakin kecil nilai resistansi pentanahan kimia maupun zat aditif seperti bentonit,
maka kemampuan mengalirkan arus lebih ke garam, dan arang cukup berpengaruh dalam
dalam tanah semakin besar sehingga arus proses perbaikan nilai resistansi pentanahan.
gangguan tersebut tidak membahayakan bagi Dibuktikan dengan menelaah dari berbagai
manusia dan juga merusak peralatan tenaga hasil literatur yang sudah dilakukan oleh para
listrik. peneliti sebelumnya.
Baru-baru ini sejumlah sistem
pembumian telah diusulkan untuk METODE
meningkatkan efisiensi grounding (Kojovic, Metode yang digunakan dalam
2003 dalam Nyuykonge, 2015). Dalam pembuatan artikel jurnal ini dijelaskan secara
berbagai literatur yang sudah dilakukan untuk singkat pada Gambar 1 yaitu diagram alir
mengurangi nilai resistansi pentanahan, bisa metode penelitian studi literatur seperti
dengan menambahkan unsur-unsur kimia berikut.
seperti bentonit maupun garam yang
ditambahkan ke tanah di sekitar elektroda.
Mulai
Namun, elemen-elemen ini mahal dan
terkadang tidak dapat memastikan koneksi
landasan yang baik untuk jangka waktu yang Pengambilan data sekunder
panjang (Jacob, 2008 dalam Nyuykonge,
2015). Bukan hanya bentonit saja tetapi zat
aditif seperti arang juga dapat digunakan Metode pengambilan data adalah
untuk membantu memperkecil nilai resistansi studi pustaka
pentanahan, karena disamping lebih murah
dan mudah ditemukan arang memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk menyerap Studi literatur
air, memiliki banyak pori-pori yang dilapisi
dengan ion mineral yang dapat dengan
Kompilasi dan analisis data
mudah diubah selama produksi arang.
Tentunya arang bisa bertahan di tanah selama
ratusan tahun dalam peningkatan tanah. Sifat- Kesimpulan
sifat ini membuatnya diinginkan untuk
aplikasi dalam perbaikan sistem grounding
karena mereka bisa mengakibatkan Selesai
menurunkan dan meminimalkan fluktuasi
resistansi tanah selama jangka waktu yang
panjang (Bird M.I., 1997 dalam Nyuykonge, Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian
2015). Studi Literatur
Berdasarkan dari latar belakang yang
sudah dijelaskan sebelumnya, dapat diperoleh Berdasarkan studi literatur pada
rumusan masalah, bagaimana cara agar tinjauan pustaka, jenis data yang digunakan
memperoleh nilai resistansi sistem adalah data sekunder yang didapat dari
pentanahan yang kecil. Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
rumusan masalah ini nantinya dari berbagai sebelumnya. Dalam pengambilan data
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekunder tersebut metode pengumpulan data
yang digunakan adalah studi pustaka.
Studi Tentang Efektivitas Beberapa Macam Zat Terhadap Nilai Resistansi Sistem Pentanahan
(Grounding)

Kemudian metode yang akan digunakan yang baik adalah tidak lebih dari 5 Ω atau
untuk pengkajian ini adalah studi literatur. paling baik mendekati angka 0, dalam artian
Setelah itu data yang sudah diperoleh semakin kecil nilai resistansi pentanahan
selanjutnya dikompilasi, dianalisis serta semakin baik pula sistem proteksi pentanahan
disimpulkan sehingga nantinya akan (grounding) tersebut. Dalam suatu sistem
mendapatkan kesimpulan mengenai studi pembumian jenis tanah sangat mempengaruhi
literatur ini. baik atau buruknya sistem pentanahan
tersebut, hal tersebut dikarenakan tidak
PEMBAHASAN semua jenis tanah memiliki nilai resistansi
Sistem pentanahan merupakan sistem pentanahan yang baik. Nilai resistansi
pengaman terhadap perangkat-perangkat pentanahan dapat dipengaruhi oleh struktur
yang mempergunakan listrik sebagai sumber dan kandungan tanah tersebut. Pada Tabel 1
tenaga, dari lonjakan listrik terutama petir. dibawah ini dijelaskan tentang beberapa
Sistem pentanahan digambarkan sebagai tahanan jenis tanah sesuai apa yang ada pada
sebuah hubungan antara suatu peralatan atau PUIL 2000.
rangkaian listrik dengan bumi (Hutauruk,
1987 dalam Kasim, 2016). Tabel 1. Nilai Tahanan Jenis Tanah
Pentanahan adalah penghubung Tahanan
bagian-bagian peralatan listrik yang pada No Jenis Tanah Jenis Tanah
keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya (Ohm Meter)
adalah untuk membatasi tegangan antara 1 Tanah Rawa 30
peralatan ini dengan tanah sampai pada suatu Tanah Liat dan
2 100
kondisi yang aman untuk semua operasi, baik Tanah Ladang
kondisi normal maupun saat terjadi sebuah 3 Pasir Basah 200
gangguan (Hilman, 2008 dalam Kasim, 4 Kerikil Basah 500
2016).
Pasir dan
Tahanan pentanahan adalah hambatan 5 1000
Kerikil Kering
yang dialami oleh arus ketika mengalir ke
6 Tanah Berbatu 3000
tanah. Arus ini mengalir menuju tanah
melalui elektroda pembumian yang ditanam (Sumber : PUIL 2000)
atau ditancapkan ke dalam tanah pada
kedalaman tertentu (Hutauruk, 1999 dalam Bentonit merupakan salah satu jenis
Cahyo, 2019). Sedangkan menurut PUIL lempung yang sebagian besar mengandung
2000 mendefinisikan bahwa tahanan montmorillonit dengan mineral-mineral
pembumian sebagai jumlah tahanan elektroda seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars dan
pembumian dan tahanan penghantar mineral lainnya. Bentonit memiliki sifat
pembumian. Tahanan ini terdiri dari tahanan dapat menyerap dan menahan air pada
yang disebabkan oleh penghantar logam dan strukturnya. Bentonit sering digunakan
tanah. Tahanan yang ditimbulkan pada karena memiliki sifat tahanan jenis yang
penghantar sangat kecil sehingga dapat sangat rendah dan stabil, dapat mengembang
diabaikan. Nilai tahanan pentanahan yang menjadi bebrapa kali lipat bila dicelupkan ke
baik adalah nilai tahanan pentanahan yang dalam air dan dapat menahan air pada
kecil. Standar PUIL 2000 nilai tahanan strukturnya, bentonit tidak menyebabkan
pentanahan yang bagus adalah sebesar < 1 Ω, korosi pada elektroda, serta tidak mudah
sedangkan ketentuan PUIL 2011 yaitu agar hancur karena bentonit merupakan bagian
terhindar dari bahaya sambaran petir atau dari tanah liat itu sendiri (Andini, 2016).
arus kejut dibutuhkan nilai resistansi Reaksi kimia pada bentonit dijelaskan
pentanahan ≤ 5 Ω. Walaupun dalam tahun seperti berikut, Bentonit mempunyai muatan
penerbitan PUIL berbeda, pada dasarnya negatif pada permukaannya, sehingga
dijelaskan bahwa nilai resistansi pentanahan memungkinkan terjadinya reaksi pertukaran
ion. Bentonit terbagi menjadi dua kelompok

503
Jurnal Teknik Elektro. Volume 09 Nomor 03 Tahun 2020. Halaman 501-510

yakni natrium bentonit dan kalsium bentonit. Bentonit yang mengandung


Natrium bentonit mengandung lebih banyak magnesium (Mg) bentonit dan kalsium (Ca)
ion Na+ dibandingkan dengan ion Ca2+ dan bentonit dapat terionisasi dan dapat
Mg2+. Bentonit ini dapat mengembang dan mengalami elektrolisis. Reaksi diatas
mudah menyerap air 8-15 kali, sedangkan merupakan reaksi kimia elektrolisis pada
kalisum bentonit memiliki sifat rendah dalam bentonit dengan elektroda Cu. Dalam hal ini,
penyerapan apabila didispersikan dalam air tembaga merupakan elektroda aktif sehingga
akan cepat mengendap (Mariyam, 2012). pada anoda Cu akan terjadi reaksi oksidasi.
Sehingga dalam sistem pentanahan seringkali Pada ion Mg+ dan Cl+ akan tereduksi di
menggunakan natrium bentonit karena katoda membentuk logam Mg. begitupun
bentonit jenis ini memiliki elektron valensi sama halnya dengan Cl+ akan tereduksi di
+2 dan memiliki kekuatan ion yang lemah. katoda membentuk logam Cl (Silberberg,
Menurut (Lim, 2013), dibandingkan 2015).
dengan kalsium bentonit, natrium bentonit Garam dalam ilmu kimia merupakan
memiliki daya mengembang yang sangat senyawa ionik yang terdiri dari beberapa ion
baik, sehinga dapat membantu mempertebal positif (kation) dan ion negatif (anion) yang
lapisan elektrolit yang mengelilingi elektroda dilambangkan dengan rumus kimia yaitu
pembumian. Kemampuan bentonit dalam NaCl (Opara, 2014 dalam Cahyo, 2019).
mempertahankan resistansi pentanahan yang Garam merupakan suatu zat elektrolit yang
rendah disebabkan oleh adanya pembentukan dapat menghantarkan arus listrik sehingga
elektrolit ketika bentonit terionisasi oleh air. dapat meningkatkan daya hantar ke dalam
Sehingga lapisan ini membungkus elektroda tanah dengan baik (Kusim, 2013 dalam
yang telah dikubur di dalam tanah sebagai Cahyo, 2019).
jalur penyebaran dispersi petir. Dengan kata Reaksi kimia dari NaCl dengan
lain, dapat membantu konduksi ionik atau elektroda pentanahan tembaga menghasilkan
dispersi arus petir ke tanah sekitarnya. proses ionisasi. Jadi selama proses ionisasi
Selama ada kelembaban di dalam tanah, yang terjadi selama elektrolisis adalah bahwa
elektrolit ini akan tetap menutup elektroda secara umum ketika sebuah arus dilewatkan
pembumian yang terkubur dan lapisan melalui larutan dengan ion bermuatan, lalu
elektrolit tidak akan hanyut. Fungsi lapisan ion akan bermigrasi ke elektroda dengan
elektrolit tersebut sebagai penyangga yang muatan yang berlawanan (Kusim, 2013).
memiliki kemampuan untuk menjebak Mengacu pada teori elektrolisis dalam
muatan. larutan garam NaCl, ion yang dominan
Reaksi kimia Bentonit ̶ Elektroda Cu: adalah Na + (ion positif) dan Cl- (ion
a) Mg2+ ̶ Bentonit negatif). Ketika arus disuplai ke larutan
Katoda : Mg2+ > ̶ Mg +2e (mengandung kedua ion ini) melalui
Anoda : Cu ̶> Cu2+ + 2e elektroda tembaga, ion klorida (anion) akan
bergerak menuju elektroda positif (anoda),
Katoda : 2Na+ + 2e ̶> 2Na dan ion natrium (kation) akan bermigrasi ke
Anoda : Cu ̶> Cu2+ + 2e - elektroda negatif (katoda).
Mg2+ + Cu ̶> Mg + Cu2+.. (1) Reaksi kimia NaCl ̶ Elektroda Cu:

b) Ca2+ ̶ Bentonit ̶ Na+ Cl+


NaCl >
Katoda : Ca2+ +2e ̶> Ca
Anoda : Cu ̶> Cu2+ + 2e Katoda : Na+ + e ̶> Na [x2]
Anoda : Cu ̶> Cu2+ + 2e [x1]
Katoda : 2Na+ + 2e ̶> 2Na
Anoda : Cu ̶> Cu2+ + 2e - Katode : 2Na+ + 2e ̶> 2Na
2+
Ca + Cu > ̶ Ca + Cu ... (2)
2+
Anode : Cu ̶> Cu2+ + 2e -
2Na+ + Cu ̶> 2Na + Cu2+ ....... (3)
Studi Tentang Efektivitas Beberapa Macam Zat Terhadap Nilai Resistansi Sistem Pentanahan
(Grounding)

Reaksi diatas merupakan reaksi memiliki pori-pori yang menahan air didalam
elektrolisis lelehan NaCl dengan elektroda tanah untuk meningkatkan konduktivitas.
aktif Cu (tembaga). Pada katoda terjadi Karbon merupakan unsur tabel periodik non
reduksi kation secara langsung yakni pada logam yang memiliki elektron valensi +4,
Na+, sedangkan pada anoda terjadi oksidasi yang berarti bahwa terdapat 4 elektron yang
elektroda sebab menggunakan elektroda Cu dapat digunakan untuk membentuk ikatan
yang merupakan elektroda aktif (Silberberg kovalen. Namun ketika arang diaplikasikan
2015). dalam sistem pentanahan tidak semua
Pada Tembaga, Cu melepaskan 2 elektron valensi tersebut digunakan untuk
elektron menjadi larutan yang akan ikatan (hanya 3 elektron yang terikat).
mengubah elektrolit menjadi biru / hijau : Sedangkan elektron ke 4 terdelokalisasi
sehingga tidak terikat pada atom tertentu.
- 2+
Cu (s)  2e + Cu (aq) ......... (4) Elektron yang terdelokalisasi ini bebas
bergerak sehingga meningkatkan
Oleh karena itu air garam akan konduktivitas yang dapat meningkatkan
memigrasikan ion yang bermuatan ke batang kapasitas pertukaran kation tanah. Arang
air garam dan akan memindahkan ion yang sendiri mengandung sejumlah besar abu yang
bermuatan ke elektroda pentanahan, karena kaya akan kation dasar yang membantu
elektroda pentanahan tembaga memiliki meningkatkan pH tanah sehingga
kemampuan untuk menarik partikel meningkatkan daya tahan tanah (Opara,
bermuatan. 2014).
Menurut (Lehmann, 2009 dalam Terlepas dari kenyataan bahwa karbon
Rahman, 2018), arang diproduksi dari bahan- memiliki pori-pori yang menahan air didalam
bahan organik yang sulit terdekomposisi, tanah untuk meningkatkan konduktivitas,
yang dibakar secara tidak sempurna ketika dicampur dengan natrium klorida
(pyrolisis) atau rendah oksigen pada suhu dalam tanah, berbagai reaksi terjadi untuk
yang tinggi 500-700°C. Arang yang terbentuk menghasilkan NaNO3 yang sangat
dari pembakaran ini akan menghasilkan higroskopis. Reaksi-reaksi ini ditunjukkan di
sebuah karbon aktif yang mengandung bawah ini.
mineral seperti kalsium (Ca) atau magnesium
(Mg) dan karbon anorganik. Kualitas C (s) + O2 (g) ̶> CO2 (g) ............ (5)
senyawa organik yang terkandung dalam Oksidasi natrium untuk membentuk natrium
arang tergantung pada asal bahan organik dan oksida.
metode karbonisasi. Dengan kandungan
senyawa organik dan anorganik yang terdapat Na (s) + O2 (g) ̶> Na2O (s) ............ (6)
didalamnya, arang banyak digunakan sebagai Oksidasi natrium menjadi natrium oksida.
bahan amelioran untuk meningkatkan
kualitas sebuah tanah, khususnya tanah ̶ 2NaOH (s) .......... (7)
Na2O (s) + H2O (l) >
marginal (Rondon, 2007 dalam Rahman, Hidrolisis natrium oksida untuk membentuk
2018). Arang dapat dibuat dari berbagai natrium hidroksida
limbah pertanian dan perkebunan seperti
sekam padi, tempurung kelapa, kulit buah 2NaOH (s)+CO2 (g) ̶> Na2CO3 (s)+H2O (l) .. (8)
kakao, serta bisa juga dari kayu-kayuan yang Reaksi natrium hidroksida dan karbon (IV)
berasal dari tanaman hutan industri. oksida untuk membentuk natrium karbonat.
Arang mengandung karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen, dengan rumus kimia ̶
Na2CO3(s) + Ca(NO3)(aq) >
C7H4O. kandungan didalam arang tersebut, CaCO3(aq) + 2NaNO3(s) ............ (9)
karbon merupakan kandungan utama yang Reaksi dekomposisi ganda antara natrium
memiliki persentase sekitar 80% karbonat dan kalsium nitrat untuk
(Ezechukwu, 2005). Diketahui bahwa karbon

505
Jurnal Teknik Elektro. Volume 09 Nomor 03 Tahun 2020. Halaman 501-510

menghasilkan kalsium karbonat dan natrium memberikan dua perbedaan perlakuan


nitrat. dimana pada pengujian dilakukan sebelum
Dari berbagai jurnal terdahulu pemberian air dan sesudah pemberian air.
penelitian yang dilakukan untuk Pemberian air pada arang tempurung
mempermudah menurunkan nilai resistansi kelapa dapat memperkecil nilai
pentanahan yaitu dengan metode pengukuran resistivitasnya, sehingga arang dari
tiga titik. Seperti pada Gambar 2 dibawah ini. pembakaran tempurung kelapa cenderung
bersifat lebih konduktif. Hal tersebut dapat
terjadi karena nilai resistivitas arang lebih
rendah dibandingkan dengan nilai resistivitas
tanah.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Studi Literatur


Pemanfaatan Arang Tempurung Kelapa
untuk Perbaikan Resistansi Pembumian
(Lucky, 2013)
Nilai
Nilai
Gambar 2. Metode Pengukuran Tiga Titik resistansi
(Sumber : www.electricneutron.com) Diameter resistansi pembumi
Penanaman pembumian
arang -an
elektroda
tempurung sebelum setelah
Gambar 2 tersebut menunjukkan batang (cm)
kelapa (cm) pemberian pemberia
bahwa pengukuran tiga batang elektroda air
n air
dengan menggunakan metode tiga titik yang (ohm)
(ohm)
berbeda, dimana pada alat ukur Earth 10 6,12 5,23
Resistance Tester untuk kabel hijau E (Earth) 20 5,72 4,15
untuk elektroda utama, kabel kuning P 150 30 5,41 3,51
40 4,76 2,71
(Potential) untuk elektroda bantu pertama dan
50 4,73 2,45
kabel merah C (Current) untuk elektroda (Sumber : Lucky Dedy Purwantoro, dkk.
bantu kedua. Masing-masing elektroda 2013)
diberikan jarak 5 sampai 10 meter, dengan
variasi diameter lubang elektroda utama yang Pada pengujian pertama sesaat setelah
berbeda-beda. ditambahkan arang (tanpa air) disekeliling
Dalam studi literatur ini dilakukan elektroda batang pada diameter lubang 10
dengan menelaah berbagai hasil penelitian cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm dan 50 cm masing-
dari jurnal yang dilakukan oleh peneliti- masing nilai resistansi pentanahan adalah
peneliti sebelumnya. 6,12 Ω, 5,72 Ω, 5,41 Ω, 4,76 Ω dan 4,73 Ω.
Pengujian kedua sesaat setelah ditambahkan
Studi Literatur Pemanfaatan Arang arang (diberi air) disekeliling elektroda
Tempurung Kelapa untuk Perbaikan batang pada diameter lubang 10 cm, 20 cm,
Resistansi Pembumian (Lucky, 2013) 30 cm, 40 cm dan 50 cm masing-masing nilai
resistansi pentanahan menjadi 5,23 Ω, 4,15
Berdasarkan hasil studi yang Ω, 3,51 Ω, 2,71 Ω dan 2,45 Ω.
dilakukan oleh (Lucky, 2013) dengan judul
“Studi Pemanfaatan Arang Tempurung Studi Literatur Perbaikan Tahanan
Kelapa untuk Perbaikan Resistansi Pentanahan dengan Menggunakan
Pembumian Jenis Elektroda Batang”, Bentonit Teraktivasi (Devy, dkk, 2016)
pengujian resistansi pentanahan yang telah
dilakukan nilai resistansi sebelum dilakukan Berdasarkan hasil studi yang
perlakuan khusus adalah 10,97 Ω, selain dilakukan oleh (Devy, dkk, 2016) dengan
memvariasi diameter peneliti juga judul “Perbaikan Tahanan Pentanahan
Studi Tentang Efektivitas Beberapa Macam Zat Terhadap Nilai Resistansi Sistem Pentanahan
(Grounding)

dengan Menggunakan Bentonit Teraktivasi”, Pada Tabel 2 diatas, peneliti


bahwa penguji melakukan penelitian dengan memberikan berbagai perlakuan pengukuran
memberikan variasi berat tambahan bentonit nilai resistansi, pertama pentanahan tanpa
belum teraktivasi dan sudah teraktivasi, perlakuan mendapatkan hasil resistansi
kemudian mengambil nilai rata-rata dalam 4 pentanahan lebih besar, rata-rata didapatkan
minggu serta ada 7 hari dalam tiap minggu. setiap minggunya adalah sebesar 203,28 Ω
(penambahan 2 kg bentonit), 202,85 Ω
Tabel 3. Hasil Pengukuran Studi Literatur (penambahan 3 kg bentonit), 222,14 Ω
Perbaikan Tahanan Pentanahan dengan (penambahan 4 kg bentonit) dan 234,28 Ω
Menggunakan Bentonit Teraktivasi (Devy, (penambahan 5 kg bentonit). Kedua
dkk, 2016)
pentanahan dengan perlakuan penambahan
Tahanan Pentanahan (Ω)
Banyak- bentonit yang belum teraktivasi didapatkan
Bentonit
nya
Minggu

Tanpa yang Bentonit hasil resistansi pentanahan yang berangsur-


Penam- angsur menurun 156,85 Ω (penambahan 2 kg
Perla- Belum Terakti-
bahan
kuan Teraktiv vasi bentonit), 126,7 Ω (penambahan 3 kg
Bentonit
a-si bentonit), 197,85 Ω (penambahan 4 kg
250 180 50 bentonit) dan 94,42 Ω (penambahan 5 kg
170 150 38 bentonit). Ketiga pentanahan dengan
Penamba
180 155 38
han perlakuan penambahan bentonit yang sudah
1 193 153 41
Bentonit teraktivasi didapatkan hasil resistansi
220 155 40
2 kg pentanahan yang jauh lebih rendah 40,71 Ω
200 152 40
210 153 38 (penambahan 2 kg bentonit), 39,57 Ω
Rata-Rata (penambahan 3 kg bentonit), 36,14 Ω
203,28 156,85 40,71
Pentanahan (penambahan 4 kg bentonit) dan 34,57 Ω
220 130 42 (penambahan 5 kg bentonit).
195 130 38 Pentanahan dengan penambahan
Penamba
200 130 38 bentonit yang belum teraktivasi menunjukkan
han
2 220 135 41
Bentonit nilai yang rendah dibandingkan dengan
220 127 40
3 kg pentanahan tanpa pentanahan. Menurut
180 120 40
185 115 38 peneliti, kondisi tanah menjadi berair. Hal
Rata-Rata tersebut sesuai dengan teori bahwa
202,85 126,71 39,57 karakteristik bentonit yang dapat menyerap
Pentanahan
180 100 33 dan menahan air, sebab bentonit sebelum
180 97 35 teraktivasi dapat mengembang dan akan
Penamba
200 95 37 menghasilkan nilai tahanan pentanahan yang
han
3 250 97 37 besar. Sedangkan, apabila dibandingkan
Bentonit
260 95 38 dengan bentonit yang telah teraktivasi, maka
4 kg
265 106 38
akan jauh menghasilkan nilai tahanan yang
220 95 35
Rata-Rata lebih rendah. Untuk tanah dengan bentonit
222,14 97,85 36,14 teraktivasi, kondisi tanah menjadi lembab
Pentanahan
225 95 35 namun tidak berair. Hal ini tidak sesuai
225 97 35 dengan teori yang menyatakan bahwa
Penamba
225 96 33 bentonit yang teraktivasi akan menghasilkan
han
4 240 94 35 daya serap air yang lebih besar. Keadaan itu
Bentonit
250 90 35 dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah
5 kg
225 90 34 peneliti simpulkan, seperti pengeringan yang
250 99 35
kurang sempurna, pencucian ion klorid yang
Rata-Rata
234,28 94,42 34,57 kurang sempurna, dan penghalusan yang
Pentanahan
(Sumber : Devy, dkk. 2016) kurang sempurna, oleh karena itu proses
aktivasi yang dihasilkan belum sesuai dengan

507
Jurnal Teknik Elektro. Volume 09 Nomor 03 Tahun 2020. Halaman 501-510

teori yang ada. Dapat dilihat dari dari tabel di penguji melakukan penelitian dengan
atas bahwa terjadi penurunan drastis pada memberikan perlakuan khusus terhadap tanah
pengurkuran pertama terkait nilai pentanahan dengan membandingkan pemberian bentonit
antara bentonit yang belum teraktivasi dan garam. Selain perbandingan dengan
dengan bentonit teraktivasi dan pada memeberikan kedua zat tersebut peneliti
pengukuran seterusnya mengalami penurunan memvariasikan penanaman elektroda batang
yang stabil. dengan kedalaman dan berat tambahan
bentonit maupun garam. Pada Gambar 3 yang
Studi Literatur Penambahan Larutan ditunjukkan oleh grafik dibawah ini, dalam
Bentonit dan Garam untuk Memperbaiki analisis pembahasan hasil hanya diambil
Tahanan Pentanahan (Ishak, dkk, 2016) salah satu perbandingan dimana dengan
penambahan garam 3 kg serta kedalaman 100
Berdasarkan hasil studi yang cm nilai resistansi pentanahan cukup kecil
dilakukan oleh (Ishak, dkk, 2016) dengan yaitu 1,86 Ω, sedangkan dengan penambahan
judul “Analisis Penambahan Larutan bentonit sebanyak 3 kg serta kedalaman sama
Bentonit dan Garam untuk Memperbaiki 100 cm nilai resistansi pentanahan semakin
Tahanan Pentanahan Elektroda Batang”, kecil yaitu menjadi 0,95Ω.

Gambar 3. Grafik Hasil Pengukuran Studi Literatur Penambahan Larutan Bentonit dan Garam
untuk Memeperbaiki Tahanan Pentanahan
(Sumber : Ishak, dkk, 2016)

PENUTUP nilai resistansi pentanahan menjadi 4,73 Ω


dari nilai resistansi sebelum pemberian
Simpulan arang 10,97 Ω dan pemberian air 20% pada
Dari berbagai penelitian terdahulu diameter lubang penambahan arang 50 cm
dan telah ditelaah secara literatur, dapat
dapat menurunkan nilai resistansi
disimpulkan dari ketiga penelitian bahwa pentanahan dari 4,73 Ω menjadi 2,45 Ω.
para peneliti melalui serangkaian tahapan Penelitian kedua pada pentanahan
proses, dapat diambil sebuah keputusan
yang ditambahkan bentonit yang belum
bahwa terjadi penurunan nilai resistansi
teraktivasi perubahannya 13 Ω hingga 38 Ω
pentanahan (grounding). Penelitian pertama
pada penambahan 1 kg pada minggu kedua
dengan penambahan diameter lubang
dan 15 Ω hingga 20 Ω pada minggu ketiga,
penambahan arang 50 cm dapat menurunkan
sedangkan dengan penambahan bentonit
Studi Tentang Efektivitas Beberapa Macam Zat Terhadap Nilai Resistansi Sistem Pentanahan
(Grounding)

teraktivasi saat ditambahkan kembali 1 kg Bird M. I. and Cali J. A. (1998). A million-


pada minggu selanjutnya tidak mengalami year record of fire in sub- Saharan
perubahan yang signifikan, nilai pentanahan Africa. Nature 394 , 767–769.
turun signifikan saat penambahan pada Bird M. I. and Gro cke D. R. (1997).
minggu pertama saja. Determination of the abundance
Penelitian ketiga dengan pemakaian and carbon isotope composition of
larutan bentonit untuk sistem pentanahan elemental carbon in sediments.
Geochim. Cosmochim. Acta 61,
lebih baik dari larutan garam. Apabila
3413–3423.
dipersentasekan laju persentase larutan
bentonit mencapai 54% sedangkan larutan Bird M. I., at al. (1999). Stability of
elemental carbon in savanna soil.
garam hanya mencapai 47%. Sebenarnya
Global Biogeochem. Cycles 13 ,
bukan karena pengaruh perlakuan khusus 923–932.
dengan memberikan tambahan zat-zat
tersebut saja pada saat pemasangan Cahyo, Rian Dwi Nur, dkk. 2019. Studi
Tahanan Pentanahan
elektroda, tetapi faktor lainnya adalah dari
Menggunakan Campuran Arang
pengaruh tahanan jenis tanah, kandungan air dan Garam Dalam Menurunkan
di dalam tanah, kedalaman pemasangan, Nilai Tahanan Tanah. Jurnal
variasi pembuatan diameter lubang tanah Inovasi Pentanahan dan Keamanan
sebelum pemasangan elektroda, maupun Universitas Negeri Malang Volume
banyaknya zat-zat tersebut yang 02 Nomor 1 Halaman 1-12. Tahun
ditambahkan. Meskipun nilai resistansi 2019.
pentanahan dapat diperkecil tetapi dari salah Hilman G. Ade. “Pengaruh Larutan Garam
satu penelitian masih memiliki nilai Terhadap Sistem Pentanahan
resistansi yang cukup tinggi, kemungkinan Menggunakan Elektroda Batang
Tembaga dan Plat Baja” Politeknik
dikarenakan luas penampang dari elektroda
Negeri Padang. Padang, 2008.
masih kecil.
Hutauruk, dkk. Sistem Pentanahan, jilid 1.
Jakarta: Pusat Perbukuan
Saran
Departemen Pendidikan Nasional,
Sebaiknya apabila akan melakukan 1987.
penelitian yang sama terkait penurunan nilai
resistansi, maka perlu mengujicobakannya Hutauruk, T.S., Pengetanahan Netral Sistem
Tenaga dan Pengetanahan
dengan semua jenis tanah yang disebutkan
Peralatan. Jakarta: Erlangga, 1999.
pada PUIL 2000 yang digunakan dalam
pemasangan sistem pentanahan (grounding). Jacob, D and Nithiyananthan, K. 2008.
Effective Methods for Power System
Penelitian mendatang hendaknya juga
Grounding. Journal of WSEAS
melakukan percobaan dengan elektroda yang Transactions on Business and
memiliki luas penampang yang lebih besar Economics, 5, Halaman 151-160.
dan metode lebih dari tiga titik elektroda.
Kamel, R., Chaouachi, A. and Nagasaka, K.
Sehingga kita dapat mengetahui pengaruh
(2011). Comparison the
dari masing-masing tanah maupun besar- Performances of Three Earthing
kecilnya luas penampang elektroda terhadap Systems for Micro-Grid Protection
penurunan nilai resistansi. during the Grid Connected Mode.
Smart Grid and Renewable Energy,
DAFTAR PUSTAKA 2, 206-215.
Andini, Devy, dkk. 2016. Perbaikan http://dx.doi.org/10.4236/sgre.2011.
23024 (online).
Tahanan Pentanahan dengan
Menggunakan Bentonit Teraktivasi. Kasim, Ishak, dkk. 2016. Analisis
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Penambahan Larutan Bentonit dan
Garam Untuk Memperbaiki
Elektro Universitas Lampung
Tahanan Pentanahan Elektroda
Volume 10 Nomor 1, Januari 2016. Baja dan Batang. Jurnal Teknik

509
Jurnal Teknik Elektro. Volume 09 Nomor 03 Tahun 2020. Halaman 501-510

Elektro Universitas Trisakti Engineering Research, Volume 5,


Volume 13 Nomor 2 Halaman 61- Issue 10.
72, Februari 2016.
PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi
Kinsler, M. 1998. A Damage Mechanism: Listrik 2000. Jakarta: BSN.
Lightning-Initiated Fault-Current
PUIL. 2011. Persyaratan Umum Instalasi
Area to Communication Cables
Listrik 2011. Jakarta : BSN.
Buried Beneath Overhead Electric
Power Lines. IEEE Industrial and Purwantoro, Lucky Deddy. 2013. Studi
Commercial Power Systems Pemanfaatan Arang Tempurung
Technical Conference, Halaman Kelapa Untuk Perbaikan Resistansi
109-118. Pembumian Jenis Elektroda
Batang. Jurnal Teknik Elektro
Kojovic, L. A, Day, T. R. and Chu H. H.
Universitas Brawijaya.
2003. Effectiveness of Resticted
Ground Fault Protection with Rahman, Andi. 2018. Studi Pemanfaatan
Different Relay Types. IEEE, Power Biochar Untuk Perbaikan
Engineering Society General Resistansi Pentanahan Jenis
Meeting on 13-17 July 2003, Elektroda Batang. Jurnal Teknik
Halaman 1-6. Elektro Universitas Negeri
Surabaya Volume 07 Nomor 02
Kusim, A.S., at al. 2013. Effect on Salt
Tahun Halaman 101-106, Tahun
Content on Measurement of Soil
2018.
Resistivity, IEEE 7th International
Power Engineering and Rondon, M.A,. at al. 2007.
Optimization Conference Biologicalnitrogen fixation by
(PEOCO2013). common beans (Phaseolus vulgaris
L.) increases with bio-char
Lehmann, J. and S. Joseph. 2009. Biochar
additions. Biol Fertil Soils., 43:
Environmental Management.
699-708.
Earthscan. London. 416 Halaman.
Silberberg, Martin S. and Amateis, Patricia.
Lim, Siow Chun, et al. 2013. Characterizing
2015. Chemistry : The Molecular
of Bentonite With Chemical,
Nature of Matter and Change (7th
Physical, and Electrical
edition). New York : McGraw-Hill
Perspectives For Improvement of
Education.
Electrical Grounding Systems.
International of Journal Ezechukwu, J. 2005 “Comprehensive Senior
Electrochem. Sci., Vol. 8 (2013) Secondary School Chemistry”,
11429-11447. Spectrum Books Limited, Ibadan,
Nigeria.
Nyuykonge, Lukong Pius, at al. 2015. An
Efficient Method for Electrical
Earth Resistance Reduction Using
Biochar. International Journal of
Energy and Power Engineering.
4(2): 65-70.
Mariyam, Siti. 2012. Pemanfaatan Katalis
Al3+ Bentonit Untuk Reaksi
Esterifikasi Asam Palmitat Menjadi
Metil Palmitat. (Skripsi). Surabaya:
Perpustakaan Universitas
Airlangga.
Opara, F.K., at al. 2014. Comparative
Deterministic Analysis of Bentonite,
Pig Dung and Domestic Salt and
Charcoal Amalgam as Best
Resistance Reducing Agent for
Electrical Earthing Application.
International Journal of Scientific &

Anda mungkin juga menyukai