Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Sistem pembumian memegang peranan yang sangat penting dalam sistem

proteksi. System pembumian digunakan sebagai jalur pelepasan arus gangguan ke

tanah. Menururt fungsinya pembumian dibedakan menjadi 2, yaitu pembumian titik

netral sistem tenaga dan pembumian peralatan. Pembumian netral sistem tenaga

berfungsi sebagai pengaman sistem/jaringan, sedangkan pada pembumian peralatan

berfungsi sebagai pengamanan terhadap teganagn sentuh.

Sistem pentanahan sangat di perlukan, hal ini di maksudkan karena jika

terjadi gangguan atau kejutan listrik tidak membahayakan keselamatan manusia dan

kerusaskan pada peralatan-peralatan listrik karena arus gangguan tersebut langsung

mengalir ke piranti-piranti pentanahan.

Menurut puil 2000, nilai pentanahan yang baik adalah <5 ohm bahkan ada

peralatan yang memerlukan nilai tahanan pentanahannya <1 ohm (BTS dan GArdu

Induk), setelah melakukan observasi dan pengukuran awal di lokasi pentanahan

yang ada di teknik elektro universitas tadulako di dapatkan nilai pentanahan sangat

tinggi (30 ohm), hal ini menyebabkan sebagian modul-modul praktikum yang

terdapat pada laboratorium teknik elektro universitas tadulako tidak beroprasi dengan

baik, pada saat melakukan observasi awal diketahui bahwa sistem pentanahan yang
di gunakan saat ini adalah menggunakan elektroda Rod, dimana 3 batang elektroda

yang satu sama lain saling terhubung dengan jarak pentananhan yang terpisah dan

kedalaman berbeda, teatpi dengan menggunakan elektroda ini tidak bisa memberikan

nilai tahanan yang rendah.

Berdasarkan kondisi di atas,maka di perlukan perancangan kondisi

pentanahan yang lebih baik, pada penelitian kali ini akan dirancang sistem

pentanahan yang baik pada sistem pentanahan Rod.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

a. Bagaimana cara merancang sistem pentanahan yang baik?

b. Bagaimana mengukur tahanan jenis tanah?

c. Bagaimana cara menganalisa nilai tahanan pentanahan?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan atau ruang lingkup dari penelitian ini antara lain :

a. Hanya menggunakan elektroda pentanahan jenis ROD atau elektroda batang.

b. Hanya menggunakan 4 buah elektroda batang.

c. Pengukuran nilai tahanan pentanahan menggunakan alat Earthtester.

d. Tidak menjelaskan secara terperinci alat ukur Geolistrik.


1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pembuatan penelitian ini antara lain:

a. Menghasilkan sistem pentanahan elektroda batang yang ideal.

b. Mengetahui cara menganalisi nilai tahanan pentanahan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat akademis

a. Penerapan secara langsung ilmu pengetahuan secara teoritis yang didapat

pada perkuliahan dalam penelitian secara praktis.

b. Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran tentang sistem pentanahan

sehingga dapat di kembangkan lagi oleh mahsisawa/i yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Mengetahui cara merancang system pentanahan yang baik dan benar.

b. Mengetahui nilai tahanan pentanhan menggunakan alat ukur earthtester.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberi gambaran secara garis besar dan sekaligus mempermudah pembaca

dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, Maka sistematika penulisan skripsi yang

terdiri dari beberapa bab dapat di uraikan sebagai berikut:


BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Batasan

Masalah, serta Sistematika Penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori dimana, Tinjauan

Pustaka berisi tentang perbandingan antara tugas akhir ini dengan tugas akhir yang sudah

ada sebelumnya. Sedangkan Landasan Teori berisi tentang penjelasan singkat tentang

penjelasan singkat mengenai Elektroda ROD (batang) yang digunakan pada penelitian

tugas akhir ini.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tahapan dan metode yang dilakukan dalam pelaksanaan

penelitian, perancangan tugas akhir, serta hipotesis yang dibuat berdasasrkan rumusan

masalah, batasan masalah, serta teori yang ada. Di dalam bab ini juga akan di bahas tentang

cara perancangan elektroda sistem pentanahan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini di bahas hasil penelitian serta pembahasan

BAB V. PENUTUP

Pada bab ini yang di bahas adalah kasimpulan dan saran-saran sebagai hasil dari

skripsi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian sebelumnya telah dilaksanakan yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilaksanakan ini, yaitu: penelitian dengan judul “PENGUJIAN

PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG” oleh supriyo. Staf pengajar jurursan teknik

mesin politeknik negeri semarang,2010 penelitian ini hanya mengukur nilai pembumian

pada penggunaan elektroda batang, penelitian ini dapat di kembangkan dengan

menggunakan metode Rod atau batang namun lebih di variasikan lagi untuk mendapatkan
nilai tahanan pentanahan yang ideal. Kemudian penelitian lain yang berjudul ”PENGARUH

KEDALAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI

TAHANAN PEMBUMIAN” oleh Muhammad Taqiyuddin Alawy dosen Teknik Elktro

Universitas Islam Malang, 2013 penelitian ini dilakukan dengan tiga titik objek uji

elektroda,namun kekuranag dari penelitian ini adalah tidak mengetahui nilai tahanan

pentanahan pada penggunaan metode yang pentanahan yang lain.

Berdasarkan penelitian di atas, untuk dilakukan penelitian yang mudah dan efisisen

namun menghasilkan nilai tahanan pentanahan yang yang baik dengan judul “ANALISIS

PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN TERHADAP KEDALAMAN

DAN JUMLAH ELEKTRODA BATANG”.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan atau bisa disebut sebagai grounding sistem adalah sistem

pemantau terhadap perangkat-perangkat yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga,

dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antar

suatu peralatan atau sirkuit listrik dengan bumi.

Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem

tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu peralatan

khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatakn pehatian yang serius,

karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk suatu
sistem proteksi. Tidak jarang orang umum/awam maupun seorang teknisi masih ada

kekurangan dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang

sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem pentanahan adalah hambatan suatu

sistem pentanahan tersebut.

Menurut Anggoro (2000) perilaku tahanan sistem pentanahan sangat tergantung pada

frekuensi (dasar harmonisanya) dari arus yeng mengalir kesistem tersebut. Dalam suatu

pentanahan baik penangkal petir atau pentanahan netral sistem tenaga berapa besar

impedansi sistem pentanahan tersebut.

Besar impedansi pentanahan tersebut sangat di pengaruhi oleh banyak faktor, baik

faktor internal atau eksternal. Faktor internal meliputi:

Dimensi konduktor pentanahan (diameter atau panjangnya)

Resitivitas relative tanah

Konfigurasi pentanahan

Sedangkan faktor eksternal:

Bentuk arusnya (pulas, sinusoidal, searah)

Frekuensi yang mengalir kedalam sistem pentanahan

Tujuan utama pentanhan ialah menciptakan jalur yang low impedance (tahanan rendah)

terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transein voltage. Dengan sitem

pentanahan yang baik dan efektif akan meminimalkan efek tersebut.


Berdasarkan IEEE Std 142 TM-2007, tujuan sistem pentanahan adalah:

Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang diperbolehkan

Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi terjadinya hubungan

yang tidak di hendaki antar konduktor sistem dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan

beroprasinya peralatan otomatis yang memutuskan suplay tegangan dari konduktor tersebut.

Ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan didalam PUIL, (Peraturan Umum

Instalasi Listrik, 2000) bahwa:

Untuk stasiun tenaga yang besar, (≥ 10 kilovolt) nilai R harus ≤ 25 ohm.

Untuk stasiun tenaga yang kecil, (≤ 10 kilovolt) termasuk menara transmisi, nilai R harus ≤

10 ohm.

Untuk peralatan listrik dan elrktronika, nilai R harus ≤ 5 ohm.

Untuk sistem penangkal petir, nilai R harus ≤ 25 ohm.

Metode-metode yang di gunakan dalam mereduksi nilai R untuk elektroda batang

pembumian, telah direkomendasikan menurut IEEE Std. 142-1982 yaitu:

Penambahan jumlah batang pembumian.

Memperpanjang ukuran batang pembumian.

Membuat perlakuan terhadap tanah (soil treatmen) terbagi atas:

Metode bak ukur (Container Method).


Metode parit (Trech Methode)

Menggunakan batang pembumian khusus

Metode kombinasi.

2.2.2 Karakter Sistem Pentanahan Yang Efektif

Karakteristik sistem pentanahan yang efeektif adalah:

Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada sistem harus merupakan

koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya.

Verifikasi secara visual dapat dilakukan.

Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.

Semua komponen metal harus ditahan/ diatur oleh sistem pentanahan dengan tujuan

untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada potensial

listrik yang sama.

2.2.3 Jenis Elektroda Pentanahan

Elektroda pentanahan adalah penghantar yang senagja di tanam di dalam tanah untuk

mendapatkan kontak yang baik antara bagian tertentu pad instalasi listrik atu bagian-bagian

yang diamankan di tanah.


Menurut PUIL 2000 (3.18.11) elektroda ialah penghantar yang di tanamkan kedalam

tanah yang membuat kontak langsung dengan tanah. Untuk bahan elektroda biasanya

digunakan bahan tembaga, atau baja yang bergalvanis atau dilapisi tembaga

Ada 4 macam jenis elektroda pentanahan yaitu:

Elektroda batang atau Rod

Elektroda pelat

Elektroda pita

Elektroda jala atau Gid atau Mesh

Pada penelitian kali ini elektroda yang akan digunakan ialah jenis elektroda batang

atau Rod, berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai elektroda batang atau rod.

Elektroda Batang atau Rod, yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil ysng di

pancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan

dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan pada gardu

induk secara teknis, elektroda jenis ini mudah pemasanganya dan tidak memerlukan lahan

yang luas. Gmbar 2.1 berikut adalah contoh elektroda batang ditanam dengan kedalam yang

cukup dalam:
Gambar 2.1 Prinsip kedalam elektroda batang

R=………………………………………………………..…(2.1)

Dimana :

R = Tahanan pentanahan untuk batang tunggal (ohm)

= Tahanan jenis tahanan (ohm-meter)

L = Panjang elektroda (meter)

= Diameter elektroda (meter)

Susunan dari dua batang elektroda (S) bentuk silinder yang ditanam tegak

lurus kedalam dengan jarak antara kedua elektroda tersebut. Nilai tahanan pentanahan

jenis tanah yang relative tinggi, maka untuk mengguranginya dengan cara

menanamkan batang-batang elektroda pentanahan dalam jumlah yang cukup banyak.


Untuk dua batang elektroda pentanahan yang ditanam tegak lurus kedalam tanah

seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Permuakaan tanah

Gambar 2.2 Dua batang elektroda ditanam tegak lurus kedalam tanah

Rn = +…..)……………………..(2.2)

Dimana :

R = Rd1= Tahanan pentanahan untuk batang tunggal (ohm)

Rd2= Tahanan pentanahan untuk dua batang elektroda (ohm)

= Tahanan jenis tanah (ohm-meter)

L= Panjang elektroda (meter)

= Diameter elektroda (cm)

S= Jarak antara kedua batang elektroda (meter)

2.2.4. Bagian-Bagian yang Ditanahkan


Pada sebuah instalasi listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan atau

sering juga disebut dibumikan. Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah :

Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan

mudah bisa disentuh manusia, hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah

disentuh oleh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia

berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya.

Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini

diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang

muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancer.

Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Sesungguhnya berfungsi

sebagai lightning arrester, karena letaknya yang ada disepanjang saluran transmisi,

maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat

petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancer melalui kaki tiang saluran transmisi.

Titik netral pada transformator atau titik netral pada generator, diperlukan dalam

kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubungan

tanah. Dalam praktik, diingginkan agar tanah pentanahan dari titik-titik pentanahan

tersebut diatas tidak melebihi 5 ohm. Secara teoritis, tahanan dari tanah atau bumi

adalah nol karna luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak

demikian, artinya tahanan pentanahan tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh
adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah dimana alat tersebut

dipasang (dalam tanah).

2.2.3 Pengukuran Tahanan Tanah Menggunakan Alat Eathtester

Karakteristik tahanan pada suatu tempat berbeda-beda, dimana kepadatan,

temperature dan jenis tanah mempengaruhi besarnya tahanan yang dihasilkan. Dalam

setiap pembicaraan tentan pentanahan, pertanyaan yang selalu timbul adalah :

“seberapa kecil tahanan pentanahan ?”. makin kecil tahanan yang dihasilkan, makin

baik. Lebih jauh lagi, untuk perlindungan atau pengamanan manusia dan peralatan

yang dingunakan berhubungan dengan satu daya listrik , patut diusahakan tahanan

tanah lebih kecil dari satu ohm. Dalam gardu induk distribusi harga tahanan

maksimum yang diperbolehkan adalah 5 ohm, demikian juga halnya pada menara

transmisi, untuk menghindari lompatan karena naiknya tegangan/potensial pada

waktu terjadi sambaran petir maka tahanan kaki menara perlu dibuat sekecil mungkin.

Untuk mengetahui mengapa tahanan tanah harus rendah digunakan hukum ohm, yaitu

Sebagai beban perbandingan bahwa besarnya tahanan tanah berbeda-beda,d

dapat dilihat pada table 1 berikut ini :

Table 0.1 Berbagai jenis tahanan tanah


No Uraian Tanah Ohm

1 Tanah Rawa 30

2 Tanah liat dan tanah lading 100

3 Pasir basah 200

4 Kerikil basah 500

5 Pasir dan kerikil kering 1000

6 Tanah berbatu 3000

(Sumber : PUIL : 2011)

Tabel 0.2 variasi nilai tahanan jenis dari beberapa jenis batuan sedimen

Jenis batuan Nilai tahanan jenis (Ωm)

Lempung 3-30

Lempung berdebu 5-40

Pasir berlempung 5-50

Lempung berpasir 30-100

Lempung shale 50-200


Pasir, gravel 102 – 5.103

Gips, batu gamping 102 – 5.103

Batuan kristalin 2.102 – 5.103

Batu bergaram, Anhydrate 2.103<

Sumber : Rolia eva, 2002

Tahanan tanah merupakan kunci utama yang menentukan tahanan elektroda

dan pada kedalaman berapa pasak harus dipasang agar diperoleh tahanan yang

rendah.

Elektroda-elektroda haruslah ditanam pada lokasi yang hendak diukur.

Elektroda yang pertama kali ditanam adalah elektroda E, kemudian elektroda C.

Dengan demikian akan ada beda potensial antara elektroda E dan elektroda C yang

ditimbulkan darai satu daya. Jarak elektroda E dan elektroda C yang ditanam tersebut

harus cukup jauh. Seperti terlihat pada gambar 2.3.


Gambar 2.3 Pengujian Tahanan Tanah

(Sumber : Diklat Pentanahan)

Dengan demikian ada satu daya yang disuplay pada elektroda E dengan

elektroda C ketanah dan amperemeter menunjukan nilai arus pada elektroda E dan

elektroda C. sedangkan elektroda P sekarang ditanam diantara elektroda E dan

elektroda C dan Voltmeter tersebut akan menunjukan nilai tegangan antar E dan P.

selanjutnya menggunakan hokum ohm dapat ditentukan besarnya tahanan tanah

tersebut (R=V/1).

V= I x R…………………………………………………(2.3)

Dimana :

V= Tegangan (Volt)

I= Arus (Amper)

R= Tahanan (Ohm)

Sebagai contoh misalkan suatu lokasi yang hendak diketahui besar tahanan

tanahnya maka ditanam elektroda-elektroda tersebut (E, P dan C). Besar tegangan

sumber atau satu daya yang disuplay antara elektroda E dan elektroda C adalah 1 A.

Selanjutnya besarnya tegangan yang terukur anatara elektroda E dan elektroda P,


dimana tegangan menunjukan besarnya adalah 25 V. maka besar tahanan tanah pada

lokasi tersebut adalah :

V= I X R

R=

R=

R= 25 Ω

Sehingga besar tahanan yang berada pada lokasi tersebut adalah 25 Ω.

2.2.4. Geolistrik

Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conard Schlumberger pada

tahun 1912 . Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk memahami

perubahan jenis lapisan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus

listrik DC (direvt Curent) yang meningkatkan tegangan ke tanah. Injeksi aarus listrik

ii menggunakn dua buah ‘elektroda arus’ A dan B yang di tancapkan ke dalam tanah

dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran

listrik dapat menembus lapisan lebih dalam, metode geolistrik umumnya digunakan

pada esplorasi dangkal saja.


Gambar 2.3 cara kerja metoda geolistrik

(Sumber ; https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/geolistrik/)

2.2.5. Faktor tegangan permukaan tanah

Ada beberapa faktor penyebab tegangan permukaan tanah ialah :

Pengaruh uap lembah dalam tanah

Kandungan uap lembah dalam tanah merupakan faktor penentu nilai tegangan

tanah. Variasi dari perubahan uap lembab akan membuat perubahan yang menonjol

dalam efektifitas hubungan elektroda pentanahan dengan tanah. Hal ini jelas terlihat

pada kandungan uap lembab dibawah 20%. Nilai di atas 20% resistivitas tanah tidak

hanya berpengaruh, tetapi dibawah 20% resistivitas tanah meningkat drastis dengan

penurunan kandungan uap lembah.

Berkaitan dari kandungan uap lembah, tes bidang menunjukan bahwa dengan

lapisan permukaan tanah 10 kali akan lebih baik ditahan oleh batasan dasar. Elektroda
yang dipasang dengan dasar batu biasanya memberikan kualitas pentanahan yang

baik, hal ini disebabkan dasar-dasar batu sering tidak dapat tembus air dan

menyimpan uap lembab sehingga memberikan kandungan uap lembab yang tinggi.

Pengaruh temperature

Temperature akan berpengaruh langsung terhadap resistivitas tanah dengan

demikian akan berpengaruh juga terhadap performa tegangan permukaan tanah. Pada

musim dingin struktur fisik tanah menjadi sangat keras, dan tanah membeku pada

kedalaman tertentu. Air didalam tanah membeku pada suhu 0o C dan hal ini

menyebabkan peningkatan yang besar dalam koefisien temperature resistivitas tanah.

Koefisien ini negative, dan pada saat temperature menurun, resistivitas naik dan

resistansi hubungan tanah tinggi. Pengaruh temperature terhadap resistivitas tanah

dijelaskan dalam table 0.3 sebagai berikut :

Table 0.3 Efek Temperatur Terhadap Resistivitas tanah

No. Temperatur (oC) Resistivitas (Ohm)

1 -5 70000

2 0 30000

3 0 10000
4 10 8000

5 20 7000

6 30 6000

7 40 5000

8 50 4000

Sumber IEEE std 145-2007

Temperature tanah sangat memepengaruhi besarnya nilai tahanan pentanahan

jenis tanah, hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperature di bawah titik beku

air (0ºC) penurunan temperature walaupun sedikit dapat menyebabkan kenaikan nilai

tahanan jenis tanah, karena pada temperature di bawah titik beku air (0ºC) air di dalam

tanah akan membeku dan menyebabkan molekul molekul air dalam tanah sulit untuk

bergerak sehingga daya hantar listrik menjadi rendah sekali, dan sebaliknya ketika

temperature naik, air akan berubah menjadi fase cair dimana molekul molekul air

bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi besar dan tahanan jenis

tanah akan turun.

Perubahan resitivitas tanah

Resitivitas tanah sngat tergantung dengan material pendukung tanah,

temperature dan kelembapan. Daerah dengan struktur tanah berpasir, berbatu dan
cenderung berstruktur tanah cadas mempunyai resitivitas yang tinggi. Disinyalir

kondisi tanah, berkurangnya tumbuhan-tumbuhan yang dapat mengikat air

mengakibatkan kondisi tanah tandus dan berkurang kelembabannya.

Korosi

Komponen sisteem pentanahan di pasang di atas dan di bawah permukaan

tanah, keduanya menghadapi karakteristik lingkungan yang berlainan. Bagian yang

berada di atas permukaan tanah, asap dan partikel debu dari proses industri serta

partikel terlarut yang terkandung dalam air hujan akan mengakibatkan korosi pada

konduktor. Bagian di bawah tanah, kondisi tanah basah yang mengandung materi

alamiah, bahan-bahan kimia yang terkontaminasi didalamnya juga dapat

mengakibatkan korosi. Secara umum terdapat dua penyebab terjadinya korosi yaitu:

Korosi bimetal (bimetallic corrosion)

Korosi kimia (chemical corrosion)

2.2.6 Cara Menurunkan Tegangan Permukaan Tanah

Metode konvensional untuk menurunkan tegangan permukaan tanah yang bernilai

tinggi adalah ddengan menurunkan tahanan jenis tanah. Beberapa zat adiktif yang di
tambahkan di dalam tanah terbukti mampu menurunkan tahanan jenis tanah dan

secara langsung akan menurukan tegangan permukaan tanah. Beberapa jenis garam

yang secara alamiah terkandung di dalam tanah cenderung bersifat konduktif dan

menurunkan tahanan jenis tanahnya. Penambahan aditif harus diperhitungkan cermat

karena beberapa aditif pada dosis tertentu cenderung bersifat korosif yang sangat

dihindari dalam sistem pentanahan. Bahan-bahan yang digunakan untik menurunkan

tahanan jenis tanah antara lain sebagai berikut:

Bentonite

Bentonite adalah bahan alami berupa tanah liat berwarna coklat muda sewarna

minyak zaitun dengan tingkat keasaman rendah, mempunyai pH 10,5. Bentonite

mampu menyerap air disekitarnya lima kali berat bentonite sendiri dan menahanya.

Dimensinya dapat mengembang 13 kali volume keringnya. Nama kimia bentonite

adalah sodium montmorillonite. Dalam kondisi tak jenuh zat ini mampu menyerap

kelembaban tanah sekitar dan hal ini yang menjadikan bentonite digunakan. Zat ini

mempunyai resitivitas rendah sekitar 5 Ohm dan bersifat non korosif.

Marcionite

Marcionite adalah bahan yang bersifat konduktif dengan kandungan kristal karbon

yang cukup tinggi pada fase ininormalnya, dan juga mengandung belerang dan

klorida dengan konsentrasi rendah. Seperti halnya bentonite, marcionite Kn bereaksi


korosif terhadap logam tertentu, dan memiliki tahanan jenis rendah. Logam yang

digunakan sebaiknya dilapisi bitumen atau cat bitumastik sebelum dihubungkan

dengan marcionite. Alumunium, lapisan timah dan baja galvanis sebaiknya jangan

dimpsang pada marcionite.

Gypsum

Adakalanya kalsium sulfat (gypsum) digunakan sebagai bahan uruk, baik

dalam fase sendiri maupun di campur dengan bentonite atau dengan tanah

alami berasal dari daerah tersebut. Gypsum mempunyai kelarutan yang

rendah sehingga tidak mudah dihilangkan, tahanan jenisnya rendah berkisar

5-10 Ohm-m pada kondisi jenuh. Dengan Ph berkisar 6,2-6,9,gypsum

cenderung bersifat netral.

Gypsum tidak mengkorosi tembaga, meskipun terkadang kandungan ringan

SO3 menjadi masalah pad struktur dasar dan fondasi. Za ini tidak mahal dan

biasanya di campur dengan tanah urukan ssekitar elektroda. Zat ini

memebantu memepertahankan tahanan yang rendah dengan periode waktu

yang relative lama, pada daerah dengan kandungan garam disekitarnya

dilarutkan oleh aliran air (hujan) resitivitas tanah yang tinggi disinyalir sebagai

sebab utama tingginya tahanan tanh.

Arang kayu
Perlakuan kimiawi terhadap tanah dirasa cocok dan murah di terapkan solusi

pemecahan terhadap tingginya tahanan tanah. Metode tersebut dilakukan dengan

memberikan bahan urukan (blackfill material), yang digunakan adalah arang kayu

untuk menurunkan resitivitas tanah.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian

Lama waktu penelitian yang akan di lakukan selama kurang lebih 1 bulan, di mulai

dari awal bulan Mei dan berakhir hingga awal bulan Juni. Agar hasil yang di dapatkan selama

penelitian dapat maksimal sehingga dampak kesalahan dapat diminimalsir, sedangkan

tempat penelitian yanag akan dilakukan yaitu di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro

Universitas Tadulako.

3.2 Bahan Dan Alat Penelitian


3.2.1 Alat

Adapun alat yang di gunakan pada penelitian ini adalah:

Earth tester 5.meteran

Tang (potong/jepit) 6. obeng

Gergaji besi

Gurinda

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada perancangan sistem pentanahan:

Tembaga batang

3.3 Cara penelitian

Pada penelitian ini, ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar

penelitian berjalan dengan baik dan benar, dan tahapan-tahapan itu akan di gambarkan

melalui flowchart di bawah ini:


Tidak
Ya

Gambar 3.1 Flowchart Metode Penelitian

Ada beberapa langkah penting yang terdapat pada diagram alir di atas antara lain:

1. Studi pustaka

Pada bagian ini peneliti mencari materi baik itu di perpustakaan ataupun internet

untuk menambah referensi yang mendukung dalam proses penelitian.

2. Pemilihan lokasi

Pada langkah ini penentuan lokasi penelitian pada area universitas tadulako. Lokasi

penelitian berada di area fakultas teknik elektro.

3. Menyiapkan alat penelitian

Merupakan proses pembuatan alat penelitian sebelum dilakukan penelitian.

4. Pengukuran awal dan observasi


Merupakan proses pengambilan data awal sebagai acuan untuk melakukan

penelitian dan observasi mekihat dan menentukan titik lokasi penelitian.

5. Peranacangan elektroda Rod / Batang

Proses pembuatan atau merangkai elektroda Rod sampai dengan proses

pemasangan elektroda tersebut.

6. Pengukuran atau pengambilan data

Pada proses ini pengukuran dan pengambilan data dibagi menjadi dua bagian:

Pada pengukuraan nilai tahanan jenis tanah:

Pengambilan data pada fakultas teknik jurusan teknik elektro

Pengukuran nilai tahanan pentanahan

Pengambilan data pada jurusan teknik elektro

Prosedur pengukuran nilai tahanan jenis tanah adalah sebagai berikut:

Mempersiapkan alat dan bahan.

Menentukan jarak antara elektroda bantu masing-masing sebesar 1m.

Memebbuat rangkaian pengujian dengan menanam elektroda sedalam 0,5m.

Hubungkan semua elektroda bantu dengan kabel penghubung,dan sambungkan ke alat

resitivmeter.
Sebelum melakukan pengukuran, lakukan pengecekan di tiap sambungan elektroda yang

di pasang denagn cara running test, jika terjadi kesalahan sambungan maka alat ukur

resititvmeter akan memberitahukan dengan tulisan “HOUL” pada layar alat ukur.

Jika sambungan tidak mengalami masalah, maka pada alat ukur resitivmeter akan muncul

tulisan “READY”.

Nilai yang terbaca pada alat ukur akan di upload ke computer.

Prosedur pengukuran nilai tahanan pentanahan adalah sebagai berikut:

Mempersiapkan alat dan bahan.

Mengecek tegangan baterai dengna menghidupkan earth tester dengan cara menekan

tombol, jika jarum bergerak ke garis biru, berarti baterai dalam keadaan baik. Jika jarum

bergerak tidak mendekati garis biru, maka baterai dalam keadaan lemah, berarti perlu di

ganti.

Menentukan jarak elektroda utama dan elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal

10meter.

Membuat rangkain pengujian dengan menanam elektroda bantu dngan cra memukul kepala

elektroda dengan martil, jika menjumpai lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan

memaksakan penanaman elektroda di tempat tersebut,tapi memindahkan ke bagian tanah

yang lain.
Hubungkan penjepit ke eletroda utama dan elektroda bantu, pastikan bahwa penjepit

terpasang dengan sempurna, karena hal ini akan berpengaruh pada hasil pengukuran

nantinya.

Melakukan pengukuran dengan menekan tombol beberapa detik serta mengatur posisi

jarum sampe berada pada titik ‘0’ setelah itu tombol boleh di lepaskan.

Mencatat nilai tahanan pentanahan yang di tunjukan oleh jarum pada alat ukur earthtester.

Melakukan pengukuran nilai tahanan pentanahan elektroda Rod/batang

Konfigurasi penanaman batang elektroda terdiri dari satu elektroda batang,dua elektroda

batang, tiga elektroda batang,dan empat elektroda batang

Pengukuran nilai tahanan di lakukan dengan mengubah nilai kedalaman penanaman

elektroda Rod/batang (L).

Elektroda A dengan kedalaman 50cm kemudian di tambah elektroda B dengan kedalaman

50cm,di tambah dengan elektroda C dengan kedalaman 50cm hingga elektroda D dengan

kedalaman 50cm.

Ukur satu persatu elektroda yang sudah di tanam,mulai dari elektroda A lalu catat

hasilnya,lalu tambah elektroda B (A+B) catat hasilnya,tambah elektroda C, (A+B+C) catat

hasilnya, lalu tambah elektroda D (A+B+C+D) catat hasilnya.

Tambah kedalaman tiap elektroda dari A-D menjadi 100cm, lalu ukur kembali seperti di

tahap d.
Kemudian tambah lagi kedalam tiap elektroda dari A-D menjadi 150cm kemudian lakukan

pengukuran seperti tahap d.

Analisa data

Proses ini analisa data akan di lakukan setelah proses tinjauan lapangan hingga proses

pengambilan data selesai dilaksanakan, apa bila layak maka penelitian akan di lanjutkan

jika tidak layak, maka akan di lakukan proses pengambilan data kembali.

Kesimpulan

Setelah semua proses telah selesai barulah melangkah ke proses kesimpulan sehingga

memepermudah untuk proses selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyono, B Prasetiyo, 2012. Analisis Pengaruh Jarak dan Kedalaman Terhadap Nilai

Tahanan Pembumian Dengan 2 Elektroda Batang, Teknik Mesin Politeknik

Negeri Semarang.
Supriyo, 2010. Pengujian Pembumian Elektroda Batang, Staf Pengajar Jurusan Teknik

Mesin Politeknik Negri Semarang.

Muhammad Taqyudin Alawy, 2013. PEngaruh Kedalaman Dan Jarak Elektroda

Tambahan Terhadap Nilai Tahanan Pembumian, Dosen teknik Elektro

Universitas Islam Malang.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000) Jakarta.
PUIL 2011. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
Anonim IEEE Std 142TM-2007. Recommended Practice For Grounding of Industrial and
Comercial Power System, New York

Anda mungkin juga menyukai