PENDAHULUAN
netral sistem tenaga dan pembumian peralatan. Pembumian netral sistem tenaga
terjadi gangguan atau kejutan listrik tidak membahayakan keselamatan manusia dan
Menurut puil 2000, nilai pentanahan yang baik adalah <5 ohm bahkan ada
peralatan yang memerlukan nilai tahanan pentanahannya <1 ohm (BTS dan GArdu
yang ada di teknik elektro universitas tadulako di dapatkan nilai pentanahan sangat
tinggi (30 ohm), hal ini menyebabkan sebagian modul-modul praktikum yang
terdapat pada laboratorium teknik elektro universitas tadulako tidak beroprasi dengan
baik, pada saat melakukan observasi awal diketahui bahwa sistem pentanahan yang
di gunakan saat ini adalah menggunakan elektroda Rod, dimana 3 batang elektroda
yang satu sama lain saling terhubung dengan jarak pentananhan yang terpisah dan
kedalaman berbeda, teatpi dengan menggunakan elektroda ini tidak bisa memberikan
pentanahan yang lebih baik, pada penelitian kali ini akan dirancang sistem
Adapun batasan atau ruang lingkup dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat akademis
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Untuk memberi gambaran secara garis besar dan sekaligus mempermudah pembaca
dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, Maka sistematika penulisan skripsi yang
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Batasan
Bab ini berisi tentang Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori dimana, Tinjauan
Pustaka berisi tentang perbandingan antara tugas akhir ini dengan tugas akhir yang sudah
ada sebelumnya. Sedangkan Landasan Teori berisi tentang penjelasan singkat tentang
penjelasan singkat mengenai Elektroda ROD (batang) yang digunakan pada penelitian
Bab ini berisi tentang tahapan dan metode yang dilakukan dalam pelaksanaan
penelitian, perancangan tugas akhir, serta hipotesis yang dibuat berdasasrkan rumusan
masalah, batasan masalah, serta teori yang ada. Di dalam bab ini juga akan di bahas tentang
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini yang di bahas adalah kasimpulan dan saran-saran sebagai hasil dari
skripsi.
BAB II
penelitian yang akan dilaksanakan ini, yaitu: penelitian dengan judul “PENGUJIAN
mesin politeknik negeri semarang,2010 penelitian ini hanya mengukur nilai pembumian
menggunakan metode Rod atau batang namun lebih di variasikan lagi untuk mendapatkan
nilai tahanan pentanahan yang ideal. Kemudian penelitian lain yang berjudul ”PENGARUH
Universitas Islam Malang, 2013 penelitian ini dilakukan dengan tiga titik objek uji
elektroda,namun kekuranag dari penelitian ini adalah tidak mengetahui nilai tahanan
Berdasarkan penelitian di atas, untuk dilakukan penelitian yang mudah dan efisisen
namun menghasilkan nilai tahanan pentanahan yang yang baik dengan judul “ANALISIS
Sistem pentanahan atau bisa disebut sebagai grounding sistem adalah sistem
dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antar
Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem
tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu peralatan
khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatakn pehatian yang serius,
karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk suatu
sistem proteksi. Tidak jarang orang umum/awam maupun seorang teknisi masih ada
kekurangan dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang
sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem pentanahan adalah hambatan suatu
Menurut Anggoro (2000) perilaku tahanan sistem pentanahan sangat tergantung pada
frekuensi (dasar harmonisanya) dari arus yeng mengalir kesistem tersebut. Dalam suatu
pentanahan baik penangkal petir atau pentanahan netral sistem tenaga berapa besar
Besar impedansi pentanahan tersebut sangat di pengaruhi oleh banyak faktor, baik
Konfigurasi pentanahan
Tujuan utama pentanhan ialah menciptakan jalur yang low impedance (tahanan rendah)
terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transein voltage. Dengan sitem
Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang diperbolehkan
Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi terjadinya hubungan
yang tidak di hendaki antar konduktor sistem dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan
beroprasinya peralatan otomatis yang memutuskan suplay tegangan dari konduktor tersebut.
Untuk stasiun tenaga yang kecil, (≤ 10 kilovolt) termasuk menara transmisi, nilai R harus ≤
10 ohm.
Metode kombinasi.
Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada sistem harus merupakan
Semua komponen metal harus ditahan/ diatur oleh sistem pentanahan dengan tujuan
untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada potensial
Elektroda pentanahan adalah penghantar yang senagja di tanam di dalam tanah untuk
mendapatkan kontak yang baik antara bagian tertentu pad instalasi listrik atu bagian-bagian
tanah yang membuat kontak langsung dengan tanah. Untuk bahan elektroda biasanya
digunakan bahan tembaga, atau baja yang bergalvanis atau dilapisi tembaga
Elektroda pelat
Elektroda pita
Pada penelitian kali ini elektroda yang akan digunakan ialah jenis elektroda batang
atau Rod, berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai elektroda batang atau rod.
Elektroda Batang atau Rod, yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil ysng di
pancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan
dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan pada gardu
induk secara teknis, elektroda jenis ini mudah pemasanganya dan tidak memerlukan lahan
yang luas. Gmbar 2.1 berikut adalah contoh elektroda batang ditanam dengan kedalam yang
cukup dalam:
Gambar 2.1 Prinsip kedalam elektroda batang
R=………………………………………………………..…(2.1)
Dimana :
Susunan dari dua batang elektroda (S) bentuk silinder yang ditanam tegak
lurus kedalam dengan jarak antara kedua elektroda tersebut. Nilai tahanan pentanahan
jenis tanah yang relative tinggi, maka untuk mengguranginya dengan cara
Permuakaan tanah
Gambar 2.2 Dua batang elektroda ditanam tegak lurus kedalam tanah
Rn = +…..)……………………..(2.2)
Dimana :
sering juga disebut dibumikan. Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah :
Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan
mudah bisa disentuh manusia, hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah
disentuh oleh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia
Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang
muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancer.
Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Sesungguhnya berfungsi
sebagai lightning arrester, karena letaknya yang ada disepanjang saluran transmisi,
maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat
petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancer melalui kaki tiang saluran transmisi.
Titik netral pada transformator atau titik netral pada generator, diperlukan dalam
tanah. Dalam praktik, diingginkan agar tanah pentanahan dari titik-titik pentanahan
tersebut diatas tidak melebihi 5 ohm. Secara teoritis, tahanan dari tanah atau bumi
adalah nol karna luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak
demikian, artinya tahanan pentanahan tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh
adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah dimana alat tersebut
temperature dan jenis tanah mempengaruhi besarnya tahanan yang dihasilkan. Dalam
“seberapa kecil tahanan pentanahan ?”. makin kecil tahanan yang dihasilkan, makin
baik. Lebih jauh lagi, untuk perlindungan atau pengamanan manusia dan peralatan
yang dingunakan berhubungan dengan satu daya listrik , patut diusahakan tahanan
tanah lebih kecil dari satu ohm. Dalam gardu induk distribusi harga tahanan
maksimum yang diperbolehkan adalah 5 ohm, demikian juga halnya pada menara
waktu terjadi sambaran petir maka tahanan kaki menara perlu dibuat sekecil mungkin.
Untuk mengetahui mengapa tahanan tanah harus rendah digunakan hukum ohm, yaitu
1 Tanah Rawa 30
Tabel 0.2 variasi nilai tahanan jenis dari beberapa jenis batuan sedimen
Lempung 3-30
dan pada kedalaman berapa pasak harus dipasang agar diperoleh tahanan yang
rendah.
Dengan demikian akan ada beda potensial antara elektroda E dan elektroda C yang
ditimbulkan darai satu daya. Jarak elektroda E dan elektroda C yang ditanam tersebut
Dengan demikian ada satu daya yang disuplay pada elektroda E dengan
elektroda C ketanah dan amperemeter menunjukan nilai arus pada elektroda E dan
elektroda C dan Voltmeter tersebut akan menunjukan nilai tegangan antar E dan P.
tersebut (R=V/1).
V= I x R…………………………………………………(2.3)
Dimana :
V= Tegangan (Volt)
I= Arus (Amper)
R= Tahanan (Ohm)
Sebagai contoh misalkan suatu lokasi yang hendak diketahui besar tahanan
tanahnya maka ditanam elektroda-elektroda tersebut (E, P dan C). Besar tegangan
sumber atau satu daya yang disuplay antara elektroda E dan elektroda C adalah 1 A.
V= I X R
R=
R=
R= 25 Ω
2.2.4. Geolistrik
tahun 1912 . Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk memahami
perubahan jenis lapisan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus
listrik DC (direvt Curent) yang meningkatkan tegangan ke tanah. Injeksi aarus listrik
ii menggunakn dua buah ‘elektroda arus’ A dan B yang di tancapkan ke dalam tanah
dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran
listrik dapat menembus lapisan lebih dalam, metode geolistrik umumnya digunakan
(Sumber ; https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/geolistrik/)
Kandungan uap lembah dalam tanah merupakan faktor penentu nilai tegangan
tanah. Variasi dari perubahan uap lembab akan membuat perubahan yang menonjol
dalam efektifitas hubungan elektroda pentanahan dengan tanah. Hal ini jelas terlihat
pada kandungan uap lembab dibawah 20%. Nilai di atas 20% resistivitas tanah tidak
hanya berpengaruh, tetapi dibawah 20% resistivitas tanah meningkat drastis dengan
Berkaitan dari kandungan uap lembah, tes bidang menunjukan bahwa dengan
lapisan permukaan tanah 10 kali akan lebih baik ditahan oleh batasan dasar. Elektroda
yang dipasang dengan dasar batu biasanya memberikan kualitas pentanahan yang
baik, hal ini disebabkan dasar-dasar batu sering tidak dapat tembus air dan
menyimpan uap lembab sehingga memberikan kandungan uap lembab yang tinggi.
Pengaruh temperature
demikian akan berpengaruh juga terhadap performa tegangan permukaan tanah. Pada
musim dingin struktur fisik tanah menjadi sangat keras, dan tanah membeku pada
kedalaman tertentu. Air didalam tanah membeku pada suhu 0o C dan hal ini
Koefisien ini negative, dan pada saat temperature menurun, resistivitas naik dan
1 -5 70000
2 0 30000
3 0 10000
4 10 8000
5 20 7000
6 30 6000
7 40 5000
8 50 4000
jenis tanah, hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperature di bawah titik beku
air (0ºC) penurunan temperature walaupun sedikit dapat menyebabkan kenaikan nilai
tahanan jenis tanah, karena pada temperature di bawah titik beku air (0ºC) air di dalam
tanah akan membeku dan menyebabkan molekul molekul air dalam tanah sulit untuk
bergerak sehingga daya hantar listrik menjadi rendah sekali, dan sebaliknya ketika
temperature naik, air akan berubah menjadi fase cair dimana molekul molekul air
bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi besar dan tahanan jenis
temperature dan kelembapan. Daerah dengan struktur tanah berpasir, berbatu dan
cenderung berstruktur tanah cadas mempunyai resitivitas yang tinggi. Disinyalir
Korosi
berada di atas permukaan tanah, asap dan partikel debu dari proses industri serta
partikel terlarut yang terkandung dalam air hujan akan mengakibatkan korosi pada
konduktor. Bagian di bawah tanah, kondisi tanah basah yang mengandung materi
mengakibatkan korosi. Secara umum terdapat dua penyebab terjadinya korosi yaitu:
tinggi adalah ddengan menurunkan tahanan jenis tanah. Beberapa zat adiktif yang di
tambahkan di dalam tanah terbukti mampu menurunkan tahanan jenis tanah dan
secara langsung akan menurukan tegangan permukaan tanah. Beberapa jenis garam
yang secara alamiah terkandung di dalam tanah cenderung bersifat konduktif dan
karena beberapa aditif pada dosis tertentu cenderung bersifat korosif yang sangat
Bentonite
Bentonite adalah bahan alami berupa tanah liat berwarna coklat muda sewarna
mampu menyerap air disekitarnya lima kali berat bentonite sendiri dan menahanya.
adalah sodium montmorillonite. Dalam kondisi tak jenuh zat ini mampu menyerap
kelembaban tanah sekitar dan hal ini yang menjadikan bentonite digunakan. Zat ini
Marcionite
Marcionite adalah bahan yang bersifat konduktif dengan kandungan kristal karbon
yang cukup tinggi pada fase ininormalnya, dan juga mengandung belerang dan
dengan marcionite. Alumunium, lapisan timah dan baja galvanis sebaiknya jangan
Gypsum
dalam fase sendiri maupun di campur dengan bentonite atau dengan tanah
SO3 menjadi masalah pad struktur dasar dan fondasi. Za ini tidak mahal dan
dilarutkan oleh aliran air (hujan) resitivitas tanah yang tinggi disinyalir sebagai
Arang kayu
Perlakuan kimiawi terhadap tanah dirasa cocok dan murah di terapkan solusi
memberikan bahan urukan (blackfill material), yang digunakan adalah arang kayu
BAB III
METODE PENELITIAN
Lama waktu penelitian yang akan di lakukan selama kurang lebih 1 bulan, di mulai
dari awal bulan Mei dan berakhir hingga awal bulan Juni. Agar hasil yang di dapatkan selama
tempat penelitian yanag akan dilakukan yaitu di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro
Universitas Tadulako.
Gergaji besi
Gurinda
3.2.2 Bahan
Tembaga batang
Pada penelitian ini, ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar
penelitian berjalan dengan baik dan benar, dan tahapan-tahapan itu akan di gambarkan
Ada beberapa langkah penting yang terdapat pada diagram alir di atas antara lain:
1. Studi pustaka
Pada bagian ini peneliti mencari materi baik itu di perpustakaan ataupun internet
2. Pemilihan lokasi
Pada langkah ini penentuan lokasi penelitian pada area universitas tadulako. Lokasi
Pada proses ini pengukuran dan pengambilan data dibagi menjadi dua bagian:
resitivmeter.
Sebelum melakukan pengukuran, lakukan pengecekan di tiap sambungan elektroda yang
di pasang denagn cara running test, jika terjadi kesalahan sambungan maka alat ukur
resititvmeter akan memberitahukan dengan tulisan “HOUL” pada layar alat ukur.
Jika sambungan tidak mengalami masalah, maka pada alat ukur resitivmeter akan muncul
tulisan “READY”.
Mengecek tegangan baterai dengna menghidupkan earth tester dengan cara menekan
tombol, jika jarum bergerak ke garis biru, berarti baterai dalam keadaan baik. Jika jarum
bergerak tidak mendekati garis biru, maka baterai dalam keadaan lemah, berarti perlu di
ganti.
Menentukan jarak elektroda utama dan elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal
10meter.
Membuat rangkain pengujian dengan menanam elektroda bantu dngan cra memukul kepala
elektroda dengan martil, jika menjumpai lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan
yang lain.
Hubungkan penjepit ke eletroda utama dan elektroda bantu, pastikan bahwa penjepit
terpasang dengan sempurna, karena hal ini akan berpengaruh pada hasil pengukuran
nantinya.
Melakukan pengukuran dengan menekan tombol beberapa detik serta mengatur posisi
jarum sampe berada pada titik ‘0’ setelah itu tombol boleh di lepaskan.
Mencatat nilai tahanan pentanahan yang di tunjukan oleh jarum pada alat ukur earthtester.
Konfigurasi penanaman batang elektroda terdiri dari satu elektroda batang,dua elektroda
50cm,di tambah dengan elektroda C dengan kedalaman 50cm hingga elektroda D dengan
kedalaman 50cm.
Ukur satu persatu elektroda yang sudah di tanam,mulai dari elektroda A lalu catat
Tambah kedalaman tiap elektroda dari A-D menjadi 100cm, lalu ukur kembali seperti di
tahap d.
Kemudian tambah lagi kedalam tiap elektroda dari A-D menjadi 150cm kemudian lakukan
Analisa data
Proses ini analisa data akan di lakukan setelah proses tinjauan lapangan hingga proses
pengambilan data selesai dilaksanakan, apa bila layak maka penelitian akan di lanjutkan
jika tidak layak, maka akan di lakukan proses pengambilan data kembali.
Kesimpulan
Setelah semua proses telah selesai barulah melangkah ke proses kesimpulan sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Wahyono, B Prasetiyo, 2012. Analisis Pengaruh Jarak dan Kedalaman Terhadap Nilai
Negeri Semarang.
Supriyo, 2010. Pengujian Pembumian Elektroda Batang, Staf Pengajar Jurusan Teknik
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000) Jakarta.
PUIL 2011. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
Anonim IEEE Std 142TM-2007. Recommended Practice For Grounding of Industrial and
Comercial Power System, New York