Anda di halaman 1dari 30

Perancangan Monitoring Sistem Pentanahan di Pembangkit

Design of Grounding System Monitoring at the Power Plant

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi

DIPLOMA IV PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

Oleh :
Raka Muhammad Yusuf
161724023

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beriringan dengan waktu, kemajuan teknologi semakin bertambah dalam dunia industri,
salah satunya industri pembangkit listrik. Energi listrik dibangkitkan baik dari tenaga air, angin,
gas, panas bumi, maupun batu bara untuk mencukupi kebutuhan suatu daerah. Energi listrik ini
menjadi suatu kebutuhan pokok manusia yang penting untuk menyokong kehidupan sehari-
harinya. Berdasarkan Enerdata Yearbook dan The World Bank Book konsumsi energi listrik di
dunia pun terus meningkat setiap tahunnya, dan hal ini terjadi di negara berkembang seperti di
Indonesia.
Untuk menjamin kehandalan dan kontinuitas produksi energi listrik tentunya dibutuhkan
suatu sistem proteksi yang dapat menjamin kelangsungan pembangkitan energi listrik tersebut.
Salah satu sistem proteksi yang selalu digunakan di seluruh industri yaitu sistem pembumian
(grounding system). National Electric Code (NEC) mendefinisikan sistem pembumian sebagai
suatu koneksi ke tanah dari konduktor arus daya pada sistem tenaga listrik atau sistem kabel
interior, sedangkan peralatan yang dibumikan didefinisikan sebagai bagian logam dari peralatan
yang tidak membawa arus dari sistem kabel atau peralatan yang terhubung ke sistem
dikoneksikan terhadap bumi (ground).
Tentunya resistansi grounding (tahanan pembumian) memiliki standar nilai tertentu
dalam penggunaannya. Idealnya besarnya suatu tahanan pembumian harus sama dengan 0 ohm.
Standar IEEE menyebutkan bahwa besarnya tahanan pembumian harus sama atau kurang dari 5
ohm, namun dalam beberapa kasus besarnya harus kurang atau sama dengan 1 ohm. Dan di
Indonesia sendiri besarnya tahanan pembumian sudah diatur dalam peraturan menteri baik dari
tahan pembumian untuk petir maupun instrument.
Besarnya tahanan pembumian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor contohnya
kelembaban. Semakin lembab tanah disekitar batang elektroda ditanam, maka semakin mudah
listrik mengalir diantaranya dan semakin kecil tahanan pembumiannya. Sehingga ketika musim
kemarau terdapat kondisi tanah yang kering dan menyebabkan nilai tahanan pembumian menjadi
semakin besar atau menjadi tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Sistem pengukuran semakin berperan penting dalam kehidupan manusia, khususnya pada
pengukuran tahanan pembumian pada kasus ini. Kebanyakan industri pembangkit untuk
mengetahui besarnya tahanan pembumian dilakukan dengan cara manual datang langsung ke
tempat dimana batang elektroda ditanam ke tanah. Hal tersebut pun dilakukan bilamana terjadi
gangguan atau kerusakan yang bisa disebabkan akibat tahanan pembumian yang tidak baik.
Maka dari itu penulis ingin membuat monitoring tahanan pembumian di industri pembangkit
berbasis internet of things (IoT).
1.2. Rumusan Masalah
Syarat keandalan dan keamanan merupakan suatu hal yang mutlak dalam suatu sistem
khususnya pembangkit listrik. Suatu Instalasi grounding pada sistem tenaga listrik sangat penting
untuk menjaga kehandalan sistem tersebut. Besarnya tahanan pembumian/resistansi grounding
dipengaruhi oleh beberapa faktor contohnya kelembapan. Suatu sistem dengan nilai resistansi
grounding yang besar sangat berbahaya. Sehingga untuk menjamin kehandalan dan keamanan
sistem perlu monitoring tahanan pembumian supaya bisa dilakukan kegiatan preventif apa bila
terjadi nilai tahanan pembumian yang besar. Sebagai contoh pada musim kemarau, kondisi tanah
akan menjadi kering sehingga dapat mempengaruhi besarnya tahanan pembumian. Maka dari
alasan di atas akan dibuat sebuah rancangan untuk memonitoring tahanan pembumian untuk di
pembangkit.

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari tugas akhir ini adalah
1. Mengetahui besarnya resistansi pentanahan secara real-time.
2. Membuat rancangan sistem monitoring pentanahan pembumian beserta simulasinya

1.4. Batasan Masalah


Perancangan monitoring tahanan pembumian ini terdapat banyak cakupan bahasan. Maka
ada beberapa batasan yang digunakan untuk mempermudah proses rancangan ini adalah sebagai
berikut.
1. Perancangan monitoring grounding hanya pada komponen pembangkit :
a. Instrument
b. Elektrikal
c. Penangkap petir
2. Perancangan yang dilakukan berbasis Internet of Things (IoT).

1.5. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, maksud dan tujuan tugas akhir, pembatasan
masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori berkaitan dengan judul yang diambil oleh penulis. Berdasarkan dari
teori-teori inilah penulis akan melakukan perancangan sebuah komponen hingga langkah
pembuatannya.
BAB III PERANCANGAN MONITORING GROUNDING
Bab ini berisi mengenai langkah-langkah standar perhitungan dan perancangan alat untuk
memonitoring besarnya tahanan prmbumian secara aktual berbasis internet of things.
BAB IV PERANCANGAN
Bab ini berisi analisa hasil perhitungan dan pengujian dari hasil yang dirancang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai simpulan dari hasil perancangan dan analisis yang telah dilakukan serta
saran-saran yang diajukan penulis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daftar Jurnal dan Buku


No. Nama Jurnal/Buku Penulis
THE EXPERIMENTAL VALIDATION OF THE I.V. Nizhevskyi, V.I.
1 GROUNDING DEVICE RESISTANCE Nizhevskyi, V.E. Bondarenko
MEASUREMENT METHOD
Efek Penurunan Tahanan Pembumian Tower 150 kV Naomi Lembang, Salama
2
Terhadap Sistem Penyaluran Petir Manjang, Ikhlas Kitta
A TECHNIQUE OF FULL-SCALE I.V. Nizhevskyi, V.I.
3 MEASUREMENTS OF THE RESISTANCE Nizhevskyi
OF THE GROUNDING DEVICE
The effect of grounding system modeling on lightning- Reza Shariatinasab, Javad
4
related studiesof transmission lines Gholinezhad
IEEE Recommended Practice for Powering and IEEE
5
Grounding Sensitive Electronic Equipment
6 Grounds for Grounding A Circuit-to-System Handbook Elya B. Joffe, Kai-Sang Lock
7 Getting Started with the Internet of Things Cuno Pfister
Subhas Chandra
8 Internet of Things : Challenges and Opportunities
Mukhopadhyay

2.2. Sistem Grounding

Memberikan grounding untuk sistem kelistrikan menjadi keputusan yang harus


dihadapi oleh sebagian besar engineer yang bekerja dan berkaitan dengan distribusi listrik.
Grounding dalam beberapa kondisi umumnya direkomendasikan untuk digunakan,
meskipun ada pengecualian tertentu. Ada beberapa metode dan kriteria masing-masing
memiliki tujuan sendiri.

2.2.1. Definisi Sistem Grounding


Sistem grounding telah digunakan sejak sistem tenaga listrik dimulai. Namun, banyak
perusahaan dan pabrik industri telah menggunakan metode yang berbeda. Masalah apakah
suatu sistem netral harus di-ground, dan bagaimana sistem itu harus di-ground, telah berkali-
kali disalahpahami sepenuhnya. Oleh karena itu, banyak sistem grounding yang digunakan
berasal dari pengalaman menggunakan grounding daripada engineering analysis-nya.
Definisi grounding umumnya digunakan untuk system grounding dan equipment
grounding. National Electrical Code (NEC) mendefinisikan ground sistem sebagai koneksi
ke ground dari salah satu konduktor arus daya sistem tenaga listrik atau sistem kabel
interior, sedangkan equipment grounding didefinisikan sebagai hubungan ke ground dari
satu atau lebih dari bagian logam yang tidak berarus dari sistem kabel atau peralatan yang
terhubung ke sistem.

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam grounding bermacam-macam, berikut ini


merupakan istilah-istilah yang akan sering digunakan untuk kedepannya dalam laporan kerja
praktik ini dengan mengacu pada The Institute of Electrical and Electronic Engineers
(IEEE) and American National Standard Institute (ANSI) standard 142-2007.

Sistem ground netral : Koneksi ke ground dari titik netral atau titik-titik circuit,
transformator, motor, generator, atau suatu sistem.

Grounded system : Suatu sistem konduktor di mana setidaknya satu konduktor atau satu titik
sengaja di-ground-kan.

Ungrounded system : Sistem konduktor di mana tidak ada hubungan atau koneksi yang
disengaja ke tanah.

Solidly grounded : Suatu sistem yang tidak memiliki impedansi dalam koneksi ground-nya;
dalam sistem seperti itu arus line to ground fault mungkin sama dengan arus three-phase
fault.

Resistance grounded : Suatu sistem yang di-ground-kan melalui suatu resistansi yang
nilainya rendah atau tinggi. Sistem grounding dengan resistansi rendah dapat mengalirkan
arus dari 25 hingga beberapa ribu ampere tergantung pada nilai resistansi. Sistem grounding
beresistansi tinggi biasanya memiliki nilai kurang dari 25 A tetapi lebih besar dari nilai yang
diberikan oleh XCO/3, di mana XCO adalah kapasitansi pengisian sistem.

Reactance grounded : Suatu sistem grounding melalui reaktansi.

Resonant grounded : Nilai reaktansi sistem sedemikian sehingga arus rated frequency fault
yang melewatinya secara substansial sama dengan arus yang mengalir antara konduktor dan
bumi (arus pengisian sistem).
Ground-fault neutralizer : Perangkat grounding yang menyediakan komponen arus induktif
dalam ground fault yang secara substansial sama dengan komponen rated frequency
capacitive yang terukur dari arus ground fault sehingga menetralkannya.

2.2.2. Tujuan Penggunaan Grounding


Grounding menghubungkan fasa ke tanah atau titik netral ke tanah. Adapun tujuan
menghubungkan fasa ke tanah atau titik netral ke tanah adalah sebagai berikut.

a. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang
diperbolehkan.

b. Menyediakan jalur aliran arus jika terjadi koneksi yang tidak diinginkan antara
konduktor sistem dan pentanahan. Koneksi semacam itu kemudian dapat memulai
operasi untuk menghilangkan sumber tegangan dari konduktor tersebut secara
otomatis.
2.2.3. Macam-Macam Metode Grounding
Pemilihan metode untuk grounding sistem tenaga listrik sangat sulit karena sejumlah
besar faktor harus dipertimbangkan sebelum metode grounding tersebut dapat dipilih.
Berikut ini merupakan penguraian beberapa masalah dengan berbagai metode pentanahan
dan menjelaskan bagaimana dan mengapa sistem pentanahan diterapkan.

2.2.3.1. Ungrounded Systems

Pada awalnya sistem kelistrikan hampir tidak dioperasikan menggunakan grounding


secara universal. Pada sistem kecil, kegagalan isolasi pada satu fasa tidak menyebabkan
pemadaman. Kegagalan mungkin dapat ditemukan dan diperbaiki pada waktu yang tepat
tanpa pemadaman paksa (outage). Hal ini bekerja dengan baik selama sistemnya kecil.
Namun, ketika sistem berkembang dalam ukuran dan peringkat tegangan, jumlah kegagalan
isolasi juga meningkat. Pada awalnya, hal tersebut tidak dipahami, dan banyak pekerjaan
dilakukan untuk menemukan alasan kegagalan itu terjadi. Gambar 2.1. menampilkan gambar
ungrounded neutral system, sebenarnya, ini adalah sistem capacitive grounded neutral
system, kapasitornya menjadi kapasitansi konduktor ke ground. Dalam keadaan normal, arus
kapasitif dari ketiga saluran leading terhadap tegangan netral sebesar 90°, dan jumlah vektor
dari ketiga arusnya adalah nol sehingga sistem stabil ketika tidak ada gangguan.

Gambar 2.1 Ungrounded systems


Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Gambar 2.1. menampilkan sistem ungrounded saat terjadi gangguan. Ketika ada
gangguan, charging current dari faulted phase nilainya nol karena tegangannya ke ground
adalah nol. Tegangan fasa yang tidak memiliki gangguan meningkat ke nilai line-to-line
sehubungan dengan tanah, dan arus pengisiannya meningkat secara proporsional dan
nilainya akan bergeser 30° dari tegangan saluran sehubungan dengan ground, charging
current pun akan bergeser, dan jumlah charging current dari unfaulted phase menjadi tiga
kali lipat dari nilai normal dan berada di tanah lalu muncul kembali ke sistem melalui fault.

Gambar 2.2 Sistem ungrounded ketika terjadi gangguan


Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Hal di atas dapat menyebabkan kegagalan isolasi dari fasa lain dan two-phase fault.
Kegagalan pertama bisa menyebabkan kegagalan selanjutnya, kegagalan kedua mungkin
terjadi di beberapa lokasi lain, dan dapat melibatkan isolasi peralatan yang mahal, seperti
transformator. Dengan demikian, prinsip untuk mencari keuntungan dari ungrounded system
malah menyebabkan masalah dan mengakibatkan ditinggalkannya metode ini.
2.2.3.2. Solidly Grounded Systems

Metode pentanahan yang paling sederhana dan paling efektif adalah dengan secara
menghubungkan netral dari transformator atau generator yang terhubung bintang ke ground.
Metode ini memiliki dua keunggulan utama:

a. Sederhana dan murah karena tidak memerlukan peralatan tambahan.

b. Meminimalkan besarnya tegangan yang akan muncul pada unfaulted phase


ketika ada ground fault, sehingga mengurangi kerusakan pada isolasi
dibandingkan dengan metode lain.

Ini menjadi alasan bahwa netral yang di-ground-solid menjadi suatu keharusan ketika
menggunakan tingkat insulasi dasar yang lebih rendah. Terlepas dari keunggulannya, ada
kelemahan dari metode ini sehingga metode grounding lainnya sering digunakan. Kerugian-
kerugian ini semua berasal dari fakta bahwa sistem solidly grounded menghasilkan besarnya
arus ground fault yang besar ketika terjadi gangguan ke ground.

Disadari bahwa dengan sistem netral grounding, mungkin 95% atau lebih, dari semua
fault yang muncul dimulai sebagai gangguan satu fasa ke tanah. Jika jumlah ground fault
yang mengalir dapat dikontrol dan fault diatasi dengan segera, jumlah kerusakan ketika fault
terjadi akan berkurang dan fault mungkin harus dibatasi sehingga tidak mengakibatkan
gangguan lebih besar dari satu fasa. Hal ini dapat mengurangi biaya perbaikan, dan
pengurangan seringya atau tingkat pemeliharaan pada breakers yang memutus ketika ada
fault yang terjadi. Dalam kasus mesin atau trafo, perbedaan dalam biaya perbaikan mungkin
terjadi karena mengganti beberapa kumparan yang rusak dibandingkan dengan mengganti
mesin atau trafo yang baru.

Karena kerusakan yang terjadi kira-kira sebanding dengan I 2t, jelas bahwa lebih baik
untuk mengurangi arus daripada mengurangi waktu. Dalam kondisi tertentu, gangguan satu
fasa ke tanah dapat menimbulkan arus hubung singkat 50% lebih dari arus hubung singkat
tiga fase. Dengan demikian, breakers mampu menginterupsi fault tiga fasa dan mungkin
sulit untuk menangani fault satu fasa ke tanah.
2.2.3.3. Reactance and Resistance Grounded Systems

Reaktor umumnya digunakan sebagai impedansi yang dihubungkan ke netral untuk


membatasi arus ground ketika jumlah reduksi arus kecil. Hal ini karena reaktor dengan nilai
ohmik yang rendah digunakan untuk mengatasi arus dalam jumlah besar dan dengan biaya
yang tidak mahal dibandingkan dengan resistor untuk batasan arus yang sama. Reaktor akan
menyediakan nilai kurang dari sekitar 30% -50% dari nilai yang tidak biasanya. Namun,
nilai-nilai ohmik tinggi yang diperlukan untuk membatasi arus yang lebih tinggi
membuatnya lebih mahal daripada resistor, dan karena nilai-nilai reactance grounding yang
tinggi mendekati kondisi sistem ungrounded sehingga dapat menimbulkan tegangan transien
yang tinggi.

Resistor umumnya digunakan untuk membatasi arus fault ke nilai sedang sampai kecil.
Resistor yang terhubung langsung jarang digunakan untuk membatasi arus ekstrem. Karena
resistor dapat mengatasi jumlah arus tersisa dengan besar, tetapi harus memiliki kisi-kisi
resistor dengan penampang yang besar pula atau banyak jalur kisi paralel, sehingga
harganya akan sangat mahal, reaktor digunakan jika pengurangan arusnya kecil. Sehingga
jika pembatasan arus yang besar diperlukan maka harga dari resistor ini akan sangat mahal.
Hal ini dikarenakan ada nilai maksimum resistansi yang biasanya digunakan menjadi unit
resistor sebelum luas penampang konduktor dari resistor dibuat menjadi sangat kecil
sehingga membuatnya terlalu rentan terhadap kegagalan mekanis dari guncangan, karat,
korosi, dan lain-lain. Dengan demikian, untuk mendapatkan nilai resistansi yang sangat
tinggi, resistor dengan nilai yang sedang harus dibuat seri sehingga menjadi mahal dan
besar.

Variasi dari resistor digunakan untuk membatasi arus ground fault ke nilai yang sangat
rendah, untuk menghindari biaya dan kesulitan dari resistansi nilai yang sangat tinggi. Trafo
distribusi terhubung antara netral ke ground dan tanah. Sebuah resistor kemudian
dihubungkan dengan sisi sekunder transformator, seperti pada Gambar 11.3. dibawah ini.
Resistor dengan nilai aktualnya 0,25 Ω dalam transformator di sisi sekunder ditingkatkan
nilainya (stepped-up) seperti yang terlihat pada titik netral generator dengan kuadrat rasio
transformator sebesar 13.200 / 240 atau 3024 kali. Dengan demikian, resistor di sisi
sekunder dengan nilai 0,25 Ω muncul sebagai resistor 756 Ω di titik netral generator. Hal ini
membatasi arus ground fault ke nilai maksimum 11,5 A.

Gambar 2.3 High-Resistance grounding method


Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Ini hanya mewakili sebagian kecil dari arus berdasarkan arus full-load alat berat dan
arus three-phase fault maksimum yang ada. Dan itu pencapaian terakhir dalam pengurangan
kerusakan dari fault. Pengurangan lebih lanjut dari arus fault akan berbahaya, karena jika
dicoba, kapasitansi generator dan lilitan trafo step-up serta saluran bus lead generator akan
mendominasi lebih dari nilai resistansi yang lebih tinggi, dan sistem akan mendekati
karakteristik dari sistem ungrounded yang sebenarnya dengan bahaya dari arcing ground-
nya.
2.2.3.4. Resonant Grounding

Salah satu metode paling awal dalam upaya untuk mengatasi fault dari sistem
ungrounded dan dengan mendapatkan keuntungan dari penggunaannya adalah dengan cara
resonant grounding menggunakan Peterson coil. Metode ini berusaha menghilangkan arus
gangguan yang dapat menyebabkan kondisi arcing ground. Metode ini sederhananya
merupakan reaktor iron-cored yang disetel dan dihubungkan antara netral dan ground.
Peterson coil disetel agar arus yang dihasilkan sesuai dengan arus dari kapasitansi saluran
dalam kondisi gangguan. Dalam kondisi sistem normal tidak membawa arus. Namun, pada
saat terjadi fault, Peterson coil berkontribusi menjadi komponen reaktif dari arus melalui
fault yang menyesuaikan dengan komponen kapasitif. Karena kedua arus 180° dari fasa,
maka mereka saling menghilangkan. Dan tidak menyisakan arus pada gangguan,
meminimalkan kemungkinan restrike, dan dengan demikian menghilangkan penyebab
penumpukan tegangan.

Ground-fault neutralizer dikatakan efektif pada 70% -80% dari fault. Ini tidak baik
karena tidak 111% efektif, juga karena biayanya, dan karena biaya peralatan yang
diperlukan untuk melindunginya dalam 20% -30% dari kasus ketika alatnya tidak berfungsi.
Penyebab utama kegagalannya terjadi adalah penyetelan yang tidak benar. Mungkin
tampaknya mudah diperbaiki, tetapi ketika ada ekstensi feeder atau penataan ulang feeder,
retuning ini diperlukan terus, untuk setiap kondisi switching darurat, atau bahwa bahkan jika
disimpan dengan benar, sistem dapat dicegah oleh konduktor rusak yang terjadi akibat fault
untuk menyelesaikannya, dan juga ada beberapa kesulitan penerapannya. Alat ini dapat
bekerja dengan baik di sirkuit radial tiga fasa.
Gambar 2.4 Resonant Grounded System
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Namun, itu tidak praktis di tie feeder atau sistem jaringan kecuali jika diblokir oleh
transformator delta atau isolator impedansi urutan-nol lainnya, sehingga pengaturan yang
disetel yang diperlukan dapat diketahui secara pasti dan tidak bervariasi karena kondisi
operasi sistem. Untuk menghitung nilai reaktansi reaktor netral dapat digunakan persamaan
berikut.

IG = I’A + I’C = -3IB

Diinginkan bahwa IL = 3IB sehingga IG + IL = 0 pada titik fault. Tegangan XL = −EB. Asumsi
reaktansi kapasitif dari saluran adalah XC. Kemudian

−EB −3 E B
I L= = =−3 I B
XL XC

−E B=3 E B atau −X C E B=3 E B X L atau X C =3 X L

Karena itu, untuk fault current zero

− XC
X L=
3
2.2.3.5. Grounding Ungrounded Systems

Sejauh ini pembahasan tentang grounding mengasumsikan netral yang terhubung


dengan bintang ke ground. Hal ini tidak selalu terjadi, dan dalam beberapa kasus ini bukan
hanya sistem tiga fasa yang diinginkan untuk di-ground. Untuk situasi semacam ini
grounding-transformer digunakan. Alat ini dapat berupa transformator wye-delta
konvensional dengan rating yang sesuai atau unit bintang(wye) zigzag khusus yang
digunakannya. Setelah netral sudah didapat, salah satu metode grounding yang telah dibahas
dapat digunakan, asalkan rating grounding-transformer cukup untuk jumlah arus yang
diizinkan oleh metode pentanahan yang digunakan. Gambar 2.4. menampilkan sistem untuk
mendapatkan titik netral dari grounding-transformer.

Dalam pemilihan peralatan dan metode grounding, banyak faktor harus


dipertimbangkan. Dari pengurangan kerusakan dari gangguan, biaya perbaikan, sampai
perawatan pergantian peralatan untuk membatasi arus ground fault sebanyak mungkin.
Namun, semakin besar arus yang dibatasi, semakin tinggi tegangan transien yang akan
muncul. Hal ini berpengaruh pada penentuan tingkat insulasi peralatan yang diperlukan dan
rating arester petir yang diperlukan untuk melindungi peralatan, dan akibatnya akan
mempengaruhi biaya. Oleh karena itu, faktor-faktor ini bertentangan dengan kebutuhan
untuk membatasi kesalahan maksimum. Sehingga resistor atau reaktor yang digunakan akan
menentukan sudut tegangan lebih yang diharapkan pada sistem tertentu untuk tingkat
pembatasan arus tertentu dan dengan begitu memengaruhi pemilihan penggunaan resistor
atau reaktor.
Gambar 2.5 Grounding Ungrounded Systems
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Kapan pun grounding jenis apa pun digunakan, jelas bahwa arus fault akan mengalir
ketika konduktor yang biasanya tidak di-ground-kan lalu dihubungkan dengan ground.
Sangat perlu bahwa relay, sekering, atau perangkat pelindung lainnya merasakan dan
beroperasi ketika ada fault(gangguan) untuk menyelesaikannya.
2.3. Pemahaman Ground Resistance

Istilah ground didefinisikan sebagai koneksi/terhubungnya konduktor dari sirkuit atau


peralatan ke bumi(ground). Sambungan digunakan untuk membangun dan memelihara
sedekat mungkin potensi peralatan dengan bumi. Ground terdiri dari konduktor grounding,
elektroda ikatan, elektroda grounding, dan tanah yang kontak langsung dengan elektroda.

Grounds memiliki beberapa aplikasi perlindungan mendasar. Untuk fenomena alam,


seperti kilat, grounds digunakan untuk menyediakan jalur pembuangan arus untuk
mengurangi bahaya kejut pada personel dan untuk mencegah kerusakan pada peralatan dan
properti.

Untuk potensi yang terjadi karena kesalahan pada sistem tenaga listrik dengan ground
return, ground membantu dalam memastikan operasi yang cepat dari relay pelindung
dengan menyediakan jalur arus low resistance fault. Dan juga untuk menghilangkan potensi
yang diinduksi secepat mungkin. Grounds harus mengalirkan potensi yang diinduksi
sebelum personel terluka dan daya atau sistem komunikasi rusak.

Idealnya, untuk mempertahankan keselamatan instrumen, melindungi terhadap listrik


statis, dan membatasi tegangan peralatan untuk keselamatan operator, resistansi ground
harus 0 Ω. Dan pada kenyataannya nilai ini tidak dapat dicapai. Namun, resistansi tanah
yang rendah diperlukan oleh NEC, OSHA, dan kode dan standar keselamatan listrik lainnya,
seperti halnya Indonesia sendiri memiliki aturan untuk tahanan ground.

2.3.1. Grounding Electrode Resistance


Gambar 2.5. menggambarkan batang ground (elektroda). Resistansi dari ground terdiri
dari komponen-komponen berikut.

a. Resistansi elektroda itu sendiri dan koneksi/terhubung ke sana

b. Kontak resistansi dari bumi di sekitarnya ke elektroda

c. Resistansi bumi disekitar elektroda grounding atau resistivitas bumi, yang


seringkali merupakan faktor paling signifikan.
Gambar 2.6 Elektroda Grounding (Grounding Rod)
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Elektroda grounding biasanya terbuat dari logam yang sangat konduktif (copper atau
copper clad) dengan penampang yang sedemikian sehingga resistansi keseluruhan dapat
diabaikan. Resistansi antara elektroda dan bumi di sekitarnya dapat diabaikan jika elektroda
bebas dari cat, minyak, atau lapisan lain, dan jika bumi dikemas dengan kuat.

Satu-satunya komponen yang tersisa adalah ketahanan bumi di sekitarnya. Elektroda


dapat dianggap dikelilingi oleh kerangka (shell) konsentris dari bumi atau tanah, semuanya
memiliki ketebalan yang sama. Semakin dekat shell ke elektroda, semakin kecil
permukaannya; karenanya, semakin besar resistannya. Semakin jauh shell dari elektroda,
semakin besar permukaan kulitnya; karenanya, semakin rendah resistansinya. Akhirnya,
semakin bertambahnya jarak shell dari elektroda grounding maka tidak akan lagi
mempengaruhi keseluruhan resistansi bumi di sekitar elektroda. Jarak di mana efek ini
terjadi disebut sebagai daerah resistansi efektif dan secara langsung tergantung pada
kedalaman elektroda grounding.
Ketika arus ground fault mengalir dari ground rod (elektroda) ke bumi, arus mengalir
ke semua arah melalui serangkaian shell atau berbentuk bidang konsentris, yang biasa
disebut sebagai silinder efektif bumi, yang mengelilingi rod. Resistansi bidang terdekat
dengan ground rod memiliki nilai yang tertinggi karena merupakan bidang terkecil. Ketika
jarak dari ground rod meningkat, resistansinya menjadi lebih kecil karena bidangnya
menjadi lebih besar. Akhirnya, jarak dari elektroda tercapai di mana tahanan bidang tersebut
menjadi nol. Oleh karena itu, dalam pengukuran resistansi tanah apa pun hanya bagian dari
resistansi bumi yang dianggap memberikan kontribusi besar terhadap resistansi tersebut,
atau poin-poin sebelumnya yang tadi disebutkan. Secara teoritis, Resistansi bumi dari sistem
ground harus diukur hingga jarak tak terbatas dari batang tanah. Namun untuk tujuan
praktis, silinder efektif bumi (shell) yang menyumbang sebagian besar resistansi bumi
adalah dua kali panjang dari ground rod.

Secara teori, resistansi tanah dapat berasal dari rumus umum.

L
R=ρ
A

dimana

R adalah tahanan tanah


r adalah resistivitas tanah
L adalah panjang elektroda grounding
A adalah area
Formula ini mengilustrasikan mengapa tahanan shell konsentris bumi menurun ketika
semakin jauh dari ground rod.

Ketebalan shell
R=Resistivitas tanah ×
area

Dalam kasus resistansi tanah, resistivitas bumi (atau tanah) diasumsikan seragam di
seluruh volume, meskipun ini jarang terjadi di alam. Persamaan untuk sistem elektrodanya
sangat kompleks dan sering hanya diperkirakan saja. Formula yang paling umum digunakan
untuk sistem elektroda single-ground, yang dikemukakann oleh Profesor H. R. Dwight dari
Massachusetts Institute of Technology, adalah sebagai berikut.
ρ [ ( ln 4 L )−1]
R= ×
2 πL r

dimana

R adalah resistansi ground rod terhadap bumi (atau tanah) (Ω)

L adalah panjang elektroda grounding

r adalah radius elektroda grounding

r adalah resistivitas rata-rata tanah (Ω-cm)

2.3.2. Pengaruh Ukuran dan Kedalaman Elektroda Tanah terhadap Resistansi


Menambah ukuran diameter rod tidak mengurangi resistansi secara material.
Menggandakan diameter grounding rod mengurangi resistansinya kurang dari 10%, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.6. berikut ini.

Gambar 2.7 Resistansi Tanah terhadap Ukuran Rod


Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Semakin ground rod dipasang lebih dalam ke bumi, resistansinya berkurang secara
substansial. Secara umum, menggandakan panjang rod mengurangi resistansi dengan
tambahan 40%, seperti yang terlihat pada Gambar 2.7. NEC membutuhkan kedalaman
minimal 8 kaki (2,4 m) untuk bersentuhan dengan tanah.
Gambar 2.8 Resistansi Tanah terhadap Ukuran Rod
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Yang paling umum adalah batang silindris 10 kaki (3 m) yang memenuhi kode NEC.
Diameter minimum 5/8 inci (1,59 cm) diperlukan untuk rod baja dan 1,27 inci untuk
tembaga atau rod baja berlapis tembaga. Diameter praktis minimum untuk batasan rod yang
disisip 10 kaki (3 m) adalah

a. 1/2 in. (1.27 cm) untuk rata-rata tanah

b. 5/8 in. (1,59 cm) untuk tanah lembab


c. 3/4 in. (1,91 cm) untuk tanah keras atau lebih dari 10 kaki kedalamannya.

Rumus Dwight, yang dikutip sebelumnya, menunjukkan bahwa resistansi elektroda


grounding terhadap bumi tidak hanya bergantung pada kedalaman dan luas permukaan
elektroda pembumian, tetapi juga pada resistivitas tanah. Resistivitas tanah adalah faktor
kunci yang menentukan seperti apa resistansi elektroda grounding, dan pada kedalaman apa
ia harus disisipkan untuk mendapatkan resistansi tanah yang rendah. Resistivitas tanah
sangat bervariasi di seluruh dunia dan berubah dengan musim. Resistivitas tanah sangat
ditentukan oleh kandungan elektrolitnya, terdiri dari uap air, mineral, dan garam terlarut.
Tanah kering memiliki resistivitas tinggi jika tidak mengandung garam yang larut.

2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan Tanah


Dua sampel tanah, ketika benar-benar kering, mungkin menjadi isolator yang sangat
baik, memiliki resistivitas lebih dari 109 Ω-cm. Resistivitas sampel tanah terlihat berubah
cukup cepat hingga mencapai sekitar 20% atau lebih kelembabanya seperti yang
diindikasikan Tabel 2.1. di bawah ini

Tabel 2.1 Efek Kelembaban pada Resistivitas Tanah


Resistivity (Ω-cm)
Moisture Content
Top
(% by weight) Sandy Loam
Soil
0,0 <109 <109
2,5 250.000 150.000
5,0 165.000 43.000
10,0 53.000 18.500
15,0 19.000 10.500
20,0 12.000 6.300
30,0 6.400 4.200
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Resistivitas tanah juga dipengaruhi oleh suhu. Tabel 2.2 menunjukkan variasi
resistivitas lempung berpasir yang mengandung kelembaban 15,2%, dengan perubahan suhu
dari 20 ° C hingga –15 ° C. Dalam kisaran suhu ini, resistivitas terlihat bervariasi dari 7.200
hingga 330.000 Ω-cm.

Tabel 2.2 Pengaruh temperatur terhadap resistansi tanah


Temperatur Resistivity
C F (Ω-cm)
20 68 7.200
10 50 9.900
32
0 13.800
(water)
0 32 (ice) 30.000
-5 23 79.000
-15 14 330.000
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

Karena resistivitas tanah berhubungan langsung dengan kadar air dan suhu, dapat
diasumsikan bahwa resistansi dari setiap sistem grounding akan bervariasi sepanjang musim
yang berbeda dalam setahun. Karena suhu dan kadar air menjadi lebih stabil pada jarak yang
lebih jauh di bawah permukaan bumi, maka sistem grounding yang paling efektif setiap saat
harus dibangun dengan ground rod disisipkan ke jarak yang cukup jauh di bawah
permukaan bumi. Hasil terbaik diperoleh jika ground rod mencapai tabel air.

Di beberapa lokasi, resistivitas bumi sangat tinggi sehingga low-resistance grounding


hanya dapat diperoleh dengan biaya yang besar dan dengan sistem pentanahan yang rumit.
Dalam situasi seperti itu, mungkin ekonomis untuk menggunakan sistem grounding rod
dengan ukuran dibatasi dan untuk mengurangi resistivitas tanah dengan secara berkala
meningkatkan kandungan kimia yang larut dalam tanah. Tanah yang diolah secara kimia
juga memiliki variasi resistivitas yang cukup besar dengan perubahan suhu. Jika pengolahan
garam digunakan, tentu saja, grounding rod perlu menggunakan bahan yang akan tahan
korosi.
2.4. Nilai-Nilai Resistansi Ground

Kode NEC menyatakan bahwa resistansi ground tidak boleh melebihi 25 Ω. Ini adalah
nilai maksimum resistansi tanah dan di sebagian besar aplikasi diperlukan tahanan tanah
yang jauh lebih rendah. Semakin rendah resistansi ground, maka akan lebih aman, dan untuk
perlindungan terhadap personel dan peralatan, perlu usaha lebih untuk mendapatkan kurang
dari 1 Ω.

Pada umumnya tidak mudah untuk mendapatkan resistansi rendah seperti itu di
sepanjang sistem distribusi atau saluran transmisi atau di gardu induk kecil. Di beberapa
negara, resistansi 5 Ω atau kurang dapat diperoleh tanpa banyak kesulitan. Di negara lain,
mungkin sulit untuk mendapatkan nilai resistansi di bawah 100 Ω.

Di Indonesia sendiri besarnya resistansi grounding sudah diatur dalam Peraturan


Menteri Tenaga Kerja NO. :PER. 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur
petir. Pasal 54 ayat (1) berbunyi “Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak
boleh lebih dari 5 ohm”. Sehingga standar di indonesia sudah ditetapkan nilai resistansi
ground nya harus 5 ohm atau kurang dari itu.

Standar industri yang diterima menetapkan bahwa gardu transmisi harus dirancang
tidak melebihi resistan 1 Ω. Di gardu distribusi, resistansi maksimum yang disarankan
adalah 5 Ω atau bahkan 1 Ω. Dalam industri ringan, misalnya di kantor pusat
telekomunikasi, 5 Ω merupakan nilai yang dapat diterima. Untuk perlindungan petir, arrestor
harus digabungkan dengan tahanan tanah dengan nilai maksimum 1 Ω. Tabel 2.2. berikut ini
menampilkan nilai resistansi grounding dari gardu untuk berbagai instalasi.

Tabel 2.3 Nilai Resistansi Grounding dari Gardu Untuk Berbagai Instalasi
Nilai Maksimum Resistansi
Instalasi Tipe
Grounding Gardu Induk
Bangunan Metal ≤25 Ω (per NEC)
Komersial Lantai lembab, dsb.
Rumah
Fasilitas Umum 5Ω
Bahan Kimia 3Ω
Komputer <1-3 Ω
Industrial
Fasilitas pemuatan <1 Ω
berkecepatan tinggi
untuk bahan kimia
Utilitas Stasiun Pembangkit 1Ω
Gardu Besar 1Ω
Gardu Induk 1,5-5 Ω
Gardu Kecil 5Ω
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing

2.5. Pengukuran Resistansi Tanah

Tujuan pengukuran resistivitas tanah ada tiga. Pertama, data tersebut digunakan untuk
membuat survei geofisika mengenai permukaan bantuan dalam mengidentifikasi lokasi bijih,
kedalaman batuan dasar, dan fenomena geologi lainnya. Kedua, resistivitas memiliki
dampak langsung pada tingkat korosi di jaringan pipa bawah tanah. Penurunan resistivitas
berkaitan dengan peningkatan aktivitas korosi dan karenanya menentukan perawatan
pelindung yang akan digunakan. Ketiga, resistivitas tanah secara langsung mempengaruhi
desain sistem grounding.

Untuk mempertahankan nilai resistansi yang cukup rendah dari sistem grounding,
pengujian berkala untuk grounding diperlukan. Pengujian melibatkan pengukuran untuk
memastikan bahwa nilainya tidak melebihi batas desain. Pengukuran resistensi tanah hanya
dapat dilakukan dengan peralatan uji yang dirancang khusus. Metode yang paling umum
untuk mengukur tahanan tanah menggunakan prinsip fall-of-potential potensial arus bolak-
balik (AC) 60 Hz atau frekuensi yang lebih tinggi yang beredar antara elektroda bantu dan
elektroda ground yang diuji; pembacaan akan diberikan dalam satuan ohm dan mewakili
resistensi elektroda tanah ke bumi di sekitarnya. Metode untuk mengukur dan menguji
Resistansi tanah dan resistivitas tanah adalah sebagai berikut.

2.5.1. Two-Point Method


Metode ini dapat digunakan untuk mengukur resistansi grounding rod tunggal.
Menggunakan ground rod bantu yang resistannya diketahui atau dapat diukur. Nilai
resistansi ground rod bantu juga harus sangat kecil dibandingkan dengan resistansi ground
rod yang sudah dipasang sehingga nilai yang diukur dapat diasumsikan sepenuhnya
dikontribusikan oleh ground rod yang sudah dipasang. Sebagai contoh, tes ini mungkin
berlaku dalam pengukuran resistansi grounding rod tunggal untuk tempat tinggal atau di
daerah padat di mana tidak ditemukan ruang untuk menggunakan dua grounding rod bantu.
Dalam hal ini, saluran pasokan air metalik kota dapat diasumsikan sebagai grounding
rod bantu yang nilai resistanasinya sekitar 1 Ω atau kurang. Nilai ini cukup kecil
dibandingkan dengan nilai single driven ground, yang nilainya berada di urutan 25 Ω.
Pembacaan didapatkan dengan merangkai seri 2 grounding rod tersebut. Lead resistance
juga akan diukur dan harus dikurangkan dari pengukuran akhir.

2.5.2. Three-Point Method


Metode ini mirip dengan Two-Point Method kecuali metode ini menggunakan dua
rod bantu. Untuk mendapatkan nilai pengukuran resistansi yang akurat, resistansi elektroda
bantu harus kira-kira sama dengan atau kurang dari elektroda yang diuji.

AC 60 Hz atau DC dapat digunakan untuk melakukan tes ini. Keuntungan


menggunakan AC adalah meminimalkan efek arus yang menyimpang pada pembacaan
pengukuran. Namun, jika arus yang menyimpang memiliki frekuensi yang sama, kesalahan
akan muncul dalam bacaan. Penggunaan DC dalam melakukan tes ini akan benar-benar
menghilangkan arus AC yang menyimpang. Namun, penyimpangan DC dan pembentukan
gas di sekitar elektroda akan menyebabkan kesalahan dalam pembacaan saat menggunakan
DC untuk tes ini. Efek dari penyimpangan DC ini dapat diminimalkan dengan melakukan
pembacaan arus yang berlawanan. Rata-rata dari dua pembacaan yang sudah dilakukan
tersebut akan memberikan nilai tes yang akurat.

Nilai resistansi dari elektroda uji dapat dihitung sebagai berikut. Asumsikan

V1
R1=R x + R y =
A1

V2
R2=R x + R z=
A2

V3
R3=R y + Rz =
A3

Dengan memecahkan ketiga persamaan ini, kita miliki

R y =R 3−R z

Dan juga,
R x =R2−R z

Dari mana,

R 1−R2−R3
2 Rx =R 1+ R 2−R3 atau R x =
2

2.5.3. Fall-of-Potential Method


Metode ini mengukur resistansi elektroda grounding berdasarkan prinsip drop
petential pada resistansi. Metode ini juga menggunakan dua elektroda bantu (satu rod arus
dan satu rod potensial) yang ditempatkan pada jarak yang cukup dari elektroda uji; arus
yang diketahui besarnya dilewatkan melalui elektroda yang sedang diuji dan salah satu
elektroda bantu (rod arus). Drop potential antara elektroda yang diuji dan elektroda bantu
kedua (rod potensial) diukur. Rasio antara voltage drop (V) dengan arus yang diketahui (I)
akan menunjukkan resistansi dari rangkaian grounding. Sumber tegangan DC atau AC dapat
digunakan untuk melakukan pengujian ini. Beberapa masalah dapat ditemui dari metode ini,
seperti (i) stray current di bumi dapat menyebabkan pembacaan voltmeter menjadi tinggi
atau rendah dan (ii) resistansi elektroda bantu dan kabel listrik dapat menyebabkan
kesalahan dalam pembacaan voltmeter. Kesalahan ini dapat diminimalkan dengan
menggunakan voltmeter dengan nilai impedansi yang tinggi. Metode ini dapat digunakan
dengan voltmeter dan ammeter yang terpisah atau instrumen tunggal yang menyediakan
bacaan langsung dalam ohm. Untuk mengukur resistansi elektroda grounding, elektroda arus
ditempatkan pada jarak yang sesuai dari elektroda grounding yang diuji lalu diukur
menggunakan ammeter. Untuk mengukur resistansi terhadap tanah secara tepat adalah
dengan menempatkan elektroda bantu arus cukup jauh dari elektroda ground yang diuji
sehingga elektroda potensial bantu akan berada di luar area resistansi efektif (silinder efektif
bumi) dari kedua permukaan elektroda ground dan elektroda uji.

Cara terbaik untuk menemukan posisi yang tepat dari rod potensial bantu di luar area
resistensi yang efektif adalah memindahkannya antara elektroda uji dan elektroda bantu arus
dan mengambil pembacaan di setiap lokasi. Jika batang potensial bantu berada di area
resistansi efektif dengan menggesernya, bacaan yang diambil akan bervariasi nilainya.
Dalam kondisi ini, tidak ada nilai pasti untuk resistansi tanah yang dapat ditentukan. Di sisi
lain, jika elektroda potensial bantu terletak di luar area resistensi efektif ketika elektroda
tersebut digerakan maju dan mundur, variasi pembacaannya akan minimal. Bacaan yang
diambil harus relatif dekat satu sama lain, dan menjadi nilai terbaik untuk resistansi tanah.
Bacaan harus diplot untuk memastikan bahwa nilainya terletak di kondisi "datar". Wilayah
ini sering disebut sebagai daerah 62%.

2.5.4. Ratio Method


Metode ini menggunakan Wheatstone bridge atau ohmmeter untuk mengukur
resistansi seri elektroda pembumian dan elektroda bantu. Wire potentiometer geser
digunakan dengan Wheatstone bridge untuk pengujian ini. Potensiometer terhubung melalui
elektroda grounding yang diuji dan elektroda bantu pertama. Kontak geser dari
potensiometer terhubung ke elektroda bantu kedua melalui detektor untuk menentukan titik
nol. Resistansi elektroda uji dan elektroda bantu pertama diukur dengan jembatan
Wheatstone atau ohmmeter. Kemudian, dengan menggunakan potensiometer dan jembatan
Wheatstone, titik nol baru ditentukan dengan elektroda kedua dalam rangkaian uji.
Resistansi elektroda ground adalah rasio dari resistansi elektroda uji terhadap resistansi total
dari keduanya secara seri. Prosedur dan persamaannya adalah sebagai berikut.

a. Ukur Rx + Ry melalui jembatan Wheatstone atau ohmmeter

b. Tentukan rasio dari potensiometer RA / (RA + RB)

c. Masukkan elektroda bantu kedua (Rz) ke dalam rangkaian uji dan dapatkan titik nol

R X RX+ RY RA
= atau R X =(R X + RY )( )
R A RA+ RB R A+ RB

2.5.5. Four-Point Measurement


Dua jenis cara pengukuran resistivitas adalah metode dua titik dan metode empat titik.
Metode dua titik hanya resistensi yang diukur antara dua titik. Untuk sebagian besar
aplikasi, metode yang paling akurat adalah metode empat poin ini. Metode empat titik,
seperti namanya, membutuhkan penyisipan empat elektroda dengan jarak yang sama dan
sejajar, ke dalam area pengujian. Arus dialirkan dari generator arus konstan ke elektroda
terluar. Potential drop (sebagai fungsi dari resistansi) kemudian diukur dari dua elektroda
terdalam. Resistansi ground didasarkan pada rumus yang diberikan di bawah ini dan
meterannya dikalibrasi dalam ohm.

Nilai ini adalah resistivitas rata-rata tanah pada kedalaman yang setara dengan jarak A
antara dua elektroda.

4 πAR
ρ=
1+
( √( 2A
A 2+ 4 B2 )

2A
√ 4 A2 + 4 B 2 )
dimana

A adalah jarak antara elektroda (cm)

B adalah kedalaman elektroda (cm)

R adalah nilai ohmik yang diukur dengan ground tester empat terminal

Jika A> 20B, rumusnya menjadi:

ρ=2 πAR (dengan A dalam cm)

ρ=191.5 AR (dengan A dalam ft.)

ρ=soil resistivity (Ω-cm)

2.6. Internet Of Things


Istilah Internet of Things (IoT) digunakan untuk menggambarkan perangkat yang
tertanam (hal-hal) dengan konektivitas Internet, yang memungkinkan mereka untuk saling
berinteraksi, layanan, dan orang-orang dalam skala global. Tingkat konektivitas ini dapat
meningkatkan keandalan, keberlanjutan, dan efisiensi dengan meningkatkan akses ke informasi.
Pemantauan lingkungan, otomatisasi rumah dan bangunan, serta jaringan pintar dapat saling
berhubungan, memungkinkan informasi untuk dibagikan di antara sistem yang saling
mempengaruhi. Memberikan sistem ini kesadaran yang lebih baik dapat meningkatkan efisiensi,
keandalan, dan keberlanjutannya. Karena banyaknya aplikasi, IoT memiliki potensi untuk
menggantikan orang sebagai konsumen dan produsen informasi terbesar di Internet. Perangkat
tertanam nirkabel bertenaga rendah ini hemat biaya dan membutuhkan sedikit infrastruktur,
namun Internet dan protokolnya tidak cocok untuk perangkat tersebut karena kurangnya sumber
daya. IPv6 melalui jaringan area nirkabel berdaya rendah (6LoWPAN) diciptakan untuk tujuan
ini oleh Internet Engineering Task Force (IETF). IETF menciptakan standar yang digunakan
Internet. 6LowPAN memungkinkan perangkat nirkabel berdaya rendah untuk berperilaku seperti
perangkat terhubung Internet lainnya dengan beberapa batasan. Bab ini akan memberikan
pengenalan status IoT bersama dengan tantangan dan peluang membuat IoT.
Penggunaan internet terus meningkat selama bertahun-tahun. Sesuai statistik, jumlah
pengguna internet pada akhir 2011 melebihi 2,2 miliar dan rincian pengguna berdasarkan
distribusi geografis seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 1. Menyediakan fasilitas internet
adalah sumber daya yang mahal secara finansial dan ini mungkin merupakan proposisi yang
sangat berharga memikirkan internet untuk aplikasi lain. Internet dapat digunakan untuk
mengirimkan data penginderaan yang dikumpulkan dari wilayah yang tersebar luas seperti
pengukuran parameter lingkungan.
Persentase pengguna internet berdasarkan wilayah geografis ditunjukkan pada Gambar.
2. Dari Gambar. 2 terlihat bahwa persentase besar populasi di banyak negara masih tidak
menikmati internet dan ada kemungkinan kuat pertumbuhan internet di waktu dekat.
Belakangan ini, sejumlah besar penelitian dan pengembangan dilakukan di berbagai
belahan dunia untuk membuat Internet of Things menjadi layak. Setiap HAL di dunia ini akan
terhubung satu sama lain melalui INTERNET sehingga kita dapat mengetahui apa pun yang
ingin kita ketahui.
Meskipun istilah "Internet of Things" diusulkan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999
tetapi 'Internet of Things' adalah konsep yang awalnya diciptakan dan diperkenalkan oleh MIT,
Auto-ID Center dan terkait erat dengan kode produk RFID dan elektronik (EPC). IOT secara
harfiah berarti, "... semua tentang benda-benda fisik berbicara satu sama lain ..". Komunikasi
mesin-ke-mesin dan komunikasi orang-ke-komputer akan diperluas ke berbagai hal. Teknologi
yang akan mendorong Internet of Things di masa depan: Teknologi sensor termasuk RFID, hal-
hal cerdas, nanoteknologi dan miniaturisasi. Konsep Internet of Things sekarang sangat
dipengaruhi oleh perkembangan komputasi dan jaringan di mana-mana dan perkembangan
Internet generasi berikutnya — dan dipertimbangkan di semua tingkatan termasuk PBB.

Anda mungkin juga menyukai