Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi
Oleh :
Raka Muhammad Yusuf
161724023
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari tugas akhir ini adalah
1. Mengetahui besarnya resistansi pentanahan secara real-time.
2. Membuat rancangan sistem monitoring pentanahan pembumian beserta simulasinya
Sistem ground netral : Koneksi ke ground dari titik netral atau titik-titik circuit,
transformator, motor, generator, atau suatu sistem.
Grounded system : Suatu sistem konduktor di mana setidaknya satu konduktor atau satu titik
sengaja di-ground-kan.
Ungrounded system : Sistem konduktor di mana tidak ada hubungan atau koneksi yang
disengaja ke tanah.
Solidly grounded : Suatu sistem yang tidak memiliki impedansi dalam koneksi ground-nya;
dalam sistem seperti itu arus line to ground fault mungkin sama dengan arus three-phase
fault.
Resistance grounded : Suatu sistem yang di-ground-kan melalui suatu resistansi yang
nilainya rendah atau tinggi. Sistem grounding dengan resistansi rendah dapat mengalirkan
arus dari 25 hingga beberapa ribu ampere tergantung pada nilai resistansi. Sistem grounding
beresistansi tinggi biasanya memiliki nilai kurang dari 25 A tetapi lebih besar dari nilai yang
diberikan oleh XCO/3, di mana XCO adalah kapasitansi pengisian sistem.
Resonant grounded : Nilai reaktansi sistem sedemikian sehingga arus rated frequency fault
yang melewatinya secara substansial sama dengan arus yang mengalir antara konduktor dan
bumi (arus pengisian sistem).
Ground-fault neutralizer : Perangkat grounding yang menyediakan komponen arus induktif
dalam ground fault yang secara substansial sama dengan komponen rated frequency
capacitive yang terukur dari arus ground fault sehingga menetralkannya.
a. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang
diperbolehkan.
b. Menyediakan jalur aliran arus jika terjadi koneksi yang tidak diinginkan antara
konduktor sistem dan pentanahan. Koneksi semacam itu kemudian dapat memulai
operasi untuk menghilangkan sumber tegangan dari konduktor tersebut secara
otomatis.
2.2.3. Macam-Macam Metode Grounding
Pemilihan metode untuk grounding sistem tenaga listrik sangat sulit karena sejumlah
besar faktor harus dipertimbangkan sebelum metode grounding tersebut dapat dipilih.
Berikut ini merupakan penguraian beberapa masalah dengan berbagai metode pentanahan
dan menjelaskan bagaimana dan mengapa sistem pentanahan diterapkan.
Gambar 2.1. menampilkan sistem ungrounded saat terjadi gangguan. Ketika ada
gangguan, charging current dari faulted phase nilainya nol karena tegangannya ke ground
adalah nol. Tegangan fasa yang tidak memiliki gangguan meningkat ke nilai line-to-line
sehubungan dengan tanah, dan arus pengisiannya meningkat secara proporsional dan
nilainya akan bergeser 30° dari tegangan saluran sehubungan dengan ground, charging
current pun akan bergeser, dan jumlah charging current dari unfaulted phase menjadi tiga
kali lipat dari nilai normal dan berada di tanah lalu muncul kembali ke sistem melalui fault.
Hal di atas dapat menyebabkan kegagalan isolasi dari fasa lain dan two-phase fault.
Kegagalan pertama bisa menyebabkan kegagalan selanjutnya, kegagalan kedua mungkin
terjadi di beberapa lokasi lain, dan dapat melibatkan isolasi peralatan yang mahal, seperti
transformator. Dengan demikian, prinsip untuk mencari keuntungan dari ungrounded system
malah menyebabkan masalah dan mengakibatkan ditinggalkannya metode ini.
2.2.3.2. Solidly Grounded Systems
Metode pentanahan yang paling sederhana dan paling efektif adalah dengan secara
menghubungkan netral dari transformator atau generator yang terhubung bintang ke ground.
Metode ini memiliki dua keunggulan utama:
Ini menjadi alasan bahwa netral yang di-ground-solid menjadi suatu keharusan ketika
menggunakan tingkat insulasi dasar yang lebih rendah. Terlepas dari keunggulannya, ada
kelemahan dari metode ini sehingga metode grounding lainnya sering digunakan. Kerugian-
kerugian ini semua berasal dari fakta bahwa sistem solidly grounded menghasilkan besarnya
arus ground fault yang besar ketika terjadi gangguan ke ground.
Disadari bahwa dengan sistem netral grounding, mungkin 95% atau lebih, dari semua
fault yang muncul dimulai sebagai gangguan satu fasa ke tanah. Jika jumlah ground fault
yang mengalir dapat dikontrol dan fault diatasi dengan segera, jumlah kerusakan ketika fault
terjadi akan berkurang dan fault mungkin harus dibatasi sehingga tidak mengakibatkan
gangguan lebih besar dari satu fasa. Hal ini dapat mengurangi biaya perbaikan, dan
pengurangan seringya atau tingkat pemeliharaan pada breakers yang memutus ketika ada
fault yang terjadi. Dalam kasus mesin atau trafo, perbedaan dalam biaya perbaikan mungkin
terjadi karena mengganti beberapa kumparan yang rusak dibandingkan dengan mengganti
mesin atau trafo yang baru.
Karena kerusakan yang terjadi kira-kira sebanding dengan I 2t, jelas bahwa lebih baik
untuk mengurangi arus daripada mengurangi waktu. Dalam kondisi tertentu, gangguan satu
fasa ke tanah dapat menimbulkan arus hubung singkat 50% lebih dari arus hubung singkat
tiga fase. Dengan demikian, breakers mampu menginterupsi fault tiga fasa dan mungkin
sulit untuk menangani fault satu fasa ke tanah.
2.2.3.3. Reactance and Resistance Grounded Systems
Resistor umumnya digunakan untuk membatasi arus fault ke nilai sedang sampai kecil.
Resistor yang terhubung langsung jarang digunakan untuk membatasi arus ekstrem. Karena
resistor dapat mengatasi jumlah arus tersisa dengan besar, tetapi harus memiliki kisi-kisi
resistor dengan penampang yang besar pula atau banyak jalur kisi paralel, sehingga
harganya akan sangat mahal, reaktor digunakan jika pengurangan arusnya kecil. Sehingga
jika pembatasan arus yang besar diperlukan maka harga dari resistor ini akan sangat mahal.
Hal ini dikarenakan ada nilai maksimum resistansi yang biasanya digunakan menjadi unit
resistor sebelum luas penampang konduktor dari resistor dibuat menjadi sangat kecil
sehingga membuatnya terlalu rentan terhadap kegagalan mekanis dari guncangan, karat,
korosi, dan lain-lain. Dengan demikian, untuk mendapatkan nilai resistansi yang sangat
tinggi, resistor dengan nilai yang sedang harus dibuat seri sehingga menjadi mahal dan
besar.
Variasi dari resistor digunakan untuk membatasi arus ground fault ke nilai yang sangat
rendah, untuk menghindari biaya dan kesulitan dari resistansi nilai yang sangat tinggi. Trafo
distribusi terhubung antara netral ke ground dan tanah. Sebuah resistor kemudian
dihubungkan dengan sisi sekunder transformator, seperti pada Gambar 11.3. dibawah ini.
Resistor dengan nilai aktualnya 0,25 Ω dalam transformator di sisi sekunder ditingkatkan
nilainya (stepped-up) seperti yang terlihat pada titik netral generator dengan kuadrat rasio
transformator sebesar 13.200 / 240 atau 3024 kali. Dengan demikian, resistor di sisi
sekunder dengan nilai 0,25 Ω muncul sebagai resistor 756 Ω di titik netral generator. Hal ini
membatasi arus ground fault ke nilai maksimum 11,5 A.
Ini hanya mewakili sebagian kecil dari arus berdasarkan arus full-load alat berat dan
arus three-phase fault maksimum yang ada. Dan itu pencapaian terakhir dalam pengurangan
kerusakan dari fault. Pengurangan lebih lanjut dari arus fault akan berbahaya, karena jika
dicoba, kapasitansi generator dan lilitan trafo step-up serta saluran bus lead generator akan
mendominasi lebih dari nilai resistansi yang lebih tinggi, dan sistem akan mendekati
karakteristik dari sistem ungrounded yang sebenarnya dengan bahaya dari arcing ground-
nya.
2.2.3.4. Resonant Grounding
Salah satu metode paling awal dalam upaya untuk mengatasi fault dari sistem
ungrounded dan dengan mendapatkan keuntungan dari penggunaannya adalah dengan cara
resonant grounding menggunakan Peterson coil. Metode ini berusaha menghilangkan arus
gangguan yang dapat menyebabkan kondisi arcing ground. Metode ini sederhananya
merupakan reaktor iron-cored yang disetel dan dihubungkan antara netral dan ground.
Peterson coil disetel agar arus yang dihasilkan sesuai dengan arus dari kapasitansi saluran
dalam kondisi gangguan. Dalam kondisi sistem normal tidak membawa arus. Namun, pada
saat terjadi fault, Peterson coil berkontribusi menjadi komponen reaktif dari arus melalui
fault yang menyesuaikan dengan komponen kapasitif. Karena kedua arus 180° dari fasa,
maka mereka saling menghilangkan. Dan tidak menyisakan arus pada gangguan,
meminimalkan kemungkinan restrike, dan dengan demikian menghilangkan penyebab
penumpukan tegangan.
Ground-fault neutralizer dikatakan efektif pada 70% -80% dari fault. Ini tidak baik
karena tidak 111% efektif, juga karena biayanya, dan karena biaya peralatan yang
diperlukan untuk melindunginya dalam 20% -30% dari kasus ketika alatnya tidak berfungsi.
Penyebab utama kegagalannya terjadi adalah penyetelan yang tidak benar. Mungkin
tampaknya mudah diperbaiki, tetapi ketika ada ekstensi feeder atau penataan ulang feeder,
retuning ini diperlukan terus, untuk setiap kondisi switching darurat, atau bahwa bahkan jika
disimpan dengan benar, sistem dapat dicegah oleh konduktor rusak yang terjadi akibat fault
untuk menyelesaikannya, dan juga ada beberapa kesulitan penerapannya. Alat ini dapat
bekerja dengan baik di sirkuit radial tiga fasa.
Gambar 2.4 Resonant Grounded System
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing
Namun, itu tidak praktis di tie feeder atau sistem jaringan kecuali jika diblokir oleh
transformator delta atau isolator impedansi urutan-nol lainnya, sehingga pengaturan yang
disetel yang diperlukan dapat diketahui secara pasti dan tidak bervariasi karena kondisi
operasi sistem. Untuk menghitung nilai reaktansi reaktor netral dapat digunakan persamaan
berikut.
Diinginkan bahwa IL = 3IB sehingga IG + IL = 0 pada titik fault. Tegangan XL = −EB. Asumsi
reaktansi kapasitif dari saluran adalah XC. Kemudian
−EB −3 E B
I L= = =−3 I B
XL XC
− XC
X L=
3
2.2.3.5. Grounding Ungrounded Systems
Kapan pun grounding jenis apa pun digunakan, jelas bahwa arus fault akan mengalir
ketika konduktor yang biasanya tidak di-ground-kan lalu dihubungkan dengan ground.
Sangat perlu bahwa relay, sekering, atau perangkat pelindung lainnya merasakan dan
beroperasi ketika ada fault(gangguan) untuk menyelesaikannya.
2.3. Pemahaman Ground Resistance
Untuk potensi yang terjadi karena kesalahan pada sistem tenaga listrik dengan ground
return, ground membantu dalam memastikan operasi yang cepat dari relay pelindung
dengan menyediakan jalur arus low resistance fault. Dan juga untuk menghilangkan potensi
yang diinduksi secepat mungkin. Grounds harus mengalirkan potensi yang diinduksi
sebelum personel terluka dan daya atau sistem komunikasi rusak.
Elektroda grounding biasanya terbuat dari logam yang sangat konduktif (copper atau
copper clad) dengan penampang yang sedemikian sehingga resistansi keseluruhan dapat
diabaikan. Resistansi antara elektroda dan bumi di sekitarnya dapat diabaikan jika elektroda
bebas dari cat, minyak, atau lapisan lain, dan jika bumi dikemas dengan kuat.
L
R=ρ
A
dimana
Ketebalan shell
R=Resistivitas tanah ×
area
Dalam kasus resistansi tanah, resistivitas bumi (atau tanah) diasumsikan seragam di
seluruh volume, meskipun ini jarang terjadi di alam. Persamaan untuk sistem elektrodanya
sangat kompleks dan sering hanya diperkirakan saja. Formula yang paling umum digunakan
untuk sistem elektroda single-ground, yang dikemukakann oleh Profesor H. R. Dwight dari
Massachusetts Institute of Technology, adalah sebagai berikut.
ρ [ ( ln 4 L )−1]
R= ×
2 πL r
dimana
Semakin ground rod dipasang lebih dalam ke bumi, resistansinya berkurang secara
substansial. Secara umum, menggandakan panjang rod mengurangi resistansi dengan
tambahan 40%, seperti yang terlihat pada Gambar 2.7. NEC membutuhkan kedalaman
minimal 8 kaki (2,4 m) untuk bersentuhan dengan tanah.
Gambar 2.8 Resistansi Tanah terhadap Ukuran Rod
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing
Yang paling umum adalah batang silindris 10 kaki (3 m) yang memenuhi kode NEC.
Diameter minimum 5/8 inci (1,59 cm) diperlukan untuk rod baja dan 1,27 inci untuk
tembaga atau rod baja berlapis tembaga. Diameter praktis minimum untuk batasan rod yang
disisip 10 kaki (3 m) adalah
Resistivitas tanah juga dipengaruhi oleh suhu. Tabel 2.2 menunjukkan variasi
resistivitas lempung berpasir yang mengandung kelembaban 15,2%, dengan perubahan suhu
dari 20 ° C hingga –15 ° C. Dalam kisaran suhu ini, resistivitas terlihat bervariasi dari 7.200
hingga 330.000 Ω-cm.
Karena resistivitas tanah berhubungan langsung dengan kadar air dan suhu, dapat
diasumsikan bahwa resistansi dari setiap sistem grounding akan bervariasi sepanjang musim
yang berbeda dalam setahun. Karena suhu dan kadar air menjadi lebih stabil pada jarak yang
lebih jauh di bawah permukaan bumi, maka sistem grounding yang paling efektif setiap saat
harus dibangun dengan ground rod disisipkan ke jarak yang cukup jauh di bawah
permukaan bumi. Hasil terbaik diperoleh jika ground rod mencapai tabel air.
Kode NEC menyatakan bahwa resistansi ground tidak boleh melebihi 25 Ω. Ini adalah
nilai maksimum resistansi tanah dan di sebagian besar aplikasi diperlukan tahanan tanah
yang jauh lebih rendah. Semakin rendah resistansi ground, maka akan lebih aman, dan untuk
perlindungan terhadap personel dan peralatan, perlu usaha lebih untuk mendapatkan kurang
dari 1 Ω.
Pada umumnya tidak mudah untuk mendapatkan resistansi rendah seperti itu di
sepanjang sistem distribusi atau saluran transmisi atau di gardu induk kecil. Di beberapa
negara, resistansi 5 Ω atau kurang dapat diperoleh tanpa banyak kesulitan. Di negara lain,
mungkin sulit untuk mendapatkan nilai resistansi di bawah 100 Ω.
Standar industri yang diterima menetapkan bahwa gardu transmisi harus dirancang
tidak melebihi resistan 1 Ω. Di gardu distribusi, resistansi maksimum yang disarankan
adalah 5 Ω atau bahkan 1 Ω. Dalam industri ringan, misalnya di kantor pusat
telekomunikasi, 5 Ω merupakan nilai yang dapat diterima. Untuk perlindungan petir, arrestor
harus digabungkan dengan tahanan tanah dengan nilai maksimum 1 Ω. Tabel 2.2. berikut ini
menampilkan nilai resistansi grounding dari gardu untuk berbagai instalasi.
Tabel 2.3 Nilai Resistansi Grounding dari Gardu Untuk Berbagai Instalasi
Nilai Maksimum Resistansi
Instalasi Tipe
Grounding Gardu Induk
Bangunan Metal ≤25 Ω (per NEC)
Komersial Lantai lembab, dsb.
Rumah
Fasilitas Umum 5Ω
Bahan Kimia 3Ω
Komputer <1-3 Ω
Industrial
Fasilitas pemuatan <1 Ω
berkecepatan tinggi
untuk bahan kimia
Utilitas Stasiun Pembangkit 1Ω
Gardu Besar 1Ω
Gardu Induk 1,5-5 Ω
Gardu Kecil 5Ω
Sumber : Electrical Power Equipment Maintenance and Testing
Tujuan pengukuran resistivitas tanah ada tiga. Pertama, data tersebut digunakan untuk
membuat survei geofisika mengenai permukaan bantuan dalam mengidentifikasi lokasi bijih,
kedalaman batuan dasar, dan fenomena geologi lainnya. Kedua, resistivitas memiliki
dampak langsung pada tingkat korosi di jaringan pipa bawah tanah. Penurunan resistivitas
berkaitan dengan peningkatan aktivitas korosi dan karenanya menentukan perawatan
pelindung yang akan digunakan. Ketiga, resistivitas tanah secara langsung mempengaruhi
desain sistem grounding.
Untuk mempertahankan nilai resistansi yang cukup rendah dari sistem grounding,
pengujian berkala untuk grounding diperlukan. Pengujian melibatkan pengukuran untuk
memastikan bahwa nilainya tidak melebihi batas desain. Pengukuran resistensi tanah hanya
dapat dilakukan dengan peralatan uji yang dirancang khusus. Metode yang paling umum
untuk mengukur tahanan tanah menggunakan prinsip fall-of-potential potensial arus bolak-
balik (AC) 60 Hz atau frekuensi yang lebih tinggi yang beredar antara elektroda bantu dan
elektroda ground yang diuji; pembacaan akan diberikan dalam satuan ohm dan mewakili
resistensi elektroda tanah ke bumi di sekitarnya. Metode untuk mengukur dan menguji
Resistansi tanah dan resistivitas tanah adalah sebagai berikut.
Nilai resistansi dari elektroda uji dapat dihitung sebagai berikut. Asumsikan
V1
R1=R x + R y =
A1
V2
R2=R x + R z=
A2
V3
R3=R y + Rz =
A3
R y =R 3−R z
Dan juga,
R x =R2−R z
Dari mana,
R 1−R2−R3
2 Rx =R 1+ R 2−R3 atau R x =
2
Cara terbaik untuk menemukan posisi yang tepat dari rod potensial bantu di luar area
resistensi yang efektif adalah memindahkannya antara elektroda uji dan elektroda bantu arus
dan mengambil pembacaan di setiap lokasi. Jika batang potensial bantu berada di area
resistansi efektif dengan menggesernya, bacaan yang diambil akan bervariasi nilainya.
Dalam kondisi ini, tidak ada nilai pasti untuk resistansi tanah yang dapat ditentukan. Di sisi
lain, jika elektroda potensial bantu terletak di luar area resistensi efektif ketika elektroda
tersebut digerakan maju dan mundur, variasi pembacaannya akan minimal. Bacaan yang
diambil harus relatif dekat satu sama lain, dan menjadi nilai terbaik untuk resistansi tanah.
Bacaan harus diplot untuk memastikan bahwa nilainya terletak di kondisi "datar". Wilayah
ini sering disebut sebagai daerah 62%.
c. Masukkan elektroda bantu kedua (Rz) ke dalam rangkaian uji dan dapatkan titik nol
R X RX+ RY RA
= atau R X =(R X + RY )( )
R A RA+ RB R A+ RB
Nilai ini adalah resistivitas rata-rata tanah pada kedalaman yang setara dengan jarak A
antara dua elektroda.
4 πAR
ρ=
1+
( √( 2A
A 2+ 4 B2 )
−
2A
√ 4 A2 + 4 B 2 )
dimana
R adalah nilai ohmik yang diukur dengan ground tester empat terminal