Anda di halaman 1dari 33

RANCANG BANGUN SISTEM DATA LOGGER UNTUK INSTALASI

PANEL SURYA GRID TIE (GTI) INVERTER 500VA BERBASIS BLYNK

COVER
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada


Program Diploma III Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Nama : Rafly Akh Sani Taqwin
NIM : 40040318060033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SISTEM DATA LOGGER UNTUK INSTALASI


PANEL SURYA GRID TIE (GTI) INVERTER 500VA BERBASIS BLYNK

Diajukan oleh :
Nama : Rafly Akh Sani Taqwin
NIM : 40040318060033

TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH

Dosen Pembimbng,

Dista Yoel Tadeus, ST., M.T Tanggal : 20 Oktober 2021


NIP. 1988122820150410

Mengetahui,
Ketua
Program Studi DIII Teknik Elektro
Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

Arkhan Subari S. T., M.Kom. Tanggal :


NIP. 197710012001121002
ABSTRAK

Energi matahari adalah sumber energi terbarukan yang tidak akan habis.
Indonesia yang merupakan negara tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa
memiliki intensitas matahari yang cukup tinggi per tahunnya. Dengan adanya
potensi ini, perlu adanya pengolahan atau pengembangan terhadap energi alternatif
tersebut. Salah satu cara pengembangan potensi tersebut dengan menggunakan
panel surya yang dapat merubah energi matahari menjadi energi listrik.
Pada penelitian ini penulis akan membuat alat rancang bangun sistem data
logger untuk instalasi panel surya grid tie (GTI) inverter 500VA berbasis arduino.
Pada zaman sekarang pengamatan atau monitoring masih menggunakan cara
konvensional atau manual. Maka dari itu, pada pembuatan tugas ini penulis
membuat alat monitoring tegangan, arus, dan daya pada panel surya yang
mengfungsikan sensor arus, tegangan serta daya dengan mikrokontroler Arduino
Mega sebagai penyimpan data output yang nantinya akan dikomunikasikan melalui
Android.

Kata Kunci : Monitoring, panel surya, grid tie, PLN


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Energi matahari adalah sumber energi terbarukan yang tidak akan

habis. Indonesia termasuk negara yang beruntung karena memiliki sebagian

besar potensi sumber energi terbarukan. Dengan letaknya yang berada di garis

khatulistiwa (6°LU sampai 11°LS dan 95°BT sampai 141°BT). Potensi energi

surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan

112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Jika

melihat angka diatas, kapasitas terpasang untuk panel surya sangatlah rendah.

Jumlah keluaran yang dihasilkan dari proses pengubah atau konversi

tersebut juga ditentukan oleh beberapa kondisi dimana sebuah solar cell

berada seperti intensitas cahaya matahari, suhu, arah datangnya sinar

matahari dan spektrum cahaya matahari. Kondisi alam yang selalu berubah-

ubah setiap waktu menyebabkan daya keluaran panel surya juga ikut

berfluktuasi. Dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya, energi

surya memiliki banyak kelebihan seperti kebersihannya, ketenangan,

keamanannya dan tidak menghasilkan polusi. Akan tetapi, dalam mengamati

atau monitoring keluaran panel surya masih menggunakan metode

konvensional atau manual. Data yang diambil juga tidak dapat diambil

langsung pada kondisi real-time.

Maka dari itu dalam memenuhi tugas akhir ini, penulis akan

membuat sebuah alat dengan judul,


“RANCANG BANGUN SISTEM DATA LOGGER UNTUK

INSTALASI PANEL SURYA GRID TIE (GTI) INVERTER 500VA

SECARA REAL TIME BERBASIS BLYNK”

Untuk prinsip kerja alat dimulai dari sistem panel surya menerima

sinar matahari, kemudian akan dikonversi melalui inverter grid tie 500W DC

to AC. Keluaran dari inverter dihubungkan ke PLN melewati sensor arus,

tegangan, dan daya menggunakan modul sensor PZEM-004T dan selanjutnya

data keluaran akan disimpan pada Arduino Mega yang nantinya akan

dikomunikasikan ke Blynk menggunakan modul Wi-fi WeMos ESP8266.

Untuk pengamatan keluaran pada jaringan PLN juga memfungsikan modul

sensor PZEM-004T untuk mendapatkan nilai keluaran arus, tegangan, dan

daya. Hasil keluaran daya yang diserap dari panel surya dan PLN kemudian

akan dibandingkan untuk mencari efisiensi penggunaan listrik selama 1

bulan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan tugas akhir ini sebagai berikut:

1. Bagaimana cara merancang sistem panel surya grid tie?

2. Bagaimana perbandingan hasil keluaran yang didapatkan setelah

dilakukan pengujian selama 1 bulan?

3. Bagaimana pengaruh instalasi panel surya grid tie terhadap penggunaan

listrik rumah tangga?


Tujuan Tugas Akhir

Tujuan penyusunan dan pembuatan tugas akhir ini adalah :

1. Dapat merancang sistem panel surya 200 Wp Grid Tie Inverter 500W

dengan monitoring aplikasi Blynk

2. Membuktikan bahwa panel surya yang digunakan pada saat ini dapat

mengurangi tagihan listrik PLN

3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari perkuliahan baik secara

teori maupun praktik

4. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar Ahli Madya dari Program Studi Diploma III Teknik

Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas

Diponegoro.

Manfaat Tugas Akhir

Manfaat penulisan dan pembuatan Tugas Akhir ini adalah :

Bagi Penulis

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari perkuliahan baik secara

teori maupun praktik

2. Memahami kinerja panel surya grid tie pada jaringan rumah tangga

melalui konsumsi daya yang digunakan

Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi sebuah inovasi

kedepannya untuk lebih memperhatikan efisiensi dalam merancang suatu

panel surya.
Bagi Mahasiswa dan Pembaca

Dapat menjadi referensi bacaan dan informasi khususnya bagi

mahasiswa Teknik Elektro yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan

pokok permasalahan yang sama.

Batasan Masalah

Agar pembuatan laporan Tugas Akhir dapat terarahkan, penulis membatasi

permasalahan yang akan dibahas pada laporan Tugas Akhir ini. Dalam

laporan ini penulis membahas masalah-masalah sebagai berikut:

1. Panel surya dengan daya 200 Wp tipe monocrystalline sebagai media

penangkap sinar matahari

2. Inveerter Grid Tie 500W sebagai konversi tegangan DC ke AC

3. Arduino Mega Atmega2560 sebagai mikrokontroller

4. Modul sensor PZEM-004T sebagai pembaca arus dan tegangan AC, serta

daya masukan dari Inverter

5. WeMos ESP8266 sebagai media komunikasi melalui internet untuk

monitoring daya keluaran pada aplikasi Blynk.

Sistematika Tugas Akhir

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Pembatasan Masalah
1.6 Metode Penulisan
1.7 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III CARA KERJA ALAT
3.1 Gambar Blok Diagram
3.2 Rangkaian Alat
3.3 Cara Kerja Alat
BAB IV PEMBUATAN ALAT
4.1 Perencanaan Rangkaian
4.2 Bahan Pembuatan
4.3 Alat Pembuatan
4.4 Pengujian Alat
BAB V PENGUJIAN ALAT
5.1 Peralatan untuk Pengujian
5.2 Langkah-langkah Pengujian
5.3 Hasil Pengujian
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

Setelah penulis mempelajari referensi yang ada, terdapat keterkaitan

antara sumber referensi dengan perancangan alat yang penulis lakukan. Oleh

karena itu, penulisan tugas akhir menggunakan referensi laporan tugas akhir,

yaitu:

I Putu Gede Mahendra Sanjaya, dkk. dalam jurnal Universitas Udayana

tahun 2017 yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Data Logger

Berbasis Visual Pada Solar Cell”. Pada jurnal tersebut menjelaskan

tentang sistem nirkabel data logger berbasis visual pada solar cell, yang

memuat mengenai pengukuran, pembacaan, dan pengkomunikasian data

dalam membaca keluaran energi listrik pada solar cell. Rancang sistem

ini, menggunakan dua buah sub sistem yakni sub sistem data logger,

dimana sistem data logger ini digunakan sebagai sensor pembacaan dan

pengiriman data dari objek yang diukur serta dilengkapi dengan media

penyimpanan SD card yang bertujuan untuk back up data apabila terjadi

kerusakan pada komputer. Kemudian sub sistem software, dimana

merupakan sebuah sistem untuk mengontrol, membaca, memproses, dan

menyimpan data hasil pengukuran dari data logger dengan kecepatan

pembacaan minimal 1 menit yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya

loss data ketika penyimpanaan data pada database.


Pada tugas akhir yang penulis buat memiliki pembahasan yang sama yaitu

sistem data logger yang digunakan sebagai sensor pembacaan dan

pengiriman data dari objek yang diukur serta dilengkapi dengan media

penyimpanan SD card. Kemudian untuk hasil data pembacaan akan

ditampilkan pada smartphone dengan aplikasi Blynk.

Dasar Teori

2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Meninjau dari sumber daya alam, Indonesia memiliki

beberapa jenis SDA yang telah dimanfaatkan baik yang terbatas

maupun tidak terbatas. Salah satu pemanfaatan SDA yang tidak

terbatas adalah energi matahari yang digunakan untuk pembangkit

tenaga surya. Indonesia setiap harinya selalu dilewati oleh matahari

dengan intensitas radiasi matahari yang cukup yaitu sekitar 4,22

kWh/m2/d sampai dengan 6,80 kWh/m2/d. Oleh karena itu

pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi matahari perlu

dikembangkan lebih lanjut lagi di Indonesia. Pemerintah melakukan

upaya peningkatan pemanfaatan energi matahari untuk pembangkit

listrik dengan membangun PLTS Terpusat maupun PLTS Hybrid di

wilayah yang belum terjangkau listrik di seluruh pelosok Indonesia.

Berdasarkan (SNI 8395:2017), PLTS adalah sistem

pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari

melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengubah radiasi

sinar matahari menjadi listrik. Semakin tinggi intensitas radiasi


(iradiasi) matahari yang mengenai sel fotovoltaik, semakin tinggi daya

listrik yang dihasilkannya. Karena listrik seringkali dibutuhkan

sepanjang hari, maka kelebihan daya listrik yang dihasilkan pada

siang hari disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan

kapanpun untuk berbagai alat listrik.

Sistem fotovoltaik atau pembangkit listrik tenaga surya

(PLTS) mengubah energi elektromagnetik dari sinar matahari menjadi

energi listrik. Pembangkit listrik berbasis energi terbarukan ini

merupakan salah satu solusi yang direkomendasikan untuk listrik di

daerah pedesaan terpencil di mana sinar mataharinya melimpah dan

bahan bakar sulit didapat dan relatif mahal. Sistem PLTS terdiri dari

modul fotovoltaik, solar charge controller, baterai, dan beberapa

komponen pendukung lainnya. Ada beberapa jenis sistem PLTS, baik

untuk sistem yang tersambung ke jaringan listrik PLN (on-grid)

maupun sistem PLTS yang berdiri sendiri atau tidak terhubung ke

jaringan listrik PLN (off-grid).

Gambar 2.1 Gambaran PLTS Off-Grif dan On-Grid


2.2.1.1 PLTS Off-Grid

Berdasarkan (SNI 04-6267.601-2002), Pembangkitan

Tenaga Listrik adalah suatu proses yang energi listriknya diperoleh

dari suatu energi bentuk lain. Berdasarkan SNI 8395:2017,

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik adalah sistem

pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari

melalui konversi sel fotovoltaik. Off-grid adalah sistem kelistrikan

yang tidak terhubung dengan jaringan listrik umum. Jadi dapat

diartikan bahwa PLTS off-grid adalah pembangkitan tenaga listrik

yang energinya bersumber dari radiasi matahari melalui konversi sel

fotovoltaik dimana sistem kelistrikannya tidak terhubung dengan

jaringan listrik umum. Ada dua konfigurasi sistem PLTS off-grid yang

umum digunakan yang akan dijelaskan dalam bab ini, yaitu sistem

penyambungan AC atau AC-coupling dan penyambungan DC atau

DC-coupling. Secara singkat, DC adalah singkatan untuk Direct

Current (arus searah), sementara AC adalah singkatan untuk

Alternating Current (arus bolak-balik). Penyambungan (coupling)

mengacu pada titik penyambungan di dalam sistem. Sistem DC-

coupling menghubungkan rangkaian modul fotovoltaik ke sisi DC

sistem PLTS melalui Solar Charge Controller. Sementara itu, sistem

AC-coupling menghubungkan rangkaian modul surya dan baterai ke

sisi AC melalui inverter jaringan dan inverter baterai. Jika ada

kelebihan daya yang tidak digunakan oleh beban, maka kelebihan


daya akan dikonversi kembali ke DC oleh inverter baterai dan energi

akan disimpan dalam baterai.

Secara umum, kedua konfigurasi tersebut menggunakan

komponen yang sama kecuali untuk Solar Charge Controller (SCC).

Penggunaan SCC di dalam sistem DC-coupling diganti dengan

inverter jaringan di dalam sistem AC-coupling. Berikut adalah

gambaran sistem DC-Coupling dan AC-Coupling

Gambar 2.2 Konfigurasi Sistem DC-Coupling

Gambar 2.3 Konfigurasi Sistem AC-Coupling

2.2.1.2 PLTS On-Grid

Sistem On-Grid merupakan sistem fotovoltaik yang hanya

menghasilkan daya ketika jaringan daya utilitas (PLN) tersedia.

Sistem ini harus terhubung ke grid agar berfungsi. Sistem ini dapat
mengirim kelebihan daya yang dihasilkan kembali ke jaringan ketika

sel surya memproduksi daya berlebih sehingga ada surplus untuk

digunakan nanti. Sistem On-Grid merupakan sistem paling sederhana

dan paling hemat biaya untuk menginstal energi panel surya dibanding

dengan sistem Off-Grid, namun sistem ini tidak memberikan daya

cadangan selama pemadaman jaringan.

Faktor pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk

memasang sistem PLTS secara On-Grid :

1. Lokasi yang memiliki akses listrik PLN 24 jam

2. Lokasi perkotaan dan sekitarnya, merupakan lokasi pemasangan

ideal

3. Lokasi rumah, bangunan bisnis, kantor pemerintahan dan

bangunan layanan lainnya yang tertarik untuk melakukan efisiensi

dan pengurangan biaya listrik bulanan

4. Lokasi yang telah memiliki atau yang akan memiliki sertifikat

SLO (Sertifikat Laik Operasi) untuk koneksi terpasang

5. Lokasi yang telah terpasang kWh meter EXIM (Export-Import)

atau yang akan dan sedang dalam pengurusan pemasangan kWh

meter EXIM
Gambar 2.4 Sistem PLTS On-Grid

2.2.1.3 Modul Surya

Panel surya merupakan gabungan beberapa modul surya.

Jika aplikasi membutuhkan daya dalam jumlah yang lebih tinggi dari

yang disediakan oleh suatu modul, maka modul dapat dihubungkan

seri dan paralel untuk memenuhi besar tegangan dan daya dari beban.

Pengertian Modul Surya Berdasarkan SNI 8395:2017 adalah

beberapa sel surya yang digabungkan menjadi sebuah perangkat yang

berfungsi mengubah energi matahari menjadi energi listrikk melalui

proses fotoelektrik . Modul surya adalah komponen utama pada PLTS

Off-Grid. Tanpa komponen ini energi listrik tidak dapat dihasilkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keluaran dari modul fotovoltaik

adalah :

1. Radiasi sinar matahari atau intensitas radiasi elektromagnetik sinar

matahari yang jatuh di permukaan. Radiasi diukur dalam satuan

W/m2 dan nilainya bervariasi di tempat yang berbeda. Oleh karena

itu, pengukuran langsung radiasi atau pengolahan data sekunder


penting dilakukan sebelum merancang sebuah sistem PLTS. Daya

keluaran dari modulfotovoltaik berbanding lurus secara

proporsional dengan radiasi sinar matahari.

2. Orientasi dan kemiringan modul fotovoltaik. Modul fotovoltaik di

dalam satu rangkaian seri maupun paralel harus dipasang pada

orientasi, kemiringan, dan sebaiknya pada ketinggian yang sama.

3. Bayangan benda (shading) yang menghalangi sinar matahari dan

penumpukan debu yang dapat menghalangi transmisi sinar.

4. Kenaikan temperatur pada modul yang dapat menyebabkan

berkurangnya efisiensi modul fotovoltaik sesuai dengan koefisien

temperatur dari modul (%/°C).

5. Bayangan (shading) pada modul fotovoltaik

Bayangan adalah masalah yang sangat penting pada PLTS

karena dapat secara signifikan mengurangi kinerja sistem. Terkena

bayangan sebagian maupun secara penuh tidak hanya mengurangi

produksi energi, namun juga berisiko mempengaruhi kondisi modul

fotovoltaik. Ketika terkena bayangan sebagian, pelepasan panas pada

sel yang terkena bayangan cenderung akan meningkat (dikenal

sebagai titik panas atau hot spot) dan dapat mengurangi umur modul

fotovoltaik.

Cara menghindari penurunan produksi energi akibat bayangan

yaitu :
 Melakukan identifikasi lokasi dengan benar selama studi

kelayakan untuk memastikan bahwa modul fotovoltaik akan bebas

dari bayangan di sepanjang hari dan di sepanjang musim dalam

setahun.

 Desain dengan benar tata letak tiap lokasi PLTS. Rangkaian modul

fotovoltaik harus memiliki jarak yang cukup satu sama lain untuk

menghindari bayangan dari rangkaian modul fotovoltaik yang

berdekatan atau dengan bangunan yang lebih tinggi di sekitarnya.

 Selama proses komisioning pastikan modul fotovoltaik bebas dari

bayangan di setiap saat dan pertimbangkan kemungkinan

bayangan di masa mendatang misalnya pohon yang tumbuh.

 Tumbuhan yang berada di bawah dan di sekitar rangkaian modul

fotovoltaik harus tetap rendah. Penting untuk melakukan

pembersihan tumbuhan pada saat pemeliharaan rutin.

Jarak antar rangkaian modul fotovoltaik yang ideal

merupakan hal yang penting untuk menghitung secara akurat jarak

antar rangkaian modul fotovoltaik, terutama jika rangkaian tidak

dipasang pada ketinggian yang sama. Jarak yang berdekatan dapat

menyebabkan bayangan, sementara pengaturan jarak antar

rangkaian yang sangat jauh menyebabkan penggunaan lahan yang

berlebihan.

Jarak minimum antar rangkaian modul fotovoltaik yang

diperlukan (D) sangat tergantung pada titik lintang lokasi,


ketinggian permukaan rangkaian modul fotovoltaik (H), dan waktu,

terutama di tempat dimana lintasan matahari berubah secara

signifikan sepanjang tahun. Dalam hal lokasi dekat dengan daerah

khatulistiwa, ketentuan praktisnya adalah bahwa jarak tersebut

setidaknya dua kali lipat ketinggian dari permukaan modul

fotovoltaik (pada gambar dibawah).

Gambar 2.5 Posisi jarak dan ketinggian panel surya

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 [m]
≥2
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 [𝑚]

Ada beberapa perangkat lunak yang bisa digunakan untuk

menyederhanakan analisis bayangan (misalnya PVsyst dan

PV*SOL). Perangkat lunak ini memungkinkan para desainer untuk

mendesain tata letak sistem, lengkap dengan grafik lintasan matahari

di lokasi yang ditetapkan dan perkiraan jumlah keluaran energi yang

mempertimbangkan rugi-rugi ketika rangkaian modul fotovoltaik

terkena bayangan.
Modul fotovoltaik terdiri dari sejumlah sel fotovoltaik yang

saling terhubung secara seri dan diproduksi menjadi sebuah unit.

Sel-sel tersebut berikut dengan kawat busbar penghubungnya

dilindungi oleh bahan pelapis atau enkapsulasi (encapsulating

material) yang melindungi sel-sel dari kontak langsung dengan

lingkungan dan kekuatan mekanik yang dapat merusak sel-sel yang

tipis. Kinerja kelistrikan modul fotovoltaik dicirikan dengan kurva

arus-tegangan (I-V). Kurva tersebut menjelaskan operasi arus dan

tegangan modul fotovoltaik pada radiasi sinar matahari dan suhu

tertentu. Karena modul fotovoltaik merupakan komponen utama

dalam PLTS, kualitas modul fotovoltaik yang baik sangatlah penting

untuk mempertahankan operasional sistem.

Gambar 2.6 Modul Panel Surya

Yang harus dipertimbangkan ketika memilih modul fotovoltaik :

1. Gunakan modul fotovoltaik dengan efisiensi yang lebih

besar dari 15%. Menggunakan modul fotovoltaik dengan

efisiensi yang tinggi akan meminimalkan penggunaan

lahan.
2. Toleransi daya modul fotovoltaik harus kurang dari 2,5% di

bawah kondisi uji standar (STC -standard test conditions).

Informasi ini dapat ditemukan di label kinerja modul

fotovoltaik di belakang setiap modul, misalnya: “Daya

puncak 100 W ± 2%” atau “Toleransi keluaran ± 2%”

3. Rangka modul fotovoltaik harus tahan terhadap korosi,

yaitu aluminium anodized atau pelapisan aluminium

dengan zat warna.

4. Modul fotovoltaik harus mampu beroperasi pada tegangan

sampai dengan 1000 VDC dandirekomendasikan tidak

lebih dari 1000 VDC. Tujuan mengatur batas untuk

maksimum tegangan sistem adalah untuk menyesuaikan

dengan tegangan perangkat lain yang terhubung ke modul

fotovoltaik yang sebagian besar nilainya tidak lebih dari

1000 VDC.

Modul fotovoltaik harus diuji dan memenuhi standar kualitas

sesuai dengan IEC 61215 untuk modul monocrystalline dan

polycrystalline sedangkan tipe thin film merujuk pada IEC 61646.

Modul fotovoltaik juga harus memiliki masa garansi yang melebihi

20 tahun operasi dengan penurunan kinerja maksimal 10% per 10

tahun.

Cara menghitung Kapasitas Modul :

𝐸
Er =
𝜂𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Dimana :

Er = Total Energi Modul

E = Total Pemakaian Energi

𝜂keseluruhan = Efisiensi Keseluruhan Komponen

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙


𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙 = 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑖𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖 × 𝐺𝑠𝑡𝑐

Dimana :

1 𝑘𝑊
Gstc = iradiasi referensi STC ( )
𝑚2

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙
𝑁𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 =
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙

Dimana ;

Nmodul = Jumlah banyaknya modul

Dalam sebuah modul surya, terdapat sel-sel fotovoltaik tempat

terjadinya efek fotovoltaik. Apabila beberapa modul surya

dirangkai, maka akan terbentuk suatu sistem pembangkit listrik

tenaga surya. Kualitas sebuah modul surya, antara lain dinilai

berdasarkan efisiensinya untuk mengkonversi radiasi sinar matahari

menjadi listrik DC. Modul surya yang efisiensinya lebih tinggi akan

menghasilkan daya listrik yang lebih besar dibandingkan modul

surya yang efisiensinya lebih rendah untuk luasan modul yang sama.

Efisiensi modul surya, antara lain bergantung pada material sel

fotovoltaik dan proses produksinya. Secara umum, sel fotovoltaik


terbuat dari material jenis crystalline dan non-crystalline (film tipis).

Untuk jenis crystalline, terbagi atas tipe mono-crystalline dan tipe

poly-christalline, dengan efisiensi konversi sekitar 12 – 20%.

Berikut perbandingan antara poly-crystalline dan mono-crystalline.

Gambar 2.7 Poly-Crystalline dan Mono-Crystalline

2.2.1.4 Inverter Grid Tie (GTI) 500W

Inverter adalah konverter tegangan arus searah (DC) ke

tegangan bolak-balik (AC). Fungsi dari sebuah inverter adalah untuk

mengubah tegangan masukan DC menjadi tegangan keluaran AC

yang simetris dengan besar magnitudo dan frekuensi yang diinginkan.

Tegangan keluaran dapat bernilai tetap atau berubah-ubah pada

frekuensi tetap atau berubah-ubah Tegangan keluaran yang berubah-

ubah dapat diperoleh dengan memvariasikan tegangan masukan DC

dan menjaga penguatan inverter bernilai tetap. Sebaliknya jika

tegangan masukan DC tetap dan tidak terkontrol, tegangan keluaran

yang berubah-ubah dapat diperoleh dengan memvariasikan penguatan

dari inverter. Variasi penguatan inverter biasanya diperoleh dengan


menggunakan pengendali Pulse-Width-Modulation (PWM) dan

Sinusoidal Pulsa Width Modulation (SPWM) yang ada di dalam

inverter. Grid tie Inverter (GTI) adalah inverter yang bekerja secara

langsung dari panel surya tanpa melalui sumber backup, selain itu juga

dapat digunakan secara bersama dengan penyedia jaringan listrik

utama Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada sistem GTI akan

mensuplai daya yang dihasilkan ke beban, jika terjadi kelebihan beban

maka daya yang dihasilkan akan disalurkan ke jaringan. Jika daya

yang dimiliki kurang untuk mensuplai ke beban maka jaringan akan

ikut mensuplai daya ke beban. Untuk itu, GTI akan bekerja jika

terhubung dengan jaringan listrik, jika jaringan listrik yang mati maka

GTI akan berhenti bekerja.

Gambar 2.8 Inverter Grid Tie

2.2.2 Modul Sensor PZEM-004T


PZEM-004T adalah sebuah modul elektronik yang berfungsi

untuk mengukur : Voltage / Tegangan, Arus, Daya, Frekuensi, Energi


dan Power Faktor. Modul PZEM-004T sangat mudah untuk

digunakan dalam pemrograman dengan menggunakan berbagai jenis

board Mikrokontroller seperti Arduino, ESP8266, STM32, WeMos,

NodeMCU, Raspberry Pi dll karena menggunakan komunikasi serial

TTL. (Admin, 2017, www.nn-

digital.com/blog/2019/07/10/mengenal-pzem-004t-modul-elektronik-

untuk-alat-pengukuran-listrik/, 8 Oktober 2021).

Gambar 2.9 Modul PZEM-004T

2.2.3 WeMos ESP8266

Wemos merupakan salah satu board yang dapat berfungsi

dengan arduino khususnya untuk project yang mengusung konsep

IOT. Wemos dapat running stand-alone berbeda dengan modul wi-fi

lain yang masih membutuhkan mikrokontroler sebagai pengrontrol

atau otak dari rangkaian tersebut, WeMos dapat running stand-alone

karena di dalammnya sudah terdapat CPU yang dapat memprogram

melalui serial port atau via OTA (Over The Air) serta transfer program

secara wireless. (Admin, 2017, https://www.nn-


digital.com/blog/2019/07/10/mengenal-pzem-004t-modul-

elektronik-untuk-alat-pengukuran-listrik/, 8 Oktober 2021).

Spesifikasi WeMos D1 Mini

 Beroperasi pada tegangan operasional 3,3 V

 Memiliki 11 pin digital IO termasuk didalamnya spesial

pin untuk fungsi i2c, one-wire, PWM, SPI, interrupt

 Memiliki 1 pin analog input atau ADC

 Berbasis micro USB untuk fungsi pemrogramannya

 Memory flash : 4Mbyte

 Dimensi module : 34,2 mm x 25,6 mm

 Clock speed : 80MHz

 Menggunakan IC CH340G untuk komunikasinya

Gambar 2.10 WeMos D1 mini


2.2.4 Arduino Mega
Arduino Mega adalah papan pengembangan (development

board) mikrokontroler yang berbasis chip Atmega2560. Disebut

sebagai papan pengembangan karena board ini memang berfungsi

sebagai arena prototyping sirkuit mikrokontroller. Dengan

menggunakan papan pengembangan, akan lebih mudah merangkai

rangkaian elektronika mikrokontroller dibanding jika memulai

merakit ATMega2560 dari awal di breadboard. Arduino Mega

memiliki 54 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

15 pin diantaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 16 pin

input analog, menggunakan crystal 16 MHz, koneksi USB, jack

listrik, header ICSP dan tombol reset. Hal tersebut adalah semua yang

diperlukan untuk mendukung sebuah rangkaian mikrokontroler.

2.2.4.1 Spesifikasi Arduino Mega

Mikrokontroler Atmega2560

Tegangan
5V
pengoperasian

Tegangan input yang


7-12V
disarankan

Batas tegangan input 6-20V

54 (15 di antaranya menyediakan


Jumlah pin I/O digital
keluaran PWM)
Jumlah pin input
16
analog

Arus DC tiap pin I/O 20 mA

Arus DC untuk pin


50 mA
3.3V

256 KB (Atmega2560), sekitar 8


Memori Flash
KB digunakan oleh bootloader

SRAM 8 KB (Atmega2560)

EEPROM 4 KB (Atmega2560)

Clock Speed 16 MHz

2.2.4.2 Konfigurasi Arduino Mega

Gambar 2.11 Arduino Mega2560

Berikut adalah fitur-fitur yang ada pada Arduino Mega


Pin digital Arduino Mega2560 ada 54 Pin yang dapat

digunakan sebagai Input atau Output dan 16 Pin Analog

berlabel A0 sampai A15 sebagai ADC, setiap Pin Analog

memiliki resolusi sebesar 10 bit. Arduino Mega 2560

dilengkapi dengan pin dengan fungsi khusus,sebagai berikut:

 Serial 4 buah : Port Serial : Pin 0 (RX) dan Pin 1 (TX)

;Port Serial 1 : Pin 19 (RX) dan Pin 18 (TX); Port Serial

2 : Pin 17 (RX) dan Pin 16 (TX); Port Serial 3 : Pin 15

(RX) dan Pin 14 (TX).Pin Rx di gunakan untuk

menerima data serial TTL dan Pin (Tx) untuk mengirim

data serial TTL

 External Interrupts 6 buah : Pin 2 (Interrupt 0),Pin 3

(Interrupt 1), Pin 18 (Interrupt 5), Pin 19 (Interrupt 4),

Pin 20 (Interrupt 3) dan Pin 21 (Interrupt 2)

 PWM 15 buah : 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13 dan

44,45,46 pin-pin tersebut dapat di gunakan sebagai

Output PWM 8 bit

 SPI : Pin 50 (MISO), Pin 51 (MOSI), Pin 52 (SCK), Pin

53 (SS) ,Di gunakan untuk komunikasi

SPI menggunakan SPI Library

 I2C : Pin 20 (SDA) dan Pin 21 (SCL) , Komunikasi I2C

menggunakan wire library

 LED : 13. Buit-in LED terhubung dengan Pin Digital 13.


BAB III

METODE

Operasional

3.1.1 Blok diagram

Gambar 2.12 Blok diagram

3.1.2 Langkah-langkah Tiap Blok


1. Soler Panel menerima sinar matahari kemudian diteruskan ke
inverter.
2. Pada Inverter terjadi proses konversi tegangan dari DC ke AC
3. Keluaran dari Inverter dan dari PLN kemudian dihubungkan ke
sensor PZEM-004T untuk diambil data tegangan, arus, dan daya
4. Terdapat MCB sebagai pengaman dan switch yang dihubungkan
pada keluaran inverter dan PLN
5. Sensor PZEM-004T dihubungkan ke mikrokontroler untuk
penyimpanan data. MikroSD disini sebagai penyimpanan
cadangan saja.
6. Selanjutnya, untuk pengkomunikasian pada Blynk, digunakan
modul wifi WeMos D1.

Prosedur Pengumpulan Data

Dalam perencanaan dan pembuatan alat ini, penyusun menggunakan

metodologi sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca literatur yang ada

untuk memperoleh data yang berhubungan dengan alat yang dibuat.

2. Metode Bimbingan

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan pengarahan dan petunjuk

pembuatan Tugas Akhir, sehingga pembuatannya dapat berjalan dengan

baik dan lancar.

3. Metode Perancangan

Pada metode ini meliputi perancangan dan pembuatan rangkaian alat dari

awal sampai selesai.

4. Metode Pengukuran dan Pengujian

Pengukuran berguna untuk mendapatkan data-data spesifik pada titik-titik

pengukuran dari alat yang telah dibuat. Pengujian meliputi pengujian

terhadap alat, sehingga dari data yang diperoleh diharapkan dapat

menjamin kualitas alat dan bila dipergunakan dapat berfungsi dengan

baik.

5. Penyusunan Laporan

Setelah dilakukan pengujian alat, data-data dan analisa yang diperoleh

disusun dalam sebuah laporan.


Jadwal Pembuatan dan Penyusunan Tugas Akhir

Oktober November

KEGIATAN CW CW CW CW CW CW CW CW

1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Pustaka

Pembuatan

Alat

Pengujian dan

Analisa Alat

Pembuatan

Laporan

Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Dede Pramana, D. G., Arta Wijaya, I. W., & Arsa Suyadnya, I. M. (2018). Rancang

Bangun Sistem Monitoring Kinerja Panel Surya Berbasis Mikrokontroller

Atmega 328. Jurnal SPEKTRUM, 4(2), 89.

https://doi.org/10.24843/spektrum.2017.v04.i02.p12

Fachri, M. R., Sara, I. D., & Away, Y. (2015). Pemantauan parameter panel Surya

Berbasis Arduino Secara Real Time. Jurnal Rekayasa Elektrika, 11(4), 123.

https://doi.org/10.17529/jre.v11i3.2356

Leng, G. J. (1998). Renewable Energy Technologies Project Assessment Tool,

RETScreen. Natural Resources Canada, CANMET, Energy Diversification

Research Laboratory.

Mahendra Sanjaya, I. P., Indra Partha, C. G., & Khrisne, D. C. (2018). Rancang

Bangun Sistem Data Logger Berbasis Visual Pada Solar Cell. Majalah

Ilmiah Teknologi Elektro, 16(3), 114.

https://doi.org/10.24843/mite.2017.v16i03p18

Mustafa, S., & Muhammad, U. (2020). Rancang Bangun Sistem Monitoring

Penggunaan Daya Listrik Berbasis Smartphone, Vol. 17.

https://doi.org/ojs.unm.ac.id/mediaelektrik/article/download/14968/8779

Nahela, S., Faridyan, I. F., Rachman, N. A., Risdiyanto, A., & Susanto, B. (2019).

Perbandingan Supply Arus Grid Tied Inverter Panel Surya Dan Pln Pada
Beban 400 Watt Terhadap Radiasi Matahari, Vol. 18, 67–78.

https://doi.org/ketjurnal.p3tkebt.esdm.go.id/index.php/ket/article/view/233/2

60

Nasional, B. S. (1970, Januari 1). SNI 8395:2017 Panduan Studi Kelayakan

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Plts) Fotovoltaik. UMN

Knowledge Center. Diakses pada 15 Oktober 2021, dari

https://kc.umn.ac.id/12832/.

Pudin, A., & Mardiyanto, I. R. (2020). Desain Dan Implementasi Data Logger

Untuk Pengukuran Daya Keluaran Panel Surya Dan Iradiasi Matahari.

ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, &

Teknik Elektronika, 8(2), 240. https://doi.org/10.26760/elkomika.v8i2.240

Saodah, S., & Utami, S. (2019). Perancangan Sistem Grid Tie Inverter Pada

Pembangkit Listrik Tenaga Surya. ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi

Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 7(2), 339.

https://doi.org/10.26760/elkomika.v7i2.339

Setyabudy, R., Budiyanto, BS, H., & Setiawan, E. A. (2012). Peningkatan Kenerja

Grid Tie Inverter Pada Jaringan Listrik Mikro Saat Kondisi Islanding

Dengan Penambahan Perangkat Uninterrupted Power Supply, Vol. 3, 125–

131.

https://doi.org/pnj.ac.id/upload/artikel/files/elektro/09_Rudy%20S%20atw%

20HartonoBS%20JEE%20Sep%202O12

Anda mungkin juga menyukai