Anda di halaman 1dari 14

“ELEKTRODA PENTANAHAN DAN

TAHANAN PENTANAHAN”

Nama Mahasiswa : Mhd Wahyu (5191230007)


Dosen Pengampu : Dr. Agus Junaidi S.T.,M.T.
Mata Kuliah : Pembumian Sistem Tenaga Listrik

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
September 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan berkembangnya jaman dan semakin sempitnya tanah yang dapat


digunakan maka pembangunan perumahan di wilayah Indonesia mengalami kendala pada
perluasan bangunan. Sehingga pembangunan perumahan cenderung keatas atau
bertingkat sebagai solusi menghadapi permasalahan tersebut. Bangunan bertingkat lebih
rawan mengalami gangguan baik gangguan secara mekanik maupun gangguan alam.
Salah satu gangguan alam yang sering terjadi adalah sambaran petir. Untuk melindungi
dan mengurangi dampak
kerusakan akibat sambaran petir maka dipasang sistem pengamanan pada perumahan.
Sistem pengamanan itu berupa sistem penangkal petir beserta pentanahannya.
Pemasangan sistem tersebut didasari oleh perhitungan resiko kerusakan akibat sambaran
petir terhadap perumahan.
Dengan adanya sistem pentanahan ini, semua bagian perumahan dan permukaan
tanah diharapkan mempunyai tegangan yang merata, terutama pada saat gangguan ke
tanah sehingga tidak membahayakan orang yang berada disekitar tempat itu. Untuk
meminimalkan kerusakan akibat sambaran petir pada perumahan, maka perlu dilakukan
perhitungan nilai pentanahan yang aman dan menganalisa tempat tertanamnya elektroda
pentanahan. Pada proses perencanaan suatu jenis sistem pentanahan pada perumahan,
memerlukan suatu pengukuran tahanan pentanahan yang akan menjadi acuan proses
perencanaan sistem pentanahan. Hal ini akan bermanfaat dalam perencanaan sistem
pentanahan karena arus lebih dialirkan ke tanah dengan cepat pada saat terjadi sambaran
petir karena nilai tahanan pentanahan yang kecil.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berilut :
Untuk mengetahui sifat-sifat dari sebuah elektroda tanah’
Untuk mengetahui perencanaan elektroda pentanahan.
Untuk mengetahui pengukuran tahanan jenis tanah.
Untuk mengetahui bagaimana pengujian tahanan pentanahan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat-Sifat Dari Sebuah Sistem Elektroda Tanah

Hambatan arus melewati sistem elektroda tanah mempunyai tiga komponen yaitu :
1) Tahanan pasaknya sendiri dan sambungan – sambungannya.
2) Tahanan kontak antara pasak dengan tanah sekitar.
3) Tahanan tanah disekelilingnya.

Pasak – pasak tanah, batang – batang logam, struktur dan peralatan lain biasa
digunakan untuk elektroda tanah. Elektroda – elektroda ini umumya besar dan
penampangnya sedemikian, sehingga tahananya dapat diabaikan terhadap tahanan
keseluruhan sistem pentanahan. Tahanan antara elektroda dan tanah jauh lebih kecil dari
yang biasa diduga, apabila elektroda bersih dari cat atau minyak, dan tanah dapat dipasak
dengan kuat, maka biro standarisasi nasional amerika serikat menyatakan bahwa tahanan
kontak dapat diabaikan. Pasak dengan tahanan seragam yang ditanam ketanah akan
menghantarkan arus kesemua jurusan. Marilah kita tinjau suatu elektroda (pasak) yang
ditanam ditanah yang terdiri atas lapisan – lapisan tanah dengan ketebalan yang sama.

Gambar 1 Komponen – komponen tahanan elektroda tanah

(Pabla A.S „Sistem distribusi daya listrik‟ 1991:157)


Lapisan tanah terdekat dengan pasak dengan sendirinya memiliki permukaan
paling sempit, sehingga memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya, karena lebih
luas memberikan tahanan yang lebih kecil. Demikian seterusnya, sehingga pada suatu
jarak tertentu dari pasak, lapisan tanah sudah tidak menambah besarnya tahanan tanah
sekeliling pasak. Jarak ini disebut daerah tahanan efektif, yang juga sangat tergantung
pada kedalam pasak. Dari ke-3 macam komponen tahanan, tahanan tanah merupakan
besaran yang paling kritis dan paling sulit dihitung ataupun diatasi.

2.1.1 Pengaruh ukuran pasak terhadap tanah Apabila pasak ditanam lebih dalam ke tanah,
maka tahanan akan berkurang. Secara umum dapat dikatakan, dua kali lipat lebih
dalam tahanan berkurang 40% (Gambar 2.3a). Namun, bertambahnya diameter pasak
secara material tidak akan mengurangi tahanan. Dua kali lipat diameter misalnya,
hanya mengurangi besarnya tahanan kurang dari 10%.

2.1.2 Pengaruh tahanan tanah terhadap tahanan elektroda Rumus Dwight menunjukan,
bahwa tahanan elektroda pentanahan ketanah tidak hanya bergantung pada kedalaman
dan luas permukaan elektroda, tetapi juga pada tahanan tanah. Tahanan tanah
merupakan faktor kunci yang menentukan tahanan elektroda dan pada kedalaman
beberapa pasak harus ditanam agar diperoleh tahanan yang rendah. Tahanan tanah
sangat bervariasi diberbagai tempat, dan berubah menurut iklim.

Karena tahanan tanah berkaitan langsung dengan kandungan air dan suhu,
maka dapat saja diasumsikan bahwa tahanan pentanahan suatu sistem akan berubah
sesuai perubahan iklim setiap tahunnya. Variasi – variasi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.5c. Karena kandungan air dan suhu stabil pada kedalaman yang lebih besar,
maka agar dapat bekerja efektif sepanjang waktu, sistem pentanahan dapat
dikontruksi dengan pasak tanah yang ditancapkan cukup dalam di bawah permukaan
tanah. Hasil terbaik akan diperoleh apabila kedalam pasak mencapai tingkat
kandungan air yang tetap.
Gambar 2 Variasi – variasi tahanan tanah menurut : A) Kedalaman pasak tanah bergaris B)
menurut garis tengah pasak C) Menurut iklim

(Pabla A.S „ Sistem Distribusi Daya Listrik „ 1991: 160)

2.2 Perencanaan Elektroda – Elektroda Pentanahan


Elektroda – elektroda pentanahan untuk sistem distribusi - 33 kV umumnya
adalah batas MS ukuran minimum dengan garis tengah 20 mm atau pipa GI bergaris
tengah 25 mm sepanjang 3 m (dengan pertimbangan kekuatan terhadap mekanis dan
korosi) ditanam ke tanah dengan kedalaman 0,5 – 0,75 m dari permukaan tanah. Pasak
panjang dan ditancapkan lebih dalam sangat bermanfaat dalam mengurangi tahanan
tanah. Ditempat (dengan tahanan tinggi) di mana tahanan pentahanan diperoleh dengan
konstruksi diatas melampaui harga batas yang ditentukan, maka dibuat elektroda jamak.
Dalam hal ini digunakan 2 elektroda, hubungan elektroda dibuat dengan plat strip MS
dengan ukuran yang sama dengan penghantar pentanahan, dan jarak antara elektroda
tidak boleh kurang dari 2 kali panjang elektroda. Apabila masih diperlukan elektroda
ketiga, maka elektroda ketiga harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tiga buah
elektroda membentuk segitiga sama sisi, dengan panjang sisinya tidak boleh kurang dari 2
kali panjang elektroda. Untuk praktisnya, tahanan dari dua atau tiga pasak dapat dihitung
parallel, dan tahanan total menjadi setengah atau sepertiga dari tahanan tanah dengan
menggunakan pasak tunggal. Kadang – kadang jarak antar elektroda tidak dapat dibuat
besar untuk itu ada rumus empiris penentuan tahanan total dari berbagai macam susunan
parallel, seperti dibawah ini :

2.2.1 Dua pasak dipasang parallel

Gambar 3 Elektroda tanah :

(a) Dalam susunan segi empat kosong. (b) Dalam susunan segi empat berisi.

2.2.2 Tiga pasak parallel berbentuk segitiga sama sisi dengan sisi = d

2.2.3 Pasak jamak tersusun dalam segi empat kosong atau segi empat terisi, apabila jumlah
pasak adalah N :
Dimana k adalah konstanta yang tergantung jumlah pasak, yang dapat dilihat
pada tabel konstanta yang tergantung pada jumlah atau banyaknya suatu pasak yaitu :

Tabel Konstanta Tergantung Jumlah Pasak

Sumber: (Pabla A.S „Sistem distribusi daya listrik‟ 1991:164)


2.3 Pengukuran Tahanan Jenis Tanah
2.3.1 Metoda Empat Titik (four-point methode)
Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
 4 batang pentanahan rod
 1 buah ampere meter
 1 buah volt meter sumber daya AC

Cara penyambungan:
4 batang besi (sebut saja sebagai batang C1, P1, P2 dan C2) ditancapkan ke tanah
dalam satu baris dengan jarak masing-masing a meter. Antara P1 dan P2 dipasang
Voltmeter, antara C1 dan C2 disambungkan dengan Ampere meter dan sumber daya
AC 110/220 VAC.

Gambar 4. Metode Empat Titik (Fluke Corporation)

Cara pengukuran:
Sambungkan sumber daya, ukur berapa Ampere arus yang mengalir antara C1 dan
C2, misalnya I Ampere. Ukur berapa beda potensial antara P1 dan P2, misalnya V
(Volt). Masukkan besaran pada rumus:
ρ = 2 πaR
dengan
π = 3,14
a = jarak antara batang besi (m)
2.3.2 Metoda Tiga Titik (three-point methode)
Misalkan tiga buah batang pentanahan dimana batang 1 yang tahanannya hendak
diukur dan batang-batang 2 dan 3 batang pengentanahan pembantu yang diketahui
tahanannya (Fluke Corporation, 2017)seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Metoda Tiga Titik

2.4 Pengujian Tahanan Pentanahan


2.4.1 Pengukuran Tahanan Pentanahan (Earth Tester)
Maksud dari pengukuran ini adalah pengujian, pengujian yang dimaksud
sebenarnya adalah  pengukuran tahanan elektroda pentanahan yang dilakukan setelah
pemasangan elektroda atau setelah perbaikan atau secara periodik setiap satu tahun
sekali. Pada saat ini telah banyak beredar dipasaran alat ukur tahanan pentanahan
yang biasa disebut Earth tester atau Ground Tester. Dari yang untuk beberapa fungsi
sampai dengan yang banak fungsi dan kompleks.
Cara pengukuran normal (metode 3 kutub)
 Langkah awal adalah memposisikan saklar terminal Earth tester pada 3a,
 Cek tegangan baterai! (Range saklar : BATT, aktifkan saklar /ON). Jarum
harus dalam range BATT
 Cek tegangan pentanahan (range saklar : - V, matikan saklar / OFF)
 Cek tahanan pentanahan bantu (range saklar : C&P, matikan saklar 0)
 Ukurlah tahanan pentanahan (range saklar : x1Ω ke x1000 Ω) dengan
menekan tombol pengukuran dan memutar selektor, sehingga diperoleh jarum
pada galvometer seimbang / menunjukan angka Nol. Maka hasil pengukuran
adalah angka yang ditunjukan pada selektor dikalikan dengan posisi range
saklar (x1 Ω) atau (x1000 Ω)

Agar lebih jelas, silahkan perhatikan gambar dibawah ini

Cara pengukuran Metode 2 kutub (praktis)


 Jika pada metode 3 kutub, saklar berposisi pada 3a, maka untuk pengukuran
praktis adalah dengan memposisikan saklar terminal pada 2a
 Jika jalur pentanahan digunakan sebagai titik referensi pengukuran bersama,
maka semua sambungan yang terhubung dengan pentanahan itu selelu
terhubung dengan tanah. Jika terjadi bunyi bippp, maka putuskan dan cek lagi
 Cek tegangan baterai dan cek bagian tegangan pentanahan. Caranya hampir
sama dengan metode pengukuran normal, hanya pengecekan tekanan tahanan
bantu tidak diperlukan
 Ukur tahanna pentanahan (range saklar : saklar (x1 Ω) atau (x1000 Ω) dan
hasil pengukuran = Rx + Ro
Perhatikan gambar dibawah ini

Berdasarkan pengukuran diperoleh V = 20 V dan I = 1 A, maka tahanan elektroda


adalah
                R = V/I = 20/1 = Ohm

Cara Pengukuran elektroda pentanahan metode 62%


Pengukuran ini digunakan setelah mempertimbangkan beberapa hal yaitu grafis dan
setelah dilakukan pengujian. Metode 62% adalah metode pengukuran yang paling
akurat namun hanya terbatas pada elektroda tunggal. Metode 62% ini hanya dapat
digunakan untuk elektroda – elektroda yang tersusun berjajar secara garis lurus dan
pentanahannya menggunakan elektroda tunggal, pipa, atau pelat, dan lain – lain.
Silahkan perhatikan gambar
Dan gambar gambar dibawah ini adalah gambar daerah resistansi efektif tumpang
tidih
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Tahanan elektroda pentanahan untuk elektroda tunggal maupun ganda akan


bernilai semakin kecil bila elektroda tersebut ditanam semakin dalam dari
permukaan tanah baik yang tertanam di tanah ataupun tertanam di septictank.
 Untuk dua batang elektroda, bila jarak antara kedua elektroda menjadi lebih besar
dari panjang elektroda, maka nilai tahanan total pentanahan akan semakin kecil.
 Tahanan jenis tanah memepengaruhi besarnya nilai tahanan pentahanan. Besarnya
tahanan jenis dipengaruhi oleh kedalaman penanaman batang elektroda. Semakin
dalam elektroda batang ditanam maka semakin kecil pula nilai tahanan
pentanahannya.
 Pengukuran tahanan pentanahan adalah  pengukuran tahanan elektroda
pentanahan yang dilakukan setelah pemasangan elektroda atau setelah perbaikan
atau secara periodik setiap satu tahun sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Dibyantoro, Primastro, Perencanaan Sistem pentanahan Pada Gardu Induk, Tugas Akhir,
Teknik Elektro Fakultas Teknik Undip, Semarang, 2003.

Hutauruk, T.S, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan. Erlangga,
Jakarta, 1991.

Lanzoni, Joseph, Designing for a Low Resistance Earth Interface (Grounding), Lighting
Eliminators and Consultants Inc. : Colorado, USA.

Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga: Jakarta, 2005.

Mueller, Jerome F, Standard Application of Electrical Details, McGraw Hill Book Company:
United States of America, . 1984.

319334-pengaruh-kedalaman-terhadap-tahanan-pent-e47a32a6.pdf

BAB II.pdf

Mengenal elektroda pentanahan, jenis tahanan tanah dan cara mengukurnya - Wijdan Kelistrikan
(kelistrikanku.com)

319334-pengaruh-kedalaman-terhadap-tahanan-pent-e47a32a6 (2).pdf

Anda mungkin juga menyukai