Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SISTEM GROUNDING DAN NILAI RESISTANSINYA

DISUSUN OLEH

Nasrul Rozikin

D4 SKL 4C / 13

1841150094

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2021
Sistem Pembumian (Grounding System)
Sistem pembumian adalah faktor penting untuk pengamanan sistem tenaga listrik saat terjadinya
gangguan arus atau tegangan lebih. Saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, dengan adanya sistem
pembumian arus gangguan akan dialirkan ke dalam tanah atau dibumikan dan disebarkan ke segala arah .
Sistem pembumian merupakan sistem hubungan penghantar yang menghubungkan badan peralatan dan
instalasi listrik dengan bumi sehingga dapat mengamankan manusia, peralatan atau instalasi listrik dari
bahaya sengatan listrik ataupun arus dan tegangan lebih . Fungsi pembumian yaitu untuk mengalirkan arus
gangguan ke dalam tanah melalui suatu elektroda pembumian yang ditanam dalam tanah bila terjadi
gangguan, untuk itu nilai resistansi dari sistem pembumian harus sesuai dengan syarat yang ditetapkan .
Semakin kecil nilai resistansi pembumian semakin bagus, tetapi nilai resistansi pembumian dipengaruhi oleh
beberapa foktor seperti: jenis tanah, kadar air dalam tanah, temperatur tanah, kelembaban tanah,
kandungan elektrolit tanah dan lain-lainnya. Kualitas sistem grounding dilihat dari resistansi yang terukur.
Nilai resistansi yang bagus adalah 0 s/d 5 ohm. Dengan kata lain apabila hasil ukur menunjukkan >5 Ohm
maka resistansi pentanahan tersebut tidak sesuai dengan standarisasi instalasi listrik yang berlaku. Nilai 5
ohm merupakan batas tertinggi resistansi pembumian yang masih bisa ditoleransi. Hal tersebut diatur dalam
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.

Faktor yang Memengaruhi Sistem Pembumian :


1. Kadar air : bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan
sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih, sehingga konduktivitas tanah
akan semakin baik.
2. Mineral/garam : kandungan mineral tanah sangat memengaruhi tahanan sebaran/resistans
karena: semakin berlogam dan bermineral tinggi, maka tanah semakin mudah menghantarkan
listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri khas kandungan mineral dan garam tinggi,
sehingga tanah sekitar pantai akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan tahanan tanah yang
rendah.
3. Derajat keasaman : semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus listrik semakin
mudah dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH tinggi atau PH >7) tanah, maka
arus listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan PH tinggi: biasanya berwarna terang, misalnya
Bukit Kapur.
4. Tekstur tanah untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori (porous) akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini: air dan mineral akan
mudah hanyut dan tanah mudah kering.
Jenis elektroda pembumian
1. Elektroda batang (ROD)
Elekroda batang adalah elektroda dari pipa atau besi profil yang dipasangkan ke dalam
tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan sekalis menjadi landasan
teori – teori baru dari elektrodajenis lain.
Secara teknis, elektroda batang ini mudah pemasangannya, yaitu dengan menancabkannya
kedalam tanah.kelebih elekroda jenis batang (ROD) adalah tidak memerlukan lahan yang luas.
Elektroda ini sering digunakan pada gardu – gardu induk.

Berikut rumus tahanan pentanahan untuk elektroda batang (ROD)

Dengan keterangan
RG  = Tahanan pentanahan (ohm)
RR = Tahanan Pentanahan untuk batang tunggal (ohm)
Ρ  = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
LR = panjang elektroda (meter)
AR = diameter elekroda (meter)
2. Elektroda pelat

Elektrodaplat adalah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau
dari kawat kasa. Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil
dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis – jenis elektroda yang lain. Pada
umumnya elektroda ini ditanam dalam.
Berikut rumusnya sob

Yaitu :
RP = tahanan pentanahan pelat (ohm)
P   = tahanan jenis tanah (ohm-meter)
LP = panjang pelat (m)
WP = lebar pelat (m)
TP = tebal pelat (m)

3. Elektroda Pita

pita adalah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang
bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara dalam. Pemasangan
eketroda jenis ini akan sulit dilakukan bila mendapati lapisan – lapisan tanah yang
berbatu.
Disamping sulit pemsangannya, untuk mendapati nilai tahanan yang rendah juga
akan bermasalah. Untuk mengatasi hal tersebut pemasangan secara vertikal kedalam
tanah dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara mendatar (horizontal)
dan dangkal
Disamping itu, ternyata tahanan pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh bentuk konfigurasi elektrodanya, seperti dalam bentuk melingkar, radial atau
kombinasi antar keduanya
Berikut rumus dari perhitungannya :

Dimana :
RW = Tahanan dengan kisi – kisi (grid) kawat (ohm)
P    = Tahanan jenis tanah (Ohm-meter)
LW = panjang total grid kawat (m)
dW = Diameter kawat (m)
AW = Luasan yang dicakup oleh grid (m²0)
ZW = kedalaman penanaman (m)

Berbagai Bentuk Sistem Pembumian


Sistem pembumian dapat dibuat dalam 3 bentuk, di antaranya :

1. Single Grounding Rod


Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang (rod) pelepas arus
atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu (misalnya 6 meter). Untuk daerah
yang memiliki karakteristik tanah yang konduktif, biasanya mudah untuk didapatkan tahanan
sebaran tanah di bawah 5 ohm dengan satu buah ground rod.
2. Paralel Grounding Rod
Jika sistem single grounding rod masih mendapatkan hasil kurang baik (nilai tahanan sebaran >5
ohm), maka perlu ditambahkan ground rod ke dalam tanah yang jarak antar batang minimal 2
meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan ground rod dapat juga ditanam
mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar
ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistans
kurang dari 5 ohm setelah pengukuran dengan earth ground tester.

3. Multi Grounding System


penggantian tanah dengan tanah yang mempunyai sifat menyimpan air atau tanah yang
kandungan mineral garam dapat menghantar listrik dengan baik. Ground rod ditancapkan pada
daerah titik logam dan di kisaran kabel penghubung antar ground rod-nya. Tanah humus, tanah
dari kotoran ternak, dan tanah liat sawah cukup memenuhi standar hantar tanah yang baik.

Faktor yang memengaruhi tahanan grounding system.

1. Panjang Elektroda
Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah memperdalam elektroda.
Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak dapat diprediksi. Maka dari itu, ketika memasang
elektroda, elektroda berada di bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan
tanah tidak akan dipengaruhi oleh pembekuan tanah di sekitarnya. Secara umum, menggandakan
panjang elektroda bisa mengurangi tingkat tahanan 40%.

2. Diameter Elektroda
Menambah diameter elektroda berpengaruh sangat kecil dalam menurunkan tahanan. Misalnya,
bila diameter elektroda digandakan, maka tahanan grounding system hanya menurun sebesar
10%.
3. Jumlah Elektroda
Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan menggunakan banyak elektroda. Dalam
desain ini, lebih dari satu elektroda yang dimasukkan ke dalam tanah dan dihubungkan secara
paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih rendah. Agar penambahan elektroda efektif, jarak
batang tambahan setidaknya harus sama dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa
pengaturan jarak elektroda yang tepat, bidang pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan tidak
akan menurun. Untuk membantu dalam memasang batang grounding system yang akan
memenuhi kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat menggunakan tabel tahanan grounding system

di bawah ini.

4. Desain
Grounding system sederhana terdiri atas satu elektroda yang dimasukkan ke dalam tanah.
Penggunaan satu elektroda adalah hal yang umum dilakukan dalam pembuatan grounding system
dan bisa ditemukan di luar rumah atau tempat usaha perorangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.

Anda mungkin juga menyukai