KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
INSALASI TENAGA LISTRIK
XI TITL / 3-4
Sistem Pembumian (Grounding System)
Sistem pembumian (grounding system) adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi
untuk melepaskan arus petir ke dalam bumi, salah satu kegunaannya untuk
melepas muatan arus petir. Tingkat kehandalan sebuah grounding ada di nilai
konduktivitas logam terhadap tanah yang ditancapinya. Semakin konduktif tanah
terhadap benda logam, maka semakin baik. Kelayakan grounding harus bisa
mendapatkan nilai tahanan sebaran maksimal 5 ohm (PUIL 2000 : 68) dengan
menggunakan earth ground tester. Namun begitu, untuk daerah yang resistans jenis
tanahnya sangat tinggi, resistans pembumian total seluruh sistem boleh mencapai 10
ohm (PUIL 2000 : 68).
Untuk mencapai nilai tahanan sebaran tersebut, tidak semua area bisa terpenuhi
karena ada beberapa aspek yang memengaruhinya, yaitu:
1. Kadar air; bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih,
sehingga konduktivitas tanah akan semakin baik.
2. Mineral/garam; kandungan mineral tanah sangat memengaruhi tahanan
sebaran/resistans karena: semakin berlogam dan bermineral tinggi, maka tanah
semakin mudah menghantarkan listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri
khas kandungan mineral dan garam tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan
jauh lebih mudah untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.
3. Derajat keasaman; semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus
listrik semakin mudah dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH
tinggi atau PH >7) tanah, maka arus listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan
PH tinggi: biasanya berwarna terang, misalnya Bukit Kapur.
4. Tekstur tanah; untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori (porous) akan
sulit untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti
ini: air dan mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.
Berbagai Bentuk Sistem Pembumian (Grounding System)
Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang (rod)
pelepas arus atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu (misalnya 6
meter). Untuk daerah yang memiliki karakteristik tanah yang konduktif, biasanya mudah
untuk didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 5 ohm dengan satu buah ground
rod.
2. Paralel Grounding Rod
Jika sistem single grounding rod masih mendapatkan hasil kurang baik (nilai tahanan
sebaran >5 ohm), maka perlu ditambahkan ground rod ke dalam tanah yang jarak antar
batang minimal 2 meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan ground
rod dapat juga ditanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi
bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara
bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistans kurang dari 5 ohm setelah
pengukuran dengan earth ground tester.
3. Multi Grounding System
Letak titik ground rod dibor dengan lebar kisaran 2 inci (≈0,0508 meter) atau
lebih.
Kemudian, diisi dengan tanah humus sampai penuh.
Kemudian, diisi air.
Kemudian, ground rod dimasukkan.
Parit penghubung antar ground rod yang sudah terpasang kabel penghubung
(BC) ditimbun kembali dengan tanah humus.
Beberapa Variabel yang Memengaruhi Sistem Pembumian (Grounding System)
berdasarkan NEC Code (1987, 250-83-3)
1. Panjang/Kedalaman Elektroda
Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah memperdalam
elektroda. Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak dapat diprediksi. Maka dari itu, ketika
memasang elektroda, elektroda berada di bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan
sehingga tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh pembekuan tanah di sekitarnya.
Secara umum, menggandakan panjang elektroda bisa mengurangi tingkat tahanan
40%.
2. Diameter Elektroda
3. Jumlah Elektroda
Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan menggunakan banyak elektroda.
Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda yang dimasukkan ke dalam tanah dan
dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih rendah. Agar
penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya harus sama
dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak elektroda yang tepat,
bidang pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan tidak akan menurun. Untuk
membantu dalam memasang batang grounding system yang akan memenuhi
kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat menggunakan tabel tahanan grounding
system di bawah ini.
Tabel 1. Tahanan Sistem Pembumian (Grounding System)[10]
Tabel di atas hanya dapat digunakan sebagai pedoman karena tanah memiliki lapisan
dan jarang yang sama (homogen). Maka dari itu, nilai tahanan akan sangat berbeda-
beda.
4. Desain
Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui hasil dari resistans atau tahanan grounding
system pada sebuah instalasi penangkal petir yang telah terpasang. Alat ukur ini digital,
sehingga hasil yang ditunjukan memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Diketahui
bahwa pihak Dinas Tenaga Kerja (disnaker) juga menggunakan alat ini untuk mengukur
resistans, sehingga pengukuran oleh pihak kontraktor sama dengan hasil pengukuran
pihak disnaker.
Alat ini digunakan sebagai titik temu antara kabel penyalur petir dengan kabel
grounding. Biasanya terbuat dari plat tembaga atau logam yang berfungsi sebagai
konduktor, sehingga kualitas dan fungsi instalasi penangkal petir yang terpasang dapat
terjamin.
3. Copper Butter Connector
Alat ini digunakan untuk menyambung kabel, dan biasanya kabel yang disambung pada
instalasi penangkal petir adalah kabel grounding system, karena kabel penyalur pada
penangkal petir tidak boleh terputus atau tidak boleh ada sambungan. Setelah kabel
tersambung oleh alat ini tentunya harus diperkuat dengan isolasi sehingga daya rekat
dan kualitas sambungannya dapat terjaga dengan baik. Penyambungan kabel instalasi
penyalur petir konvensional umumnya menggunakan alat ini, karena pada penangkal
petir konvensional jalur kabel terbuka hanya dilindungi oleh tingkah laku (conduct) dari
PVC.
Alat ini dipasang di bagian atas copper rod atau ground rod dan berfungsi untuk
menghindari kerusakan copper rod atau ground rod bagian atas yang akan dimasukkan
ke dalam tanah. Hal tersebut karena: pada saat copper rod didorong ke dalam tanah
dengan cara dipukul, alat pemukul tersebut tidak mengenai copper rod, akan tetapi
mengenai alat ini.
6. Bentonit
Alat ini digunakan ketika kita akan menyambung beberapa segmen copper rod atau
ground rod yang dimasukkan ke dalam tanah, sehingga copper rod atau ground rod
yang masuk ke dalam tanah akan lebih panjang. Misalnya, ketika kita akan membuat
grounding penangkal petir sedalam 12 meter dengan menggunakan copper rod, maka
alat ini sangat diperlukan karena copper rod yang umumnya ada dipasaran paling
panjang hanya 4 meter.
Tahanan Pentanahan
Untuk merencanakan suatu sistem pentanahan ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan, antara lain Tahanan Jenis Tanah, Struktur tanah, keadaan
lingkungan, biaya, ukuran dan bentuk sistemnya.
Biasanya tahanan pentanahan yang lebih rendah sangat efektif, tetapi biaya menjadi
besar. Untuk itu perlu dipertimbangkan efek fungsi dan ekonomisnya. Oleh karena itu
perlu kiranya bagi kita untuk dapat merencanakan dan membuat sistem pentanahan
yang sesuai dengan keperluannya.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan, akan tetapi
tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai
impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi
lightningdischarge. Untuk menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat sependek
mungkin.
Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan sekeliling
elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).
TAHANAN JENIS TANAH (ρ)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical
R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya ρ.
Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari
pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan
jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.
Tabel. 1
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.
Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan
jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut.
Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam
masih terdapat.
KANDUNGAN AIR TANAH
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%.
Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah
dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali.Kenaikan
kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
TEMPERATUR TANAH
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan.
Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak,
sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
ELEKTRODA PENTANAHAN
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan
yaitu :
1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita
Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga
secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
ELEKTRODA BATANG
ELEKTRODA PITA
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis tanah yang
tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali sukar
diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda
ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
11.
12.
13. Agar dapat mengetahui nilai tahanan pada suatu sistem pentanahan (Grounding) maka harus dilakukan pengukuran
dengan menggunakan alat yang bernama Earth Tester atau Resistance Tester. Alat Earth Tester terdiiri dari instrumen
pengukuran, 3 kabel, dan dua elektroda bantu. Untuk menggunakan alat Earth Tester atau Resistance Tester maka harus
dilakukan sesuai dengan prosedurnya. Berikut ini merupakan cara atau prosedur menggunakan alat Earth Tester atau
Resistance Tester untuk mengukur nilai tahanan pentanahan.
14. 1. Pengecekan Daya Baterai
15.
16.
17. Arahkan selector switch ke pilihan [Batt. Check] setelah itu tekan tombol merah [Press To Test] lalu
putar ke arah lock, selanjutnya lihat jarum penunjuk, apabila jarum penunjuk menunjuk ke arah [Batt.
Good] maka alat siap untuk digunakan sebaliknya jika arah jarum penunjuk tidak menunjuk ke arah
[Batt. Good] maka perlu pergantian baterai atau pengecasan alat terlebih dahulu.
19.
20.
21. Hubungkan kabel pengukur hijau ke terminal E, kabel pengukur kuning ke terminal S (P), dan kabel
pengukur merah ke terminal H (C) dan singkatkan (short) ujung tiga kabel pengukur.
22. 3. Menghubungkan Kabel Pengukuran
23.
24.
25. Hubungkan elektroda pentanahan (Earthed Electrode Under Test) dan terminal E dengan kabel
pengukur hijau. Membawa kedua gulungan, pindah ke lokasi pengukuran sambil mengulurkan kabel
pengukuran. Tancapkan elektroda bantu 1 (Auxillary Earth Spikes) dengan jarak 10 m dan elektroda
bantu 2 (Auxillary Earth Spikes) dengan jarak 20 m. Hubungkan kabel kuning ke elektroda bantu 1 dan
kabel merah ke elektroda bantu 2.
27.
28.
29. Memilih nilai batas pengukuran dengan seletor switch selanjutnya tekan tombol merah [Press To Test]
lalu putar ke arah lock. Jarum pengukuran akan menunjuk nilai tahanan pentanahan.
30. Batas Selector merupakan perkalian dari nilai yang ditunjuk oleh jarum isntrumen, misalnya jarum
menunujukkan angka 5 dengan menggunakan batas x 1 Ω maka hasilnya 5 x 1 Ω = 5 Ω. Namun
apabila menggunakan batas x 10 Ω maka nilainya 5 x 10 Ω = 50 Ω.
31.
32. Baca Juga : Laporan Praktek Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan
33.
34. Jadi itulah cara menggunakanan Earth Tester atau Resistance Tester untuk mengukur nilai tahanan
pentanahan atau grounding. Jika ada kesalahan atau pertanyaan mohon ditulis pada kolom komentar
di bawah, sekian dan terima kasih.
Sumber :
Grounding System, Diktat Kuliah AMG, Jakarta
Daftar Pustaka
[1] Berapa Besar Radius Proteksi Penangkal Petir?. http://www.rafindo.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=65:berapa-besar-radius-proteksi-penangkal-
petir&catid=37:lightning-protection&Itemid=59, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 15.03 WIB.
[2] Grounding. http://antipetir.asia/grounding/, diakses pada 4 Juli 2014, pukul 10.26 WIB.
[3] Grounding System/Pembumian. http://solusipetir.com/produk-a-jasa/grounding.html, diakses
pada 3 Juli 2014, pukul 16.34 WIB.
[4] Pemasangan Grounding. http://jofania.wordpress.com/2010/02/11/pemasangan-grounding/,
diakses pada 6 Juli 2014, pukul 05.49 WIB.
[5] Pemasangan Pembumian
Grounding. http://ahlipenangkalpetir.blogspot.com/2013/12/pemasangan-pembumian-
grounding.html, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 14.37 WIB.
[6] Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional, 2000.
[7] Sistem Pentanahan (Grounding). http://engineeringbuilding.blogspot.com/2012/03/sistem-
pentanahan-grounding.html, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 14.54 WIB.
[8] Standar Nilai Resistan Pembumian
Grounding. http://ahlipenangkalpetir.blogspot.com/2014/01/standar-nilai-resistan-pembumian-
grounding.html, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 14.25 WIB.
[9] Suyamto, Sutadi, Elin Nuraini. Instalasi dan Evaluasi Grounding untuk MBE Industri Lateks
PTAPB Menggunakan Multiple Rod. Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses
Bahan BATAN, 2012.
[10] Variabel yang Memengaruhi Sistem Grounding. http://elektronika-dasar.web.id/teori-
elektronika/variabel-yang-mempengaruhi-sistem-grounding/, diakses pada 3 Juli 2014, pukul
13.12 WIB.