Anda di halaman 1dari 17

MODUL PEMBELAJARAN

SMK KRIAN 1 SIDOARJO

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
INSALASI TENAGA LISTRIK
XI TITL / 3-4
Sistem Pembumian (Grounding System)
Sistem pembumian (grounding system) adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi
untuk melepaskan arus petir ke dalam bumi, salah satu kegunaannya untuk
melepas muatan arus petir. Tingkat kehandalan sebuah grounding ada di nilai
konduktivitas logam terhadap tanah yang ditancapinya. Semakin konduktif tanah
terhadap benda logam, maka semakin baik. Kelayakan grounding harus bisa
mendapatkan nilai tahanan sebaran maksimal 5 ohm (PUIL 2000 : 68) dengan
menggunakan earth ground tester. Namun begitu, untuk daerah yang resistans jenis
tanahnya sangat tinggi, resistans pembumian total seluruh sistem boleh mencapai 10
ohm (PUIL 2000 : 68).

Aspek yang Memengaruhi Sistem Pembumian (Grounding System)

Untuk mencapai nilai tahanan sebaran tersebut, tidak semua area bisa terpenuhi
karena ada beberapa aspek yang memengaruhinya, yaitu:

1. Kadar air; bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih,
sehingga konduktivitas tanah akan semakin baik.
2. Mineral/garam; kandungan mineral tanah sangat memengaruhi tahanan
sebaran/resistans karena: semakin berlogam dan bermineral tinggi, maka tanah
semakin mudah menghantarkan listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri
khas kandungan mineral dan garam tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan
jauh lebih mudah untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.
3. Derajat keasaman; semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus
listrik semakin mudah dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH
tinggi atau PH >7) tanah, maka arus listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan
PH tinggi: biasanya berwarna terang, misalnya Bukit Kapur.
4. Tekstur tanah; untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori (porous) akan
sulit untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti
ini: air dan mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.
Berbagai Bentuk Sistem Pembumian (Grounding System)

Sistem pembumian dapat dibuat dalam 3 bentuk, di antaranya:

1. Single Grounding Rod

Gambar 1. Single Grounding Rod[2][3]

Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang (rod)
pelepas arus atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu (misalnya 6
meter). Untuk daerah yang memiliki karakteristik tanah yang konduktif, biasanya mudah
untuk didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 5 ohm dengan satu buah ground
rod.
2. Paralel Grounding Rod

Gambar 2. Paralel Grounding Rod[2][3]

Jika sistem single grounding rod masih mendapatkan hasil kurang baik (nilai tahanan
sebaran >5 ohm), maka perlu ditambahkan ground rod ke dalam tanah yang jarak antar
batang minimal 2 meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan ground
rod dapat juga ditanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi
bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara
bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistans kurang dari 5 ohm setelah
pengukuran dengan earth ground tester.
3. Multi Grounding System

Gambar 3. Multi Grounding System[2][3]

Bila didapati kondisi tanah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. kering atau air tanah dalam


2. kandungan logam sedikit
3. basa (berkapur)
4. pasir dan berpori (porous).

maka penggunaan 2 cara sebelumnya akan sulit dan besar kemungkinan gagal untuk


mendapatkan resistans kecil. Maka dari itu, teknis yang digunakan adalah dengan cara
penggantian tanah dengan tanah yang mempunyai sifat menyimpan air atau tanah yang
kandungan mineral garam dapat menghantar listrik dengan baik. Ground rod
ditancapkan pada daerah titik logam dan di kisaran kabel penghubung antar ground
rod-nya. Tanah humus, tanah dari kotoran ternak, dan tanah liat sawah cukup
memenuhi standar hantar tanah yang baik. Adapun cara pembuatannya adalah sebagai
berikut.

 Letak titik ground rod dibor dengan lebar kisaran 2 inci (≈0,0508 meter) atau
lebih.
 Kemudian, diisi dengan tanah humus sampai penuh.
 Kemudian, diisi air.
 Kemudian, ground rod dimasukkan.
 Parit penghubung antar ground rod yang sudah terpasang kabel penghubung
(BC) ditimbun kembali dengan tanah humus.
Beberapa Variabel yang Memengaruhi Sistem Pembumian (Grounding System)
berdasarkan NEC Code (1987, 250-83-3)

Ada beberapa variabel yang dapat memengaruhi performa grounding system pada


jaringan listrik. Salah satu yang menjadi acuan, yaitu NEC code (1987, 250-83-3),
mensyaratkan panjang elektroda grounding system minimum 2,5 meter (8 kaki)
dihubungkan dengan tanah. Ada empat variabel yang memengaruhi tahanan grounding
system. Adapun empat variabel tersebut adalah sebagai berikut.

1. Panjang/Kedalaman Elektroda

Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah memperdalam
elektroda. Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak dapat diprediksi. Maka dari itu, ketika
memasang elektroda, elektroda berada di bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan
sehingga tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh pembekuan tanah di sekitarnya.
Secara umum, menggandakan panjang elektroda bisa mengurangi tingkat tahanan
40%.

Ada kejadian-kejadian di mana secara fisik tidak mungkin dilakukan pendalaman


batang elektroda di daerah-daerah yang terdiri atas batu, granit, dan sebagainya.
Dalam keadaan demikian, metode alternatif yang dapat digunakan adalah grounding
cement.

2. Diameter Elektroda

Menambah diameter elektroda berpengaruh sangat kecil dalam menurunkan tahanan.


Misalnya, bila diameter elektroda digandakan, maka tahanan grounding system hanya
menurun sebesar 10%.

3. Jumlah Elektroda

Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan menggunakan banyak elektroda.
Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda yang dimasukkan ke dalam tanah dan
dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih rendah. Agar
penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya harus sama
dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak elektroda yang tepat,
bidang pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan tidak akan menurun. Untuk
membantu dalam memasang batang grounding system yang akan memenuhi
kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat menggunakan tabel tahanan grounding
system di bawah ini.
Tabel 1. Tahanan Sistem Pembumian (Grounding System)[10]

Tabel di atas hanya dapat digunakan sebagai pedoman karena tanah memiliki lapisan
dan jarang yang sama (homogen). Maka dari itu, nilai tahanan akan sangat berbeda-
beda.

4. Desain

Grounding system sederhana terdiri atas satu elektroda yang dimasukkan ke dalam


tanah. Penggunaan satu elektroda adalah hal yang umum dilakukan dalam
pembuatan grounding system dan bisa ditemukan di luar rumah atau tempat usaha
perorangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Desain Sistem Pembumian (Grounding System)[10]

Ada pula grounding system kompleks terdiri atas banyak batang pentanahan yang


terhubung, jaringan bertautan atau kisi-kisi, plat tanah, dan loop tanah. Sistem-sistem
ini dipasang secara khusus di substasiun pembangkit listrik, kantor pusat, dan tempat-
tempat menara seluler. Jaringan kompleks meningkatkan secara dramatis jumlah
kontak dengan tanah sekitarnya dan menurunkan tahanan tanah.

Alat dan Material Bantu dalam Sistem Pembumian (Grounding System)

1. Alat Ukur Resistans / Earth Ground Tester

Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui hasil dari resistans atau tahanan grounding
system pada sebuah instalasi penangkal petir yang telah terpasang. Alat ukur ini digital,
sehingga hasil yang ditunjukan memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Diketahui
bahwa pihak Dinas Tenaga Kerja (disnaker) juga menggunakan alat ini untuk mengukur
resistans, sehingga pengukuran oleh pihak kontraktor sama dengan hasil pengukuran
pihak disnaker.

2. Bus Bar Grounding

Alat ini digunakan sebagai titik temu antara kabel penyalur petir dengan kabel
grounding. Biasanya terbuat dari plat tembaga atau logam yang berfungsi sebagai
konduktor, sehingga kualitas dan fungsi instalasi penangkal petir yang terpasang dapat
terjamin.
3. Copper Butter Connector

Alat ini digunakan untuk menyambung kabel, dan biasanya kabel yang disambung pada
instalasi penangkal petir adalah kabel grounding system, karena kabel penyalur pada
penangkal petir tidak boleh terputus atau tidak boleh ada sambungan. Setelah kabel
tersambung oleh alat ini tentunya harus diperkuat dengan isolasi sehingga daya rekat
dan kualitas sambungannya dapat terjaga dengan baik. Penyambungan kabel instalasi
penyalur petir konvensional umumnya menggunakan alat ini, karena pada penangkal
petir konvensional jalur kabel terbuka hanya dilindungi oleh tingkah laku (conduct) dari
PVC.

4. Ground Rod Drilling Head

Alat ini berfungsi untuk membantu mempercepat pembuatan grounding suatu instalasi


penangkal petir, yaitu dengan cara memasang di bagian bawah copper rod atau ground
rod yang akan dimasukkan ke dalam tanah, sehingga copper rod atau ground rod
tersebut: ketika didorong ke dalam tanah akan cepat masuk karena bagian ujung alat ini
runcing. Selain itu, alat ini juga dapat menghindari kerusakan copper rod ketika dipukul
ke dalam tanah.

5. Ground Rod Drive Head

Alat ini dipasang di bagian atas copper rod atau ground rod dan berfungsi untuk
menghindari kerusakan copper rod atau ground rod bagian atas yang akan dimasukkan
ke dalam tanah. Hal tersebut karena: pada saat copper rod didorong ke dalam tanah
dengan cara dipukul, alat pemukul tersebut tidak mengenai copper rod, akan tetapi
mengenai alat ini.

6. Bentonit

Dalam aplikasi grounding system, bentonit digunakan untuk membantu menurunkan


nilai resistans atau tahanan tanah. Bentonit digunakan saat pembuatan grounding (jika
sudah tidak ada cara lain untuk menurunkan nilai resistans). Pada umumnya, para
kontraktor cenderung memilih menggunakan cara pararel grounding rod atau
multi grounding system untuk menurunkan resistans.

7. Ground Rod Coupler

Alat ini digunakan ketika kita akan menyambung beberapa segmen copper rod atau
ground rod yang dimasukkan ke dalam tanah, sehingga copper rod atau ground rod
yang masuk ke dalam tanah akan lebih panjang. Misalnya, ketika kita akan membuat
grounding penangkal petir sedalam 12 meter dengan menggunakan copper rod, maka
alat ini sangat diperlukan karena copper rod yang umumnya ada dipasaran paling
panjang hanya 4 meter.
Tahanan Pentanahan

Sambungan ke tanah diperlukan untuk melindungi peralatan – peralatan komunikasi


dan personal terhadap bahaya petir atau kesalahan pada power sistem dan juga dapat
berfungsi sebagai service pada suatu sistem.

Untuk merencanakan suatu sistem pentanahan ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan, antara lain Tahanan Jenis Tanah, Struktur tanah, keadaan
lingkungan, biaya, ukuran dan bentuk sistemnya.

Biasanya tahanan pentanahan yang lebih rendah sangat efektif, tetapi biaya menjadi
besar. Untuk itu perlu dipertimbangkan efek fungsi dan ekonomisnya. Oleh karena itu
perlu kiranya bagi kita untuk dapat merencanakan dan membuat sistem pentanahan
yang sesuai dengan keperluannya.

SYARAT – SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF

1. Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu


keperluan pemakaian
2. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :
o Bahan Konduktor yang baik
o Tahan Korosi
o Cukup Kuat
3. Jangan sebagai sumber arus galvanis
4. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
5. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
6. Biaya pemasangan serendah mungkin.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN PENTANAHAN

Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :

1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke


peralatan yang ditanahkan.
2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.

Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan, akan tetapi
tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai
impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi
lightningdischarge. Untuk menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat sependek
mungkin.

Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan sekeliling
elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).
TAHANAN JENIS TANAH (ρ)

Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang hemispherical
R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan besarnya ρ.
Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :

1. sifat geologi tanah


2. Komposisi zat kimia dalam tanah
3. Kandungan air tanah
4. Temperatur tanah
5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

Sifat Geologi Tanah

Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari
pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan
jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.

Tabel dibawah ini menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.

Tabel. 1

TAHANAN JENIS TANAH


No. JENIS TANAH
(ohm.meter )
1. Tanah yang mengandung air garam 5–6
2. Rawa 30
3. Tanah liat 100
4. Pasir Basah 200
5. Batu-batu kerikil basah 500
6. Pasir dan batu krikil kering 1000
7. Batu 3000

KOMPOSISI ZAT – ZAT KIMIA DALAM TANAH

Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.

Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan
jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut.
Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam
masih terdapat.
KANDUNGAN AIR TANAH

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%.

Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah
dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali.Kenaikan
kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.

TEMPERATUR TANAH

Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan.

Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak,
sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

ELEKTRODA PENTANAHAN

Jenis Elektroda pentanahan

Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan
yaitu :

1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita

Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga
secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

ELEKTRODA BATANG

Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang


di tanam vertikal di dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel
atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar
dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi. Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ”– 3/4 ” Panjang 4 feet – 8 feet Elektroda batang ini mampu menyalurkan
arus discharge petir maupun untuk pemakaian pentanahan yang lain.
ELEKTRODA PELAT

Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau


empat persegi panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam
didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam
secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara
vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.

ELEKTRODA PITA

Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal


berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal
sedalam ± 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai
tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami
kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah
makin tinggi dengan kedalaman.

PENGKONDISIAN TANAH

Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis tanah yang
tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali sukar
diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda
ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :

1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan


mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.
2. Mengelilingi elektroda pada suatu jarak tertentu diberi zat-zat kimia yang mana
akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat kimia yang biasa di
pakai adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper
sulfat.
3. Dengan Bentonite. Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan
mencampur bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite
tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan
menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan
pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali.
Komposisi campuran bentonite menurut perbandingan :Bentonite : garam dapur :
air = 1 : 0,2 : 2
4. Pentanahan atau biasa disebut dengan sistem Grounding merupakan suatu alat kelistrikan yang berfungsi untuk
mengamankan atau mengalirkan arus gangguan ke tanah. Suatu sistem kelistrikan harus memiliki sistem pentanahan
agar dapat menjamin keamanan komponen lain ketika ada gangguan, seperti lonjakan petir.
5.
6. Berdasarkan bentuknya, pentanahan dibagi menjadi tiga, yaitu pentanahan elektroda batang, elektroda plat dan elektroda
pita. Dari ketiga sistem pentanahan tersebut harus memenuhi standar yang ditetapkan dalam PUIL (Persyaratan Umum
Instalasi Listrik). 
7.
8. Untuk standar nilai tahanan pentanahan diatur dalam PUIL 2000, yaitu nilai resistansi pentanahan total sistem yang
berlaku adalah tidak boleh lebih dari 5 Ω. Selain itu, nilai standarisasi tahananan pentanahan diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per.02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir yang
termuat dalam pasal 54 ayat 1 yang antara lain “Tahanan pembumian dan seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih
dari 5 ohm”.
9.
10.

11.
12.
13. Agar dapat mengetahui nilai tahanan pada suatu sistem pentanahan (Grounding) maka harus dilakukan pengukuran
dengan menggunakan alat yang bernama Earth Tester atau Resistance Tester. Alat Earth Tester terdiiri dari instrumen
pengukuran, 3 kabel, dan dua elektroda bantu. Untuk menggunakan alat Earth Tester atau Resistance Tester maka harus
dilakukan sesuai dengan prosedurnya. Berikut ini merupakan cara atau prosedur menggunakan alat Earth Tester atau
Resistance Tester untuk mengukur nilai tahanan pentanahan. 
14. 1. Pengecekan Daya Baterai

15.
16.
17. Arahkan selector switch ke pilihan [Batt. Check] setelah itu tekan tombol merah [Press To Test] lalu
putar ke arah lock, selanjutnya lihat jarum penunjuk, apabila jarum penunjuk menunjuk ke arah [Batt.
Good] maka alat siap untuk digunakan sebaliknya jika arah jarum penunjuk tidak menunjuk ke arah
[Batt. Good] maka perlu pergantian baterai atau pengecasan alat terlebih dahulu.

18. 2. Melakukan Penyesuaian Nol (Kalibrasi)

19.
20.
21. Hubungkan kabel pengukur hijau ke terminal E, kabel pengukur kuning ke terminal S (P), dan kabel
pengukur merah ke terminal H (C) dan singkatkan (short) ujung tiga kabel pengukur.
22. 3. Menghubungkan Kabel Pengukuran

23.
24.
25. Hubungkan elektroda pentanahan (Earthed Electrode Under Test) dan terminal E dengan kabel
pengukur hijau. Membawa kedua gulungan, pindah ke lokasi pengukuran sambil mengulurkan kabel
pengukuran. Tancapkan elektroda bantu 1 (Auxillary Earth Spikes) dengan jarak 10 m dan elektroda
bantu 2 (Auxillary Earth Spikes) dengan jarak 20 m. Hubungkan kabel kuning ke elektroda bantu 1 dan
kabel merah ke elektroda bantu 2.

26. 4. Mengukur Tahanan Tanah 

27.
28.
29. Memilih nilai batas pengukuran dengan seletor switch selanjutnya tekan tombol merah [Press To Test]
lalu putar ke arah lock. Jarum pengukuran akan menunjuk nilai tahanan pentanahan.
30. Batas Selector merupakan perkalian dari nilai yang ditunjuk oleh jarum isntrumen, misalnya jarum
menunujukkan angka 5 dengan menggunakan batas x 1 Ω maka hasilnya 5 x 1 Ω = 5 Ω. Namun
apabila menggunakan batas x 10 Ω maka nilainya 5 x 10 Ω = 50 Ω.
31.
32. Baca Juga : Laporan Praktek Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan
33.  
34. Jadi itulah cara menggunakanan Earth Tester atau Resistance Tester untuk mengukur nilai tahanan
pentanahan atau grounding. Jika ada kesalahan atau pertanyaan mohon ditulis pada kolom komentar
di bawah, sekian dan terima kasih.
Sumber :
Grounding System, Diktat Kuliah AMG, Jakarta

Daftar Pustaka
[1] Berapa Besar Radius Proteksi Penangkal Petir?. http://www.rafindo.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=65:berapa-besar-radius-proteksi-penangkal-
petir&catid=37:lightning-protection&Itemid=59, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 15.03 WIB.
[2] Grounding. http://antipetir.asia/grounding/, diakses pada 4 Juli 2014, pukul 10.26 WIB.
[3] Grounding System/Pembumian. http://solusipetir.com/produk-a-jasa/grounding.html, diakses
pada 3 Juli 2014, pukul 16.34 WIB.
[4] Pemasangan Grounding. http://jofania.wordpress.com/2010/02/11/pemasangan-grounding/,
diakses pada 6 Juli 2014, pukul 05.49 WIB.
[5] Pemasangan Pembumian
Grounding. http://ahlipenangkalpetir.blogspot.com/2013/12/pemasangan-pembumian-
grounding.html, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 14.37 WIB.
[6] Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional, 2000.
[7] Sistem Pentanahan (Grounding).  http://engineeringbuilding.blogspot.com/2012/03/sistem-
pentanahan-grounding.html, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 14.54 WIB.
[8] Standar Nilai Resistan Pembumian
Grounding. http://ahlipenangkalpetir.blogspot.com/2014/01/standar-nilai-resistan-pembumian-
grounding.html, diakses pada 6 Juli 2014, pukul 14.25 WIB.
[9] Suyamto, Sutadi, Elin Nuraini. Instalasi dan Evaluasi Grounding untuk MBE Industri Lateks
PTAPB Menggunakan Multiple Rod. Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses
Bahan BATAN, 2012.
[10] Variabel yang Memengaruhi Sistem Grounding. http://elektronika-dasar.web.id/teori-
elektronika/variabel-yang-mempengaruhi-sistem-grounding/, diakses pada 3 Juli 2014, pukul
13.12 WIB.

Anda mungkin juga menyukai