Disususn Oleh :
Kelompok
1. Hammas Husain(12)
2. Nur Mahmudah (30)
3 Panji Muanas (31)
Kelas : XI TITL 1
Guru Pengajar :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai "Sistem Grounding atau Pembumian Pada Jaringan
Distribusi".
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR______________________________________________
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang__________________________________________________
B.Tujuan_________________________________________________________
BAB 3 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentanahan ini tidak membatasi arus gangguan tanah, oleh karena itu
diperlukan suatu pengaman yang cepat.
B. Tujuan
1. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan
yang diperbolehkan.
2. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi
terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara konduktor system dan
bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan beroperasinya peralatan otomatis
yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut.
3. Menerapkan instalasi dan pengukuran sistem.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan,
dengan tujuan untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang
bersifat konduktif pada potensial listrik yang sama.
Biaya pemasangan serendah mungkin.
Untuk mencapai nilai tahanan sebaran tersebut, tidak semua area bisa
terpenuhi karena ada beberapa aspek yang memengaruhinya, yaitu:
1.Kadar air
6
Bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih,
sehingga konduktivitas tanah akan semakin baik.
2.Mineral/garam
3.Derajat keasaman
Semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus listrik semakin
mudah dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH tinggi atau PH >7)
tanah, maka arus listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan PH tinggi: biasanya
berwarna terang, misalnya Bukit Kapur.
4.Tekstur tanah
Untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori (porous) akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini: air dan
mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.
7
Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang
(rod) pelepas arus atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu
(misalnya 6 meter). Untuk daerah yang memiliki karakteristik tanah yang
konduktif, biasanya mudah untuk didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 5
ohm dengan satu buah ground rod.
3. Multi Grounding System
8
Gambar 1.3 Multi Grounding System
Bila didapati kondisi tanah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. kering atau air tanah dalam
2. kandungan logam sedikit
3. basa (berkapur)
4. pasir dan berpori (porous).
maka penggunaan 2 cara sebelumnya akan sulit dan besar
kemungkinan gagal untuk mendapatkan resistans kecil. Maka dari itu, teknis yang
digunakan adalah dengan cara penggantian tanah dengan tanah yang mempunyai
sifat menyimpan air atau tanah yang kandungan mineral garam dapat menghantar
listrik dengan baik. Ground rod ditancapkan pada daerah titik logam dan di
kisaran kabel penghubung antar ground rod-nya. Tanah humus, tanah dari kotoran
ternak, dan tanah liat sawah cukup memenuhi standar hantar tanah yang baik.
Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut.
a. Letak titik ground rod dibor dengan lebar kisaran 2 inci (≈0,0508 meter)
atau lebih.
b. Kemudian, diisi dengan tanah humus sampai penuh.
c. Kemudian, diisi air.
d. Kemudian, ground rod dimasukkan.
e. Parit penghubung antar ground rod yang sudah terpasang kabel
penghubung (BC) ditimbun kembali dengan tanah humus.
F. Sistem Pembumian berdasarkan NEC Code
Ada beberapa variabel yang dapat memengaruhi performa grounding
system pada jaringan listrik. Salah satu yang menjadi acuan, yaitu NEC code
(1987, 250-83-3), mensyaratkan panjang elektroda grounding system minimum
2,5 meter (8 kaki) dihubungkan dengan tanah. Ada empat variabel yang
memengaruhi tahanan grounding system. Adapun empat variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Panjang Elektroda
Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah
memperdalam elektroda. Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak dapat diprediksi.
Maka dari itu, ketika memasang elektroda, elektroda berada di bawah garis beku
9
(frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh
pembekuan tanah di sekitarnya. Secara umum, menggandakan panjang elektroda
bisa mengurangi tingkat tahanan 40%.
Ada kejadian-kejadian di mana secara fisik tidak mungkin dilakukan
pendalaman batang elektroda di daerah-daerah yang terdiri atas batu, granit, dan
sebagainya. Dalam keadaan demikian, metode alternatif yang dapat digunakan
adalah grounding cement.
2. Diameter Elektroda
3. Jumlah Elektroda
10
Tabel di atas hanya dapat digunakan sebagai pedoman karena tanah
memiliki lapisan dan jarang yang sama (homogen). Maka dari itu, nilai tahanan
akan sangat berbeda-beda.
4. Desain
11
2. Bus Bar Grounding
Alat ini digunakan sebagai titik temu antara kabel penyalur petir dengan
kabel grounding. Biasanya terbuat dari plat tembaga atau logam yang berfungsi
sebagai konduktor, sehingga kualitas dan fungsi instalasi penangkal petir yang
terpasang dapat terjamin.
3. Copper Butter Connector
Alat ini digunakan untuk menyambung kabel, dan biasanya kabel yang
disambung pada instalasi penangkal petir adalah kabel grounding system, karena
kabel penyalur pada penangkal petir tidak boleh terputus atau tidak boleh ada
sambungan. Setelah kabel tersambung oleh alat ini tentunya harus diperkuat
dengan isolasi sehingga daya rekat dan kualitas sambungannya dapat terjaga
dengan baik. Penyambungan kabel instalasi penyalur petir konvensional
umumnya menggunakan alat ini, karena pada penangkal petir konvensional jalur
kabel terbuka hanya dilindungi oleh tingkah laku (conduct) dari PVC.
4. Ground Rod Drilling Head
Alat ini berfungsi untuk membantu mempercepat pembuatan
grounding suatu instalasi penangkal petir, yaitu dengan cara memasang di bagian
bawah copper rod atau ground rod yang akan dimasukkan ke dalam tanah,
sehingga copper rod atau ground rod tersebut: ketika didorong ke dalam tanah
akan cepat masuk karena bagian ujung alat ini runcing. Selain itu, alat ini juga
dapat menghindari kerusakan copper rod ketika dipukul ke dalam tanah.
5. Ground Rod Drive Head
Alat ini dipasang di bagian atas copper rod atau ground rod dan berfungsi
untuk menghindari kerusakan copper rod atau ground rod bagian atas yang akan
dimasukkan ke dalam tanah. Hal tersebut karena: pada saat copper rod didorong
ke dalam tanah dengan cara dipukul, alat pemukul tersebut tidak mengenai copper
rod, akan tetapi mengenai alat ini.
6. Bentonit
Dalam aplikasi grounding system, bentonit digunakan untuk membantu
menurunkan nilai resistans atau tahanan tanah. Bentonit digunakan saat
pembuatan grounding (jika sudah tidak ada cara lain untuk menurunkan nilai
12
resistans). Pada umumnya, para kontraktor cenderung memilih menggunakan cara
pararel grounding rod atau multi grounding system untuk menurunkan resistans.
7. Ground Rod Coupler
Alat ini digunakan ketika kita akan menyambung beberapa segmen copper
rod atau ground rod yang dimasukkan ke dalam tanah, sehingga copper rod atau
ground rod yang masuk ke dalam tanah akan lebih panjang. Misalnya, ketika kita
akan membuat grounding penangkal petir sedalam 12 meter dengan menggunakan
copper rod, maka alat ini sangat diperlukan karena copper rod yang umumnya ada
Pasir
Tana
Tanah Pasir Kerikil Kerikil Tanah
Jenis Tanah h
Liat dan Basah Basah Kering Berbatu
Rawa
Ladang
Tahan
an
1 2 5 10 30
jenis 30
00 00 00 00 00
tanah
(ohm) 13
2. Pengaruh Unsur Kimia
Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik
maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang
mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah
yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada
daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan
garam masih terdapat.
Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah yang lebih rendah, sering dicoba
dengan mengubah komposisi kimia tanah dengan memberikan garam pada tanah
dekat elektroda pembumian ditanam. Cara ini hanya baik untuk sementara sebab
proses penggaraman harus dilakukan secara periodik, sedikitnya 6 (enam) bulan
sekali.
3. Pengaruh Iklim
Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim,
pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai
mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala
pembenaman elektroda pembumian memungkinkan kelembaban dan temperatur
bervariasi sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang
paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin.
Proses mengalirnya arus listrik di dalam tanah sebagian besar akibat dari
proses elektrolisa, oleh karena itu air di dalam tanah akan mempengaruhi
konduktivitas atau daya hantar listrik dalam tanah tersebut. Dengan demikian
tahanan jenis tanah akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya konsentrasi air
tanah atau kelembaban tanah, maka konduktivitas daripada tanah akan semakin
besar sehingga tahanan tanah semakin kecil.
14
di bawah titik beku air (0°C), dibawah harga ini penurunan temperatur yang
sedikit saja akan menyebabkan kanaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat.
Gejala di atas dapat dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur di bawah
titik beku air (0°C) , air di dalam tanah akan membeku, molekulmolekul air dalam
tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah menjadi rendah
sekali. Bila temperatur anah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekul-
molekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi
besar atau tahanan jenis tanah turun. Pengaruh temperatur terhadap tahanan jenis
tanah dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
ρt =ρ0(1+αt)............................................................................ (1) dimana: ρt =
tahanan jenis tanah pada t°C. ρo = tahanan jenis tanah pada 0°C
α o = koefisien temperatur tahanan per °C pada 0°
t = temperatur yang timbul (°C)
15
E
- + A
1 2 3
Tana Elektro
h da
E
- +
A
2 4 3 1
Tan Elektro
a a a
ah da
J. Elektroda Pentanahan
16
Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan
membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung tersebut
bertujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi
gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ketanah.
Menurut PUIL 2000 [3.18.11] elektroda adalah pengantar yang ditanamkan
ke dalam tanah yang membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk bahan
elektroda pentanahan biasanya digunakan bahan tembaga, atau baja yang
bergalvanis atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan
memakai bahan lain misalnya pada perusahaan kimia.
Jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pentanahan adalah sebagai
berikut:
1. Elektroda batang
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa besi baja profil atau batangan
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah secara dalam. Panjang
elektroda yang digunakan sesuai dengan pentanahan yang diperlukan.
Untuk menentukan besarnya tahanan pembumian dengan satu buah
elektroda batang dipergunakan rumus sebagai berikut (Pabla.1994:159):
Rbt = ρ ⎛⎜ln 4L −1⎞⎟ ........................................................... .. (5)
2πL ⎝ d ⎠
Dimana:
Rbt = tahanan pembumian elektroda batang [Ω ] ρ = tahanan jenis tanah [Ω.m ]
17
Gambar 1.8
Elektroda Batang dan Lapisan-lapisan Tanah di Sekeliling Elektroda
L
penggunaannya. Bila digunakan sebagai elektroda pembumian pengaman maka
cara pemasangannya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1 meter di
bawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah atas. Bila digunakan
sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur kecuraman gradien tegangan guna
menghindari tegangan langkah yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat
tersebut ditanam mendatar.
18
Keterangan gambar:
L = panjang plat
t = kedalaman tertanam
b = lebar plat
kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan
lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan.
19
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan
distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan
badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat-
alat pengaman tersebut.
Agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengamanan personil dan
peralatan menggunakan rangkaian yang efektif.
2. apat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja
hubung (surge current)
3. Menggunakan bahan tahan terhadap korosi terhadap berbagai kondisi
kimiawi tanah. Untuk meyakinkan kontiniutas penampilan sepanjang umur
peralatan yang dilindungi.
4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam
pelayanannya.
Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman
adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari
instalasi secara aman.
2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan.
3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan
tegangan kejut.
20
d. Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan langkah (step
voltage).
S
Ictg T
Icrg Icsg
Arus Ictg yang mengalir dari fasa yang tergangu ketanah, yang mana
mendahului tegangan fasa aslinya kenetral dengan sudut 900. Akan terjadi busur
api (arcing) pada titik ganguan karena induktansi dan kapasitansi dari system.
21
Tengangan fasa yang sehat akan naik menjadi tegangan line (fasa-fasa) atau 3 kali
tegangan fasa, bahkan sampai 3 kali tegangan fasa.
R
S
T
Jika tegangan seimbang, juga kapasitasi fasa ke tanah sama, maka arus-arus
kapasitansi fasa tanah akan menjadi sama dan saling berbeda fasa 1200 satu sama
lainnya. Titik netral dari impedansi adalah pada potensial tanah dan tidak ada arus
yang mengalir antara netral impedansi terhadap netral trafo tenaga.
22
Dengan pemelihan harga tahanan pentanahan yang sesuai, komponen yang
logging dari arua gangguan dapat dibuat sama atau lebih besar dari arus kapasitif
sehingga tidak ada oscilasi transien karena dapat terjadi busur api.
R
S
T
R Icgr Icgs
Ict
g Iftg +
Ictg
Iftg
Gambar 2.5 Fasa Tegangan Tanah pada Pentanahan Netral dengan Tahanan
Jika harga tahanan pentanahan tinggi sehingga komponen logging dari arus
gangguan kurang dari arus kasitif, maka kondisi sistem akan mendekati sistem
netral yang tidak ditanahkan dengan resiko terjadinya tegangan lebih.
23
R
S
T
Gambar 2.7
Pentanahan Netral Pada Tiang Lurus (Tangent)
24
Gambar 2.8
Pentanahan Netral Pada Tiang Akhir (Deadend)
25
Gambar 3.2 Pentanahan Arrester dan Fuse Cut Out Pada Tiang Trafo Single
Pole
Gambar 3.3. Pentanahan Arrester dan Fuse Cut Out Pada Tiang Trafo
Double Pole
26
Gambar 3.4. Pentanahan Capasitor Bank Pada Tiang Lurus (Tangent)
27
KESIMPULAN
28
Daftar Pustaka
29