Anda di halaman 1dari 29

SISTEM GROUNDING PADA JARINGAN DISTRIBUSI

Disususn Oleh :

Kelompok

1. Hammas Husain(12)
2. Nur Mahmudah (30)
3 Panji Muanas (31)

Kelas : XI TITL 1

Guru Pengajar :

Yanuardi Yogi Prabawa S,Pd.

TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

SMK NEGERI 2 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai "Sistem Grounding atau Pembumian Pada Jaringan
Distribusi".

Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Kebumen, 30 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR______________________________________________

DAFTAR ISI ______________________________________________________

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang__________________________________________________

B.Tujuan_________________________________________________________

BAB 2 LANDASAN TEORI

a. Pengertian Sistem Pembumian (Grounding


System)_______________
b. Persyaratan Sistem Pembumian (Grounding
System)______________
c. Fungsi dan Tujuan Sistem Pembumian (Grounding System)________
d. Aspek yang Memengaruhi Sistem
Pembumian___________________
e. Berbagai Bentuk Sistem Pembumian __________________________
f. Sistem Pembumian berdasarkan NEC Code  ____________________
g. Alat dan Material Bantu Sistem Pembumian (Grounding System)
___
h. Tahanan Jenis Tanah  ______________________________________
i. Metode Pengukuran Tahanan Jenis Tanah ______________________
j. Elektroda Pentanahan  _____________________________________
k. Sistem Pembumian (Grounding System) Jaringan
Distribusi _______________________________________________
l. Macam-Macam Konstruksi Sistem Pembumian Pada Jaringan
Distribusi _______________________________________________

BAB 3 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem JTM 20 kV sampai dengan 29 kV harus selalu diketanahkan karena


kemungkinan gagal sangat besar oleh tegangan lebih transien yang dikaitkan oleh
busur tanah (arcing grounds). Dibawah ini ditunjukkan konstrksi pentanahan
langsung dan pentanahan peralatan jaringan.

Pentanahan ini tidak membatasi arus gangguan tanah, oleh karena itu
diperlukan suatu pengaman yang cepat.

Tindakan pengamanan harus dilakukan sebaik-baiknya agar tegangan sentuh


yang terlalu tinggi akibat dari kegagalan isolasi tidak terjadi dan membahayakan
manusia serta peralatan itu sendiri.

Pada pentanahan peralatan tegangan sentuh yang sering adalah tegangan


sentuh tidak langsung sebagaimana dijelaskan dalam PUIL 2000 (3.5.1.1) bahwa
tegangan sentuh tidak langsung adalah tegangan sentuh pada bagian konduktor
terbuka (BKT) perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat
kegagalan isolasi.

B. Tujuan
1. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan
yang diperbolehkan.
2. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi
terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara konduktor system dan
bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan beroperasinya peralatan otomatis
yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut.
3. Menerapkan instalasi dan pengukuran sistem.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sistem Pembumian (Grounding System)

Sistem pembumian (grounding system) adalah suatu perangkat instalasi


yang berfungsi untuk melepaskan arus petir ke dalam bumi, salah satu
kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Tingkat kehandalan sebuah
grounding ada di nilai konduktivitas logam terhadap tanah yang ditancapinya.
Semakin konduktif tanah terhadap benda logam, maka semakin baik. Kelayakan
grounding harus bisa mendapatkan nilai tahanan sebaran maksimal 5 ohm (PUIL
2000 : 68) dengan menggunakan earth ground tester. Namun begitu, untuk daerah
yang resistans jenis tanahnya sangat tinggi, resistans pembumian total seluruh
sistem boleh mencapai 10 ohm (PUIL 2000 : 68).
B. Persyaratan Sistem Pembumian (Grounding System)
Supaya sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
 Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada sistem harus
merupakan koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya dengan
kaidahkaidah tertentu.
 Verifikasi secara visual dapat dilakukan.
 Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
 Elektroda yang ditanam harus tahan korosi terhadap berbagai kondisi
kimiawi tanah, konduktor yang baik dan cukup kuat.
 Tanah pentanahan harus memenuhi syarat yang diinginkan sesuai
keperluan pemakaian dan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
 Tidak menjadi sumber arus galvanis.
 Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus
akibat surge current

5
 Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan,
dengan tujuan untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang
bersifat konduktif pada potensial listrik yang sama.
 Biaya pemasangan serendah mungkin.

C. Fungsi dan Tujuan Sistem Pembumian (Grounding System)


Sebagai bagian dari sistem proteksi kelistrikan, sistem pentanahan
mempunyai fungsi dan tujuan, yaitu sebagai berikut :

1. Fungsi Sistem Pentanahan

a. Mengalirkan arus gangguan kedalam tanah melalui suatu elektroda


pentanahan.
b. Pengaman bagi manusia maupun peralatan dari bahaya listrik.

2. Tujuan Sistem Pentanahan.

a. Menjaga keselamatan orang dari sengatan listrik {sengatan sentuh atau


sengatan langkah}baik itu sistem kelistrikan dalam keadaan normal atau
tidak.
b. Menjamin kerja peralatan listrik/elektronik.
c. Mencegah kerusakan peralatan listrik/elektronik.
d. Menyalurkan energi serangan petir ketanah.
e. Menstabilkan tegangan dan memperkecil kemungkinan
terjadinya flashover ketika terjadi transient.

f. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi


terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara konduktor sistem dan
bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan beroperasinya peralatan otomatis
yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut.

D. Aspek yang Memengaruhi Sistem Pembumian

Untuk mencapai nilai tahanan sebaran tersebut, tidak semua area bisa
terpenuhi karena ada beberapa aspek yang memengaruhinya, yaitu:

1.Kadar air

6
Bila air tanah dangkal/penghujan, maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan sebab sela-sela tanah mengandung cukup air bahkan berlebih,
sehingga konduktivitas tanah akan semakin baik.

2.Mineral/garam

Kandungan mineral tanah sangat memengaruhi tahanan sebaran/resistans


karena: semakin berlogam dan bermineral tinggi, maka tanah semakin mudah
menghantarkan listrik. Daerah pantai kebanyakan memenuhi ciri khas kandungan
mineral dan garam tinggi, sehingga tanah sekitar pantai akan jauh lebih mudah
untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah.

3.Derajat keasaman

Semakin asam (PH rendah atau PH<7) tanah, maka arus listrik semakin
mudah dihantarkan. Begitu pula sebaliknya, semakin basa (PH tinggi atau PH >7)
tanah, maka arus listrik sulit dihantarkan. Ciri tanah dengan PH tinggi: biasanya
berwarna terang, misalnya Bukit Kapur.

4.Tekstur tanah

Untuk daerah yang bertekstur pasir dan berpori (porous) akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini: air dan
mineral akan mudah hanyut dan tanah mudah kering.

E. Berbagai Bentuk Sistem Pembumian 


Sistem pembumian dapat dibuat dalam 3 bentuk, di antaranya:
1. Single Grounding Rod

Gambar 1.1 Single Grounding Rod

7
Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang
(rod) pelepas arus atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu
(misalnya 6 meter). Untuk daerah yang memiliki karakteristik tanah yang
konduktif, biasanya mudah untuk didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 5
ohm dengan satu buah ground rod.

2. Paralel Grounding Rod

Gambar 1.2 Paralel Grounding Rod


Jika sistem single grounding rod masih mendapatkan hasil kurang baik
(nilai tahanan sebaran >5 ohm), maka perlu ditambahkan ground rod ke dalam
tanah yang jarak antar batang minimal 2 meter dan dihubungkan dengan kabel
BC/BCC. Penambahan ground rod dapat juga ditanam mendatar dengan
kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar
ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan
sebaran/resistans kurang dari 5 ohm setelah pengukuran dengan earth ground
tester.

3. Multi Grounding System

8
Gambar 1.3 Multi Grounding System
Bila didapati kondisi tanah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. kering atau air tanah dalam
2. kandungan logam sedikit
3. basa (berkapur)
4. pasir dan berpori (porous).
maka penggunaan 2 cara sebelumnya akan sulit dan besar
kemungkinan gagal untuk mendapatkan resistans kecil. Maka dari itu, teknis yang
digunakan adalah dengan cara penggantian tanah dengan tanah yang mempunyai
sifat menyimpan air atau tanah yang kandungan mineral garam dapat menghantar
listrik dengan baik. Ground rod ditancapkan pada daerah titik logam dan di
kisaran kabel penghubung antar ground rod-nya. Tanah humus, tanah dari kotoran
ternak, dan tanah liat sawah cukup memenuhi standar hantar tanah yang baik.
Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut.
a. Letak titik ground rod dibor dengan lebar kisaran 2 inci (≈0,0508 meter)
atau lebih.
b. Kemudian, diisi dengan tanah humus sampai penuh.
c. Kemudian, diisi air.
d. Kemudian, ground rod dimasukkan.
e. Parit penghubung antar ground rod yang sudah terpasang kabel
penghubung (BC) ditimbun kembali dengan tanah humus.
F. Sistem Pembumian berdasarkan NEC Code 
Ada beberapa variabel yang dapat memengaruhi performa grounding
system pada jaringan listrik. Salah satu yang menjadi acuan, yaitu NEC code
(1987, 250-83-3), mensyaratkan panjang elektroda grounding system minimum
2,5 meter (8 kaki) dihubungkan dengan tanah. Ada empat variabel yang
memengaruhi tahanan grounding system. Adapun empat variabel tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Panjang Elektroda 

Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah
memperdalam elektroda. Tanah tidak tetap tahanannya dan tidak dapat diprediksi.
Maka dari itu, ketika memasang elektroda, elektroda berada di bawah garis beku

9
(frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan tanah tidak akan dipengaruhi oleh
pembekuan tanah di sekitarnya. Secara umum, menggandakan panjang elektroda
bisa mengurangi tingkat tahanan 40%.
Ada kejadian-kejadian di mana secara fisik tidak mungkin dilakukan
pendalaman batang elektroda di daerah-daerah yang terdiri atas batu, granit, dan
sebagainya. Dalam keadaan demikian, metode alternatif yang dapat digunakan
adalah grounding cement.

2. Diameter Elektroda 

Menambah diameter elektroda berpengaruh sangat kecil dalam menurunkan


tahanan. Misalnya, bila diameter elektroda digandakan, maka tahanan grounding
system hanya menurun sebesar 10%.

3. Jumlah Elektroda 

Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah dengan menggunakan banyak


elektroda. Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda yang dimasukkan ke dalam
tanah dan dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih
rendah. Agar penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya
harus sama dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak
elektroda yang tepat, bidang pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan tidak
akan menurun. Untuk membantu dalam memasang batang grounding system yang
akan memenuhi kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat menggunakan tabel
tahanan grounding system di bawah ini.

Tabel 1.4 Tahanan Sistem Pembumian (Grounding System)

10
Tabel di atas hanya dapat digunakan sebagai pedoman karena tanah
memiliki lapisan dan jarang yang sama (homogen). Maka dari itu, nilai tahanan
akan sangat berbeda-beda.

4. Desain 

Grounding system sederhana terdiri atas satu elektroda yang dimasukkan ke


dalam tanah. Penggunaan satu elektroda adalah hal yang umum dilakukan dalam
pembuatan grounding system dan bisa ditemukan di luar rumah atau tempat usaha
perorangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.5 Desain Sistem Pembumian (Grounding System)


Ada pula grounding system kompleks terdiri atas banyak batang pentanahan
yang terhubung, jaringan bertautan atau kisi-kisi, plat tanah, dan loop tanah.
Sistem-sistem ini dipasang secara khusus di substasiun pembangkit listrik, kantor
pusat, dan tempat-tempat menara seluler. Jaringan kompleks meningkatkan secara
dramatis jumlah kontak dengan tanah sekitarnya dan menurunkan tahanan tanah.

G. Alat dan Material Bantu Sistem Pembumian (Grounding System)


1. Alat Ukur Resistans 
Alat ukur resistans (earth ground tester) digunakan untuk mengetahui hasil
dari resistans atau tahanan grounding system pada sebuah instalasi penangkal petir
yang telah terpasang. Alat ukur ini digital, sehingga hasil yang ditunjukan
memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Diketahui bahwa pihak Dinas Tenaga
Kerja (disnaker) juga menggunakan alat ini untuk mengukur resistans, sehingga
pengukuran oleh pihak kontraktor sama dengan hasil pengukuran pihak disnaker.

11
2. Bus Bar Grounding 
Alat ini digunakan sebagai titik temu antara kabel penyalur petir dengan
kabel grounding. Biasanya terbuat dari plat tembaga atau logam yang berfungsi
sebagai konduktor, sehingga kualitas dan fungsi instalasi penangkal petir yang
terpasang dapat terjamin.
3. Copper Butter Connector 
Alat ini digunakan untuk menyambung kabel, dan biasanya kabel yang
disambung pada instalasi penangkal petir adalah kabel grounding system, karena
kabel penyalur pada penangkal petir tidak boleh terputus atau tidak boleh ada
sambungan. Setelah kabel tersambung oleh alat ini tentunya harus diperkuat
dengan isolasi sehingga daya rekat dan kualitas sambungannya dapat terjaga
dengan baik. Penyambungan kabel instalasi penyalur petir konvensional
umumnya menggunakan alat ini, karena pada penangkal petir konvensional jalur
kabel terbuka hanya dilindungi oleh tingkah laku (conduct) dari PVC.
4. Ground Rod Drilling Head 
Alat ini berfungsi untuk membantu mempercepat pembuatan
grounding suatu instalasi penangkal petir, yaitu dengan cara memasang di bagian
bawah copper rod atau ground rod yang akan dimasukkan ke dalam tanah,
sehingga copper rod atau ground rod tersebut: ketika didorong ke dalam tanah
akan cepat masuk karena bagian ujung alat ini runcing. Selain itu, alat ini juga
dapat menghindari kerusakan copper rod ketika dipukul ke dalam tanah.
5. Ground Rod Drive Head 
Alat ini dipasang di bagian atas copper rod atau ground rod dan berfungsi
untuk menghindari kerusakan copper rod atau ground rod bagian atas yang akan
dimasukkan ke dalam tanah. Hal tersebut karena: pada saat copper rod didorong
ke dalam tanah dengan cara dipukul, alat pemukul tersebut tidak mengenai copper
rod, akan tetapi mengenai alat ini.
6. Bentonit 
Dalam aplikasi grounding system, bentonit digunakan untuk membantu
menurunkan nilai resistans atau tahanan tanah. Bentonit digunakan saat
pembuatan grounding (jika sudah tidak ada cara lain untuk menurunkan nilai

12
resistans). Pada umumnya, para kontraktor cenderung memilih menggunakan cara
pararel grounding rod atau multi grounding system untuk menurunkan resistans.
7. Ground Rod Coupler 
Alat ini digunakan ketika kita akan menyambung beberapa segmen copper
rod atau ground rod yang dimasukkan ke dalam tanah, sehingga copper rod atau
ground rod yang masuk ke dalam tanah akan lebih panjang. Misalnya, ketika kita
akan membuat grounding penangkal petir sedalam 12 meter dengan menggunakan
copper rod, maka alat ini sangat diperlukan karena copper rod yang umumnya ada

dipasaran paling panjang hanya 4 meter.

H. Tahanan Jenis Tanah


Faktor keseimbangan antara tahanan pengetanahan dan kapasitansi di
sekelilingnya adalah tahanan jenis tanah (ρ). Harga tahanan jenis tanah pada
daerah kedalaman yang terbatas tidaklah sama. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tahanan jenis tanah yaitu:

1. Pengaruh Keadaan Struktur Tanah


Kesulitan yang biasa dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah
bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh
volume tanah, dapat bervariasi secara vertikal maupun horizontal, sehingga pada
lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis
yang berbeda, oleh karena itu tahanan jenis tanah tidak dapat diberikan sebagai
suatu nilai yang tetap. Untuk memperoleh harga sebenarnya dari tahanan jenis
tanah, harus dilakukan pengukuran langsung ditempat dengan memperbanyak titik
pengukuran.

Tabel 15. Tahanan Jenis Tanah

Pasir
Tana
Tanah Pasir Kerikil Kerikil Tanah
Jenis Tanah h
Liat dan Basah Basah Kering Berbatu
Rawa
Ladang
Tahan
an
1 2 5 10 30
jenis 30
00 00 00 00 00
tanah
(ohm) 13
2. Pengaruh Unsur Kimia
Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik
maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Didaerah yang
mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah
yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada
daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan
garam masih terdapat.
Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah yang lebih rendah, sering dicoba
dengan mengubah komposisi kimia tanah dengan memberikan garam pada tanah
dekat elektroda pembumian ditanam. Cara ini hanya baik untuk sementara sebab
proses penggaraman harus dilakukan secara periodik, sedikitnya 6 (enam) bulan
sekali.

3. Pengaruh Iklim
Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim,
pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai
mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala
pembenaman elektroda pembumian memungkinkan kelembaban dan temperatur
bervariasi sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang
paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin.
Proses mengalirnya arus listrik di dalam tanah sebagian besar akibat dari
proses elektrolisa, oleh karena itu air di dalam tanah akan mempengaruhi
konduktivitas atau daya hantar listrik dalam tanah tersebut. Dengan demikian
tahanan jenis tanah akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya konsentrasi air
tanah atau kelembaban tanah, maka konduktivitas daripada tanah akan semakin
besar sehingga tahanan tanah semakin kecil.

4. Pengaruh Temperatur Tanah


Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada
besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperatur

14
di bawah titik beku air (0°C), dibawah harga ini penurunan temperatur yang
sedikit saja akan menyebabkan kanaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat.
Gejala di atas dapat dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur di bawah
titik beku air (0°C) , air di dalam tanah akan membeku, molekulmolekul air dalam
tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah menjadi rendah
sekali. Bila temperatur anah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekul-
molekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi
besar atau tahanan jenis tanah turun. Pengaruh temperatur terhadap tahanan jenis
tanah dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
ρt =ρ0(1+αt)............................................................................ (1) dimana: ρt =
tahanan jenis tanah pada t°C. ρo = tahanan jenis tanah pada 0°C
α o = koefisien temperatur tahanan per °C pada 0°
t = temperatur yang timbul (°C)

I. Metode Pengukuran Tahanan Jenis Tanah

Pengukuran tahanan jenis tanah biasanya dilakukan dengan cara:

a. Metode tiga titik (three-point methode).


Metode tiga titik (three-point methode) dimaksudkan untuk mengukur
tahanan pentanahan. Misalkan tiga buah batang pentanahan dimana batang 1 yang
tahanannya hendak diukur dan batang-batang 2 dan 3 sebagai batang
pengentanahan pembantu yang juga belum diketahui tahanannya, seperti pada
gambar 130.

15
E
- + A

1 2 3

Tana Elektro
h da

Gambar 1.6 Rangkaian Pengukuran Tahanan Jenis Tanah dengan Metode


Tiga Titik.

b. Metode empat titik (four electode methode)


Metoda pengukuran yang dipergunakan adalah metoda empat titik seperti
gambar 131.

E
- +
A

2 4 3 1

Tan Elektro
a a a
ah da

Gambar 1.7. Rangkaian Pengukuran Tahanan Jenis Tanah dengan Metoda


Empat Titik

J. Elektroda Pentanahan

16
Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan
membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung tersebut
bertujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi
gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ketanah.
Menurut PUIL 2000 [3.18.11] elektroda adalah pengantar yang ditanamkan
ke dalam tanah yang membuat kontak lansung dengan tanah. Untuk bahan
elektroda pentanahan biasanya digunakan bahan tembaga, atau baja yang
bergalvanis atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi setempat tidak mengharuskan
memakai bahan lain misalnya pada perusahaan kimia.
Jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pentanahan adalah sebagai
berikut:

1. Elektroda batang
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa besi baja profil atau batangan
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah secara dalam. Panjang
elektroda yang digunakan sesuai dengan pentanahan yang diperlukan.
Untuk menentukan besarnya tahanan pembumian dengan satu buah
elektroda batang dipergunakan rumus sebagai berikut (Pabla.1994:159):
Rbt = ρ ⎛⎜ln 4L −1⎞⎟ ........................................................... .. (5)
2πL ⎝ d ⎠
Dimana:
Rbt = tahanan pembumian elektroda batang [Ω ] ρ = tahanan jenis tanah [Ω.m ]

L = panjang batang yang tertanam [ m ]

d = diameter elektroda batang [ m ]

17
Gambar 1.8
Elektroda Batang dan Lapisan-lapisan Tanah di Sekeliling Elektroda

Setelah didapatkan nilai tahanan pentahanan dengan satu buah elektroda


batang, dimana belum didapatkan nilai tahanan yang diinginkan, maka tahanan
pentanahan dapat diperkecil dengan memperbanyak elektroda yang ditanahkan
dan dihubungkan paralel.

Gambar 1.9 Pentanahan dengan Dua Batang Konduktor (Hubungan Paralel)

2.Elektroda Bentuk Plat

Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada pemasangannya


elektroda ini dapat ditanam tegak lurus atau mendatar tergantung dari tujuan

L
penggunaannya. Bila digunakan sebagai elektroda pembumian pengaman maka
cara pemasangannya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1 meter di
bawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah atas. Bila digunakan
sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur kecuraman gradien tegangan guna
menghindari tegangan langkah yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat
tersebut ditanam mendatar.

18
Keterangan gambar:

L = panjang plat

t = kedalaman tertanam

b = lebar plat

Gambar 2.1. Elektroda Plat Dipasang Vertikal

3. Elektroda Bentuk Pita.


Elektroda ini merupakan logam yang mempunyai penampang yang
berbentuk pita atau dapat juga berbentuk bulat, pita yang dipilin atau dapat juga
berbentuk kawat yang dipilin. Elektroda ini dapat ditanam secara dangkal pada
kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter dari permukaan tanah, tergantung dari
kondisi dan jenis tanah. Dalam pemasangannya elektroda pita ini dapat ditanam
dalam bentuk memanjang, radial, melingkar atau kombinasi dari lingkaran dan
radial.
4. Elektroda lain
Bila persyaratan dipenuhi jaringan air minum dari logam dan selubung
logam kabel yang tidak diisolasi yang lansung ditanamkan kedalam tanah. Besi
tulang beton atau kontruksi baja bawah tanah lainnya boleh dipakai untuk
elektroda.

K. Sistem Pembumian (Grounding System) Jaringan Distribusi


Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman
langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau

0,5- m 0,5- m 0,5- m


1 1 1

kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan
lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan.

19
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan
distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan
badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi,
terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat-
alat pengaman tersebut.
Agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengamanan personil dan
peralatan menggunakan rangkaian yang efektif.
2. apat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja
hubung (surge current)
3. Menggunakan bahan tahan terhadap korosi terhadap berbagai kondisi
kimiawi tanah. Untuk meyakinkan kontiniutas penampilan sepanjang umur
peralatan yang dilindungi.
4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam
pelayanannya.
Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman
adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari
instalasi secara aman.
2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan.
3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan
tegangan kejut.

Sistem pentanahan dapat dibagi dua :


1. Pentanahan sistem ( pentanahan netral )
Pentanahan Sistem (netral) berfungsi :
a. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan yang
diakibatkan oleh adanya ganguan fasa ke tanah.
b. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan isolasi yang
diakibatkan oleh tegangan lebih.
c. Untuk keperluan proteksi jaringan.

20
d. Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan langkah (step
voltage).

2. Pentanahan umum ( pentanahan peralatan )


Pentanahan Umum Berfungsi :
a. Melindungi mahluk hidup dari tegangan sentuh.
b. Melindungi peralatan dari tegangan lebih.
Walaupun dahulu, banyak sistem distribusi sistem tenaga dioperasikan
dengan titik netal tidak ditanahkan, tetapi sekarang praktis untuk mengoperasikan
sistem dengan titik netral dihubungkan ketanah (ditanahkan) Macam pentanahan
titik netral sebagai berikut:
1. Pentanahan langsung (solid).
2. Pentanahan dengan tahanan.
3. Pentanahan dengan reaktansi.
4. Pentanahan Petersen Coil.

1. Sistem Netral Tidak Diketanahkan

S
Ictg T

Icrg Icsg

Gambar 2.3 Sistem netral tidak dketanahkan

Arus Ictg yang mengalir dari fasa yang tergangu ketanah, yang mana
mendahului tegangan fasa aslinya kenetral dengan sudut 900. Akan terjadi busur
api (arcing) pada titik ganguan karena induktansi dan kapasitansi dari system.

21
Tengangan fasa yang sehat akan naik menjadi tegangan line (fasa-fasa) atau 3 kali
tegangan fasa, bahkan sampai 3 kali tegangan fasa.

2. Pentanahan Netral Langsung


Pentanahan netral yang sederhana dimana hubungan langsung dibuat antara
netral dengan tanah (Gambar 127).

R
S
T

Gambar 2.4 Pentanahan Netral Langsung (Solid)

Jika tegangan seimbang, juga kapasitasi fasa ke tanah sama, maka arus-arus
kapasitansi fasa tanah akan menjadi sama dan saling berbeda fasa 1200 satu sama
lainnya. Titik netral dari impedansi adalah pada potensial tanah dan tidak ada arus
yang mengalir antara netral impedansi terhadap netral trafo tenaga.

3. Pentanahan Titik Netral dengan Tahanan


Untuk membatasi arus gangguan tanah, alat pembatas arus dipasang antara
titik netral dengan tanah. Salah satu dari pembatas arus ini adalah tahanan dan
tahanan ada dua yaitu metalik dan cair (liquid).
Besar dan hubungan fasa arus gangguan Iftg tergantung pada-pada harga
reaktansi urutan nol dari sumber daya dan harga tahanan dan pentanahan.
Arus gangguan dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu yang safasa
dengan tengangan ke netral dari fasa terganggu yang lain ke tinggalan 900.
Komponen yang ketinggalan dari arus gangguan Iftg dalam, fasanya akan
berlawanan arah dengan arus kapasitip Ictg pada lokasi gangguan.

22
Dengan pemelihan harga tahanan pentanahan yang sesuai, komponen yang
logging dari arua gangguan dapat dibuat sama atau lebih besar dari arus kapasitif
sehingga tidak ada oscilasi transien karena dapat terjadi busur api.

R
S
T
R Icgr Icgs

Ict
g Iftg +
Ictg
Iftg

Gambar 2.5 Fasa Tegangan Tanah pada Pentanahan Netral dengan Tahanan

Jika harga tahanan pentanahan tinggi sehingga komponen logging dari arus
gangguan kurang dari arus kasitif, maka kondisi sistem akan mendekati sistem
netral yang tidak ditanahkan dengan resiko terjadinya tegangan lebih.

4. Pentanahan Netral Dengan Reaktansi


Suatu sistem dapat dikatakan ditanahkan reatansi bila suatu impendansi
yang lebih induktif, disiipkan dalam titik netral trapo (generator) dengan tanah.
Metode ini mempunyai keuntungan dari pentanahan tahanan :
a. Untuk arus gangguan tanah maksimum peralatan reaktor lebih kecil
dari resistor.
b. Energi yang disisipkan dalam reaktor lebih kecil.

Dengan ketiga tegangan fasa yang dipasang seimbang arus dari


masingmasing impedansi akan menjadi sama dan saling berbeda fasa 1200 satu
sama lainnya. Secara konsekuen tidak ada perbedaan pontensial antara titik netral
dari suplai trafo tenaga.

23
R
S
T

Gambar 2.6 Gangguan fasa T ke tanah pada pentanahan netral langsung


L. Macam-Macam Konstruksi Sistem Pembumian Pada Jaringan Distribusi

Gambar 2.7
Pentanahan Netral Pada Tiang Lurus (Tangent)

24
Gambar 2.8
Pentanahan Netral Pada Tiang Akhir (Deadend)

Gambar 2.9.Sistem pentanahan netral lagsung

Gambar 3.1 Pentanahan Arrester Pada Tiang Lurus (Tangent)

25
Gambar 3.2 Pentanahan Arrester dan Fuse Cut Out Pada Tiang Trafo Single
Pole

Gambar 3.3. Pentanahan Arrester dan Fuse Cut Out Pada Tiang Trafo
Double Pole

26
Gambar 3.4. Pentanahan Capasitor Bank Pada Tiang Lurus (Tangent)

Gambar 3.5. Sistem Pentanahan Pada Konstruksi Opstijg Cable

27
KESIMPULAN

Dalam suatu sistem pembumian (grounding system) pemasangan elektroda


pentanahan diharuskan dalam, karena jika ditanam semakin dalam, maka sistem
pentanahan itu dapat berfungsi secara baik.
Semakin dalam penanaman elektroda, maka akan semakin kecil
tahanannya, begitu pula dengan semakin jauh jarak penanaman elektroda maka
akan semakin kecil pula tahanannya.

28
Daftar Pustaka 

rafindo.co.id, diakses pada 6 Juli 2014.


antipetir.asia, diakses pada 4 Juli 2014.
solusipetir.com, diakses pada 3 Juli 2014.
jofania.wordpress.com, diakses pada 6 Juli 2014.
ahlipenangkalpetir.blogspot.com, diakses pada 6 Juli 2014.

elektronika-dasar.web.id, diakses pada 3 Juli 2014.

engineeringbuilding.blogspot.com, diakses pada 6 Juli 2014.


ahlipenangkalpetir.blogspot.com, diakses pada 6 Juli 2014.
Suyamto, Sutadi, Elin Nuraini. Instalasi dan Evaluasi Grounding untuk
MBE Industri Lateks PTAPB Menggunakan Multiple Rod.
Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN, 2012.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Jakarta:
BadanStandardisasi Nasional, 2000.

29

Anda mungkin juga menyukai