1. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan
dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam
yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi)
tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang
menyentuhnya.
2. Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal
ini diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu
membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan
lancar.
3. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini
sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya
yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi
harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke
tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
4. Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini
diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang
menyangkut gangguan hubung tanah.
A. Elektroda Batang
Elektroda batang yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali
digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak
digunakan pada gardu induk. Secara teknis, elektroda jenis ini mudah
pemasangannya dan tidak memerlukan lahan yang luas. Elektroda batang biasanya
ditanam dengan kedalaman yang cukup dalam .
Rumus tahanan pentanahan untuk elektroda Batang tunggal adalah sebagai berikut
:
....................................(1)
(2)
.................(3)
B. Elektroda Plat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang)
atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini
digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh
dengan menggunakan jenis - jenis elektroda yang lain
Rumus tahanan pentanahan untuk elektroda Pelat –Tunggal adalah sebagai berikut
.............................(3)
Dimana :
Rp = Tahanan pentanahan pelat (ohm)
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm-meter)
Lp = Panjang pelat (m)
Wp = Lebar Pelat (m)
Tp = Tebal Pelat (m)
C. Elektroda Pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau
berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara
dangkal. Kalau pada elektroda jenis batang, pada umumnya ditanam secara dalam.
Pemancangan ini akan bermasalah apabila mendapati lapisan-lapisan tanah yang
berbatu, disamping sulit pemancangannya, untuk mendapatkan nilai tahanan yang
rendah juga bermasalah. Ternyata sebagai penggantipemancangan secara vertikal
ke dalam tanah, dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara mendatar
(horisontal) dan dangkal. Di samping kesederhanaannya itu, ternyata tahanan
pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh bentuk konfigurasi
elektrodanya, seperti dalam bentuk melingkar, radial atau kombinasi antar
keduanya.
.......................(4)
................................................(5)
...........................................................(6)
Keterangan :
R = tahanan pentanahan (Ω)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω-m)
L = panjang elektroda pentanahan (m)
a = jari-jari elektroda pentanahan (m)
η = koefisien kombinasi
n = banyaknya elektroda pentanahan η tergantung dari jarak antara dari masing-
masing yang harganya diperlihatkan dalam Tabel 1
SJ. Schwarz telah menurunkan persamaan yang telah umum yang bisa
dipergunakan untuk menghitung tahanan pentanahan elektroda yang ujung atasnya
tidak tepat diatas permukaan tanah seperti Gambar 5.
Gambar 5 Satu Batang Elektroda yang Ditanam dengan Kedalaman z dari Ujung Atasnya
...........................(7)
dengan :
R = tahanan pentanahan (Ω )
L = panjang elektroda pentanahan (m)
z = jarak elektroda dengan permukaan tanah (m)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω m)
a = jari-jari elektroda pentanahan (m)
Pentanahan dengan Elektroda Ditanam Horisontal, pentanahan seperti ini
dilakukan pada daerah yang berbatu karena tidak memerlukan penggalian yang
terlalu dalam (Janardana,2005).
Jenis bahan dan ukuran elektroda, sebagai konsekwensi peletakannya di
dalam tanah, maka elektroda dipilih dari bahan-bahan tertentu yang memiliki
konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang merusak dari tanah,
seperti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang mempunyai kontak paling efektif
dengan tanah. Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga tahanan
pentanahan pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal berdasarkan jenis dan
ukuran elektroda.
Gambar 5 nilai rata-rata jenis resistan pembumian untuk elektroda pembumian
Tahanan jenis tanah, Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu
elektroda yang hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan
berbanding lurus dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama
dan tergantung pada beberapa faktor :
Komposisi Zat-Zat Kimia di Dalam Tanah , kandungan zat – zat kimia dalam
tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk
diperhatikan pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada
lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang
efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana
larutan garam masih terdapat.
b. Kandungan Air Tanah
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis
tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test
laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10%
menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air
tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
c. Temperatur tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap
perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur
selama setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikatan tidak ada
pengaruhnya.
1 -5 70.000
2 0 30.000
3 0 10.000
4 10 8000
5 20 7000
6 30 6000
7 40 5000
8 50 4000
5. Korosi
Komponen sistem pentanahan dipasang di atas dan di bawah permukaan
tanah, keduanya menghadapi karakteristik lingkungan yang berlainan. Bagian yang
berada di atas permukaan tanah, asap dan partikel debu dari proses industri serta
partikel terlarut yang terkadung dalam air hujan akan mengakibatkan korosi pada
konduktor. Bagian di bawah tanah, kondisi tanah basah yang mengandung materi
alamiah, bahan – bahan kimia yang terkontaminasi didalamnya juga dapat
mengakibatkan korosi (muhamatyas, 2009).
Gambar 6 Variasi tahanan-tahanan tanah : (a) terhadap kedalaman; (b) terhadap garis tengah
pasak; (c) terhadap iklim.
Sistem pentanahan titik netral sistem, pentanahan titik netral dari sistem
tenaga merupakan suatu keharusan, pentanahan titik netral ini dilakukan pada
alternator pembangkit listrik, transformator daya pada gardu-gardu induk dan gardu
- gardu distribusi/panel. Berikut adalah sistem pentanahan netral sistem daya,
Gambar 7 sistem pentanahan netral sistem daya
4. TT (Terra Terra) system Saluran Tanah dan Tanah. Sistem yang titik
netralnya disambung langsung ke tanah, namun bagian-bagian instalasi yang
konduktif disambungkan ke elektroda pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri).
Gambar 11 Sistem TT
Gambar 12 Sistem TT
Pengaruh umur pada beberapa volume zat aditif bentonite terhadap nilai
tahanan pentanahan dan perbandingan penggunaan garam dan zat bentonit terhadap
tahanan pentanahan. Metode yang dapat digunakan untuk memperkecil nilai
tahanan pentanahan dapat dilakukan dengan penambahan zat aditip pada tanah. Zat
aditip tersebut dapat berupa garam, bentonit, serbuk besi dan lain-lain. Namun zat
aditif tersebut memiliki keterbatasan umur. Zat aditif tidak dapat berfungsi dengan
baik pada waktu yang cukup lama. Masing-masing zat aditif tersebut memiliki
kandungan kimia yang berbeda-beda yang berakibat terjadinya nilai tahanan
pentanahan yang berbeda-beda pula. Perbedaan penambahan garam dengan
penambahan bentonit pada system pentanahan pada jenis tanah lempung. Bertujuan
untuk mengetahui nilai tahanan pentanahan pada system pentanahan. Pengaruh
nilai pentanahan dengan penambahan zat aditif , dapat dilihat pada tabel berikut
(Janardana, 2005).
Tabel 4 Pengukuran Nilai Tahanan Pentanahan Dengan Penambahan Zat Aditif Bentonit
NO MINGGU ZAT ADITIF BENTONIT
KE 20 KG 10 KG 15 KG
(OHM) (OHM) (OHM)
1 I 2,6 2,2 1,8
2 II 2,6 2,2 1,8
3 III 2,8 2,2 1,9
4 IV 3,2 2,4 2,0
5 V 3,2 2,4 2,0
6 VI 3,2 2,4 2,0
7 VII 3,2 2,4 2,0
8 VIII 3,2 2,4 2,0
9 IX 3,2 2,4 2,0
10 X 3,2 2,4 2,0
11 XI 3,2 2,4 2,0
12 XII 3,2 2,4 2,0
13 XIII 3,2 2,4 2,0
14 XIV 3,2 2,4 2,0
15 XV 3,3 2,4 2,0
16 XVI 3,4 2,5 2,1
17 XVII 3,5 2,7 2,1
18 XVIII 3,5 2,8 2,1
19 XIX 3,5 2,8 2,1
20 XX 3,5 2,8 2,1
21 XXI 3,5 2,8 2,1
22 XXII 3,6 2,9 2,1
23 XXIII 3,6 2,9 2,1
24 XXIV 3,6 2,9 2,1
RATA-RATA 3,25 2,51 2,01
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dikonversikan dalam bentuk grafik sebagai
berikut.
IGN Janardana. 2005. Pengaruh Umur pada Beberapa volume Zat aditif bentonit
terhadap nilai Tahanan pentanahan. https://ojs.unud.ac.id/
index.php/jte/article/download/205/160 .Diakses pada tanggal 4
Desember 2017 pukul 20.20 Wita.