A. LATAR BELAKANG
Petir adalah peristiwa puluhan muatan listrik diudara yang terjadi diantara
awan dengan awan, antara pusat pusat muatan didalam awan tersebut, dan
antara awan dengan tanah. Diantara tiga kemungkinan itu,muatan itu lenih
sering terjadi antara awan dengan awan dan didalam awan itu sendiri
dibanding muatan yang terjadi awan dengan tanah,akan tetapi walaupun
lebih jarang, petir awan – tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
menyebabkan kerusakan pada benda – benda yang ada dipermukaan
tanah.secara garis besar dapat dinyatakan bahwa terjadinya petir merupakan
hasil dari proses dari atmosfer sehingga muatan terkumpul pada awan.
Muatan pada awan ini mengindukasikan muatan lain dibumi, dan petir terjadi
jika potensial antara bumi dan awan lebih besar dari tegangan tembus kritis
udara.
Distribusi muatan awan pada umumnya dibagian atas ditempati oleh muatan
positif, sementara itu dibagian bawah awan yang ditempati muatan negative.
Sambaran akan diawali oleh kaal muatan negatif menuju daerah muatan
positif. Hal ini menyebabkan sambaran yang terjadi umumnya adalah
sambaran muatan negatif dari awan ke tanah. Polaritas awan tidak hanya
berpengaruh pada arah sambaran akan tetapi berpengaruh juga terhadap
besar arus sambarannya. Maka pada tugas makalah ini penulis menjelaskan
suatu sistem pentanahan dan penyalur petir pada bangunan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa tipe sistem penangkal petir ?
2. Jelaskan bagaimana penetuan untuk memilih jenis metode
penangkal petir yang sesuai dengan Gedung
3. Apakah struktur tanah memepengaruhi besaran tahanan ohm
pada sistem pentanahan
BAB II PEMBAHASAN
Pada gambar diatas, dapat terlihat bahwa pentanahan peralatan dilakukan melalui
sistem pentanahan yang berbeda dengan pentanahan titik netral. Pada sistem ini
titik netralnya disambungkan langsung ke tanah, namun bagian – bagian instalasi
yang konduktif disambungkan ke elektroda pentanahan (Ground) yang berbeda
(berdiri sendiri)
Pada sistem pentanahan ini saluran netral dan saluran penagman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisaj pada sebagian sistem lainnya. Pada
gambar diatas dijelaskan bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satuhantaran
PEN (combined) sedangkan pada sistem 3 menggunakan dau kabel hantaran yaitu
Netral dan PE secara terpisah (separated)
Ada beberapa jenis sambungan titik netral secara tidak langsung ini, antaranya
melalui reaktansi, tanah dan kumparan petersen. Antara ketiga jenis media
sambungan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, secara teknis jenis
sambungan kumparan petersen yang mempunyai kinerja terbaik. Yang menjadi
masalah adalah harganya yang terlalu mahal.
Nilai-nilai tersebut pada Tabel 1 seluruhnya berlaku untuk tanah lembab sampai
basah. Pasir kering mutlak atau batu adalah suatu bahan isolasi yang bagus, sama
seperti air destilasi. Maka elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin
dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang
basah.
Pelat vertikal
Panjang pita
Panjang batang dengan sisi
Jenis elektrode atau penghantar
atau pipa atas + 1 m
pilin
dalam tanah
10m 25m 50m 100m 1m 2m 3m 5m 0,5x1m 1x1m
Resistans pembumian
20 10 5 3 70 40 30 20 35 25
Contoh: untuk mencapai resistans pembumian suatu elektrode bumi sebesar 5 ohm,
maka menurut Tabel 1 dan 2 untuk tanah liat atau ladang dengan resistans jenis
tanah liat atau tanah ladang dengan rt = 100 ohm-m, diperlukan sesuatu elektrode
pita dengan panjang 50 m atau 4-elektrode batang, masing-masing panjangnya 5m,
yang disusun dalam lingkaran dengan diameter 15 m.
Untuk pasir basah dengan rt=200 ohm maka terdapat resistans pembumian sama
dengan 6 ohm dan panjang pita pembumian 100m
Untuk mendapatkan reistans pembumian yang hasilnya sama bila dipakai pelat
elektrode, maka memerlukan bahan yang lebih banyak dari pada elektrode pita atau
batang tanah.
- Suatu elektrode pita dengan ukuran 30mm x 4mm (l x t) dengan panjang L=40 mm.
- Resistans jenis tanah rt = 180 ohm-m.
- Resistans pembumian dapat dihitung dengan rumus dalam Tabel 3.
Seperti juga telah dikatakan dalam tulisan Ir. Tadjuddin bahwa untuk
memperoleh nilai tahanan jenis tanah yang akurat diperlukan pengukuran secara
langsung pada lokasi. Jika diperlukan di lapangan harus disiapkan hubungan atau
koneksi yang mudah dilepas untuk dapat diadakan pengukuran pada tiap-tiap
elektrode.
Dalam tingkat perencanaan suatu sistim pembumian dengan elektrode bumi adalah
sangat bermanfaat bila dihitung dahulu dengan bantuan resistans jenis tanah
supaya mendapat besarnya biaya yang diperlukan.
Untuk hal tersebut dalam Tabel 3 dapat dilihat rumus-rumus pendekatan untuk
resistans pembumian R suatu elektrode bumi untuk beberapa susunan elektrode
bumi. Resistans pembumian Rt suatu elektrode adalah resistans dari lapisan tanah
antara elektrode bumi atau sistim pembumian dan bumi acuan/referens.
Satu elektrode ukur, panjang 1 m ditanamkan tegak lurus dalam lapisan tanah.
Dengan alat ukur jembatan-tahanan, diukur tahanan jenis tanah dalam daerah
antara permukaan lapisan tanah dan dalamnya pemasukan elektrode tersebut.
Rumus untuk tahanan pentanahan batang adalah :
di mana :
Rt = tahanan bentang suatu elektrode dalam ohm,
rt = tahanan jenis tanah dalam ohm-meter,
L = panjang elektrode batang dalam m,
d = jari-jari batang elektrode dalam m,
ln = logarithmus (dasar e=2.7182818)
2. Cara mengukur menurut metode von Werner atau cara 4-batang acuan.
Cara mengukur resistans jenis tanah dengan digunakan 4-batang acuan yang
dimasukkan dalam tanah dengan jarak a sepanjang satu garis lurus yang sama dan
dihubungkan ke alat ukur resistans pembumian.
Pada ujung-ujung luar batang elektrode 1 dan 4 dialirkan arus dan pada bagian
dalam dari batang elektrode 2 dan 3 diukur susut tegangan dalam lapisan tanah.
Dari hasil pengukuran perbandingan jembatan dapat dibaca nilai tahanan R, maka
resistans jenis tanah dapat dihitung dengan rumus :
Qt = 2 p x a x Rt
Bila jarak a dalam m dan R dalam ohm, maka terdapat resistans jenis tanah dalam
ohm-m yang diukur di sini bukan resistans jenis tanah, hanya resistans jenis tanah
semu. Cara atau metode ukur sesuai von Werner ini hanya dapat mengukur lapisan
tanah sampai jarak sedalam a dari elektrode acuan. Dengan merobah-robah jarak a
dapat ditemukan nilai tahanan jenis tanah dalam beberapa lapisan tanah.
Pada dasarnya penangkal petir bukanlah alat yang rumit dan memiliki komponen
yang komplek. Penangkal petir hanyalah merupakan rangkaian jalur yang memiliki
fungsi sebagai jalan bagi kilatan petir untuk menuju ke arah permukaan bumi, tanpa
merusak benda-benda sekitar yang dilewatinya. Sistem penangkal petir semacam ini
dianggap sebagai penangkal petir konvensional dan dikenal memiliki 3 bagian
terutama, yakni batang penangkal petir, kabel konduktor serta tempat
pembumian/grounding.
Untuk bagian batang penangkal petir biasanya berupa bahan tembaga yang
didirikan tegak berdiri dengan ujung runcing. Ujung runcing tersebut bukan tanpa
sebab dan alasan. Hal ini karena muatan listrik mempunyai sifat yang mudah
berkumpul serta lepas pada ujung logam yang runcing. Selain itu ujung runcing
batang mampu memperlancar proses tarik-menarik dengan muatan listrik pada
awan. Batang ini sering dipasang pada bagian teratas bangunan gedung. Untuk
bagian kedua adalah kabel konduktor. Masih sama yakni dengan bahan tembaga
dan biasanya memiliki diameter jalinan sekitar 1 cm sampai 2 cm, tergantung
kebutuhan.
Fungsi kabel konduktor tentu adalah untuk meneruskan aliran muatan listrik yang
masuk ke batang muatan listrik ke tanah. Bagian ini sering terpasang dibagian luar
dinding gedung. Untuk yang ketiga adalah tempat pembumian atau sering disebut
dengan istilah Grounding. Fungsi Grounding adalah "mengubur" muatan listrik dari
petir ke tanah. Itulah mengapa bagian Grounding sering dipasang didalam tanah
dengan bahan yang terbuat dari bahan tembaga berlapis baja.
2. Metode sudut proteksi (protective angle method) Daerah yang diproteksi adalah
daerah yang berada di dalam kerucut dengan sudut proteksi sesuai dengan table
diatas sudut proteksi sesuai dengan tabel 2.
3. Metode bola bergulir (rolling sphere method ) Metode bola bergulir baik digunakan
pada bangunan yang bentuknya rumit. Dengan metode ini seolah-olah ada suatu
bola dengan radius R yang bergulir di atas tanah, sekeliling struktur dan di atas
struktur ke segala arah hingga bertemu dengan tanah atau struktur yang
berhubungan dengan permukaan bumi yang mampu bekerja sebagai penghantar.
Titik sentuh bola bergulir pada struktur adalah titik yang dapat disambar petir dan
pada titik tersebut harus diproteksi oleh konduktor terminasi udara. Semua petir
yang berjarak R dari ujung penangkap petir akan mempunyai kesempatan yang
sama untuk menyambar bangunan. Besarnya R berhubungan dengan besar arus
petir dan dinyatakan sebagai : R = I0.75 Bila ada arus petir yang lebih kecil dari I
tersebut mengenai bangunan, bangunan masih bisa tahan. Bila arus petir lebih
besar dari I tersebut, akan ditangkap oleh penangkap petir.
B.4 Konduktor penyalur arus petir (down konduktor)
Konduktor ke bawah (down conductor) Konduktor ke bawah adalah bagian
sistem proteksi eksternal yang dimaksudkan untuk melewatkan arus petir dari sistem
terminasi udara ke sistem pembumian. Konduktor ke bawah terbagi menjadi
konduktor penyalur utama yaitu jenis logam yang disiapkan secara khusus untuk
menyalurkan arus petir ke tanah dan konduktor penyalur pembantu yaitu penghantar
lain berupa pipa air hujan dari logam atau bahan konstruksi bangunan dari logam
yang dimanfaatkan untuk penyalur arus petir ke tanah.
Kesimpulan
Pada penjelasan kali ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam merencanakan suatu instalasi grounding penangkal petir terlebih
dahulu perancang harus memahami dasar Teknik perancangan dan
ketentuan yang berlaku
2. Metode penangkal petir dibagi menjadi 3 yaitu metode jala, metode sudut
proteksi dan metode bola bergulir sebelum memasang penangkal petir
ada baiknya untuk melihat kondisi yang ada agar bisa ditentukan metode
apa yang baik dalam penangkal petir
3. Dalam sistem pentanhan bahwasannya struktur dan jenis tanah sangat
berpengaruh terhadap nilai reisitansi nya
SARAN
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Dalam merancang suatu instalasi penangkal petir adalah harus
berpedoman pada peraturan PPUIP dan SNI 03-7015-2004 serta PUIL
2011sehingga didapatkan rancangan yang berstandar
DAFTAR PUSTAKA