Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan mengenai sistem pentanahan dan sistem proteksi


penyalur petir pada gedung - gedung tinggi. Sistem proteksi ini diperlukan mengingat
Gedung tersebut berada pada posisi yang paling tinggi diantara gedung-gedung
sekitar. Dnegan mennggunakan konsep ruang proteksi menurut model
elektrogeonometri, yang dihitung dan ditentukan jarak ruang proteksi dari penyalur
petir yang digunakan dan tingkat proteksi yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan
bahwa penyalur petir yang dipasang di atas gedung mempu melindungi secara
keseluruhan gedung – Gedung yang ada.
Sistem pentanahan bertujuan untuk mengamankan peralatan – peralatan
listrik maupun menusia dari hubungan arus pendek dan ancaman petir yang
berlokasi disekitar gangguan dengan cara mengalirkan arus gangguan ke tanah.
Salah satu factor untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan yang kecil yaitu jenis
tanah, letak elektroda yang akan ditanam. Untuk mengetahui nilai pentanahan
tersebut maka diperlukan pengukuran. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan
dalam mengukur sistem pentanahan adalah kondisi tanah didaerah dimana sistem
pentanahan tersebut akan dipasang.
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Petir adalah peristiwa puluhan muatan listrik diudara yang terjadi diantara
awan dengan awan, antara pusat pusat muatan didalam awan tersebut, dan
antara awan dengan tanah. Diantara tiga kemungkinan itu,muatan itu lenih
sering terjadi antara awan dengan awan dan didalam awan itu sendiri
dibanding muatan yang terjadi awan dengan tanah,akan tetapi walaupun
lebih jarang, petir awan – tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
menyebabkan kerusakan pada benda – benda yang ada dipermukaan
tanah.secara garis besar dapat dinyatakan bahwa terjadinya petir merupakan
hasil dari proses dari atmosfer sehingga muatan terkumpul pada awan.
Muatan pada awan ini mengindukasikan muatan lain dibumi, dan petir terjadi
jika potensial antara bumi dan awan lebih besar dari tegangan tembus kritis
udara.
Distribusi muatan awan pada umumnya dibagian atas ditempati oleh muatan
positif, sementara itu dibagian bawah awan yang ditempati muatan negative.
Sambaran akan diawali oleh kaal muatan negatif menuju daerah muatan
positif. Hal ini menyebabkan sambaran yang terjadi umumnya adalah
sambaran muatan negatif dari awan ke tanah. Polaritas awan tidak hanya
berpengaruh pada arah sambaran akan tetapi berpengaruh juga terhadap
besar arus sambarannya. Maka pada tugas makalah ini penulis menjelaskan
suatu sistem pentanahan dan penyalur petir pada bangunan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa tipe sistem penangkal petir ?
2. Jelaskan bagaimana penetuan untuk memilih jenis metode
penangkal petir yang sesuai dengan Gedung
3. Apakah struktur tanah memepengaruhi besaran tahanan ohm
pada sistem pentanahan
BAB II PEMBAHASAN

A. METODE SISTEM PENTANAHAN (GROUNDING SYSTEM)


Sistem pentanahan berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang menyebar
ke segala arah kedalam tanah. Hal ini perlu diperhatikan dalam perancangan sistem
pentanhan adalah tidak timbulnya bahaya tegangan lengkah dan tegangan sentuh.
Kriteria yang dituju dalam pembuatan sistem pentanahan bukannya rendahnya
harga tahanan tanah tetapi dapat dihindarinya bahaya yang didapat. Selain itu
sistem pentanahan sangat menentukan rancangan sistem penyalur petir internal,
semakin tinggi harga tahanan pentanahan akan semakin tinggi pula tegangan pada
penyama potensial(potensial equalizing bounding) sehingga upaya perlindungan
internalnya akan lebih berat.
A.1. Jenis – Jenis skema Pentanahan (Grounding) netral sistem daya
Sebelumnya perlu  diketahui bahwa jenis sistem pentanahan akan menentukan
skema proteksinya
Berikut jenis-jenis skema pentanahan (Grounding)

1. TT (Terra-Terra) system : saluran (kabel) tanah dan tanah

Pada gambar diatas, dapat terlihat bahwa pentanahan peralatan dilakukan melalui
sistem pentanahan yang berbeda dengan pentanahan titik netral. Pada sistem ini
titik netralnya disambungkan langsung ke tanah, namun bagian – bagian instalasi
yang konduktif disambungkan ke elektroda pentanahan (Ground) yang berbeda
(berdiri sendiri)

2. TN-C 9Terra Neutral-Combined) : Kabel Ground (tanah) dan Netral


disatukan
Pada sistem ini, saluran netral dan saluran pengaman (ground) disatukan secara
keseluruhan. Semua bagian sisem mempunyai saluran PEN yang merupakan
kombinasi antara saluran N dan PE. Disini seluruh bagian sistem mempunyai
saluran PEN yang sama.

3. TN-C-S (Terra Neutral-Combined-Separated) : kabel tanah dan Netral


dapat disatukan juga ada yang dipisahkan

Pada sistem pentanahan ini saluran netral dan saluran penagman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisaj pada sebagian sistem lainnya. Pada
gambar diatas dijelaskan bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satuhantaran
PEN (combined) sedangkan pada sistem 3 menggunakan dau kabel hantaran yaitu
Netral dan PE secara terpisah (separated)

4. TN-S (Terra Neutral-Separated) : Saluran (kabel) Tanah dan Netral-


dipisahkan
Pada sistem pentanahan ini, saluran netral dan saluran pengaman terdapat pada
sistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua sistem mempunyai dua saluran
N dan PE secara sendiri sendiri (separated)

5. IT (Impedance Terra) System : saluran Tanah melalui Impedansi

Sistem rangkaian tidak mempunyi hubungan langsung ke tanah namun, melalui


suatu impedansi. Bagian konduktif instalasi dihubungkan langsung ke elektroda
pentanahan secara terpisah. Sistem ini juga disebut sistem pentanahan Impedansi

Ada beberapa jenis sambungan titik netral secara tidak langsung ini, antaranya
melalui reaktansi, tanah dan kumparan petersen. Antara ketiga jenis media
sambungan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, secara teknis jenis
sambungan kumparan petersen yang mempunyai kinerja terbaik. Yang menjadi
masalah adalah harganya yang terlalu mahal.

A.2. Karakteristik Tanah

1.Nilai resistans jenis tanah, 


rt sangat berbeda tergantung komposisi tanah seperti dapat dilihat dalam
pasal 320-1 dalam PUIL 1987 atau yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Resistans jenis tanah rt


Jenis Tanah
dalam ohm-m
Tanah rawa 10.....40
Tanah liat dan tanah ladang 20.....100
Pasir basah 50.....200
Kerikil basah 200....3000
Pasir/kerikil kering < 10000
Tanah berbatu 2000....3000
Air laut dan air tawar 10.....100
Tabel 1: Nilai rata-rata jenis tanah rt

Nilai-nilai tersebut pada Tabel 1 seluruhnya berlaku untuk tanah lembab sampai
basah. Pasir kering mutlak atau batu adalah suatu bahan isolasi yang bagus, sama
seperti air destilasi. Maka elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin
dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang
basah.

2.Resistans pembumian elektrode bumi rt tergantung pada jenis dan keadaan


tanah serta pada ukuran dan susunan elektrode.

Pelat vertikal
Panjang pita
Panjang batang dengan sisi
Jenis elektrode atau penghantar
atau pipa atas + 1 m
pilin
dalam tanah
10m 25m 50m 100m 1m 2m 3m 5m 0,5x1m 1x1m
Resistans pembumian
20 10 5 3 70 40 30 20 35 25

Tabel 2. Menununjukkan nilai rata-rata dari resistans pembumian untuk elektrode


bumi
(lihat tabel 320-2 dalam PUIL 1987)

Contoh: untuk mencapai resistans pembumian suatu elektrode bumi sebesar 5 ohm,
maka menurut Tabel 1 dan 2 untuk tanah liat atau ladang dengan resistans jenis
tanah liat atau tanah ladang dengan rt = 100 ohm-m, diperlukan sesuatu elektrode
pita dengan panjang 50 m atau 4-elektrode batang, masing-masing panjangnya 5m,
yang disusun dalam lingkaran dengan diameter 15 m.
Untuk pasir basah dengan rt=200 ohm maka terdapat resistans pembumian sama
dengan 6 ohm dan panjang pita pembumian 100m

Untuk mendapatkan reistans pembumian yang hasilnya sama bila dipakai pelat
elektrode, maka memerlukan bahan yang lebih banyak dari pada elektrode pita atau
batang tanah.

Contoh untuk menentukan resistans pembumian suatu elektrode:

- Suatu elektrode pita dengan ukuran 30mm x 4mm (l x t) dengan panjang L=40 mm.
- Resistans jenis tanah rt = 180 ohm-m.
- Resistans pembumian dapat dihitung dengan rumus dalam Tabel 3.

A.3. Pengukuran resistans jenis tanah rt

Seperti juga telah dikatakan dalam tulisan Ir. Tadjuddin bahwa untuk
memperoleh nilai tahanan jenis tanah yang akurat diperlukan pengukuran secara
langsung pada lokasi. Jika diperlukan di lapangan harus disiapkan hubungan atau
koneksi yang mudah dilepas untuk dapat diadakan pengukuran pada tiap-tiap
elektrode.
Dalam tingkat perencanaan suatu sistim pembumian dengan elektrode bumi adalah
sangat bermanfaat bila dihitung dahulu dengan bantuan resistans jenis tanah
supaya mendapat besarnya biaya yang diperlukan.

Untuk hal tersebut dalam Tabel 3 dapat dilihat rumus-rumus pendekatan untuk
resistans pembumian R suatu elektrode bumi untuk beberapa susunan elektrode
bumi. Resistans pembumian Rt suatu elektrode adalah resistans dari lapisan tanah
antara elektrode bumi atau sistim pembumian dan bumi acuan/referens.

Jenis elektrode Perhitungan tepat Perbandingan pendekatan


Rbt = (rt / 2pL) x pada L < 10 m; Rbt=rt / L
Batang
(ln 4L / d) pada L > 10m; Rbt=1,5 rt / L
Rpt = (rt / pL) x pada L < 10 m; Rpt=2rt / L
Pita
(ln 2L / d) pada L > 10m; Rpt=3 rt / L
dst.nya

Tabel 3. Rumus untuk menghitung resitans pembumian untuk macam-macam


elektrode bumi

Di lapangan atau lokasi sering dilaksanakan dua cara pengukuran untuk


menentukan tahanan jenis tanah untuk memperoleh perubahan dalam lapisan
tanah:

1. Pengukuran dengan elektrode ukur yang tetap

Satu elektrode ukur, panjang 1 m ditanamkan tegak lurus dalam lapisan tanah.
Dengan alat ukur jembatan-tahanan, diukur tahanan jenis tanah dalam daerah
antara permukaan lapisan tanah dan dalamnya pemasukan elektrode tersebut.
Rumus untuk tahanan pentanahan batang adalah :

Rt = (rt / 2pL) x (ln (4L / d))

di mana :
Rt = tahanan bentang suatu elektrode dalam ohm,
rt = tahanan jenis tanah dalam ohm-meter,
L = panjang elektrode batang dalam m,
d = jari-jari batang elektrode dalam m,
ln = logarithmus (dasar e=2.7182818)

Tahanan jenis tanah adalah :

rt = ( Rt x 2pL ) / (ln 4L/d)


= (Rt 6,28 m) / ( ln 157,5) = 1,24 Rt
Dapat dilihat bahwa nilai ukur elektrode batang (batang pengukur) dikalikan dengan
1,24 untuk mendapatkan hasil tahanan jenis tanah. Untuk elektrode dengan ukuran
yang lain harus ditentukan faktor yang sesuai.

2. Cara mengukur menurut metode von Werner atau cara 4-batang acuan.

Cara mengukur resistans jenis tanah dengan digunakan 4-batang acuan yang
dimasukkan dalam tanah dengan jarak a sepanjang satu garis lurus yang sama dan
dihubungkan ke alat ukur resistans pembumian.

Pada ujung-ujung luar batang elektrode 1 dan 4 dialirkan arus dan pada bagian
dalam dari batang elektrode 2 dan 3 diukur susut tegangan dalam lapisan tanah.
Dari hasil pengukuran perbandingan jembatan dapat dibaca nilai tahanan R, maka
resistans jenis tanah dapat dihitung dengan rumus :

Qt = 2 p x a x Rt

Bila jarak a dalam m dan R dalam ohm, maka terdapat resistans jenis tanah dalam
ohm-m yang diukur di sini bukan resistans jenis tanah, hanya resistans jenis tanah
semu. Cara atau metode ukur sesuai von Werner ini hanya dapat mengukur lapisan
tanah sampai jarak sedalam a dari elektrode acuan. Dengan merobah-robah jarak a
dapat ditemukan nilai tahanan jenis tanah dalam beberapa lapisan tanah.

Seperti telah diterangkan sebelumnya lembab tanah sangat mempengaruhi


resistans pembumian. Dalam musim panas dengan terik panas yang panjang,
lapisan tanah sangat kering. Bila diadakan pengukuran dalam periode musim kering
tersebut harus ditanam elektrode acuan yang lebih panjang untuk menembus dalam
lapisan yang basah, atau daerah lapisan tanah sekitar elektrode acuan harus
dibasahinya.

A.4 Faktor – faktor menentukan tahanan


Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada 3 faktor :
1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubugkan peralatan
yang ditanahkan
2. Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah
3. Tahanan dari masa tanah sekeliling elektroda
Namun demian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan akan tetapi
tahanan kawat penghntar yang menggabungkan peralatanakan mempunyai
impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi seperti missal pada saat
terjadi lighting dischange, untuk menghindarinya sambungan ini diusahakan dibuat
sependek mungkin.
B.MACAM – MACAM SISTEM PENYALUR PETIR
B.1 Penagkal Petir
Penangkal petir ditemukan oleh ilmuan Benjamin franklin sekitar tahun
1752.Benjamin Franklin mempelajari persamaan antara listrik dan petir. Akhirnya dia
menemukan bahwa petir adalah pelepasan muatan listrik.kemudian dia mulai
memikirkan bagaimana cara memberi perlindungan terhadap bahaya petir bagi
orang dan bangunan.
B.2 Jenis – jenis penangkal petir
1. PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL
Penangkal petir konvensional tidak lepas dari sosok Benjamin Franklin,
ilmuwan dan politikus terkenal yang menemukan penangkal petir pertama . Alat
penangkal petir menjadi populer, terutama digunakan untuk dipasang pada gedung-
gedung tinggi seperti perkantoran, hotel maupun gedung yang menaungi perangkat
vital. 

Pada dasarnya penangkal petir bukanlah alat yang rumit dan memiliki komponen
yang komplek. Penangkal petir hanyalah merupakan rangkaian jalur yang memiliki
fungsi sebagai jalan bagi kilatan petir untuk menuju ke arah permukaan bumi, tanpa
merusak benda-benda sekitar yang dilewatinya. Sistem penangkal petir semacam ini
dianggap sebagai penangkal petir konvensional dan dikenal memiliki 3 bagian
terutama, yakni batang penangkal petir, kabel konduktor serta tempat
pembumian/grounding. 

Untuk bagian batang penangkal petir biasanya berupa bahan tembaga yang
didirikan tegak berdiri dengan ujung runcing. Ujung runcing tersebut bukan tanpa
sebab dan alasan. Hal ini karena muatan listrik mempunyai sifat yang mudah
berkumpul serta lepas pada ujung logam yang runcing. Selain itu ujung runcing
batang mampu memperlancar proses tarik-menarik dengan muatan listrik pada
awan. Batang ini sering dipasang pada bagian teratas bangunan gedung. Untuk
bagian kedua adalah kabel konduktor. Masih sama yakni dengan bahan tembaga
dan biasanya memiliki diameter jalinan sekitar 1 cm sampai 2 cm, tergantung
kebutuhan. 

Fungsi kabel konduktor tentu adalah untuk meneruskan aliran muatan listrik yang
masuk ke batang muatan listrik ke tanah. Bagian ini sering terpasang dibagian luar
dinding gedung. Untuk yang ketiga adalah tempat pembumian atau sering disebut
dengan istilah Grounding. Fungsi Grounding adalah "mengubur" muatan listrik dari
petir ke tanah. Itulah mengapa bagian Grounding sering dipasang didalam tanah
dengan bahan yang terbuat dari bahan tembaga berlapis baja. 

2. PENANGKAL PETIR RADIOAKTIF 


Penangkal petir Radioaktif menjadi metode yang kurang populer dan bahkan
terlarang. Kinerjanya adalah dengan menggagalkan proses ionisasi menggunakan
zat beradiasi karena penelitian terbaru menyebutkan bahwa muatan listrik pada
awan disebabkan oleh proses ionisasi. Bahan zat beradiasi yang mampu
menggagalkan proses ini adalah Radium 226 serta Ameresium 241. Kedua bahan
ini dianggap bisa menghamburkan ion radiasinya serta menetralkan muatan listrik
awan. Metode ini sudah terlarang untuk mengurangi pemakaian zat beradiasi. 

3.PENANGKAL PETIR ELECTROSTATIC


Penangkal Petir Electrostatic tidak terlarang, tetapi kurang populer
digunakan. Prinsip kerjanya penangkal dianggap meniru sebagian dari metode dan
sistem penangkal petir Radioaktif, yaitu dengan menambah muatan pada bagian
ujung finial atau splitzer agar petir selalu menuju ujung komponen ini untuk
disambar. Komponen kondukor dan Gounding tetap dibutuhkan untuk mengubur
muatan listrik. 
Ada pula EF Lighting Protection System yang memiliki prinsip menyalurkan arus
petir dengan menggunakan terminal receiver serta kabel penghantar khusus yang
mempunyai sifat isolasi tegangan tinggi.

B.3 Metode untuk penangkal petir


1. Metode jala (mesh size method) Metode ini digunakan untuk keperluan
perlindungan permukaan yang datar karena bisa melindungi seluruh permukaan
bangunan. Daerah yang diproteksi adalah keseluruhan daerah yang ada di dalam
jala-jala. Ukuran jala sesuai tingkat proteksi yang dipilih tersebut dapat dilihat pada
tabel ini

Tingkat h (m) 20 30 45 60 Lebar jala


proteksi R (m) α0 α0 α0 α0 (m )
I 20 25 - - - 5
II 30 35 25 - - 10
III 45 45 35 25 - 15
IV 60 55 45 35 25 20

2. Metode sudut proteksi (protective angle method) Daerah yang diproteksi adalah
daerah yang berada di dalam kerucut dengan sudut proteksi sesuai dengan table
diatas sudut proteksi sesuai dengan tabel 2.

3. Metode bola bergulir (rolling sphere method ) Metode bola bergulir baik digunakan
pada bangunan yang bentuknya rumit. Dengan metode ini seolah-olah ada suatu
bola dengan radius R yang bergulir di atas tanah, sekeliling struktur dan di atas
struktur ke segala arah hingga bertemu dengan tanah atau struktur yang
berhubungan dengan permukaan bumi yang mampu bekerja sebagai penghantar.
Titik sentuh bola bergulir pada struktur adalah titik yang dapat disambar petir dan
pada titik tersebut harus diproteksi oleh konduktor terminasi udara. Semua petir
yang berjarak R dari ujung penangkap petir akan mempunyai kesempatan yang
sama untuk menyambar bangunan. Besarnya R berhubungan dengan besar arus
petir dan dinyatakan sebagai : R = I0.75 Bila ada arus petir yang lebih kecil dari I
tersebut mengenai bangunan, bangunan masih bisa tahan. Bila arus petir lebih
besar dari I tersebut, akan ditangkap oleh penangkap petir.
B.4 Konduktor penyalur arus petir (down konduktor)
Konduktor ke bawah (down conductor) Konduktor ke bawah adalah bagian
sistem proteksi eksternal yang dimaksudkan untuk melewatkan arus petir dari sistem
terminasi udara ke sistem pembumian. Konduktor ke bawah terbagi menjadi
konduktor penyalur utama yaitu jenis logam yang disiapkan secara khusus untuk
menyalurkan arus petir ke tanah dan konduktor penyalur pembantu yaitu penghantar
lain berupa pipa air hujan dari logam atau bahan konstruksi bangunan dari logam
yang dimanfaatkan untuk penyalur arus petir ke tanah.
Kesimpulan
Pada penjelasan kali ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam merencanakan suatu instalasi grounding penangkal petir terlebih
dahulu perancang harus memahami dasar Teknik perancangan dan
ketentuan yang berlaku
2. Metode penangkal petir dibagi menjadi 3 yaitu metode jala, metode sudut
proteksi dan metode bola bergulir sebelum memasang penangkal petir
ada baiknya untuk melihat kondisi yang ada agar bisa ditentukan metode
apa yang baik dalam penangkal petir
3. Dalam sistem pentanhan bahwasannya struktur dan jenis tanah sangat
berpengaruh terhadap nilai reisitansi nya

SARAN
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Dalam merancang suatu instalasi penangkal petir adalah harus
berpedoman pada peraturan PPUIP dan SNI 03-7015-2004 serta PUIL
2011sehingga didapatkan rancangan yang berstandar
DAFTAR PUSTAKA

SNI 04-0225-2000.2000.persyaratan umum instalasi listrik 2000.Jakarta:


Badan Standarisasi Nasional
SNI 03-7015-2004.2004. Sistem Proteksi Pada Bangunan
Gedung.Jakarta.Badan Standarisasi Nasional
https://www.kelistrikanku.com/2016/05/sistem-pentanahan.html
https://www.elektroindonesia.com/elektro/ener24b.html

Anda mungkin juga menyukai