BAB 1
PENDAHULUAN
Sementara itu, untuk mengetahui sifat konduktifitas termal bahan maka harus
diketahui distribusi suhu pada material tersebut. Jika bahan diberi panas pada satu
titik dan panas merambat dengan cepat ke titik titik yang lain maka bahan tersebut
merupakan penghantar panas yang baik. Penelitian konduktifitas termal dengan
berdasar distribusi suhu atau kecepatan panas merambat telah dilakukan oleh
Callister dan Rethwisch (2018).
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6389-2000) yang berfokus pada
konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung menjelaskan tentang
standarisasi konduktifitas termal pada beberapa panel dinding contohnya pada beton
sebesar 1,448 W/m.k, beton ringan sebesar 0,303 W/m.k, bata dengan plaster
sebesar 0,807 W/m.k, bata tanpa plaster sebesar 1,154 w/m.k, papan gypsum sebesar
0,170 W/m.k, kayu lunak sebesar 0,125 W/m.k, kayu keras sebesar 0,138 W/m.k,
kayu lapis sebesar 0,148 W/m.k, paduan alumunium sebesar 211 W/m.k, tembaga
sebesar 385 W/m.k, baja sebesar 47,6 W,m.k, granit sebesar 2,927 W/m.k dan
marmer sebesar 1,298 W/m.k.
Itsna melakukan penelitian tetang panel dinding tentang kuat tekan, kuat lentur
dan redam bunyi pada panel dinding beton dengan terdiri dari 12 benda uji dan 4
bentuk ukuran yang berbeda ( Itsna Fauziah R at al 2014 ). Demi membuat rumah
semakin nyaman serta terbebas dari paanas dan kebisingan, perlu adanya
pemasangan teknologi panel dinding yang bisa menyerap panas dan kebisingan dari
luar ruangan.
Maharani dalam penelitiannya menciptakan bahan peredam suara dari serat
batang pisang kepok yang dapat meredam bunyi lebih tinggi dari pada pisang raja,
pisang susu dan pisang batu yaitu sebesar 63% pada frekuensi 200 Hz, kemampuan
serat batang pisang kepok dalam meredam bunyi pada ferkuensi rendah 125 Hz
hingga 51 %, tetapi pada frekuensi 160 Hz tidak sampai meredam 21%. Sedangkan
pada frekuensi tinggi 2.000 Hz, bisa meredam sampai 55 %, dan pada frekuensi
1.600 Hz hanya 40 %. Matriks atau perekat dalam komposit berfungsi mengikat serat
menjadi satu kesatuan dengan struktur, melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi
lingkungan, mendistribusikan beban ke filter dan memberikan sifat seperti kekakuan,
ketahanan, dan tahanan lama.Jagung merupakan sumber pangan di beberapa daerah
di Indonesia selain sebagai sumber pangan manusia jagung juga dapat sebagai
bahan pakan ternak(Safuan & Hadini, 2012).
Indonesia tercatat sebagai negara yang banayak bergerak dibidang pertanian
contohnya pertanian tebu. Total tebu yang dihasilkan negara ini bisa mencapai 29,1
ton pertahunya. Jumlah ini memposisikan negara indonesia sebagai posisi ke 9
penghasil tebu dunia ( Solomon & Li 2006 ).
3
Pada proses pembuatan gula, tebu hanya menghasilkan 5% gula, 90% ampas
sedamgkan sisanya berupa molase dan tetesan air (Anshori 2008).
Pada penelitian ( Haryanti 2019) sebanyak 60% dari ampas tebu digunakan
sebagai bahan bakar, bahan baku industri kertas dan sisanya 40% hanya dianggap
limbah yang tak berfungsi. Kandungan ampas tebu terdiri selulosa (21,69%),
hemiselulos (25,8%), lignin (21,69%), abu (2,73%) dan ethanol (1,66%). Kadar
serat pada ampas tebu yang cukup tinggi berkisar 44% - 48% menyebabkan tebu
dapat dimanfaatkan sebagai material tambahan guna memberi kekuatan pada
material lain.
Selain serat tebu, abu Sekam padi juga menjadi bahan dasar dari pembuatan
komposit. Sekam padi yaitu kulit terluar gabah berwarna kuning kecoklatan. Sekam
padi mempunyai lapisan keras yang membungkus kariopis putih gabah yang terdiri
dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan (Aritonang 2010).
Berdasarkan penelitian dari ( Haisyah at al 2021) yang meneliti tentang
konduktivitas termal papan komposit dari sekam padi dan ampas tebu terdapat
penjelasan tentang jumlah konduktivitas, nilai kerpatan dan porositas dari papan
komposit sekam padi dan ampas tebu. Dimana papan syang lebih banyak ampas
tebunya dan semakin rapat akan membuat konduktivitas termal semakin tertinggi
tetapi berbanding terbalik dengan porositasnya. Tetapi pada penelitian ini tingkat
konduktivitas termal yang didapat masi berada dibawah standar dari bahan beton lain
dan tidak melakukan pengujian tentang serap suara, yang mana hal ini juga penting
dalam kenyamanan didalam ruangan. Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk mendapatkan komposisi panel
dinding yang sesui. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan panel
dinding yang sesuai atau bahkan diatass standar dari penelitian diatas dengan
menganti salah satu bahan dari sekam padi menjadi abu sekam padi. Adapun hal-hal
yang akan diteliti yaitu tentang konduktivitas termal dan sound absorber ( penyerapan
suara). Penulis berharap hasil dari penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan dan
agar penelitian ini nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan manusia selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap
konduktivitas termal komposit partikel?
2. Bagaimana pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap sound
absorber komposit partikel?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian pada proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap
konduktivitas termal komposit partikel.
4
2. Mengetahui pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap
sound absorberkomposit partikel.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah pada proposal penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tidak membahas mengenai uji tarik.
2. Tidak membahas tentang uji tekan.
3. Tidak membahas mengenai pengaruh terhadap lingkungan.
4. Tidak membahas mengenai nilai ekonomi tebu.
5. Menggunakan standar SNI 03-6389-2000 untuk konduktivitas termal.
6. Menggunakan standar ASTM C138/C138M-01a sebagai standar sound absorber.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komposit
Komposit adalah suatu material yang dibentuk dari perpaduan antara satu atau
lebih material yang memiliki sifat mekanik berbeda, dimana satu material sebagai fasa
pengisi (matrik) dan yang lain sebagai fasa penguat (reinforcement). Komposit dapat
juga diperoleh dari pencampuran dua atau lebih material menggunakan suatu perekat
alami maupun sintetis (Erwin et al., 2015).
Pengertian komposit menurut (Kroschwitz, 1986) adalah bahan yang
terbentuk apabila dua atau lebih komponen yang berlainan digabung.
Bahan komposit (komposit) adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang
terdiri dari dua atau lebih bahan dengan sifat masing-masing bahan berbeda, baik itu
sifat kimia maupun fisikanya. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan, di
antaranya berat yang lebih ringan, kekuatan yang lebih tinggi, tahan korosi dan
memiliki biaya perakitan yang lebih murah. Salah satu contoh bahan komposit adalah
komposit serat karbon. Kekuatan tarik dari komposit serat karbon lebih tinggi
daripada semua paduan logam (William, 2003)
(Rijswijk and Brouwer, 2001) di dalam buku Natural Fibre Composites
menerangkan bahwa komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer
diperkuat oleh serat, dengan menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Dengan
adanya perbedaan dari material penyusunannya maka komposit antar material harus
berikatan dengan kuat. Sintesis komposit berbahan dasar limbah telah banyak
dikembangkan dengan berbagai macam metode dan beragam aplikasi. Keberadaan
selulosa dan silika di dalam abu sekam padi dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk
mensintesa suatu material komposit. Penelitian dalam bidang sintesis komposit fiber
silika dari pulp dan geothermal sludge juga telah dilakukan sebelumnya. Namun
pada penelitian tersebut didapatkan bahwa partikel silika belum terdispersi secara
merata dalam permukaan fiber selulosa.
Menurut Matthews dkk. (1993) komposit adalah suatu material yang
terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material melalui campuran yang tidak
homogen dengan sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda.
Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya, sehingga kita
leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang yang kita inginkan dengan
jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Dengan kata lain komposit
merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara
matriks atau pengikat dengan penguat (Saputra, 2016).
6
Pelepah pisang juga memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan, serta apabila telah dikeringkan akan menjadi padat menjadikannya
suatu bahan yang memiliki daya serap yang cukup bagus.Menurut Didit (2012).
Aisyah juga menjelaskan bahwa komposisi dari sekam padi dan serat tebu
yang diberikan akan berpangur pada nilai kerapatan. Semakin banyak sekampadi dan
serat tebu yang dipakai maka akan semakin rapat juga pori pori dari kompositnya.
Maharani dalam penelitiannya menciptakan bahan peredam suara dari serat
batang pisang kepok dan mampu meredam bunyi lebih tinggi dari pada pisang raja,
pisang susu dan pisang batu yaitu sebesar 63% pada frekuensi 200 Hz, kemampuan
serat batang pisang kepok dalam meredam bunyi pada ferkuensi rendah 125 Hz
hingga 51 %, tetapi pada frekuensi 160 Hz tidak sampai meredam 21%. Sedangkan
pada frekuensi tinggi 2.000 Hz, bisa meredam sampai 55 %, dan pada frekuensi
1.600 Hz hanya 40 % . Matriks atau perekat dalam komposit berfungsi mengikat serat
menjadi satu kesatuan dengan struktur, melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi
lingkungan, mendistribusikan beban ke filter dan memberikan sifat seperti kekakuan,
ketahanan, dan tahanan lama.Jagung merupakan sumber pangan di beberapa daerah
di Indonesia selain sebagai sumber pangan manusia jagung juga dapat sebagai
bahan pakan ternak(Safuan & Hadini, 2012).
2.1.1 Penjelasan Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material sehingga dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Komposit
memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus
Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih tinggi dari logam (Sari, 2015).
Komposit dibentuk atas dua jenis bahan material yang berbeda, yaitu:
1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih
rigid serta lebih kuat.
2. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas
yang lebih rendah.
2.1.2 Jenis – Jenis Komposit
Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang
digunakannya, yaitu :
1. Fibrous Composites (Komposit Serat) merupakan jenis komposit yang
hanya terdiri dari satu laminat atau satu lapisan yang menggunakan penguat
berupa serat atau fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers,
carbon fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa
disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga
dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.
2. Laminated Composites (Komposit Laminat) merupakan jenis komposit yang
7
terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap
lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.
3. Particulalate Composites (Komposit Partikel merupakan komposit yang
menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara
merata dalam matriksnya
2.1.3 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Penguatnya
Penguat (filler) merupakan komponen yang terdistribusi merata dalam
matriks. Filler memegang peranan penting dalam menguatkan komposit sehingga
disebut penguat atau reinforcing material. Filler harus memiliki nilai kekuatan
(strength), kekerasan (hardness), dan elastic modulus yang besar. Sifat-sifat filler
ini harus lebih besar daripada yang dimiliki matriks agar dapat mendistribusikan
gaya dengan baik. Bentuk, ukuran, konsentrasi dan distribusi oleh filler juga
dapat mempengaruhi sifat-sifat dari material komposit (Putu et al., 2009).
Berdasarkan penguat yang digunakan terdapat 2 jenis komposit yang
berbeda yaitu komposit partikel dan komposit serat:
1. komposit Partikel (Particulate Composite)
Komposit pertikel merupakan komposit yang terbentuk oleh partikel
atau serbuk sebagai penguat yang terdistribusi secara merata didalam
matriks. Material partikel yang digunakan sebagai bahan penguat dapat
berasal dari satu jenis atau lebih material. Partikel ini disisipkan kedalam
bahan penguat atau matrik untuk mendapatkan sifat mekanik yang baik
sesuai kebutuhan. Komposit partikel memiliki keuntungan meningkatkan
kekuatan, menambahkan ketahanan temperatur tahan terhadap oksidasi
(Sumarauw, 2017).
skin yang harus kuat dan kaku. Komposit sandwich dibuat dengan tujuan
untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang tinggi dangan berat
yang lebih ringan (Putra, 2017).
2.2 Tebu
1. Pengertian
Tebu (saccharium officinarum) adalah tanaman penghasil gula dan tumbuh
di daerah yang memiliki iklim tropis. Tebu juga masuk kedalam spesies
rumput tinggi dan abadi yang digunakan untuk produksi gula. Tinggi tanaman
ini berkisar 2 sampai 6 meter dengan batang kokoh, berserat dan kaya akan
sukrosa yang terakumulasi diruas batang.
Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber
karbohidrat tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga kebutuhanya terus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (putri et al., 2013).
Terdapat lima spesies tebu, yaitu saccharum spontaneum (galgah),
saccharum sinensis (tebu cina), saccharum barberry (tebu india), saccharum
robustum (tebu irian) dan saccharum officinarum (tebu kunyah) (sastrowijoyo
1998).
Secara morfologi tebu tanaman tebu dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
batang, daun, akar dan bunga. Batang tebu memiliki sosok kurus, tidak
bercabang dan tumbuh tegak, terdiri dari banyak ruas yang setiap ruasnya
dipisahkan oleh buku-buku sebagai tempat tumbuhnya daun. Kulit batang
tebu keras, berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasi warna-
warna tersebut. Batang tebu memiliki ruas dengan panjang rata-rata 10-30
cm. Daun tebu berbentuk helaian dengan pelepah panjang daun mencapai 1-
2 meter dan lebar 4-8 cm dengan permukaan daun kasar dan memiliki bulu.
Bunga tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk dan terurai pada puncak
tebu. Sedang akarnya berbentu serabut (Anonim 2002).
10
Tebu memiliki bagian bagian atau secara morfologi tanaman tebu terdiri
dari batang tebu, daun tebu, bunga tebu, akar. Dimana batang tebu dimana
batang tebu adalah bagian terpenting dari tebu yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula nantinya karena pada batang
tebu mengandung air tebu. Funsi dari batang tebu sendiri adalah untuk
menyimpan cadangan makan. Daun tebu adalah bagian pada tebu yang
memiliki zat klorofil atau zat hiajau daun yang dapat berfoto sintesisi atau
mengubah zat makanan dari batang tebu menjadi makanan untuk tanaman
tebu. Bunga tebu adlah bagian paling pucuk pada tebu dan bersifat
majemuk, bunga tebu biasanya hanya tumbuh dan tidak bisa menjadi buah.
Akar tebu adalah bagian paling bawah dari tebu yang berfungsi untuk
mencari makanan ditanah.
2. Ampas Tebu
Ampas tebu adalah limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula atau hasil
penggilingan batang tebu untuk diambil airnya. Selain itu dalam dunia
kuliner khususnya dalam pembuatan minuman ampas tebu akan
mengganggu saat diminum karena seratnya yang berbeda dari serat buah
buahan pada umumnya. Biasanya ampas tebu dimanfaatkan untuk bahan
bakar boiler, pakan ternak dan bahan campuran pembuatan kertas.
𝑡2
𝜆 = 𝐾. 𝑅. 𝐼2 : (T 2 – T1) – H ..................................... .................(2.1)
𝑡1
Keterangan :
K, H : Konstan Probe
I : Arus Pemanasan
Keterangan :
qk = Laju Perpindahan Panas Dengan Cara Konduksi (watt)
A = Luas Perpindahan Panas (m2)
∆𝑇 =Gradien Suhu Pada Penampung (K)
𝑥 = Jarak Dalam Arah Aliran Panas (m)
𝑘 = Konduktivitas Thermal Bahan (W/m.K)
(Incroperara, 1982)
Sehingga nilai konduktivitas termal dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut (Sulaiman, 2018) :
𝑘1A∆𝑇1 𝑘2A∆𝑇2.........................................................................
= (2.3)
𝐼1 𝐼2
Keterangan :
nanohybrid flowabel. Sampel disimpan selama satu hari dalam suhu ruangan dalam tempat
tertutup
14
Polyester tidak jenuh dibagi ke dalam jenis atau kelas tergantung pada struktur
dasar blok.
Menurut (Mohseni, dkk, 2019) dalam (Sandya & Musalamah, 2019), Abu
sekam padi adalah produk sampingan pertanian yang dihasilkan dengan membakar
sekam padi. Abu sekam padi ini bisa dugunakan sebagai pupuk untuk tanaman dan
juga sebagai bahan campuran beton, karena abu sekam padi inimengandung silika
yang tinggi. Abu sekam padi memliki kandungan silika yang tinggi karena tanaman
padi menyerap silika dari tanah dan menyimpannya dalam biji-bijian dan sekam
yang menutupi biji-bijian.
Dimana:
V = Volume (cm3)
P = Panjang ( cm)
L = Lebar (cm)
T = Tinggi (cm)
Setelah didapatkan volume dari sampel atau cetakan nya kemudian lanjut
ketahap berikutnya yaitu menentukan volume serat dan berat masa. Adapun
rumur mencari volume serat dan berat massa sebagai berikut:
Rumus volume serat.
V(serat) = presentase serat (%) x V spesimen .....................................(2.5)
Sedangkan rumus massa sebagai berikut :
M = V(serat) x ρ .....................................................................................(2.6)
Dimana:
M = massa benda (gr)
V(serat) = volume benda (cm3)
Ρ = massa jenis benda (gr/cm3)
6 cm
12 cm 2 cm
Gambar 2.11 bentuk dan ukuran spesimen uji konduktivitas termal
15 cm
24 cm 3 cm
Gambar 2.12 bentuk dan ukuran spesimen uji sound absorber
17
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Ayakan
Ayakan berfungsi untuk menyaring serat tebu dan abu sekam padi untuk
mendapatkan ukuran yang diperlukan atau sesuai dengan ukkuran yang telah
ditentukan.
18
c. Wadah
Alat yang digunakan untuk tempat mencampur material komposit.
d. Pengaduk
Alat yang digunakan untuk mencampur resin dengan katalis dan untuk
memasukkan material komposit ke dalam cetakan.
e. Timbangan Digital
Alat yang digunakan melakukan pengukuran massa cacahan serat
tebu, abu sekam padi, dan resin polyester.
19
c. Resin Polyester
Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis resin
polyester,resin berfungsi sebagai zat pengikat filler atau pengikar dari
komponen batang jagung dan abu sekam padi yang udah di campur. Resin
polyester dapat dilihat pada Gambar 3.10.
21
d. Katalis
Katalis / pengering resin berfungsi sebagai pengeras. Perbandingan
campuran antara katalis dengan resin yaitu 1:100 atau 1% dari resinnya.
Katalis dapat dilihat pada gambar 3.11.