Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu bumi diperkirakan akan meningkat pada 2023 bahkan met office inggris
meramalkan pada tahun depan akan menjadi salah satu tahun terpanas didunia
mengalahkan rekor pada 2016 lalu. Menurut penelitian, perkiraan suhu rata-rata
global pada 2023 akan menjadi 1,2 celcius diatas suhu sebelum manusia mulai
mendorong perubahan iklim. Hal ini berpengaruh terhadap kenyamanan tak hanya di
luar ruangan tetapi juga di dalam sebuah ruangan, Hal ini menyebabkan suhu
didalam ruangan semakin meningkat. Sehingga membuat pendingin ruangan bekerja
lebih dari biasanya, hal ini membuat kenaikan baik dari energi ataupun waktu
penggunaan. Tentunya Hal ini akan berdampak pada kelajuan energi yang dibutuhkan
dan menyebabkan terjadinya lonjakan energi yang dibutuhkan, oleh karena itu di
perlukan panel dinding yang dapat menahan laju perpindahan panas (konduktivitas
termal) yang ada di dalam ruangan. Selain panas, tingkat kebisingan di lingkungan
sekitar pun semakin luar biasa. Hal ini disebabkan oleh bunyi yang tidak dapat
ditahan oleh dinding dan mesin mesin yang diciptakan oleh manusia sendiri baik dari
transportasi maupun industri.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membuat rumah semakin nyaman
yaitu mengurangi panas dan kebisingan dengan melakukan pemasangan panel
dinding
Penelitian sebelumnya (Nanda Pratama dkk, 2016) menunjukkan bahwa nilai
konduktivitas termal papan partikel tongkol jagung dipengaruhi oleh ukuran partikel,
semakin kecil ukuran partikel semakin besar konduktivitas termal.
Nilai konduktivitas termal terkecil terdapat pada ukuran partikel yang besar yaitu
dengan ukuran lolos ayakan 8 mesh yaitu 0,1012 W/m . Nilai konduktivitas termal
terbesar terdapat pada ukuran partikel yang kecil dengan ukuran lolos ayakan 30
mesh yaitu 0,2090 W/m . Bahan yang baik dijadikan sebagai bahan untuk isolator
panas memiliki nilai konduktivitas termal sekitar 0.1 W/m0C (Wibowo, Hari, dkk.
2008).
Itsna melakukan penelitian tentang panel dinding dan meneliti tentang kuat
tekan, kuat lentur dan redaman bunyi pade panel dinding beton dengan tediri dari 12
benda uji dan 4 bentuk ukuran berbeda (Itsna Fauziah R dkk 2014)
Nilai konduktifitas termal akan berbeda pada setiap material yang ada. Perbedaan
ini adalah pengaruh dari komposisi material pada setiap bahan. Hal yang paling
mendasar dari material adalah densitas dan porositas. Dimana nilai densitas adalah
kerapatan masa penyusun material sesuai dengan suatu luasan (Moh istajarul dkk
2017)
2

Sementara itu, untuk mengetahui sifat konduktifitas termal bahan maka harus
diketahui distribusi suhu pada material tersebut. Jika bahan diberi panas pada satu
titik dan panas merambat dengan cepat ke titik titik yang lain maka bahan tersebut
merupakan penghantar panas yang baik. Penelitian konduktifitas termal dengan
berdasar distribusi suhu atau kecepatan panas merambat telah dilakukan oleh
Callister dan Rethwisch (2018).
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6389-2000) yang berfokus pada
konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung menjelaskan tentang
standarisasi konduktifitas termal pada beberapa panel dinding contohnya pada beton
sebesar 1,448 W/m.k, beton ringan sebesar 0,303 W/m.k, bata dengan plaster
sebesar 0,807 W/m.k, bata tanpa plaster sebesar 1,154 w/m.k, papan gypsum sebesar
0,170 W/m.k, kayu lunak sebesar 0,125 W/m.k, kayu keras sebesar 0,138 W/m.k,
kayu lapis sebesar 0,148 W/m.k, paduan alumunium sebesar 211 W/m.k, tembaga
sebesar 385 W/m.k, baja sebesar 47,6 W,m.k, granit sebesar 2,927 W/m.k dan
marmer sebesar 1,298 W/m.k.
Itsna melakukan penelitian tetang panel dinding tentang kuat tekan, kuat lentur
dan redam bunyi pada panel dinding beton dengan terdiri dari 12 benda uji dan 4
bentuk ukuran yang berbeda ( Itsna Fauziah R at al 2014 ). Demi membuat rumah
semakin nyaman serta terbebas dari paanas dan kebisingan, perlu adanya
pemasangan teknologi panel dinding yang bisa menyerap panas dan kebisingan dari
luar ruangan.
Maharani dalam penelitiannya menciptakan bahan peredam suara dari serat
batang pisang kepok yang dapat meredam bunyi lebih tinggi dari pada pisang raja,
pisang susu dan pisang batu yaitu sebesar 63% pada frekuensi 200 Hz, kemampuan
serat batang pisang kepok dalam meredam bunyi pada ferkuensi rendah 125 Hz
hingga 51 %, tetapi pada frekuensi 160 Hz tidak sampai meredam 21%. Sedangkan
pada frekuensi tinggi 2.000 Hz, bisa meredam sampai 55 %, dan pada frekuensi
1.600 Hz hanya 40 %. Matriks atau perekat dalam komposit berfungsi mengikat serat
menjadi satu kesatuan dengan struktur, melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi
lingkungan, mendistribusikan beban ke filter dan memberikan sifat seperti kekakuan,
ketahanan, dan tahanan lama.Jagung merupakan sumber pangan di beberapa daerah
di Indonesia selain sebagai sumber pangan manusia jagung juga dapat sebagai
bahan pakan ternak(Safuan & Hadini, 2012).
Indonesia tercatat sebagai negara yang banayak bergerak dibidang pertanian
contohnya pertanian tebu. Total tebu yang dihasilkan negara ini bisa mencapai 29,1
ton pertahunya. Jumlah ini memposisikan negara indonesia sebagai posisi ke 9
penghasil tebu dunia ( Solomon & Li 2006 ).
3

Pada proses pembuatan gula, tebu hanya menghasilkan 5% gula, 90% ampas
sedamgkan sisanya berupa molase dan tetesan air (Anshori 2008).
Pada penelitian ( Haryanti 2019) sebanyak 60% dari ampas tebu digunakan
sebagai bahan bakar, bahan baku industri kertas dan sisanya 40% hanya dianggap
limbah yang tak berfungsi. Kandungan ampas tebu terdiri selulosa (21,69%),
hemiselulos (25,8%), lignin (21,69%), abu (2,73%) dan ethanol (1,66%). Kadar
serat pada ampas tebu yang cukup tinggi berkisar 44% - 48% menyebabkan tebu
dapat dimanfaatkan sebagai material tambahan guna memberi kekuatan pada
material lain.
Selain serat tebu, abu Sekam padi juga menjadi bahan dasar dari pembuatan
komposit. Sekam padi yaitu kulit terluar gabah berwarna kuning kecoklatan. Sekam
padi mempunyai lapisan keras yang membungkus kariopis putih gabah yang terdiri
dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan (Aritonang 2010).
Berdasarkan penelitian dari ( Haisyah at al 2021) yang meneliti tentang
konduktivitas termal papan komposit dari sekam padi dan ampas tebu terdapat
penjelasan tentang jumlah konduktivitas, nilai kerpatan dan porositas dari papan
komposit sekam padi dan ampas tebu. Dimana papan syang lebih banyak ampas
tebunya dan semakin rapat akan membuat konduktivitas termal semakin tertinggi
tetapi berbanding terbalik dengan porositasnya. Tetapi pada penelitian ini tingkat
konduktivitas termal yang didapat masi berada dibawah standar dari bahan beton lain
dan tidak melakukan pengujian tentang serap suara, yang mana hal ini juga penting
dalam kenyamanan didalam ruangan. Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk mendapatkan komposisi panel
dinding yang sesui. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan panel
dinding yang sesuai atau bahkan diatass standar dari penelitian diatas dengan
menganti salah satu bahan dari sekam padi menjadi abu sekam padi. Adapun hal-hal
yang akan diteliti yaitu tentang konduktivitas termal dan sound absorber ( penyerapan
suara). Penulis berharap hasil dari penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan dan
agar penelitian ini nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan manusia selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap
konduktivitas termal komposit partikel?
2. Bagaimana pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap sound
absorber komposit partikel?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian pada proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap
konduktivitas termal komposit partikel.
4

2. Mengetahui pengaruh komposisi serat tebu dan abu sekam padi terhadap
sound absorberkomposit partikel.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah pada proposal penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tidak membahas mengenai uji tarik.
2. Tidak membahas tentang uji tekan.
3. Tidak membahas mengenai pengaruh terhadap lingkungan.
4. Tidak membahas mengenai nilai ekonomi tebu.
5. Menggunakan standar SNI 03-6389-2000 untuk konduktivitas termal.
6. Menggunakan standar ASTM C138/C138M-01a sebagai standar sound absorber.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagaiberikut :
1. Untuk peneliti dapat memperoleh pengetahuan mengenai material komposit.
2. Meningkatkan nilai guna dari serat tebu dan abu sekam padi yang menjadi
bahan sisa dari pertanian yang kurang memiliki nilai ekonomi.
3. Sebagai refrensi penelitian terdahulu.
5

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komposit
Komposit adalah suatu material yang dibentuk dari perpaduan antara satu atau
lebih material yang memiliki sifat mekanik berbeda, dimana satu material sebagai fasa
pengisi (matrik) dan yang lain sebagai fasa penguat (reinforcement). Komposit dapat
juga diperoleh dari pencampuran dua atau lebih material menggunakan suatu perekat
alami maupun sintetis (Erwin et al., 2015).
Pengertian komposit menurut (Kroschwitz, 1986) adalah bahan yang
terbentuk apabila dua atau lebih komponen yang berlainan digabung.
Bahan komposit (komposit) adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang
terdiri dari dua atau lebih bahan dengan sifat masing-masing bahan berbeda, baik itu
sifat kimia maupun fisikanya. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan, di
antaranya berat yang lebih ringan, kekuatan yang lebih tinggi, tahan korosi dan
memiliki biaya perakitan yang lebih murah. Salah satu contoh bahan komposit adalah
komposit serat karbon. Kekuatan tarik dari komposit serat karbon lebih tinggi
daripada semua paduan logam (William, 2003)
(Rijswijk and Brouwer, 2001) di dalam buku Natural Fibre Composites
menerangkan bahwa komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer
diperkuat oleh serat, dengan menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Dengan
adanya perbedaan dari material penyusunannya maka komposit antar material harus
berikatan dengan kuat. Sintesis komposit berbahan dasar limbah telah banyak
dikembangkan dengan berbagai macam metode dan beragam aplikasi. Keberadaan
selulosa dan silika di dalam abu sekam padi dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk
mensintesa suatu material komposit. Penelitian dalam bidang sintesis komposit fiber
silika dari pulp dan geothermal sludge juga telah dilakukan sebelumnya. Namun
pada penelitian tersebut didapatkan bahwa partikel silika belum terdispersi secara
merata dalam permukaan fiber selulosa.
Menurut Matthews dkk. (1993) komposit adalah suatu material yang
terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material melalui campuran yang tidak
homogen dengan sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda.
Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya, sehingga kita
leluasa merencanakan kekuatan material komposit yang yang kita inginkan dengan
jalan mengatur komposisi dari material pembentuknya. Dengan kata lain komposit
merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara
matriks atau pengikat dengan penguat (Saputra, 2016).
6

Pelepah pisang juga memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan, serta apabila telah dikeringkan akan menjadi padat menjadikannya
suatu bahan yang memiliki daya serap yang cukup bagus.Menurut Didit (2012).
Aisyah juga menjelaskan bahwa komposisi dari sekam padi dan serat tebu
yang diberikan akan berpangur pada nilai kerapatan. Semakin banyak sekampadi dan
serat tebu yang dipakai maka akan semakin rapat juga pori pori dari kompositnya.
Maharani dalam penelitiannya menciptakan bahan peredam suara dari serat
batang pisang kepok dan mampu meredam bunyi lebih tinggi dari pada pisang raja,
pisang susu dan pisang batu yaitu sebesar 63% pada frekuensi 200 Hz, kemampuan
serat batang pisang kepok dalam meredam bunyi pada ferkuensi rendah 125 Hz
hingga 51 %, tetapi pada frekuensi 160 Hz tidak sampai meredam 21%. Sedangkan
pada frekuensi tinggi 2.000 Hz, bisa meredam sampai 55 %, dan pada frekuensi
1.600 Hz hanya 40 % . Matriks atau perekat dalam komposit berfungsi mengikat serat
menjadi satu kesatuan dengan struktur, melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi
lingkungan, mendistribusikan beban ke filter dan memberikan sifat seperti kekakuan,
ketahanan, dan tahanan lama.Jagung merupakan sumber pangan di beberapa daerah
di Indonesia selain sebagai sumber pangan manusia jagung juga dapat sebagai
bahan pakan ternak(Safuan & Hadini, 2012).
2.1.1 Penjelasan Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material sehingga dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Komposit
memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus
Young/density) dan kekuatan jenisnya lebih tinggi dari logam (Sari, 2015).
Komposit dibentuk atas dua jenis bahan material yang berbeda, yaitu:
1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih
rigid serta lebih kuat.
2. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas
yang lebih rendah.
2.1.2 Jenis – Jenis Komposit
Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang
digunakannya, yaitu :
1. Fibrous Composites (Komposit Serat) merupakan jenis komposit yang
hanya terdiri dari satu laminat atau satu lapisan yang menggunakan penguat
berupa serat atau fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers,
carbon fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa
disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga
dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.
2. Laminated Composites (Komposit Laminat) merupakan jenis komposit yang
7

terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap
lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.
3. Particulalate Composites (Komposit Partikel merupakan komposit yang
menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara
merata dalam matriksnya
2.1.3 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Penguatnya
Penguat (filler) merupakan komponen yang terdistribusi merata dalam
matriks. Filler memegang peranan penting dalam menguatkan komposit sehingga
disebut penguat atau reinforcing material. Filler harus memiliki nilai kekuatan
(strength), kekerasan (hardness), dan elastic modulus yang besar. Sifat-sifat filler
ini harus lebih besar daripada yang dimiliki matriks agar dapat mendistribusikan
gaya dengan baik. Bentuk, ukuran, konsentrasi dan distribusi oleh filler juga
dapat mempengaruhi sifat-sifat dari material komposit (Putu et al., 2009).
Berdasarkan penguat yang digunakan terdapat 2 jenis komposit yang
berbeda yaitu komposit partikel dan komposit serat:
1. komposit Partikel (Particulate Composite)
Komposit pertikel merupakan komposit yang terbentuk oleh partikel
atau serbuk sebagai penguat yang terdistribusi secara merata didalam
matriks. Material partikel yang digunakan sebagai bahan penguat dapat
berasal dari satu jenis atau lebih material. Partikel ini disisipkan kedalam
bahan penguat atau matrik untuk mendapatkan sifat mekanik yang baik
sesuai kebutuhan. Komposit partikel memiliki keuntungan meningkatkan
kekuatan, menambahkan ketahanan temperatur tahan terhadap oksidasi
(Sumarauw, 2017).

Gambar 2.1 Komposit dengan Penguat Partikel

2. Komposit Serat (Fiber Composite)


Komposit serat adalah komposit yang terdiri atas serat dan matrik di
dalamnya. Serat merupakan salah satu komponen yang penting karena
menentukan pada proses tranfer energi. Untuk mendapatkan sifat mekanik
yang baik, serat yang digunakan harus memiliki kekuatan dan keuletan
yang lebih baik dibandingkan dengan matrik. Serat yang digunakan dapat
berupa serat sintetis dan juga serat organik. Penyusunan serat dan tipe serat
8

pada jenis komposit ini juga dapat mempengaruhi sifat mekaniknya.


Terdapat beberapa klasifikasi komposit serat berdasarkan jenis serat yang
digunakan antara lain:
a. Serat Kontinu
Komposit serat kontinu mempunyai serat yang lurus dan
memanjang serta membentuk lapisan diantara matriksnya. Penggunaan
serat kontinu ini lebih sering digunakan karena serat panjang akan lebih
saling terhubung sehingga terbentuk komposit dengan kekuatan dan
kekakuan yang baik. Kelemahan pada menggunaan serat kontinu adalah
kekuatan antar lapiasan- lapisan menjadi lemah.
b. Serat Diskontinu
Komposit serat diskontinu adalah komposit dengan penggunaan
serat pendek diantara matriknya. Pada pembuatan komposit serat
diskontinu ini biasanya panjang serat yang digunakan adalah dengan
panjang maksimal 10 cm. Berdasarkan orintasi serat diskontinu dibagi
menjadi tiga macam yaitu aligned discontinuous fibre, off axis aligned
continuous fibre, dan randomly oriented continuous fibre.
c. Komposit Struktural (Structural Composite)
Komposit struktural merupakan suatu penyusunan bahan komposit
agar didapatkan suatu susunan bahan yang mempunyai sifat mekanik
komposit paling optimal. Komposit struktural dibentuk oleh penguat-
penguat yang memiliki bentuk lembaran-lembaran. Berdasarkan struktur
komposit dapat dibagi menjadi dua yaitu struktur laminate dan struktur
sandwich.
d. Struktur Laminate
Komposit laminate merupakan komposit yang terdiri dari lapisan-
lapisan atau lamina yang tersusun dua atau lebih lapisan dengan susunan
arah orientasi yang berbeda-beda setiap lapisannya. Penyusunan pada
lapisan ini
bisa searah atau melintang terhadap orientasi lapisan lainnya. Pelapisan ini
bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat material yang baru seperti sifat
termal, kekakuan, kekuatan, dan kelenturan.
e. Struktur Sandwich
Komposit sandwich tersusun atas 3 lapisan material yaitu skin
(kulit) terletak pada luar kedua sisi dan core (inti) ditengah-tengah.
Skin berfungsi untuk menahan beban aksial dan transversal
sedangkan core berfungsi untuk mendistribusikan beban aksial dan
transversal menjadi beban geser. Pada komposit tipe ini inti terbuat dari
material dengan densitas dan berat yang lebih ringan daripada bagian
9

skin yang harus kuat dan kaku. Komposit sandwich dibuat dengan tujuan
untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang tinggi dangan berat
yang lebih ringan (Putra, 2017).

Gambar 2.2 Komposit sandwich (Allen, 1969)


2.1.4 Unsur Penyusun Komposit
Material komposit mempunyai dua unsur bahan yaitu serat (fiber) dan
bahan pengikat serat yang disebut dengan matriks.

2.2 Tebu
1. Pengertian
Tebu (saccharium officinarum) adalah tanaman penghasil gula dan tumbuh
di daerah yang memiliki iklim tropis. Tebu juga masuk kedalam spesies
rumput tinggi dan abadi yang digunakan untuk produksi gula. Tinggi tanaman
ini berkisar 2 sampai 6 meter dengan batang kokoh, berserat dan kaya akan
sukrosa yang terakumulasi diruas batang.
Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber
karbohidrat tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga kebutuhanya terus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (putri et al., 2013).
Terdapat lima spesies tebu, yaitu saccharum spontaneum (galgah),
saccharum sinensis (tebu cina), saccharum barberry (tebu india), saccharum
robustum (tebu irian) dan saccharum officinarum (tebu kunyah) (sastrowijoyo
1998).
Secara morfologi tebu tanaman tebu dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
batang, daun, akar dan bunga. Batang tebu memiliki sosok kurus, tidak
bercabang dan tumbuh tegak, terdiri dari banyak ruas yang setiap ruasnya
dipisahkan oleh buku-buku sebagai tempat tumbuhnya daun. Kulit batang
tebu keras, berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasi warna-
warna tersebut. Batang tebu memiliki ruas dengan panjang rata-rata 10-30
cm. Daun tebu berbentuk helaian dengan pelepah panjang daun mencapai 1-
2 meter dan lebar 4-8 cm dengan permukaan daun kasar dan memiliki bulu.
Bunga tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk dan terurai pada puncak
tebu. Sedang akarnya berbentu serabut (Anonim 2002).
10

Tebu memiliki bagian bagian atau secara morfologi tanaman tebu terdiri
dari batang tebu, daun tebu, bunga tebu, akar. Dimana batang tebu dimana
batang tebu adalah bagian terpenting dari tebu yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula nantinya karena pada batang
tebu mengandung air tebu. Funsi dari batang tebu sendiri adalah untuk
menyimpan cadangan makan. Daun tebu adalah bagian pada tebu yang
memiliki zat klorofil atau zat hiajau daun yang dapat berfoto sintesisi atau
mengubah zat makanan dari batang tebu menjadi makanan untuk tanaman
tebu. Bunga tebu adlah bagian paling pucuk pada tebu dan bersifat
majemuk, bunga tebu biasanya hanya tumbuh dan tidak bisa menjadi buah.
Akar tebu adalah bagian paling bawah dari tebu yang berfungsi untuk
mencari makanan ditanah.
2. Ampas Tebu
Ampas tebu adalah limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula atau hasil
penggilingan batang tebu untuk diambil airnya. Selain itu dalam dunia
kuliner khususnya dalam pembuatan minuman ampas tebu akan
mengganggu saat diminum karena seratnya yang berbeda dari serat buah
buahan pada umumnya. Biasanya ampas tebu dimanfaatkan untuk bahan
bakar boiler, pakan ternak dan bahan campuran pembuatan kertas.

Gambar 2.7 ampas tebu.

2.3 Konduktivitas Termal


Konduktivitas termal dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan
bahan untuk menghantarkan panas. Konduktivitas termal adalah sifat bahan
yang menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan luas jika
gradien suhunya satu. Bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi
dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah
disebut isolator. Konduktivitas termal berubah dengan suhu, tetapi dalam
banyak soal perekayasaan perubahannya cukup kecil untuk diabaikan. Nilai
angka konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam
bahan tertentu. Makin cepat molekul bergerak, makin cepat pula ia
mengangkut energi.
11

Salah satu cara yang biasa digunakan untuk menghitung konduktivitas


termal cairan adalah dengan menggunakan metode kawat panas, Metode ini
berpatokan pada pemanasan oleh arus listrik yang sangat tipis kawat yang
direndam dalam cairan untuk dikarakterisasi. Variasi suhu kawat tergantung
pada pertukaran dengan cairan, oleh karena itu pada konduktivitas termal
aliran dan resistansi kontak. Daya listrik yang dialirkan ke kawat harus
konstan ( tidak berubah) dan cukup rendah untuk mempertahankan ketinggian
suhu beberapa derajat maksimum, yang memungkinkan untuk membatasi
pertukaran konveksi dalam cairan. Konduktivitas dari cairan dapat ditentukan
dengan dua metode: regim sementara atau steady-state. Sebuah pengukuran
sel yang terbuat dari kaca dengan kawat platinum berdiameter 50 μm diproses
dalam pekerjaan ini. Si pengukuran suhu kawat dilakukan dengan ukuran
listriknya resistensi dari waktu ke waktu, dengan metode 4-kawat yang
memungkinkan untuk meminimalkan pengaruh dari hambatan listrik kontak.
Dalam pengujian ini diterapkan standar QTM-500 yang mengunakan
metode kawat panas digunakan dalam pengukuran konduktivitas thermal
karena merupakan metode yang cepat dan akurat untuk pengukuran
konduktivitas termal bahan isolasi. Dimana sampel blok persegi panjang
ditempatkan di kotak probe dan kemudian menempatkan probe sensor (PD-11)
pada permukaan sampel. Kawat pemanas digunakan untuk memasok panas ke
sampel uji dan termokopel memantau laju aliran panas. Hasil prngukuran
ditampilkan dilayar segera setelah pengukuran selesai.

Gambar 2. 7 sensor probe


12

𝑡2
𝜆 = 𝐾. 𝑅. 𝐼2 : (T 2 – T1) – H ..................................... .................(2.1)
𝑡1

Keterangan :

𝜆 : Konduktivitas Thermal (W/Mk)

K, H : Konstan Probe

R : Hambatan Listrik Probe heater (Ω/𝑚)

t1, t2 : Waktu setelah pemanasan dimulai (s)

T1, T2 : Suhu padat

I : Arus Pemanasan

Sedangkan untuk proses pengujian konduktivitas thermal sendiri bisa dilihat


pada gambar 2 . 8 d a n 2 . 9 berikut:

Gambar 2.8 Ilustrasi Pengaturan Sampel

Gambar 2.9 Penempatan Termokopel dan Kawat


13

Konduktivitas termal dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan bahan


untuk menghantarkan panas. Konduktivitas termal adalah sifat bahan yang
menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satu satuan luas jika gradien
suhunya satu. Jadi konduktivitas termal bergantung pada suhu. Pada pengukuran
konduktivitas termal mekanisme perpindahannya dengan cara konduksi.
Konduktivitas termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan
temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke
daerah yang lain dari benda yang sama pada temperatur yang lebih rendah .(J. P.
Holman.1997).

Sedangkan menurut (Ambarita 2012) konduksi adalah proses dimana panas


mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah di
dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium medium yang yang
berlainan dan bersinggungan secara langsung.
∆𝑇
qk = - kA ……………………………………………………………......................................(2.2)
𝑥

Keterangan :
qk = Laju Perpindahan Panas Dengan Cara Konduksi (watt)
A = Luas Perpindahan Panas (m2)
∆𝑇 =Gradien Suhu Pada Penampung (K)
𝑥 = Jarak Dalam Arah Aliran Panas (m)
𝑘 = Konduktivitas Thermal Bahan (W/m.K)
(Incroperara, 1982)
Sehingga nilai konduktivitas termal dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut (Sulaiman, 2018) :

𝑘1A∆𝑇1 𝑘2A∆𝑇2.........................................................................
= (2.3)
𝐼1 𝐼2

Keterangan :

k1 = Konduktivitas termal konduktor ( W/m.K)

k2 = Konduktivitas termal spesimen ( W/m.K)

nanohybrid flowabel. Sampel disimpan selama satu hari dalam suhu ruangan dalam tempat
tertutup
14

2.4 Resin Poliester


Resin Polyester merupakan jenis resin thermoset atau lebih populernya
sering disebut polyester saja. Resin ini berupa cairan dengan viskositas yang relatif
rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan
gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin termoset lainnya (Fahmi &
Hermansyah, 2011).
Poliester merupakan bahan termoseting yang banyak beredar dipasaran
karena harganya yang relatif murah dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macam
penggunaan.
Istilah poliester berawal dari reaksi asam organik dengan alkohol
membentuk suatu ester. Pada gambar 1 dengan menggunakan dwi fungsi asam dan
dwi fungsi alkohol (glikol) dihasilka n suatu polester linier.

Gambar 1.1 Reaksi Pembentukan Ester

Polyester tidak jenuh dibagi ke dalam jenis atau kelas tergantung pada struktur
dasar blok.

2.5 Metode Hot Wire


Salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengukur konduktivitas termal
cairan adalah metode kawat panas Metode ini didasarkan pada pemanasan oleh
arus listrik yang sangat tipis kawat yang direndam dalam cairan untuk
dikarakterisasi. Variasi suhu kawat tergantung pada pertukaran dengan cairan, dan
oleh karena itu pada konduktivitas termal aliran dan resistansi kontak. Daya listrik
yang disuplai ke kawat harus konstan dan cukup rendah untuk mempertahankan
ketinggian suhu beberapa derajat maksimum, yang memungkinkan untuk membatasi
pertukaran konveksi dalam cairan. suhu kawat dapat diukur baik dengan termokopel
yang dilas ke kawat, atau dengan mengukur hambatan listrik kawat selama
pemanasan. Konduktivitas dari cairan dapat ditentukan dengan dua metode: regim
sementara atau steady-state. Sebuah pengukuran sel yang terbuat dari kaca dengan
kawat platinum berdiameter 50 μm diproses dalam pekerjaan ini. Si pengukuran
suhu kawat dilakukan dengan ukuran listriknya resistensi dari waktu ke waktu,
dengan metode 4-kawat yang memungkinkan untuk meminimalkan pengaruh dari
hambatan listrik kontak.
15

2.6 Penyerapan Suara


Bentuk spesimen uji melingkar dengan ukuran diameter 100 mm dan
ketebalan 20 mm menurut standar ASTM E1050– 98.
Salah satu metode untuk mengurangi kebisingan dan sumber kebisingan
adalah dengan mengunakan material peredam suara atau material akustik yang
bersifat menyerap atau meredam bunyi sehingga kebisingan dapat diminimalisir
(Milawarni, 2017).
(AKR Pawestri dkk, 2017) pada penelitiannya menyebutkan bahwa nilai
koefisien absorbsi bunyi tertinggi 0,67 berada pada sampel E dengan komposisi 20%
serat daun nanas dan 80% sabut kelapa dengan frekuensi 1600 Hz.
2.7 Abu Sekam Padi
Sekam padi merupakan limbah dari hasil penggilingan padi mempunyai
kandungan silika yang dominan yaitu sebesar 93 % dan hampir sama kandungan
silika yang terdapat pada microsilica buatan pabrik (Hidayat, 2011).

Gambar 2.10 abu sekam padi

Menurut (Mohseni, dkk, 2019) dalam (Sandya & Musalamah, 2019), Abu
sekam padi adalah produk sampingan pertanian yang dihasilkan dengan membakar
sekam padi. Abu sekam padi ini bisa dugunakan sebagai pupuk untuk tanaman dan
juga sebagai bahan campuran beton, karena abu sekam padi inimengandung silika
yang tinggi. Abu sekam padi memliki kandungan silika yang tinggi karena tanaman
padi menyerap silika dari tanah dan menyimpannya dalam biji-bijian dan sekam
yang menutupi biji-bijian.

2.8 pembuatan spesimen


Dalam pembuatan spesimen ini memerlukan prhitungan agar nantinya hasil
yang didapatkan sesuai dengan ketentuan yang diterapkan. Ada beberapa rumus yang
harus diterapkan yaitu volume sampel ( cetakan), berat masa dan volume serat.
Adapun rumusnya sebagai berikut:
Rumus volume cetakan.
V spesimen = P x L x T .......................................................................(2.4)
16

Dimana:
V = Volume (cm3)
P = Panjang ( cm)
L = Lebar (cm)
T = Tinggi (cm)
Setelah didapatkan volume dari sampel atau cetakan nya kemudian lanjut
ketahap berikutnya yaitu menentukan volume serat dan berat masa. Adapun
rumur mencari volume serat dan berat massa sebagai berikut:
Rumus volume serat.
V(serat) = presentase serat (%) x V spesimen .....................................(2.5)
Sedangkan rumus massa sebagai berikut :
M = V(serat) x ρ .....................................................................................(2.6)
Dimana:
M = massa benda (gr)
V(serat) = volume benda (cm3)
Ρ = massa jenis benda (gr/cm3)

2.9 Bentuk Dan Ukuran Komposit.


Adapun bentuk dari komposit ini adalah berbentuk balok dengan ukuran pada
uji konduktivitas termal adalah 12x6x2cm dan uji sound absorber adalah 12x6x3cm.
Adapun bentuknya sebagai gambar berikut :

6 cm

12 cm 2 cm
Gambar 2.11 bentuk dan ukuran spesimen uji konduktivitas termal

15 cm

24 cm 3 cm
Gambar 2.12 bentuk dan ukuran spesimen uji sound absorber
17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian tentang pengaruh komposisi batang jagung dan abu sekam
padi daterhadap konduktifitas thermal dan penyerapan suara komposit partikel
dengan matrik resin poliester akan dilaksanakan pembuatan sampel di
Laboratorium terpadu Universitas Teknologi Sumbawa, dan pengujian sampel di
badan riset teknologi roket bogor untuk pengujian konduktivitas termal, untuk
pengujian daya tekan dan porositas di kerjakan di Sumbawa Pada tanggal 06 juni
sampai 0 6 juli 2023.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Cetakan
Cetakan berfungsi untuk mencetak spesimen sesuai dengan standar
pengujian yang digunakan. Cetakan yang digunakan berbentuk balok. Hal ini
dugunakan untuk mempermudah dalam menyamakan ukuran dari permukaan
spesimen ini sendiri. Cetakan yang digunakan terbuat dari bahan kaca.

Gambar 3.1 Cetakan

b. Ayakan
Ayakan berfungsi untuk menyaring serat tebu dan abu sekam padi untuk
mendapatkan ukuran yang diperlukan atau sesuai dengan ukkuran yang telah
ditentukan.
18

Gambar 3.2 Ayakan

c. Wadah
Alat yang digunakan untuk tempat mencampur material komposit.

Gambar 3.3 Wadah

d. Pengaduk
Alat yang digunakan untuk mencampur resin dengan katalis dan untuk
memasukkan material komposit ke dalam cetakan.

Gambar 3.4 Pengaduk

e. Timbangan Digital
Alat yang digunakan melakukan pengukuran massa cacahan serat
tebu, abu sekam padi, dan resin polyester.
19

Gambar 3.5 Timbangan Digital

f. Alat Perlindungan Diri (APD)


Alat Perlindungan Diri meliputi sarung tangan lateks dan masker yang
berfungsi sebagai perlindungan diri agar tidak terhirup dan menyentuh
tangan langsung dari serbuk serat tebu, abu sekam padi, dan cairan resin.

Gambar 3.6 Alat Perlindungan Diri

g. Alat bantu lainya


Alat Bantu lain yang digunakan, meliputi: sendok, cutter, gunting, kuas, pisau,
spidol, penggaris lurus, dan gelas ukur.

3.2.2 Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Batang Tebu
Batang tebu yang digunakan untuk pembuatan komposit adalah batang
tebu yang sudah kering, lalu diblender agar didapat serbuk yang halus dengan
ukuran yang kecil. Serbuk batang tebu ini digunakan sebagai penguat dalam
pembuatan komposit. Serbuk batang tebu dapat dilihat pada Gambar 3.8.
20

Gambar 3.8 Serat Batang tebu


b. Abu Sekam Padi
Abu sekam padi yang digunakan berasal dari sekam padi yang sudah
dibakar kemudian dijadikan abu sekam padi. Abu sekam padi berfungsi
sebagai serat dan juga sebagai bahan pengisi yang berguna untuk
meningkatkan kekerasan pada komposit. Adapun ukuran abu sekam padi yang
di gunakan pada penelitian ini yaitu 50 mesh (0,600 mm) Abu sekam padi
dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Abu Sekam Padi.

c. Resin Polyester
Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis resin
polyester,resin berfungsi sebagai zat pengikat filler atau pengikar dari
komponen batang jagung dan abu sekam padi yang udah di campur. Resin
polyester dapat dilihat pada Gambar 3.10.
21

Gambar 3.10 Resin Polyester

d. Katalis
Katalis / pengering resin berfungsi sebagai pengeras. Perbandingan
campuran antara katalis dengan resin yaitu 1:100 atau 1% dari resinnya.
Katalis dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Katalis

3.3 Variabel Penelitian


Adapun variabel penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.3.1 Variabel Bebas : Variabel bebas pada penelitian kali ini adalah
campuran cacahan batang jagung dan abu
sekam padi dengan skala 1:1 pada 30%, 35%,
dan 40%.
3.3.2 Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitian kali ini adalah
konduktivitas termal dan sound absorber
3.3.3 Variabel terkontrol : pada penelitian ini bahan yang di gunakan
Adalah serat tebu, abu sekam padi dan resin
22

3.3.4 Pembuatan Serbuk Batang tebu


Langkah-langkah pembuatan serbuk batang tebu yaitu:
1. Batang tebu dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari
selama 3 hari.
2. Kemudian batang tebu dihaluskan dengan cara diblender sampai menjadi
serbuk.
3. Setelah serbuk didapat kemudian diayak dengan ukuran 50 mesh (0,600 mm)
agar didapat ukuran serbuk (butiran) yang sama.
3.3.5 Pembuatan Serbuk Abu Sekam Padi
Langkah-langkah pembuatan serbuk abu sekam padi;
1. Abu sekam padi didapatkan di PT. xxx
2. Abu sekam padi yang didapat dalam keadaan lembab, maka abu sekam padi
harus dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 4 hari.
3. Kemudian abu sekam padi yang sudah kering, diayak dengan ukuran 50 mesh
(0,600 mm) agar didapat ukuran serbuk (butiran) yang sama.
3.3.6 Penentuan Fraksi Volume
Perhitungan komposisi komposit perlu dilakukan sebelum membuat
specimen agar diketahui takaran masing-masing dari komposisi. Perhitungan
dilakukan dengan menghitung massa partikel dan volume partikel. Adapun
penentuan fraksi volume spesimen komposit yaitu:
1. Menentukan volume cetakan yang akan digunakan untuk membuat spesimen.
2. Perhitungan dilakukan dengan menghitung massa partikel dan volume
partikel.
3. Menghitung volume cetakan dari spesimen.
4. Penentuan fraksi partikel.
5. Dalam penelitian ini menggunakan fraksi volume 30%, 35%, dan 40%.
6. Kemudian fraksi volume dikalikan dengan volume cetakan dan hasilnya
dikalikan dengan massa jenis dari partikel.
7. Hasil dari perhitungan adalah jumblah takaran partikel pada spesimen.
3.3.7 Proses Pencampuran Bahan
Langkah-langkah pencampuran bahan yaitu:
1. Siapkan bahan-bahan yang akan digunakan, yaitu: serat batang tebu, abu
sekam padi, resin polyester dan katalis.
2. Menimbang semua bahan sesuai dengan perhitungan variasi komposisi
menggunakan timbangan digital.
3. Mencampur serat batang tebu dan abu sekam padi.
23

4. Menuangkan resin kedalam wadah dengan menambah katalis 1%, diaduk


hingga katalis tercampur merata kemudian dituang ke campuran serbuk
batang tebu dan abu sekam padi.
5. Lalu diaduk hingga persebaran partikel merata.
3.3.8 Proses Pencetakan Spesimen
Langkah-langkah percetakan spesimen yaitu:
1. Tuangkan campuran semua bahan kedalam cetakan secara merata.
2. Cetakan sedikit diberi tekanan agar tidak ada rongga udara pada cetakan.
3. Setelah kering, spesimen dikeluarkan dari cetakan.
3.4 Pembuatan Spesimen
Sampel yang di uji dalam penelitian ini terdiri dari 3 variasi komposisi yang
berbeda yaitu: batang tebu dengan variasi 30%, 35% dan 40%. Masing-masing
spesimen kemudian di gunakan dalam pengujian konduktivitas termal, daya tekan
dan porositas. Pembuatan Sampel komposit partikel dibuat di laboratorium terpadu
universitas teknologi sumbawa, batu alang, Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara
Barat. Pembuatan sampel panel dinding berbahan dasar resin poliester, batang tebu
dan abu sekam padi menggunakan alat dan bahan sebagaimana dijelaskan pada sub
bab 3.2. Sampel komposit partikel berbahan dasar serat batang tebu, abu sekam padi
dan resin poliester ini mengunakan fraksi campuran yang berbeda sehingga setiap
sampel memiliki perbedaan karakteristik tergantung dari jumlah fraksi campurannya.
Sampel komposit psrtikel ini memiliki 3 ukuran pertama untuk uji konduktifitas
termal , kedua untuk uji daya tekan dan ketiga untuk porositas.
Proses pembuatan komposit batang jagung melalui beberapa tahap yaitu:
1. Limbah batang tebu di cacah dengan ukuran kecil yaitu 500 mesh.
2. Abu sekam padi di ayak agar tidak ada kotoran yang ikut tercampur saat
pembuatan spesimen.
3. Siapkan resin sebagai pengikat dari cacahan batang jagung yang di campur
dengan abu sekam padi
4. Cacahan batang tebu dan abu sekam padi di timbang sesuai dengan jumlah yang
telah di tentukan. Kemudia dibandingkan dengan volume pada tiap benda uji.
5. Masukan semua bahan ke dalam ember kemudian campurkan semua bahan dan
di aduk secara mearta.
6. Kemudian masukan bahan yang telah tercampur rata ke dalam cetakan dan
tunggu hingga mengering.
7. Pembuatan sampel uji dilakukan dengan cara trial and error yang mana
nantinya dicari sampel paling baik yang cocok untuk dilakukan pengujian.
24

3.5 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai