Anda di halaman 1dari 25

KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK BEBAN

Klarifikasi beban
i. Rumah tangga
Padanya umumnya bebannya berupa lampu untuk penerangan, alat rumah tangga seperti
pemanas air, motor pompa air dan sebagainya.

ii. Komersial
Umumnya terdiri dari penerangan untuk toko, reklame, alat-alat listrik lainnya yang
diperlukan untuk restoran. Faktor-demand biasanya berkisar antara 90-100%

iii. Industri
Untuk industry skala besar faktor demandnya dapat diambil 70-80% dan faktor bebannya
60-65%.

Ukuran kepadatan beban


Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan kebutuhan listrik untuk sesuatu
daerah. Kepadatan beban satuannya dapat berupa MVA/km2 atau KVA/m2. Beban, dalam hal ini
selalu diartikan beban puncak sebelum diversitas. Pada gambar 2.2 ini terlihat bahwa
penyambungan listrik untuk perumahan ini dipasok oleh dua gardu distribusi dan dimisalkan setiap
gardu masing-masing mencatu 4 rumah yang beban puncaknya 10 kva per rumah.

Disamping itu harus diingat bahwa setiap harinya dapat terjadi perubahan pemakaian energy
listrik. Penggunaan beban puncak dari ke-empat rumah tersebut tidak selalu bersamaan waktunya.
Dengan kata lain terjai ketidak bersamaan waktu penggunaan (non-coincedent) beban puncaknya
atau terdapat diversivikasi demand.
Daya
Daya merupakan banyaknya perubahan tenaga terhadap waktu dalam besaran tegangan dan arus.
Satuan daya adalah watt. Daya dalam watt yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat adalah
hasil kali jatuh tegangan sesaat antara beban dalam volt dengan arus sesaat yang mengalir dalam
beban type dari daya tersebut.
a. Daya sesaat
Daya sesaat dapat ditinjau dari segi komponen arus yang sefasa dengan tegangannya dan yang
berbeda fasa 90 derajat dengan tegangannya.

b. Daya semu (VA)


Daya semu untuk system fasa tunggal, sirkuit dua kawat adalah perkalian scalar arus efektif
dan beda tegangan efektifnya.
S= V . I

Untuk fasa tiga: S= 3 . V . I


c. Daya aktif (Watt)
P= V . I . cos phi

Bila beban fasa tiganya seimbang maka:


P= √3 . V . I . cosphi

Biasanya dalam studi analisa tenaga listrik, kita selalu bekerja per fasa, oleh karenanya untuk
beban fasa-tiga yang seimbang pada sirkuit fasa tiga, daya aktif per fasa 1/3 dari persamaan di
atas. Daya aktif yang dipakai atau komponen energy dari daya yang diperlukan untuk beban,
harus dipasok dari pembangkit.

d. Daya reaktif (VAR)


Komponen sesaat dari P ini disebut daya reaktif sesaat dan ini menunjukkan bahwa aliran
dayanya bolak-balik menuju beban dan meninggalkan beban.
Q= V . I . sin phi

Bila beban fasa tiganya seimbang maka: Q= √3 . Vjala . Ijala . sin phi
e. Segitiga daya

Pada gambar digambarkan segitiga daya yang terdiri dari dua beban, yang pertama beban

induktif dengan sudut fasa 1 (mengikut) yang terdiri dari P1, Q1, dan S1 yang kedua beban
1

kapasitif yang terdiri dari P2, Q2, dan S2 dengan sudut fasa 2 (mendahului). Kedua beban yang
parallel ini menghasilkan segi tiga daya dengan sisi-sisinya P1 + P2 + Q1 + Q2 dan sisi miringnya
SR. Sudut fasa antara tegangan dan arus yang diberikan oleh beban gabungan ini adalah ᵠR.

Faktor kebutuhan / demand


Faktor kebutuhan adalah perbandingan antara kebutuhan maksimum (beban puncak) terhadap total
daya tersambung.
Sebagai contoh dalam perhitungan factor kebutuhan, kita misalkan satu rumah tangga daya
tersambungnya terdiri dari: tiga buah lampu pijar dari 60 w .; sepuluh dari 40 w .; empat dari 100
w .; dan lima dari 10 w ., maka faktor kebutuhannya dihitung sebagai berikut:
Jumlah daya tersambung = (3x60) + (10x40) + (4x100) + (4x10) = 1030 w.
Misal kebutuhan maksimumnya = 650 w. selama 30 menit.
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 650
Jadi Faktor kebutuhan = = = 0,63 atau 63%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔 1030

Faktor kebutuhan dari beberapa jenis bangunan:


Perumahan sederhana 50-75%
Perumahan besar 40-65%
Kantor 60-80%
Toko sedang 40-60%
Toko serba ada 70-90%
Industri sedang 35-65%
Faktor beban (load factor)
Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-ratanya terhadap beban puncaknya dalam
periode tertentu.
Contoh: Sebuah beban kebutuhan maksimumnya 100 kw pada faktor beban 10%. Ini berarti kita
harus siap menyediakan 100 kw sepanjang waktu, meskipun yang dipakai rata-rata 10 kw atau
10%. Ini juga berarti, energy yang dihasilkan untuk beban puncak 100 kw dalam setahun juga 10%
dari energy setahunnya. Yaitu 10% x 8760 jam = 876 jam. Jadi energy yang dipakai = 876 jam x
100 kw = 87600 kwh selama setahun.
Dari contoh di atas, bila kita terapkan pada Pusat Pembangkit maka didapat:
𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇
Menurut definisi faktor beban = = x
𝑃 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑃𝑝 𝑇
Dimana: T = periode waktu
P rata = beban rata-rata dalam periode T
Pp = beban puncak yang terjadi dalam periode T pada selang waktu tertentu
(15 menit atau 30 menit)

Faktor Diversitas

Faktor diversitas adalah perbandingan antara jumlah beban puncak dari masing-masing
pelanggan dari satu kelompok pelanggan dengan beban puncak dari kelompok pelanggan tersebut.
Secara matematis, faktor diversitas(F d) dapat ditulis:

(2.20) (2.21)
dimana:
Di = adalah beban puncak (kebutuhan maks.) dari masing-masing beban i, yang terjadi tidak
pada waktu yang bersamaan.
Dk = D1+D2+D3+ ... n adalah beban puncak dari n kelompok beban
Faktor diversitas = Fd ini, nilainya lebih besar dari satu .

Dari persamaan (2.7), faktor-kebutuhan adalah:

𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Faktor kebutuhan (Fk) = (2.7)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔
Atau
Kebutuhan maksimum = Total daya tersambung x Fk (2.22)

Subtitusikan pers.(2.22) kedalam pers. (2.21), maka faktor diversitas dapat juga dinyatakan
sebagai:

Dimana: TDTi = jumlah daya tersambung dari suatu kelompok atau beban i
Fddi = faktor kebutuhan dari suatu kelompok atau beban i

Faktor kebersamaan (waktu) atau coincidence factor


Faktor kebersamaan (waktu) adalah perbandingan beban puncak (kebutuhan maks) dari suatu
kelompok pelanggan (beban) dengan beban puncak dari masing-masing pelanggan dari kelompok
tersebut.
Jadi faktor kebersamaan (Fc) adalah

(2.24)

Dari definisi di atas, dapat diketahui:

(2.25)

Contoh 1: Misalkan suatu trafo distribusi mencatu 50 pelanggan dengan daya tersambung masing-
masing rumah adalah 3 kw. Dimisalkan faktor kebutuhan dan faktor diversitasnya masing-masing
adalah 0,65 dan 1,25.
Tentukan kebutuhan maksimum dari kelompok rumah ini.
Penyelesaian:
Faktor diversitas menurut pers (2.23) adalah:

Jadi :
Contoh 2: Misalkan sebuah trafo di gardu induk mencatu 5 buah penyulang tegangan menengah.
Kebutuhan maksimum tahunan dari kelima penyulang tersebut, berikut dengan masing-masing
faktor daya pada beban puncak tahunnya adalah sebagai berikut:

Dimisalkan pula, faktor diversitas kelima penyulang ini adalah 1,25 baik daya aktif maupun daya
reaktifnya.
Hitunglah beban (kebutuhan) maksimum tahunan dari gardu induk ini, baik dalam kilo Watt
maupun kilo Volt Ampere.
Dari data beban di atas terlebih dahulu dihitung kebutuhan maksimum dari setiap penyulangnya.
Hasilnya adalah sebagai berikut:

𝛴 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 40550


Faktor diversitas = 1,25 = =
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘

Jadi beban maks kelompok = Beban maks gardu induk = 40550kw / 1,25 = 32440 KW
Beban max gardu induk dalam kva = 46391,1 / 1,25 = 37112,9 KVA

Contoh 3: Suatu gardu distribusi memasok beban dalam sehari sebagai berikut:

Beban A: Kelompok rumah tangga


antara pukul 00:00 s/d 08:00 = 30 kw
antara pukul 08:00 s/d 12:00 = 50 kw
antara pukul 12:00 s/d 18:00 = 80 kw
antara pukul 18:00 s/d 22:00 = 150 kw
antara pukul 22:00 s/d 00:00 = 30 kw

Beban B : Kelompok industry


antara pukul 08:00 s/d 14:00 = 220 kw

Beban C : Kelompok usaha


antara pukul 15:00 s/d 22:00 = 10 kw

a. Tentukan faktor beban harian dari gardu ini.


b. Tentukan faktor diversitas dari aneka macam beban ini dan berapa besar kapasitas (dalam kva)
transformator dari gardu ini dengan anggapan faktor daya dari beban-beban ini adalah 0,8
induktif.

Penyelesaian:
Dari data tersebut diatas dapat disusun, beban total, kwh dalam sehari dari gardu tersebut.
Beban dari gardu dihitung sebagai berikut:
Waktu Beban (kw) Beban total (kw) Kwh dalam sehari
00:00 – 08:00 30 30 8x30 = 240
08:00 – 12:00 220+50 270 4x270 = 1080
12:00 – 14:00 220+80 300 (max) 2x300 = 600
14:00 – 15:00 80 80 1x80 = 80
15:00 – 18:00 80+10 90 3x90 = 270
18:00 – 22:00 150+10 160 4x160 = 640
22:00 – 00:00 30 30 2x30 = 60
Jumlah kwh dalam sehari = 2970

a. Faktor beban
Sesuai dengan definisi; Fb= beban rata-rata dalam periode tertentu dibagi beban maximum
dalam periode tersebut, atau:
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇 𝑘𝑤ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑇
𝐹𝑏 = x =
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑇 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝑇
Dalam hal ini kwh yang dibangkitkan (T=dalam sehari)= 2970 kwh, maka faktor beban
2970
hariannya = 300𝑥24 = 0,4125 atau 41,25%

b. Faktor diversitas
Demand maximum dari tiap kelompok beban adalah sebagai berikut:
Beban A → 150 kw
Beban B → 220 kw
Beban C → 10 kw

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑠.𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘


Faktor diversitas =
𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑥.𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘

(150+220+10)𝑘𝑤
Jadi faktor diversitas = Fd = = 1,2
300 𝑘𝑤

Besar kapasitas trafo di gardu = 300 kw / 0,8 = 375 KVA

Contoh 4: Daya (beban) tersambung: sebesar 20000 KVA yang dipasok oleh sebuah gardu
yang daya terpasangnya 5000 KVA. Keluaran (output) tahunan dari gardu ini adalah
sebagai berikut:
Lamanya dalam jam 4380 2190 1460 730
Beban dalam KVA 1000 2000 3000 5000
Faktor daya 0,5 0,8 0,95 0,9

Hitunglah: (a) faktor beban dan (b) faktor diversitas dari gardu ini
Penyelesaian:
Beban selama 4380 jam adalah = 1000x0,5 = 500 kw
Beban selama 2190 jam adalah = 2000x0,8 = 1600 kw
Beban selama 1460 jam adalah = 3000x0,95 = 2850 kw
Beban selama 730 jam adalah = 5000x0,9 =4500 kw
Jadi beban puncaknya adalah 4500 kw
Jumlah kwh yang disalurkan dalam setahun = (500x4380) + (1600x2190) + (2850x1460)
+ (4500x730) = 11960x103 kwh
11960x103 kwh
a) Faktor beban = Fb = = 0,3033 atau 30,33%
4500𝑥8760 𝑘𝑤ℎ

Jumlah beban maksimum dari beban−beban


b) Faktor diversitas (Fd) =
kapasitas terpasang gardu
1000+2000+3000+5000
= = 2,2
5000

Faktor rugi (loss factor)


Faktor rugi adalah perbandingan antara rugi daya rata-rata dengan rugi daya pada beban puncak,
selama periode waktu tertentu.

Contoh: Misalkan suatu penyulang yang mencatu gardu distribusi beban puncaknya 3000 KVA
dan rugi tembaganya pada beban ini 0,5%
Tentukan:
a) Rugi tembaga per fasa dari penyulang ini dalam KW
b) Rugi tembaga total dari penyulang per 3 fasa

Penyelesaian
a) Rugi tembaga per fasa dari penyulang = (I2 R) = 0,5% x beban puncak
= 0,005x3000 KVA
= 15 KW
b) Rugi tembaga total dari penyulang per 3 fasa = 3 (I2 R) = 3x15 = 45 KW

Kurva Beban dan Beban Puncak


Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan kebutuhan listrik.
Sesuatu daerah kepadatan beban satuannya dapat berupa MVA/km2 atau KVA/m2
umumnya satuan yang dipakai adalah MVA/km2.
Beban puncak (kebutuhan maksimum) didefenisikan sebagai beban (kebutuhan)
terbesar/tertinggi yang terjadi selama periode tertentu.
Periode tertentu dapat berupa sehari, sebulan maupun dalam setahun. Perode harian,
yaitu variasi pembebanan trafo distribusi selama sehari. Selanjutnya beban puncak harus
diartikan beban rata – rata selama selang waktu tertentu, dimana kemungkinan terjadinya
beban tersebut. Contoh, beban harian dari transformator distribusi di mana beban
puncaknya selama selang waktu 1 jam, yaitu antara pukul 19.00 (titik A) dan pukul 20.00
(titikB). Nilai rata – rata kurva A – B, merupakan kebutuhan puncaknya (kebutuhan
maksimum).
Perlu diingatkan disini bahwa kebutuhan puncak (kebutuhan max) bukan merupakan
nilai sesaat, tetapi nilai rata – rata selama selang waktu tertentu, biasanya selang waktu
tertentu tersebut adalah 15 menit, 30 menit atau satu jam.

1. Kurva Beban
Kurva beban menggambarkan variasi perbebanan terhadap suatu gardu yang diukur
dengan KW, Ampere atau KVA Sebagai fungsi dari waktu. Interval waktu pengukuran
biasanya ditentukan berdasarkan pada penggunaan hasil pengukuran, misal : interval
waktu 30 menit atau 60 menit sangat berguna dalam penentuan kapasitas rangkaian.
Biasanya beban diukur untuk interval waktu 15 menit, 30 menit, satu hari atau 1 minggu.
Kurva Beban menunjukkan permintaan (demand) atau kebutuhan tenaga pada interval
waktu yang berlain-lainan. Dengan bantuan kurva beban kita dapat menentukan besaran
dari beban-terbesar dan selanjutnya kapasitas pembangkit dapat ditentukan juga.

a.)
Pukul 5 pagi beban mulai menanjak dan mencapai maksimum kira-kira pada pukul 8 pagi, waktu
semua mesin industri beroperasi. Hal seperti itu akan konslan sampai menjelang habis waktu
kerja, tetapi menurun pada waktu istirahat siang. Sehabis istirahat siang akan naik lagi dan akan
menurun sekitar jam 4-5 sore.

b.)
Beban tranportasi kota akan tinggi kira-kira pada jam 9 pagi. Akan berkurang pada jam
12 siang dan akan naik lagi sampai kira-kira jam 5 sore.
c.)
Beban untuk penerangan kota akan konstan dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi.

d.)
Beban rumah tangga akan maksimum pada jam 6 sore sampai kira-kira jam 12.00
malam dan akan menurun sesudah jam 12 malam.

2. Beban Puncak
Kepadatan beban selalu dipakai sebagai ukuran dalam menentukan kebutuhan listrik.
Sesuatu daerah kepadatan beban satuannya dapat berupa MVA/km2 atau KVA/m2
umumnya satuan yang dipakai adalah MVA/km2.
Beban puncak (kebutuhan maksimum) didefenisikan sebagai beban (kebutuhan)
terbesar/tertinggi yang terjadi selama periode tertentu.
Periode tertentu dapat berupa sehari, sebulan maupun dalam setahun. Perode harian,
yaitu variasi pembebanan trafo distribusi selama sehari. Selanjutnya beban puncak harus
diartikan beban rata – rata selama selang waktu tertentu, dimana kemungkinan terjadinya
beban tersebut. Contoh, beban harian dari transformator distribusi di mana beban
puncaknya selama selang waktu 1 jam, yaitu antara pukul 19.00 (titik A) dan pukul 20.00
(titik B). Nilai rata – rata kurva A – B, merupakan kebutuhan puncaknya (kebutuhan
maksimum).
Perlu diingatkan disini bahwa kebutuhan puncak (kebutuhan max) bukan merupakan
nilai sesaat, tetapi nilai rata – rata selama selang waktu tertentu, biasanya selang waktu
tertentu tersebut adalah 15 menit, 30 menit atau satu jam.
PRAKIRAAN BEBAN DAN ENERGI

Peranan suatu prakiraan


Dalam kegiatan perencanaan, prakiraan beban merupakan awal dari kegiatan dari proses
perencanaan. Dengan prakiraan beban ini, dapatlah diperkirakan pada tahun sekian perlu dibangun
suatu pembangkit dengan unit terpasang yang tertentu pada suatu daerah tertentu atau penambahan
kapasitas dari pusat-pusat pembangkit yang ada. Akibat ini, diperlukan penyediaan biaya modal
menurut suatu jadwal tertentu, sesuai dengan perkembangan dimasa mendatang, yang diperkirakan
terjadi. Perencanaan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, transmisi dan distribusi tenaga listrik
disebut juga perencanaan system tenaga listrik (system planning). Dipihak lain dari hasil prakiraan
kebutuhan listrik akan memberikan bahan untuk menetapkan harga energy listrik (tariff listrik)
maupun biaya pembangunan fasilitas penyediaan tenaga listrik. Dari uraian diatas, maka jelaslah
bahwa “prakiraan kebutuhan energy listrik dan beban tenaga listrik”, diperlukan agar didapat
optimalisasi penyalahgunaan, dalam proses perencanaan tenaga listrik maupun operasi
pengusahaan tenaga listrik

Pembuatan prakiraan beban


Langkah-langkah utama dari semua metode pembuatan prakiraan beban pada umumnya terdiri
dari:
1. Mengumpulkan data analistik atau data historis.
2. Mengadakan analisa atas data statistic tersebut sebagai bahan asumsi ataupun sasaran yang
akan digunakan dalam perhitungan (analisa terhadap faktor-faktor ekonomi, demographic dan
iklim yang mempengaruhi pertumbuhan beban di masa mendatang).
3. Meng-extrapolasi pengaruh faktor-faktor tersebut untuk masa mendatang dan menentukan
derajat ketidakpastiannya dalam setiap extrapolasinya.
4. Membuat perhitungan prakiraan dengan beberapa alternative atau scenario dengan
mempertimbangkan efek dari faktor-faktor ekstrapolasi yang dipakai, dalam periode waktu
yang dipilih.
5. Mengadakan check ataupun test perbandingan (sensitivity test) dan memilih yang paling
memungkinkan (most probable).
6. Mengadakan tinjauan kembali dan perbaikan (review) secara periodic (misalnya triwulan,
tahunan) dengan membandingkan angka-angka realisasinya.

Seperti diketahui, dalam menyalurkan dan mendistribusikan sampai pada titik pelanggan, terdapat
kehilangan teknis (losses) pada jaringan transmisi dan distribusi.
Oleh karena itu, bila:
Pd = energy/power yang didistribusikan
D = demand/kebutuhan energy
L = kehilangan (losses)
Maka Pd = D + L
Bila P = jumlah energy yang diproduksikan dan Pu = pemakaian sendiri (plant use) maka:
P = Pd + Pu
P = (100+Pu)
Dimana Pu/Pd = pu, maka beban puncak (peak-load) dapat dihitung dari persamaan
Produksi energi P
Pp = =
Fb x 8760 Fb x 8760
Fb = faktor beban

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas hubungan antara energy yang diproduksi dengan
energy yang didistribusikan dan kehilangan energy dapat dilihat pada gambar
Beberapa metodologi pembuatan prakiraan
a. Metode intuitif
1. Survei diantara para ahli
2. Diskusi panel: Dalam suatu pendekatan panel, sekelompok ahli saling berdiskusi pada satu
meja dan secara bersama-sama menelorkan suatu prakiraan.
3. Mengkhayal (Brainstorming): Ini merupakan modifikasi dari cara pendekatan diskusi
panel conservative. Dalam mengkhayal, suasana pertemuan harus dilakukan secara bebas
tanpa suatu larangan, sehingga setiap anggota dapat mengemukakan pendapatnya secara
bebas.
4. Teknik Delphi: suatu metoda untuk memperoleh pendapat dari suatu kelompok besar
tenaga ahli secara sistematis dan diselenggarakan perbabak.

b. Studi kecendrungan sistematik


1. Ekstrapolasi kecenderungan
Dalam metode ekstrapolasi kecenderungan, angka-angka dari masa lampau dicatat sebagai
fungsi dari waktu, untuk mendapatkan semacam lengkung rata-rata, dan kemudian
menyambung/meneruskan lengkung itu untuk masa mendatang. Jika misalnya dicatat
pemakaian energy E selama sekian tahun yang lalu sebagai fungsi dan waktu, dan bila
pertumbuhan daripada E lebih besar bila E merupakan fungsi linier maka secara matematis
lengkungnya dinyatakan:
2. Korelasi kecenderungan
Metoda ini berdasarkan pada jumlah energy yang diperlukan di masa mendatang dikaitkan
dengan perkembangan ekonomi pada umumnya.

3. Teknik Subtitusi
Model subtitusi Fisher dan Pry dilandaskan pemikiran sebagai berikut:
- Banyak kemajuan teknologi dapat dianggap sebagai saingan pengganti dari suatu teknologi
yang ada, dengan teknologi yang baru ini dipenuhi juga kebutuhan yang sama
- Bila penggantian ini bergerak beberapa prosen dari seluruh pemakaian maka proses ini akan
berlangsung sampai selesai
- Tingkat fraksi subtitusi dan teknologi baru terhadap teknologi lama, berbanding lurus dengan
jumlah sisa dari teknologi lama yang masih harus berganti

Secara matematis hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut:


c. Kurva pertumbuhan
1. Kurva Pearl
Merupakan salah satu kurva yang umum digunakan bagi penggambaran suatu
pertumbuhan. Persamaan kurva Pearl-Reed diberikan secara umum sebagai berikut:

2. Kurva pertumbuhan Gompertz


Kurva pertumbuhan lainnya ialah kurva Gompretz, gambar tersebut, yang acap kali
digunakan dalam teknik peramalan. Persamaan kurva Gompretz ditentukan sebagai
berikut:

y = a bcx
dimana:
a = asimtot atau batas dari trend pertumbuhan
b = jarak antara y dimana x=0 dengan asimtot atas
c = ratio selisih-selisih pertama secara berturut-turut
Bila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk logaritma, maka akan diperoleh:
log y = log a + (log b) c x
Secara teoritis , bila jumlah observasi data subperiode ialah sebesar n, maka nilai-nilai
konstanta c, log b, dan log a dapat dihitung dari 3 buah persamaan di bawah ini:

Dimana: n = jumlah tahun dalam tiap periode


STRUKTUR JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

Struktur jaringan yang berkembang di suatu daerah merupakan kompromi antara alasan-alasan
teknis di satu pihak dan ekonomis di lain pihak. Dari segi keandalan yang ingin dicapai ada 2
pilihan struktur jaringan:
- Jaringan dengan satu sumber pengisian: cara penyaluran ini merupakan yang paling sederhana.
Gangguan yang timbul akan mengakibatkan pemadaman.
- Jaringan dengan beberapa sumber pengisian: keandalannya lebih tinggi. Dilihat dari segi
ekonomi investasinya lebih mahal karena menggunakan perlengkapan penyaluran yang lebih
banyak. Pemadaman akibat gangguan dapat ditiadakan atau setidak-setidaknya dapat
dikurangi.

Selain itu struktur jaringan juga ditentukan oleh aspek-aspek lainnya seperti:
- Aspek pentanahan netral system:
a. Netral diisolasikan (ungrounded) atau system dengan netral tidak ditanahkan, misalnya
JTM lam di Jakarta (6,7 dan 12 kV)
b. Netral ditanahkan (grounded):
1. Melalui tanahan (resistance grounding) contohnya JTM 20 kV di Jakarta (low-
resistance grounding)
2. Melalui impedansi (impedance grounding)
3. Secara langsung (solidly grounding): JTM Jawa Tengah (20 kV) yang disebut sebagai
solid-multi grounded system, dan juga pada JTR
4. Dengan kumparan Peterson: tidak lazim digunakan untuk Jaringan Tegangan
Menengah (JTM)
- Aspek macam jaringan/saluran yang akan digunakan; dengan saluran udara atau saluran bawah
tanah
- Aspek jumlah fasa saluran:
a. Saluran fasa tunggal
b. Saluran fasa tiga:
1. Saluran fasa-tiga dengan tiga kawat
2. Saluran fasa-tiga dengan empat kawat
3. Saluran fasa-tiga dengan satu kawat tanah

Pola dasar struktur jaringan tegangan menengah

Secara umum dapat dikatakan bahwa ada tiga cikal bakal dari struktur jaringan yaitu: (1) Radial,
(2) Lingkaran (loop) dan (3) Anyaman (Mesh atau Grid)
1. Radial
Jaringan radial adalah bentuk jaringan yang paling sederhana yang menghubungkan beban-
beban ke titik sumber, biayanya relative murah. Pada struktur radial ini, tidak ada alternative
pasokan, oleh sebab itu tingkat keandalannya relative rendah.
Spindle
Pada system radial salah satu cara untuk meningkatkan keandalan ialah membuat semua
penyulang yang keluar dari Gardu Induk menuju kesatu titik pertemuan sehingga membentuk
suatu lingkaran yang terbuka pada titik pertemuan tersebut dengan kata lain semua penyulang
ini sudah direncanakan berakhir di suatu titik yang disebut titik refleksi. Titik refleksi ini dalam
praktek merupakan Gardu-Hubung.
Pada struktur spindle ini selalu ada penyulang cadangan khusus yang lebih dikenal dengan
sebutan penyulang ekspres. Penyulang ekspres ini tidak mencatu gardu-gardu distribusi,
tetapi merupakan penyulang penghubung antara Gardu Induk dengan Gardu Hubung dan
dimaksud untuk menjaga kelangsungan pemasokan tenaga listrik pada pelanggan-pelanggan,
bila terjadi gangguan pada suatu penyulang yang memasok gardu-gardu distribusi. Bila
kemampuan nominal dari satu penyulang sama dengan P, n adalah banyaknya penyulangnya,
maka jumlah penyulang yang akan mencatu gardu-gardu distribusi adalah (n-1), dan batas
kemampuan yang diperbolehkan dari penyulang ini adalah:
(n−1)P (n−1)
dimana disebut koefisien penggunaan
𝑛 𝑛
Selain struktur spindle, terdapat juga Struktur Mayang yang merupakan modifikasi dari
struktur Spindle. Struktur ini terutama ditujukan untuk kepadatan beban yang
perkembangannya cukup tinggi di sepanjang jalan yang arealnya tidak melebar. Pada
struktur ini juga, penyulang ekspresnya merupakan titik balik atau titik pemantulan dari
penyulang-penyulang yang mencatu gardu-gardu distribusi, sedangkan pada struktur
spindle GH lah yang merupakan titik pemantulannya.
2. Struktur Gelang
Pada jaringan tegangan menengah struktur Gelang, lihat gambar, dimungkinkan alternative
pemasokan dari gardu-gardu distribusi, sehingga demikian tingkat keandalannya relative lebih
baik. Bila terjadi gangguan pada jaring primernya, maka pemutus beban yang ada di GI akan
membuka dna ini menyebabkan semua gardu distribusi akan mengalami pemadaman. Semua
sirkuit dari penyulang primer ini biasanya diambil sama dan perlu didesain agar tidak akan
berbeban lebih bila satu sirkuitnya tidak berfungsi.
3. Anyaman (mesh/grid)
Jaringan anyaman merupakan jaringan yang strukturnya komplek, dimana kelangsungan
penyaluran dan kualitas pelayanan sangat diutamakan. Struktur anyaman ini umumnya dipakai
pada jaringan tegangan rendah yang kepadatan bebannya cukup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai