PENGELASAN LOGAM
NIM : 1611001
KELOMPOK : 01
2017
Laporan Pengelasan Logam
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
NAMA : MAS’UD LA ULA
NIM : 16.11.001
JURUSAN : TEKNIK MESIN S-1
FAKULTAS : TEKNOLOGI INDUSTRI (FTI)
KELOMPOK : 01
PERIODE : 2017/2018
TAHUN : 2017
NILAI : ……… (………)
i
Laporan Pengelasan Logam
LEMBAR PERNYATAAN
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mas’ud La ula
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Cumi-cumi, RT 008, RW 003, Namosain Kec.
Alak, Kab. Kupang, Nusa Tenggara Timur
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya cipta yang saya mohonkan :
Berupa : Karya Tulis
Berjudul : Laporan Praktikum Pengelasan Logam
2. Karya Cipta saya yang pada angka 1 tersebut di atas : tidak pernah dan tidak
sedang dalam seng sesuai denganketa Pidana dan atau Perdata di Peradilan
3. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2
tersebut di atas saya / kami langgar, maka saya/kami bersedia secara
sukarela bahwa :
a. Permohonan karya cipta yang saya ajukan dianggap ditarik kembali;
atau
b. Karya Cipta yang telah tedaftar dalam Daftar Umum Ciptaan
Direktorat Hak Cipta, Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual,
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I dihapuskan sesuai
dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
(Mas’ud La ula)
ii
Laporan Pengelasan Logam
RINGKASAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk Mengetahui proses Mengoprasikan alat
las, perbedaan pengelasan Listrik dan Oksi Asetilen serta mendapatkan
pengalaman praktik dalam proses produksi melalui proses pengelasan logam.
Pengelasan menggunakan las busur listrik SMAW (Shielded metal arc
Welding) dan oksi-asetilen (Oxyacetylin welding). Hal yang dilakukan
pertama kali adalah melakukan percobaan pada 2 buah plat yang kemudian
disambungkan dengan masing-masing jenis pengelasan. Las listrik
mengunakan arus antara 70-80 A, menyambungkan 2 buah plat dengan
elektroda ukuran 2mm sedangkan untuk pengelasan oksi-asetelin
menyambungkan 2 buah plat yang lebih tipis. Setelah selesai pada percobaan
tersebut kemudian berlanjut pada praktik benda kerja yaitu sebuah kursi taman
yang dilakukan secara bergiliran.
iii
Laporan Pengelasan Logam
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Pengelasan Logam ini dengan baik.
Laporan Pengelasan Logam ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin S-1 Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional Malang. Dalam pelaksanaan praktikum hingga proses
penyusunan laporan, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Ir. H. Basuki Widodo, MT. sebagai Kepala Laboratorium
Pengelasan.
2. Bapak Ir. Soeparno Djiwo, MT. Selaku dosen pembimbing praktikum
pengelasan logam.
3. Segenap staf dan karyawan Laboratorium Pengelasan dengan penuh
kesabaran membimbing kami semua untuk melaksanakan praktikum
hingga mendapat hasil yang maksimal.
4. Rekan–rekan yang telah banyak membantu mulai dari proses
penyusunan laporan ini hingga selesai.
Kami selalu menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan guna memperbaiki penyusunan laporan pada masa yang akan
datang. Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Penulis
iv
Laporan Pengelasan Logam
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................ii
RINGKASAN...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktikum2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Metodologi 3
1.4.1 Metode pustaka.......................................................................................3
1.4.2 Metode lapangan.....................................................................................3
1.4.3 Metode Interview....................................................................................3
BAB II................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.........................................................................................4
2.1 Penjelasan Umum Pengelasan 4
2.2 Klasifikasi Pengelasan 5
2.3 Las Busur Listrik SMAW 5
2.3.1 Prinsip Kerja...........................................................................................5
2.3.2 Peralatan SMAW.....................................................................................6
2.3.3 Posisi Pengelasan SMAW.....................................................................17
2.3.4 Keselamatan Kerja SMAW...................................................................19
2.4 Las Oksi-Asetilen 20
2.4.1 Prinsip Kerja.........................................................................................21
2.4.3 Nyala Api Oksi-Asetilen.......................................................................25
2.4.4 Posisi Pengelasan Oksi-Asetilen...........................................................28
2.4.5 Keselamatan Kerja Las Oksi-Asetilen..................................................29
BAB III.............................................................................................................30
PRAKTIKUM PENGELASAN.....................................................................30
v
Laporan Pengelasan Logam
BAB IV.............................................................................................................39
PENUTUP........................................................................................................39
4.1 Kesimpulan 39
4.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................41
LAMPIRAN.....................................................................................................42
CV..........................................................................................................................42
DOKUMENTASI..................................................................................................43
vi
Laporan Pengelasan Logam
DAFTAR GAMBAR
vii
Laporan Pengelasan Logam
DAFTAR TABEL
viii
Laporan Pengelasan Logam
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Pengelasan Logam
umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang
dilas. Maka dari itu praktikan diharapkan dapat menguasai teknik pengelasan dan
dapat menghasilkan hasil pengelasan yang baik dan berkualitas. Praktikum
pengelasan yang dilakukan di Laboratorium Pengelasan ITN Malang berlangsung
selama satu hari dengan tahapan dua kategori tentang yaitu pengelasan dengan cara
lurus, serta menyambungkan kedua plat yang telah disediakan oleh pihak
kampus/kepala lab. pengelasan ITN Malang. Penilaian yang diambil ialah cara
mengelas yang lurus kemudian dengan kerapian hasil pengelasan. Dan juga
bagaimana cara posisi elektroda, brander, dan filler rod dengan sudut berapa
mahasiswa dituntut untuk dapat menguasi secara maksimal dengan adanya praktikum
ini, sehingga mahasiswa tidak menghayal tentang apa yang dimaksud dengan
pengelasan seperti pada saat menerima teori.
2
Laporan Pengelasan Logam
1.4 Metodologi
Dalam melakukan penulisan laporan ini penulisan menggunakan berbagai
metode dengan tujuan untuk memberikan hasil laporan yang baik sehingga
memberikan manfaat, metode-metode tersebut diantaranya:
1.4.1 Metode pustaka
Metode pustaka ini merupakan atas dasar studi literatur, baik dari buku-buku
yang bersifat ilmiah serta referensi yang mendukung permasalahan yang
dibahas.
1.4.2 Metode lapangan
Penulisan langsung terjun kelapangan, dalam melakukan praktikum pengelasan
serta mengevaluasikan dengan teori-teori yang didapatkan di bangku kuliah.
1.4.3 Metode Interview
Metode ini diterapkan dengan melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing
atau asisten lab demi kelancaran proses pembuatan laporan ini.
3
Laporan Pengelasan Logam
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Laporan Pengelasan Logam
5
Laporan Pengelasan Logam
terjadinya busur. Pembentukan busur tersebut ditunjukkan seperti pada gambar berikut
ini:
Gambar 2.1. Busur Listrik Las SMAW
(Sumber: http://teknikmesin.org/las-busur-listrik/)
2.3.2 Peralatan SMAW
Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok:
1. Alat utama
2. Alat bantu, dan
3. Alat keselamatan kerja
Gambar 2.2. Peralatan Las Listrik
(Sumber: http://secarikilmu.blogspot.co.id/2009/03/)
6
Laporan Pengelasan Logam
Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya harus sesuai SOP yang
berlaku, yaitu:
7
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: http://www.spectrumweldingsupplies.co.uk/portfolio-view/lincoln-electric-
ranger-305d-diesel-welder-generator-with-ln-25-mig-welding-setup/)
Memilih besar arus listrik
Besar arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan
macam-macam elektroda las. Kebutuhan arus terhadap diameter dan macam
elektroda las ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Besar arus dalam ampere dan diameter (mm)
(Sumber:https://www.academia.edu/9326458/SHIELD_METAL_ART_WELD
ING_SMAW_LAS_LISTRIK)
8
Laporan Pengelasan Logam
Pemegang elektroda
Perlengkapan ini berfungsi untuk menjepit atau memegang elektroda.
Pada bagian tangkainya dilengkapi dengan elektroda agar dapat dipegang
dengan aman pada waktu bekerja. Alat ini harus memenuhi syarat diantaranya
tidak mudah panas, ringan, dan isolator cukup aman bagi sipemakai.
(Dokumentasi pribadi)
9
Laporan Pengelasan Logam
Penjepit massa
Bagian logam yang akan di las berfungsi sebagai kutub negatif (masa).
Alat ini dapat langsung dijepitkan pada logam yang akan dikerjakan atau dapat
juga dijepitkan pada meja kerja (masa besi). Kontak dengan masa ini harus baik
agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik pula. Kontak yang tidak baik akan
menimbulkan panas yang berarti penggunaan tanaga untuk menghasilkan bunga
api yang sesuai.
Gambar 2.5. Penjepit Massa
(Dokumentasi pribadi)
1) Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi
yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak
mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan.
Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan
dilakukan di meja las.
2) Palu terak
10
Laporan Pengelasan Logam
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan.
Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil
pengelasan maupun pada base metalnya. Karena luka bekas pukulan adalah
merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya
dan kondisinya. Apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan
menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada
tempatnya secara rapi.
Gambar 2.6.Palu terak
(Sumber: http://greenzone42arm.blogspot.co.id/2014/02/welding-1_10.html)
3) Gerinda duduk
Gerinda duduk berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las
berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu
dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di
sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. Gerinda duduk
ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang
memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat
pengelasan tadi.
Gambar 2.7.Gerinda duduk
(Sumber: https://asyraafahmadi.com/2017/08/05/bench-tools/)
4) Sikat baja
11
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: https://depomatrial.wordpress.com/produk/cat-berbagai-macam/sikat-baja/)
5) Ragum
Ragum digunakan untuk memegang benda kerja saat dilakukan
pemotongan bahan yang akan digunakan.
Gambar 2.9.Ragum
(Sumber: https://artikel.pricearea.com/ragum/)
12
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: https://www.academia.edu/8717102/las_listrik)
3. Alat Keselamatan Kerja Las
Alat keselamatan kerja las, antara lain:
Helm las (topeng las)
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las
(sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las.
Apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-
sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi
dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan
debu pengelasan. Asap las dan debu ini akan mengganggu pernapasan dan dapat
mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan) serta ginjal.
13
Laporan Pengelasan Logam
(Dokumentasi pribadi)
Kaca las
Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar
ultra violet, dan infra red. Nyala-nyala ini akan mampu merusak penglihatan
mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Pemilihan kaca las
disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan yang digunakan juru las
(lihat tabel) pada buku-buku referensi pengelasan. Contohnya adalah untuk
pengelasan sampai 150 ampere menggunakan kaca las NO 10.
(Sumber:https://www.academia.edu/9326458/SHIELD_METAL_ART_WELD
ING_SMAW_LAS_LISTRIK)
14
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: https://www.academia.edu/8717102/las_listrik)
(Dokumentasi pribadi)
15
Laporan Pengelasan Logam
Baju kerja
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam
bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori
pakaiannya. Di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru las
memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. Pakaian kerja
dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. Pakaian kerja jurulas dibuat
lengan panjang dan bercelana panjang.
(Sumber: http://www.pengelasan.net/alat-keselamatan-kerja-las/)
Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik,
panas lasan, dan benda-benda yang tajam.
Gambar 2.15.Sarung tangan
(Dokumentasi pribadi)
16
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: https://belisafetyfootwear.wordpress.com/page/2/)
2.3.3 Posisi Pengelasan SMAW
Posisi mengelas didasarkan pada kampuh-kampuh atau model sambungan
benda kerja yang akan di las. Ada 4 posisi dalam ilmu pengelasan.
17
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber:https://www.academia.edu/9326458/SHIELD_METAL_ART_WELD
ING_SMAW_LAS_LISTRIK)
Posisi mengelas dibawah tangan Mengelas dengan cara posisi benda kerja yang
ingin di las pada posisi dibawah tangan. Bagian benda kerja yang akan dilas
merupakan bagian permukaan yang rata (datar) atau agak miring dengan eloktroda las
(busur nyala). Pengelasn dengan cara ini dilakukan dengan mengatur kemiringan
elektroda las 10˚-20˚ terhadap garis vertical, dan 70˚-80˚ terhadap benda kerja yang
akan dilas.
Pada Posisi pengelasan vertical, benda kerja yang akan dilas letaknya vertikal
dengan posisi welder. Pengelasan dengan posisi vertical merupakan pengelasan yang
18
Laporan Pengelasan Logam
sulit dilakukan, karena eloktroda yang mencair mengalir jatuh kebawah dan sering
melekat atau menumpuk dibagian bawah benda kerja. Untuk menghindari jatuhnya
elektroda cair kebawah, maka padat dilakukan dengan cara memiringkan posisi
elektroda sekitar 10º-15º dari garis vertical dan 10º-15º dari garis horizontal.
(Sumber: https://www.academia.edu/8717102/las_listrik)
(Sumber: https://www.academia.edu/8717102/las_listrik)
d. Posisi Mengelas Di Atas Kepala (Over Head Position)
19
Laporan Pengelasan Logam
Posisi benda kerja terletak di atas kepala welder (45º kebawah). Pengelasan
dengan posisi ini termasuk pengelasan yang rumit dilakukan dan paling berbahaya,
karena arah lelehan logam cair melawan arah gravitasi. Jika keterampilan kurang
memadai, tidak menutup kemungkinan welder akan tertimpa tetesan logam cair. Oleh
karena itu mengelas dengan posisi ini hendaknya dilengkapi dengan pelindung badan
lengkap dan sarung tangan untuk memperkecil resiko yang akan terjadi.
20
Laporan Pengelasan Logam
MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air.
Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor.
Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah:
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen.
Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak
berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk
memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350 o C),
dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai
hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini
kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas
asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen
dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung
gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi
100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan
pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen.
Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.
21
Laporan Pengelasan Logam
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak
boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan
(silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi
bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak
tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam
bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat
berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas
yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas
Oksigen, asetilen atau gas lainnya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung
itu.
2. Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup.
Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen,
22
Laporan Pengelasan Logam
katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen,
katup ini terbuat dari material baja.
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
1. Regulator
23
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penurun Tekanan, di pasang pada
katub tabung dengan tujuannya untuk mengurangi atau menurunkan tekanan hingga
mencapai tekanan kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan
besarnya tekananan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika
tekanan dalam tabung menurun, tekanan kerja harus di pertahankan tetap oleh
regulator.
Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup
pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat
pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.
4. Selang Gas
Gambar 2.22 Selang gas
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan
selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan
tekanan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan
berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagaimana membedakan
selang Oksigen dan selang Asetilen maka cukup memperhatikan kode warna pada
selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang perbedaan warna
untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam selang.
5. Torch
24
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
1. Nyala Karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
25
Laporan Pengelasan Logam
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
2. Nyala Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar
satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan
kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini
berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500oC tercapai
pada ujung nyala kerucut.
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
3. Nyala Oksidasi
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan
nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah
menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau
dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus
digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak
dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Karena sifatnya yang dapat merubah
26
Laporan Pengelasan Logam
komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih
tidak dapat digunakan untuk mengelas baja. Suhu pada ujung kerucut dalam
kira-kira 3000oC dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500oC.
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
27
Laporan Pengelasan Logam
Tabel 2.4. Kegunaan las oksi asetilin menurut ketebalan benda kerja
(Sumber: http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-
asetilin.html)
28
Laporan Pengelasan Logam
sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah
lurus.
29
Laporan Pengelasan Logam
30
Laporan Pengelasan Logam
BAB III
PRAKTIKUM PENGELASAN
31
Laporan Pengelasan Logam
posisi sedikit miring. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan sambungan manik
las yang baik.
8. Untuk mengakhiri penggunaan las, turunkan besaran arus pada inventer sampai
angka teredah, lalu tekan tanda power untuk mematikan inventer.
9. Angkat benda kerja hasil las dengan menggunakan tang, lalu masukkan ke dalam
air yang telah disediakan untuk pendinginan cepat.
10. Lakukan pemukulan dengan palu pada benda kerja untuk memisahkan hasil las
dengan terak lalu bersihkan terak tersebut.
11. Bila dirasa hasil las sudah dirasa baik, maka proses pengelasan selesai dan kemasi
seluruh peralatan kerja. Namun bila belum, lakukan pembersihan benda kerja dan
garisi kembali kemudian lakukan prosedur dari awal kembali.
32
Laporan Pengelasan Logam
Keterangan:
Berdasarkan hasil las yang telah dicapai penulis, dapat dikatakan las tidak
seutuhnya jadi dikarenakan ini menjadi permulaan penulis mengelas. Dalam analisa
ini, penulis mengalami kendala dalam menentukan jenis cacat-cacat las karena analisa
hanya dengan menggunakan visual belaka. Jadi, secara garis besar penulis
menghubungkan kegagalan atau cacat las dengan kekurangan keahlian penulis dalam
mengelas. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan akan dihubungkan dengan teori
penyebab cacat-cacat las. Berikut ini adalah uraiannya:
Akibat dari cacat las ini adalah buruk rupa dan mengawali karat permukaan.
Cara penanggulangannya yakni cukup dengan dichip / pahat saja atau dikikir kasar,
namun tidak boleh digerinda karena akan memakan permukaan base metalnya.
2. Overlap
33
Laporan Pengelasan Logam
Cacat ini merupakan kelebihan logam las pada bagian tepi yang menempel logam
dasar dan tidak terjadi perpaduan antara logam las.
Hal ini dapat terjadi karena:
a. Kecepatan pengelasan yang terlalu rendah.
b. Ayunan atau gerakan pengelasan yang salah.
Cara penanggulangan:
a. Menstabilkan kecepatan pengelasan
b. Derajat kemiringan elektroda yang benar.
3. Incomplete fusion
Cacat ini merupakan cacat akibat terjadinya “discontinuity” yaitu ada bagian yang
tidak menyatu antara logam induk dengan logam pengisi. Disamping itu cacat jenis
ini dapat pula terjadi pada pengelasan berlapis (multipass welding) yaitu terjadi antara
lapisan las yang satu dan lapisan las yang lainnya.
Dikarenakan oleh:
a. Posisi pengelasan yang salah
b. Sudut elektroda yang salah
c. Panas yang diterima terlalu kecil
d. Welding gap terlalu kecil
e. Permukaan kampuh kotor
f. Kecepatan pengelasan terlalu tinggi
Cara mengatasinya:
a. Memperbaiki posisi pengelasan
b. Memperbaiki sudut electrode
c. Panas yang diterima harus sesuai prosedur
d. Welding gap harus cukup
e. Permukaan kampuh harus benar-benar bersih
f. Kecepatan pengelasan harus stabil
4. Porositas
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang
biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas yang terjadi ketika
proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula terbentuk akibat kekurangan
34
Laporan Pengelasan Logam
logam cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas seperti itu disebut
shrinkage porosity.
Disebabkan oleh:
a. Nyala busur terlalu panjang
b. Arus terlalu rendah
c. Kecepatan las terlalu tinggi
d. Kandungan belerang terlalu tinggi
e. Kondisi pada saat pengelasan yang tidak mendukung. Misalnya basah,
berkarat atau berminyak
f. Terjadi pendinginan las yang cepat
g. Terciptanya gas hydrogen akibat panas
Langkah pecegahan:
a. Memperpendek nyala busur
b. Arus disesuaikan dengan prosedur yang diperlukan
c. Menggunakan elektroda yang low-hydrogen
d. Menggunakan baja dengan kandungan belerang yang rendah
e. Mengurangi kelembaban dengan cara memberikan pre-head
f. Meningkatkan kebersihan material dengan cara digerinda terlebih dahulu
g. Hindari pendinginan yang cepat
2. Untuk menyalakan api, terlebih dahulu buka katub tabung oksigen dan asetilen.
Lalu atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nosel yang dipakai.
5. Atur besaran api kisaran satu jengkal panjang api dengan mengatur katub asetilen
kembali.
35
Laporan Pengelasan Logam
6. Lakukan pembukaan katub oksigen secara perlahan sesuai dengan api yang
diinginkan. Dalam hal ini, api yang akan dibentuk adalah nyala api netral untuk
pengelasan.
8. Awali pengelasan ini dengan memanaskan benda kerja untuk membentuk kawah
las terlebih dahulu sesuai denga garis yang telah dibuat sebelumnya.
9. Lakukan pengisian bahan tambah kawat las pada kawah. Panaskan benda kerja lalu
dekatkan kawat las ke benda kerja yang melumer. Lalu arahkan brander ke kawat
las hingga melumer. Bila dirasa besar hasil las tidak seimbang, dapat dilakukan
pengarahan logam las dengan memanaskan daerah yang akan ditambahkan.
10.Lakukan pengisian bahan tambah hingga ujung benda kerja. Pastikan pengelasan
membuahkan hasil las yang jadi sehingga saat pemukulan nanti tidak hancur.
11.Untuk mematikan api dengan menutup katub oksigen pada brander, lalu
dilanjutkan dengan menutup katub asetilen.
12.Dinginkan secara cepat hasil las dengan memasukkan benda kerja ke dalam air
menggunakan tang. Lalu lakukan pemukulan untuk memastikan hasil jadi logam
las.
13.Untuk mengakhiri pengelasan ini, tutup katub oksigen dan katub asetilen pada
tabung, lalu membuka kembali katub oksigen dan asetilen pada brander untuk
pembuangan sisa gas yang ada pada selang gas atau saluran dan kemudian tutup
semua katub.
36
Laporan Pengelasan Logam
14.Bila dirasa hasil las sudah dirasa baik, maka proses pengelasan selesai dan kemasi
seluruh peralatan kerja. Namun bila belum, lakukan pembersihan benda kerja dan
garisi kembali kemudian lakukan prosedur dari awal kembali.
1
2
(Dokumentasi Pribadi)
Keterangan:
Berikut ini merupakan analisa cacat yang terjadi pada hasil pengelasan oksi-asetilen:
1. Porositas / voids
37
Laporan Pengelasan Logam
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang
biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas yang terjadi
ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula terbentuk akibat
kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas
seperti itu disebut: shrinkage porosity.
Cacat ini dapat diketahui dengan adanya penimbunan yang melebihi batas
pada benda kerja. Cacat ini diakibatkan karena pemberian bahan tambah atau filler
rod yang terlalu banyak. Kelebihan bahan tambah ini dapat diatasi dengan
memanaskan benda kerja kembali dan mengarahkan ke daerah yang belum ada
penimbunan.
Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan under
cut pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau konstruksi yang
termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun
sebelumnya telah dilakukan pengelasan.
38
Laporan Pengelasan Logam
b. kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dan tekanan gas yang tidak
sesuai
Cara penanggulangan cacat las ini adalah :
a. Penggunaan parameter tekanan gas harus tepat
b. Mengurangi kecepatan mengelas dan tekanan gas disesuaikan dengan
benda kerja yang akan dilas
39
Laporan Pengelasan Logam
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pengelasan listrik dengan menggunakan elektroda E 6013 dapat digunakan
parameter kuat arus 70-80 A menggunakan polaritas balik dengan kutub positif
pada elektroda dan kutub negatif pada material. Sudut kemiringan elektroda
yakni 70o-80o dengan posisi pengelasan flat.
2. Berdasarkan hasil pengelasan listrik yang dilakukan, ditemukan beberapa cacat-
cacat las, yaitu Terlalu cepat dalam penggeseran elektroda, Cacat lubang jarum,
Cacat under cut dan Cacat Percikan las. Secara umum, penyebab cacat tersebut
karena kurangnya keahlian dalam mengelas terutama dalam mengatur kecepatan
pengelasan, panjang busur, dan sudut kemiringan elektroda dan pengaturan
ampere pada generator las listrik.
3. Pengelasan oksi-asetilen dengan menggunakan bahan tambah atau filler rod
kawat las dengan posisi pengelasan maju dari kanan ke kiri. Sudut kemiringan
brander yaitu 60o dan kawat las 30o. Terdapat tiga jenis nyala api dalam
pengelasan oksi-asetilen, yaitu nyala karburasi, nyala netral, dan nyala oksidasi.
Dalam hal tersebut, digunakan nyala api netral karena kandungan oksigen dan
asetilen yang seimbang baik digunakan dalam meleburkan benda kerja untuk
menyatukan benda kerja dengan bahan tambah.
4. Berdasarkan hasil pengelasan oksi-asetilen ditemukan beberapa cacat-cacat las
yaitu Cacat Porositas / voids, Cacat Overlap, cacat Under Cut. Secara umum,
penyebab utama cacat tersebut dikarenakan pengaturan antara oksigen dan
asetilen yang kurang pas, keahlian dalam mengelas kurang, dan kecepatan las
tidak sesuai .
40
Laporan Pengelasan Logam
4.2 Saran
1. Penambahan pada elektroda dan kawat las yang disediakan agar proses
pemberlajaran las akan lebih maksimal.
2. Perlunya tambahan asisten atau staf laboratorium las untuk mendampingi proses
pengelasan.
3. Perlunya penambahan kelengkapan alat-alat las. Agar mahasiswa tidak saling
menunggu untuk menggunakan alat tersebut.
41
Laporan Pengelasan Logam
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurniawan, Devi. 2009. Pengelasan dengan Oksi Asetilen. Pengelasan Bahasa
Indonesia Jurnal Online [Diakses tanggal 27 November]
2. https://www.academia.edu/8717102/las_listrik[Diakses tanggal 27 November]
3. https://www.academia.edu/9326458/SHIELD_METAL_ART_WELDING_S
MAW_LAS_LISTRIK[Diakses tanggal 27 November]
4. Kenyon, W. 1985. Dasar - Dasar Pengelasan: Terjemahan Ir. Dines Ginting.
Jakarta: Erlangga
5. Wiryosumarto, Harsono. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita. 2000.
LAMPIRAN 1 :
42
Laporan Pengelasan Logam
LAMPIRAN 2 :
43
Laporan Pengelasan Logam
44
Laporan Pengelasan Logam
45
Laporan Pengelasan Logam
46
Laporan Pengelasan Logam
47
Laporan Pengelasan Logam
48
Laporan Pengelasan Logam
49
Laporan Pengelasan Logam
50