Disusun Oleh:
DODY ISMAIL
NIM 171230000214
KERJA PRAKTIK
PERENCANAAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI
(PEMELIHARAAN BENDUNG DAN SALURAN IRIGASI)
DESA CEPOGO KECAMATAN KEMBANG
KABUPATEN JEPARA
Disusun Oleh:
DODY ISMAIL
NIM 171230000214
Mengetahui, Disetujui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kerja praktek pada Proyek Pemeliharaan Berkala Jaringan Irigasi Desa Cepogo
Kecamatan Kembang.
Sesuai dengan kurikulum Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Saintek,
Universitas Islam Nahdlathul Ulama, setiap mahasiswa diwajibkan melaksanakan
kerja praktek untuk memenuhi syarat akademis serta meningkatkan pemahaman
mengenai pelaksanaan pekerjaan pelaksanaan di lapangan.
Melalui surat pengantar dari Dekan Fakultas Saintek Universitas Islam
Nahdlathul Ulama, dan persetujuan dari CV. Putra Desa sebagai kontraktor
pelaksana, maka penulis dapat melaksanakan kerja praktek pada Proyek
Peningkatan Jaringan Irigasi Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi
Sumber literasi bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan,
baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2. Tinjauan Umum .......................................................................................... 8
v
3.5. Data-Data Yang Diperlukan Untuk Perencanaan ...................................... 22
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.1.1. Latar Belakang Proyek
Dalam rangka mendukung pembangunan di bidang
pengairan dan juga pengembangan layanan kepada masyarakat. Maka
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan
pelayanan secara maksimal, nyaman dan efisien baik dari segi waktu
maupun biaya.
Kabupaten Jepara merupakan kabupaten yang terletak di
provinsi Jawa Tengah.Dimana sebagian masyarakatnya hidup dari
Pertaniaan dan Industry. Jaringan irigasi di Kabupaten Jepara terutama
di Kecamatan Kembang , masih banyak yang mengalami kerusakan.
Akibatnya banyak petani yang sering gagal panen, lantaran suplai air
ke lahan pertanian tidak maksimal.sehingga mengakibatkan kerugian
materi.
Dengan ini maka Pemerintah melakukan upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan Pemeliharaan
berkala pada Jaringan Irigasi di Desa Cepogo Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara.
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan mampu
membuat para petani mampu meningkatkan hasil Pertaniannya.
1
Pada dunia kerja inilah ternyata banyak permasalahan-
permasalahan yang muncul dan sudah tentu merupakan suatu ilmu
baru yang tidak didapat selama di bangku kuliah. Untuk lebih
mengetahui keadaan di lapangan, mahasiswa perlu diberi kesempatan
untuk mengamati dan mempelajari secara visual proses konstruksi di
proyek yang sebenarnya sebagai contoh untuk mengasah keterampilan
dan kemampuan mahasiswa, terutama kerjasama, komunikasi lisan,
dan tulisan melalui keterlibatan langsung di lapangan.
Era globalisasi saat ini, mahasiswa harus mampu bersaing
secara kemampuan teoritis maupun praktis. Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi kebutuhan mahasiswa tersebut, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama
mengadakan mata kuliah kerja praktek sebagai sarana mahasiswa
untuk menambah wawasan dalam pengembangan teori yang telah
diajarkan maupun praktek konstruksi yang sesungguhnya.
Guna memenuhi persyaratan tersebut, maka penulis mengikuti
kegiatan kerja praktek pada Proyek Peningkatan Jaringan irigasi yang
berlokasi di Desa Cepogo, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara.
Proyek ini ditangani oleh kontraktor yaitu CV. Putra Desa Consultan.
2
e) Mengetahui manajemen pelaksanaan di lapangan
dan metode pelaksanaannya.
f) Memperluas hubungan dengan masyarakat industri yang merupakan
mitra kerja kami nantinya.
g) Meningkatkan hubungan antara UNISNU dengan industri di
lapangan.
h) Membuat Laporan Kerja Praktik.
3
1.3. Lokasi Proyek
Proyek Pemeliharaan Jaringan Irigasi berada di Desa Cepogo,
Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara.
Gambar denah lokasi pada Proyek Pemeliharaan Jaringan Irigasi
dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut :
4
1.4.2. Ruang Lingkup Kerja Praktik
Pembahasan yang akan disampaikan pada laporan ini adalah
kajian mengenai pelaksanaan pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi
Desa Cepogo khususnya pada perencanaan Bendung dan taludnya.
Walaupun penulis hanya berkesempatan mengikuti sebagian kecil
survey lokasi pelaksanaan proyek, diharapkan bisa mendapatkan
tambahan pengetahuan tentang rekaysa sipil di bidang proyek.
5
1.6. Sistematika Penulisan
Laporan kerja praktik pada proyek Peningkatan Jaringan irigasi
ditulis dengan sistematika sebagai berikut ini:
1. BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan (
proyek dan kerja praktek ), lokasi proyek, ruang lingkup kerja praktik,
metode pengambilan data dan sistematika penyusunan laporan.
2. BAB II Tinjauan Umum Proyek
Bab ini membahas data proyek ( data umum dan data teknis ),
tinjauan umum, dan unsur-unsur pengelola proyek serta hubungan kerja
antara pengelola dengan pelaksana proyek.
3. BAB III Tinjauan Perancangan
Berisi tentng hal-hal mengenai bending seperti pengertian
bending, macam-macam serta bagian-bagian bending.
4. BAB IV Perencanaan Irigasi
Berisi tentang tahapan-tahapan dan studi perencanaan irigasi
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bagian ini membahas tentang penarikan kesimpulan dari
pembahasan serta saran penulis selama kerja praktek
6
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1. Data Proyek
Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, mengawasi, serta mengendalikan sumber daya
organisasi perusahaan guna mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu
dengan sumber daya tertentu.
7
2. Hidrologi
a. Sumber Air dari kali : Cepogo
b. Nama daerah irigasi : Cepogo
3. Bendung
a. Tipe Kontruksi : Permanen setengah teknis
b. Lebaran Bendungan : 12,60 meter
c. Lebar Bendung : 9 meter
d. Tinggi Mercu : 2,50 meter
2.2. Tinjauan Umum
Unsur- unsur proyek tidak memegang peranan penting dalam
proyek organisasi. Masing-masing harus bekerja dan menjalankan tugasnya
sebagai satu kesatuan tim Setiap personil harus memiliki tugas yang jelas
dan dapat saling bekerja sama sehingga pelaksanaan tugas dapat di lakukan
dengan efisien.
Organisasi proyek dapat diartikan sebagai orang-orang dari
berbagai latar belakang disiplin ilmu yang terorganisir dan terkoordinir
dalam wadah tertentu yang melaksanakan tugas dengan cara tertentu untuk
mencapai sebuah tujuan, tugas yang dimaksut adalah mengelola
pelaksanaan proyek dengan harapan pekerjaan bisa berjalan dengan lancar.
Keuntungan dari adanya organisasi dalam proyek adalah :
a. Pekerjaan bisa dilaksanakan sebaik mungkin,
b. Pekerjaan yang tumpang tindih dapat di hindari dengan adanya
pembagian job desk serta tanggung jawab sesuai keahlian,
c. Meningkatkan pendayagunaan dana, fasilitas, dan kemampuan yang
tersedia secara optimal.
Pihak yang berperan dalam proyek perencanaan pembanguna
Bendung Ngreco antara lain :
8
2.2.1. Pemilik Proyek ( Owner )
Dalam Proyek Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Desa Cepogo, yang menjadi pemilik proyek adalah Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Jepara.
9
5. Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
6. Ikut mengawasi jalanya pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu
badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai
dengan apa yang dikehendaki.
9. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
10. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah
terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.
10
4. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
5. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor
tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana,
rencana kerja, dan syarat-syarat.
11
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan manajemen konstruksi.
3. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian,
minggunan, dan bulanan kepada konsultan manajemen
konstruksi.
4. Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi
proyek.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
12
2.4.3 Hubungan Kerja antar Unsr Pengelola Proyek
Dalam hubungan kerja ini terdapat koordinasi dan
komunikasi antara pihak-pihak yang terkait. Koordinasi dan
komunikasi dalam proyek bertujuan untuk menyelaraskan dan
mewujudkan tanggung jawab dan wewenang semua pihak sesuai
peraturan yang ada sehingga organisasi proyek dapat berfungsi
sebagai kesatuan yang harmonis, tangguh, dan bijak dalam
mewujudkan setiap rencana.
Hubungan kerja antara pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor antara lain sebagai berikut:
a) Hubungan kerja konsultan dengan pemilik proyek
Ikatan antara konsultan dengan pemilik proyek berdasarkan
kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi, dimana
produk yang dihasilkan berupa gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat. Pemilik proyek memberikan biaya jasa
atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
b) Hubungan kerja kontraktor dengan pemilik proyek
Ikatan antara kontraktor dengan pemilik proyek berdasarkan
kontrak. Kontraktor memberikan layanan jasa profesional,
dimana produk yang dihasilkan berupa bangunan sebagai
realisasi dari keinginan pemilik proyek, sesuai peraturan,
dan syarat-syarat. Pemilik proyek memberikan biaya jasa
profesional kepada kontraktor.
c) Hubungan kerja konsultan dengan kontraktor:
Ikatan antara konsultan dengan kontraktor berdasarkan
peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar
rencana, peraturan, dan syarat-syarat. kontraktor
merealisasikan menjadi bangunan.
13
Pemilik Proyek (Owner)
Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kab.Jepara
Kontraktor Pelaksana
CV. PUTRA DESA
14
cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
fisik maupun psikis, peraunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
15
BAB III
TINJAUAN PERANCANGAN
3.1. Pengertian Bendung
Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi sungai yang
dibangun untuk mengubah karakteristik aliran sungai. Dalam banyak kasus,
bendung merupakan sebuah kontruksi yang jauh lebih kecil dari bendungan
yang menyebabkan air menggenang membentuk kolam tetapi mampu
melewati bagian atas bendung. Bendung mengizinkan air meluap melewati
bagian atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama
bahkan sebelum sungai dibendung. Bendung bermanfaat untuk mencegah
banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga
menjadikan sungai lebih mudah dilalui.
Q=CLHn
Di mana:
Q adalah debit
C adalah konstanta bendung
L adalah lebar belahan
H adalah tinggi air yang melewati belahan
n adalah nilai yang bervariasi sesuai struktur (misal 3/2 untuk
bendung horisontal, 5/2 untuk belahan berbentuk V)
16
Ketika digunakan di dalam pengukuran debit, penting untuk
diketahui bahwa belahan bendung harus bebas dari karat atau sampah yang
menghambat. Kekasaran belahan bendung akan mengakibatkan perhitungan
menjadi berbeda dari tabel standar yang telah ditetapkan. Air juga harus
dipastikan bebas dari gelembung udara sebelum melewati bendung.
Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang
rendah dilengkapi dengan pintu - pintu yang dapat digerakan vertikal
maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi
muka air di hulu bendung kaitannya dengan muka air banjir dan
meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan
(pemanfaatan) air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan
dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau
membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang atau kecil. Pintu di
tutup sepenuhnya pada saat kondisi normal, yaitu untuk keperluan
penyadapan air. Tipe bendung gerak di bedakan berdasarkan jenis pintu
17
yang digunakan, antar lain :
18
dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah,
pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung umumnya
dibuat melintang pada aliran sungai.
19
menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup
satu saja.
20
4. Ruang olak tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10
meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang
terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik
aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe
USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi
akibat benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar
kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang
memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu
dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran
dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe
USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di
ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di
ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang
olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi
pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok
untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan
Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
5. Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony
Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda
dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain
berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr
(Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada
pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan
tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh
perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis
akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor
keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-
420)
Pemilihan tipe kolam peredam energi tergantung pada beberapa
21
faktor atau beberapa kondisi, misalnya keadaan tanah dasar atau
kondisi tanah dasar, tinggi perbedaan muka air hulu dan hilir, dan
sedimen yang diangkut aliran sungai.
22
2. Data goologi teknik tapak bendung, untuk menentukan karakteristik
pondasa bendung.
3. Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.
4. Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
5. Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara debit
sungai dengan elevasi muka air banjr.
6. Keadaan batas pada jaringan ingasi, untuk menentukan dimensi
bendung dan bangunan intake.
7. Bangunan-bangunan yang sudah ada (struktur yang ada) atau bangunan
yang sedang disetujui di sungai tersebut, baik di hulu maupun hilir
calonbendung.
23
b. Penempatan alat ukur tersebar merata
c. Variasi curah hujan sedikit dari harga tengahnya
Rumus yang digunakan:
Dengan:
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)
n = jumlah stasiun pengamatan
R1 = curah hujan pada stasiun pengamatan satu (mm)
R2 = curah hujan pada stasiun pengamatan dua (mm)
Rn = curah hujan pada stasiun pengamatan n (mm)
24
Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dengan :
Keterangan gambar :
25
1. Dapat digunakan pada daerah datar maupun
pegunungan
2. Jumlah stasiun pengamatan harus banyak
3. Bermanfaat untuk hujan yang sangat singkat
Dengan :
R = curah hujan rata-rata (mm)
R1, R2, ..., Rn = curah hujan stasiun 1, 2,...., n
(A1, A2, .. , An = luas area antara 2(dua) isohyet (km2)
26
BAB IV
PERENCANAAN IRIGASI
S – Survey (Pengukuran/Survei)
I – Investigation (Penyelidikan)
D – Design (Perencanaan Teknis)
La – Land acquisition (Pembebasan Tanah)
C – Construction (Pelaksanaan)
O – Operation (Operasii)
M – Maintenance (Pemeliharaan)
27
Pada Tabel 4.1 diberikan ciri-ciri utama masing-masing taraf
persiapan proyek irigasi. Suatu proyek meliputi seluruh atau sebagian saja
dari taraf-taraf ini bergantung kepada investasi/ modal yang tersedia dan
kemauan atau keinginan masyarakat serta pengalaman mengenai pertanian
irigasi di daerah yang bersangkutan. Lagi pula batas antara masing-masing
tahap bisa berubah-ubah:
28
Tabel 4. 1 Penahapan Proyek
29
- Perijinan alokasi pemakaian air
(sesuai PP 20 tahun 2006 tentang
irigasi pasal 32)
- Perbandingan proyek-proyek
alternatif dilihat dari segi
perkiraan biaya dan keuntungan
yang dapat diperoleh.
- Menentukan batasan/definisi
proyek dan sekaligus
menetapkan prasarana yang
diperlukan
30
-
TAHAP PERENCANAAN
31
teknik
a PP
SA SI SP SK PT
1 Non
Ekaguna
ekonomis
RI
b
4 2
Serbaguna 3 Ekonomis
32
Klasifikasi sifat-sifat proyek dapat ditunjukkan dengan matriks sederhana
(lihat Gambar 4.2).
4.2.1 Studi Awal
Ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah irigasi
datang dari lapangan atau kantor. Konsep atau rencana membuat
suatu proyek terbentuk melalui pengamatan kesempatan fisik di
lapangan atau melalui analisa data-data topografi dan hidrologi.
Data-data yang berhubungan dengan daerah tersebut dikumpulkan
(peta, laporan, gambar dsb) dan dianalisis; hubungannya dengan
daerah irigasi di dekatnya kemudian dipelajari. Selanjutnya dibuat
rencana garis besar dan pola pengembangan beserta laporannya.
Ketelitian yang dicapai sepenuhnya bergantung kepada data dan
keterangan/informasi yang ada.
33
Studi Identifikasi harus menghasilkan suatu gambaran yang
jelas mengenai kelayakan (teknis) proyek yang bersangkutan. Akan
tetapi studi ini akan didirikan pada data yang terbatas dan survey
lapangan ini akan bersifat penjajakan/eksploratif, termasuk penilaian
visual mengenai keadaan topografi daerah itu.
34
Memastikan bahwa penduduk setempat akan mendukung
dilaksanakannya proyek yang bersangkutan,
Memastikan bahwa masalah sosial dan lingkungan lainnya bisa
diatasi tanpa kesulitan tinggi,
Mengumpulkan dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang
telah dilakukan sebelumnya,
Mengumpulkan serta menilai mutu data yang sudah tersedia :
- Para petani pemakai air sekarang dan di masa
mendatang
- Topografi
- Curah hujan dan aliran sungai
- Pengukuran tanah
- Status tanah dan hak atas air
- Kebutuhan air tanaman dan kehilangan-kehilangan air
- Polatanam dan panenan
- Data-data geologi teknik untuk bangunan
- Biaya pelaksanaan
- Harga beli dan harga jual hasil-hasil pertanian
Menentukan data-data lain yang diperlukan,
Memperkirakan jumlah air rata-rata yang tersedia serta jumlah
air di musim kering,
Menetapkan luas tanah yang cocok untuk irigasi,
Memperkirakan kebutuhan air yang dipakai untuk
keperluankeperluan nonirigasi,
Menunjukkan satu atau lebih pola tanam dan intensitas
(seringnya) tanam sesuai dengan air dan tanah irigasi yang
tersedia, mungkin harus juga dipertimbangkan potensi tadah
hujan dan penyiangan; mempertimbangkan pemanfaatan
sumber daya air untuk berbagai tujuan,
Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi,
35
Membuat perencanaan garis besar untuk pekerjaan yang
diperlukan; memperkirakan biaya pekerjaan, pembebasan
tanah dan eksploitasi,
Memperkirakan keuntungan langsung maupun tak langsung
serta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan;
Melakukan analisis ekonomi dan keuangan,
Jika perlu, bandingkan ukuran-ukuran alternatif dari rencana
yang sama, atau satu dengan yang lain, bila perlu siapkan
neraca air untuk rencana-rencana alternatif, termasuk masing-
masing sumber dan kebutuhan, jadi pilihlah pengembangan
yang optimum.
36
bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan skala 1:
25.000 untuk tata letak umum, dan 1 : 5.000 untuk tata letak
detail. Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto
udara terbaru, dengan skala foto sekitar 1 : 10.000. Hal ini
akan mempermudah perubahan petapeta ortofoto atau mosaik
yang dilengkapi dengan garis- garis ketinggian yang
memperlihatkan detail lengkap topografi Seandainya tidak
belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru
akan meminta terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya
dapat dibuat peta terestris yang dilengkapi dengan garis-garis
tinggi. Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek,
maka skalanya adalah sekitar 1:10.000, digunakan baik untuk
taraf perencanaan maupun studi kelayakan. Biasanya
pembuatan peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau
lebih, didasarkan pada hasil pemotretan udara.
Selama pemetaan topografi, sebagian dari sungai, di
mana terletak bangunan-bangunan utama proyek (bendungan
atau bendung gerak) dan lokasi-lokasi bangunan silang utama
dapat juga diukur. Ini akan menghasilkan peta lokasi detail
berskala 1 : 500/200 untuk lokasi bangunan utama dan
bangunan-bangunan silang tersebut Informasi ini sangat tak
ternilai harganya dalam taraf perencanaan pendahuluan dan
akan memperlancar proses perencanaan.
Bagaimanapun sifat pekerjaan, terpencilnya
lapangan, pengaruh musim dan banyaknya instansi yang
terlibat di dalamnya, perencanaan yang teliti dan tepat waktu
adalah penting. Salah hitung dapat dengan mudah
menyebabkan tertundanya tahap perencanaan berikutnya.
37
yang bersangkutan untuk irigasi tanah pertanian. Kesimpulan
ini didasarkan pada hasil penilaian data yang tersedia dan
hasil penyelidikan lapangan terbatas yang dilakukan selama
peninjauan lapangan. Dengan keadaan tanah yang seragam
rencana pertanian dapat diperkirakan dengan ketepatan yang
memadai berdasarkan data-data yang terbatas tersebut.
Apabila keadaan tanah sangat bervariasi dan jelek, maka ahli
pertanian irigasi bisa meminta data tanah yang lebih detail.
Penelitian kemampuan tanah dapat dilaksanakan
sebelum pembuatan tata letak pendahuluan. Hasil-hasil
penelitian ini, akan merupakan panduan bagi ahli irigasi
untuk memutuskan apakah suatu daerah tidak akan diairi
akibat keadaannya yang jelek. Untuk melakukan penelitian
ini harus sudah tersedia peta dasar topografi atau foto udara.
Penelitian kemampuan tanah harus diadakan sampai tingkat
setengah-detail, dengan pengamatan tanah per 25 sampai 50
ha.
Penelitian ini juga akan mengumpulkan data-data
mengenai permeabilitas/ kelulusan dan perkolasi tanah untuk
dipakai sebagai bahan, masukan bagi penghitungan
kebutuhan air irigasi. Penelitian kemampuan tanah untuk
studi kelayakan serupa dengan penelitian yang sudah
dijelaskan di atas.
2. Perencanaan Pendahuluan
Tujuan yang akan dicapai oleh tahap perencanaan
pendahuluan adalah untuk menentukan lokasi dan ketinggian
bangunan-bangunan utama, saluran irigasi dan pembuang, dan
luas daerah layanan yang kesemuanya masih bersifat
pendahuluan. Walaupun tahap ini masih disebut perencanaan
"pendahuluan", namun harus dimengerti bahwa hasilnya harus
diusahakan setepat mungkin. Pekerjaan dan usaha yang teliti
38
dalam tahap perencanaan pendahuluan akan menghasilkan
perencanaan detail yang bagus.
Hasil perencanaan pendahuluan yang jelek sering tidak
diperbaiki lagi dalam taraf perencanaan detail demi alasan-alasan
praktis. Pada taraf perencanaan pendahuluan akan diambil
keputusan-keputusan mengenai:
- Lokasi bangunan-bangunan utama dan bangunan-
bangunan silang utama. Tata letak jaringan
- Perencanaan petak-petak tersier
- Pemilihan tipe-tipe bangunan
- Trase dan potongan memanjang saluran
- Pengusulan garis sempadan saluran pendahuluan
- Jaringan dan bangunan pembuang.
- Tersedianya air
- Kebutuhan air
- Neraca air.
Analisis itu dimaksudkan untuk untuk meyakinkan
bahwa tersedia cukup air untuk irigasi dan tujuan-tujuan lain
khususnya air minum di daerah proyek yang direncanakan.
39
Analisis hidrologi ini didasarkan pada data-data yang
diperoleh pada Tahap Studi Analisis ini mutlak perlu apabila air
yang tersedia terbatas tapi daerah yang harus diairi sangat luas.
Berdasarkan jumlah air yang tersedia, dibuatlah perhitungan
detail mengenai daerah maksimum yang akan diairi. Baru
kemudian tata letak dapat dibuat. Berdasarkan hasil analisa
kebutuhan air maka pemutakhiran ijin alokasi air irigasi dapat
dibuat. Hasil-hasil analisis ini bahkan mungkin menunjukkan
perlu ditinjaunya kembali rencana pertanian yang telah diusulkan
dalam Tahap Studi sebelumnya.
40
penundaan yang terjadi selama dilakukannya pekerjaan pengukuran
akan sangat mempengaruhi kegiatan-kegiatan perencanaan akhir.
A. Pengukuran Topografi
Pengukuran trase saluran dilakukan menyusul
masuknya hasil-hasil tahap perencanaan pendahuluan.
Adalah penting bahwa untuk pengukuran sipat datar trase
saluran hanya dipakai satu basis (satu tinggi benchmark
acuan). Pengukuran-pengukuran situasi juga dilaksanakan
pada taraf ini yang meliputi:
- Saluran-pembuang silang yang besar di mana
topografi terlalu tidak teratur untuk menentukan
lokasi as saluran pada lokasi persilangan;
- Lokasi bangunan-bangunan khusus.
Di sini ahli irigasi harus memberikan ketentuan-
ketentuan/spesifikasi dan bertanggung jawab atas hasil-
hasilnya.
41
beberapa hal lokasi bangunan besar mungkin juga
memerlukan penyelidikan geologi teknik sehubungan
dengan terdapatnya keadaan subbase yang lemah.
Penyelidikan saluran sering terbatas hanya sampai pada tes-
tes yang sederhana, misalnya pemboran tangan.
42
2. Perencanaan dan Laporan Akhir
Pembuatan perencanaan akhir merupakan tahap terakhir
dalam Perencanaan Jaringan lrigasi. Dalam tahap ini gambar-
gambar tata letak, saluran dan bangunan akan dibuat detail akhir.
Tahap perencanaan akhir akan disusul dengan perkiraan biaya,
program dan metode pelaksanaan, pembuatan dokumen tender dan
pelaksanaan. Perencanaan akhir akan disajikan sebagai laporan
perencanaan yang berisi semua data yang telah dijadikan dasar
perencanaan tersebut serta
kriteria yang diterapkan, maupun gambar-gambar
perencanaan dan rincian volume dan biaya (bill of quantities).
Laporan itu juga memuat informasi mengenai urut-urutan
pekerjaan pelaksanaan dan ekspoitasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
Perubahan trase saluran dan posisi bangunan irigasi dimungkinkan
karena pertimbangan topografi dan geoteknik untuk itu garis
sempadan saluran harus disesuaikan dengan perubahan tersebut.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
44
2. Mematuhi segala peraturan yang dibuat olch perusahaan tempat di hiai
mahasiswa melakukan Keja Praktik senerti Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), selalu disiplin, sopan, pandai berkomunikasi, dan lain-lain.
3. Menjaga hubungan baik antara pihak proyek, atau lapangan dengan
mahasiswa Kerja Praktik.
45
DAFTAR PUSTAKA
46