Disusun Oleh :
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL S1
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik Proyek Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian Cs.
Laporan Kerja Praktik Proyek Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian Cs ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam Laporan Kerja Praktik Proyek Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian Cs
ini, yaitu:
1. Kedua orang tua yang telah memberi motivasi dan doa serta bantuan baik moril
maupun materil selama masa kerja praktik.
2. Bapak Dr. Manyuk Fauzi,S.T.,M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Riau.
3. Bapak Andy Hendri,S.T.,M.T selaku Ketua Progam Studi S1 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Riau.
4. Bapak Benny Hamdi Rhoma Putra, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing selama
penyusunan Laporan Kerja Praktik.
5. Bapak Ir. Agus Ika Putra, M.Eng selaku Koordinator Kerja Praktik Prodi S1
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau.
6. Rekan – rekan mahasiswa/I Teknik Sipil dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki Laporan Kerja Praktik ini.
i
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Kerja Praktik Praktik Proyek
Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian Cs ini dapat memberikan manfaat maupun
inspriasi.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
iii
BAB III MANAJEMEN PROYEK ..................................................................... 17
iv
4.3 Kontrol Kualitas ........................................................................................ 50
6.1 Kesimpulan................................................................................................ 96
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
v
DAFTAR GAMBAR
Hal.
vi
Gambar 4. 13 Pengujian Slump Test menurut SNI 1972-2008 ............................. 51
Gambar 4. 14 Uji Slump Test ................................................................................ 52
Gambar 4. 15 Sample Uji Beton ........................................................................... 53
Gambar 4. 16 Tampak samping kiri Pile Cap Abutment ...................................... 54
Gambar 4. 17 Tampak samping kanan badan Abutment ...................................... 55
Gambar 4. 18 Tampak atas Abutment ................................................................... 56
Gambar 4. 19 Potongan Melintang Jembatan ....................................................... 57
Gambar 4. 20 Pembesian Abutment ...................................................................... 62
Gambar 4. 21 Pembesian Wing Abutment ............................................................ 65
Gambar 4. 22 Footing Abutment ........................................................................... 68
Gambar 4. 23 Pile Cap Abutment Menggunakan Bekisting Kayu ....................... 70
Gambar 4. 24 Sisi Depan Badan Abutment Menggunakan Bekisting Kayu ........ 70
Gambar 4. 25 Sisi Belakang Badan Abutment dengan Bekisting Baja dan Kayu 71
Gambar 4. 26 Pias a Sisi depan dan Belakang Pile Cap Abutment....................... 71
Gambar 4. 27 Pias b Sisi Depan dan Belakang Pile Cap Abutment ..................... 72
Gambar 4. 28 Pias c Sisi Samping Pile Cap Abutment ......................................... 72
Gambar 4. 29 Pias d Sisi Samping Pile Cap Abutment......................................... 73
Gambar 4. 30 Pias a Bekisting Badan Abutment................................................... 73
Gambar 4. 31 Pias b Bekisting Badan Abutment .................................................. 74
Gambar 4. 32 Pias c Bekisting Badan Abutment................................................... 75
Gambar 4. 33 Pias d Bekisting Badan Abutment .................................................. 75
Gambar 4. 34 Pias e Bekisting Badan Abutment .................................................. 76
Gambar 4. 35 Pias f Bekisting Badan Abutment .................................................. 76
Gambar 4. 36 Pias a Bekisting Badan Abutment................................................... 77
Gambar 4. 37 Pias b Bekisting Badan Abutment .................................................. 78
Gambar 4. 38 Pias c Bekisting Badan Abutment................................................... 78
Gambar 4. 39 Pias d Bekisting Badan Abutment .................................................. 79
Gambar 4. 40 Pias e Bekisting Badan Abutment................................................... 79
Gambar 4. 41 Pias-Pias Sisi Samping Luar Wing Wall ........................................ 80
Gambar 4. 42 Pias-Pias Sisi Samping Dalam Wing Wall ..................................... 82
vii
Gambar 5. 1 Perangkat APD Pekerja .................................................................... 91
Gambar 5. 2 Pekerja Tidak Menggunakan APD ................................................... 93
Gambar 5. 3 Pekerja Tidak Menggunakan APD Lengkap .................................... 94
Gambar 5. 4 Rambu Peringatan Pengendara Lalu Lintas ..................................... 94
Gambar 5. 5 Pembatas Proyek dan Gambar APD pada Proyek ............................ 95
viii
DAFTAR TABEL
Hal.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja Praktik (KP) merupakan mata kuliah wajib dengan beban 2 (dua)
satuan kredit semester. Kegiatan KP mahasiswa Teknik Sipil meliputi
beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap observasi. Pada tahap ini
mahasiswa KP mengamati langsung kegiatan pelaksanaan proyek di
lapangan baik teknik maupun manajemen konstruksi proyek. Selain itu,
dilakukan juga pengumpulan data seperti gambar kerja dan data hasil
pengujian. Tahap kedua adalah analisis volume dan harga satuan. Pada
tahap ini mahasiswa KP diharapkan dapat menganalisis ulang volume dan
harga satuan pekerjan yang ditinjau. Tahap ketiga adalah pembuatan
laporan. Mahasiswa KP mengolah data yang telah dikumpulkan,
menuangkannya kedalam sebuah laporan yang akan dipresentasikan. Tahap
akhir dari kerja praktik ini adalah presentasi. Pada tahap ini, laporan kerja
praktik dipresentasikan di depan dosen penguji dan pembimbing dan
disaksikan oleh mahasiswa lainnya.
KP dilaksanakan untuk membina kemampuan dan keterampilan
mahasiswa secara optimal dalam aspek pembahasan, kesimpulan, saran
serta kemampuan untuk menyampaikan dalam bentuk penulisan pekerjaan
yang diamati di lapangan. Penulisan kegiatan yang diamati dapat dilakukan
dengan meringkas langkah-langkah kegiatan tersebut dengan mengacu pada
data-data dalam kegiatan sebenarnya di lapangan. Laporan KP terdiri dari
Pendahuluan, Data Umum Proyek, Manajemen Proyek, Tinjauan Khusus
Pekerjaan Struktur, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
1
teknis pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan tenaga kerja, pengelolaan
material, pengelolaan peralatan, pengendalian mutu, pengendalian waktu,
perhitungan kuantitas dan RAB, serta K3 di lapangan yang mungkin saja
ditemui perbedaan–perbedaan antara teori yang diperoleh dengan
pelaksanaannya di lapangan.
Adapun manfaat yang diperoleh dalam mengerjakan kerja praktik ini
adalah agar mahasiswa dapat menambah pengalaman dan memperoleh
pengetahuan tentang prosedur kerja, kepemimpinan, dan tanggung jawab
pada masing-masing pihak pada suatu proyek. Selain tujuan pokok di atas
diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membandingkan beberapa prosedur kerja dan memilih alternatif yang
baik, tepat waktu serta ekonomis dalam pelaksanaannya.
2. Meningkatkan dan menjalin kerja sama yang baik antara lembaga
pendidikan dengan perusahaan dalam penerapan dari ilmu dan keahlian
yang didapat dari bangku kuliah.
3. Mempelajari bagaimana berkomunikasi dengan baik antara atasan dan
bawahan atau pimpinan dan staf dan bagaimana cara pelaksanaan dan
pengendalian manajemen proyek.
4. Melatih mental dan daya pikir untuk mengatasi berbagai persoalan yang
timbul di lapangan.
5. Sebagai syarat untuk lulus mata kuliah kerja praktik.
2
1.4 Metode Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan pada proyek Pembangunan Penggantian
Jembatan Sei Kebun Durian Cs. Metodologi pelaksanaan kerja praktik ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode Praktik ke Lapangan
Praktik ke lapangan dilakukan terhitung mulai tanggal 09 Oktober 2019
sampai dengan tanggal 24 Maret 2020. Metode ini dilakukan agar
penulis dapat mengamati dan mengetahui cara pengerjaan abutment
pada pembangunan jembatan.
2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, berkonsultasi, ataupun
mengajukan pertanyaan kepada pelaksana proyek maupun pekerja
untuk mendapatkan data-data proyek yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu dengan meninjau
langsung dilapangan dan mendapatkan foto secara langsung untuk
mengetahui kondisi pelaksanaan dan tata cara pelaksanaan
pembangunan.
4. Metode Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yaitu
mendapatkan tinjauan pustaka dari berbagai sumber seperti buku-buku
dan jurnal yang berhubungan dengan tinjauan kerja praktik.
3
diperoleh selama menjejaki bangku kuliah dan diaplikasikan
kedalam dunia kerja. Tujuannya adalah memperoleh wawasan
tentang dunia kerja yang diperoleh di lapangan dan manfaatnya
adalah dapat mengetahui perbandingan antara teori dan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan dengan praktik di lapangan.
BAB II DATA UMUM PROYEK
Pada bab ini akan disampaikan bahwa pada proyek ini
dikhususkan meninjau pekerjaan abutmen dengan lokasi proyek
pembangunan berada di Jalan Lintas Pekanbaru – Taluk Kuatan
desa Kebun Durian, Kampar.
BAB III MANAJEMEN PROYEK
Pada bab ini akan disampaikan tentang manajemen proyek berisi
tentang struktur organisasi, jadwal pelaksanaan, pengelolaan
sumber daya manusia (SDM), dan hambatan pekerjaan
BAB IV TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN STRUKTUR
Pada bab ini akan disampaikan bahwa tinjauan khusus pekerjaan
proyek ini berisi tentang lingkup pekerjaan, metode pelaksaan
konstruksi, kontrol kualitas, perhitungan kuantitas, dan
perhitungan harga satuan.
BAB V KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Pada bab ini akan disampaikan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
intitusi maupun lokasi proyek. Pada proyek ini masih banyak
penerapan K3 yang belum dilakukan karena kurangnya alat
pendukung K3 untuk para pekerja.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disampaikan bahwa bab ini berisi tentang
kesimpulan dari laporan kerja praktik dan saran mengenai
pelaksanaan kerja praktik.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
5
secara umum dan dimenangkan oleh PT. Trimanunggal Karya untuk
melalukan pekerjaan proyek tersebut. Proyek Pembangunan Penggantian
Jembatan Sei Kebun Durian Cs memiliki beberapa item pekerjaan. Pada KP
ini mahasiswa hanya meninjau satu pekerjaan saja yang memiliki pekerjaan
struktur di dalam pekerjaannya. Item pekerjaan yang ditinjau pada pekerjaan
proyek tersebut ialah pekerjaan abutment.
6
Gambar 2. 1 Tampak Atas Lokasi Sekitar Proyek
Sumber: Google Earth (2019)
7
2.3.1 Data Umum Proyek
Sesuai dengan kontrak yang ada dari pihak pemilik proyek, maka
dipilihlah PT. Tri Manunggal Karya sebagai kontraktor pelaksana. Berikut
ini dijelaskan data-data umum menyangkut proyek pembangunan jalan dan
penyiapan lahan kawasan jalan tol yang dapat dilihat pada Gambar 2.3
Pada Gambar 2.3 dapat diketahui data kontrak dari pembangunan
Pengganti Jembatan Sei Kebun Cs antara lain sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian Cs
2. Lokasi Proyek : Jalan Lintas Pekanbaru – Taluk Kuantan,
Desa Kebun Durian, Kab. Kampar
3. Sumber Dana : APBN Tahun 2019
4. Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum
5. Kontraktor Pelaksana : PT. Tri Manunggal Karya
6. Konsultan Struktrur : PT. Transka Dharma Konsultan
Nomor Kontrak : HK.02.03-Bb2-Wil2.R5/03/2019
Tanggal Kontrak : 28 Februari 2019
Nilai Kontrak : Rp. 21.903.319.000,-
Waktu Pelaksanaan : 240 hari kalender
Waktu Pemeliharaan : 365 hari kalender
8
2.3.2 Sistem Kontrak
Kontrak adalah perjanjian secara tertulis antara pemberi tugas dan
pelaksana dimana kewajiban masing-masing pihak diatur dalam pasal-pasal
surat perjanjian. Suatu kontrak mulai berfungsi pada waktu kontrak tersebut
ditandatangani. Kontraktor baru boleh bekerja secara fisik setelah ada Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaan disebut dengan dokumen kontrak. Adapun isi dari dokumen
kontrak tersebut yaitu:
1. Surat perjanjian
Surat perjanjian adalah surat kesepakatan mengenai hak dan kewajiban
masing-masing pihak yang saling mengikatkan diri untuk berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
2. Surat penunjukan penyedia jasa
Surat penunjukan penyedia jasa adalah surat yang berisi tentang
penunjukan kepada perusahaan penyedia jasa untuk melakukan hal yang
telah disepakati dalam kontrak.
3. Berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi
Berisi tentang pelaporan tertulis klarifikasi terkait masalah kontrak dan
negoisasi masalah kontrak
4. Surat penawaran
Surat penawaran adalah surat yang ditulis untuk memperlihatkan maksud
suatu perusahaan untuk menjalin kerja sama kepada perusahaan lainnya.
5. Adendum dokumen seleksi (bila ada)
Adendum adalah perubahan atau tambahan penting yang terkait
dokumen kontrak.
6. Syarat-syarat khusus kontrak
7. Syarat-syarat umum kontrak
8. Rencana kerja dan syarat
9. Kerangka acuan kerja
9
Rincian kegiatan yang akan dilakukan.
10. Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak
Berdasarkan cara pembayarannya, kontrak dibedakan atas:
1. Lump-sum contract (kontrak pembayaran sekaligus)
Artinya pemilik pemberi tugas akan membayar sejumlah uang yang
disetujui kepada kontraktor untuk menyelesaikan suatu proyek yang sesuai
dengan rencana-rencana dan spesifikasi yang telah ditentukan dan dibuat
oleh perencana. Biasanya pemilik membayar sebagian dari jumlah uang
tersebut kepada kontraktor pada selang waktu atau menurut bobot
pekerjaan. Jika terjadi kekurangan biaya dari pekerjaan yang dikerjakan
merupakan kerugian dari kontraktor itu sendiri. Menurut Perpres no 54
tahun 2010 kontrak lump-sum pelaksanaannya sesuai dengan kontrak
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia barang/jasa
c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi kontrak
d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based)
e. Total harga penawaran bersifat mengikat, dan
f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
10
b. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang
menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
5. Kontrak persentase
Kontrak persentase merupakan kontrak pengadaan jasa konsultasi/jasa
lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
11
a. Penyediaan jasa konsultasi/jasa lainya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu.
b. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi kontrak.
Pada proyek pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai Seksi 1
Pekanbaru-Minas ini digunakan sistem kontrak Unit Price.
12
timbun yang digunakan dalam pembuatan jalan ini. Dalam pekerjaan ini
digunakan alat-alat seperti Bulldozer, Excavator dan DumpTruck.
2. Galian biasa untuk dibuang
Pekerjaan ini meliputi pembuangan material tanah yang tidak memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan dan diganti dengan material tanah yang
sesuai dengan yang disyaratkan. Alat yang digunakan dalam pekerjaan
ini adalah digunakan alat Bulldozer, Excavator dan DumpTruck.
3. Galian struktur
Galian struktur adalah galian yang mencakup segala jenis tanah dalam
batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk
struktur.
a. Penggalian struktur kedalaman 0 - 2 meter
Merupakan Penggalian dengan kedalaman 0 - 2 meter yang
mempunyai harga satuan pekerjaan berbeda dengan penggalian 2 - 4
meter.
b. Penggalian struktur kedalaman 2 - 4 meter
Merupakan Penggalian dengan kedalaman 2 - 4 meter yang
mempunyai harga satuan pekerjaan berbeda dengan penggalian 0 - 2
meter.
c. Penggalian struktur kedalaman 4 - 6 meter
Merupakan Penggalian dengan kedalaman 4 - 6 meter yang
mempunyai harga satuan pekerjaan berbeda dengan penggalian 0 - 2
meter.
4. Galian perkerasan berbutir
Pekerjaan ini merupakan galian tanah untuk tempat timbunan berbutir
diletakan.
5. Timbunan biasa dari sumber galian
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan penimbunan kembali dengan
menggunakan material tanah dari pekerjaan galian pada sebelumnya.
6. Penimbunan kembali berbutir (granulir backfill)
13
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan penimbunan kembali menggunakan
material dari luar yaitu menggunkan material berbutir (granular backfill)
7. Pembersihan dan pengupasan lahan
Pekerjaan ini merupakan pembersihan lahan dari material sisa pekerjaan
galian dan timbunan serta material-material lain untuk persiapan
lapangan pada pekerjaan selanjutnya.
14
8. Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I bentang 40 meter
9. Beton pratekan untuk diafragma fc’ 45 MPa termasuk pekerjaan pasca
tarik (post tension)
10. Baja tulangan polos BjTP 280
11. Baja tulangan sirip BJTS 280 ( kuat leleh 320 MPa)
12. Penyediaan baja struktur grade 250 (kuat leleh 250 MPa)
13. Pemasangan baja struktur grade 250 (kuat leleh 250 MPa)
14. Fondasi Cerucuk, penyedia dan pemancangan
15. Penyediaan tiang pancang baja diameter 500 mm tebal 12 mm
16. Penyediaan tiang pancang baja diameter 500 mm tebal 9 mm
17. Penyediaan tiang pancang baja diameter 500 mm tebal 8 mm
18. Pemancangan tiang pancang baja diameter 500 mm
19. Pengujian pembebanan dinamis jenis PDLT (Pile Dynamic Load
Testing) pada tiang diameter 500 mm
20. Sambungan siar muai tipe baja bersudut
21. Landasan elastomerik karet sintesis berlapis baja ukuran 630 mm x 450
mm x 73 mm
22. Sandaran (railing), tipr pelat baja
23. Pipa drainase baja diameter 100 mm
15
2.5 Pengalihan dan Perlindungan Utilitas Yang Ada
Pengalihan dan perlindungan utilitas yang ada pada area perkerasan
tanah, apabila tanah galian atau timbunan tidak mencapai kepadatan tertentu
sesuai dengan spesifikasi teknis, karena material yang tidak sesuai, maka
material yang ada dilakukan perlakuan tertentu agar kepadatan tanah dapat
sesuai dengan spesifikasi.
16
BAB III
MANAJEMEN PROYEK
17
: Hubungan Perintah
: Hubungan Koordinasi
18
AHDIYAT BAHSAN D
General Superintendent
ROSYID ALI
Manajer Kendali Mutu
Tukang
WAHYUDI ZULPADLI
Pelaksana Administrasi Pelaksana Keuangan
Pekerja
19
Adapun penjelasan lebih rinci tentang tingkatan pada struktur
organisasi di atas, dapat dilihat pada poin-poin berikut ini.
1. Project Manager (Kepala Proyek)
Project manager dalam struktur organisasi kontraktor adalah pemegang
posisi sebagai pemimpin dalam pelaksanaan proyek. Tugas seorang
project manager adalah sebagai berikut:
a. Menguasai seluruh isi dokumen kontrak.
b. Menjamin tersedianya sumber dana yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek.
c. Memantau atau mengevaluasi pelaksana proyek.
d. Melakukan negosiasi dengan subkontraktor.
e. Melakukan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk perencanaan
dalam rangka pelaksaan pekerjaan.
f. Memberi pengarahan dalam tahap pembuatan Rencana Anggaran
Pelaksanaan Proyek (RAPP).
20
g. Memimpin proyek rutin guna memberikan petunjuk-petunjuk teknis.
3. Manajer Teknik
Manajer teknik memiliki tugas dalam perencanaan teknis dan material.
Tugas manajer teknik adalah sebagai berikut:
a. Menyedikan seluruh shop drawing.
b. Membuat perhitungan konstruksi yang diperlukan.
c. Menentukan spesifikasi.
d. Data teknis bahan dan volume pekerjaan.
e. Membuat metode pelaksanaan yang diperlukan oleh proyek dan
waktu kerja yang diperlukan.
4. Manajer Operasional
Manajer operasional memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memahami pekerjaan di lapangan.
b. Menyusun kembali metode pelaksanaan konstruksi dilapangan.
c. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di
lapangan.
21
3.1.3 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas
untuk melaksanakan pekerjaan perencana, perencana. Konsultan perencana
pada proyek ini yaitu PT. Trasnka Dharma Konsultan
22
pekerjaan yang harus diselesaikan dengan waktu, yang disebut dengan
Kurva S. Sebelum membuat jadwal pelaksanaan pekrejaan proyek, maka
terlebih dahulu dibuat perencanaan waktu pada pelaksanaan proyek. Salah
satu metode yang digunakan adalah Network Planning. Network planning
terbentuk dari metode jaringan kerja guna pada perencanaan dan
pengendalian penjadwalan proyek.
Dalam jadwal pelaksanaan ada waktu kerja dan jam kerja para pekerja.
Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk
memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Adapun
pembagian waktu kerja Proyek Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian CS
ini adalah:
3.2.1 Kurva S
Kurva S adalah kurva yang menghubungkan antara persentase
pekerjaan yang dicapai dengan waktu pekerjaan. Kurva S pada Proyek
Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian CS dapat dilihat pada Lampiran 2
di laporan kerja praktik ini. Manfaat dan kegunaan kurva S adalah sebagai
berikut:
23
1. Sebagai jadwal pelaksanaan kegiatan proyek, dari kurva tersebut bisa
dilihat kapan proyek dimulai dan kapan berakhir, dan pekerjaan yang
harus dikerjakan pada tanggal tertentu.
2. Sebagai dasar untuk manajemen keuangan proyek, dengan adanya
kurva S maka terlihat pekiraan besarnya presentase progess yang diraih.
3. Untuk melihat pekerjaan yang masuk kedalam lintasan kritis, yaitu item
yang harus segera selesai agar pekerjaan lain yang berkaitan dapat
segera dikerjakan.
4. Untuk menghitung presentasi pekerjaan proyek, dalam kurva S ada
rencana progress mingguan proyek dan perhitungan progress realisasi
pelaksanaan, dari perbandingan antar rencana dan realisasi akan
diketahui seberapa besar presentasi pekerjaan, apakah lebih cepat atau
mengalami keterlambatan jadwal.
5. Sebagai pedoman manajemen proyek untuk mengambil kebijakan agar
pelaksanaan pekerjaan bisa selesai sesuai batas waktu kontrak.
6. Untuk manajemen pengadaan material, tenaga dan peralatan proyek
sesuai dengan jenis kegiatan yang dikerjakan setiap tanggalnya.
24
4. Schedule karyawan berupa proses untuk mendapatkan dan
merealisasikan karyawan tersebut.
5. Identifikasi training yang diperlukan.
6. Strategi team-building.
7. Rencana untuk pengakuan dan rewards program.
8. Dampak rencana pengelolaan karyawan terhadap organisasi.
25
3.3.2 Pengelolaan Peralatan
Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, diperlukan alat-alat
penunjang yang turut menetukan keberhasilan suatu proyek konstruksi.
Proyek jalan dalam pekasanaannya memerlukan dukungan peralatan berat.
Pengadaan peralatan kostruksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengadaan yang dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor, yaitu dengan
menggunakan peralatan yang dimilikinya sendiri berupa invetaris
perusahaan atau sewa.
2. Pengadaan yang dilakukan dengan melibatkan pihak luar, yaitu jika
pihak kontraktor tidak memiliki sendiri peralatan-peralatan kostruksi
tertentu yang perlu digunakan dalam pembangunan proyek, sehingga
harus menyewa dari pihak luar.
Peralatan yang digunakan pada Proyek Penggantian Jembatan Sei
Kebun Durian CS adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Alat Berat PT Tri Manunggal Karya
Nama Alat berat Jumlah
Excavator 2
Dump Truck 10
Crane 1
Hammer 1
Jack 1
26
Gambar 3. 3 Excavator
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
2. Dump Truck
Dump truck adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
bahan material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan
konstruksi. Seperti yang terlihat pada Gambar 3.4
27
(concrete batch plant) ke lokasi proyek yang akan dicor. Proyek ini
menggunakan Concrete Mixer Truck seperti pada gambar 3.5
4. Hammer
Alat yang digunakan untuk memukul tiang pacing hingga terpancang
ke dalam tanah. Hammer yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat
pada Gambar 3.6.
Gambar 3. 6 Hammer
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
28
5. Crane
Alat yang digunakan untuk mengangkat benda-benda berat yang ada
dalam proyek ini seperti Hammer ,Girder dan plat lantai. Proyek ini
menggunakan Crane seperti pada Gambar 3.7.
Gambar 3. 7 Crane
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
6. Bar Cutter
Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong tulangan
yang bekerja secara elektronik. Proyek ini menggunakan bar cutter
listrik. Keuntungan dari bar cutter listrik dibanding dengan bar cutter
manual adalah bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi, dan juga dapat
mempersingkat waktu pekerjaan. Bar cutter yang digunakan pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.8.
29
Gambar 3. 8 Bar Cutter
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
7. Bar Bender
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Bar
bender yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.9.
30
3.3.1 Pengelolaan Material dan Bahan
Pengelolaan material merupakan aktifitas yang dibutuhkan untuk
mengatur aliran baku (material) untuk bisa digunakan pada suatu proyek
pekerjaan. Pada PT. Tri Manunggal Karya Infrastruktur material pembesian
didatangkan dari tempat pemotongan besi yang terdapat dikantor PT. Tri
Manunggal Karya Infrastruktur.
Pada proyek ini penggunaan teknik manajemen yang sangat baik dan
tepat untuk membeli, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung
material konstruksi menjadi sangat penting. Terdapat tiga kategori material
(Stukhart, 1995):
1. Engineered materials
Produk khusus yang dibuat berdasarkan perhitungan teknis dan
perencanaan. Material ini secara khusus didetil dalam gambar dan
digunakan sepanjang masa pelaksanaan proyek tersebut, apabila terjadi
penundaan akan berakibat mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek.
2. Bulk materials
Produk yang dibuat berdasarkan standar industri tertentu. Material jenis
ini seringkali sulit diperkirakan karena beraneka macam jenisnya
(kabel, pipa).
3. Fabricated materials
Produk yang dirakit tidak pada tempat material tersebut akan digunakan
di luar lokasi proyek.
Bahan-bahan logistik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan abutment
pada proyek Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian CS adalah sebagai
berikut:
1. Bajai Tulangan
Baja tulangan pada abutment berfungsi untuk mengontrol
tegangan tarik. Besi tulangan yang digunakan pada abutment proyek ini
ialah dari tulangan ulir diameter 25 mm dan 19 mm, sedangkan untuk
wingwall menggunakan tulangan ulir diameter 16 mm dan 13 mm. Baja
tulangan dapat dilihat pada Gambar 3.10.
31
Gambar 3. 10 Baja Tulangan
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
2. Kawat Bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat persilangan atau
pertemuan antar besi tulangan sehingga bentuk kerangka tulangan yang
direncanakan tidak berubah atau tidak berpindah tempat dari posisinya.
Kawat bendrat dapat dilihat pada Gambar 3.11.
32
3. Bekisting
Bekisting berfungsi untuk menahan beton selama beton dituang
dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan hingga beton
mengeras. Bekisting dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3. 12 Bekisting
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
4. Penyangga
Penyangga berfungsi sebagai penahan bekisting agar kedudukan
bekisting tidak berubah. Penyangga dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3. 13 Penyangga
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik 2019
33
5. Beton Ready Mix
Beton ready mix merupakan beton yang siap pakai untuk
pengecoran abutment dan elemen lainnya. Beton ready mix dapat
dilihat pada Gambar 3.14.
34
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN STRUKTUR
35
1. Pelat dasar/tumpuan (pile cap) yang terdiri dari tumpuan muka dan
tumpuan belakang, pelat dasar ini juga disebut footing slab. Apabila
menggunakan pondasi tiang pancang (spun pile) ataupun pondasi
sumuran (tiang pancang), maka pelat dasar ini berfungsi untuk
mengikat dan menyatukan antara abutment dengan tiang (pile).
2. Dinding (breast wall) yang disebut juga tembok longitudinal, dimana
konstruksi ini harus mampu menerima gaya horizontal akibat tekanan
tanah aktif dan tekanan tanah pasif, gaya gempa serta seluruh gaya
vertikal yang bekerja.
3. Tempat sepatu, merupakan konstruksi tempat perletakan dari gelagar
memanjang maupun melintang.
4. Sepatu/perletakan (elastomeric bearing pad), merupakan bantalan yang
berfungsi untuk mengurangi getaran yang terjadi pada gelagar akibat
beban dan kendaraan bergerak. Getaran tersebut kemudian diteruskan
ke dinding abutment untuk kemudian diteruskan ke pondasi.
5. Back wall merupakan konstruksi dinding yang berfungsi sebagai
pembatas antara gelagar dengan tanah belakang abutment. Selain itu,
parapet juga berfungsi sebagai penahan gelagar agar tidak bergeser ke
arah belakang abutment.
6. Sayap (wing wall), berfungsi untuk melindungi bagian belakang
abutment dari tekanan tanah yang bekerja.
Perencanaan abutment harus memperhitungkan beban yang ada pada
bangunan atas. Bagian bangunan atas terdiri dari:
1. Pelat lantai kendaraan adalah konstruksi yang berfungsi sebagai
prasarana lalu lintas kendaraan. Pada umumnya pelat lantai jembatan
beton bertulang dicor secara monolit dengan gelagar memanjang dan
gelagar melintang (diafragma).
2. Gelagar memanjang terletak arah memanjang jembatan yang berfungsi
mendukung beban yang bekerja di atasnya, seperti beban kendaraan,
beban mati dan beban hidup. Gelagar melintang, pelat lantai, trotoar dan
sandaran lalu mendistribusikan beban-beban tersebut ke perletakan.
36
Pada umumnya gelagar memanjang jembatan beton bertulang
berbentuk “T” yang lebih sering disebut balok “T” yang direncanakan
sedemikian rupa sehingga didapat hasil gelagar yang stabil untuk
menahan gaya-gaya yang bekerja.
3. Gelagar melintang (diafragma) berfungsi untuk menahan beban dan
gaya yang bekerja pada pelat lantai dan beban yang berasal dari beban
hidup dan beban sendiri, sebagai pengikat antara gelagar memanjang
dan menjaga adanya gaya puntir akibat beban lantai jembatan.
4. Trotoar pada jembatan digunakan bagi pejalan kaki untuk berjalan agar
tidak mengganggu lalu lintas kendaraan.
5. Sandaran adalah konstruksi yang berfungsi sebagai pengaman bagi
kendaraan yang melintas serta bagi pejalan kaki yang berjalan di atas
trotoar.
Pengaruh kondisi lingkungan seperti angin, aliran air, gempa, dan
penyebab-penyebab alam lainnya juga perlu diperhatikan selain beban-
beban yang bekerja dalam perencanaan abutment. Selain itu, faktor
pemilihan bentuk atau jenis abutment yang digunakan juga harus
diperhatikan dengan teliti. Terdapat berbagai bentuk dan jenis abutment
tetapi dalam pemilihannya perlu dipertimbangkan seperti bentuk bangunan
atas, kondisi tanah pondasi, serta kondisi bangunannya. Jenis-jenis
abutment terdiri dari beberapa tipe atau bentuk yang umum, diantaranya
adalah:
1. Abutment Tipe Gravitasi
Memperoleh kekuatan dan ketahanan terhadap gaya-gaya yang
bekerja dengan menggunakan berat sendiri. Pelaksananaannya tidak
begitu rumit. Abutment tipe ini sering digunakan pada struktur yang
tidak terlalu tinggi dan tanah pondasinya yang baik. Umumnya material
yang digunakan merupakan pasangan batu kali atau beton tumbuk.
Biasanya abutment tipe gravitasi digunakan pada jembatan yang
memiliki bentang yang tidak terlalu panjang. Bentuk abutment tipe
gravitasi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
37
Gambar 4. 1 Abutment Tipe Gravitasi
2. Abutment Tipe T Terbalik
Tembok penahan dengan balok kantilever tersusun dari suatu
tembok memanjang dan sebagai suatu pelat kekuatan dari tembok.
Ketahanan dari gaya-gaya yang bekerja diperoleh dari berat sendiri dan
berat tanah di atas pelat tumpuan /tumit. Perbedaan tipe T terbalik
dengan abutment tipe gravitasi terdapat pada kelangsinganya, dimana
abutment tipe T terbalik lebih langsing daripada abutment tipe gravitasi.
Pada umumnya abutment tipe T terbalik digunakan pada konstruksi
yang lebih tinggi dan material yang digunakan beton bertulang. Bentuk
abutment tipe T terbalik dapat dilihat pada Gambar 4.2.
38
Gambar 4. 2 Abutment Tipe T Terbalik
3. Abutment Tipe dengan Penopang
Tipe ini hampir mirip dengan abutment tipe T terbalik, tetapi jenis
abutment ini diberi penopang pada sisi belakangnya (counterfort) yang
bertujuan untuk memperkecil gaya yang bekerja pada tembok memanjang
dan pada tumpuan. Pada umumnya abutment tipe penopang digunakan
pada keadaan sruktur yang tinggi dan menggunakan material beton
bertulang. Bentuk abutment tipe dengan penopang dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
39
Gambar 4. 3 Abutment Tipe dengan Penopang
Abutment merupakan salah satu bagian konstruksi jembatan yang
terdapat pada ujung-ujung jembatan dan digunakan untuk menahan tanah
dan meneruskan gaya ke pondasi serta harus mampu memberikan kestabilan
terhadap pengaruh gaya-gaya eksternal maupun internal. Oleh karena itu,
dalam perencanaan abutment, kestabilan konstruksi harus ditinjau terhadap
pengaruh gaya-gaya eksternal yang dapat menyebabkan keruntuhan guling
(overturning failure) dan keruntuhan geser (sliding failure), maupun
terhadap gaya-gaya internal yang dapat menyebabkan pecahnya konstruksi.
Sebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah
mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus
kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi dikatakan kokoh apabila
konstruksi tersebut dalam keadaan stabil. Adapun kestabilan abutment yang
dihitung terdiri dari stabilitas guling dan geser.
Stabilitas guling (overturning stability) merupakan kestabilan abutment
yang berkaitan dengan momen yang terjadi pada struktur abutment. Momen
tersebut terjadi karena adanya gaya eksternal dan internal beserta tekanan
tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah di belakang dinding penahan dan
cenderung menggulingkan abutment akibat rotasi. Selain itu akan terjadi
40
momen resistensi dikarenakan berat sendiri struktur terhadap titik guling,
yang akan berfungsi untuk menahan momen guling akibat gaya aktif tanah.
Sedangkan stabilitas geser (sliding stability) adalah kestabilan abutment
yang berkaitan dengan adanya gaya horizontal yang dapat menggeser
struktur abutment. Akan tetapi gaya tersebut akan ditahan oleh gaya gesek
yang terjadi antara bidang dasar dinding penahan tanah dengan tanah yang
ada di bawahnya. Adapun stabilitas guling dan stabilitas geser terbagi
menjadi dua arah, yaitu stabilitas arah x dan y. Stabilitas arah x merupakan
kestabilan suatu abutment dalam menahan gaya yang menyebabkan
terjadinya guling serta geser pada arah x, yaitu searah dengan lebar
abutment. Sedangkan stabilitas arah y merupakan kestabilan suatu abutment
dalam menahan gaya yang menyebabkan terjadinya guling serta geser pada
arah y, yaitu searah dengan panjang abutment.
Menurut Jagadeesh (2004), suatu abutment dikatakan sudah memenuhi
batas aman jika memiliki stabilitas terhadap guling dengan safety factor
(SF) ≥ 2, sedangkan stabilitas terhadap geser dengan safety factor (SF) ≥
1,5. Jika sudah memenuhi batas aman, maka struktur abutment tersebut
mampu menahan gaya-gaya eksternal dan internal yang menyebabkan
terjadinya guling dan geser.
Secara umum ada 4 fungsi utama dari Rancanga Anggaran Biaya (RAB):
41
lainnya yang diperlukan misalanya perizinan, kantor atau gudang
sementara, fasilitas pendukung misalnya air dan listrik sementara.
2. Menetapkan daftar dan jumlah material yang dibutuhkan. Dalam RAB
harus dipastikan jumlah masing masing material disetiap komponen
pekerjaan. Jumlah material didasarkan dari volume pekerjaan, sehingga
kesalahan perhitungan volume setiap komponen pekerjaan akan
mempengaruhi jumlah material yang dibutuhkan. Daftar dan jenis
material yang tertuang dalam RAB menjadi dasar pembelian material
ke Supplier.
3. Menjadi dasar untuk penunjukan/ pemilihan kontraktor pelaksana.
Berdasarkan RAB yang ada, maka akan diketahui jenis dan besarnya
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari RAB tersebut akan kelihatan
pekerja dan kecakapan apa saja yang dibutuhkan. Berdasarkan RAB
tersebut akan diketahui apakah cukup diperlukan satu kontraktor
pelaksana saja atau apakah diperlukan untuk memberikan suatu
pekerjaan kepada subkontraktor untuk menangani pekerjaan yang
dianggap perlu dengan spesialis khusus.
4. Peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
akan diuraikan dalam estimasi biaya yang ada. Seorang estimator harus
memikirkan bagaimana pekerjaan dapat berjalan secara mulus dengan
menentukan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan
tersebut. Dari RAB juga dapat diputuskan peralatan yang dibutuhkan
apakah perlu dibeli langsung atau hanya perlu dengan sistim sewa.
Kebutuhan peralatan dispesifikasikan berdasarkan jenis, jumlah dan
lama pemakaian sehingga dapat diketahui berapa biaya yang
diperlukan.
Menurut Sastraatmadja (1991), penaksiran anggaran biaya adalah
proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan
pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Taksiran dibuat sebelum
dimulainya pembangunan, maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah
taksiran, bukan biaya sebenarnya (actual cost). Tentang cocok atau tidaknya
42
suatu taksiran biaya dengan biaya yang sebenarnya sangat tergantung dari
kepandaian dan keputusan yang diambil penaksir berdasarkan
pengalamannya. Sehingga analisis yang diperoleh langsung diambil dari
kenyataan yang ada di lapangan berikut dengan perhitungan koefisien /
indeks lapangannya. Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan
dengan metode Lapangan/Kontraktor adalah sebagai berikut :
1. Membuat Daftar Harga Satuan Material dan Daftar Harga Satuan Upah.
2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara ; perkalian antara harga
satuan bahan dengan nilai koefisien bahan.
3. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara ; perkalian antara
harga satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja.
4. Harga satuan pekerjaan = volume x (jumlah bahan + jumlah upah
tenaga kerja).
43
Gambar 4. 4 fabrikasi baja Tulangan
4.2.2 Pembuatan Lantai Kerja
Pekerjaan pembuatan lantai kerja dilakukan setelah pekerjaan
pemancangan. Lantai kerja ini berfungsi untuk memudahkan pekerja dalam
merakit tulangan serta menjaga agar tulangan tetap bersih. Adapun tahapan
pembuatan lantai kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengukur kembali as abutment sesuai dengan gambar rencana.
2. Mempersiapkan peralatan yang digunakan.
3. Membuat bekisting untuk pengecoran lantai kerja.
4. Menuangkan adukan beton ready mix fc’ 30 Mpa dari Concrete Mixing
Truck kemudian adukan diratakan hingga ketinggian 10 cm. Proses ini
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
44
4.2.3 Penulangan Tiang Pancang
Tiang pancang yang telah terpancang akan dimasukkan besi tulangan
yang telah dirakit melingkar dengan kedalaman 5 m serta dilebihkan jarak
15 cm diatas lantai kerja. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.6.
45
4.2.5 Penulangan Abutment
Pekerjaan pembesian setelah pemasukan tulangan pada tiang pancang.
Pada pekerjaan pembesian ini menggunakan bahan baja tulangan dan kawat
bendrat sebagai alat pengikatnya. Tahap ini dilakukan setelah tahap
pemotongan dan pembengkokan tulangan sesuai dengan ukuran yang
direncanakan selesai. Adapun perakitan dan penyetelan tulangan dilakukan
secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.
Tahap pertama yaitu penulangan pile cap abutment. Penulangan pile
cap abutment dapat dilihat pada Gambar 4.8.
46
Gambar 4. 9 Penulangan Struktur Abutment
4.2.6 Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting dilakukan setelah pekerjaan pembesian.
Pemasangan bekisting dilakukan secara bertahap sesuai dengan daerah yang
akan dicor. Tahap pertama dilakukan pemasangan bekisting untuk pile cap,
lalu setelah itu dilaksanakan pengecoran pile cap, baru dilaksanakan
pemasangan bekisting untuk struktur abutment di atas pile cap. Pemasangan
bekisting dan perancah dapat dilihat pada Gambar 4.10.
47
4.2.7 Pengecoran Pile Cap Abutment
Pengecoran pile cap abutment dilakukan setelah pekerjaan pemasangan
tulangan dan bekisting selesai dilakukan dan telah dicek kekuatannya
sehingga mampu menahan beton segar baik secara horizontal maupun
vertikal. Pekerjaan pengecoran pile cap abutment sekaligus dengan
pengisian beton pada tiang pancang. Abutment pada proyek Penggantian
Jembatan Sei Kebun Durian CS ini menggunakan beton mutu fc’ 30 MPa.
Beton segar tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2 m pada pekerjaan
pengecoran, hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya segregasi pada
beton tersebut. Langkah – langkah pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan serta
menempatkannya di dekat lokasi pengecoran.
b. Membersihkan tulangan dengan menyiramkan air serta membersihkan
lokasi pengecoran dari kotoran – kotoran yang dapat mempengaruhi
mutu beton.
c. Menyedot air yang terdapat dalam tiang pancang dengan menggunakan
pompa.
d. Memberi oli pada bagian dalam bekisting, supaya air yang terdapat
dalam beton tidak terserap oleh kayu dan memudahkan dalam
pelepasan bekisting.
e. Menuangkan adukan beton dengan bantuan concrete pump secara
merata kemudian memadatkan setiap lapisan dengan menggunakan
vibrator. Pengecoran pile cap abutment dapat dilihat pada Gambar 4.11.
f. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan beton, maka dibuat benda uji
berbentuk silider dan juga dilakukan uji slump.
48
Gambar 4. 11 Pengecoran Pile Cap Abutment
Pengecoran abutmen dilakukan sebanyak 3 tahap, yaitu pengecoran pile
cap, pengecoram badan abutmen dan pengecoran untuk menyambungkan
abutment dengan plat lantai. Sebelum melanjutkan pengecoran tahap
selanjutnya, beton yang telah mengeras dibersihkan terlebih dahulu dengan
cara menyemprotkan air kemudian disiram menggunakan campuran air
dengan sikabon. Sikabon ini berfungsi sebagai perekat pada beton yang
telah padat dengan beton yang akan dicor.
4.2.8 Pembongkaran Bekisting
Bekisting dibongkar dengan hati – hati agar tidak merusak permukaan
dari beton setelah pile cap mengeras. Waktu pembongkaran bekisting di
lapangan bervariasi tiap tahapannya. Untuk pengecoran tahap pertama,
bekisting dibongkar sehari setelah pengecoran. Pengecoran tahap kedua
bekisting dibongkar 3 hari setelah pengecoran. Pengecoran tahap ketiga
bekisting dibongkar cukup lama, lebih dari 2 minggu setelah pengecoran.
Pembongkaran bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.12.
49
Gambar 4. 12 Pembongkaran Bekisting
4.3 Kontrol Kualitas
Pengawasan kualitas (quality control) dilakukan berbagai macam
pengujian, sesuai prosedur pelaksanaannya mengacu pada PPIUG yang
meliputi:
4.3.1 Uji Slump Test
Slump test ini dimaksudkan untuk menguji kekentalan adukan beton,
agar diperoleh mutu yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam
perencanaan. Adapun peralatan dan bahan untuk uji slump beserta tahapan
pengerjaanya dilaksanakan berdasarkan SNI 1972-2008.
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam uji slump ini yaitu:
a. Peralatan
1. Kerucut abrams dengan tinggi 305 mm, diameter bawah 203 mm dan
diameter atas 102 mm;
2. Tongkat penumbuk (tongkat baja) diameter 16 mm, panjang 600 mm;
3. Alas ukur minimal 50 40 cm2 terbuat dari multipleks lapis films atau
plat baja atau bahan lain yang tidak menyerap air.
b. Bahan
Beton ready mix
Langkah-langkah pekerjaan pengujian slump test dapat dilihat pada
Gambar 4.13:
50
1. Adukan beton yang dihasilkan mesin molen diambil dengan
menggunakan gerobak dorong untuk diuji.
2. Kerucut abrams diletakkan di alas yang rata yang tidak menyerap
air (potongan pelat baja), kemudian diisi dengan bubur beton tadi
dengan cara memasukkan lapis demi lapis masing-masing 1/3
bagian kerucut dan setiap lapis ditusuk/ditumbuk dengan tongkat
(stick) sebanyak 25 kali.
3. Setelah kerucut penuh, bidang permukaan atasnya diratakan lalu
dibiarkan sekitar 30 detik. Setelah 30 detik kerucut diangkat tegak
lurus ke atas dan akan terjadi penurunan puncak bubur beton yang
telah terbentuk kerucut. Ukur penurunan yang terjadi dengan
membalikkan kerucut disebelahnya menggunakan perbedaan
tinggi rata – rata dari benda uji. Besarnya penurunan ini disebut
slump.
4. Toleransi nilai slump dari beton segar sebesar ± 2 cm.
5. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat
digunakan.
51
kekuatan atau menjadi bubur beton. Dianjurkan penggunaan nilai-nilai
slump seperti tampak pada Tabel 4.1 untuk mencegah penggunaan adukan
beton yang terlalu kental ataupun encer.
Tabel 4. 1 Nilai-nilai Slump untuk berbagai Pekerjaan Beton
Nilai Slump
No Uraian
Maksimum Minimum
1 Dinding, pelat, pondasi dan pondasi 12,5 5,0
telapak bertulang
2 Pondasi telapak tidak bertulang, 9,0 2,5
kaison dan konstruksi di bawah tanah
3 Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5
4 Pengerasan jalan 7,5 5,0
5 Pembetonan masal 7,5 2,5
Sumber : PBI, 1971
Pada proyek Pembangunan Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian
Cs ini didapat hasil uji slump berkisar 8 ± 2 cm, ini berarti adukan beton
telah sesuai dengan aturan PBI 1971 pada Tabel 4.1 yaitu nilai pondasi
telapak bertulang berkisar antara 5 hingga 12,5 cm. Pengujian slump test
dapat dilihat pada Gambar 4.14. Dari hasil pengujian slump di dapat nilai
8,5 cm.
52
4.3.2 Uji Beton
Pengujian ini dilakukan di laboratorium menggunakan alat uji kuat
tekan untuk mengetahui kekuatan dari beton apakah telah sesuai dengan
kekuatan yang direncanakan. Metode pelaksanaan pembuatan silinder beton
adalah sebagai berikut:
a. Adukan beton dimasukkan kedalam cetakan dalam 3 tahap (1/3 tinggi
cetakan)
b. Setiap lapisan pengisian dimampatkan ditumbuk/ ditusuk dengan
menggunakan tongkat besi sebanyak 25 kali.
c. Permukaan diratakan sejajar dengan puncak cetakannya.
d. Silinder beton ditandai dengan membuat nama lokasi pengecoran
e. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat umur beton 7 hari dan
28 hari.
Sampel uji beton dapat dilihat pada Gambar 4.15
53
Gambar 4. 16 Tampak samping kiri Pile Cap Abutment
54
Gambar 4. 17 Tampak samping kanan badan Abutment
55
Gambar 4. 18 Tampak atas Abutment
56
Gambar 4. 19 Potongan Melintang Jembatan
4.4.1 Perhitungan Volume Penggalian
Panjang penggalian (p) = 12,60 m
Lebar penggalian (l) = 7,00 m
Tinggi penggalian (t) = 2,00 m
V=pxlxt
V = 12,60 x 7,00 x 2,00
V = 176,4 m3
57
4.4.2 Perhitungan Volume Pengecoran Lantai Kerja
Panjang lantai kerja (p1) = 10,6 m
Lebar lantai kerja (l) = 5,00 m
Tinggi lantai kerja (t) = 0,10 m
V1 = p x l x t
V1 = 10,5 x 4,5 x 0,10
V1 = 5,3 m3
4.4.3 Volume Beton Abutment
Berdasarkan Gambar 4.16, Gambar 4.17 dan Gambar 4.18 di atas,
maka volume beton pada abutment dapat dihitung sebagai berikut:
58
(0,65+1,8)× 0,5
=( ) ×10,6
2
= 6,493 m3
• Pias 6
V=p×l×t
= 0,65 × 2,136 × 10,6
= 14,717 m3
• Pias 2
jumlah sisi sejajar × t
V=( )×p
2
(0,65+3,95)× 0,2
=( ) ×10,6
2
= 4,876 m3
Volume total Pile Cap Abutment
Vtotal = (V1 +V2 )
Vtotal = (33,496 + 4,876)
V2 total = 38,372m3
59
• Pengurangan Volume setebal 0,15 m sebanyak 18 titik pancang.
1
V = 4 × π × D2 × t × jumlah tiang
1
= × π × 0,82 × 0,15 × 18
4
= 1,357 m3
• Pias 2
V=p×l×t
= 0,962 × 0,5 × 2,1
= 1,01 m3
• Pias 3
Jumlah sisi sejajar × t
V=( )×p
2
(2,1 + 1,2) × 1
=( )× 0,5
2
= 0,825 m3
60
• Pias 4
V=p×l×t
= 1,288 × 0,5 × 1,2
= 0,773 m3
• Pias 5
Jumlah sisi sejajar × t
V=( )×p
2
61
Bagian perhitungan pada pembesian badan abutment dapat dilihat
pada Gambar 4.20.
62
Berdasarkan Gambar 4.20 dapat diuraikan perhitungan penulangan badan
abutment yang dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4. 2 Perhitungan penulangan badan abutment
Total Jumlah
Diameter Jumlah Berat Total
Nama Tulangan Sket Panjang Panjang
Tulangan Tulangan (Kg/m) Berat
(m) (m)
Perhitungan tulangan A
• Total Panjang (m)
= 500 + 4190
= 4690 mm
= 4,69 m
• Jumlah Tulangan
= 72 buah
63
• Jumlah Panjang (m)
= Total panjang x Jumlah Tulangan
= 4,69 x 72
= 337,68 m
• Berat Jenis
Berat jenis tulangan berdasarkan diameter tulangan dapat dilihat pada
Tabel 4.3
Dari Tabel 4.3 didapat berat jenis tulangan diameter 22 adalah 2,98 kg/m
• Total Berat
= Jumlah Panjang x Berat Jenis
= 337,68 x 2,98
= 1006,29 kg
Total berat tulangan badan abutment sesuai Tabel 4.3 adalah 7850,95 Kg
64
2. Volume Pembesian wing abutment
Bagian perhitungan volume pada pembesian wing abutment dapat
dilihat pada Gambar 4.21.
65
Tabel 4. 4 Perhitungan penulangan wing abutment
Total Jumlah
Diameter Jumlah Berat Total
Nama Tulangan Sket Panjang Panjang
Tulangan Tulangan (Kg/m) Berat
(m) (m)
Perhitungan tulangan W1
66
Tabel 4. 5 Berat jenis sesuai hasil test
Diameter Berat Jenis
8 0,00
10 0,62
12 0,88
13 1,04
16 1,58
19 2,22
22 2,98
25 3,84
32 6,30
Dari Tabel 4.5 didapat berat jenis tulangan diameter 19 adalah 2,22 kg/m
• Total Berat
= Jumlah Panjang x Berat Jenis
= 132,48 x 2,22
= 294,11 kg
Total berat tulangan wingwall abutment sesuai Tabel 4.4 adalah 1020,43 Kg
67
3. Volume Pembesian Footing Abutment
Bagian perhitungan volume pada pembesian footing abutment dapat
dilihat pada Gambar 4.22.
68
Perhitungan tulangan F1
• Jumlah Tulangan
= 72 buah
• Jumlah Panjang (m)
= Total panjang x Jumlah Tulangan
= 5,12 x 72
= 368,64 m
• Berat Jenis
Berat jenis tulangan berdasarkan diameter tulangan dapat dilihat
pada Tabel 4.7
Tabel 4. 7 Berat jenis sesuai hasil test
Diameter Berat Jenis
8 0,00
10 0,62
12 0,88
13 1,04
16 1,58
19 2,22
22 2,98
25 3,84
32 6,30
• Total Berat
= Jumlah Panjang x Berat Jenis
= 368,64 x 3,84
= 1415,42 kg
69
Total berat tulangan footing abutment sesuai Tabel 4.6 adalah
2573,79 Kg
Jadi, total keseluruhan berat tulangan abutment adalah
7850,95 + 1020,43 + 2573,79 = 11445,16 Kg
70
Gambar 4. 25 Sisi Belakang Badan Abutment dengan Bekisting Baja dan Kayu
Berdasarkan Gambar 4.23, Gambar 4.24 dan Gambar 4.25, maka volume
bekisting pada struktur abutment dapat dihitung sebagai berikut :
71
b. Sisi depan dan belakang (bekisting kayu)
72
d. Sisi samping kiri dan kanan (bekisting kayu)
73
Panjang bekisting = 10,6 m
Lebar bekisting = 2,136 m
L =pxl
L = 10,6 m x 2,136 m
L = 22,642 m2
74
Gambar 4. 32 Pias c Bekisting Badan Abutment
Panjang bekisting = 10,6 m
Lebar bekisting = 0,4 m
L =pxl
L = 10,6 m x 0,4m
L = 4,24 m2
75
L = 10,6 m x 0,4m
L = 4,24 m2
76
Panjang bekisting = 10,6 m
Lebar bekisting = 2,564 m
L =pxl
L = 10,6 m x 2,564 m
L = 27,178 m2
77
Gambar 4. 37 Pias b Bekisting Badan Abutment
Panjang bekisting = 10,6 m
Lebar bekisting = 0,781 m
L =pxl
L = 10,6 m x 0,781m
L = 8,279 m2
78
L = 10,6 m x 2,714 m
L = 28,77 m2
79
Panjang bekisting = 10,6 m
Lebar bekisting = 0,65 m
L =pxl
L = 10,6 m x 0,65 m
L = 6,89 m2
80
Berdasarkan Gambar 4.40 maka dapat dihitung luasan sisi samping luar wing
wall adalah berikut:
• Pias 1 • Pias 2
A= 2×p×l 𝑝1 + 𝑝2
A= 2× ×l
= 2 × 2,55 × 1,212 2
2,55 + 1,55
= 6,181 m2 = 2× × 1,00
2
= 4,1 m2
• Pias 3 • Pias 6
A= 2× p×l 𝑝1 + 𝑝2
A= 2× ×l
= 2 × 1,55 × 0,488 2
2,9 + 2,35
= 1,513 m2 = 2× × 0,5
2
= 2,625 m2
• Pias 4
A= 2× p×l • Pias 7
= 2 × 2,5 × 0,4 A= 2× p×l
2
= 2m = 2 × 2,35 × 2,138
= 10,05 m2
• Pias 5
A= 2× p×l • Pias 8
1
= 2 × 2,9 × 0,4 A = 2 × 2× p × l
= 2,32 m2 1
= 2 × 2 × 1,65 × 0,2
= 0,33 m2
81
Gambar 4. 42 Pias-Pias Sisi Samping Dalam Wing Wall
Berdasarkan Gambar 4.41 maka dapat dihitung luasan sisi samping luar wing
wall adalah berikut:
• Pias 1 • Pias 2
A= 2×p×l A= 2×p×l
= 2 × 2,55 × 0,25 = 2 × 2,25 × 0,650
= 1,275 m2 = 2,925 m2
82
• Pias 3 • Pias 6
A= 2× p×l 𝑝1 + 𝑝2
A= 2× ×l
= 2 × 2,05 × 0,312 2
1,05 + 1,65
= 1,28 m2 = 2× × 0,5
2
= 1,35 m2
• Pias 4
𝑝1 + 𝑝2
A= 2× ×l • Pias 7
2
A= 2× p×l
2,05 + 1,05
= 2× × 1,00 = 2 × 1,65 × 2,138
2
= 3,1 m2 = 7,055 m2
• Pias 5 • Pias 8
1
A= 2× p×l A = 2 × 2× p × l
= 2 × 1,05 × 1,288 1
= 2 × 2 × 1,65 × 0,2
= 2,705 m2
= 0,33 m2
83
4.5 Perhitungan Harga Satuan
Pekerjaan Abutment ini memiliki volume pengecoran sebesar 93,41 m3
dan volume pembesian sebesar 11.445,16 kg. Sehingga dalam pekerjaan ini
meliputi perhitungan tenaga kerja yang digunakan, bahan yang digunakan,
hingga peralatan yang meliputi alat berat dan alat bantu lainnya.
Menurut Tabel Analisa Harga Satuan (terlampir) diperoleh data sebagai
berikut
84
85
Tabel 4. 9 Rekapitulasi Harga Pekerjaan Abutment
Dari hasil hitungan sendiri di Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 dapat diketahui
bahwa total biaya untuk pekerjaan 1 abutment Pembangunan Penggantian
Jembatan Sei Kebun Durian Cs adalah senilai Rp 446.547.529,24
86
BAB V
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
5.1 Pendahuluan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. K3 bertujuan untuk memelihara
kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan
kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja. K3 digunakan untuk
mengidentifikasi dan mencegah bahaya – bahaya yang terjadi di sekitar
pelaksanaan proyek misalnya (bahaya kebakaran, banjir, dan gempa bumi).
Setelah teridentifikasi maka informasi tentang bahaya perlu diberikan
kepada seluruh karyawan tentang cara – cara penyelamatan dan mengajak
untuk sadar akan bahaya tersebut.
5.1.1 Pengertian K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) merupakan upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman,
nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas yang tinggi. K3 sangat
penting untuk dilaksanakan dalam semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali
proyek konstruksi.
87
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja.
5.2.1 Rencana K3
Menyusun rencana K3 di proyek. Berikut ini adalah cara penyusunan
rencana atau program K3 yang antara lain adalah :
a. Mengidentifikasi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
b. Rencana Kerja Proyek (RKP) yang terdiri dari :
1. Rencana mutu (quality plan), sesuai dengan persyaratan kontrak dan
pedoman mutu serta sistem dan prosedur.
2. Jadwal waktu (time plan/schedule), meliputi jadwal kegiatan
administratif dan fisik konstruksi serta pengadaan dan penggunaan
semua jenis sumber-dayanya.
3. Rencana anggaran biaya (Cost plan/Budget), meliputi rencana biaya
langsung dan tidak langsung, rencana penerimaan dan pengeluaran,
dari awal sampai selesai.
4. Rencana/program K3 (Safety and Health plan), sesuai dengan
persyaratan kontrak dan peraturan perundangan yang berlaku serta
SMK3.
c. Menyusun rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terdiri
dari :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis bahaya dan analisis resiko dari:
88
- Setiap proses tahapan/jenis perkerjaan dari tahap persiapan
mobilisasi/demobilisasi, pondasi, pekerjaan tanah, struktur bawah
dan atas, dll.
- Setiap jenis peralatan, pemasangan, mobilisasi/demobilisasi, dll.
- Setiap jenis material, transportasi, penyimpanan dan penggunaannya
- Kondisi lingkungan fisik sosial, jalan (akses, lalu-lintas
alat/material/pekerja), keamanan, dan lain-lain.
2. Menyusun daftar matriks yang berisi kolom-kolom:
- Nomor urut.
- Lokasi/jenis pekerjaan/aktifitas (setiap sumber resiko).
- Jenis resiko kecelakaan berdasarkan lokasi pekerjaan.
- Upaya pencegahan/pengendalian resiko berdasarkan jenis resiko.
- Penanggung jawab pekerjaan/aktifitas berdasarkan lokasi pekerjaan.
3. Menyusun daftar matriks prosedur pengoperasian alat terdiri dari:
- Nomor urut.
- Jenis alat.
- Bagian-bagian alat yang harus diperiksa.
- Cara pengoperasian dan jenis pengendalian resiko selama operasi.
- Keterangan dan penanggung jawab.
4. Menyusun agenda kegiatan inspeksi dan pertemuan/tinjauan hasil
inspeksi (harian, mingguan, bulanan).
5. Struktur organisasi dan uraian tugas P2K3 dan unit penanggulangan
keadaan darurat/kebakaran.
6. Daftar alamat pihak-pihak yang harus dihubungi bila terjadi keadaan
darurat, seperti:
- Rumah sakit, puskesmas dan dokter hyperkes terdekat.
- Kantor dinas pemadam kebakaran terdekat.
- Kantor polisi, apparat keamanan lainnya yang terdekat.
d. Menyiapkan prosedur K3 (jika disyaratkan dalam kontrak) K3 sebaiknya
disusun secara sistematis, ringkas, dan menyeluruh.
89
5.2.1 Pengendalian Resiko
Resiko yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko menuju titik aman.
Pengendalian resiko/bahaya dengan cara eliminasi memilih tingkat
keefektifan, keandalan, dan proteksi tertinggi di antara pengendalian
lainnya. Berikut ini adalah 5 hierarki pengendalian resiko yang tercantum
dalam Tabel 5.1.
Tabel 5. 1 Hierarki Pengendalian Resiko
Jenis Keterangan
Eliminasi Eliminasi Bahaya Sumber
Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan
Perancangan Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang lebih
aman
Administrasi Prosedur, aturan, durasi kerja, tanda
bahaya, rambu, label, dan poster
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga
Kerja
5.3 Penerapan K3
Setiap perusahaan akan ada program K3, namun tidak semua
perusahaan menjalankan program K3 tersebut dengan baik dan benar karena
disebabkan oleh beberapa faktor. Penerapan K3 yang baik dan benar, yaitu:
1. Memelihara peralatan – peralatan kerja.
90
2. Melakukan pengontrolan terhadap peralatan – peralatan kerja secara
berkala.
3. Mempekerjakan petugas kebersihan untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan perusahaan.
4. Menyediakan fasilitas yang memadai.
5. Perencanaan program K3 yang terkoordinasi.
6. Melakukan penilaian dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan kerja.
91
2. Sepatu kerja merupakan perlindungan tehadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol tebal yang tebal supaya bisa
bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam.
3. Kacamata kerja untuk melindungi mata dari debu, kayu, serpihan besi
yang beterbangan tertiup angin. Oleh karena itu mata butuh perlindungan
juga. Biasanya pekerjaan yang memerlukan kacamata adalah pekerjaan
mengelas.
4. Sarung tangan diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan
utamanya adalah untuk melindungi tangan dari benda-benda keras dan
tajam selama menjalankan kegiatan. Salah satu pekerjaan yang
memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan dan kayu.
5. Helm untuk pelindung kepala dan sudah merupakan keharusan bagi
setiap pekerja konstruksi terutama pekerjaan bangunan gedung.
6. Sabuk pengaman biasanya pada kegiatan erection baja pada bangunan
tower.
7. Masker melindungi hidung dari bahaya serbuk kayu sisa kegiatan
memotong, mengamplas, dan mengerut kayu.
8. Pelindung telinga berfungsi untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi
yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang bising
dan cukup keras.
9. P3K ini berfungsi apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat
ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya
dilakukan pertolongan pertama di proyek. Pelaksana konstruksi wajib
menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
5.3.2 Pelaksanaan
Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, pelaksanaan penerapan
K3 oleh PT. Trimanunggal Karya di lapangan belum diterapkan sesuai
dengan standar yang sudah ada, yaitu pedoman Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan Bina Marga
No.004/BM/2006. Berikut hasil pengamatan di lapangan yang diperoleh
mengenai penerapan K3.
92
Semua pekerja tidak memakai peralatan pendukung K3 ini
dikarenakan persediaan APD yang tidak lengkap dan beberapa pekerja yang
merasa keberatan dalam menggunakan APD. Pekerja beranggapan bahwa
penggunaan APD dilapangan menganggu jalanya pekerjaan. Mereka
beranggapan bahwa penggunaan APD membatasi gerak mereka, sehingga
tidak leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Pelaksanaan ini berjalan
kurang baik dikarenakan kurangnya kesadaran dari pekerja terhadap
kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri dan kurangnya pengawasan dari
pihak proyek.
93
Gambar 5. 3 Pekerja Tidak Menggunakan APD Lengkap
94
Gambar 5. 5 Pembatas Proyek dan Gambar APD pada Proyek
Selain pentingnya APD dalam suatu proyek, rambu peringatan juga
harus selalu diperhatikan. Dikarenakan proyek pekerjaan abutment
bersebelahan dengan jalan lalu lintas kearah Taluk Kuantan maupun ke arah
Pekanbaru, maka dibuat rambu peringatan seperti pada gambar 5.3. Rambu
peringatan ini berfungsi untuk memperingati pengendara lalu lintas untuk
lebih berhati-hati ketika melewati lokasi proyek.
95
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama mengerjakan kerja praktik pada
proyek pembangunan Penggatian Jembatan Sei Kebun Durian CS
Kabupaten Kampar ini, maka secara umum dapat disimpulkan beberapa hal
penting diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pemilik Proyek Pembangunan Penggatian Jembatan Sei Kebun Durian
Cs adalah PT. Trimanunngal Karya. Sedangkan Konsultan Pengawas
proyek ini adalah PT Transka Dharma Konsultan.
2. Pengelolaan material beton pada proyek ini menggunakan beton ready
mix yang didatang datang PT. Mitra Beton.
3. Kontrol kualitas lapangan yang dijumpai pada proyek ini adalah uji
slump test
4. Kontrol kualitas laboratorium yang dilakukan pada proyek adalah uji
beton.
5. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan :
a Total volume pengecoran satu abutment adalah 93,41 m3
b Total keseluruhan berat tulangan satu abutment adalah 11.445,16
kg
c Total luasan bekisting dalam pekerjaan satu abutment adalah
219,457 m2
d Total biaya untuk pekerjaan abutment adalah senilai Rp
446.547.529,24
6. Berdasarkan hasil pantauan selama kerja praktik di lapangan terdapat
beberapa faktor yang menghambat proses kegiatan pembangunan
Penggantian Jembatan Sei Kebun Durian Cs diantaranya adalah faktor
cuaca yang tidak mendukung, kerusakan alat berat, keterlambatan
datangnya tiang pancang akibat surutnya air sungai, dan keterlambatan
alat berat datang.
96
7. Pada proyek kegiatan pembangunan Pernggantian Jembatan Sei Kebun
Durian Cs, proyek ini dikerjakan mulai tanggal 30 Mei 2019 dan
direncanakan selesai tanggal 30 Desember 2019 atau selama 240 hari
kalender.
8. Pada proyek ini aspek keamanan dan keselamatan kerja (K3) berjalan
dengan kurang baik karena semua pekerja tidak memakai atribut yang
lengkap, seperti helm pelindung, safety shoes, rompi nyala, kacamata
dan sarung tangan.
6.2 Saran
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis dapat memberikan
beberapa saran yang bertujuan sebagai bahan pembelajaran yaitu:
1. Kepada mahasiswa yang melakukan kerja praktik, hendaknya
mengikuti setiap pelaksanaan pekerjaan proyek, agar menambah
wawasan akan proses dan sistem pelaksanaan pekerjaan dari suatu
proyek.
2. Mahasiswa hendaknya proaktif kepada pihak proyek dalam menggali
informasi pada proses kerja praktik, meminta data seperti kurva S
progres pelaksanaan dan juga gambar-gambar detail perencanaan agar
dapat dipelajari oleh mahasiswa yang bersangkutan.
3. Manajemen proyek secara keseluruhan harus benar-benar diperhatikan
untuk memperkecil kendala-kendala yang dapat menghambat
keberlangsungan proyek sesuai dengan rencana (Time Schedule).
4. Komunikasi dan kerjasama antara owner, konsultan perencana,
konsultan pengawas dalam pelaksanaan pembangunan harus berjalan
dengan baik, agar pelaksanaan pekerjaan proyek sesuai dengan
perencanaan awal.
97
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Riau. Standar Harga Satuan
Barang dan Jasa di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau Tahun Anggaran
2017 dan 2018. Pekanbaru.
1.8.(1) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas 1.00 LS 0.118 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004 0.004
1.8.(2) Jembatan Sementara 1.00 LS 0.313 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014
MASA PEMELIHARAAN 365 (TIGA RATUS ENAM PULUH LIMA) HARI KALENDER
1.17.(1a) Pengujian pH 12.00 Buah 0.007 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
1.17.(1b) Pengujian Oksigen Telarut (DO) 12.00 Buah 0.009 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 90%
1.17.(1c) Pengujian Zat Padat Telarut (TDS) 12.00 Buah 0.008 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
1.17.(1d) Pengujian Zat Padat Tersuspensi (TSS) 12.00 Buah 0.010 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.17.(1e) Pengujian Biological Oxygen Demand (BOD) 12.00 Buah 0.013 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.17.(1f) Pengujian Chemical Oxygen Demand (COD) 12.00 Buah 0.012 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.17.(1j) Pengujian Temperatur (Suhu) 12.00 Buah 0.007 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
1.17.(2a) Pengujian Vibrasi Lingkungan untuk Kenyamanan dan Kesehatan 12.00 Buah 0.017 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
1.17.(2b) Pengujian tingkat getaran kendaraan bermotor 12.00 Buah 0.015 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
1.17.(3a) Pengujian NOx 12.00 Buah 0.014 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 80%
1.17.(3b) Pengujian Sulfurdioksida (So2) 12.00 Buah 0.014 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.17.(3c) Pengujian Karbondioksida (Co2) 12.00 Buah 0.014 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.17.(3d) Pengujian Hidro Carbon (HC)-CH4 12.00 Buah 0.017 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003 0.003
1.17.(3f) Pengujian Total Partikulat (TSP) - Debu 12.00 Buah 0.014 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.17.(3g) Pengujian Timah Hitam (Pb) 12.00 Buah 0.014 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002 0.002
1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.00 LS 0.209 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007
1.20.(1) Pengeboran, termasuk SPT dan Laporan 60.00 M1 0.086 0.022 0.022 0.022 0.022 70%
1.21 Manajemen Mutu 1.00 LS 0.150 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005
3.1.(5) Galian Struktur dengan kedalaman 2 - 4 meter 181.60 M3 0.068 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014
3.1.(6) Galian Struktur dengan kedalaman 4 - 6 meter 5.13 M3 0.002 0.001 0.001 0.001
3.1.(9) Galian Perkerasan berbutir 74.13 M3 0.088 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 0.011 60%
3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian 10,125.03 M3 6.705 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335 0.335
3.2.(4) Penimbunan Kembali Berbutir (Granular Backfill) 783.23 M3 0.928 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077 0.077
3.4.(1) Pembersihan dan Pengupasan Lahan 4,210.00 M2 0.405 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051 0.051
5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen 1,092.08 M3 12.250 1.361 1.361 1.361 1.361 1.361 1.361 1.361 1.361 1.361
5.3.(2d) Perkerasan Beton Semen, fc' 20 MPa untuk Bahu Jalan 244.06 M3 2.100 0.263 0.263 0.263 0.263 0.263 0.263 0.263 0.263 50%
5.3.(3) Lapis Fondasi bawah Beton Kurus 373.25 M3 2.223 0.247 0.247 0.247 0.247 0.247 0.247 0.247 0.247 0.247
DIVISI 7. STRUKTUR
7.1.(5a) Beton struktur, fc’30 MPa 767.97 M3 7.440 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354
7.1.(5c) Beton struktur memadat sendiri, fc’30 MPa 87.14 M3 0.990 0.124 0.124 0.124 0.124 0.124 0.124 0.124 0.124
7.1.(5d) Beton struktur, fc’30 Mpa untuk Bangunan Bawah 331.25 M3 3.704 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309 0.309
7.1.(7a) Beton struktur, fc’20 MPa 13.88 M3 0.109 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022
7.1.(8) Beton fc’15 MPa 93.67 M3 0.559 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 0.056 40%
7.1.(10) Beton, fc’10 MPa 45.39 M3 0.249 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017 0.017
7.2.(1e) Penyediaan Unit Pracetak Gelagar Tipe I Bentang 40 meter 10.00 Buah 23.604 0.393 0.787 0.787 1.180 1.574 1.574 1.967 1.967 1.967 1.967 1.967 1.967 1.967 1.967 1.574
7.2.(2e) Pemasangan Unit Pracetak Gelagar Tipe I Bentang 40 meter 10.00 Buah 4.770 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477 0.477
7.2.(10) Beton Pratekan untuk Diafragma fc’ 45 MPa termasuk pekerjaan pasca tarik (post tension) 18.14 m3 0.828 0.166 0.166 0.166 0.166 0.166
7.3.(1) Baja Tulangan Polos-BjTP 280 54,885.20 Kg 4.194 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200
7.3.(2a) Baja Tulangan Sirip BjTS 280 (Kuat Luluh 320 Mpa) 90,339.74 Kg 8.722 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396
7.4.(1a) Penyediaan Baja Struktur Grade 250 (Kuat Leleh 250 MPa) 1,420.86 Kg 0.136 0.068 0.068 30%
7.4.(2a) Pemasangan Baja Struktur Grade 250 (Kuat Leleh 250 MPa) 1,420.86 Kg 0.052 0.013 0.013 0.013 0.013
7.6.(1) Fondasi Cerucuk, Penyedian dan Pemancangan 4,308.00 M1 0.394 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026 0.026
7.6.(8a) Penyediaan Tiang Pancang Baja Diameter 500 mm tebal 12 mm 116.00 M1 1.806 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
7.6.(8c) Penyediaan Tiang Pancang Baja Diameter 500 mm tebal 9 mm 900.00 M1 10.843 0.602 0.904 1.205 1.205 1.205 1.506 1.506 1.506 1.205
7.6.(8d) Penyediaan Tiang Pancang Baja Diameter 500 mm tebal 8 mm 100.00 M2 1.149 0.230 0.230 0.230 0.230 0.230
7.6.(14a) Pemancangan Tiang Pancang Baja Diameter 500 mm 1,116.00 M1 0.489 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070
7.6.(20) Tambahan Biaya untuk Nomor Mata Pembayaran 7.6.(13) s/d 7.6.(18) bila Tiang Pancang dikerjakan 69.60 M1 0.023 0.006 0.006 0.006 0.006 20%
7.6.(27c) Pengujian Pembebanan Dinamis Jenis PDLT (Pile Dynamic Load Testing) pada Tiang ukuran / diameter 500 mm. 9.00 buah 0.148 0.049 0.049 0.049
7.11.(10) Sambungan Siar Muai Tipe Baja Bersudut 30.40 M1 0.170 0.043 0.043 0.043 0.043
Rencana
7.12.(3b) Landasan Elastomerik Karet Sintetis Berlapis Baja Ukuran 630 mm x 450 mm x 73 mm 20.00 buah 0.173 0.058 0.058 0.058
7.13.(1) Sandaran (Railing), Tipe Pelat Baja 160.00 M1 0.618 0.155 0.155 0.155 0.155