Anda di halaman 1dari 67

TUGAS AKHIR

“PERHITUNGAN VOLUME TAMPUNG SUMP


PADA TAMBANG TERBUKA”
(Studi Kasus: PT Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan”

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma 3 Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Sipil Dan Kebumian Politeknik Negeri Banjarmasin

Oleh:
Putri Nurmalia
A020319045

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN KEBUMIAN
BANJARMASIN
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
TELAH DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI
DAN DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
KELULUSAN PROGRAM DIPLOMA
Nama : Putri Nurmalia
NIM : A020319045
Tlp / Email : 082254105905/putrynurmalia13@gmail.com
Prodi : D3 Teknik Pertambangan
Judul : Perhitungan Volume Tampung Sump pada Tambang Terbuka
(Studi kasus: PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan)

Telah diajukan Pada :


Hari/Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2022
Tempat : Politeknik Negeri
Banjarmasin

1. Penguji I
Nama : Rachmat Hidayatullah, S.T.,M.T
……………..
NIP : 19800125 200501 1 012 (Tanda
Tangan)
2. Penguji II
Nama : Rahma Norfaeda, S.T.,M.T ……………..
NIP : 19870922 201903 2 009 (Tanda
Tangan)
3. Penguji III
Nama : Muhammad Rizhan, S.T.,M.T ……………..
NIP : 19890119 201903 1 010 (Tanda
Tangan)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Panitia Tugas


Akhir Teknik Sipil dan Kebumian

i
i
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir, atas nama:

Nama : Putri Nurmalia

NIM : A020319045

Program Studi : D3 Teknik Pertambangan

Judul : Perhitungan Volume Tampung Sump pada Tambang Terbuka


(Studi kasus: PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan)

Telah selesai diperiksa oleh Pembimbing dan sudah dapat diajukan dalam Sidang
Tugas Akhir.
Demikian surat pengesahan ini dibuat untuk dapat diketahui bersama.

Banjarmasin, 05 Agustus 2022

Mengetahui, Mengesahkan,
Koordinator Tugas Akhir

Pembimbing Prodi D3 Teknik Pertambangan

Dessy Lestari Saptarini, M.Eng Muhammad Rizhan, S.T.,

i i
“Perhitungan Volume Tampung Sump pada Tambang Terbuka
(Studi kasus: PT Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan)”
Oleh: Putri Nurmalia,Pembimbing: Muhammad Rizhan, S.T.,M.T

ABSTRAK
Kegiatan penambangan PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua akan menghasilkan
daerah bukaan tambang pada permukaan kerja (front) penambangan, sehingga selama kegiatan
penambangan menimbulkan adanya air terutama air hujan (air limpasan) dan air tanah dalam
jumlah berlebih. Air hujan (air limpasan) tersebut akan mengalir terkumpul di dalam cekungan
atau permukaan kerja (front) penambangan. Air permukaan dan air tanah adalah sumber air
tambang yang perlu ditangani, karena bisa mengganggu jalannya kegiatan operasional
penambangan yang akhirnya mengakibatkan target produksi yang direncanakan tidak dapat
tercapai.Untuk itu, Salah satu kegiatan penting yang dilakukan pada usaha pertambangan adalah
perencanaan sistem penyaliran tambang.
Tujuan penelitian adalah untuk mengendalikan air limpasan yang masuk kebukaan
tambang agar proses penambangan tidak terganggu serta merekomendasikan volume tampung
sump yang harus disediakan untuk dapat menampung air sebelum di pompa keluar. Adapun
metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata serta curah hujan rencana dengan
periode ulang hujan dan volume air limpasan yang masuk ke sumuran serta luas sumuran yang
dibutuhkan, yaitu dengan menggunakan metode distribusi Gumbel.
Dari hasil penelitian dan hasil pengolahan data curah hujan rata-rata maksimum tahun
2012-2021 pada lokasi penelitian yaitu sebesar 102,42 mm/tahun, curah hujan rencana diambil
dengan periode ulang empat tahun sebesar 118,700 mm/hari. Dengan luasan catchment area yang
diukur menggunakan software Minescape 5,7 dengan data yang didapat139,59ha atau 1,3959
km2.= 1,40 km2 serta debit limpasan maksimum yang diestimasikan sebesar 4.107,23 m3/jam
yang akan masuk ke sump dan debit air tanah yang didapat sebesar 0,31 m 3/jam . Pompa yang
digunakan satu unit (1) dengan kapasitas 0,26 m3/s. untuk mengendalikan air limpasan yang masuk
kebukaan tambang dibutuhkan kapasitas sumuran sebagai tempat penampungan sementara sebesar
22.892,68 m3.

Kata kunci: Front, Air limpasan, catchment area, Air Tanah, Pompa, Sump.

i i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan Rahmat-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
dengan judul “Perhitungan Volume Tampung Sump padaTambang Terbuka di
PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan” tepat pada waktunya, dan tidak lupa
di ucapkan kepada pihak yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir,yaitu:
1. Bapak Joni Riadi, S.S.T., M.T, selaku Direktur Politeknik Negeri Banjarmasin,
2. Bapak Dr.Reza Adhi Fajar, S.T., M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil dan
Kebumian Politeknik Negeri Banjarmasin,
3. Ibu Dessy Lestari Saptarini, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Teknik Pertambangan Politeknik Negeri Banjarmasin,
4. Bapak Muhammad Rizhan. S.T.,M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir,
5. Bapak Midhan Kurniadi. A.Md, selaku Pembimbing Lapangan dari divisi
Mine Plan Engineer PT Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua,
6. Kedua Orang Tua yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penyusunan laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari kekurangan karena
keterbatasan, pengetahuan dan kemampuan. Untuk itu penulis selalu terbuka
menerima saran dan kritikan dari pembaca yang dapat berguna untuk lebih
menyempurnakan laporan ini (Email :@putrynurmalia13@gmail.com). Semoga
laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat serta menambah ilmu pengetahuan bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Banjarmasin, Agustus 2022

Putri Nurmalia
A020319045

i v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN............................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................... x
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN...............................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat........................................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4


2.1 Siklus Hidrologi............................................................................................4
2.2 Air Tanah........................................................................................................ 5
2.3 Sistem Penyaliran Tambang...........................................................................6
2.3.1 Mine Drainage System............................................................................. 6
2.3.2 Mine Dewatering System........................................................................ 8
2.4 Faktor- Faktor dalam Sistem Penyaliran Tambang......................................10
2.4.1. Curah Hujan.......................................................................................... 10
2.4.2 Curah Hujan Rencana........................................................................... 11
2.4.3 Periode Ulang Hujan dan Resiko Hidrologi......................................... 11
2.4.4 Intensitas Hujan..................................................................................... 12
2.4.5 Daerah Tangkapan Hujan...................................................................... 13

v
2.4.6 Air Limpasan......................................................................................... 13
2.4.7 Sumuran (Sump).................................................................................... 14
2.4.8 Pompa....................................................................................................... 14
2.4.9 Pipa............................................................................................................ 16

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................18


3.1 Lokasi Penelitian.......................................................................................... 18
3.1.1 Keadaan Geologi Daerah....................................................................... 19
3.1.2 Keadaan Sosial Dan Budaya.................................................................. 21
4.1.3 Keadaan Iklim........................................................................................ 21
3.2 Metode Pengumpulan Data..........................................................................23
3.2.1 Studi Literatur........................................................................................ 23
3.2.2 Pengamatan di Lapangan....................................................................... 23
3.2.3 Wawancara................................................................................................. 23
3.2.4 Pengambilan Data.................................................................................. 23
3.3 Diagram Alir Penulisan Tugas Akhir...........................................................24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................26


4.1 Lokasi pengamatan.......................................................................................26
4.2 Tahapan Kegiatan......................................................................................... 26
4.2.1 Pengukuran Curah Hujan....................................................................... 26
4.2.2 Pengamatan dan Pengukuran Elevasi Sump.......................................... 27
4.2.3 Pengamatan Pompa................................................................................ 28
4.2.4 Pengamatan Pipa.................................................................................... 29
4.2.5 Proses Pengelolaan Air Tambang dari Sump Menuju Sungai...............29
4.2.6 Pengamatan Debit Air Tanah................................................................ 30
4.2.7 Pengukuran Debit Pompa...................................................................... 30
4.3 Hasil Pengolahan Data.................................................................................31
4.3.1 Pengolahan Data Curah Hujan.............................................................. 31
4.3.2 Curah Hujan Rencana............................................................................ 33
4.3.3 Periode Ulang Hujan dan Resiko Hidrologi.......................................... 34

4.3.4 Intensitas Curah Hujan.......................................................................... 35

v
4.3.5 Luasan Total Catchment Area............................................................... 36
4.3.6 Air Limpasan......................................................................................... 36
4.3.7 Head Pompa........................................................................................... 37
4.3.8 Perhitungan Debit Pompa Aktual.......................................................... 40
4.3.9 Perhitungan Kemampuan Pompa (Q outflow)....................................... 40
4.3.10 Perhitungan debit limpasan (Q inflow)............................................... 41
4.3.11 Perhitungan debit Air Tanah............................................................... 41
4.3.12 Lama Waktu Pemompaan................................................................... 41
4.3.13 Perhitungan Volume Tampung Sump................................................. 42
4.4 Pembahasan.................................................................................................. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................45


5.1 Kesimpulan................................................................................................... 45
5.2 Saran............................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 46
LAMPIRAN........................................................................................................... 47

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi....................................................................................... 4


Gambar 2.2 Siemen Method.....................................................................................7
Gambar 2.3 Deep Well Pump Method.....................................................................7
Gambar 2.4 Metode Elektro osmosis.......................................................................8
Gambar 2.5 Small Pipe System with Vacuum pump Drainage................................8
Gambar 2.6 Sistem Paritan......................................................................................9
Gambar 2.7 Penyaliran dengan sump......................................................................9
Gambar 2.8 Sistem Adit......................................................................................... 10
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi..................................................................................... 18
Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah...................................................................18
Gambar 3.4 Diagram Alir......................................................................................25
Gambar 4.11 Peta Daerah Tangkapan Hujan.........................................................36
Gambar 4.13 Grafik Pompa DND-500HX.............................................................39
Gambar 4.14 Rekomendasi Dimensi Sump...........................................................43

vi i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Periode Ulang Hujan Rencana...............................................................12


Tabel 2.2 Derajat dan Intensitas Hujan..................................................................13
Tabel 2.3Koefisien Kekasaran Beberapa Jenis Pipa..............................................15
Tabel 4.1Perhitungan Data Curah Hujan...............................................................32
Tabel 4.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana........................................................33
Tabel 4.3 Perhitungan Resiko Hidrologi...............................................................34
Tabel 4.4 Perhitungan intensitas curah hujan........................................................35
Tabel 4.5 Perhitungan Debit pompa......................................................................40

ix x
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

XT = Curah Hujan Rencana


𝑥˜ = Nilai Rata-Rata Dari Data Curah Hujan (X)
𝑆𝑑 = Standar Deviasi Data
𝐾 = Faktor Frekuensi Gumbell
Yn = Reduced Mean
Sn = Reduced Standard Deviation
Xi = Curah Hujan Maksimum
𝑥̅ = Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata
n = Jumlah Data
Yr = Reduce Variate
T = Periode Ulang Hujan, “n” Tahun
m = Urutan Curah Hujan
Pr = Resiko Hidrologi
T = Periode Ulang
r = Umur Tambang (Tahun)
T = Intensitas Hujan Durasi T Jam (mm/Jam
II = Curah Hujan Rencana (mm/Hari)
R24 = Xt = Durasi (Jam)
t = Konstanta; Di Indonesia
m = 2/3 Debit Limpasan
Q = (m/detik)
C = Koefisien Material (Koeff.
A = Limpasan) Luas Catchment Area
R = (Km2)
S = Jari-Jari Hidrolik (m)
n = Kemiringan Saluran
A = Koefisien Kekasaran Menurut Manning
h1 = Luas Penampang Basah (𝑚2)
h2 Elevasi Sisi Isap (m)
Elevasi Sisi Keluar (m)

x
DAFTAR LAMPIRAN

Spesifikasi Pompa............................................................................................47
Lembar Asistensi Tugas Akhir........................................................................51

xi x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT.Jhonlin Baratama termasuk salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan batubara yang berada di wilayah sungai dua Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Sistem
penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka (open pit). Yang mana
dalam hal ini akan menghadapi adanya air hujan dalam jumlah yang banyak
bahkan berlebih dikarenakan berhubungan langsung dengan udara luar. Dalam
menggunakan metode sistem penambangan seperti ini akan menghasilkan
permukaan kerja yang dapat menjadi tempat berkumpulnya air atau akan
menimbulkan lubang-lubang pada front penambangan.
Sumber air utama yang masuk ke tambang didominasi air hujan (Air
limpasan) serta adanya air tanah. Hal tersebut merupakan sumber utama air
tambang yang harus ditangani, karena jika tidak ditangani akan mengganggu
jalannya kegiatan aktivitas penambangan.Selain mengeluarkan air mencegah air
masuk ke dalam lokasi penambanga juga harus dilakukan, serta menerapkan
sistem penyaliran tambang yang bagus untuk mengatasi permasalahan air yang
telah masuk pada lokasi penambangan, serta perlu adanya rekomendasi volume
tampung sump yang cukup untuk menampung air sebelum di pompa keluar agar
tidak menyebabkan adanya banjir di lokasi penambangan.
Daya tampung sump yang tidak mencukupi untuk menampung air
menyebabkan penulis tertarik membahas ‘’Perhitungan Volume Tampung Sump
Pada Tambang Terbuka Studi kasus: PT. Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan’’ dengan harapan dapat membantu perusahaan dalam penyelesaian
terhadap masalah yang ada sehingga proses penambangan dapat berjalan dengan
lancar dan mencapai target produksi.

1 1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah pada laporan Tugas
Akhir ini adalah:
1. Berapa jumlah debit limpasan dan debit air tanah yang masuk ke dalam
PT. Jhonlin Baratama?
2. Berapa jumlah debit outlet pompa yang dihasilkan dari pompa yang
dimiliki PT. Jhonlin Baratama?
3. Berapa kapasitas head pompa yang digunakan oleh PT. Jhonlin
Baratama untuk dapat mengalirkan air keluar dari pit?
4. Berapa total volume sump yang dibutuhkan untuk perencanaan
pembuatan sump?

1.3 Tujuan
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jumlah total debit air limpasan dan debit air tanah yang
masuk ke dalam PT.Jhonlin Baratama
2. Mengetahui debit outlet total pompa yang dihasilkan dari pompa yang
dimiliki oleh PT. Jhonlin Baratama.
3. Mengetahui besar kapasitas head pompa yang digunakan oleh PT.
Jhonlin Baraatma untuk dapat mengalirkan air keluar dari pit.
4. Mengetahui total volume sump yang dibutuhkan untuk perencanaan
pembuatan sump.

1.4 Manfaat
Manfaat adanya kegiatan penelitian ini adalah:
1. Sebagai referensi bagi penenlitian yang memiliki topik yang sama.
2. Memberikan usulan sistem penyaliran tambang yang sesuai dengan
permasalahan yang ada yaitu memberikan rekomendasi volume tampung
sump.
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada bidang ini agar dapat
diterapkan di lapangan saat bekerja nanti.

2
4. Sebagai penerapan ilmu pertambangan yang didapatkan di perkuliahan.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan massalah dalam laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi penelitian dilakukan pada tambang terbuka batubara di
PT.Jhonlin Baratama.
2. Angka curah hujan yang digunakan hanya pada angka curah hujan 10
tahun yaitu, tahun 2012-2021
3. Tidak membahas masalah pengelolaan dan pemantauan air di Settling
Pond.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang berasal dari bumi dan kemudian
menuju ke lapisan atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara
berulang. Dikarenakan saling berhubungan dan berlangsung secara berkelanjutan.
Panasnya air laut yang dibantu oleh sinar matahari karena matahari
merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga mampu berjalan secara
terus menerus dan kemudian air tersebut menguap, lalu jatuh ke bumi sebagai
presipitasi dengan bentuk salju, gerimis, hujan, kabut, hujan es dan hujan batu
(Asdak, 2002).

( Sumber: Asdak, 2002)


Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Sebagian air hujan akan terserap ke dalam tanah. Sedangkan air hujan yang
tidak terserap akan tertampung sementara dalam lubang yang ada dipermukaan
tanah untuk kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah (run off), dan
selanjutnya masuk ke sungai.

4 4
Air yang masuk kepermuukaan tanah selanjutnya akan mengalami
kelembaban. Apabila kelembaban tanah sudah cukup maka akan bergerak secara
horizontal dan pada tempat tertentu akan keluar kembali kepermukaan tanah dan
mengalir ke sungai, air hujan yang masuk kedalam tanah tersebut akan bergerak
masuk ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah.
Air hujan yang tidak masuk kedalam permukaan tanah dan mengalir di
permukaan disebut air limpasan permukaan. Air yang tidak masuk kepermukaan
tanah ini kemudian mengalir ke sungai atau danau yang secara otomatis akan
menambah debit air sungai. Air sungai mungkin menguap secara langsung ke
lapisan atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya menguap,
kemudian air ini kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.
Dalam sirkulasi air (water circulation), tidak dapat terlepas dari hubungan
antara air masuk(inflow) dan air keluar (outflow) atau disebut dengan
keseimbangan air (water balance).

2.2 Air Tanah


Air tanah merupakan bagian dari sistem sirkulasi air, yang mana tanah
menyimpan air dari kerak bumi. Air masuk dari permukaan tanah kemudian
bergerak perlahan sampai pada akhirnya muncul kembali kepermukaan tanah
secara alami, atau disebabkan oleh adanya tumbuhan atau manusia (Todd,1980).
Air tanah merupakan air yang tinggal pada rongga- rongga atau rekahan di
dalam lapisan tanah atau batuan dan dapat mengalir diantara rongga-rongga atau
rekahan tersebut.(Lilik Eko Widodo,”2012;22).
Untuk mengetahui jumlah debit air tanah dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Soemarto,1995).

ℎ 𝐿1 − 𝐿2
[ 2]
Q = ………………………………………………….(2.1)
∆t

Keterangan:
Q = Debit Air Tanah(m3/jam)

5
t = Waktu Pengamatan
(jam) ħ= KenaikanPermukaan
L1 = Luas Permukaan Air Diawal pengukuran
(m2) L2 =Luas Permukaan Air Diakhir pengukuran
(m2)

2.3 Sistem Penyaliran Tambang


Sistem penyaliran tambang adalah usaha atau penanganan yang dilakukan
terhadap air pada area penambangan dengan tujuan untuk mengeringkan,
mengalirkan serta mengeluarkan bahkan mencegah adanya air yang masuk ke area
penambangan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terganggunya kegiatan
penambangan karena adanya genangan air dalam lokasi penambangan, terutama
pada musim hujan. Serta meminimalisir adanya kerusakan alat.
Adapun upaya yang dapat digunakan untuk penanganan terhadap air pada
kegiatann tambang terbuka adalah:
2.3.1 Mine Drainage System
Mine drainage merupakan salah satu upaya untuk mencegah masuknya air
ke daerah penambangan. Hal ini dilakukan untuk penanganan air tanah dan air
rembesan yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa langkah penyaliran
mine drainage system adalah:

1. Siemens Method
Pada tiap Bench dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor yang di
beri pipa dan disetiap bagian bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian
ujung pipa masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada
bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah
penambangan.

6
Sumber : Awang Suwandhi, 2004
Gambar 2.2 Siemen Method

2. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump).


Cara ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan bench yang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa yang mana pompa akan bekerja secara otomatis jika
tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.

Sumber : Awang Suwandhi, 2004


Gambar 2.3 Deep Well Pump Method

3. Metode Elektro Osmosis


Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Apabila bagian-
bagoian tersebut dialiri arus listrik maka air pori akan mengalir menuju katoda
(lubang sumur) yang kemudian terkumpul pada sumur lalu dipompa keluar.

7
Sumber : Nurhakim, 2005
Gambar 2.4 Metode Elektro osmosis

4. Small Pipe With Vacuum Pump


Cara ini digunakan untuk lapisan batuan yang airnya sedikitdengan
membuat lubang bor yang dimasukan pipa yang ujung bawahnya diberi
lubang-lubang. Antara pipa isap dan dinding lubang bor diberi kerikil kasar
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran. Di bagian atas antara pipa dan
lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang
bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

Sumber : Awang Suwandhi, 2004


Gambar 2.5 Small Pipe System with Vacuum pump Drainage

2.3.2 Mine Dewatering System


merupakan upaya untuk mengeluarkan air dari dalam lokasi penambangan
Adapun metode dari mine dewatering system adalah sebagai berikut:

8
1. Sistem Paritan.
Merupakan metode penyaliran yang paling banyak digunakan pada
kegiatan penambagan. Paritan berfungsi sebagai tempat untuk menampung
sementara serta mengalirkan air limpasan, sehingga tidak mengganggu
kegiatan penambangan.

Sumber :Budiarto, 1997


Gambar 2.6 Sistem Paritan

2. Sistem Kolam Terbuka (Open Sump System).


Cara ini digunakan guna mengurangi air yang sudah masuk ke lokasi
penambangan.. Air ini berkumpul pada sumur (sump), kemudian di pompa
keluar lokasi penambangan. Dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air
yang masuk.

Sumber : Nurhakim, 2005


Gambar 2.7 Penyaliran dengan sump

9
3. Sistem Adit
Cara ini biasanya dipakai pada tambang terbuka yang mempunyai
banyak bench. Saluran horisontal yang di buat dari tempat kerja menembus ke
shaft yang di buat disisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam
lokasi penambangan. Karena biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan
shaft mahal ,maka cara ini jarang di gunakan .

Sumber :Budiarto, 1997


Gambar 2.8 Sistem Adit

2.4 Faktor- Faktor dalam Sistem Penyaliran Tambang


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem penyaliran pada
tambang terbuka adalah :
2.4.1. Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah atau volume air hujan yang terdapat pada
satu satuan luas dan dinyatakan dalam satuan mm yang berarti pada luasan 1 m 2
jumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 Liter.
Curah hujan merupakan hal penting dalam suatu sistem penyaliran, karena
besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi adanya air tambang yang harus
diatasi. Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat penakar curah hujan
(ombrometer).
Data ini olah bertjuan untuk mendapatkan data curah hujan yang siap pakai
untuk rancangan sistem penyaliran. Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya adalah metode Gumbell.

1
Persamaan Gumbel adalah sebagai berikut:

Xr  X  x (Yr  Yn)
………………………………………(2.2)
n

Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)

X = curah hujan rata-rata (mm)


δx = standar deviasi nilai curah hujan dari data
δn = standar deviasi dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data (n)
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variant, tergantung dari jumlah data.

2.4.2 Curah Hujan Rencana


Curah hujan rencana bias didapatkan dengan distribusi log normal,
distribusi log pearson dan distribusi nilai ekstreme tipe-1 (distribusi Gumbell).
Gumbell beranggapan bahwa distribusi itu tidak terbatas, sehingga digunakannya
data-data distribusi dengan harga yang paling besar (Suripin, 2004).

XT = 𝑋̅ + Sd. K
……………………………………………..…………(2.3)
XT = curah hujan rencana

X = Nilai rata rata hitung


variat, Sd = standar Deviasi
Data
K = Faktor frekuensi

2.4.3 Periode Ulang Hujan dan Resiko Hidrologi


Periode ulang hujan dijelaskan sebagai waktu debit atau hujan dengan
suatu besaran tertentu akan dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Curah
hujan akan menunjukkan suatu kecenderungan pengulangan (tahun) dalam
perencanaan suatu penyaliran tambang atau bias di sebut curah hujan yang

1
memiliki kemungkinan akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu
(Gautama, 1999).
𝑇𝑖
1
Pr = −1 (−1() ………………………………………………….(2.4)
𝑇𝑟
Keterangan:
Pr = Resiko Hidrologi
(%) Tr = Periode Ulang
TI = Umur Tambang (Tahun)

Tabel 2.1 Periode Ulang Hujan Rencana


Keterangan Periode Ulang Hujan (tahun)

Daerah terbuka 0-5


Sarana tambang 2-5
Lereng –lereng tambang dan
pembangunan 5-10
Sumuran utama 10-25
Penyaliran keliling utama 25
Pemindahan aliran sungai 100
(Sumber : Sosrodarsono, 1993)

2.4.4 Intensitas Hujan


Jadi, intensitas hujan yaitu jumlah curah hujan yang jatuh ke permukaan
dalam waktu tertentu biasanya dinyatakan dalam waktu yang cepat (waktu 1 jam).
Intensitas curah hujan dapat diperoleh/dibaca dari kemiringan kurva yang dicatat
oleh alat ukur curah hujan.
Perhitungan Intensitas curah hujan dengan menggunakan persamaan mononobe
sebagai berikut :

Xt
I   24 23.................................................. (2.5)
x
24  t 
 

I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)


Xt = Curah hujan periode ulang
T = Lamanya Curah Hujan (jam)

1
Tabel 2.2 Derajat dan Intensitas Hujan
Intensitas hujan
Derajat hujan Kondisi
(mm/jam)

Hujan sangat
<1 Tanah agak basah atau di basahi sedikit
ringan

Hujan ringan 1—5 Tanah menjadi basah semuanya


Hujan Normal 5-10 Bunyi hujan terdengar

Air tergenang di seluruh permukaan tanah


Hujan lebat 10-20 dan bunyi keras terdegar dari genangan

Hujan sangat lebat >20 Hujan seperti di tumpahkan


(Sumber: Sosrodarsono, 1993)

2.4.5 Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luasan daerah atau
wilayah dimana air limpasan jatuh kepermukaan tersebut, yang daerah
tangkapannya dapat dilihat dari elevasi tertinggi ke rendah kemudian di tarik garis
atau titik- titik hingga membentuk seperti polygon tertutup yang polanya
mengikuti kondisi topografi serta mengikuti arah aliran air. (Irwandy, 2005).

2.4.6 Air Limpasan


Aliran limpasan hujan adalah air hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah selama hujan dan sesat sesudahnya. Perhitungan debit air limpasan dapat
ditentukan setelah diketahui luas daerah tangkapan hujan, Intensitas, dan
koefisien keadaan lahan tutupan. Perhitungan debit air limpasan dilakukan
dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut :
(Sosrodarsono, 1993).

Q pit = 0,278 × C × I × A ………………………………………(2.6)

C = koefisian limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah limpasan (penadah hujan), km2

1
2.4.7 Sumuran (Sump)
Sumuran merupakan kolam penampungan atau kolam yang berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya air dan tempat untuk menampung air sebelum air
tersebut dipompa keluar. Selain sebagai tempat penampungan, kolam ini juga
dapat berfungsi sebagai tempat mengendapkan lumpur. Berdasarkan tempatya,
kolam penampungan ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis di antaranya:
a. Travelling sump
Sump ini dibuat pada daerah lokasi tambang.Tujuan dibuat sump ini adalah
untuk menanggulangi air permukaan. Penggunaan sump ini relatif singkat
dikarenakan sump ini mengikuti arah kemajuan tambang.
b. Sump Jenjang
Penempatan kolam penampungan ini biasanya ada pada jenjang tambang dan
biasanya dibagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut sebagai sump
permanen karena dibuat untuk jangka waktu yang cukup lama.
c. Main Sump
Pada umumnya sump ini dibuat pada elevasi terendah dari dasar front tambang
(mine out).

2.4.8 Pompa
Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari tambang ke luar lokasi
penambangan .Dalam kegiatan ini dikenal dengan sebutan (head), yaitu energi
yang digunakan untuk mengalirkan air. Semakin besar debit air yang dipompa,
maka head juga akan semakin besar. (Sularso,H.T,1991)
Sehingga head total pompa dapat dituliskan sebagai berikut :

H  hs  + Hv + Hf Out + Hf in + Hf katup hisap .…………………..(2.7)

a. Head Static (hs)


head Static merupkan berkurangnya energi yang disebabkan oleh perbedaan
tinggi antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan. Rumus yang
dipakai untuk menghitung nilai Hs, adalah:

1
hs h2 …………...…………...........……………………………….(2.8)
h1
b. Head Friction (hf)
Head Friction adalah head berkurang karena adanya gesekan air yang terkena
pipa karena adanya pengaruh kekasaran dari dinding pipa, yang dihitung
berdasarkan :

Hf = (L:100) xHead Loss (Sesusai spesifikasi Pipa) …...........…………..(2.9)

c. Kecepatan pada pipa


� .........................................................................................(2.10)

d. Head Velocity
2
Hv = 𝑉 .......................................................................................(2.11)
2𝑔

e. Lamda
0,0005
λ = 0,2 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎 ...........................................................(2.12)

e. Head Belokan

v2 
hf 2 f  ……………………………………………………( 2.13)
2g

Keterangan:
h1 = Elevasi sisi isap (m)
h2 = Elevasi sisi keluar
(m)
Q = Debit air limpasan (m3/detik)
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
f = Koefisien kerugian katup pipa
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik)

1
Tabel 2.3Koefisien Kekasaran Beberapa Jenis Pipa

Bahan Koefisien Kekasaran Pipa (mm)


Baja
. : baru 0,01

Lapisan Plastik Non Poros 0,03


.
Besi Tuang : Baru 0,1 - 1,00

Lapisan Bituman 0,03 - 0,10

Lapisan Semen 0,03 - 0,10

Polyethylene 0,06

Kuningan, Tembaga 0,1

Aluminium Baru 0,15 - 0,16

Beton : Baru "Centrifuge" 0,03

Baru Rata 0,20 - 0,50

Tanah yang telah diolah 1,00 - 2,00

Semen Asbes Baru 0,03 - 0,10

Bahan Dari Batu/ Kaca 0,10 - 1,00

Sumber:Bambang Triatmodjo, 1996.

2.4.9 Pipa
Pipa adalah suatu alat yang dipakai untuk menyalurkan air dengan bantuan
pompa. Banyaknya pipa dapat mengeluarkan air tergantung dari luas penampang
pipa tersebut dan kecepatan alirannya.
Pipa HDPE (High Dencity Polyethylene) merupakan pipa yang banyak
digunakan di tambang- tambang karena menekan biaya produksi, efektif di atas
tanah, dikubur ataupun dalam air, perawatannya rendah, pipa sangat kuat dan
tahan lama, tidak berkarat dan anti rembes.
Kecepatan aliran pipa dapat diketahui apabila diketahui debit air yang
dikeluarkan per satuan waktu dan luas penampang dari pipa yaitu dengan rumus :

1
Q=vxA …………………………………………………………..(2.10)

Dimana :
Q = Debit Air (m3/dtk)
v = Kecepatan Alir (m/dtk)
A = Luas Penampang Pipa (m2)

1
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Secara administrative PT.Jhonlin Baratama terletak di Desa Sungai Dua,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan
Selatan. Lokasi penambangan PT. Jhonlin Baratama yang dapat ditempuh dengan
2 jalur transportasi, yaitu:
1. Dari kota Banjarmasin ke Batulicin melalui jalur darat dengan jarak ± 283 km
selama 6 jam 40 menit melalui Jalan Provinsi dengan kondisi jalan beraspal.
Kemudian dari kota Batulicin kelokasi penambangan dapat ditempuh selama
30 menit perjalanan dengan menempuh jarak sekitar 19 km.
2. Dari Kota Banjarmasin ke Batulicin melalui jalur udara selama 35 menit
menuju bandara Batulicin. Kemudian dari bandara Batulicin kelokasi
penambangan dapat ditempuh selama 25 menit perjalanan dengan menempuh
jarak sekitar 15 km.

( Sumber: Asdak, 2002)


Gambar 2.1 Siklus
Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah

18 1
3.1.1 Keadaan Geologi Daerah
Secara regional PT.Jhonlin Baratama termasuk dalam cekungan Barito
formasi Warukin. Cekungan Barito terdiri dari empat buah Formasi dengan urut-
urutan stratigrafi dari tua ke muda sebagai berikut:
1. Formasi Tanjung
Merupakan perselingan batupasir kuarsa, batulempung dan konglomerat.
Formasi ini memiliki ketebalan sekitar 900 meter dan berumur Eosen
Hubungannya tidak selaras dengan batuan dasar Pra-Tersier.
2. Formasi Berai
Setempat ditemukan perselingan batugamping, batulempung dan
napal.Formasi ini memiliki ketebalan hingga 1075 meter dan berumur oligosen
sampai Miosen awal.Hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang
terletak di bawahnya.
3. Formasi Warukin
Merupakan perselingan batupasir kuarsa dan batu lempung dengan sisipan
batubara, Setempat ditemukan sisipan batu gamping. Formasi ini memiliki
ketebalan sekitar 2400 meter dan berumur Miosen tengah sampai Miosen
akhir.Hubungannya selaras dengan Formasi Berai yang terletak dibawahnya.
4. Formasi Dahor
Merupakan perselingan batupasir dan konglomerat yang tidak kompak.
Setempat ditemukan batulempung lunak, lignit dan limonit. Formasi ini
dengan ketebalan sekitar 840 meter dan berumur Miosen akhir sampai Pliosen.
Hubungannya tidak selaras dengan Formasi Warukin yang terletak
dibawahnya dan tidak selaras dengan endapan alluvial yang terdapat di bagian
atasnya.

1
.

2
3.1.2 Keadaan Sosial Dan Budaya
Penduduk yang tinggal maupun yang bekerja di PT.Jhonlin Baratama
kebanyakan masyarakat transmigran, yaitu suku Jawa dan Sulawesi dan juga suku
asli yaitu suku Banjar.
Mayoritas kepercayaan yang dianut yaitu agama Islam, terlihat banyaknya
masjid dan mushola.
4.1.3 Keadaan Iklim
Seperti pada daerah lain di Indonesia,daerah PT.Jhonlin Baratama juga
mempunyai iklim tropis, dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Kondisi curah hujan digambarkan dalam curah hujan. Berikut adalah
tabel curah hujan PT. Jhonlin selama 10 tahun mulai 2012-2021.

2
2
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Studi Literatur
Yaitu dilakukan guna mendapatkan data untuk menjadi referensi dan
pelengkap dalam melakukan pengolahan data nantinya . untuk mendapatkan data
ini bisa dari arsip perusahaan, internet maupun lainnya.

3.2.2 Pengamatan di Lapangan


Untuk mendapatkan data secara langsung perlu adanya pengamatan
langsung di lapangan . Ada pun hal-hal yang diamati di lapangan data-data yang
nantinya akan diolah berupa data curah hujan, pompa,pipa, volume sump, serta
mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya.

3.2.3 Wawancara
Hal ini dilakukan seperti tanya jawab dengan pimpinan atau staf yang
dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan penulis dalam menyusun
Tugas Akhir.

3.2.4 Pengambilan Data


Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Adapun data
primer dan data sekunder yang diambil sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Debit air tanah
b. Debit limpasan
c. Volume Sump
d. Debit dan head jumlah pompa
e. Catchment area
2. Data sekunder
a. Curah hujan
b. Spesifikasi pompa

2
3.3 Diagram Alir Penulisan Tugas Akhir
Adapun sebagai gambaran secara singkat dari Penelitian ini dapat dilihat dari
diagram alir di bawah. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap
pertama adalah menentukan latar belakang permasalahan yang ditemui di lokasi
penelitian, selanjutnya mengumpulkan data primer dan data sekunder, kemudian
dilakukan pengolahan dari data sehingga dibuat kesimpulan dan dari penelitian
tersebut dapat memberikan saran tehadap hasil analisis yang sudah dilakukan.
Adapun diagram alir kegiatan Tugas Akhir yang dilakukan oleh penyusun adalah
sebagai berikut:

2
MULAI

Latar Belakang

Pengambilan dan pengumpulan Data

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


- Debit air Tanah - Data Curah Hujan
- Debit Limpasan - Spesifikasi Pompa
- Debit dan head pompa
- Volume Sump
- Luas cathment Area

PENGOLAHAN DATA
Menghitung debit air limpasan dan debit air tanah
Menghitung besar debit pompa
Menghitung kapasitas head pompa
Menghitung volume sump yang harus direncanakan

Hasil dan Pembahasan


Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 3.4 Diagram Alir

2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi pengamatan


Lokasi pengamatan berada di PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan .

Sumber : Dokumentasi lapangan, 2022


Gambar 4.1 Lokasi Pengamatan

4.2 Tahapan Kegiatan


Adapun kegiatan studi sistem penyaliran tambang terdapat banyak hal yang
harus dikerjakan, dalam penelitiannya penulis banyak melakukan pengecekan dan
pengukuran langsung di lapangan untuk memperoleh data serta melakukan
wawancara kepada pihak terkait menyangkut topik yang di bahas, Adapun
pekerjaannya antara lain sebagai berikut:

4.2.1 Pengukuran Curah Hujan


Data curah hujan yang digunakan dalam kajian ini adalah data curah hujan
selama 10 tahun, yaitu dari tahun 2012-2021 yang bersumber dari Environment

26 2
Department PT.Jhonlin Baratama Pengukuran curah hujan berfungsi untuk
mengetahui berapa banyak jumlah air yang masuk ke dalam lokasi penambangan.
Pengukuran curah hujan menggunakan tabung ukur ini biasanya diambil
langsng oleh tim environment setiap jam 7 pagi. Posisi tabung ukur curah hujan
berada di dekat daerah lokasi penambangan yang tidak tertutup oleh apapun.
Tabung yang digunakan dalam pengecekan curah hujan tersebut memiliki satuan
millimeter (mm).

Sumber : Dokumentasi Lapangan , 2022


Gambar 4.2 Tabung Pengukuran Curah Hujan

4.2.2 Pengamatan dan Pengukuran Elevasi Sump


Pengukuran elevasi sump ini bertujuan untuk update data dan monitoring
air yang berada di sump. Dari pengukuran tersebut dapat mengetahui naik dan
turunnya air yang ada di sump setiap harinya Pengukuran elevasi sump ini
dilakukan oleh Section Survey dan langsung dikirim ke Engineering Depatment
untuk langsung di hitung. Pengambilan data elevasi ini dilakukan ditepian sump
yang sejajar dengan tinggi air sump dengan alat yang digunakan untuk
pengambilan data elevasi sump tersebut yaitu Total Station.

2
Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022
Gambar 4.3 Alat Total Station

4.2.3 Pengamatan Pompa


Jenis pompa yang digunakan di PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua
adalah jenis pompa WPV 002. DND 200-5HK. Dengan RPM yang biasa
digunakan sebesar (1100) dan jam kerja 23 jam dan 1 jam untuk istirahat.

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022


Gambar 4.4 Pompa WPV 002.DND 200-5HK

2
4.2.4 Pengamatan Pipa
PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua dalam sistem penyalirannya
menggunakan pipa HDPE (High Dencity Polyethylene) dengan ukuran diameter
pipa 10 inch atau 25,4cm.

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022


Gambar 4.5 Pipa HDPE

4.2.5 Proses Pengelolaan Air Tambang dari Sump Menuju Sungai


Proses pengelolaan air tambang dari sump menuju sungai diawali dari
proses pemompaan air sump dari pit menuju Settling pond, settling pond berada
di bagian utara yang memiliki 3 kompartemen dan memiliki 1 pondok
kapur.Dimana kompartemen pertama tempat masuknya air atau sebagai inlet dan
di kompartemen terkhir atau ke tiga sebagai tempat keluarnya air atau outlet.

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022


Gambar 4.6 Settling Pond

2
4.2.6 Pengamatan Debit Air Tanah
Pengamatan besarnya debit air tanah pada tambang PT. Jhonlin Baratama
jobsite Sungai Dua dimulai dengan membuat alat ukur kenaikan air tanah dengan
menggunakan paralon yang di beri meteran kemudian pastikan pompa dalam
keadaan tidak running atau sedang tidak melakukan pemompaan setelah itu alat
tersebut ditancapkan ke sump dan lalu diukur elevasi air sump awal. Setelah
beberapa jam kemudian di cek atau diukur kembali. Dari situlah didapatkan beda
tinggi elevasi air sebelum dan sesudah.

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022


Gambar 4.7 Pengukuran Air Tanah

4.2.7 Pengukuran Debit Pompa


Pengukuran besarnya debit aliran pompa dilakukan agar mengetahui
volume air yang masuk ke settling pond yang di pompa dari sump. Untuk
pengukuran debit tersebut di PT. Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua
menggunakan alat ukur Flowmeter.

3
Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022
Gambar 4.8 Alat Flowmater

Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022


Gambar 4.9 Pengukuran Debit Pompa

4.3 Hasil Pengolahan Data


Berdasarkan data-data yang telah didapat, maka akan diproses dan dibuat
perencanaan untuk sistem penyaliran tambang. Hasil dari perencanaan ini
nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan volume tampung sump
yang harus disediakan berdasarkan banyaknya air limpasan dan air tanah.

4.3.1 Pengolahan Data Curah Hujan


Data yang diperoleh tersebut dilakukan pengolahan dengan diurutkan
berdasarkan nilai curah hujan terendah ketertinggi agar memudahkan untuk

3
mengetahui ditahun berapa curah hujan tertinggi (maksimum) selama sepuluh
tahun tersebut. Selanjutnya data tersebut dihitung degan menggunakan metode
annual series pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1Perhitungan Data Curah Hujan

CH Max - X (X - (Yn -
No. Tahun (mm/hari) Xbar)^2 m Yn Ynbar Ynbar)^2 Sd Sn
1 2012 91,60 116,96 7 -0,01153 0,50 0,26
2 2013 92,50 98,31 8 -0,26181 0,50 0,57
3 2014 99,00 11,66 10 -0,87459 0,50 1,88
4 2015 79,00 548,26 4 0,794106 0,50 0,09
5 2016 79,05 545,92 5 0,500651 0,00 0,25
6 2017 78,00 596,09 3 1,144278 0,50 0,42
7 2018 140,50 1450,47 1 2,350619 0,50 3,44
21,68 0,97
8 2019 125,00 510,08 6 0,237677 0,50 0,07
9 2020 109,00 43,36 9 -0,53342 0,00 0,28
10 2021 130,50 788,77 2 1,60609 0,50 1,23
Jumlah 1024,15 4709,89 4,95 8,49
Rata-Rata 102,42 8,49
Data tersebut diperoleh dengan cara :
 X = Rata-rata curah hujan maksimum/tahun
(xi – x)2 = (91,60 – 102,42)2
= (-10.82)2
=116,96
 M = Peringkat/ Rangking Data
 Yn = Reduced Mean
Yn = -In (-In (𝑛+1)−𝑚 /n+1 )
= -In (-In (10+1)−7/10+1 )
= -0,01153
 Yn bar = Rata-rata Yn
 (Yn-Ynbar)2 = (-0.01153- 0,50)2
= (-0,51153)2
=0,26
 Sd = Standar Deviasi
Sd = √Σ(𝑥𝑖− 𝑥̅)2/𝑛−1

3
=√4709,89/10−1
= √ 4709,89/9
=21,68
 Sn = Reduced Standard Deviation
Sn = √Σ(𝑌− 𝑌𝑛̅̅)̅ 2/n-1
= √8,49 /10-1
= √8,49/9
=0,97

4.3.2 Curah Hujan Rencana


Penentuan curah hujan rencana ini menggunakan persamaan Gumbell,
dengan PUH 4 tahun dikarenakan dengan PUH 4 tahun di anggap dapat mewakili
periode ulang untuk perencanaan dalam beberapa tahun kedepan serta di
karenakan umur tambang yang di perkirakan tidak begitu lama atau permanen.

Tabel 4.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana

periode ulang (tahun)


2 3 4 5 10

Reduced Variate (Yr) 0,37 0,90 1,25 1,50 2,25

Reduced Variate Factor (k) -0,14 0,39 0,74 0,99 1,74

Curah Hujan Rencana (Xt) 99,3105 111,2602 118,7001 124,2075 140,4762

 Yr= Reduced Variate


Yr = -In (-In (𝑇𝑟-1/𝑇r)
= -In (-In (4−1/4)
= 1,25
 K = Factor Reduced Variate
K = 𝑌𝑟−𝑌𝑛𝑖/ 𝑆𝑛
= 1.25−0.50/0.97
= 0,74

3
 Xt = Curah Hujan
Rencana Xt = 𝑋̅ + Sd. K
= 102,42 + (0,75 x 21,68)
= 102,42 + 16.26
= 118,700 mm/hari
Berdasarkan perhitungan besar curah hujan rencana untuk PUH selama 4 tahun
sebesar 118,70 mm/hari.

4.3.3 Periode Ulang Hujan dan Resiko Hidrologi


Berdasarkan periode ulang hujan (PUH) 4 tahun, didapatkan curah hujan
rencana sebesar 118.70 yang digunakan dalam perhitungan debit air yang masuk
ke area bukaan tambang. Dengan resiko hidrologi sebesar 94%. Dengan
perhitungan di bawah ini :

Pt = −1 (−1( 1 𝑇𝑖
)
𝑇𝑟

 Pt = 1-(1-1/4) 10 x 100 %
= 1-(1- 0,25)10 x 100 %
= 94.36864853 %
= (94%)
Dari hasil perhitungan diatas di dapatkan resiko hidrologi sebesar 94% dan dapat
di lihat pada tabel di bawab ini:
Tabel 4.3 Perhitungan Resiko Hidrologi
Umur tambang PUH Resiko Hidrologi
( tahun) (%)
10 1 100
10 2 99.90234375
10 3 98.26584707
10 4 94.36864853
10 5 89.26258176
10 6 83.84944171
10 7 78.59416844
10 8 73.69244238
10 9 69.20538523
10 10 65.13215599

3
4.3.4 Intensitas Curah Hujan
Untuk menentukan intensitas hujan digunakan rumus Mononobe yaitu:
Intensitas Curah Hujan (I):

Xt 2
I   24  3
x
 
24  t 
Ket:
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
Xt = Curah hujan periode ulang (mm)
T = Lamanya Curah Hujan ( jam)

118.700  2
I  x 24  3
 
24  5,53 
I = 11,76 mm/jam

Tabel 4.4 Perhitungan intensitas curah hujan

Jumlah hujan Jam hujan


Tahun maksimum maksimum
(mm) (jam)
2012 91,6 6
2013 92,5 5,43
2014 99 5,25
2015 79 5,55
2016 79,05 5,32
2017 78 5,35
2018 140,5 5,28
2019 125 6,25
2020 109 5,45
2021 130.5 5,47
Total 1024.15 55,35
Rata – rata 102.415 5,535

Waktu curah hujan 5,535

Berdasarkan perhitungan maka didapatkan intensitas curah hujan sebesar 11,76


mm/jam

3
4.3.5 Luasan Total Catchment Area
Catchment area pada PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua diolah
menggunakan aplikasi software Minescape 5.7 (garis berwarna ungu) dengan
luasan yang didapat 139,59 ha atau 1.395 km2

DTH

Gambar 4.11 Peta Daerah Tangkapan Hujan

4.3.6 Air Limpasan


Perhitungan debit air limpasan dapat ditentukan setelah diketahui luas
daerah tangkapan hujan, Intensitas, dan koefisien keadaan lahan tutupan.
Perhitungan debit air limpasan dilakukan dengan menggunakan rumus rasional
sebagai berikut :
Q pit = 0,278 x C x I x A
= 0,278 x 0,9 x 11,76 mm/jam x 1.395 Km2
= 1,15 m3/detik
Berdasarkan perhitungan didapatkan besarnya air limpasan yang masuk sebesar
1,15 m3/detik.

3
4.3.7 Head Pompa
Perhitungan Head atau julang dengan, mengacu spesifikasi pompa yang
digunakan, Head Loss, besarnya sesuai dengan pipa yang digunakan.
Rumus menghitung Head (Julang):
Elevasi Outlet = 26 m
Elevasi Inlet = - 29 m
Panjang pipa (L) = 416 m
Pipa yang digunakan =HDPE 12 inch (polyethylene)

 Head Static = Elevasi Outlet Pemompaan – Elevasi Inlet Pemompaan


= 26 – (-29)
= 55 m

 Head Friction = (L : 100) x Head Loss (sesuai spesifikasi pipa)


= 4,16 x 0,06
= 0,2496 m
= 0,25 m

𝑄
 Kecepatan pada pipa (V) =
𝐴

0,26 𝑚3/s
= 𝜋.(𝑟)2

0,26 𝑚3/𝑠
= 3,14 (
12,7)2

0,26 𝑚3/𝑠
= 0.05 𝑚2
= 5,2 m/s

2
 Head velocity (Hv) = 𝑉

2 𝑔

5,2
= 2 (9,8)
= 1,38 m

3
0,0005
 Lamda ( λ) = 0,2 +
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑖𝑝𝑎

0,0005
=0,2 + 161 cm2
= 0,20

 Hf Katup hisap  2 
= hf 2  f v 
2g
 

27,04
= 0,06 19,6
= 0,082 m
 Head Total (H) = Hs+ Hv + Hf Out + Hf in + Hf katup hisap
= 55m + 1,38 m + 0,25 + 0,25 + 0,082
= 57 m

Elv 26

57 m
Elv -29

Gambar 4.12 Instalasi pompa

3
(Sumber :Department Engineering PT.Jhonlin Baratama 2022)
Gambar 4.13 Grafik Pompa DND-500HX

Berdasarkan perhitungan Total Head pompa dan grafik pompa DND 200-
5HX maka dapat ditentukan debit pompa Head Total 57 m dengan RPM 1100
dan efisiensi pompa 77% didapatkan debit 1100 m3/detik.

3
4.3.8 Perhitungan Debit Pompa Aktual
Dalam pengukuran debit pompa aktual di lapangan yaitu menggunakan
alat yang bernama flowmater didapat data kemudian di lakukan perhitungan:

Tabel 4.5 Perhitungan Debit pompa

No m/s Luas cm2 Debit (m3/s)


1 5,4 505 2,727
2 5,2 505 2,626
3 5,1 505 2,5755
AVG 5,23 0,264283165

V= 5.2 m/s
r = 5 Inch = 12.7cm
 A = π X r2
= 3,14 x 12.72
= 3,14 x 161cm2
= 505 cm2
= 0,05 m2

 Q=VxA
= 5.2 m/s x 0.05 m2
= 0,26 m3/s
= 15,6 m3/menit
= 936 m3/jam
Berdasarkan hasil pengukuran kemudian dilakukan perhitungan maka debit
pompa aktual sebesar 0,26 m3/s atau 936 m3/jam

4.3.9 Perhitungan Kemampuan Pompa (Q outflow)


Berdasarkan tabel diatas maka debit pompa bisa dihitung sebagai berikut
: Q dalam 1 Jam = flowrate x Jam kerja pompa
= 0,26 m3/detik x 3.600 detik
=936 m3/jam
Q dalam 1 hari =936 m3/ jam x 23 jam = 21.528 m3/hari

4
Debit atau kemampuan pompa untuk meniriskan air dalam 1 hari adalah sebesar
21.528 m3/hari.

4.3.10 Perhitungan debit limpasan (Q inflow)


Q inflow dalam 1 hari = Q (debit limpasan) x (durasi hujan per hari)
= 4.145 × 5,53 Jam
= 22.925 m3/hari
Debit limpasan yang masuk ke pit dalam 1 hari adalah 22.925 m3/hari.

4.3.11 Perhitungan debit Air Tanah


Dalam pengukuran air tanah ini menggunakan alat sederhana berupa
meteran dan paralon , kemudian dilakukan perhitungan :

h(L1  L2 / 2)
Q t

L1 = 949.342
L2 = 949.345
H = 0,0005 m
t = 1,5 jam (90 menit)

0.0005(949.342  949.345 / 2)
Q  1.5
Q = 7,68 m3/hari
Debit air tanah yang masuk kedalam pit PT.Jhonlin Baratama sebesar 7,68 m3/
hari

4.3.12 Lama Waktu Pemompaan


Dari perhitungan debit limpasan di tambah air tanah dan debit pompa
tersebut maka Jumlah waktu yang diperlukan untuk penirisan :
Q inf low 22.925 m3 /hari+7,68 m3
/hari
 = = 1,4 hari
Qoutflow 21.528 m3/ hari

4
1.1.Waktu yang diperlukan pompa untuk mengeringkan sump yaitu
1,4 hari
4.3.13 Perhitungan Volume Tampung Sump
Perhitungan selisih antara debit air limpasan (Qpit) dengan debit
pemompaan (Qp) adalah sebagai berikut :
Q1 H 2
 Qp 
H1

 Qp 0.26m3 / det
 ik = 0,4 m3/detik
55,25meter
130meter

 V sump = (Qpit.t.3600) – (Qp.t) + debit Air Tanah


= (1.15 x 5,53 x 3.600) – (0.4 x 23) + 7.68
= 22.892 m3
Dimana:
Qpit = 0,278.C.I.A, ( m³/detik)
I = Intensitas hujan, 13,78
(mm/jam) t = Lama hujan, 5,53 (Jam)
Qp = Debit pemompaan, (m³/detik)
Q1 = Debit pompa aktual, m 3/ detik
H1 = Head dari pabrik, m
H2 = Head terkoreksi, m

Maka rekomendasi volume sump untuk mengatasi debit air yang masuk
(Qpit) adalah sebagai berikut Dengan rumus volume limas terpancung maka
dapat dirancang dimensi sumpsebagai berikut:
 Panjang atas = 78m
 Lebar atas = 65m
 Panjang bawah = 70m
 Lebar bawah = 60m

4
 Kedalaman =5m
 Rancangan rekomendasi volume sumuran:
1
V = 𝑥 h (L. Atas + L. Bawah + (√(𝐿. 𝑎𝑡𝑎𝑠𝑥𝐿. 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ ) )
3

= 1
𝑥 8 (3.339 + 2.475 +  3.339  2.475  
3

= 23.183,82 m3
jadi, rekomendasi volume tampung sump yang diberikan sebesar 23.183,82 m3

70 M
78 M

Gambar 4.14 Rekomendasi Dimensi Sump

4.4 Pembahasan
Penelitian di PT.Jhonlin Baratama Jobsite Sungai Dua diketahui bahwa
sumber air utama yang masuk kedalam area penambangan adalah air hujan dan
adanya potensi air tanah pada sump. Besarnya debit air limpasan yang masuk ke
lokasi penambangan ini sangat berpengaruh besar terhadap proses penambangan

4
Oleh karena itu diperlukan volume tampung sump yang mencukupi untuk
menampung air sementara dan untuk menangani air tambang ini dengan cara
mengeluarkan air yang masuk dengan cara pemompaan dan sebelum di pompa
keluar air ini terlebih dahulu di tampung di sebuah sumuran (sump).
Hasil perhitungan curah hujan 2012-2021 didapatkan curah hujan rencana
118.70 mm/hari dan resiko hidrologi sebesar 94.%. Artinya bahwa kemungkinan
turunnya hujan sebesar 118.700 mm/hari adalah 94.% dengan intensitas curah
hujan 11,76 mm/jam dengan luas total daerah tangkapan hujan sebesar.1,4 km 2.
Maka setelah melakukan penelitian dengan pengambilan data langsung serta
pengolahan data, didapat debit air tanah sebesar 7,68 m3/hari, air limpasan sebesar
22.925 m3/hari dengan kemampuan pompa mengeluarkan air sebesar 21.258
m3/hari. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan 1 buah pompa yang ada untuk
mengeringkan air pada kolam penampungan atau sump yaitu sebesar 1,4 hari.
Pada dasarnya Kondisi actual dilapangan pada daerah penelitian memiliki 2
buah pompa namun pompa prioritas hanya 1 dan pompa satunya hanya sebagai
pompa support maksudnya pompa ini digunakan apabila situasi atau kondisi
memungkinkan untuk digunakan 2 pompa seperti misalnya ketika air dalam sump
belum kering hujan kembali turun . untuk mengatasi hal itu maka pompa support
tadi digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pemompaan. Maka rangkaian
ini menunjukkan rangkaian dewatering pump pada sump jenis single stage. Jenis
pompa yang digunakan adalah pompa DND -500HX dengan total Head 57 m
dengan debit aktual 0.26 m3/s atau 936 m3/jam. Adapun jenis pipa yang digunakan
adalah pipa HDPE, pipa jenis ini merupakan pipa yang lentur sehingga bisa
mengikuti kontur daerah penambangan. Berdasarkan perhitungan debit pompa
dan intensitas hujan PUH 4 tahun, Volume tampung sump yang harus disediakan
adalah 22.892 m3.

4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Curah Hujan rencana PUH 4 tahun adaalah 118.700 mm/hari dengan
Intensitas hujan 11.76 mm/jam dan Luas daerah Tangkapan Hujan 1,40
km2, dengan debit limpasan sebesar 1,15 m3 /detik .
2. Total jumlah debit air tanah yang masuk kedalam PT Jhonlin Baratama
adalah 7.68 m3/hari, dan debit air limpasannya adalah 1.15 m3/detik
3. Head total pompa DND 200-5HX adalah 55.25 m dengan debit aktual 936
m3/jam dengan debit aktual 936 m3/jam
4. Berdasarkan simulasi perhitungan debit pompa dan intensitas hujan PUH
4 tahun, Volume tampung sump yang harus disediakan adalah 22.892,68
m3.
5.2 Saran
1. Sebaiknya lebih mengoptimalkan pompa yang ada guna mengurangi
lamanya waktu pengeringan sump .
2. Sebaiknya, dilakukan maintenance pada lantai front tambang untuk
mengurangi terjadinya genangan air.
3. Seharusnya dibutkan saluran terbuka pada timur pit (disposal area) guna
mengurangi besar luasan cathment area .
4. Hendaknya Semua bagian pada sistem penyaliran tambang selalu
dirawatguna mendapatkan hasil yang maksimal dan tepat guna.
5. Sebaiknya untuk mengukur debit air tanah menggunakan alat yang lebih
memadai.

4 4
DAFTAR PUSTAKA

A Tahara haruo, Sularsa ,1991, pompa dan kompresor, Edisi IX, swadaya, Jakarta.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press.
Bachtiar, A. 2006. Geologi Pulau Kalimantan. Bandung. Institut Teknologi
Bandung.
Budiarto , 1997, Sistem Penirisan Tambang, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran, Yogyakarta.
Endriantho, M. 2013. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Terbuka
Batubara, Geosains. Makassar. Universitas Hasanuddin.
Gautama, R, S. 1999. Sistem Penyaliran Tambang. Bandung. Institut Teknologi
Bandung.
Heryanto, R. 2010. Geologi Cekungan Barito. Bandung: Badan Geologi
Kementrian Energi Sumber Daya Mineral.
Irwandy, A. 2005. Perencanaan Tambang. Bandung. Institut Teknologi Bandung.
Soemarto ,C.D., 1995. Hidroogi Teknik . Penerit Erlangga, Jakarta.
Sosrodarsono, 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Suwandhi, A. 2004. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang, Diklat
Perencanaan Tambang Terbuka. Bandung. Universitas Islam Bandung.
Todd ,D.K .1980. Groundwater hydrology.2 nd Edition .New York: Jhon wiley &
Sons ,USA
Triatmodjo , Bambang . 1996 . Hidrolika 1.Beta offset, Yogyakarta.

4 4
LAMPIRAN 1
Spesifikasi pompa

47
CamScann
CamScann
CamScann
CamScann
CamScann
CamScann
CamScann
CamScann

Anda mungkin juga menyukai