SANDCONE
MODUL MAGANG MBKM
DISUSUN OLEH :
NADYA MUTIARA RAMADHANI
TEKNIK SIPIL
UPN "VETERAN" JAWA TIMUR
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Modul :
Metode Pengujian Sandcone pada
Proyek Pengawasan Pembangunan Jalan
Lintas Selatan (Brumbun Sampai Pantai
Sine), Tulungagung oleh PT. Garis Putih
Sejajar.
2. Nama Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap : Zetta R. Kamandang, S.T., M.T., M.Sc.
b. NPT : 17219930120071
c. Program Studi : Teknik Sipil
d. Fakultas : Teknik
e. Alamat e-mail : zerasullia.ts@upnjatim.ac.id
3. Lokasi Kegiatan : Jalan Lintas Selatan Brumbun-Pantai
Sine-Tulungagung.
4. Nama Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Nadya Mutiara Ramadhani
b. NPM : 19035010048
c. Jabatan Fungsional : Mahasiswa
d. Program Studi : Teknik Sipil
e. Alamat : Gunung Anyar Tambak Utara 2 no 16
f. Alamat e-mail : 19035010048@student.upnjatim.ac.id
ii
KATA PENGANTAR
iv
2. Ibu Dr. Ir.. Minarni Nur Trilita, MT., selaku Koordinator
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Zetta R. Kamandang, ST., MT., M.Sc, selaku Dosen
Pembimbing Magang MBKM di Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. PT. Garis Putih Sejajar yang telah memberikan izin dan
bantuan untuk melaksanakan magang MBKM pada
Proyek Pengawasan Pembangunan Jalan Lintas Selatan
(Brumbun – Pantai Sine).
5. Bapak Yudianto,ST selaku Supervision Engineer Proyek
Pengawasan Pembangunan Jalan Lintas Selatan
(Brumbun – Pantai Sine) Tulungagung yang telah
memberikan izin penulis untuk magang MBKM pada
proyek tersebut.
6. Bapak Muhtarom,ST selaku Inspektor Engineering yang
telah menjadi pembimbing lapangan di Proyek
Pengawasan Pembangunan Jalan Lintas Selatan
(Brumbun – Pantai Sine) Tulungagung, serta telah
membantu penulisan hingga laporan magang MBKM ini
selesai.
v
7. Seluruh staff dan pekerja di Proyek Pengawasan
Pembangunan Jalan Lintas Selatan (Brumbun – Pantai
Sine) Tulungagung, yang telah memberikan bantuan dan
dukungan selama masa magang MBKM.
8. Seluruh staf dan karyawan PT. Mix Pro Indonesia yang
telah memberikan informasi dan masukan yang
bermanfaat selama di lapangan pada Proyek
Pembangunan Jalan Lintas Selatan (Brumbun – Pantai
Sine) Tulungagung.
9. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun laporan ini.
10. Kedua orang tua kami yang telah memberikan doa serta
dukungan.
Akhir kata, kami berharap dengan adanya modul ini
dapat menambah serta meningkatkan wawasan dalam Ilmu
Teknik Sipil.
Nadya Mutiara R.
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................... vii
1. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................ 4
1.4 Tujuan................................................................................. 4
2. PELAKSANAAN KEGIATAN............................................... 5
2.1 Jenis Kegiatan .................................................................... 5
2.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan ........................................... 5
2.3 Lokasi Kegiatan ................................................................. 5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 6
3.1 Jalan Raya .......................................................................... 6
3.1.1 Fungsi Jalan Raya………………………….……..7
3.1.2 Klasifikasi Jalan…………………………………....7
3.1.3 Pengujian Dalam Pembangunan Jalan Raya...........15
3.2 Sand Cone Test………………………………………..……25
3.2.1 Tujuan…………………………………..………...26
3.2.2 Metode Pelaksanaan…………………….………..27
4. PENUTUP ............................................................................... 37
5. DAFTAR PUSAKA................................................................ 39
6. LAMPIRAN………………………………………………...40
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
METODE PENGUJIAN SANDCONE PADA
PROYEK PENGAWASAN PEMBANGUNAN
JALAN LINTAS SELATAN (BRUMBUN-PANTAI
SINE), TULUNGAGUNG OLEH PT. GARIS PUTIH
SEJAJAR
e-mail: 19035010048@student.upnjatim.ac.id
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan raya merupakan penghubung antar kota dan
daerah yang membantu kegiatan penduduk setiap
harinya, serta berbagai macam aktivitas masyarakat
yang berada di dalamnya sehingga perekonomian
dan kemajuan teknologi akan sangat berperan dalam
membantu memajukan daerah tersebut.
Pembangunan jalan yang ada di Brumbun – Pantai
sine, Tulungagung ini adalah jalan lintas selatan
yang baru dibangun oleh pemerintah yang bertujuan
agar akses jalan tersebut mudah dilalui dan dapat
mempermudah akses transportasi serta memberikan
kenyamanan bagi penggunanya.
Dalam hal ini pelaksanaan pembangunan jalan
tentu menjadi yang paling utama dan perlu adanya
Analisa data tentang tanah yang ada di lapangan
tersebut. Tanah merupakan bagian yang sangat
penting dalam suatu pekerjaan konstruksi teknik
1
sipil, baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai
pendukung beban. Tanah diharapkan mampu
mendukung beban konstruksi yang ada diatasnya.
Untuk itu tanah harus memenuhi persyaratan
kualitas, baik secara fisik maupun teknis.
2
tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air
yang cukup tinggi nilai kepadatannya akan
menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali
sehingga air tidak dapat dikeluarkan dengan
pemadatan (Hardiyatmo, 2012). Untuk memeriksa
kepadatan tanah di lapangan, dilakukan lah test
sandcone.
Pengujian sand cone digunakan untuk
memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan
tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan
dengan menggunakan pasir kuarsa sebagai
parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat
kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat
sehingga dapat mengalir bebas. Pasir kuarsa yang
digunakan adalah lolos saringan no.10 dan tertahan
di saringan no.200. Sand Cone digunakan untuk
pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan pada
lapisan tanah atau lapis perkerasan yang telah
dipadatkan. Pengujian yang diuraikan terbatas pada
ukuran butiran tanah dan batuan yang tidak lebih
dari 5 cm diameternya. Adapun yang dimaksud
dengan kepadatan lapangan adalah berat kering per
satuan isi. Dalam pengujian sand cone ini,
diperlukan hubungan antara kadar air dan kepadatan
dari suatu contoh tanah yang diperiksa. Kadar air
tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang
biasanya dinyatakan dengan persentase berat kering.
Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap
3
tingkat pemadatan yang dapat dicapai oleh suatu
tanah.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan modul adalah
untuk mengetahui metode pelaksanaan pengujian
sandcone pada Proyek Pengawasan Pembangunan
Jalan Lintas Selatan (Brumbun – Pantai Sine),
Tulungagung.
4
2. PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan selama magang
MBKM pada Proyek Pengawasan Pembangunan
Jalan Lintas Selatan (Brumbun – Pantai Sine) yaitu
melakukan pengamatan secara langsung terhadap
metode pengujian sandcone serta membantu
beberapa item pekerjaan yang sedang dikerjakan.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode pelaksanaan pekerjaan merupakan metode
yang menggambarkan penguasaan penyelesaian
pekerjaan yang sistematis dari awal hingga akhir yang
dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.
Pada modul ini akan dibahas mengenai metode
pelaksanaan pengujian sandcone pada Pengawasan
Pembangunan Jalan Lintas Selatan (Brumbun – Pantai
Sine).
6
3.1.1 Fungsi Jalan Raya
7
pembatasan secara berdaya guna pada
jumlah jalan masuk. Jalan arteri dibagi
menjadi dua, yakni jalan arteri primer serta
jalan arteri sekunder. Berikut
penjelasannya:
- Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer adalah jalan
yang menghubungkan secara berdaya
guna antara kegiatan nasional dengan
kegiatan wilayah. Kecepatan kendaraan
paling rendah adalah 60 kilometer per
jam. Ukuran lebar badan jalan minimal
11 meter.
Lalu lintas kendaraan di jalan
arteri primer tidak boleh diganggu oleh
lalu lintas ulang alik, lalu lintas dan
kegiatan lokal serta tidak boleh terputus
di area perkotaan.
- Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan
yang mengubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder ke satu serta
kawasan sekunder kedua. Kecepatan
kendaraan paling rendah adalah 30
kilometer per jam. Ukuran lebar badan
jalan adalah minimal 11 meter.
8
Jalan Lokal
Dikutip dari UU Nomor 38 Tahun 2004,
jalan lokal merupakan jalan umum yang
ditujukan untuk kendaraan angkutan lokal.
Ciri utama dari jalan lokal adalah jarak
perjalanannya dekat, kecepatan kendaraan
tergolong rendah serta adanya pembatasan
pada jalan masuk. Jalan lokal dibagi
menjadi dua, yakni jalan lokal primer dan
jalan lokal sekunder. Berikut
penjelasannya:
- Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan
yang menghubungkan antara kegiatan
nasional dengan kegiatan lingkungan.
Kecepatan kendaran paling rendah
adalah 20 kilometer per jam. Ukuran
lebar badan jalan adalah minimal 7,5
meter. Jalan arteri primer tidak boleh
terputus pada area pedesaan.
- Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan
yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu, kedua dan ketiga dengan
kawasan perumahan. Kecepatan
kendaraan paling rendah adalah 10
kilometer per jam. Ukuran lebar badan
jalan adalah 7,5 meter.
9
Jalan Kolektor
Dikutip dari UU Nomor 38 Tahun 2004,
jalan kolektor merupakan jalan umum yang
ditujukan untuk kendaraan angkutan
pengumpul atau pembagi. Ciri utama dari
jalan kolektor adalah jarak perjalanannya
sedang, kecepatan kendaraannya sedang
serta adanya pembatasan pada jalan masuk.
Jalan kolektor dibagi menjadi dua, yakni:
- Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan
yang mengubungkan secara berdaya
guna antara kegiatan nasional dengan
kegiatan wilayah. Kecepatan kendaran
paling rendah adalah 40 kilometer per
jam. Ukuran lebar badan jalan adalah
minimal 9 meter.
- Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah
jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua dan kawasan sekunder
ketiga. Kecepatan kendaraan paling
rendah adalah 20 kilometer per jam.
Ukuran lebar badan jalan adalah
minimal 9 meter.
10
Jalan Lingkungan
Dikutip dari UU Nomor 38 Tahun 2004,
jalan lingkungan merupakan jalan umum
yang ditujukan untuk kendaraan angkutan
lingkungan. Ciri utama dari jalan
lingkungan adalah jarak perjalanannya
dekat serta kecepatannya rendah. Jalan
lingkungan dibagi menjadi dua, yakni jalan
lingkungan primer dan jalan lingkungan
sekunder. Berikut adalah penjelasannya:
- Jalan Lingkungan Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan
yang mengubungkan secara berdaya
guna antara kegiatan nasional dengan
kegiatan wilayah. Kecepatan kendaran
paling rendah adalah 40 kilometer per
jam. Ukuran lebar badan jalan adalah
minimal 9 meter.
- Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah
jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua dan kawasan sekunder
ketiga. Kecepatan kendaraan paling
rendah adalah 20 kilometer per jam.
Ukuran lebar badan jalan adalah
minimal 9 meter.
11
Klasifikasi Jalan Raya Berdasarkan Statusnya
Jalan Nasional
Jalan nasional adalah jalan yang dikelola
oleh Kementerian PUPR yang meliputi 4
kelompok yakni jalan arteri primer, jalan
kolektor primer (penghubung antar-ibu kota
provinsi), jalan tol (bebas hambatan), dan
jalan strategis nasional.
Jalan nasional ditandai dengan kode K1.
Secara kasat mata, masyarakat bisa
mengenali status jalan nasional lewat dua
cara. Pertama lewat papan penunjuk jalan
yang biasanya dipasang di jalan yang
mencantumkan status jalan tersebut
Ciri jalan nasional adalah terdapat tanda
marka membujur berwarna putih dan
kuning secara bersamaan. Pengelola jalan
nasional adalah Kementerian PUPR lewat
Ditjen Bina Marga.
Jalan Provinsi
Merujuk pada PP Nomor 34 Tahun 2006,
jalan provinsi adalah jalan kolektor yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan
ibu kota kabupaten atau kota dalam satu
provinsi tersebut (K2). Selain itu, jalan
provinsi juga bisa berupa jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar-ibu kota
12
kabupaten/kota (K3). Jalan provinsi lainnya
yakni jalan strategis provinsi.
Khusus untuk wilayah DKI Jakarta,
seluruh ruas jalan, kecuali jalan nasional,
adalah berstatus jalan provinsi. Selain dari
papan petunjuk jalan, jalan provinsi juga
bisa dikenali dari marka jalan yang hanya
berwarna putih (tanpa warna kuning).
Marka jalan provinsi berwarna putih
tersebut berbentuk membujur, baik garis
putus-putus maupun tak terputus.
Umumnya jalan provinsi memiliki ukuran
yang cukup lebar. Di beberapa titik, lebar
jalan provinsi juga sama dengan jalan
nasional. Pengelola dan penanggung jawab
jalan provinsi adalah gubernur atau pejabat
lain yang ditunjuk.
Jalan Kabupaten
Menurut PP Nomor 34 Tahun 2006, jalan
kabupaten adalah jalan yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat desa, antar ibukota
kecamatan, ibukota kecamatan dengan
desa, dan antar desa. Jalan kabupaten juga
bisa berupa jalan sekunder yang tidak
masuk sebagai jalan provinsi dan jalan
13
strategis kabupaten, lalu penghubung antar-
pusat kegiatan lokal.
Kode jalan ini ditandai dengan K4.
Pengelola dan penanggung jawab jalan
kabupaten adalah pemerintah daerah
kabupaten, baik oleh bupati maupun
pejabat yang ditunjuk.
Ciri warna marka jalan kabupaten sama
dengan jalan provinsi yakni hanya
berwarna membujur putih saja, baik
terputus maupun garis tanpa putus. Namun
biasanya, jalan kabupaten memiliki ukuran
lebar yang lebih kecil dari jalan provinsi
dan hanya menghubungkan antar-
kecamatan.
Selain itu, seringkali ditemui jalan
kabupaten adalah yang biasanya hanya
berupa jalan aspal atau beton saja tanpa
adanya marka jalan (polos).
Jalan Kota
Jalan Kota adalah jalan umum pada
jaringan jalan sekunder di dalam kota,
merupakan kewenangan Pemerintah Kota.
Ruas-ruas jalan kota ditetapkan oleh
Walikota dengan Surat Keputusan (SK)
Walikota.
14
Jalan Desa
Jalan desa adalah jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan. Sesuai namanya, jalan ini
dikelola oleh pemerintah desa. Karena
dikelola pemerintah desa dan hanya jadi
penghubung antar pemukiman, jalan desa
memiliki ukuran yang relatif kecil.
Panjangnya pun hanya sampai batas desa.
Jalan kecil berupa gang atau lorong adalah
contoh jalan desa atau jalan yang dikelola
dan dibangun pemerintah desa.
15
mengetahui sifat perlawanan dinamik tanah
juga sekaligus melakukan pengambilan
sampel tanah UDS (Undisturbed Sample)
dengan teknik penumbukan.
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung
belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk
memasukkan tabung belah sedalam 300 mm
vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini
digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang
dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh
0,76 m.
16
Cone Penetration Test ( CPT )
Sondir atau dalam istilah sipil disebut
Cone Penetration Test (CPT) merupakan suatu
metode pengujian tanah (soil test) yang
dilakukan sebelum membuat pondasi bangunan,
baik itu bangunan berupa perumahan hingga
bangunan skala besar seperti kawasan bisnis.
Pengujian sondir / CPT ini merupakan
salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan
untuk mengetahui daya dukung tanah pada
setiap lapisan serta mengetahui kedalaman
lapisan pendukung yaitu lapisan tanah keras.
Hal ini dimaksudkan agar dalam mendesain
Pondasi yang akan digunakan sebagai
penyokong kolom bangunan diatasnya memiliki
faktor Keamanan (safety factor) yang tinggi
sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan
tidak mengalami penurunan.Sondir sendiri
adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya
berupa konus.
Adapun fungsi dari pengerjaan sondir
yaitu :
Menentukan jenis pondasi yang sesuai
untuk dipasang.
Membantu memilih jenis lapisan tanah
yang tepat untuk dijadikan landasan
pondasi.
17
Meminimalisir terjadinya crack pada
pondasi sehingga terhindar dari resiko
bangunan roboh atau ambruk
18
pengeboran untuk mendapatkan contoh
tanahnya, dan terlebih baik lagi dengan
melakukan SPT untuk mengetahui efek
pemancangan terhadap tanah tersebut,
19
memperoleh keterangan tentang struktur
tanah secara visual dari lapisan bawah tanah
yang nantinya dijadikan sebagai pondasi
suatu bangunan.
Hand boring test atau tes bor tangan
dilakukan untuk memperoleh keterangan
tentang tanah, baik jenisnya, sifat maupun
keadaan tanah tersebut. Tes bor tangan
dilakukan menggunakan berbagai jenis bor
pada ujung bawah serangkaian stang bor.
Pada bagian atasnya berupa stang dengan
bentuk T yang berguna untuk memutar stang
bor.
Tujuan utama dalam melakukan hand
boring test adalah untuk memperoleh data
tanah. Baik itu jenisnya, sifatnya, hingga
keadaan dari tanah tersebut. Umumnya,
pemboran manual ini dilakukan untuk
mengambil sampel tanah pada lapisan
dangkal yaitu kurang dari 10 m. Pemboran
manual dengan tangan bisa dibilang menjadi
metode pemboran paling sederhana serta
ekonomis. Pengeboran ini dilakukan dengan
tahapan menekan serta memutar auger agar
masuk ke dalam tanah. Namun kemampuan
hand bor tes ini hanya terbatas. Di samping
itu, hanya cocok dilakukan untuk kedalama n
tanah dangkal saja.
20
Bisa diartikan bahwa hand boring ini
tidak cocok digunakan untuk pengeboran di
bawah muka air tanah. Namun demikian,
terdapat cukup banyak kelebihan dari meto de
hand boring. Misalnya adalah lebih
sederhana, ekonomis, lebih mudah
dioperasikan serta gangguan pada tanah
sangat minimal. Namun bagi Anda yang
ingin melakukan pengujian tanah secara
menyeluruh, metode hand boring ini memang
kurang efektif.
21
Dynamic Cone Penetrometer ( DCP )
Uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
merupakan suatu pengujian yang cepat untuk
mendapatkan nilai kekuatan tanah dasar dan
lapis pondasi jalan. Alat DCP terdiri atas
tangkai baja yang di bagian ujungnya dipasang
konus baja dengan ukuran dan sudut tertentu,
dan di bagian atas dilengkapi denganbatang
pengarah jatuh palu penumbuk.
Metode DCP ini adalah cara pengujian
kekuatan lapisan perkerasan jalan (tanah dasar,
pondasi bahan berbutir) yang relatif cepat, yaitu
dengan menekan ujung konus yang ditimbulkan
oleh pukulan palu dengan beban dan tinggi
jatuh tertentu menerus sampai kedalaman
tertentu.
Dengan memberlakukan pengujian DCP
sebagai standar dalam merancang pembangunan
dan pemeliharaan jalan, maka diharapkan dapat
dicapai efektifitas pengumpulan data yang
sederhana dan efesien. Hasil Pengujian DCP ini
dikorelasikan dengan nilai CBR (California
Bearing Ratio) untuk keperluan perencanaan
pemeliharaan dan peningkatan jalan, termasuk
perencanaan tebal perkerasan jalan.
22
Gambar 5. Contoh DCP Test
23
terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10
– 15 cm. Sand cone adalah untuk pemeriksaan
kepadatan tanah di lapangan pada lapisan tanah
atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan.
Pengujian yang diuraikan hanya berlaku
terbatas pada ukuran butiran tanah dan batuan
tidak lebih dari 5 cm diameternya.Yang
dimaksud dengan kepadatan lapangan adalah
berat kering per satuan isi.
Cara mekanis yang digunakan di lapangan
biasanya dengan menggilas, sedangkan
dilaboratorim dengan cara menumbuk atau
memukul. Untuk lebih lanjut mengenai metode
pelaksanaan pengujian sand cone ini, akan di
jelaskan pada bab selanjutnya.
24
3.2 Sand Cone Test
Sand cone adalah alat yang digunakan untuk tes
pengujian dalam hal ini untuk menentukan kepadatan
lapisan tanah di lapangan dengan menggunaka pasir baik
itu lapisan tanah atau perkerasan lapisan tanah yang
dipadatkan. Sand cone test atau disebut Percobaan
kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang
dilakukan dilapangan untuk menentukan berat isi kering
(kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan
pemadatan yang dilakukan baik pada tanah kohesif
maupun tanah non kohesif.
Sand cone (kerucut pasir) terdiri atas sebuah kaca
atau botol plastik dengan sebuah kerucut logam yang
dipasang di bagian atasnya. Kerucut dan botol kaca
ini diisi menggunakan pasir Ottawa kering dengan
degradasi buruk yang sudah diketahui berat isinya.
Pasir ottawa digunakan dalam metode kerucut pasir
(Sand Cone) karena pasir tersebut mudah dialirkan dan
dapat mengisi semua ruang yang kosong. Selain itu,
pasir Ottawa juga merupakan pasir yang benar benar
kering serta mempunyai gradasi yang seragam.
25
Gambar 7. Pasir Ottawa
3.2.1 Tujuan
26
yang diperiksa. Kadar air tanah adalah konsentrasi air
dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat
kering. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana
terjadi transisi dari keadaan padat ke dalam keadaan
semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air
dimana transisi dari keadaan semi padat ke dalam
keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis, dan dari
keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair.
Batas-batas ini dikenal juga sebagai batas-batas
atterberg.
Selain kadar air, faktor – faktor yang mempengaruhi
pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pemadatan.
Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran butiran,
bentuk butiran tanah, berat spesifik bagian padat tanah.
Selain itu jumlah serta jenis mineral lempung yang ada
pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga
berat volume kering maksimum dan kadar air optimum
dari tanah tersebut.
27
- Linggis
- Meteran
- Panci
- Timbangan
- Wadah
- Spirtus
- Pemantik api
- Pahat
- Palu
- Sekop kecil
- Paku
- Kuas
- Pasir Ottawa
- Tabel Perhitungan
- Sarung Tangan
o Tahapan Pengujian di lapangan:
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
Sandcone, serta gunakan sarung tangan terlebih
dahulu.
2. Isi pasir otawa ke dalam botol uji sampai penuh.
3. Kemudian timbang botol uji yang sudah terisi penuh
pasir otawa dan catat.
28
Gambar 8. Proses Memasukkan Pasir Ottawa kedalam Botol
4. Pasang plat pembatas di lokasi yang akan diuji
kepadatan.
29
5. Gali agregat dilokasi yang sudah dipasang plat
pembatas sedalam lebih kurang 5 cm s/d 10 cm
menggunakan alat pahat.
6. Ambil tanah bekas galian sampai bersih dan letakan
di dalam wadah/plastik.
30
Gambar 11. Proses Pemisahan Sebagian Kecil Tanah kedalam
Panci untuk Pengujian Kadar Air
31
Gambar 12. Proses Pemenuhan Lubang Galian dengan Pasir
Ottawa
32
Gambar 13. Proses Pemenuhan Lubang Galian dengan Pasir
Ottawa
33
Gambar 14. Contoh Form Pengujian SandCone
34
14. Masukkan catatan timbangan pada langkah 3 pada
step A di form.
15. Masukkan catatan timbangan pada langkah 7 pada
step H dan J di form. Langkah H dan J sama karena
wadah yang digunakan adalah plastik. Jika wadah
yang digunakan berupa wadah yang mempunyai
berat seperti mangkok dsb. Maka, step I harus diisi
sehingga step H tidak sama dengan step J.
16. Masukkan catatan timbangan pada langkah 8 pada
step S di form.
17. Masukkan catatan timbangan pada langkah 10 pada
step T di form.
18. Masukkan catatan timbangan pada langkah 12 pada
step B di form
19. Setelah memasukkan semua data yang telah
diperoleh tadi, hitung mengunakan rumus yang
sudah di sediakan di form. Jika
20. Bersikan alat alat yang telah di gunakan
menggunakan kuas dan air hingga bersih.
35
Gambar 15. Contoh Form Pengujian Sandcone yang Telah
Dihitung Hasilnya
36
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sand cone test atau disebut Percobaan kerucut pasir
merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan untuk menentukan berat isi kering
(kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan
pemadatan yang dilakukan baik pada tanah kohesif
maupun tanah non kohesif.
Dari hasil pengujian tersebut kita dapat mengetahui
presentase kepadatan tanah timbunan serta kadar air
tanah tersebut. Untuk angka presentase maksimum
kepadatan timbunan yaitu 95 – 100 % dari gamma di
laboratorium sedangkan untuk angka presentase
maksimum kadar air tanah yaitu 22.31 % dari hasil
kalibrasi di lapangan.
Jika presentase hasil pengujian melebihi batas
maksimum, maka akan terjadi over compact (keadaan
dimana tanah yang dipadatkan akan pecah). Solusi untuk
keadaan ini yaitu timbunan tersebut harus di beri air dan
dipadatkan kembali, namun jka keadaan tanah sudah
terlalu pecah maka timbunan tersebut harus dibongkar
dan dilakukan penimbunan serta pemadatan ulang.
Sedangkan jika presentase hasil pengujian kurang dari
batas, maka tanah tersebut akan lembek. Solusi untuk
keadaan ini yaitu timbunan tersebut harus di diamkan
beberapa hari sampai akhirnya tidak lembek lagi dan di
uji kembali untuk memastikan tingkat kepadatannya.
37
4.2 Saran
1. Keselamatan pekerja harus diutamakan. Selalu
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) di
setiap pekerjaan agar terhindar dari hal – hal
yang tidak diinginkan.
2. Kebersihan lokasi area pekerjaan harus selalu
dijaga, agar menciptakan lingkungan kerja yang
baik.
3. Memperhatikan perawatan alat agar dapat
bekerja dengan baik saat digunakan.
4. Selalu melakukan pemeriksaan kembali
terhadap pekerjaan yang dilakukan agar sesuai
dengan perencanaan awal.
38
5. DAFTAR PUSAKA
39
6. LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Kesediaan Kerjasama Mitra (stempel asli
dan tandatangan mitra, atau meterai Rp10.000 dengan tanda
tangan mitra).
40
Lampiran 2: Peta Jarak Lokasi dari kampus UPN
“Veteran” Jawa Timur (google maps).
41
Lampiran 3: Dokumentasi kegiatan
42
43
Lampiran 4: Tampilan beberapa slide materi
44