Anda di halaman 1dari 66

TUGAS AKHIR

PEMODELAN ELEVASI DIGITAL LAHAN TAMBAK UNTUK


MENDUKUNG PENENTUAN TITIK PINTU AIR

(Studi kasus: Desa Sepunggur Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah


Bumbu)

Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III Teknik Geodesi Pada Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banajarmasin

Disusun Oleh:

Bayu Eka Ramadani

NIM A030317005

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK GEODESI
BANJARMASIN 2020
2
LEMBAR PENGESAHAN
TELAH DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI
DAN DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
KELULUSAN PROGRAM DIPLOMA DIII

Nama : Bayu Eka Ramadani


NIM : A0030317005
Tlp/E-mail : 082253965932 (bbayurkaramadani @gmail.com)
Prodi : DIII Teknik Geodesi
Judul : Pemodelan Elevasi Digital Lahan Tambak Untuk
Mendukung Penentuan Titik Pintu Air (Studi
Kasus: Desa Sepunggur Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu)
Telah diujikan pada:
Hari/Tanggal : -
Tempat :-
1. Penguji I
Nama : -
NIP :-
Tanda Tangan
2. Penguji II
Nama : -
NIP :-
Tanda Tangan
3. Penguji III
Nama : -
NIP :-
Tanda Tangan
Mengetahui,

Ketua Ketua Program Studi


Jurusan Teknik Sipil, DIII Teknik Geodesi,

Dr. Reza Adhi Fajar, ST.,MT Faris Ade Irawan, ST.,M.Sc

NIP. 19720525 200003 1 001 NIP. 19840701 201504 1 003

i
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir, atas nama:

Nama : Bayu Eka Ramadani

NIM : A030317005

Program Studi : DIII Teknik Geodesi

Judul :Pemodelan Elevasi Digital Lahan Tambak Untuk Mendukung


Penentuan Titik Pintu Air ( Studi Kasus: Desa Sepunggur
Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu)

Telah selesai diperiksa oleh Pembimbing dan sudah dapat diajukan dalam Sidang
Tugas Akhir.

Demikian surat pengesahan ini dibuat untuk dapat diketahui bersama.

Banjarmasin , 27 April 2020

Mengesahkan,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ferry Sobatnu, ST.,MT, Adib Muhammad Shodiq, ST.,M.Eng

NIP. 1979102020006041001 NIP. 199304102018031001

Mengetahui,

Ketua Panitia

ii
PEMODELAN ELEVASI DIGITAL LAHAN TAMBAK UNTUK
MENDUKUNG PENENTUAN TITIK PINTU AIR

(Studi kasus: Desa Sepunggur Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah


Bumbu)

Oleh:Bayu Eka Ramadani: Ferry Sobatnu, ST.,MT, Adib Muhammad Shodiq,


ST.,M.Eng

ABSTRAK

Permukaan bumi yang tidak rata membuat para pengguna SIG (Sistem Informasi Geografis)
ingin memodelkan berbagai macam model permukaan bumi.Pembuat peta memikirkan secara
serius untuk pemetaan permukaan bumi seperti pembuatan kontur, hill shading dan visualisasi tiga
dimensi (Chang, 2008). Sebelum adanya komputer para pembuat peta menggunakan titik tinggi
untuk mengetahui ketinggian suatu tempat. Titik tinggi sebagai data tersebut dihubungkan dengan
metode triangulasi untuk mempermudah pembacaan peta. Seiring perkembangannya model elevasi
berubah menjadi bentuk elevasi digital.Model elevasi digital sering disebut dengan DEM (Digital
Elevation Model) atau model elevasi medan.
Digital Elevation Model (DEM) merupakan salah satu model untuk menggambarkan bentuk
topografi permukaan bumi sehingga dapat divisualisasikan kedalam tampilan 3D (tiga dimensi).
Salah satu cara untuk memperoleh data DEM saat ini adalah dengan pemanfaatan teknologi
Penginderaan Jauh (Remote Sensing) seperti contohnya; Inter- ferometry SAR (Synthetic Aperture
Radar) merupakan salah satu algoritma untuk mem- buat data DEM yang relative baru. Data citra
SAR atau citra radar yang digunakan dalamproses interferometri dapat diperoleh dari wahana
satelit SRTM (Shuttle Radar Topo- graphic Mission) merupakan misi untuk membuat data
topografi (DEM).
Metode DEM ini dapat dipakai sebagai model, analisis, representasi fenomena yang
berhubungan dengan topografi atau permukaan lain. Penggunaan DEM dalam proses analisis
limpasan permukaan akan membantu ketelitian dalam mengidentifikasikan kemiring- an lahan,
arah aliran, akumulasi aliran, panjang lintasan aliran dan penentuan daerah pengaliran.
Pengelolaan lahan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas lahan termasuk lahan
budidaya tambak dengan penggunaan masukan yang seminimum mungkin dan tidak menyebabkan
terjadinya degradasi lingkungan. Kawasan Perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu” terletak di

iii
Desa Sepunggur Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
Belum memiliki letak titik pintu air disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang kurang mendukung
terutama terkait ketersediaan sumber air yang sesuai kriteria teknis budidaya karena kondisi
jaringan irigasi yang kurang memadai sehingga tidak dapat mensuplai kebutuhan air untuk
kegiatan perikanan budidaya yang berimplikasi terhadap rendahnya produktivitas kawasan
perikanan budidaya. Oleh karena itu perlu analis dan pemetaan untuk mengetahui letak titik pintu
air di Kawasan Perikanan di Desa Sepunggur. Maka dari itu dibutuhkan pemodelan elevasi digital
untuk melaksanakannya

Kata kunci : Pemodelan Elevasi Digital

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat hidayah
dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul
“Pemodelan Elevasi Digital Lahan Tambak Untuk Mendukung Penentuan
Titik Pintu Air” sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program
Studi DIII Teknik Geodesi pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Banjarmasin.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan, penulisan serta
penyelesaian laporan ini. Dalam selesainya laporan Tugas Akhir ini penulis
mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Reza Adhi Fajar, ST.,MT selaku ketua jurusan Teknik Sipil.
2. Bapak Faris Ade Irawan, ST.,M.Sc selaku ketua Program Studi Diploma III
Teknik Geodesi dan juga selaku panitia Tugas Akhir ini.
3. Bapak Adriani Muchlis, ST.,MT, selaku ketua panitia Tugas Akhir.
4. Bapak Ferry Sobatnu, ST.,MT, selaku Dosen Pembimbing I
5. Bapak Adib Muhammad Shodiq, ST.,M.Eng selaku Dosen Pembimbing II
6. Keluarga dan semua pihak yang ikut serta membantu baik secara moril
maupun secara materil yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak dapat
kekurangan, untuk itu diharapkan adanya masukan saran dan kritik yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaan pembuatan Tugas Akhir ini. Akhir nya penulis
berharap semoga tulisan ini berguna bagi pembaca, khususnya Program Studi
Teknik Geodesi, serta berguna pada bidang pendidikan baik untuk saat ini
maupun waktu yang akan datang.

Banjarmasin, 27 Juli 2020

Penulis

Bayu Eka Ramadani

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG..............................................................i

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN.....................................................ii

ABSTRAK ........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.......................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................2

1.4 Manfaat.................................................................................2

1.5 Batasan Masalah...................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................4

2.1 Pengukuran Topografi...........................................................4

2.1.1 Langkah pengukuran Topografi..................................4

2.2 Pengertian pasang surut........................................................5

vi
2.2.1 Teori pasang surut……………………………………6

2.3 Teori DTM dan DEM............................................................7

2.3.1 DEM (DIGITAL ELEVATION MODEL)………….....7

2.4 Software Civil 3D Autocad Land Desktop 2009...................8

2.4.1 Fungsi Toolbar....................................................................9

2.5 Surfer.....................................................................................9

2.5.1 Overlay........................................................................11

2.5.2 Garis Kontur………………………………………….11

2.5.3 Fungsi Garis Kontur....................................................12

2.5.4 Karakteristik Garis Kontur..........................................13

2.6 Global Mapper.......................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................16

3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................16

3.2 Data dan Peralatan ................................................................17

3.2.1 Data................................................................................17

3.2.2 Peralatan........................................................................17

3.3 Diagram Alir Metode Penelitian...........................................18

3.4 Penjelasan Diagram Alir Penelitian.......................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................32

4.1 Hasil titik pengukuran survei topografi.................................23

4.2 Pengamatan Pasang Surut......................................................24

vii
4.3 Impor Point Autocad Land Desktop.....................................24

4.4 Garis Kontur………………………………………………..25

4.5 Grid Data..............................................................................26

4.6 Garis Kontur Tampilan Surfer 3 Demensi...........................27

4.7 Watersheed...........................................................................28

4.8 Creat DEM...........................................................................29

4.9 Memasukan Simulasi Air.....................................................29

4.10 Penentuan titik pintu air....................................................30

BAB V PENUTUP..................................................................................41

5.1 Kesimpulan ...........................................................................32


5.2 Saran .....................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................34

LAMPIRAN .....................................................................................................35

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Titik BM untuk mendapatkan azimut.............................................4

Gambar 2.2 Software Autocad land desktop.......................................................8

Gambar 2.3 Peta Kontur 3 Dimensi dari Surfer..................................................10

Gambar 2.4 Overlay dari Surfer..........................................................................11

Gambar 2.5 Pengolahan Berbagai Interval kontur dalam Global Mapper……..15

Gambar 2.6 Tampilan 3D View dalam Global Mapper......................................15

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................16

Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Penelitian.....................................................17

Gambar 4.1 Hasil import point di Autocad Land Desktop 2009.........................25

Gambar 4.2 Hasil pembuatan garis kontur di Autocad Land Desktop 2009

.............................................................................................................................25

Gambar 4.3 Hasil Garis Kontur dari aplikasi Surfer...........................................26

Gambar 4.4 Hasil Plot garis kontur berbentuk 3 dimensi...................................27

Gambar 4.5 Layouting 3D Surface......................................................................27

Gambar 4.6 Hasil pengolahan Watershed...........................................................28

Gambar 4.7 Layouting Watershed.......................................................................28

Gambar 4.8 Hasil Create DEM...........................................................................29

Gambar 4.9 Memasukan Simulasi Air (MSL)....................................................29

Gambar 4.10 Memasukan Simulasi Air (MLWL)..............................................30

Gambar 4.11 Memasukan Simulasi Air (MHWL)..............................................30

ix
Gambar 4.12 Hasil penentuan titik pintu air.......................................................31

Gambar 4.13 Layouting Hasil penentuan titik pintu air......................................31

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data titik koordinat X, Y, dan Z pengukuran di lapangan..................23

Tabel 4.2 Data pengamatan pasang surut sungai sepunggur...............................24

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Langkah Kerja ..................................................................................35

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Permukaan bumi yang tidak rata membuat para pengguna SIG (Sistem
Informasi Geografis) ingin memodelkan berbagai macam model permukaan
bumi.Pembuat peta memikirkan secara serius untuk pemetaan permukaan bumi
seperti pembuatan kontur, hill shading dan visualisasi tiga dimensi (Chang, 2008).
Sebelum adanya komputer para pembuat peta menggunakan titik tinggi untuk
mengetahui ketinggian suatu tempat. Titik tinggi sebagai data tersebut
dihubungkan dengan metode triangulasi untuk mempermudah pembacaan peta.
Seiring perkembangannya model elevasi berubah menjadi bentuk elevasi
digital.Model elevasi digital sering disebut dengan DEM (Digital Elevation
Model) atau model elevasi medan.
Digital Elevation Model (DEM) merupakan salah satu model untuk
menggambarkan bentuk topografi permukaan bumi sehingga dapat
divisualisasikan kedalam tampilan 3D (tiga dimensi). Salah satu cara untuk
memperoleh data DEM saat ini adalah dengan pemanfaatan teknologi
Penginderaan Jauh (Remote Sensing) seperti contohnya; Inter- ferometry SAR
(Synthetic Aperture Radar) merupakan salah satu algoritma untuk mem- buat data
DEM yang relative baru. Data citra SAR atau citra radar yang digunakan
dalamproses interferometri dapat diperoleh dari wahana satelit SRTM (Shuttle
Radar Topo- graphic Mission) merupakan misi untuk membuat data topografi
(DEM).
Metode DEM ini dapat dipakai sebagai model, analisis, representasi fenomena
yang berhubungan dengan topografi atau permukaan lain. Penggunaan DEM
dalam proses analisis limpasan permukaan akan membantu ketelitian dalam
mengidentifikasikan kemiring- an lahan, arah aliran, akumulasi aliran,
panjang lintasan aliran dan penentuan daerah pengaliran.
Pengelolaan lahan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas lahan
termasuk lahan budidaya tambak dengan penggunaan masukan yang seminimum
mungkin dan tidak menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Kawasan

1
Perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu” terletak di Desa Sepunggur Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Belum
memiliki letak titik pintu air disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang kurang
mendukung terutama terkait ketersediaan sumber air yang sesuai kriteria teknis
budidaya karena kondisi jaringan irigasi yang kurang memadai sehingga tidak
dapat mensuplai kebutuhan air untuk kegiatan perikanan budidaya yang
berimplikasi terhadap rendahnya produktivitas kawasan perikanan budidaya. Oleh
karena itu perlu analis dan pemetaan untuk mengetahui letak titik pintu air di
Kawasan Perikanan di Desa Sepunggur. Maka dari itu dibutuhkan pemodelan
elevasi digital untuk melaksanakannya

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan maka permasalahan yang dapat
di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat Digital Elevation Model (DEM) untuk menentukan titik
pintu air?
2. Bagaimana menentukan titik pintu air dari peengamatan pasang surut?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan model digital elevation model (DEM) berdasarkan data hasil
survei topografi tahun 2019 di desa sepunggur kecamatan kusan hilir
Kabupaten Tanah Bumbu
2. Mengolah data topografi dan data pasang surut
3. Menentukan titik pintu air tambak sepunggur dengan pemodelan 3D.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini yaitu sebagai berikut:

1. Manfaaat penulisan tugas akhir ini adalah sebagai bahan studi untuk
pembuatan laporan berupa mengetahui pembuatan pintu air yang sesuai kriteria

2
teknis budidaya. Mengerti dan memahami langkah dalam pembuatan
permodelan peta 3D.
2. Manfaat Khusus
Manfaat Khusus yang di dapatkan dari hasil penelitian tugas akhir ini
khususnya bagi prodi DIII Teknik Geodesi dan mahasiswa sebagai pembaca
adalah penggunaan pengukuran Topografi untuk pembuatan pemodelan 3D

1.5 BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengukuran survei topografi Tahun 2019 pada lahan tambak ikan terletak di
Desa Sepunggur Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan,
2. Pemodelan elevation digital dengan program global mapper dan surfer
3. Menentukan titik pintu air berdasarkan juknis dan hasil survei topografi dan
pengamatan pasang surut
4. Software yang digunakan untuk pengolahan pemodelan 3D yaitu Autocad
Land Dekstop,Surffer,dan Global Mapper.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Topografi

Survei topografi adalah suatu metode unutk menetukan posisi tanda-tanda


buatan manusia dan alamiah dipermukaan tanah. Pengukuran topografi
dilakukan dengan metode tachymetry mencakup objek yang dibentuk oleh alam
dan buatan manusia. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur titik-titik yang
terdapat pada area pengukuran, sehingga gambaran umum dari keadaan
topografi pada suatu area dapat dipresentasikan dengan baik, Pengukuran
dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak yang direkam dalam format digital
untuk selanjutnya ditampilkan dalam bentuk koordinat pada alat survei. Alat
survei yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran ini adalah alat Electronic
Total Station dengan ketelitian sudut satu detik.

2.1.1 Langkah pengukuran Topografi

1. Menentukan titik referensi koordinat. Titik referensi koodinat berupa


BM dan control point untuk mendapatkan posisi azimuth awal.
KEMENTRIAN KELAUTAN DA PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
DIREKTORAT KAWASAN DAN KESEHATAN IKAN
J ALA N MERDEKA TIMU R NO . 1 6 GEDUNG MINA BA HARI IV LANTA I 6 JAK ARTA PU SA T 10110
Telp. (021) 3519070 (Hun ting) Fax (021) 3514724

Gambar 2.1
Titik BM untuk
mendapatkan azimut

Pada gambar 2.1 dalam melakukan penentuan posisi, tidak dapat


mengabaikan yang namanya azimuth. Pekerjaan-pekerjaan yang

4
menyangkut disiplin ilmu geodesi membutuhkan suatu penentuan
azimuth. (Mohammad Luay Murtadlo 2017)

2. Pengukuran poligon kerangka kontrol Horizontal dan kerangka


kontrol vertikal.
3. Pengukuran detil situasi denga metode tachimetri. Perhitungan situasi
diperuntukan untuk mengetahui kondisi beda ketinggian
lokasi pengukuran yang meliputi unsur alam maupun unsur buatan
dan untuk mengetahui bentuk topografi air baku. Berdasarkan
pengukuran situasi/detail didapat besaran-besaran melalui proses
hitungan, diperoleh : jarak datar, beda tinggi, elevasi  (Z)
dan koordinat (X,Y) antara titik-titik detail/situasi. 
4. Pengukuran profil memanjang dan melintang. Perhitungan profil
memanjang bertujuan untuk mengetahui bentuk memanjang lokasi
pemetaan. Sedangkan profil melintang bertujuna unutuk mengethui
bentuk objek seperti saluran, jalan, kolam, maupun sungai,
sehinggan mudah unutk perhitungan volume galian atau timbunan
dan perhitungan debit air yan dapat di tampung dalam
sungai/tampungan tersebut.

2.2 Pengertian pasang surut


Pasang surut adalah fenomena alam yang terjadi pada air laut, permukaan
air laut akan mengalami naik turun secara teratur dan berulang-ulang yang dapat
menyebabkan pergerakan partikel massa air daripermukaan sampai ke dasar laut.
Dalam memprediksi pasang surut dibutuhkan data amplitudo dan beda fase
setiap masing-masing komponen pembangkit pasang surut.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik HHWL, LLWL, MSL, dan
tipe pasut; untuk peramalan pasang surut dengan metode World Tides dan MIKE
21 di sekitar perairan TPI Banyutowo selama 5 tahun kedepan; serta untuk
mengetahui elevasi lantai dermaga TPI Banyutowo.Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 6 – 20 Mei 2016 di Sekitar TPI Banyutowo, Kabupaten Pati, Jawa

5
Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer pasang
surut yang diambil di lokasi penelitian dan data sekunder pasang surut Tuban
bulan Mei 2016 dari BIG; serta data gelombang yaitu nilai Hb, db, dan T yang
diperoleh dari data bersama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
studi kasus yaitu bertujuan untuk menjelaskan objek yang di teliti sekaligus
menjelaskan objek yang di teliti tersebut bisa terjadi. Sedangkan untuk
pengambilan data metode yang digunakan adalah metode kuantitatifkarena
dibantu dengan menggunakan instrumen atau alat yang dapat mempermudah
mendapatkan data. Hasil penelitian dengan menggunakan metode
admiraltydiperoleh karakteristik pasang surut di Sekitar Perairan TPI Banyutowo
adalah tipe pasut tunggal atau Diurnaldengan nilai formzahl 5,17. Nilai HHWL,
LLWL, dan MSL sudah dikoreksi dengan pasang surut Tuban dari BIG yaitu
HHWL sebesar 247 cm, LLWL sebesar 115 cm, dan MSL sebesar 181 cm.
Peramalan pasang surut menggunakan World Tides dan MIKE 21 memiliki nilai
MRE sebesar 2,492% untuk World Tides, dan 20,277% untuk MIKE 21. Serta
elevasi lantai dermaga TPI Banyutowo adalah sebesar 3,652 m (Triadmojo,
2003)
2.2.1 Teori pasang surut
Teori Pasang Surut pertama kali dikemukakan oleh Buffon (1707-
1788). Menurut Buffon tata surya berasal dari materi matahari yang
terlempar setelah bertabrakan dengan komet. Teori ini kemudian diperbaiki
oleh James Jeans dan Harold Jeffreys (1919). Menurut mereka tata surya
terbentuk berawal dari sebuah matahari yang dilewati oleh bintang yang
sangat dekat. Lalu karena pengaruh gaya grafitasi, sebagian massa matahari
tertarik ke arah bintang hingga membentuk seperti cerutu panjang. Pada
bagian tengah cerutu besar, sedangkan bagian ujung dan pangkalnya kecil.
Setelah bintang tersebut pergi, cerutu terus berputar mengelilingi matahari.
Lama-kelamaan cerutu tersebut mendingin dan membentuk bulatan menjadi
planet. Sedangkan matahari awal tetap menjadi Matahari. (Buffon 1707-
1788)

6
2.3 Teori DTM dan DEM
DTM sebenarnya identik dengan DEM, bahkan disamakan posisinya. Ini
berarti bahwa DTM hanyalah permukaan elevasi yang mewakili bumi kosong
yang direferensikan ke datum vertikal. DTM biasanya dibuat melalui
fotogrametri stereo. Titik-titik DTM secara terpisah secara teratur mengikuti
bentuk permukaan bumi. Dari garis-garis ruang dan kontur yang teratur ini,
Anda dapat menginterpolasi DTM menjadi DEM. DTM merepresentasikan fitur
medan yang lebih baik karena batas-batas 3D dan titik-titik massa 3D yang
teratur secara spasial. (Mertotaroeno, Saptomo. H, 2016)

2.3.1 DEM (DIGITAL ELEVATION MODEL)


DIGITAL Elevation Model (DEM) adalah gambaran model relief rupa
bumi tiga dimensi (3D) yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia
nyata (realworld) divisualisasikan dengan bantuan teknologi komputer
grafis dan teknologi virtual reality]. DEM memberikan informasi
hanyatentang elevasi,sedangkan Digital Terrain Model memberikan
informasi tentang elevasi morfologi dan layer permukaan
1. Pengertian laintentang DTM merupakan DEM yang telah ditambah
dengan unsur unsur seperti breaklines dan pengamatan selain data
asli.Terdapat beberapa sumber data dalam pembentukan DTM. Contoh
sumber data yang digunakan untuk membuat data DTM yaitu dengan
menggunakan data topografi adalah hasil pengukuran dari sebagian
permukaan bumi yang diliputdari alat total station.

2. Permasalahan yang diangkat dari penelitian ini adalah bagaimana


membuat model 3D dari data topografi dan data pasang surut untuk
menentukan letak titik pintu air.

7
3. Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah dapat melakukan
pembuatan pintu air yang sesuai kriteria teknis budidaya. Mengerti dan
memahami langkah dalam pembuatan permodelan peta 3D. (Frederic J.
Doyle, 1991)

2.4 Software Civil 3D Autocad Land Desktop 2009

AutoCad Civil 3D Autocad Land adalah sebuah lini produk yang


dikembangkan oleh AutoDesk, Inc dimana perusahaan ini merupakan sebuah
perusahaan multinasional yang bermarkas di California dan didirikan pada
sekitar tahun 1992 oleh John Walker dan Dan Drake. Salah satu produk yang
diunggulkan oleh AutoDesk adalah AutoCAD. Yang mana AutoCAD sendiri
memiliki banyak varian bergantung pada fungsi dan kegunaannya. Untuk di
bidang Survei dan Pemetaan, varian yang lazim digunakan
adalah AutoCAD Civil 3D dan atau AutoCAD Map 3D. Sebelum diberikan nama
AutoCAD Civil 3D, varian ini dulu namanya adalah AutoCAD Land Desktop
Development. Sehingga bagi yang sebelumnya sudah terbiasa dengan AutoCAD
Land Desktop tentu bukanlah sesuatu yang sulit untuk bekerja menggunakan
AutoCAD Civil 3D yang membawa banyak pembaharuan. Sebelum mempelajari
AutoCAD Civil 3D, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu perintah-perintah
atau bagian-bagian dari civil 3D. (Risma Dwi Atmajayani 2018)

Gambar 2.2
Software Autocad land desktop

8
2.4.1 Fungsi Toolbar

Berikut adalah toolbar yang terdapat di Software AutoCAD land


desktop yaitu sebagai berikut:

1. Toolspace
Toolspace adalah menu pulldown dibagian atas toolbar yang berfungsi
sebagai Master Command dan pusat pengaturan gambar.

2. Tab-Prospektor
Menu dropdown pada bagian atas Tab Prospector menampilkan dua
hal, yaitu Active Drawing View dan Master View. Active Drawing
View menampilkan gambar yang sedang terbuka sedangkan Master
View menampilkan semua gambar yang terbuka dan nama gambar
yang sedang aktif akan tercetak tebal.

3. Tab Setting
Menampilkan dan mengatur berbagai style yang telah tersedia untuk
masing-masing item data. Pada Tab Setting juga memungkinkan untuk
mengatur default gambar, label gambar dan settingfitur.

2.5 Surfer

Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan


peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid Perangkat
lunak ini melakukan plotting data tabular xyz tak beraturan menjadi lembar titik-
titik segi empat grid  & yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis !ertikal
dan horizontal  yang dalam surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai
dasar  pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. vertikal dan horizontal ini

9
memiliki titik-tik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai z yang
berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses
pembentukan rangkaian nilai z yang teratur dari sebuah data xyz. (asil dari
proses gridding ini adalah file grid  yang tersimpan pada file .grd  Lembar
kerja surfer terdiri dari tiga bagian, yaitu surface plot, worksheet, editor Surface
plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau file grid 
Pada saat a"al dibuka, lembar kerja ini berada pada kondisi yang masih kosong.
Pada lembar plot  ini peta dibentuk dan diolah untuk selanjutnya
disajikan.Lembar plot digunakan untuk mengolah dan membentuk peta dalam
dua dimensional, seperti peta kontur, dan peta tiga dimensional seperti bentukan
mukatiga dimensi. Lembar plot  ini menyerupai lembar layout dimana pengguna
melakukan pengaturan ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti
lain. Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan
sebagai media pencetakan peta. (Sumber Saleh 2011)

Gambar 2.3 Peta Kontur 3 Dimensi dari Surfer

10
 
2.5.1 Overlay
Overlay adalah metode pembuatan peta dengan mentumpang susunkan
peta yang ada, pada umumnya daerah atau data dasar yang digunakan
sama akan tetapi isi tiap peta berbeda. Hasil pembuatan peta overlay akan
menjadikan sebuah peta dengan berbagai macam data atau informasi
didalamnya. Pada postingan kali ini peta yang dioverlay adalah peta 3D dan
peta kontur. (Sumber Saleh 2011)

Gambar 2.4 Overlay dari Surfer

2.5.2 Garis Kontur


Garis kontur atau disebut dengan garis tranches, garis tinggi, atau garis
tinggi horizontal, adalah garis imajiner pada suatu wilayah atau area di atas
peta yang menghubungkan dan memperlihatkan beberapa titik pada peta
yang memiliki ketinggian yang sama. Garis ini selanjutnya menunjukkan
pergerakan atau perkembangan naik turunnya suatu keadaan tanah.
Misalnya, suatu garis kontur ditunjukkan dengan angka + 25 meter, berarti
garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang memiliki sudut elevasi
atau ketinggian yang sama + 25 meter terhadap sudut elevasi atau
ketinggian tertentu. Garis kontur ini dapat dibuat dengan membuat suatu

11
proyeksi garis tegak berpotongan pada bidang datar dengan permukaan
bumi ke bidang mendatar pada suatu peta. Garis kontur yang dibuat pada
peta akan terkait langsung dengan skala yang mana garis kontur ini dibuat
sesuai dengan skala peta yang diinginkan. (Purwaamijaya I. M. 2008)

2.5.3 Fungsi Garis Kontur

Dilihat dari pengertiannya, garis kontur bertujuan untuk


memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah atau topografi
wilayah. Secara sederhana, fungsi adanya garis kontur adalah sebagai:

1. Penanda ketinggian atau sudut elevasi suatu tempat atau wilayah


tertentu;
2. Penanda ada tidaknya bentuk relief sesuai dengan wujud asli di
permukaan bumi;
3. Penanda ada tidaknya suatu lereng di suatu tempat atau wilayah
tertentu;
4. Penanda besaran sudut kemiringan suatu lereng pada suatu
tempat atau wilayah tertentu;
5. Penanda perhitungan untuk luas daerah genangan dan volume
suatu bendungan;
6. Penentu rute suatu jalan atau saluran yang memiliki sudut
kemiringan tertentu;
7. Penentu ada tidaknya dua titik di lahan yang tingginya sama dan
saling terlihat; dan
8. Bahan untuk membuat potongan memanjang (long-section).

12
2.5.4 Karakteristik Garis Kontur

Dalam menggambarkan bentuk permukaan tanah atau membuat peta


topografi dan ketinggian pada suatu peta garis kontur sangat berguna untuk
memproyeksikan kedua pola tersebut, atau cara lain yang bias digunakan
adalah dengan metode  hachures  dan shading. Menurut seorang ahli, garis
kontur memiliki karakteristik sebagai berikut ini:

1. Garis kontur yang menunjukkan tingkat kerapatan yang lebih besar


menandakan sudut kemiringan atau lereng yang sangat curam;
2. Garis kontur yang tingkat kerapatannya jarang menandakan keadaan
permukaan tanah yang landau;
3. Garis kontur selalu bersifat horizontal, tidak bercabang, dan tidak
berpotongan;
4. Garis kontur selalu berkelok-kelok dan mengikuti sudut kemiringan atau
lereng dari suatu lembah;
5. Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air yang mengalir di
permukaan tanah;
6. Garis kontur berbentuk kurva tertutup;
7. Garis kontur sellu menjorok ke hulu jika melewati aliran sungai;
8. Garis kontur selalu menjorok ke arah jalan jika melewati permukaan
jalan;
9. Garis kontur tidak akan terlihat jika melewati suatu bangunan;
10. Garis kontur yang disajikan selalu disesuaikan dengan skala peta yang
dibuat;

13
11. Garis kontur memiliki sajian indeks yang berbeda-beda mengikuti posisi
topografi suatu wilayah;
12. Garis kontur hanya diperuntukkan satu sudut ketinggian tertentu;
13. Garis kontur yang bernilai lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur
yang bernilai lebih tinggi;
14. Garis kontur yang bertanda huruf U selalu menunjukkan punggung
pegunungan atau gunung; dan
15. Garis kontur yang bertanda huruf V selalu menandakan suatu lembah
atau jurang.(Purwaamijaya I. M. 2008)

2.6 Global Mapper

Global Mapper adalah salah satu aplikasi (software) pengelolahan data GIS 
(Geographics Information System) yang digunakan untuk mengolah data
berbasis pemetaan berupa data vector, raster, data elevation, 3D View,
conversion, dan beberapa feature GIS,  seperti  pengelolahan citra satelit,
menampilkan data 3D View atau analisa data topografi. Format data yang bisa
diolah menggunakan Global Mapper berkisar 250 format data spasial yang salah
satunya adalah  DEM, E00, CADRG/CIB, MrSID, DLG-O, SDTS DEM, DOQ,
DTED, DWG, DXF, ECW, GeoTIFF, Tiger/Line , SDTS DLG, KML/KMZ, ,
DGN, ESRI Shapefiles, JPEG2000, DRG, Lidar LAS, Arc Grid dan masih
banyak lagi.Global Mapper juga memiliki forum online yang aktive dimana di
dalam forum tersebut anda bisa menanyakan beberapa keluhan pada aplikasi
global mapper ini. Berikut ini adalah forum dari global mapper
http://forum.globalmapperforum.com/ namun anda tentunya harus register dulu
baru bisa bertanya.Global Mapper Merupakan aplikasi pengolahan data GIS
yang serbaguna dan mudah untuk di praktikan. Global Mapper memiliki
keunggulan antara lain  :

1. Mengelola dan convert data Vektor dan Raster


2. Pengelolahan data penginderaan jauh : Georeferensing, Mozaik citra satelit,
Membuat Grid, dll.

14
3. Generate kontur ke berbagai interval
4. Melihat DEM ke berbagai bentuk tampilan seperti atlas, hilshade, aspect,
slope dan lain-lain
5. mudah dalam Mengolah data Atribute, baik menegedit data atribute yang
sudah ada maupun menambahkan dan mengurangi data atribut baru.
6. Pengolahan data GPS , Mudah melacak setiap perangkat GPS yang
kompatibel yang terhubung ke port serial komputer melalui data apa pun yang
di-upload, menandai waypoint tanpa sambungan, serta merekam log
pelacakan
7. akurat dalam menghitung jarak dan luas
8. Kemampuan akses secara online ke berbagai sumber data citra, peta topografi
DTM dan banyak lagi. (Muhammad Rezky 2014)

Gambar 2.5 Tampilan Pengolahan Berbagai Interval kontur dalam Global


Mapper

Gambar 2.6 Tampilan 3D View dalam Global Mapper


(Sumber Muhammad Rezky 2014)

BAB III
METODE PENELITIAN

15
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian untuk tugas akhir ini dilakukan di kabupaten Tanah Bumbu
tepatnya terletak di Desa Sepunggur.
Adapunbatasadministrasidapatdiuraikansebagaiberikut :
 Sebelah Utara : Kabupaten Kotabaru
 Sebelah Timur : Kabupaten Kotabaru
 Sebelah Selatan : Laut Jawa
 Sebelah Barat : Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut

Lokasi

Gambar 3.1 lokasi penelitian

3.2 Data dan Peralatan

3.2.1 Data

16
Data yang digunakan dalam menyusun tugas akhir:
1. Data skunder Survey topografi
2. Data pasang surut

3.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini yaitu:
1. Alat total station dan rambu ukur
2. Automatic Water Level Telemetri Recorder
3. Seperangkat perangkat keras/hardware
a. Personal komputer dengan spesifikasi:
AMD APU A10-7300 Kaveri dengan 10 Compute Cores(CPU +
6 GPU)- Memori RAM 8.00 GB Digunakan untuk pemrosesan,
pengolahan dan penulisan laporan penelitian.
b. Printer EPSON L120 digunakan untuk mencetak hasil penelitian
c. Seperangkat perangkat lunak (Software Autocad Land Desktop)
d. Sistem operasi windows 7
e. Microsoft word 2013 digunakan untuk menyusun laporan Tugas
akhir.
f. Microsoft Exel 2013 untuk melakukan perhitungan
g. Program Global Mapper dan Surver

3.3 Diagaram Alir Metode Penelitian

17
MULAI

Pengumpulan data
data sekunder

Survei Topografi dan


pengamatan pasang surut

Pengolahan data topografi dan


data pasang surut

Analisis
Pembuatan
pasang surut
DEM

Datum vertikal

Penggabungan
DEM data pasang
surut

Penentuan titik
pintu air

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir tahap pekerjaan

3.4 Penjelasan Diagaram Alir Penelitian

18
Adapun dibawah ini penjelasan diagram alir penelitian secara singkat,
untuk tahap proses yang lebih lengkap terhadap pada halaman lampiran
belakang.

1. Pengumpulan data skunder yaitu menggalis informasi seperti melakukan


orientasi lapangan secara tidak langsung, artinya data diperoleh dari foto,
peta, dan dokumentasi yang sudah ada dari suatu instansi terkait. Misalnya
data skunder dokumentasi milik Direktorat Topografi (Dittop), Badan
Pertanahan Negara (BPN), dan lembaga pemerintah setempat.
2. Melakukan survei topografi di lapangan yaitu membuat poligon Pengukuran
poligon dilakukan untuk mendapatkan besaran sudut dan jarak. Pengukuran
sudut dilakukan dengan alat ukur total station pengambilan titik situasi,
Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Raai, dimulai dan diakhiri
pada titik poligon kerangka. Metode yang digunakan adalah metode
Tachymetri untuk menentukan beda tinggi dan jarak datar dengan sistem
optis, dimana setiap awal dan akhir dari jalur pengukuran diikatkan pada titik
kontrol (patok BM) dari kerangka utama pengukuran.
3. Pengolahan data topografi, pengolahan data topgrafi yaitu data hasil
pengukuran dilapangan di proses lebih lanjut dengan cara menggunakan
bantuan computer data di di download dari alat ukur Total Station(TS) di
jadikan koordinat xyz, dan elevasi dalam bentuk exel, kemudian data yg sdh
berbentuk exel dan format nya sudah menjadi csv comma delimited, lalu
input point di software autocad land desktop 2009 sampai menjadi titik point
dan di olah menjadi kontur. Pengolahan data pasang surut, sebelum dilakukan
pengolahan data pasut dilakukan dahulu smoothing pada data lapangan yang
diperoleh dari pengukuran alat, hal ini dilakukan untuk menghilangkan noise,
kemudian data tersebut di masukan kedalam kolom-kolom yg sudah di buat
di Microsoft exel.
4. Pengolahan data pasut Pengumpulan data dan informasi, terutama data untuk
perhitungan hidrologi sangat diperlukan dalam analisis penentuan debit banjir
rancangan yang selanjutnya dipergunakan sebagai dasar rancangan suatu
bangunan air. Semakin banyak data yang terkumpul, semakin menghemat

19
biaya dan waktu sehingga kegiatan analisis Pengumpulan data sekunder yang
meliputi
Pengumpulan/inventarisasi data curah hujan selama 10 tahun terakhir dari
stasiun pengamat dan stasiun lainya (apabila ada). Data curah hujan yang
dikumpulkan adalah curah hujan harian, curah hujan bulanan, jumlah hari
hujan.
Pengumpulan/inventarisasi data iklim juga diambil dari stasiun pengamat.
Data-data iklim yang perlu dikumpulkan meliputi temperatur udara harian,
kecepatan angin, kelembapan udara harian, dan penyinaran/radiasi matahari.
5. Pengumpulan informasi mengenai banjir yang menyangkut periode, tinggi,
lama, perkiraan luas berarti
genangan, dan dampaknya (bagi pertanian dan penduduk). Data ini diperoleh
dari informasi penduduk setempat serta pengamatan tanda bekas banjir di
sekitar sungai (mis. perubahan warna pada tumbuhan).
Pengumpulan informasi mengenai pengaruh kekeringan dan intrusi air asin
di musim kemarau, menyangkut periode, luas, lama, dan dampaknya. Data ini
dapat diperoleh dari informasi penduduk setempat.
Pengumpulan/inventarisasi data primer yang meliputi
Pengamatan elevasi fluktuasi muka air sungai selama 15 hari.
6. Analisis Pasut Pengamatan pasut dilakukan pada tanggal 17 September
sampai dengan 21 Oktober 2019 ( 34 hari ) dengan alat AWLR. Hasil
pengamatan tersebut dapat dilihat seperti berikut:
Sifat pasang surut berdasarkan rumus Formzahl :
K 1+O 1
F=
M 2 + S2
F = (0.35+0.29)/(0.29+1.17)
= 0.44 ( Pasang campuran ganda dominan
Koordinat lokasi: 3°32'16.99" Lintang Selatan dan 115°59'2.05"
Bujur Timur
Tanggal mulai : 17 September 2019
Tanggal berakhir : 21 Oktober 2019

20
Selanjutnya data pengamatan tersebut dianalisa untuk mendapatkan prediksi
muka air pasang untuk suatu jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan desain,
dalam hal ini akan diramalkan selama 5 tahun. Berikut adalah hasil konstanta
pasang surut berdasarkan data pengamatan Dengan bantuan aplikasi
peramalan pasang surut berdasarkan data yang ada maka bisa didapatkan
nilai-nilai elevasi penting yang akan dipakai sebagai dasar penentuan dimensi
ketinggian komponen tambak. Berikut disajikan angka-angka elevasi pasang
surut di lokasi pekerjaan :

Nilai Elevasi-elevasi
Penting (m)

Highest
Water Spring
(HWS) : Jml. Kejadian : 1

Mean High Water Spring


(MHWS) : 9.39 Jml. Kejadian : 1
Mean High Water Level
(MHWL) : 8.72 Jml. Kejadian : 23
Mean Sea Level 4380
(MSL) : 7.29 Jml. Kejadian : 0
Mean Low Water Level
(MLWL) : 5.89 Jml. Kejadian : 24
Mean Low Water Spring
(MLWS) : 5.02 Jml. Kejadian : 1
Lowest Water
Spring (LWS) : 4.01 Jml. Kejadian : 1
6.37
Tunggang pasang : m

7. Datum Vertikal

21
- Kedalaman air tambak ideal adalah 0,6 meter
- Volume air tambak per hektar adalah 10000 m2 x 0,6 m = 6000 m3/ha
- Volume sirkulasi harian air tambak adalah 10 % = 0,10 x 6000 = 600 m3/ha
- Volume suplai air harian adalah 5 % = 0,05 x 6000 = 300 m3/ha
8. Pembuatan DEM yaitu import data xyz di software Autocad land desktop
2009 untuk menghasilkan kontur, kemudian dari data xyz tersebut juga di
import lagi ke software surver 12 dengan format *BLN untuk menghasilkan
kontur dan watershed kemudian di bandingkan persamaan hasil dari Autocad
land desktop 2009 dan surver 12, lalu Create Dem memanggil data yang di
export dalam format *XYZ di software global mapper.
9. Penggabungan DEM dan data pasang surut tujuan nya untuk mengetahui
simulasi banjir tertinggi dan surut terendah.
10. Penentuan titik pintu air dapat di tentukan dari hasil pembuatan DEM.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil titik pengukuran survei topografi

22
di lapangan dan di olah menjadi data titik koordinat X, Y,dan Z di Microsoft
exel yang siap di import di autocad. Berikut hasil data pengukuran yang telah di
olah di Microsoft exel:

No (X) (Y) (Z)

1 386625.066 9610266.106 9.798

2 386625.854 9610265.490 8.766

3 386626.248 9610265.183 8.653

4 386626.642 9610264.875 8.230

5 386632.946 9610259.949 8.298

6 386633.734 9610259.334 8.199

7 386634.128 9610259.026 8.873

8 386636.886 9610256.871 8.821

9 386623.490 9610267.337 9.985

Tabel 4.1 Data titik koordinat X, Y, dan Z pengukuran di lapangan

4.2 Pengamatan Pasang Surut

Hasil data pengamatan pasang surut air sungai selama 1 bulan data tersebut
di sajikan di Microsoft exel untuk melakukan simulasi air tersurut, tertinggi, dan
banjir. Berikut hasil data yang telah di sajikan di Microsoft exel:

23
No ID RTU TANGGAL JAM MUKA AIR (m)
15:00:0
1 0045 2019-09-17 0 1.98
16:00:0
2 0045 2019-09-17 0 2.27
17:00:0
3 0045 2019-09-17 0 2.60
18:00:0
4 0045 2019-09-17 0 2.89
19:00:0
5 0045 2019-09-17 0 3.02
20:00:0
6 0045 2019-09-17 0 2.82
21:00:0
7 0045 2019-09-17 0 2.55
22:00:0
8 0045 2019-09-17 0 2.27
23:00:0
9 0045 2019-09-17 0 1.95
10 0045 2019-09-17 0:00:00 1.77

Tabel 4.2 Data pengamatan pasang surut sungai sepunggur

4.3 Impor Point di Autocad Land Desktop

dari data yang di sajikan berbentuk format exel seperti gambar diatas
tersebut, maka data di import ke autocad land desktop sehingga muncul point data
data koordinat dan elevasi berbentuk poligon tertutup seperti hasil pengukuran
yang sudah di lakukan di lapangan untuk mengetahui bentuk kontur nya. Berikut
hasil import point di autocad land desktop 2009

24
Gambar 4.1 Hasil import point di Autocad Land Desktop 2009

4.4 Garis Kontur

Setelah selesai memunculkan titik point, maka tujuan yang di maksud yaitu
memunculkan garis kontur gunanya memunculkan garis kontur di autocad land
desktop 2009 yaitu untuk membandingkan hasil kontur antara autocad land
desktop 2009 dengan aplikasi surfer. Berikut hasil garis kontur yang di buat di
autocad land desktop 2009:

Gambar 4.2 Hasil pembuatan garis kontur di Autocad Land Desktop


2009

4.5 Grid Data

Berikut hasil grid data yaitu dari data exel yang telah di olah dari hasil
pengukuran di lapangan di input di aplikasi surfer untuk memunculkan kontur,
kontur yang di hasilkan di surfer yaitu kontur kasar tetapi hasil kontur nya tampak
rapi dan bisa langsung di buat model 3 Dimensi seperti gambar berikut:

25
Gambar 4.3 Hasil Garis Kontur dari aplikasi Surfer

4.6 Garis Kontur Bentuk 3 Demensi

Berikut hasil garis kontur yang sudah di buat dalam bentuk 3 dimensi Dilihat
dari pengertiannya, garis kontur bertujuan untuk memperlihatkan naik turunnya
keadaan permukaan tanah atau topografi wilayah Secara sederhana. Seperti gambar
berikut:

Gambar 4.4 Hasil Plot garis kontur berbentuk 3 dimensi

26
Gambar 4.5 Hasil Layout 3D Surface
4.7 Watersheed

Watershed yaitu pengolahan arah dan akumulasi aliran air, akumulasi aliran
air merupakan lokasi dimana beberapa arah air bergabung jadi arah aliran baru
untuk mengetahui daerah terendah dapat di lihat seperti gambar berikut:

27
Gambar 4.6 Hasil pengolahan Watershed

Gambar 4.7 Layout Watershed

4.8 Creat DEM

Creat DEM yaitu merupakan bentuk penyajian permukaan bumi yang di olah
di software global mapper yang dapat dibedakan dalam bentuk teratur secara
digital sesuai pengukuran terestris pada objek yang sudah dilakukan di lapangan
dari sumber data-data. Seperti gambar berikut:

28
Gambar 4.8 Hasil Create DEM

4.9 Memasukan Simulasi Air


Simulasi air yaitu memasukan data pengamatan pasang surut di hasil
pemodelan untuk mengetahui daerah aliran air agar bisa masuk kedalam pintu air,
muka air rata-rata, air banjir, dan air paling surut. Dapat di lihat seperti gambar
berikut:

Gambar 4.9 Mean Sea Waterlevel (MSL) kejadian muka air rata rata 7.29

Gambar 4.10 Mean low water level (MLWL) kejadian air surut 5.89

29
Gambar 4.11 Mean High Water Level MHWL kejadian air banjir 8.72

4.10 Penentuan titik pintu air


Penentuan titik pintu air ini adalah hasil akhir dari tujuan yang di maksud
dari hasil memasukan simulasi air dapat mengetahui daerah yang harus di buat
pintu air agar aliran air dapat masuk ke dalam pintu air dan air bisa masuk ke
dalam tambak-tambak. Dapat di lihat seperti gambar berikut:

Gamabar 4.12 Hasil penentuan titik pintu air

30
Gamabar 4.13 Layouting Hasil penentuan titik pintu air

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil dan pengukuran progres pemodelan elevasi digital lahan


tambak untuk mendukung penentuan titik pintu air Desa Kusan hilir Kabupaten
Tanah Bumbu menggunakan model 3 Dimensi (DEM), dapat di ambil kesimpulan
diantaranya sebagai berikut:

31
1. Dalam pengolahan model 3 dimensi di perlukan parameter pengukuran terestris
di lapangan dengan alat total station yaitu di perlukan software untuk
pengolahan diantara nya:
a. Autocad land desktop 2009
b. Surfer 12
c. Global Mapper 15
Sehingga dalam pengolahan data pengukuran di lapangan bisa dapat di olah
menjadi model 3 dimensi bentuk pemodelan elevasi digital lahan tambak
untuk mendukung penentuan titik pintu air yang sesuai dengan bentuk asli
objek sebenar nya di lapangan.
2. Dari data pengukuran terestris di lapangan digunakan software autocad land
desktop untuk penginputan point sampai jadi kontur, dan software surfer juga
mengimport data untuk dijadikan kontur dan hasil 3 demensi dari hasil kedua
metode tersebut di bandingkan hasil kontur nya, dapat di simpulkan bahwa dari
hasil penginputan point dan kontur di autocad land desktop memiliki kontur
yang halus namun tidak beraturan, dan surfer menghasilkan kontur kasar
namun beraturan dan bisa langsung di buat 3 dimensi.
3. Dalam pengamatan pasang surut harus mencapai 3 komponen yaitu
mendapatkan muka air rata-rata 7.29 m, air tersurut 5.89 m, dan banjir 8.72 m.
dengan alat Automatic water level telemetri di lengkapi sensor, data secara
otomatis mengirim ke server selama pengamatan tiga bulan dalam pengamatan
3 komponen tersebut dapat di simpulkan bahwa hasil pengamatan pasang surut,
data sudah bisa di pakai untuk memasukan simulasi air ke dalam hasil
pemodelan 3 di mensi untuk menentukan titik pintu air.

5.2 SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam pengolahan pemodelan 3


dimensi dari parameter pengukuran terestris dan pasang surut air di lapangan
saran yang dapat diberikan adalah:

32
1. Dalam pengolahan pemodelan 3 dimensi di harapkan untuk peneliti selanjutnya
pada saat pengukuran terestris di lapangan mengambil sebanyak banyak nya
data situasi agar hasil kontur yang di dapatkan beraturan dan rapat, semakin
banyak data yg di ambil maka hasil peta akan lebih bagus.
2. Pada saat pengamatan pasang surut di harapakan memenuhi 3 komponen yaitu
air tersurut, muka air rata-rata, dan banjir, minimal pengamatan selama tiga
bulan, agar hasil data yang di peroleh bisa dapat di simulasikan ke pemodelan 3
di mensi.
3. Dalam pemrosesan data pada software autocad land desktop 2009, Surfer 12,
dan Global mapper di usahakan harus menggunakan Laptop/ Computer dengan
spek yang cukup tinggi agar tidak terjadi eror dalam pemrosesan datanya.

DAFTAR PUSTAKA

Wongsotjitro, Soetomo Ilmu Ukur Tanah, 1991. Modul Dasar-dasar


Pengukuran Topografi.
(http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32401/mod_resource/content/1/2005-05-
Dasar-dasar%20Pengukuran%20Topografi Diakses pada 21 Maret 2020 Jam
15:48 Wita)

Yhoi, 2012. Sejarah dan Manfaat Program AutoCAD, (http://autocad-education.


blogspot.com/2012/08/sejarah-dan-manfaat-program-autocad. html Diakes
pada 21 Maret2020 jam 16:51 Wita)

33
Doyle, 1991. Kontur dari data DEM.(https://riandiasa.wordpress.com/2018/10/02/
membuat-kontur-daridata-dem-srtm/ Frick, Heinz.1979. Diakses pada 22
Maret 2020 jam 08:52 Wita)

Maspari, Journal, 2014. Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air
(http://masparijournal.blogspot.com/2014, 6 (1), 1-12 Diakses pada 21 Maret
2020 Jam 10:44 Wita)

Satria, Aulia Rahman 2017.(http://laporan-software-surfer-


perpetaan.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-surfer-mata-kuliah.html
Diakses pada tanggal 21 maret 2020 Jam 13:20 Wita)

Ferry, Sobatnu Jurnal INTEKNA, 2014. (file:///C:/Users/hp/Downloads/173-1-


323-1-10-20150227.pdf Tahun XIV, No. 2, Nopember 2014 : 102 – 209
Permodelan Elevasi Digital Pada Lahan Rawa. Diakses pada tanggal 23 Maret
2020 Jam 15:12)

LAMPIRAN A

34
LANGKAH KERJA

A Langkah Kerja Pemodelan Elevasi Digital Lahan Tambak Untuk


Mendukung Penentuan Titik Pintu Air
Adapun langkah kerja langkah kerja proses dari penginputan data
pengukuran di lapangan sampai dengan menghasilkan dengan penentuan
titik pintu air adalah sebagai berikut:
1. Setelah pengukuran di lapangan, selanjutnya data pengukuran di
proses dengan langkah seperti berikut:
a. Buka MS EXEL 2013 proses import data X,Y,DAN Z

35
b. Tahap selanjutnya adalah buat projek baru di Land Desktop,
karena point tidak akan bisa dimasukan tanpa kita buat projek
baru atau projek lama yang telah memiliki path di Land
Desktopnya. Buatlah projek baru kemudian atur semua
pengaturan dengan benar.

c.
membuat layer point itu sendiri, untuk penamaan file point diberikan
nama tanggal recording data atau tanggal pengukuran agar

36
mempermudahkan dalam membedakan antara pekerjaan hari yang
satu dengan hari yang lain. Untuk nama layer

d. aktifkan layer point tersebut. Pada menu points – import/export


points – import points. Kemudian atur format point yang akan
dimasukan dalam hal ini saya menggunakan format .txt dengan
urutan data nomer point ( P ), y ( N ), x ( E), Deskripsi ( D ).
Kemudian pilih file yang telah disimpan dengan catatan format
dan urutan data sesuai dengan yang telah terseting di Land
Desktop. Kemudian untuk mempermudah dalam pengeditan lebih
lanjut buatlah group data dengan penamaan sesuai dengan nama
layernya.

37
e. Apabila semua proses telah dilalui dengan benar maka point akan
muncul dalam cad

f. setting pada menu points – edit points – display properties.

g.

Kemudian cad membutuhkan command lebih lanjut untuk meminta point yang
mana yang akan diedit.

38
h. Tahapan untuk memasukan data koordinat di Autocad Land Desktop
selesai.

2. Setelah proses import poin selesai, selanjutnya proses Creat surface


kontur yaitu memunculkan kontur proses dengan langkah seperti
berikut:

a. Akan muncul jendela Terrain model Exploler, pilih Terrain – klik


kanan – create New Surface akan muncul surface1, pilih surface1
– klik kanan – rename - ubah namanya (missal:aktual)

39
b. Buka aktual dan TIN DATA, kemudian pilih point Groups – klik
kanan – add point group. Maka akan muncul jendela add point
Group

c. pilih Aktual – klik kanan – build

d. Akan muncul jendela build aktual – kanan lalu oke.

40
e. Akan muncul create contours, ubah surface menjadi aktual,
tentuka interval minor dan mayor, lalu oke.

f.
pada

Comand bar akan muncul pertanyaan Erase old contours? Ketik


yes enter

g. akan muncul hasil seperti ini, maka kontur sudah jadi

41
3. Setelah creat kontur selesai, selanjutnya masuk proses input data
X,Y,dan Z untuk pembuatan kontur dan langsung bisa jadi model 3
dimensi yaitu sebagai berikut:
a. Buka Aplikasi Golden Surfer yang sudah terinstal di komputer
dan akan muncul tapilan awal seperti gambar dibawah ini

b. Klik file > new > worksheet

42
c. Masukan data-data koordinat x,y, dan z yang di akan di plot

d.
Pilih

menu Grid
--> Data
dan kita

diminta untuk membuka file excel yang sudah kita persiapkan.


Pilih data excel di direktori penyimpanan kita kemudian pilih
Open. Data akan diconvert ke dalam format ekstensi *.grd.

e. Grid data coloum x,y,dan z kemudian oke, Close Tampilan


Gridding Report ketika muncul dan tidak perlu disimpan.

43
f. Pilih menu Map --> Contour Map -->  New Contour Map,
kemudian pilih file yang telah kita buat dalam format ekstensi
*.grd --> Open

g. Akan muncul hasil Tampilan kontur akan muncul seperti gambar


berikut.

h. Double
Click pada bidang kontur untuk mendapatkan menu Contours
Properties. Seperti Gambar berikut:

44
i. Pilih menu tab Level dan klik tulisan Level yang berada di sebelah
kiri Line untuk mengatur interval kontur. Seperti Gambar berikut

j. Tahap Pembuatan kontur model 3 dimensi sudah selesai

4. Setelah pembuatan kontur model 3 dimensi selesai, selanjutnya


masuk proses creat DEM yaitu sebagai berikut:
a. Buka software global mapper 15

45
b. me
ma
ng
gil

data yang di export dalam format *.xyz, dengan cara klik File
kemudian klik open generic ASCII Text File(s), lalu lalu pilih
File yang di simpan sebelumnya dalam extensi *.xyz

c. Pilih file yang sebelumnya disimpan dengan nama data hanyar –


klik open

46
d. Maka akan muncul tampilan Generic ASCII Text File Import
Options. Pada import type pilih elevation Grid From 3D Point
Data, pada Coordinate Column Order pilih X
(Longtitude/Easting) Coordinate Firs, Pada Coordinate Line
Prefik pilih None. Coordinate appear immediately at the star of
any lines in the text file that they appear in, pada coordinate
Delimeter pilih Auto-Detect, beri centang pada kolom treat 3rd
Coordinate value as elevation dan beri nilai “3” pada kolom
Break Line/Area Features on Change in Field lalu klik OK.

Seperti Gambar Berikut:

47
e. Pada jendela Elevation Grid Creaction Option pilih METERS
pada kolom Vertikal Units lalu klik OK.

f. Maka akan muncul jendela Loading ASCII Text File dan jendela
Gridding 3D Point Data. Tunggu proses tersebut hingga selesai.

g. Kemudian muncul jendela Select Projection. Pada kolom


Projection pilih UTM, pada kolom Zone pilih 50 (114” E –
120”E - Southem Hemisphere), pada kolom Datum pilih WGS84
lalu klik OK.

48
h. Hasil akhir dari proses Create DEM sebagai berikut:

5. Setelah Create DEM selesai, selanjutnya Memasukan 3 komponen


simulasi air, muka air rata-rata muka air surut, dan air banjir ke
pemodelan di Global Mapper yaitu sebagai berikut:
a. Pilih perintah Show 3D View. Sperti gambar berikut

49
b. Setelah klik 3D View lalu klik perintah Change display
properties. Seperti gambar berikut

c. centang dilplay water 3D view masukan data muka air rata-rata di


di perintah water level yaitu 7.29 kemudian klik OK hasil muka
air rata-rata bisa di lihat seperti gambar berikut:

50
b. centang dilplay water 3D view masukan data muka air rata-rata di
di perintah water level yaitu 5.89 kemudian klik OK hasil muka
air surut bisa di lihat seperti gambar berikut:

c. centang dilplay water 3D view masukan data muka air rata-


rata di di perintah water level yaitu 7.29 kemudian klik OK
hasil muka air banjir bisa di lihat seperti gambar berikut:

6. Setelah memasukan 3 komponen simulasi air, muka air rata-rata


muka air surut, dan air banjir ke pemodelan di Global Mapper selesai,
selanjutnya proses menentukan titik pintu air dari hasil memasukan
simulasi air muka air rata-rata, air surut, dan banjir di pemodelan 3
dimensi buat simbol pintu air di pemodelan 3 Dimensi sebagai titik
pintu air yaitu seperti berikut:

51
52

Anda mungkin juga menyukai