Anda di halaman 1dari 29

STUDI GEOMORFOLOGI TERHADAP PENYEBAB BANJIR

BERDASARKAN CITRA SATELIT DAERAH MASAMBA


KABUPATEN LUWU UTARA

NUR HIDAYA TULLAH


1804411310

FAKULTAS TEKNIK KOMPUTER


UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022
PROPOSAL

STUDI GEOMORFOLOGI TERHADAP PENYEBAB BANJIR


BERDASARKAN CITRA SATELIT DAERAH MASAMBA
KABUPATEN LUWU UTARA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyususan skripsi pada Program Studi Informatika Fakultas Teknik Komputer
Universitas Cokroaminoto Palopo

NUR HIDAYA TULLAH


1804411310

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK KOMPUTER
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Studi Geomorfologi Terhadap Penyebab Banjir Berdasarkan


Citra Satelit Daerah Masamba Kabupaten Luwu Utara
Nama : Nur Hidaya Tullah
Nim : 1804411310
Program Studi : Informatika

Telah diseminarkan pada:


Hari/Tanggal :
Tempat :

Disetujui untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

Menyetujui,
Pembimbing II, Pembimbing I,

Akramunisa, S.Pd., M.Pd. Andi Jumardi, S.Pd., M.Pd.


Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,
Ketua Program Studi Informatika,

Vicky Bin Djusmin, S.Kom., M.Kom.


NIDN. 0927119004
KATA PENGANTAR

Dalam mengucapkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, Sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Studi Geomorfologi
Terhadap Penyebab Banjir Berdasarkan Citra Satelit Daerah Masamba
Kabupatem Luwu Utara”.
Proposal skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam jenjang perkuliahan strata 1 Universitas Cokroaminoto Palopo. Dalam
penulisan skripsi ini, tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat
bimbingan, bantuan dan juga nasehat serta saran dan kerja sama dari berbagai
pihak, terkhusus pembimbing, segala hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik
Selama proses penyelesaian tugas akhir ini banyak ditunjang dengan
bantuan tenaga, pemikiran baik moral maupun material dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini, Terkhusus kepada Bapak Andi Jumardi, S.Pd.,
M.Pd.., selaku Pembimbing I, dan Ibu Akramunisa, S.Pd., M.Pd., selaku
pembimbing II atas segala arahan dan bimbingannya, penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala perhatian, dan bimbingannya. Dalam
penyusunan proposal ini penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Rahman Hairuddin, S.P., M.Si., selaku Rektor Universitas
Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk
penyusunan tugas akhir ini.
2. Bapak Nirsal, S.Kom., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik Komputer yang
telah memudahkan segala perizinan penelitian.
3. Bapak Syafriadi, S.Kom., M.Kom., selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik
Komputer yang telah meluangkan waktunya untuk selalu membimbing
penulis.
4. Bapak Vicky Bin Djusmin, S.Kom., M.Kom., selaku Ketua Program Studi
Informatika Universitas Cokroaminoto Palopo yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama berada di bangku kuliah.
5. Bapak/Ibu Dosen serta Staf Universitas Cokroaminoto Palopo, khususnya
pada Program Studi Informatika Fakultas Teknik Komputer yang telah
membina dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kapada penulis selama di
bangku kuliah.
6. Untuk semua teman-teman seangkatan di Program Studi Informatika dan
teman-teman yang lain atas kebersamaan kita selama ini dalam
menyelesaikan pendidikan.
7. Teristimewa kedua orang tua telah memberikan doa restu, bantuan moril dan
material selama mengikuti pendidikan di Universitas Cokroaminoto Palopo,
sehingga proses penulisan proposal ini dapat berjalan dengan baik dan tepat
waktu.
Akhir kata, semoga proposal tugas akhir ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan
Terima Kasih.

Palopo Mei 2022

Nur Hidaya Tullah


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Geomorfologi.................................................................................................12
Gambar 2. Sistem Informasi Geografis............................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banjir merupakan suatu bencana alam yang selalu terjadi di banyak kota
dalam skala yang berbeda-beda dimana air dengan jumlah debit yang berlebih
berada di daratan rendah yang kering. Banjir ini terjadi karena faktor manusia dan
faktor alam. Faktor fisik serta faktor fisik pada daerah alir sungai (DAS) adalah
faktor alam dan saling terkait dalam kejadian banjir. Adapun faktor iklim yang
terkait dengan banjir yaitu adalah hujan, dimana hujan merupakan sumber air dari
kehidupan manusia dan jika hujan yang turun kebumi secara berlebihan dapat
menyebabkan banjir. Sedangkan faktor fisik dari DAS yang sangat mempengaruhi
terjadinya banjir adalah kemampuan tanah dalam meresapkan air hujan faktor
lereng serta jarak dari badan air (Ari Septian, dkk, 2020).
Kota Masamba dengan luas wilayah 1.068,83 km2, berada ditengah
wilayah Kabupaten Luwu Utara. Posisi yang strategis ini menjadikan Masamba
sebagai kecamatan yang ideal untuk dijadikan ibu kota Kabupaten Luwu Utara.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Rampi di bagian Utara, Kecamatan
Mappedeceng dan Kecamatan Malangke merupakan batas dibagian Timur dan
Selatan, sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Baebunta. Kota
Masamba terdiri dari 15 wilayah pedesaan dan 4 wilayah kelurahan dan 2 Unit
Pemukiman Transmigrasi. Kecamatan ini berada pada wilayah dengan topografi
yang datar dan sebagian lainnya berada pada wilayah dengan topografi berbukit-
bukit. Keseluruhan wilayah Kecamatan Masamba berada pada ketinggian antara
50 sampai 300 meter di atas permukaan laut.
Selain itu, terdapat 4 sungai besar di Kabupaten Luwu Utara dengan arah
aliran menuju kebagian selatan dan bermuara di Teluk Bone. Menjelang
pertengahan bulan Juli 2020, tepatnya Senin malam (13 Juli 2020) sekitar
pukul 19.00 WITA di wilayah Masamba dan sekitarnya, Kabupaten Luwu Utara,
Sulawesi Selatan yang dilanda banjir bandang menyebabkan puluhan orang
meninggal dunia dan banyak yang hilang. Peristiwa banjir ini juga menyebabkan
sekitar 15.000 warga setempat harus mengungsi. Selepas banjir surut, rumah-
rumah warga terendam lumpur sisa banjir (Syaifullah, 2020).
Hujan dengan intensitas dan curah yang tinggi berlanjut selama hampir
delapan jam kemudian menyebabkan banjir bandang akibat meluapnya ketiga
sungai yaitu Sungai Binuang (anak dari Sungai Rangkong), Sungai Radda dan
Sungai Masamba yang disertai dengan material lumpur, pasir, bebatuan dan sisa-
sisa pohon. Banjir masih dirasakan sampai dengan beberapa hari sesudahnya yang
berdampak pada 6 kecamatan yakni, Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta
Selatan, Malangke dan Malangke Barat (TACHMIL, 2021).
(Pranita, 2020) Menyebut ada dua faktor meteorologis penyebab banjir bandang
di Masamba Kabupaten Luwu Utara, yang pertama adalah faktor atmosfer dalam
hal ini adalah faktor cuaca (curah hujan, intensitas curah hujan, dan durasi curah
hujan). Kemudian faktor yang kedua adalah faktor permukaan tanah (meliputi
kondisi geologis, kondisi morfollogis, struktur tanah, tutupan lahan maupun
drainase).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan peta yang dapat menampilkan
kondisi geomorfologi Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara agar mudah
diketahui oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.
Pembuatan peta saat ini mengalami perkembangan sangat pesat dengan
terciptanya teknologi pemetaan komputrisasi pada perangkat lunak komputer yang
menghasilkan sebuah peta digital. Bukan hanya jenis data yang bereferensi
geografis yang disajikan pada sebuah peta namun juga data non-geografis seperti
data jumlah penduduk juga bisa disajikan kedalam sebuah peta. Salah satu data
non-geografi yang biasa dibuatkan dalam bentuk peta adalah data geografis
daerah masamba.
Dengan adanya peta ini maka masyarakat dan pemerintah setempat dengan
mudah mengakses dan melihat langsung tampilan kondisi geomorfologi Kota
Masamba pada peta yang memanfaatkan citra satelit.
Diharapkan dengan adanya peta ini dapat membantu pihak pemerintah dan
dinas terkait dalam memberikan informasi terupdate dan terbaru kepada
masyarakat.
Berdasarkan hal ini penulis mengangkat judul “Studi Geomorfologi Terhadap
Penyebab Banjir Berdasarkan Citra Satelit Daerah Masamba Kabupaten Luwu
Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana cara pembuatan peta lahan menggunakan Citra Satelit Landsat 8?
2. Bagaimana cara menganalisis kondisi geomorfologi terhadap penyebab banjir
berdasarkan citra satelit landsat 8 daerah Masamba Kabupaten Luwu Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang akan
dilakukan yaitu:
1. Untuk melakukan pembuatan peta lahan menggunakan Citra Satelit Landsat
8.
2. Untuk menganalisis kondisi geomorfologi terhadap penyebab banjir
berdasarkan citra satelit landsat 8 daerah Masamba Kabupaten Luwu Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat bagi peneliti
Manfaat dari penelitian ini bagi penulis adalah penulis dapat mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang dimiliki, yang telah di dapatkan di bangku perkuliahan.
Selain itu syarat untuk melakukan penelitian dan penyususan skripsi pada
program Studi Informatika di Universitas Cokroaminoto Palopo.
2. Manfaat bagi instansi/tempat penelitian
Memudahkan dinas terkait Kota Masamba dalam menyampaikan data
geomorfologi Kota Masamba Kabupaten Luw u Utara dalam bentuk peta
tematik.
3. Manfaat terhadap Akademik
Manfaat terhadap Akademik yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran
teknologi informasi dalam dunia ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


1. Geomorfologi
Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
bentangalam. Bentangalam adalah kenampakan relief di permukaan bumi yang
dibentuk oleh proses-proses alami yang memiliki karakteristik tersendiri, baik itu
karakteristik fisik maupun genetiknya.

Gambar 1. Geomorfologi
Sumber: https://geohazard009.files.wordpress.com

Geomorfologi merupakan ilmu tentang roman muka bumi, aspek yang


mempengaruhinya. Bentang alam merupakan panorama alam yang disusun oleh
elemen geomorfologi dalam dimensi yang lebih luas, sedangkan bentuk lahan
merupakan komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan
yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Pembangunan fisik diperlukan data
geometri bentuk muka bumi dan proses-proses geomorfologi yang sedang
berjalan beserta besaran dan antisipasi terhadap perubahan muka bumi dalam
skala detail dapat mempengaruhi pembangunan. Ditinjau dari berbagai ahli
geomorfologi baik lokal maupun internasional materi geomorfologi sangat luas
pembahasannya. Oleh karena itu, kami menganggap perlu ditinjau dalam forum
geograf sehingga diperoleh pandangan materi yang cocok dan sesuai dengan
kondisi lingkungan keberadaan jurusan geografi (Hasmunir, 2017).
Proses Geomorfologi adalah studi tentang bentuk dan proses alami untuk
pengembangan bentang alam. Ahli geomorfologi mencoba memahami mengapa
lanskap terlihat seperti yang mereka lakukan, memahami sejarah dan dinamika
lanskap dan memprediksi perubahan di masa depan menggunakan kombinasi
pengamatan lapangan, eksperimen, dan model.
a. Satuan Bentang Alam
Klasifikasi bentangalam berdasarkan pendekatan parametris yaitu
prosentase kemiringan lereng dan beda tinggi.
Tabel 1. Klasifikasi Relief

Satuan Relief Sudut Lereng Beda Tinggi


Datar atau Hampir Datar 0%-2% <5m
Bergelombang/Miring Landai 3%-7% 5 m – 50 m
Bergelombang/Miring 8 % - 13 % 25 m – 75 m
Berbukit bergelombang / Miring 14 % - 20 % 50 m – 200 m
Berbukit tersayat tajam / Terjal 21 % - 55 % 200 m – 500 m
Pegunungan tersayat tajam / sangat terjal 56 % - 140 % 500 m – 1000 m
Pegunungan / Sangat Curam > 140 % > 1000 m
Sumber: Van Zzuidam (1983)
Selanjutnya menurut menurut ITC (“International Terranes Classification”)
dalam Van Zuidam (1983), disebutkan bahwa klasifikasi bentang alam didasarkan
pada genetik pembentukannya adalah sebagai berikut :
a) Bentangalam asal struktural
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya
dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi
skunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
b) Bentangalam asal vulkanik
Vulkanik atau bentuk lahan lipatan secara umum dapat ditemukan di
banyak sekali daerah di suluruh belahan dunia. Hal tersebut ditimbulkan oleh
energi pembentuknya yang kurang di pengaruhi oleh faktor iklim. Faktor iklim
lebih berpengaruh di pembentukan lahan fluvial, glasial, dan aeolian. Distribusi
yang merata pada semua global inilah yang membuahkan bentuk lipatan sangat
penting buat dikaji Kurnianto, F. A. (2019).
c) Bentangalam asal fluvial
Bentang alam sungai (fluvial) adalah bentang alam yang terjadi sebagai
akibat dari proses fluvial. Intinya, aliran sungai dibentuk oleh adanya sumber air,
baik air hujan, es yang mencair, maupun munculnya mata air, dan relief
permukaan bumi. Setelah jatuh di permukaan bumi, air hujan menguap, merembes
ke tanah, diserap oleh tumbuhan dan hewan, transpirasi, dan sisanya mengalir ke
permukaan saat 'permukaan mengalir'. Limpasan ini bisa segera setelah hujan atau
muncul kemudian melalui proses infiltrasi pertama ke tanah sebagai air tanah dan
muncul kembali di mata air.
d) Bentangalam asal laut
Bentang alam yang berasal dari proses laut dihasilkan oleh kegiatan
pergerakan air laut, baik di tebing curam, pantai berpasir, pantai berbatu dan
pantai berlumpur. Aktivitas laut sering dipengaruhi oleh aktivitas fluvial sehingga
sering disebut sebagai fluvio-marine. Proses laut memiliki pengaruh yang sangat
aktif pada daerah pesisir di sepanjang pantai. Semakin dangkal laut, semakin
mudah terjadinya bentang alam pesisir, dan semakin dalam laut, semakin lambat
proses terjadinya bentang alam di wilayah pesisir.
e) Bentangalam asal kars
Menurut Kusumayudha BS., dalam Wuryanta, A. (2019, February)
Bentang alam karst dibentuk oleh pembubaran air dalam batuan karbonat, dolomit
dan batu kapur. Proses pembubaran membutuhkan waktu yang sangat lama, yaitu
ribuan hingga jutaan tahun. Bentang alam karst memiliki morfologi yang unik,
yaitu endokarst dan exokarst dengan ekosistem yang sangat spesifik. Keunikan
lanskap karst terletak pada karakter lingkungan morfologis, geologis,
hidrogeologis dan biologisnya yang sangat berbeda dari lanskap lainnya.
Kondisi di atas permukaan tanah pada lanskap karst umumnya kering dan
kritis, sedangkan di bawah permukaan tanah terdapat potensi sumber daya air
yang melimpah. Karst adalah daerah dengan hidrologi yang unik dan terbentuk
dari kombinasi batuan terlarut tinggi dengan porositas yang berkembang dengan
baik.
f) Bentang alam asal eolian
Bentang alam eolian adalah bentang alam yang dibentuk oleh aktivitas
angin. Lanskap ini sering ditemukan di daerah gurun. Terjadinya gurun itu sendiri
lebih disebabkan oleh pengaruh iklim dan bukan merupakan hasil khusus dari
agen geologis tertentu.
g) Bentangalam asal glasial
Bentang alam glasial adalah bentang alam yang dipengaruhi oleh
akumulasi es salju atau gletser di suatu daerah untuk waktu yang lama. Lanskap
glasial adalah lanskap yang terkait dengan proses glasial, di mana proses glasial
adalah gaya yang berpengaruh adalah Gletser. Gletser dapat berkembang di suatu
tempat setelah periode bertahun-tahun di mana es menumpuk dan tidak mencair
atau menghilang.
h) Bentangalam asal denudasional
Bentangalam denudasional adalah bentang alam yang terbentuk sebagai
hasil dari proses denudasi yang tidak terpisahkan. Proses denudasi atau sering
disebut proses pengupasan adalah proses yang cenderung mengubah bentuk
permukaan bumi menjadi bentang alam yang lebih rendah, dan proses tersebut
akan berhenti ketika permukaan bumi telah mencapai tingkat dasar yang sama
dengan permukaan sekitarnya.
2. Banjir
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya
air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Daerah yang biasanya tergenangi banjir Pada
saat banjir, air akan menggenangi sebagian besar daratan yang biasanya tidak
tergenangi air. Ketika musim hujan tiba, sebagian wilayah ada yang mengalami
banjir. Curah hujan yang tinggi membuat beberapa wilayah tergenang air. Banjir
yang sangat berbahaya adalah banjir dahsyat yang terjadi dengan tiba-tiba dan
bersifat menghanyutkan (Pertiwi, 2021).
Bencana banjir ini merupakan aspek interaksi manusia dengan alam yang
muncul dari proses dimana manusia mencoba menggunakan alam yang
bermanfaat dan menghindari alam yang merugikan manusia. Perubahan kondisi
lahan dari waktu ke waktu membuat ancaman banjir semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain daya dukung sungai yang semakin kecil
akibat pendangkalan, fluktuasi debit air antara musim hujan dan musim kemarau
semakin tinggi, yang mengakibatkan mengganggu keseimbangan hidrologi.
Peristiwa banjir menjadi masalah bagi masyarakat karena menyebabkan hilangnya
nyawa dan harta benda, seperti munculnya wabah penyakit atau masalah
kesehatan, kerusakan bangunan dan tempat tinggal, kerusakan sarana, prasarana,
dan prasarana. Beberapa aspek yang terkait dengan kemungkinan terjadinya banjir
di suatu daerah antara lain litologi (jenis tekstur batuan), penggunaan lahan,
intensitas curah hujan, kemiringan lereng, karakteristik aliran, dan deformasi
lahan akibat tektonik (morfotektonik)
a) Faktor-faktor Alami Penyebab Banjir
Berikut ini sebab-sebab banjir yang tergolong sebab alami:
1. Curah Hujan
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir, saat mengalami curah hujan
yang tinggi debit air akan meningkat dan menyebabkan genangan air. Diakibatkan
meluapnya air hujan yang meluap potensi banjir akan lebih meningkat jika hujan
deras terjadi dalam waktu lama karena daerah resapan air yang rendah.
2. Pengaruh fisiografi/geofisik sungai
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah
drainase (DPS), kemiringan sungai, geometri hidrolik (bentuk penampang seperti
lebar, kedalaman, bagian longitudinal, bahan dasar sungai), lokasi sungai, dan
lain-lain. Fisiografi adalah hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
3. Kapasitas sungai
Kapasitas sungai adalah kemampuan sungai untuk menampung sejumlah air pada
waktu tertentu. Sungai adalah aliran yang terbentuk secara alami di permukaan
bumi yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi (hulu) ke tempat yang lebih
rendah (hilir).
b) Banjir juga dapat terjadi akibat ulah/aktivitas manusia sebagai berikut:
1. Penebangan liar
Dampak dari penebangan liar dapat menyebabkan banjir karena hilangnya fungsi
pohon sebagai penampung serapan air hujan.
2. Membuang sampah sembarangan
Membuang sampah sembarangan, terutama di aliran sungai, berpotensi
menyebabkan banjir. Kondisi ini bisa terjadi karena sampah akan menyebabkan
aliran sungai menjadi terhambat dan memicu bencana banjir.

3. Tata lahan drainase yang tidak tepat


Infrastruktur penting untuk mencegah banjir terutama daerah padat penduduk,
drainase yang tidak tepat tanpa mempertimbangkan amdal dapat menyebabkan
risiko banjir di wilayah tersebut.
3. Citra Satelit
Satelit adalah objek yang mengelilingi atau mengorbit objek lain dengan
periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit, yaitu satelit alami dan
satelit buatan. Bulan adalah satelit karena bulan mengelilingi atau mengorbit
bumi, itu disebut satelit alami bumi. Satelit buatan adalah objek buatan manusia
yang diluncurkan ke luar angkasa dari Bumi ke orbit. Saat ini ada ribuan satelit
buatan yang mengorbit bumi dengan berbagai keperluan, antara lain satelit
komunikasi untuk membantu arus komunikasi dan informasi di Bumi, satelit
astronomi untuk mengamati benda luar angkasa, satelit observasi bumi untuk
mengamati kondisi bumi dan orbitnya, satelit navigasi. untuk menentukan lokasi
suatu titik di permukaan bumi, satelit cuaca untuk mengamati cuaca dan iklim
bumi, dan satelit mata-mata untuk tujuan perang (Ramadhan, dkk. 2019).
Penginderaan Jauh secara umum didefinisikan menjadi ilmu, teknik,
seni untuk mendapatkan informasi atau data tentang kondisi fisik suatu benda
atau obyek, target, dan sasaran juga wilayah dan fenomena tanpa menyentuh atau
kontak eksklusif menggunakan benda atau sasaran tersebut. Penginderaan jauh
juga dapat digunakan untuk pemantauan bencana selama kejadian bencana
tersebut berlangsung, peta tersebut dapat digunakan di situasi baru, update
database untuk rekonstruksi daerah, dan juga bisa membantu untuk pencegahan
dini bencana dan pemetaan distribusi spasial (Nuryanti. N, dkk. 2018).
4. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang dapat merekam,
menyimpan, menulis, menganalisis dan menampilkan data geografis. Sistem
Informasi Geografis (SIG) hanyalah sebuah teknologi sebagai alat yang sangat
penting dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
kondisi alam dengan bantuan atribut dan data spasial. SIG adalah sistem kompleks
yang umumnya terintegrasi dengan sistem komputer lain di tingkat fungsional dan
jaringan Sasmito, G. W. (2017).

Gambar 2. Sistem Informasi Geografis


Sumber: https://www.konsepgeografi.net

Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) telah berkembang pesat, SIG


yang dibuat dengan menggunakan informasi yang berasal dari pengolahan
sejumlah data, yaitu data geografis atau data yang berhubungan dengan posisi
objek di permukaan bumi (Ahdan & Setiawansy. 2020). Teknologi Gis
mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang dapat
digunakan saat ini (Ahdan & Setiawansyah, 2021). SIG dapat disajikan dalam
bentuk aplikasi desktop dan aplikasi berbasis web. SIG juga dapat memberikan
penjelasan mengenai sebuah pariwisata. Aplikasi ini akan dikembangkan dan
diinvestasikan secara lebih luas baik dari segi sumber daya maupun dari segi
layanan aplikasi (Mustaqov & Megagawaty. 2020).
5. Komponen SIG
Menurut Eddy Prahasta (dalam Ferdiansyah, M. 2017), bahwa SIG terdiri
dari beberapa komponen dengan karakteristiknya yaitu :
1) Hardware
Saat ini GIS tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari
kelas PC desktop, workstation, hingga multi-user host yang bahkan dapat
digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang
luas, terdistribusi, dan berkemampuan tinggi, memiliki hard disk yang besar dan
memiliki kapasitas memori yang besar (RAM). Secara umum, perangkat keras
untuk GIS mencakup perangkat keras yang berfungsi sebagai entri data,
pemrosesan data, penyajian hasil, dan penyimpanan. Hardware yang sering
digunakan antara lain digitizer, scanner, monitor, Central Processing Unit (CPU),
mouse, printer, dan plotter.
2) Software
Dari sudut pandang lain, GIS juga dapat menjadi sistem perangkat lunak
yang terstruktur secara modular di mana sistem basis data memainkan peran
kunci. Perangkat lunak GIS harus memiliki spesifikasi sebagai Database
Management System (DBMS). SIG memiliki fasilitas untuk input, manipulasi
data geografis, query, analisis, dan visualisasi. SIG juga harus memiliki
spesifikasi Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk memudahkan akses ke
fasilitas yang ada (Misalnya: Google Maps, Google Earth, Arcview, Idrisi,
ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll).
3) Manajemen
Teknologi SIG tidak ada gunanya tanpa manusia mengelola sistem dan
rencana bangunan yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi nyata. Proyek GIS
akan berhasil jika dikelola dan dijalankan dengan baik oleh orang-orang yang
memiliki keterampilan yang tepat di semua tingkatan
4) Data dan Infomasi Geofrafis
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan mengimpornya dari format
perangkat lunak GIS lainnya atau secara langsung dengan mendigitalkan data
spasialnya (digitalisasi di layar atau head-up pada tampilan layar monitor, atau
secara manual menggunakan digitizer) dari peta analog dan kemudian
memasukkan data atributnya dari tabel atau laporan menggunakan keyboard.
6. Peta
Dikutip dari Poerwadarminta, W.J.S dalam (Iswari. H. T, dkk. 2021) Peta
adalah gambar atau lukisan atau gambar yang menyatakan bagaimana tanah, laut,
sungai, gunung, atau bagian dari permukaan bumi terletak pada bidang datar yang
dikurangi menggunakan skala tertentu. Isnaini, N. (2018) Secara umum, definisi
peta adalah gambar permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang
direduksi menjadi skala tertentu dan dilengkapi dengan simbol sebagai penjelasan.

1) Fungsi Peta
a. Memberi informasi mengenai letak relatif maupun absolut suatu daerah
terhadap daerah lainnya di permukaan bumi.
b. Kondisi fisik non-fisik suatu daerah misalnya kepadatan, jumlah penduduk,
persebaran.
c. Memperhatikan ukuran dengan peta sehingga dapat diukur dengan peta
sehingga dapat diukur luas wilayah dan jarak di permukaan bumi.
d. Menyajikan data tentang suatu daerah.
e. Sebagai alat bantu dalam hal penelitian lapangan, operasi militer, perencanaan
suatu wilayah, jelajah alam.
f. Manajemen resiko dalam mengambil kebijakan mitigasi bencana alam.
2) Tujuan
a. Menyimpan dan menyampaikan informasi spasial atau keruangan.
b. Membantu suatu pekerjaan misalnya membuat jalan, saluran irigasi, dan
navigasi.
c. Membantu dalam pembuatan suatu desain wilayah misalnya perncanaan
komplek pemukiman, jalur hijau, dan kompleks perniagaan.
d. Analisis data spasial misalnya perhitungan volume dan ukuran.
7. Aplikasi Arcgis
1) Arcgis Deskop
ArcGis adalah solusi perangkat lunak aplikasi Sistem Informasi Geografis
(GIS) terintegrasi yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science &
Research Institute). Di ArcGis ada beberapa aplikasi Sistem Informasi Geografis
yang memiliki fungsi berbeda-beda di antaranya adalah ArcView, ArcMap,
ArcCatalog dan ArcReader. ArcGis dikembangkan oleh ESRI (Environmental
Systems Research Institute). Perusahaan yang berfokus pada solusi pemetaan
digital terintegrasi. ArcGis adalah salah satu dari banyak produk yang saling
terkait di bidang pemetaan digital yang dikembangkan oleh ESRI (Sasoeng. A. A.
2018).
Salah satu bentuk data dalam SIG adalah berupa data vektor, dan data vektor
terbentuk dari tiga jenis geometri, yaitu titik (point), garis (line), dan area
(polygon). Salah satu contoh fitur-fitur geografi ini mempresentasikan
penggambaran permukaan dunia nyata yang terbentuk dari ketiga geometri
tersebut, termasuk landmark dan fasilitas sebagai titik, jalan dan sungai sebagai
jalur, dan wilayah administrasi tertentu sebagai area.
8. Kondisi Geografis
Kondisi geografis merupakan kondisi alam yang terjadi pada permukaan
bumi di suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya suatu
wilayah tertentu. Kondisi geografis di permukaan bumi dapat dipelajari dalam
geografi.
a) Letak: lokasi geografis, luas, bentuk, dan posisi koordinat peta.
b) Relief: bagaimana bentuk permukaan atau kontur dan juga ketinggiannya.
c) Cuaca dan iklim: cuaca dalam waktu tertentu di sebuah wilayah, iklim terkait
bagaimana rata-rata terjadi dalam waktu tertentu.
d) Jenis tanah: kondisi tanah dan sejarah proses terbentuknya tanah.
e) Sumber daya: kondisi tanah dan sejarah proses terbentuknya tanah.
f) Flora dan fauna: keadaan hewan dan tumbuhan yang mendiami suatu wilayah.
9. Citra Satelit Landsat 8
Data citra satelit yang digunakan adalah Landsat 8 OLI pada jalur/baris
120/64 dengan tanggal perekaman satelit 15 Mei 2016. Tahap pemrosesan citra
satelit dimulai dengan koreksi geometris dan radiometrik. Koreksi geometris pada
dasarnya digunakan untuk memperbaiki kesalahan dalam posisi citra satelit
sehubungan dengan lokasi aktual di permukaan bumi dan memiliki sistem
koordinat referensi. Pemrosesan data citra satelit Landsat 8 OLI juga melakukan
koreksi radiometrik untuk mengubah nilai angka digital (DN) menjadi nilai
reflektansi dengan resolusi radiometrik bilangan bulat 16-bit pada tingkat produk
1 sehingga diubah menjadi nilai reflektansi Top of Atmosphere (TOA). Konversi
nilai untuk reflektansi TOA menggunakan persamaan dari USGS (2015)
(Nuzapril. M. 2017).
10. Data Spasial
Data spasial adalah data tentang objek atau elemen geografis yang dapat
diidentifikasi dan memiliki lokasi referensi berdasarkan koordinat tertentu. Data
spasial mencakup data grafis dan data atribut. Salah satu realisasi SIG adalah
adanya data spasial. Data ini memiliki sistem koordinat tertentu sebagai basis
referensi dan memiliki dua bagian penting yang berbeda dengan data lainnya,
yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut). Data spasial
menunjukkan posisi geografis dimana setiap karakteristik memiliki lokasi yang
harus ditentukan dengan cara yang unik. Data spasial merupakan salah satu aspek
dari SIG. Data spasial berisi beberapa parameter termasuk posisi lintang dan
bujur. MySQL juga memiliki tipe data Spasial untuk menyimpan parameter data
spasial (Hajar. A. dkk. 2021).
11. Interpretasi Citra
Agoes, H. F (2018) Interpretasi gambar adalah untuk mengidentifikasi
sawah dalam gambar Kabupaten Sungai Raya, Hulu Sungai Selatan. Penafsiran
sawah dilakukan secara visual dengan mengacu pada unsur-unsur dan kunci-kunci
penafsiran. Kunci interpretasi yang digunakan adalah warna (padi biasanya
terlihat hijau seperti tumbuh-tumbuhan pada umumnya), tekstur (biasanya
tanaman padi memiliki tekstur yang halus, karena daunnya kecil dan merata). ,
bentuk (biasanya sawah berbentuk bujur sangkar), pola (polanya terlihat rapi dan
teratur) asosiasi (pada umumnya sawah memiliki jalur irigasi baik permanen
maupun alami) dan pendekatan lain yang dapat kita terapkan pada penafsiran
sawah.

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan


Bahan penelitian yang ada relevan dengan penelitian ini digunakan untuk
membantu dalam mempersiapkan penelitian sebagai acuan dan pengembangan,
penelitian yang relevan sangat membantu dalam mempersiapkan kerangka
berpikir.
1. Penelitian Annisa Widya Syafitri (2021) dengan judul Analisis Penyebab
Banjir Rob di Kawasan Pesisir. Hasil penelitian adalah kita dapat mengetahui
faktor utama yang menyebabkan banjir rob dikawasan pesisir yaitu penurunan
muka tanah dan kenaikan muka air laut pada saat terjadi pasang.
2. Penelitian Tachmil (2021) dengan judul Analisis Tingkat Kerentanan
Banjir Bandang Daerah Meli Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara
Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil dari penelitian adalah memberikan informasi
kepada pemerintah dan masyarakat pada daerah penelitian untuk melakukan
mitigasi bencana secara dini terhadap daerah-daerah yang rentan terhadap
kejadian banjir bandang yang berada di Kecamatan Masamba.
3. Penelitian I Gede Yudi Wisnawa (2021) dengan judul Pemetaan Lokasi
Rawan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Denpasar Barat.
Hasil dari penelitian adalah kita dapat mengetahui faktor utama penyebab banjir di
Kecamatan Denpasar Barat yaitu sebagian besar merupakan daerah terbangun atau
permukiman yakni seluas 1,375 Ha atau 56,98% sedikit adanya lahan
terbuka/tanah kosong sehingga rendahnya daya resap air hujan yang intensitasnya
cukup bulanan yang tinggi pada musim penghujan yaitu kisaran 100-150mm/hari,
kemudian didukung dengan dominan wilayah kecamatan Denpasar barat
merupakan bidang yang memiliki kontur atau tingkat kemiringan lereng yang
dominan mendatar ditambah lagi dengan kebiasaan buruk masyarakat yaitu
kurang disiplin, dengan bembuang sampah rumah tangga ke saluran-saluran
pembuangan air sehingga menyebabkan peluang terjadinya banjir semakin tinggi.
4. Penelitian Lusi Utama (2022) dengan judul Kawasan Berpotensi Banjir
Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Kuranji. Hasil dari penelitian adalah Dari
pencatatan 3 stasiun curah hujan yang mempengaruhi DAS Kuranji, yaitu Gunung
Nago, Gunung Sarik dan Batu Busuk didapat curah hujan rencana R = 221,38
mm. Dari peta, luas catchment area (A) = 177,89 km 2 . Intensitas hujan (I) = 32,51
mm/jam. Dari penelitian Utama L, 2021, Morphometri DAS Kuranji 22,96 berada
pada rawan banjir. Dimana penggunaan lahan mempunyai skor tertinggi yaitu
3,44.
5. Penelitian
2.3 Kerangka Pikir

Studi Geomorfologi Terhadap


Penyebab Banjir Berdasarkan
Citra Satelit Daerah Masamba
Kabupaten Luwu Utara

Faktor Penyebab Bencana


Banjir

Faktor Alam: Faktor Manusia:


a. Erosi dan sedimentasi a. Perubahan guna lahan
b. Curah hujan b. Kawasan kumuh sepanjang
c. Pengaruh fisiografi sungai (geology, sungai
historical river) c. Perencanaan sistem
d. Kapasitas sungai yang tidak pengendali banjir tidak tepat
memadai d. Tidak berfungsinya sistem
e. Pengaruh air pasang drainase
f. Penurunan tanah e. Bendung & bangunan air
g. Rob f. Kerusakan bangunan
pengendali banjir

Analisis
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian berlokasi di Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara,
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2022 dan berlangsung selama 4 bulan.
Tabel Penelitian
Tahapan Juni Juli Agustus September
No
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi dan
1 pengumpulan
data
Pengolahan data
2 pada arcgis
desktop
Proses Simulasi
3
tahap awal
4 Implementasi
5 Monitoring
6 Management

3.3 Batasan Penelitian


Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Obyek penelitian ini hanya berfokus di Kota Masamba, Kabupaten Luwu
Utara.
2. Data yang digunakan adalah citra satelit landsat 8.
3. Aplikasi yang digunakan dalam pembuatan peta lahan yaitu Arcgis 10.3.

3.4 Tahapan Penelitian


1. Pengumpulan Data
Untuk penyusunan penelitian ini diperlukan data-data serta informasi yang
berkaitan dengan judul penelitian ”Studi Geomorfologi Terhadap Penyebab Banjir
Berdasarkan Citra Satelit Daerah Masamba Kabupaten Luwu Utara”. Metode
pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan secara umum merupakan kegiatan mengamati suatu objek secara
langsung dan detail untuk memperoleh informasi yang benar mengenai objek
tersebut. Tes yang diteliti dan diamati bertujuan untuk mengumpulkan data atau
penilaian. Metode ini dilakukan dengan cara observasi/mengamati dan terjun
langsung pada lokasi tempat penelitian Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara yakni teknik mengumpulkan data dengan cara bercakap-cakap atau
Tanya jawab secara langsung antara peneliti dan responden untuk mengetahui
informasi yang kita butuhkan dalam penelitian.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka atau studi pustaka merupakan kegiatan untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dengan topik atau permasalahan yang menjadi objek
penelitian atau topik suatu cerita yang dibawa ke dalam tulisan non-ilmiah.
d. Download
Teknik pengumpulan data ini adalah dimana penulis mencari informasi terbaru
dan terkini secara online, melalui internet penulis juga bisa mendapatkan data
mentah dari situs-situs tertentu terkait informasi kondisi geomorfologi lokasi
penelitian yaitu Kota Masamba, Kabupaten Luwu Utara.

3.5 Jenis Data


1) Data Spasial
a.
2) Data Non Spasial
a.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.7 Analisis Data
3.8 Analisis Sistem

2.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Septian, dkk. (2020). Identifikasi Zona Potensi Banjir BerbasisSistem


Informasi GeografisMenggunakanMetodeOverlaydengan Scoringdi
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal Geosains dan Remote
Sensing(JGRS)Vol 1No 1(2020), 11-22.

Hasmunir. (2017). MATERI PEMBELAJARAN GEOMORFOLOGI UNTUK


PROGRAM STUDI. Jurnal Pendidikan Geosfer Vol II.

Pertiwi, D. A. (2021). GEOLOGI DAN PEMANFAATAN SISTEM


INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK DAERAH BAHAYA BANJIR
DENGAN METODE AHP DI DESA BANGUN REJO KECAMATAN
TENGGARONG SEBERANG, KUTAI KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR. Jurnal Teknik Geologi: Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.

Pranita, E. (2020, 7 17). 2 Faktor Meteorologis Penyebab Banjir Bandang


Masamba Luwu Utara.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/17/070200123/2-faktor-
meteorologis-penyebab-banjir-bandang-masamba-luwu-utara?page=all.

Syaifullah, M. D. (2020). KAJIAN BANJIR BANDANG MASAMBA JULI


2020,TINJAUAN METEOROLOGIS. jurnal Sains &Teknologi
Modifikasi Cuaca, Vol.21 No.2,, 73-83.

TACHMIL. (2021). ANALISIS TINGKAT KERENTANAN BANJIR BANDANG


DAERAH MELI KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN.
DAFTAR PUSTAKA

Kurnianto, F. A. (2019). Proses-Proses Geomorfologi pada Bentuk Lahan


Lipatan. Majalah Pembelajaran Geografi, 2(2), 194-196.
Nuryanti, N., Tanesib, J. L., & Warsito, A. (2018). Pemetaan Daerah Rawan
Banjir dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan
Kupang Timur Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Fisika:
Fisika Sains dan Aplikasinya, 3(1), 73-79.
Ramadhan, Y., Santoso, H. H., & Wati, E. K. (2019). Pengendalian 3-Axis
Reaction Wheel Satelit LAPAN-TUBSAT A1 Menggunakan Kendali PID
Teroptimasi Algoritma Genetika. Jurnal Ilmiah Giga, 21(1), 24-32.
Iswari, H. T., Sumardi, S., & Giyartini, R. Studi Literatur: Peta sebagai Media
Pembelajaran Keragaman Budaya Indonesia. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(2), 265-275.
Isnaini, N. (2018). Komparasi Penggunaan Media Google Earth Dengan Peta Digital
Pada Materi Persebaran Fauna Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Semarang. Jurnal
Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 12(1), 52-61.
Sasoeng, A. A., Sentinuwo, S. R., & Rindengan, Y. D. (2018). Rancang Bangun Sistem
Informasi Geografis Potensi Sumber Daya Alam Di Kabupaten Talaud Berbasis
Web. Jurnal Teknik Informatika, 13(1).
Ahdan, S., & Setiawansyah, S. (2020). Pengembangan Sistem Informasi Geografis Untuk
Pendonor Darah Tetap di Bandar Lampung dengan Algoritma Dijkstra berbasis
Android. Jurnal Sains Dan Informatika: Research of Science and Informatic, 6(2), 67-77.
Ahdan, S., & Setiawansyah, S. (2021). Android-Based Geolocation Technology on a
Blood Donation System (BDS) Using the Dijkstra Algorithm. IJAIT (International Journal
of Applied Information Technology), 5(01), 1-15.
Mustaqov, M. A., & Megawaty, D. A. (2020). Penerapan Algoritma A-Star Pada Aplikasi
Pencarian Lokasi Fotografi Di Bandar Lampung berbasis Android. Jurnal
Teknoinfo, 14(1), 27-34.
Sasmito, G. W. (2017). Penerapan metode Waterfall pada desain sistem informasi
geografis industri kabupaten Tegal. Jurnal Informatika: Jurnal Pengembangan IT, 2(1), 6-
12.
Hajar, A., Nabawi, I., Kartikawati, L., Yudana, F. R., Budi, S., & Prasetiyantara, N. (2021).
Pengolahan Data Spasial-Geolocation Untuk Menghitung Jarak 2 Titik. Creative
Information Technology Journal, 8(1), 32-42.
Agoes, H. F., Irawan, F. A., & Marlianisya, R. (2018). Interpretasi citra digital
penginderaan jauh untuk pembuatan peta lahan sawah dan estimasi hasil panen
padi. Jurnal INTEKNA: Informasi Teknik dan Niaga, 18(1), 24-30.
Nuzapril, M., Susilo, S. B., & Panjaitan, J. P. (2017). Hubungan antara konsentrasi
klorofil-a dengan tingkat produktivitas primer menggunakan citra satelit landsat-8. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan, 8(1), 105-114.
Wuryanta, A. (2019, February). Zonasi Kerentanan Air Tanah Pada Bentang Alam Karst
Dengan Sistem Informasi Geografis Sebagai Dasar Penyusunan Tata Ruang. In Seminar
Nasional Geomatika (Vol. 3, pp. 209-216).
Ferdiansyah, M. (2017). Sistem Informasi Geografis Pemetaan Klinik Bersalin
Berbasis Web Gis (Studi Kasus: Kab. Pesawaran). Jurnal Cendikia, 14(2), 1-7.

Anda mungkin juga menyukai