Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN PEMERINTAH KECAMATAN UJUNG BULU KABUPATEN

BULUKUMBA DALAM MEWUJUDKAN PENATAAN RUANG

TERBUKA HIJAU

WAFIQ NUR AZIZAH KARIM

1915142010

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
PROPOSAL PENELITIAN

PERAN PEMERINTAH KECAMATAN UJUNG BULU KABUPATEN

BULUKUMBA DALAM MEWUJUDKAN PENATAAN RUANG

TERBUKA HIJAU

WAFIQ NUR AZIZAH KARIM

1915142010

PROGRAM STUDI DI GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Peran Pemerintah Kecamatan Ujung Bulu


Kabupaten Bulukumba Dalam Mewujudkan
Penataan Ruang Terbuka Hijau

Nama : Wafiq Nur Azizah Karim

NIM : 1915142010

Program Studi : Geografi

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ramli Umar, M.Si. Muh Rais Abidin, S.Pd.,M.Pd.


NIP. 196501241990031001 NIP. 199103052019031013

Mengetahui,

Ketua Program Studi Geografi Ketua Jurusan Geografi Fakultas


Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
x Alam,

Amal, S.Pi.,M.Si.,Ph.D Dr. Erman Syarif, S.Pd., M.Pd.


NIP. 197308142006041001 NIP. 198107052006041001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. .i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5
A. Pemerintah Daerah ........................................................................................5
B. Administrasi Publik.....................................................................................10
C. Ruang Terbuka Hijau ..................................................................................15
D. Kerangka Berpikir .......................................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................20
A. Jenis dan Metode Penelitian ........................................................................20
B. Lokasi Penelitian .........................................................................................21
C. Metode Penentuan Informan .......................................................................21
D. Fokus Penelitian ..........................................................................................22
E. Sumber Data ................................................................................................23
F. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................24
G. Teknik Analisis Data ...................................................................................25
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 19


Gambar 3.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 21

iii
DAFTAR TABEL

iv
5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bulukumba merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi bencana

yang cukup besar bila dilihat dari letak geografisnya yang sebagian wilayahnya

dikelilingi oleh lautan. Sepanjang pesisir pantai yang membentang 128km

melintasi 7 kecamatan pada setiap musim barat mengalami gelombang pasang

yang sangat berpotensi menimbulkan gelombang pasang yang berakibat abrasi.

Kecamatan Ujung Bulu sebagai ibu kota Kabupaten Bulukumba terdiri

dari sembilan kelurahan, yakni kelurahan: Tanah Kongkong, Kasimpureng,

Loka, Bentenge, Terang-Terang, Caile, Ela-Ela, Kalumeme, dan Bintarore.

Kecamatan Ujung bulu mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi

dikarenakan sebagai ibu kabupaten dan aktivitas yang tinggi dengan jumlah

penduduk yang besar dan luas daerah relatif kecil jika dibandingkan kecamatan

lainnya. Dalam undang-undang RI No.26 tahun 2007, pasal 29 ayat 1 dan 2

tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada

wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, dan proporsi ruang

terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah

kota. Keberadaan RTH di kawasan perkotaan memiliki tujuan untuk menjaga

keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan

keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan dan

meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan

nyaman. Selain itu berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan

1
2

lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara,

tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, pengendali

tata air, sarana estetika kota. (Iwan Ismaun dkk., 2011:97).

Penataan dan Penyediaan Kawasan Ruang Terbuka Hijau sebagai

kawasan resapan air yang peruntukannya yaitu minimal 30% dari luas wilayah

kabupaten Bulukumba, sebagaimana yang diamanahkan oleh Peraturan Daerah

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulukumba dalam aspek

penyediaan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Bulukumba, namun

pada kenyataannya hal tersebut tidak terlaksana dengan baik, bahkan masalah

banjir menjadi hal yang yang sangat memilukan dimana setiap musim hujan

datang pasti hal tersebut tidak dapat dihindari.

Guna mendukung pembangunan ruang terbuka hijau Kota Bulukumba

dan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, peranan pemerintah

amatlah penting. Peranan pemerintah ini tak hanya terbatas dalam perumusan

kebijakan saja tapi juga sampai dengan pelaksanaan pembangunan dari

program dan perencanaan yang telah direncanakan. Oleh karena itu, untuk

mengetahui seberapa besar peranan pemerintah dalam pembangunan ruang

terbuka hijau Kota Bulukumba dengan didasari berbagai bijakan yang telah

diperoleh sebelumnya, maka penulis sangat tertarik untuk membahasnya lebih

lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Peran Pemerintah Kecamatan

Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Dalam Mewujudkan Penataan Ruang

Terbuka Hijau”.

B. Rumusan Masalah
3

Latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi eksisting ruang terbuka hijau di kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba?

2. Apa upaya yang dilakukan pemerintah Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba dalam mewujudkan ruang terbuka hijau?

3. Apa faktor yang menjadi penghambat pemerintah dalam mewujudkan

ruang terbuka hijau?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian pada dasarnya memiliki beberapa tujuan yang

hendak dicapai, Adapun tujuan yang dicapai dalam penyusunan proposal ini

adalah:

1. Mengetahui kondisi eksisting ruang terbuka hijau di Kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba.

2. Mengetahui upaya yang dilakukan dalam mewujudkan ruang terbuka

hijau Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

3. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam mewujudkan

ruang terbuka hijau di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik

sebagai sumbangan penelitian khususnya bagi pengembangan ilmu


4

politik dan mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan bagi

peneliti khususnya.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau

masukan bagi Pemerintah Kota Bulukmba maupun lembaga terkait.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemerintah Daerah

Sebagaimana diketahui bahwa pemunculan pemerintahan daerah di

Indonesia tidak terjadi begitu saja. Indonesia dengan nama awal “Negara

Kesatuan Republik Indonesia” sangat identik dengan sentralistk, kekuasaan

terpusat. Pergeseran sentralistrik ke arah desentralisasi, konsekuensinya

ditandai dengan pelaksanaan local goverment, yang memiliki tiga esensi yaitu

pertama pemerintah daerah sebagai organ yang melaksanakan fungsi yang

didesentralisasikan, kedua sebagai pemerintah daerah yang mengacu pada

fungsi yang dijalankan dalam kerangka desentralisasi, dan ketiga, sebagai

daerah otonom lokasi di mana lokalitas berada dan membentuk kesatuan

hukum sendiri yang meskipun tidak berdaulat tetapi memiliki hak untuk

mengurus dirinya sendiri (Muluk, 2003:63).

1. Peran Pemerintah Dalam Kegiatan Pembangunan

Melaksanakan tugas pembangunan sangat penting dan merupakan

tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan bukan hanya pemerintah

semata-mata. Akan tetapi, meskipun demikian harus diakui bahwa pemerintah

memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Adapun peran

pemerintah dalam kegiatan pembangunan, yaitu antara lain (Siagian,

2009:142):

5
6

a. Selaku Stabilisator

Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai stabilisator dalam berbagai

bidang pembangunan, yaitu antara lain bidang politik, ekonomi, dan bidang

sosial budaya. Peran pemerintah dalam bidang politik adalah menjamin

bahwa kehidupan politik bangsa tidak terjadi rongrongan, baik yang datang

dari kekuatan politik dalam negeri sendiri maupun yang datang dari luar.

Rongrongan politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa

pertentangan yang tidak henti-hentinya antara berbagai kekuatan politik,

apalagi yang didasarkan pada perbedaan ideologi yang tajam.

Bentuk lain dapat berupa timbulnya kekuatan oposisi yang hanya

mementingkan partainya sendiri, meskipun hal itu dilakukan dengan

mengatasnamakan rakyat. Rongrongan dari luar biasanya datang dari negara-

negara kuat dan adikuasa yang ingin memantapkan pengaruhnya dan bahkan

memperluar hegemoninya. Artinya ingin agar lingkungan pengaruh makin

melebar yang antara lain berupa panutan ideologi dan sistem politik yang

berlaku di negara kuat tersebut yang diinginkannya agar di terapkan di

lingkungan makin banyak negara yang akan diakui sebagai sekutunya.

Kegiatan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan tidak akan dapat

berlangsung dengan mantap tanpaadanya stabilitas politik.

1) Dalam bidang ekonomi pemerintah diharapkan untuk dapat menjamin

kondisi stabilitas ekonomi yang memungkinkan perekonomian nasional dapat

terpelihara sedemikian rupa sehingga ekonomi tumbuh secara wajar, suku

bunga yang tidak tinggi, rendahnya inflasi, kesempatan berusaha makin luas,
7

proses industrialisasioses industrialisasi berlangsung dengan baik, dan

kebijakan moneter dan fiskal yang menguntungkan bagi kehidupan nasional.

2) Bidang sosial budaya, pemerintah diharapkan dapat menjadi negara dan

bangsa menjadi masyarakat maju dan modern, tanpa kehilangan jati dirinya.

Harus diakui bahwa pembangunan sosial budaya seolah-olah mengandung

dilema karena di satu pihak ada unsur-unsur budaya yang harus

dipertahankan, akan tetapi di lain pihak bangsa yang bersangkutan harus siap

menerima perubahan yang dituntut oleh kehidupan modern. Mempertahankan

jati diri memang sangat penting karena dalam jati diri itulah kekhasan suatu

bangsa diketahui, dikenali dan diakui oleh pihak atau bangsa lain. Peran

pemerintah selaku stabilisator, yaitu dalam hal mewujudkan perubahan tidak

berubah jadi gejolak sosial, apalagi yang dapat merupakan ancaman bagi

keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. Peran tersebut dapat

terwujud dengan berbagai cara, yaitu antara lain kemampuan selektif yang

tinggi, proses sosialisasi yang elegan tetapi efektif, melalui pendidikan,

pendekatan persuasif, dan pendekatan bertahap tetapi berkesinambungan.

b. Selaku Inovator

Dalam memainkan peranan selaku inovator, pemerintah sebagai

keseluruhan harus menjadi sumber darihal-hal baru seperti temuan baru,

metode baru, sistem baru, dan yang terpenting adalah cara berpikir yang baru.

c. Selaku Modernisator

Melalui pembangunan setiap negara menginginkan menjadi negara yang

modern. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan antara lain penguasaan ilmu
8

pengetahuan dan teknologi, kemampuan dan kemahiran manajerial,

kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki, sisem pendidikan

nasional yang handal, landasan kehidupan politik yang kukuh dan

demokratis, memiliki visi yang jelas tentang masa depan, pemberdayaan

rakyat, kesediaan mengambil resiko, orientasi masa depan, dan bersedia

menerima perubahan. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan pembangunan

yang sistematik, programatis, dan berkelanjutan. Pemerintah bertugas untuk

menuntun masyarakatnya ke arah kehidupan modern seperti itu. Proses

modernisasi harus terjadi di lingkungan biokrasi pemerintah sendiri

d. Selaku Pelopor

Pemerintah harus memainkan peranan selaku pelopor dalam berbagai segi

kehidupan bernegara. Dengan kata lain bahwa selaku pelopor, aparatur

pemerintah harus menjadi panutan bagi seluruh masyarakat. Kepeloporan

yang dapat diberikan pemerintah misalnya kepeloporan dalam bekerja

seproduktif mungkin dengan pemanfaatan waktu sebaik-baiknya dengan

orientasi hasil yang semaksimal mungkin, kepeloporan dalam penegakan

disiplin, kepeloporan dalam ketaatan kepada peraturan perundangundangan

dan sebagainya.

e. Selaku pelaksana sendiri

Meskipun pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan merupakan

tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata-mata,

karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal yang

terbatas, kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh


9

masyarakat dan karena secara konstitusional memang merupakan tugas

pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak bisa

diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus diselenggarakan sendiri

oleh pemerintah. Sebagaimana peran pemerintah tersebut stabagai

stabilisator, inovator, pelopor, dan pelaksana sendiri, pembangunan nasional

harus diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi seluruh elemen pemerintah

dengan ideal atau sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga terjadi

keseimbangan dan gerak yang dinamis dalam roda pemerintahan yang baik.

Pemerintah daerah selalu memiliki sebuah capaian pembangunan di

daerahnya, pembangunan daerah itu sendiri merupakan suatu usaha yang

sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun

kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk

menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial

ekonomi dan aspek lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara

berkelanjutan. Di Indonesia mempunyai Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional yang memiliki satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan

untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,

jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara

negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Di dalam RPJP biasanya

memiliki konteks dalam lingkungan hidup terutama berkaitan tentang Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk mencapai sebuah pembangunan

khususnya di daerah.
10

Serta banyak bentuk organisasi di masyarakat, misalnya negara, partai

politik, perkumpulan masyarakat, bahkan bentuk organisasi yang paling kecil

yaitu keluarga dan lain sebagainya. Kata organisasi mempunyai dua

pengertian umum, yaitu sebagai suatu lembaga atau fungsional, seperti

perguruan tinggi, rumah sakit, perwakilan pemerintah, perwakilan dagang,

perkumpulan olah raga dan lain sebagainya, lainnya sebagai proses

pengorganisasian pengalokasian dan penugasan para anggotanya untuk

mencapai tujuan yang efektif di dalam bahas mengenai organisasi, wewenang

delegasi, koordinasi dan tentang manajemen, serta penyusunan personalia.

B. Administrasi Publik

1. Definisi Administrasi Publik

Menurut Syamsiar Sjamsuddin (2006:1-3) kata administrasi yang

kita kenal saat ini di Indonesia berasal dari kata administrare (Latin : ad =

pada, ministrare = melayani). Ditinjau dari asal kata administrasi berarti

“memberi pelayanan kepada”. Kata “administrasi” juga berasal dari kata

“administration” (to administer). Kata to administer dapat berarti to

manage (mengelola) dan to direct (menggerakkan). Hal ini berarti

administrasi merupakan kegiatan mengelola atau menggerakkan.

Adapun Administrasi publik, menurut Chander dan Plano (1988:3),

sebagaimana dikutip oleh Keban (2004:68), adalah proses dimana sumber

daya dan personal publikdiorganisir dan dikoordinasikan untuk

memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage)

keputusan dalam kebijakan publik. Administrasi publik juga dapat di


11

artikan sebagai Ilmu yang mempelajari hubungan atau kerjasama yang

dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Seperti yang diungkapkan

oleh Keban (2004:6) yaitu:

Administrasi publik adalah suatu kombinasi yang kompleks antara

teori dan praktek dengan tujuan mempromosi pemahaman terhadap

pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah dan

juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan

sosial. Administrasi publik berusaha melembagakan praktek- praktek

manajemen agar sesuai dengan nilai efektivitas, efisiensi, dan pemenuhan

kebutuhan masyarakat secara lebih baik. Sedangkan menurut Chander dan

Plano dalam Keban (2004: 3) mengemukakan bahwa: Administrasi Publik

adalah proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan

dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan

mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam publik. Sementara itu,

Henry dalam Harbani Pasolong (2008: 8), mengemukakan bahwa:

Administrasi Publik adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori

dan praktik, dengan tujuan mempromosikan pemahaman terhadap

pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah, dan

juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan

sosial.

Administrasi publik berusaha melembagakan praktik-praktik

manajemen agar sesuai dengan nilai efektivitas, efisiensi, dan pemenuhan


12

kebutuhan masyarakat secara lebih baik. Sedangkan Waldo dalam

Pasolong (2008: 8) mendefinisikan Administrasi publik adalah manajemen

dan organisasi dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai

tujuan pemerintah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa

pengertian tentang administrasi publik adalah kerjasama yang dilakukan

oleh sekelompok orang atau lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas

pemerintah untuk mencapai tujuan pemerintah secara efektif dan efisien

guna memenuhi kebutuhan publik.

Dilihat dari beberapa pengertian administrasi publik tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa administrasi publik adalah koordinasi dan

pengelolaan dari keputusan suatu kebijakan publik yang pada hal ini

dilakukan oleh pemerintah, serta juga dijadikan sebagai dasar hubungan

antara pemerintah dan masyarakat guna menciptakan pelayanan secara

efektif, efisien, dan rasional.

2. Ruang Lingkup Administrasi Publik

Ruang Lingkup administrasi publik adalah sesuatu yang dibahas atau

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam lingkup administrasi publik.

Sesuatu atau kegiatan tersebut memiliki hubungan dengan masyarakat luas

atau publik. Ruang lingkup administrasi publik mempunyai hubungan

dalam hal ini adalah pemerintah sebagai pelaksana tugas dan kegiatan.

Menurut Keban ruang lingkup suatu administrasi publik meliputi

dimensi-dimensi strategis yaitu:

a) Dimensi kebijakan
13

Dimensi kebijakan menyangkut proses pembuatan keputusan

untuk penentuan tujuan dan tata cara atau alternatif terbaik untuk

mencapai tujuan tersebut. Proses tersebut dapat dianalogikan dengan

sistem kerja otak manusia dengan arahan atau tujuan dari suatu

tindakan.

b) Dimensi organisasi

Berkenaan dengan pengaturan srtuktur dan hierarki yang meliputi

pembenyukan unit, pembagian tugas antar lembaga- lembaga publik,

penetapan prosedur aturan dan standar untuk mencapai tujuan

organisasi, proses tersebut memiliki peran dan fungsi tersendiri.

c) Dimensi manajemen

Menyangkut proses bagaimana kegiatan-kegiatan yang telah

dirancang dapat diimplementasikan (digerakkan, diorganisir, dan

dikontrol) untuk mencapai tujuan organisasi melalui prinsip-prinsip

tertentu.

d) Dimensi moral dan etika

Dimensi ini menjadi salah satu dimensi yang terpenting dalam

administrasi publik karena kegiatan administrasi publik berkenaan

dengan maksud dam tujuan publik tertentu, diarahkan untuk

memuaskan keinginan publik, dan dijalankan dengan kewajiban dan

motif yang benar.

e) Dimensi lingkungan
14

Perubahan dimensi internal administrasi publik seperti

kebijakan, manajemen, organisasi, moral atau etika, dan kinerja dalam

administrasi publik, sangat dipengaruhi oleh dimensi eksternal

administrasi publik yaitu lingkungan. Baik bagaimana situasi

lingkungan disini dapat dilihat dari sistem politik, ekonomi, soisal dan

budaya dalam suatu negara yang sangat mempengaruhi atau mendikte

administrasi publik. Karena itu kemampuan mengenal dan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan menjadi sangat penting.

f) Dimensi akuntabilitas kinerja

Berkenaan dengan tuntutan akuntabilitas yaitu bahwa dunia

administrator yang telah dipercayakan harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik dengan pelayanan dalam

bentuk kerja. Dengan menggambarkan bukti nyata tentang kehairan

dan kegunaan riil dari administrasi publik di dalam suatu negara.

(2004:11)

Berkaitan dengan karya ilmiah peneliti ingin mengembangan

dimensi yang ada dalam ruang lingkup administrasi publik yaitu

bagaimana kebijakan yang di ambil dalam peran pemerintah dalam

pengembangan RTH, pengaturan struktur yang meliputi pembagian

tugas, penetapan prosedur aturan dan standar dalam mencapai tujuan

pengembangan RTH, dan dalam kegiatan administrasi publik memiliki

maksud tujuan tertentu untuk memuaskan keinginan publik yang

dijalankan dengan motif yang benar dalam pengembangan RTH.


15

C. Ruang Terbuka Hijau

1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 "Ruang Terbuka

Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang

tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam”.

Imansari & Khadiyatna menjelaskan bahwa Ruang Terbuka Hijau

merupakan bagian dari Kota yang tidak terbangun, memiliki fungsi

sebagai penunjang tuntutan akan peningkatan kualitas lingkungan,

kenyamanan dan pelestarian alam (Smith & Poulus, 2020) dalam (Kurniati

& Zamroni, 2021)

2. Tujuan Ruang Terbuka Hijau

Dalam Permen Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, Tujuan

penyelenggaraan RTH adalah:

a. Memelihara ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air

b. Menciptakan aspek planologis perkotaan yang berguna bagi

kepentingan masyarakat dengan menyeimbangan antara lingkungan

alam dan lingkungan binaan.

c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana

pengaman lingkungan perkotaan yang aman, bersih, nyaman, segar, dan

indah.
16

Adapun fungsi ruang terbuka hijau menurut Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/ tahun 2008 tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Fungsi sosial, yakni lahan yang digunakan untuk tempat bermain,

berolah raga, tempat bersantai, tempat komunikasi sosial, tempat

peralihan atau tempat menunggu, memberikan cadangan ruang kota

untuk keperluan darurat, sebagai sarana penghubung antara satu tempat

dengan tempat yang lain, dan sebagai pembatas atau jarak di antara

masa bangunan.

b. Fungsi Ekologis, yakni penyegaran udara, penyerap air hujan,

pengontrol radiasi matahari, pengendalian banjir, memelihara

ekosistem tertentu, pelembut arsitektur bangunan, meredam

kebisingan, dan menyerap debu.

c. Fungsi Ekonomi, yakni membantu dan mensejahterahkan masyarakat.

d. Fungsi Estetika, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan

kota baik (dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman,

maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan)

3. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Manfaat Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan adalah:

a. sarana untuk mencerminkan identitas daerah;


17

b. sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan;

c. sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial;

d. meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;

e. menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;

f. sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;

g. sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;

h. memperbaiki iklim mikro; dan

i. meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

D. Kerangka Berpikir

Kabupaten Bulukumba termasuk salah satu kabupaten yang sedang giat

untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Termasuk juga pembenahan

tata kota. Masalah ruang terbuka hijau yang ada di Kabupaten Bulukumba

pada khususnya, memerlukan penanganan secara struktural melalui berbagai

kajian dan kebijakan mengingat ruang terbuka hijau merupakan pengendali

ekosistem suatu lingkungan khususnya bagi daerah yang sedang berkembang,

karena RTH sebagai penyeimbang kualitas lingkungan. Penyediaan ruang

terbuka hijau di suatu kawasan dilakukan dengan pengimplementasian aturan-

aturan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah.

Untuk lebih jelasnya alur pikir penelitian ini maka kerangka pikir dalam

penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:


18

Peran Pemerintah Daerah Kota Bulukumba Dalam Mewujudkan


Penataan Ruang Terbuka Hijau

Bagaimana kondisi eksisting Apa upaya yang dilakukan Apa faktor yang menjadi
ruang terbuka hijau di pemerintah Kecamatan Ujung penghambat pemerintah
kecamatan Ujung Bulu Bulu Kabupaten Bulukumba dalam mewujudkan ruang
Kabupaten Bulukumba dalam mewujudkan ruang terbuka hijau
terbuka hijau

METODE PENELITIAN

Kualitatif

Teknik Penentuan Informan Teknik Pengumpulan Data Jenis Data


• Informan Kunci • Observasi • Data Primer
• Wawancara • Data Sekunder
• Dokumentasi

Teknik Analisis Data

• Reduksi Data
• Penyajian Data
• Penarikan Kesimpulan atau Verivikasi

Kesimpulan

Hasil Pembahasan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Pemilihan metode ini didasari anggapan bahwasanya metode inilah yang

dianggap paling tepat untuk menjangkau, menjelaskan dan

menggambarkan segala permasalahan dan data yang ada dengan lebih

mendalam yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002: 3), metode

kualitatif didefinisikan sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau

pelaku yang diamati”. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar

belakang dan individu/organisasi secaraa holistik (utuh).

Sedangkan penelitian deskriptif didefinisikan sebagai “suatu

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini

berlaku, di dalamnya terdapat upaya-upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi

atau ada” Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif, dengan acuan

peneliti memiliki gambaran secara jelas dan menelaah tentang kondisi

yang ada di cakupan lingkungan yang dia teliti. Sifat penelitian tersebut

menuntun peneliti untuk menentukan berbagai objek dengan mendetail dan

mudah dipahami, dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah di

19
20
21

kembangkan.

B. Lokasi Penelitian

Daerah penelitian sangat penting untuk memperoleh data dalam hal

penyusunan, oleh karena itu peneliti memiliki lokasi penelitian. Penelitian

ini dilaksanakan di Kota Bulukumba. adapun alasan penelitian mengambil

objek pusat penelitian di wilayah tersebut adalah karena ruang terbuka

hijau di Kota Bulukumba merupakan salah satu aset yang bisa di

bermanfaat bagi masyarakat untuk berolahraga dan lain sebagainya

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

C. Metode Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan

purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2012). Purpossive sampling merupakan teknik dengan

ketentuan tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti karena

informan sangat penting bagi peneliti untuk terus mencari informasi

tentang hal tersebut sampai datanya pas dan akurat (jenuh). Dengan
22

menggunakan purposive sampling peneliti biasanya memilih data yang

sesuai dengan data yang didapatkan dari informan yang ditentukan oleh

peneliti.

Informan adalah individu yang diminta oleh peneliti untuk memberi

uraian, cerita detail selain dirinya dan terutama tentang individu lain situasi

Adapun rincian informan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah informan kunci. Informan Kunci adalah mereka yang

mengetahui permasalahan secara luas dan ahli yang bisa menjelaskan

pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba narasumber utama dalam penelitian adalah DLHK (Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan), BAPPELITBANGDA (Badan

Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah),

DUPTR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang), Camat Dan

Kelurahan.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan cara agar penelitian dapat menentukan

berbagai permasalahan yang akan di teliti, sehingga dapat memudahkan

bagi peneliti dalam menentukan data dan fokus yang perlu untuk diteliti.

Moleong (2002:62) menjelaskan bahwa masalah dalam penelitian

kualitatif dinamakan fokus. Penelitian kualitatif menghendaki

ditetapkannya batas dalam penelitian guna mempertajam fokus penelitian.

Perlunya fokus penelitian ini adalah agar membatasi studi dalam penelitian

sehingga obyek yang akan diteliti tidak melebar dan terlalu luas didalam
23

penelitiannya.

Berdasarkan judul dari penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu,

Peran Pemerintah dalam Mewujudkan Penataan Ruang Terbuka Hijau

(RTH), maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. kondisi eksisting ruang terbuka hijau di Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba.

a. Kondisi RTH Taman dan Hutan Kota.

b. Kondisi RTH Jalur Hijau Jalan.

2. Upaya pemerintah Daerah dalam mewujudkan Ruang Terbuka Hijau di

Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

a. Penghijauan Berkesinambungan

b. Pengoptimalan dalam pembuatan jalur hijau pada kawasan sepadan

sungai, sepadan pantai, jalur jalan, serta kawasan pemakaman

3. Faktor penghambat Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Ruang

Terbuka Hijau.

Faktor Penghambat Merupakan berbagai macam faktor-faktor yang

mampu menghambat pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung

dalam aspek penyediaan RTH. Yakni meliputi,

a. Sumber daya sarana dan prasarana

b. Sumber daya manusia

c. Sumber daya keuangan

E. Sumber Data

1. Data Primer
24

Data primer merupakan sumber data yang dikumpulkan peneliti secara

langsung dari sumbernya pada saat dilakukan penelitian yang berkaitan

dengan kajian yang diteliti. Sumber tersebut didapat melalui informan yang

berhubungan dengan obyek penelitian, yaitu observasi (pengamatan),

observasi serta wawancara mendalam dengan pegawai DLHK, DPUTR,

BAPPELITBANGDA, Camat dan Lurah Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan, disajikan,

dilaporkan atau disusun oleh pihak lain selain peneliti pada saat itu. Serta

merupakan dokumen historis yang murni ditinjau dari kebutuhan

penelitian. Dalam hal ini data sekunder diantaranya adalah berupa data peta

administrasi wilayah kecamatan Ujung Bulu, Rencana Detail Tata Ruang

(RDTR), Catatan-catatan bentuk kegiatan RTH di Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kualitatif merupakan pengumpulan data

yang datanya bersifat deskriptif maksudnya data berupa gejala–gejala yang

di kategorikan ataupun dalam bentuk lainnya seperti foto, dokumen,

artefak, dan catatan–catatan lapangan saat penelitian dilaksanakan,

Jonathan Sarwono (2006:259). Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan catatan saat di

lapangan. Adapun penjelasan terkait metode penelitian ini adalah sebagai


25

berikut:

1. Wawancara / Interview

Wawancara merupakan pengumpulanhg data dengan mengajukan

berbagai pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada nara

sumber, dan jawaban-jawaban narasumber dicatat atau di rekam. Dalam

penelitian ini, wawancara dilakukan pada pihak-pihak yang terlibat atau

terkait dalam Penelitian.

2. Observasi

Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran secara langsung

mengenai objek yang akan diteliti, serta berbagai kejadian dan tingkah

laku yang digambarkan akan terjadi. Observasi dilakukan dalam

penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu sejauh mana Pemerintah

mewujudkan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bulukumba.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendukung keabsahan hasil

penelitian. Dokumen yang dipakai peneliti di sini berupa foto, gambar,

serta data-data dari berbagai dokumen-dokumen, laporan arsip yang

berhubungan dalam penelitian. Menurut Arikunto (2010:231) tidak kalah

penting dari metode-metode lain adalah dokumentasi. Mencari data

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, rapat, agenda, dan sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum


26

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Sugiyono (2012:244) mengatakan bahwa analisis data adalah proses

mencari dan menyusun informasi secara sistematis, data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain.

1. Analisis Distribusi Spasial RTH Eksisting

Data Teknik analisis untuk tujuan pertama dilakukan dengan

mengamati profil dan administrasi Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba. Proses analisis spasial selanjutnya meliputi proses digitasi dan

koreksi geometrik yang dilakukan menggunakan software ArcGis dan

citra satelit Landsat 8-9 TIRS terhadap peta yang dikoleksi seperti citra

satelit dan RTRW Kecamatan Ujung Bulu. Proses digitasi dilakukan

dengan tumpang tindih peta (overlay). Data hasil analisis spasial tersebut

juga diverifikasi kembali dengan pengecekan lapang pada lokasi-lokasi

tertentu menggunakan teknik simple random sampling yang menyebar

acak dan hasilnya kemudian diklasifikasi berdasarkan kelas penutupan

lahan dari Standar Kategori Penggunaan Lahan Indonesia Nomor

7645:2010. Setelah proses verifikasi dan klasfikasi, data diolah

menggunakan analisis deskriptif berupa grafik dan tabel dari ekstraksi peta

dan data atribut untuk menghasilkan data distribusi spasial kondisi

eksisting RTH Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.

2. Analisis kebutuhan RTH


27

Kebutuhan berdasarkan luas wilayah merupakan tahap kedua dalam

proses analisis tahapan kebutuhan ruang terbuka hijau Kecamatan

Kartasura tahapan ini merupakan upaya menuju pencapaian tujuan utama.

Untuk mengetahui kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas

wilayah dilakukan pendekatan analisis berdasarkan ketentuan luas minimal

30% dari luas wilayah kota. Rumusan kebutuhan RTH berdasarkan luas

wilayah adalah sebagai berikut :

Kebutuhan RTH (Ha) = Luas wilayah (Ha) x 30%

Analisis kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dibagi berdasarkan

prorsi jenis RTH yaitu RTH Publik sebesar 20% dan RTH Privat sebesar

10%. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan proporsi luas wilayah

yang di analisis pada tingkat kelurahan/desa untuk terciptanya distribusi

ruang terbuka hijau yang berimbang antar wilayah.

Koisuner Wawancara Pemerintah

Apa upaya yang dilakukan pemerintah 1. Apa upaya yang dilakukan


oleh pemerintah dalam
Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten
mewujudkan RTH kecamatan
Bulukumba dalam mewujudkan ruang
Ujung Bulu
terbuka hijau 2. Apakah ada kebijakan yang di
kelarkan oleh pemerintah
daerah dalam hal mewujudkan
RTH kecamatan Ujung Bulu
3. Apa rencana pemerintah untuk
mewujudkan RTH untuk
jangkah panjang kecamatan
Ujung Bulu
28

4. Bagaimana upaya pemerintah


menyadarkan masyarakat
dalam menjaga dan ikut
melestarikan RTH

5. Apa kendala yang dihadapi


pemerintah dalam
mewujudkan RTH Kecamatan
Ujung Bulu
6. Apa langkah-langkah yang
dilakukan dalam hal memberikan
pemahaman/sosialisasi terhadap
masyarakat terhadap pentingnya
keberadaan udayana.
7. Apa saja upaya pemerintah yang
sudah di lakukan dalam
mewujudkan RTH di Kecamatan
Ujung Bulu
8. apakah pemerintah dan
masyarakat berkerja sama untuk
melakukan mewujudkan RTH
kecamatan Ujung Bulu
9. strategi apa yang dilakukan
oleh pemerintah dan
Masyarakat dalam
mewujudkan RTH kecamatan
Ujung Bulu
29

Apa faktor yang menjadi penghambat 1. Hambatan-Hambatan apa saja

pemerintah dalam mewujudkan ruang Pemerintah dalam mewujudkan

terbuka hijau RTH di kecamatan Ujung Bulu

2. Apa saja factor penghambat

dalam mewujudkan RTH di

Kecamatan Ujung Bulu

3. Apa saja faktor Hambatannya

untuk mewujudkan RTH dari

segi Sarana dan Prasarananya

4. Apa faktor yang menjadi

penghambat pemerintah dalam

mewujudkan RTH dari segi

Sumber Daya Manusia


30

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Chandler, Ralph C., dan Plano, Jack C. (1988). The Public Administration
Dictionary. John Wiley & Sons,
Harbani Pasolong (2008) Psikolog. CV. Alfabeta, Bandung
Joga, Nirwono dan Iwan Ismaun. 2011. RTH 30% Resolusi Kota Hijau. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Keban, Yaremis T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep,
Teori dan Isu. Jakarta:Gava Media
Kurniati, A. C., & Zamroni, A. (2021). Kategorisasi karakteristik ruang terbuka
hijau publik untuk menunjang kenyamanan Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 19(1), 127-139.
Moleong, Lexy J..2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosda
Karya
Muluk, Khairul M. 2003. Meningkatkan Partisipasi Publik Di Era Otonomi
Daerah. Surabaya: Insan Cendikia.
M. Zuhri, Aspek Hukum Perencanaan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan di
Indonesia, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 58, Thn. XIV (2012) hlm. 486
Permen PU No. 05/PRT/M/2008. Dalam undang-undang RI No.26 tahun 2007,
tentang Penataan Ruang, pasal 29 ayat 1 dan 2
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Siagian, P. Sondang. 2009. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan
Strateginya. Penerbit PT Bumi Aksara: Jakarta
Sjamsuddin, Sjamsiar. 2006 . Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik.
Malang: Yayasan Pembangunan Nasional Kerjasama dengan CV. SOFA
Mandiri dan Indonesia Print.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta,
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Anda mungkin juga menyukai