Selatan)
OLEH :
SAMSIDAR
C1B119110
KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
i
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.
Nama : Samsidar
Stambuk : C1B119110
Menyetujui :
Mengetahui :
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
2.4. PenelitianTerdahulu.........................................................................33
iii
3.5. Teknik Pengumpulan Data...............................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
lingkungan merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah atas dasar
prinsip otonomi daerah. Oleh karena itu, maka aturan dan pelaksanaan
km, Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas. Luas wilayah perairan
Indonesia mencapai 6,32 juta km2, yang terdiri atas luas wilayah kedaulatan
sebesar 3,37 juta km2 dan wilayah perairan hak berdaulat sebesar 2,94 juta
Indonesia memiliki kedaulatan atas segala sumber daya alam yang terkandung
di dalamnya, baik hayati maupun non hayati. Selain wilayah laut territorial
dan perairan kepulauan, Indonesia juga memiliki hak berdaulat atas kekayaan
alam di wilayah zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen. Dengan luas
iv
kecil terluar sebanyak 114 pulau, dengan rincian 47 pulau berpenduduk dan 67
berkelanjutan.
laut yang ada di desa Panambea Barata kecamatan moramo kabupaten konawe
selatan.
gunakan sebagai pembuatan Fondasi rumah bahkan di jual kepada orang yang
keberadaan batu karang tersebut maka biota-biota laut yang ada di desa
berkembang biak secara berkala jika tidak ada eksploitasi batu karang yang di
v
Pemerintah Desa Harus Tegas melarang masyarakat dalam pengambilan batu
karang. Jika terus di biarkan lambat-laun biota laut yang ada yang di tempat
itu akan mengalami kepunahan sebab tempat mereka untuk berkembang biak
usaha untuk mengembangkan usaha ekonomi kreatif sesuai potensi yang ada
di daerah setempat.
vi
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vii
Peran adalah pola sikap, perilaku,nilai dan tujuan yang diharapkan dari
oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Peran di pengaruhi dalam keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang
bersifat stabil. Peran perawat adalah segenap kewenangan yang di miliki seorang
karang
menghambat yaitu:
1. Faktor Mendorong
usaha
lingkungan hidup
viii
2. Faktor Menghambat
b. Faktor ekonomi
padat
1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri
2. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
a. Pengatahuan
ix
Segala suatu yang diketahui orang setelah melakukan penginderaan
b. Kecerdasan
c. Persepsi
akan dilakukan.
d. Emosi
bersangkutan.
e. Motivasi
a. Iklim
b. Manusia
c. Sosial Ekonomi
daerah.
x
d. Budaya
e. Pekerjaan
f. Pengalaman
laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa
suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga
Hadiotono, 1999).
Hardi ( 1998 ) mengatakan bahwa konflik terjadi ketika orang dari suatu
posisi merasa bahwa ia berkonflik dan harapan yang tidak sesuai. Sumber dari
harapan yang terjadi dalam perilaku, orang lain atau dalam lingkungannya
(Friedman, 1998).
xi
Terukur melalui motivasi seseorang dan pengalaman serta kebutuhan.
Orang yang sering memiliki peran yang kompleks secara kognitif namun seperti
berikut:
terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang
perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh
xii
Negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai Pemerintah yang hanya menjalankan
terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang
perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh
Negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai Pemerintah yang hanya menjalankan
legislatif dan yudikatif. Pemerintahan Desa adalah suatu proses pemaduan usaha-
Pada Pasal 1 ayat 3 dirumuskan bahwa: Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa
atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
1
Adon Nasrullah Jamaludin, 2015, Sosiologi Perdesaan, Pustaka setia, Surakarta. h. 109-111.
xiii
b. Unsur Pembantu Kepala Desa (Perangkat Desa), yang terdiri atas:
1. Sekretariat desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh
sekretaris desa,
2
Hanif Nurcholis, 2011, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Erlangga,Jakarta.
xiv
Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
sangat penting sebagai check balance bagi pemerintahan Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa.
didasarkan kepada kebutuhan dan kondisi desa setempat, mengacu pada peraturan
perundangan yang lebih tinggi, serta tidak boleh merugikan kepentingan umum.
Lebih dari pada itu, peraturan desa sebagai produk politik harus disusun secara
Setelah peraturan desa ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD, maka tahap
Kepala Desa. Kemudian, BPD selaku mitra pemerintahan desa mempunyai hak
desa.3
dan pemufakatan antara pemerintahan desa dengan Badan Perwakilan Desa, maka
3
Moch, Solekhan, 2012, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Mayarakat,
Setara, Malang. h. 56-57.
xv
keputusan bentuk peraturan desa, tata cara pengesahan, pelaksanaan dan
desa.
adalah:
c. Undang-undang;
e. Peraturan Pemerintah;
Pada ketentuan Pasal 7 Ayat (7) disebutkan bahwa peraturan daerah yang
kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. Peraturan daerah dapat diuraikan
sebagai berikut:
xvi
Peraturan daerah yang disusun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
c. Peraturan Desa
Desa yang tata cara pembuatan peraturan desa atau setingkat diatur oleh
baik. serta sejalan dengan asas pengaturan desa, menurut Pasal 24,
a. Kepastian hukum;
d. Keterbukaan;
e. Proporsionalitas;
f. Profesionalitas;
g. Akuntabilitas;
i. Kearifan lokal;
j. Keberagaman; dan
k. Partisipatif.5
4
HAW. Widjaja, 2008, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Rajawali
Pers, Jakarta.h. 94-96.
5
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
xvii
Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa.Sementara,
perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Yang
dimaksud dengan “perangkat desa lainnya” dalam ketentuan ini adalah perangkat
pembantu kepala desa yang terdiri dari sekretariat desa, pelaksana teknis lapangan
seperti kepala urusan, dan unsur kewilayahan seperti kepala dusun atau dengan
pemerintah desa adalah kepala atau yang disebut dengan nama lain dibantu
melaksanakan tugas.6
1. Kepala Desa
disebut bahwa:
6
Didik G. Suharto, 2016, Membangun Kemandirian Desa: Perbandingan UU No. 5/1979, UU No.
22/1999, dan UU No. 32/2004 Serta Perspektip UU No. 6/2014, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h.
193.
xviii
5. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa;
desa;
peraturan perundang-undangan. 7
b. Perangkat Desa
xix
Kemudian, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
keputusan Bupati/Walikota.
Masa kerja BPD sama dengan Kepala Desa, yaitu 6 tahun dan
BPD adalah:
hak untuk:
xx
a. mengawasi dan meminta keterangan tentang
desa,
dan
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
60 Tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara.
pengelolaan proses sosial didalam masyarakat. Tugas utama yang harus dilakukan
xxi
memberikan pelayanan sosial yang baik, sehingga dapat membawa warganya
pada kehidupan yang sejahtera, tentram, aman, dan berkeadilan. Dalam konteks
umum, tata pemerintahan yang baik melibatkan tiga pilar yaitu penyelenggara
negara termasuk pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ketiga unsur tersebut
8
Herman Abdullah, 2009, Geliat Pembangunan Kota Pekanbaru Menuju Kota Terkemuka di
Indonesia, Rmbooks,Jakarta. h. 131-132
9
Paulus Effendi Lotulung, 2013, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan, Salemba Humanika,
Jakarta. h. 143.
xxii
Pentingnya penyelenggaraan pemerintahan yang mengarah pada tata
terwujudnya tata pemerintahan desa yang baik seharusnya diletakkan pada dua
a. Partisipasi (Participation)
konstruktif.
c. Transparansi (Transparancy)
xxiii
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses
oleh mereka yang membutuhkan informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
Partisipasi Mayarakat,
f. Keadilan (Equity)
yang tersedia.
h. Akuntabilitas (Accountability)
xxiv
sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan
governance dan mengembangan manusia yang luas dan jauh depan sejalan
dengan prinsip-prinsip tersebut. Kedua, pada level tata hubungan desa dengan
b. Pemerintah Desa
Dari tugas pokok tersebut, lahirlah fungsi pemerintah desa yang berkaitan
Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain Dibantu perangkat
xxv
desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.Pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan perangkat desa bertugas Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan
Tahun 2014 Tentang Desa juga mengartikan bahwa pemerintah desa adalah
kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai
Wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil memiliki arti strategis dalam
pesisir untuk pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan lain-lain juga
sekitarnya.
sepanjang seperlima dari panjang garis pantai dunia. Namun, dalam satu dekade
ini terdapat kecenderungan bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
10
Adrianto, Lucky.dkk. 2015. Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional.Badan Pembinaan
Hukum Nasional.Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
xxvi
dayanya atau akibat bencana alam. Selain itu, akumulasi dari berbagai kegiatan
atau dampak kegiatan lain di hulu wilayah pesisir yang didukung peraturan
berorientasi pada eksploitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tanpa
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil seperti sasi, mane’e, panglima laot, awig-
pembangunan dari berbagai sektor dan daerah. Sistem pengelolaan pesisir tersebut
memberi kesempatan kepada sumber daya hayati untuk dapat pulih kembali
secara alami atau sumber daya non hayati disubstitusi dengan sumber daya lain.
Oleh sebab itu, keunikan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, perlu dikelola secara baik agar dampak
dengan baik dan yang telah berhasil perlu diberi insentif, tetapi yang merusak
xxvii
perlu diberi sanksi. Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang berhubungan
langsung dengan wilayah laut dan yang akan paling merasakan dampak dari
sangat penting. Secara umum, masyarakat pesisir dapat dibagi menjadi dua, yaitu
nilai yang berlaku umum tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya
leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial,
dan hukum.
Selain itu, terdapat juga kelompok masyarakat pesisir yang diakui dan
penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu yang berada
Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara
Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke
arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12
xxviii
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai. Pemberdayaan Masyarakat adalah
upaya pemberian fasilitas, dorongan atau bantuan kepada Masyarakat Pesisir agar
Masyarakat.
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut sendiri telah diatur dalam Undang-
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Proses pengelolaan terdiri dari kegiatan
Pemerintah Daerah, antar sektor, antara Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat,
antara ekosistem daratan dan lautan; dan antara ilmu pengetahuan dan
hal melakukan pengelolaan wilayah pesisir aspek penting yang perlu diperhatikan
adalah peran masyarakat pesisir dalam keterlibatannya untuk ikut serta di bidang
dan menyesuaikan dengan kearifan lokal (nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat).
xxix
UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014, Pasal 1
antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Pasal 2 menyebutkan bahwa ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah
administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut di ukur dari
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil meliputi daerah
wilayah administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh 12 (dua belas)
mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan.
Terdapat 3 isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir ini,
antara lain;11pertama isu degradasi biofisik lingkungan pesisir (karang, stok ikan,
erosi pantai, pencemaran, sedimentasi dan siltasi, kedua isu konflik pemanfaatan
pesisir secara lestari, dan ketiga ketidakpastian hukum sering terjadi karena
memperhatikan peran serta masyarakat. Maka, sebagai tindak lanjut dari amanah
11
Ernan Rustiadi, Potensi Dan Permasalahan Kawasan Pesisir Berbasis sumberdaya Perikanan
Dan Kelautan,
xxx
tersebut, maka Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia mengeluarkan dua jenis
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. khususnya dalam Pasal 4 diatur mengenai Peran
yang bersifat teknis dalam rangka mencapai amanat-amanat yang terdapat dalam
kecil.
tatacara dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dari berbagai lembaga
xxxi
Selanjutnya, di tahun yang sama, sebagai tindak lanjut Undang-Undang
kepedulian masyarakat dan keterlibatannya baik secara fisik atau non fisik,
maupun langsung atau tidak langsung, atas dasar kesadaran sendiri ataupun
Tiga aspek penting dari peran serta masyarakat dalam pengelolaan wilayah
Dengan demikian, masyarakat tidak lagi dianggap sebagai bagian eksternal atau
pengguna dari kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah, namun juga dalam hal
ini merupakan bagian penting yang dimulai dari perencanaan hingga pengawasan
atau supervise. PermenKP No. 40/2014 ini mengutamakan peran serta masyarakat
tidak hanya masyarakat local, namun juga masyarakat hukum adat yang
menggantungkan dirinya pada sumber daya di sekitar wilayah pantai. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d dimana hal tersebut dilakukan dengan
xxxii
telah menjelaskan pembagian kewenangan pengelolaan wilayah pesisir dan laut
mengkoordinasikan penggunaan sumber daya pesisir dalam batas 12 mil laut dari
kewenangan di luar 12 mil laut dan di dalam 12 mil laut yang merupakan kawasan
strategis nasional.
sebagai bagian yang penting dalam pengelolaan wilayah pesisir. Aturan tersebut
diantaranya adalah :
Pasal 61
Adat, Masyarakat Tradisional, dan Kearifan Lokal atas Wilayah Pesisir dan
Pasal 62
xxxiii
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) telah
konservasi dan solusi alternatif untuk pengelolaan sumber daya pesisir. PBM
berkelanjutan.
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil jo. Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis masyarakat juga telah diatur di
tingkat provinsi, yaitu Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 12
Tahun 2017 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pesisir.
xxxiv
kerusakan alam pun meningkatkan risiko bencana alam. Penyebab terjadinya
kerusakan alam dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan
lingkungan ini ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara,
pencerahan kepada unsur pemerintah Desa Senggigi, BPD dan tokoh agama,
xxxv
di tingkat desa terhadap isu-isu wilayah pesisir. Sebagaimana yang telah
daerah di tingkat Provinsi dalam hal ini adalah Provinsi Nusa Tenggara
Barat sebagai provinsi yang terdiri atas dua pulau utama dan beberapa
kualitatif.
penulis yakni terletak pada fokus penelitianya dimana yang menjadi fokus
penelitian pada jurnal tersebut adalah dampak buruk dari eksploitasi lingkungan
lingkungan laut..
2. Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Nur Hidayah dan Ali Rahman)
fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang
xxxvi
didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui
pengamatan langsung.
terwujudnya kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
lingkungan hidup. Hal ini sebagai upaya agar segala kebijakan pemerintah
penulis yakni Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini tidak jelas
xxxvii
Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. penelitian ini adalah
Hasil penelitian ini Berdasarkan dari hasil analisis pengelolaan batu karang
Bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan saat ini (2008), masing-masing
habitat pesisir (abrasi dan erosi) akibat pengolahan lahan atas yang kurang
baik; - Predator alami (bintang laut/ Acanthaster planci dan bulu babi)
xxxviii
ada aturan lokal pengelolaan terumbu karang yang diformalkan. b. Eksternal
dilakukan oleh penulis terletak pada metode penelitiannya dimana dalam jurnal
ini metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi
kasus sedangkan metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode
deskriptif kualitatif.
digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian dan juga sebagai acuan dalam
menghasilkan penelitian yang memiliki fokus dengan konsep awal yang telah
xxxix
Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan pada bagan 1.
xl
BAB III
METODE PENELITIAN
Moramo karena pertimbangan menjadi lokasi yang diteliti oleh penulis tentang
kualitatif yang diartikan sebagai suatu kondisi atau sistem pemikiran ataupun
kelas peristiwa pada masa sekarang secara cermat mendasar dari keseluruhan
personalitas.
menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
langsung. Tipe penelitian ini adalah studi kasus dengan didukung data kualitatif
xli
dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau realita
informasinya. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, oleh
karena itu narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta
peneliti, tetapi ia dapat lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan
informasi yang ia miliki. Karena posisi inilah sumber data yang berupa manusia
dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan menguasai
1. Data Primer
2. Data Sekuder
bersifat otentik lagi, data sekunder dalam penelitian ini dan data-data
xlii
mengatasi mengenai kerusakan lingkungan laut akibat eksploitasi batu
Selatan.
Untuk memperoleh data yang perlukan dalam penelitian ini maka penulis
1. Wawancara
2. Observasi
langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat
dalam suatu catatan observasi. Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah
3. Dokumentasi
lain tentang subjek (Nurul zuriah, 2007) dokumentasi dalam penelitian ini
xliii
3.6. Teknik Analisis Data
1. Pengumpulan data.
2. Pengolahan data
jawaban informan dan survei yang telah dilakukan dari data hasil wawancara
3. Reduksi Data
reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak
untuk itu maka perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Perlu dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan
xliv
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Herman. 2009. Geliat Pembangunan Kota Pekan Baru Menuju Kota
Terkemuka di Indonesia. Jakarta : PT Wahana Semesta Intermedia.
Aprilia Theresia ,Krishna dkk. 2015. Pembangunan Berbasis Masyarakat.
Bandung. Alfabeta.
Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007.
Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
xlv
Gaffar f, Vanessa. 2007. CRM dan MPR Hotel (CRM dan Marketing) Public
Relations. Bandung: Alfabeta.
Knoers dan Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
bagiannya (cetakan ke-12). Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional (ed. 2).Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2001. Pendekatan praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Info
Medika.
Paulus Effendi Lotulung.2013. Hukum Tata Usaha Negara danKekuasaan.
Jakarta :Salemba Humanika.
Peraturan Pemerintah No 72 / 2005 tentang Desa Peraturan Pemerintah No 43 /
2014 tentang PeraturanPelaksanaan UU No.6/2014 Tentang Desa.
press.
Solekhan, Moch. 2014. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Malang: Setara
Widayatun, Tri Rusmi. 1999. Ilmu Perilaku M.A.104: Buku Pegangan Mahasiswa
Akper. Jakarta: SagungSeto.
Widayatun. 2009. IlmuPerilaku. Jakarta : Info Medika.
Soemarwoto, Otto. (2009). Mengenai Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Adisukarjo, Sudjatmoko., dkk (2007). Ajar Horizon Ilmu Pengetahuan Sosial
Karya.
xlvi