Anda di halaman 1dari 60

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

(KAJIAN KEHIDUPAN NELAYAN DI DESA KOMBO


KECAMATAN DAMPAL SELATAN KABUPATEN TOLITOLI)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat ujian guna memenuhi


gelar Sarjana Strata (S1) Pada Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako

Oleh :

M. RAFLI ANANDAH
B20120147

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing utama dan pembimbing pendamping serta
telah disetujui oleh kordinator program studi sosiologi untuk selanjutnya diajukan dalam
seminar proposal pada jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Tadulako.

Nama : M. Rafli Anandah


Nomor Stambuk : B20120147
Program Studi : S1 Sosiologi
Jurusan : Sosiologi
Konsentrasi : Pesisir
Judul skripsi : Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir (Kajian Kehidupan
Nelayan Di Desa Kombo Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Toli-
Toli).
Pada Hari/ Tanggal : Palu, 9 agustus 2023
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sudirman, M.Si Dr. Alimudin, S.Pd., M.Pd.


NIP. 1906305091988031002 NIP. 196907122006041017

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Sosiologi
Jurusan Sosiologi Fisip Untad

Dr. Zaiful, M.Si


NIP. 196710192003121001

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 5
1.3 Tujuan penelitian 5
1.4 Manfaat penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu 7
2.2 Perubahan sosial 12
2.3 Konsep Masyarakat Pesisir 23
2.4 Nelayan 27
2.4.1 Pengertian nelayan 27
2.4.2 Ciri-ciri masyarakat nelayan 30
2.4.3 Penggolongan masyarakat nelayan 32
2.4.4 Posisi nelayan dalam masyarakat Pesisir 33
2.5 Kehidupan sosial ekonomi 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian 36
3.2 Lokasi Penelitian 36
3.3 Unit Analisis Dan Informan 36
3.4 Jenis dan Sumber Data 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data 38
3.6 Teknik Analisis Data 39
Daftar Pustaka 41

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perubahan sosial dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses

yang terus-menerus, artinya bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan

mengalami perubahan. Akan tetapi perubahan antara masyarakat yang satu dengan

yang lainnya berbeda. Dampak adanya perubahan tersebut dapat berupa kemajuan

ataupun kemunduran bagi masyarakat. Proses perubahan masyarakat pada dasarnya

merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh norma-norma sosial yang

lama menjadi pola perilaku dan seluruh norma-norma sosial yang baru secara

seimbang, berkemajuan, dan berkesinambungan. Pola-pola kehidupan masyarakat

lama yang dianggap sudah usang diganti dengan pola-pola kehidupan baru yang lebih

sesuai dengan kebutuhan sekarang dan masa mendatang (Abdul Syani, 1995:88)

Pada masa awal peradaban, manusia memenuhi kebutuhan dengan

memanfaatkan alam apa adanya sebatas yang disediakan alam. Akan tetapi karena

ketersediaan alam yang semakin menipis maka manusia mulai berusaha untuk

mendayagunakan lingkungan alam. Kekayaan alam mengandung kemungkinan

potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber daya produksi untuk menunjang

kehidupan manusia dan untuk meningkatkan kesejahteraan umat (Muhamad Rusli

K, 2010:227)

Perubahan sosial yang terjadi awalnya masih sangat bergantung pada kondisi

alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di berbagai penjuru dunia ini manusia

1
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara menyesuaikan dengan kondisi

alam sekitar. Keadaan tersebut menyebabkan kondisi pekerjaan dan cara bertahan

hidup juga berbeda disetiap wilayah. Terdapat beberapa wilayah yang mempunyai

daratan dan berbatasan langsung dengan perairan. Salah satu wilayah yang berbatasan

langsung dengan perairan adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara maritim

yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang berjumlah kurang lebih 17.504

pulau. Tiga perempat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km²), dengan panjang garis

pantai 95.161 km. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua

setelah Kanada (Ridwan Lasabuda, 2013)

(Kusnadi dalam Miscel Sipahelut 2007) menjelaskan bahwa S tudi tentang

Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan sebagian besar berfokus pada

aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi tersebut

menunjukkan bahwa masyarakat nelayan merupakan salah satu kelompok sosial

dalam masyarakat yang sangat intensif diera kemiskinan. Kemiskinan ini

disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling terkait serta merupakan

sumber utama yang melemahkan kemampuan masyarakat dalam membangun

wilayah dan meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Sebagaimana rendahnya adopsi teknologi perikanan, kesulitan modal

usaha, rendahnya pengetahuan tentang pengelolaan sumberdaya perikanan,

kesulitan modal usaha, rendahnya pengetahuan tentang pengelolaan sumberdaya

2
perikanan, rendahnya peranan pemerintah terhadap bantuan kepada para nelayan,

dan pengambilan keputusan. (Sarjulis, 2011:5)

Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang tinggal dipesisir pantai

dan menggantungkan hidup mereka dilaut, masalah yang terjadi pada masyarakat

nelayan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga untuk

menyelesaikannya diperlukan solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara

parsial. Komunitas pesisir pada dasarnya adalah kelompok masyarakat yang

kehidupannya sangat tergantung pada hasil laut (Siti Arieta, 2010:1)

Wilayah Kabupaten Toli-Toli merupakan salah satu Kabupaten di

Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Kota Toli-Toli, Kabupaten Tolitoli

berada di utara Pulau Sulawesi dan memiliki ketinggian wilayah antara 0-2500

Mdpl. Wilayah utara merupakan pesisir pantai Laut Sulawesi dan sebagian kecil

disebelah barat adalah pesisir pantai Selat Makassar dengan beberapa pulau.

Secara administrasi, daerah Kabupaten Toli-Toli terbagi menjadi 10 Kecamatan.

Kecamatan Dampal Selatan merupakan daerah di bawah naungan

Kabupaten Toli-Toli Sulawesi Tengah yang memiliki wilayah lautan dengan

Panjang garis pantai 453,98 km2. Kecamatan Dampal Selatan terdiri dari 14 desa

yaitu Desa Kombo, Desa Abajareng, Desa Pagar kawat, Desa Tampiala, Desa

Angudangeng, Desa Soni, Desa Padumpu, Desa Lempe, Desa Bangkir, Desa Puse,

Desa Sese, Desa Dongko, dan Desa Mimbala. Khususnya pada Desa Kombo

merupakan desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai seorang nelayan,

3
petani dan sebagian kecil dari mereka berprofesi sebagai seorang pegawai. Desa

Kombo menjadi kajian penting dalam penelitian ini terkait dengan dinamika

perubahan sosial ekonomi masyarakat pesisir, di mana masyarakat Desa Kombo

mayoritas berprofesi sebagai masyarakat nelayan.

Hasil awal observasi peneliti mendeksripsikan bahwa Kehidupan

masyarakat nelayan, khususnya pada nelayan tradisional sebelum tahun 2000 di

mana keadaan alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan masih

menggunakan alat sederhana seperti payang, pancing, bagan, sodo dan sero

(rompong), sampan (bise), dayung yang terbuat dari kayu sebagai alat penggerak

sampan, pukat dan alat sederhana lainnya. Dalam hal ini, potensi sumberdaya

ekonomi sangat bergantung pada potensi laut, mayoritas masyarakat di Desa

Kombo dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga umumnya bertumpu pada

penangkapan ikan. Selain daripada itu, hasil tangkapan ikan sangat terbatas

sehingga ketika musim paceklik penghasilan nelayan akan berkurang. Untuk

mendapatkan hasil tangkapan yang memadai sering terhambat oleh teknologi alat

tangkap yang masih bersifat tradisional, kehidupan nelayan yang masih

sederhana disebabkan oleh beberapa hal, yaitu faktor keterbatasan Pendidikan,

kurangnya kesempatan untuk mengakses dan menguasai teknologi modern serta

tidak memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan usaha masyarakat.

Seiring berkembangnya zaman, tepatnya tahun 2012 cukup banyak

masyarakat sudah mulai menggunakan alat modern seperti perahu yang

4
menggunakan mesin (katinting), dari segi alat tangkap seperti purse seine dan gill

net (pukat yang di sekelilingnya dilengkapi dengan pelampung), dari segi umpan

sudah memakai ikan buatan tangan manusia yang sudah dilengkapi dengan kail

pancing. keadaan ini dapat menimbulkan adanya perubahan dalam masyarakat

nelayan dari segi sosial ekonomi maupun budaya. Dilihat dari perubahan sosial

ekonomi, masyarakat kini mulai bisa meningkatkan kesejahterannya diberbagai

aspek kehidupan seperti tempat tinggal, pendidikan dan pendapatan ekonomi

keluarga.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian

terkait dengan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Desa Kombo.

Untuk itu penulis mengangkat judul Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat

Pesisir Di Desa Kombo Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Toli-Toli.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Kombo

Kecamatan Dampal Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir.

1.4 Manfaat Penelitian

5
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

 Memberikan sumbangsi pemikiran dan pengembangan ilmu bagi

peneliti dan orang yang membaca hasil penelitian ini.

 Sebagai pijakan atau referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya

yang berhubungan perubahan sosial ekonomi masyarakat pesisir.

2. Manfaat Praktis

 Sebagai bahan informasi pada pemerintah dan masyarakat setempat

untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi masyarakat pesisir

(kajian kehidupan nelayan Desa Kombo Kecamatan Dampal Selatan

Kabupaten Tolitoli.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis

tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti dengan judul

penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai

referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut

merupakan penelitian terdahulu dalam beberapa jurnal terkait dengan penelitian

yang dilakukan penulis.

Muh. Yusuf, Andi Agustang, (2020) Dinamika Perubahan Sosial

Ekonomi Pada Masyarakat Kindang Kabupaten Bulukumba. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa (1) faktor yang menjadi determinan perubahan sosial

ekonomi masyarakat kindang adalah hasil tani dari produksi cengkeh yang

merupakan komuditi familiar dengan nilai ekonomis yang sangat tinggi saat ini

dengan tingkat produktifitas tinggi di kabupaten Bulukumba.(2) Proses

perubahan sosial ekonomi pada masyarakat kindang terjadi diantara keadaan dan

waktu yang berbeda, dimana masyarakat kindang mengalami krisis ekonomi

pada masa orde baru, terbentuknya BPPC (Badan Penyanggah Penanggulangan

Cengkeh) yang mengatur dan membeli cengkeh dengn harga yang tidak

7
sewajarnya, kemudian terjadi perubahan secara signifikan pada masa reformasi,

dengan adanya keterbukaan dan kebebasan masa reformasi hingga harga

cengkeh mulai pulih dan meningkat sehingga dapat mensejahterakan msayarakat

kindang.(3) Dampak perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat

kindang kabupaten bulukumba. yaitu meningkatnya sistem perekonomian

masyarakat Kindang menajdi masyarakat sejahtera dan stratifikasi sosial yang

semakin tinggi, serta semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam bidang

pendidikan, poitik dan kebudayaan. Kebudayaan dalam hal ini meliputi pola

hidup dan pergaulan serta gaya hidup moderen sehingga mengikis budaya-

budaya lokal seperti gotong-royong sudah mulai berkurang.

Sinta Rahayu ,Jayusman ,Romadi Romadi ( 2017 ) Dinamika

Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan Tahun

1998-2014. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nelayan Desa

Sirnoboyo mengalami banyak perubahan terutama pada kehidupan sosial

ekonominya. Perubahan ini terus terjadi seiring masuknya berbagai program dari

pemerintah. Upaya-upaya baik dari pemerintah maupun dari kalangan

masyarakat nelayan sendiri mendapat apresiasi baik dari pemerintah pusat,

sehingga menaruh banyak perhatian terhadap kalangam masyarakat nelayan

untuk terus melakukan usaha agar kehidupan masyarakat nelayan mencapai

kesejahteraannya. Dengan memiliki Sumber Daya Kelautan yang besar maka

harus mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingkan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraan bersama.

8
Dian Marita Sri Angelina, (2019), Dinamika Ekonomi Masyarakat

Nelayan Di Tuban Pada Tahun 1979 – 2000. Hasil penelitian mengikuti pada

tahun tersebut mayoritas masyarakat pesisir Tuban sebagian besar bermata

pencaharian sebagai nelayan dengan hasil tangkapan yang tidak menentu.

Meskipun demikian maka masyarakat nelayan masih tetap bertahan hidup di

wilayah tersebut dengan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan bahkan kurang

untuk kebutuhan sehari-hari, akan tetapi masyarakatnya masih banyak yang

hidup dalam garis kemiskinan. Kemiskinan masyarakat nelayan Tuban sudah

lama dirasakan karena pada waktu itu terjadi penurunan hasil tangkapan nelayan

Tuban yang disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu alat

penangkapan ikan, yang pada awalnya menggunakan alat tangkap tradisional

dengan menggunakan tenaga manusia. Kemudian dengan bertambahnya tahun

yang semakin modern maka masyarakat nelayan mulai beralih menggunakan alat

tangkap yang sangat canggih yaitu kapal bermotor dengan menggunakan tenaga

mesin, dengan begitu maka perubahan tersebut akan dirasakan oleh masyarakat

nelayan dan mendapatkan penghasilan yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Dengan berubahnya menggunakan alat tangkapan tersebut maka perlahan akan

merubah kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan, sehingga menjadi

masyarakat nelayan yang sejahtera.

9
Tabel 2.1
Matrix Penelitian Terdahulu

No. Identitas Penulis Perbedaan Hasil


1. Muh. Yusuf & Perbedaan penelitian ini Hasil penelitian
Andi Agustang, adalah penelitian ini menunjukkan bahwa
2020 membahas tentang factor yang menjadi
perubahan sosial ekonomi determinan perubahan
pada petani cengkeh pada sosial ekonomi
masyarakat Kindang masyarakat kindang
Kabupaten Bulukumba adalah hasil tani dari
produksi cengkeh yang
merupakan komoditi
familiar dengan nilai
ekonomis yang sangat
tinggi saat ini dengan
tingkat produktivitas dan
proses perubahan sosial
ekonomi pada
masyarakat kindang
terjadi diantara keadaan
waktu yang berbeda.
adastrategi yang
dilakukan buruh.
2. Sinta Rahayu, Perbedaan penelitian ini Hasil penelitian ini dapat
dkk. 2017 adalah penelitian ini disimpulkan
membahas tentang dinamika bahwa nelayan Desa
kehidupan sosial ekonomi Sirnoboyo mengalami
nelayan desa Sirnoboyo banyak perubahan
Kabupaten Pacitan Tahun terutama pada kehidupan
1998-2014 dan sosial ekonominya.
menggunakan metode Perubahan ini terus
penelitian sejarah yaitu terjadi seiring masuknya
heuristic. berbagai program dari
pemerintah. Upaya-
upaya baik dari
pemerintah maupun dari
kalangan masyarakat
nelayan sendiri
mendapat apresiasi baik
dari pemerintah pusat,
sehingga menaruh

10
banyak perhatian
terhadap kalangam
masyarakat nelayan
untuk terus melakukan
usaha
agar kehidupan
masyarakat nelayan
mencapai
kesejahteraannya.
3 Dian Marita Sri Perbedaan penelitian ini Hasil penelitian
Angelina, 2019. adalah penelitian ini mengikuti pada tahun
membahas tentang dinamika tersebut mayoritas
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir tuban
nelayan desa Sirnoboyo sebagian bermata
Kabupaten Pacitan Tahun pencaharian sebagai
1998-2014 dan nelayan dengan hasil
menggunakan metode tangkapan yang tidak
penelitian sejarah yaitu menentu, meskipun
heuristic. demikian maka
masyarakat nelayan
masih tetap bertahan
hidup di wilayah tersebut
dengan kondisi ekonomi
yang bisa dikatakan
bahkan kurang untuk
kebutuhan sehari-hari.
Akan tetapi masyarakat
masih banyak yang
hidup dalam garis
kemiskinan.

11
Persamaan penelitian ini berfokus pada perubahan sosial ekonomi

masyarakat pesisir kajian kehidupan nelayan dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang

bertujuan untuk memahami fenomena yang diangkat peneliti. Sedangkan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada aspek judul

yang lebih dominan menganalisis suatu permasalahan dinamika perubahan sosial

ekonomi masyarakat pesisir kajian kehidupan nelayan.

1.2. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yaitu maju atau mundurnya kehidupan masyarakat dalam

kaitannya dengan proses pembangunan yang sedang berlangsung. Dalam teori

perubahan sosial terdapat berbagai dinamika yang turut mempengaruhinya antara

lain perubahan adalah sebagai sesuatu fakta, perubahan masyarakat dapat berarti

kemunduran (Regress).

Suatu masyarakat baik yang telah maupun belum berkembang, perubahan

selalu terjadi, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai keinginan berbeda-

beda. Keadaan seperti ini sering di jumpai dalam suatu masyarakat, oleh karena

itu adanya ketidak sesuaian antara mereka yang yang akhirnya menimbulkan

konflik yang dapat menyebabkan lahirnya ide-ide atau gagasan-gagasan baru

dalam kehidupan kelompok masyarakat tersebut.

12
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan

ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat,

sehingga, menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai dengan

fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Setiap masyarakat manusia

selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, yang berupa perubahan

yang tidak menarik dalam artian kurang mencolok. Perubahan masyarakat dapat

mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, lapisan-lapisan dalam

masyarakat, kekuasaan dan wewenang. Perubahan sosial adalah sebuah gejalah

berubahnya pola budaya dan struktu sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan

sosial merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap

masyarakat, Moore (Robert, 1989:23).

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami peubahan.

Perubahan hanya dapat di temukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan

dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkan dengan

susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.

Setiap masyarakat dalam kehidupan nya pasti mengalami perubahan-

perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju

ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak

zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung

demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.

13
Beberapa ilmuan yang mengungkapkan tentang perubahan sosial, (Suprijono,

2014 : 10).

Demikian pula dengan pendapat yang di kemukakan oleh gilin, peubahan

sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karna

perubahan kondisi

geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, idiologi ataupun

karna adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat. Pendapat yang

kurang lebih sama di kemukakan oleh Selo soemardjan, peerubahan sosial

sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

masyarakat, yang memengaruhi suatu sistem sosialnya termasuk di dalamnya

nilai-nilai sikap, dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Moore (Robert, 1989:4), memasukan ke dalam definisi perubahan sosial

sebagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultural.

Lebih lanjut di kemukakan bahwa perubahan sosial sebagai variasi atau

modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial dalam bentuk-bentuk

sosial serta setiap modifikasi pola antara hubungan yang mapan dan standar

perilaku. Segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam

suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial nya, termasuk di dalam nya

nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok

dalam masyarakat.

Alfred (dalam Sztompoka, 2004:21), menyebutkan masyarakat tidak boleh

di bayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek

14
semu yang kaku tapi sebagai aliran peristiwa terus-menerus tiada henti. Diakui

bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat di

katakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya

tindakan perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Sedangkan

Farely mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola perilaku,

hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu.

Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sebagai

berikut :

a. Perubahan lambat dan perubahan cepat

Perubahan lambat di sebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi

karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan dengan keadaan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan

dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi perubahan

pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu

bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami

perkembangan, maka bentuk yang sederhana akan mengalami kompleks.

Sementara itu perubahan cepat di sebut juga dengan evolusi, yaitu

perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga

kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Contoh perubahan secara

revolusi adalah gerakan revolusi islam iran pada tahun 1978-1979 yang

berhasil menjatuhkan pemerintah syeikh mohammad reza pahlevi yang

15
otoriter dan mengubah sistem pemerintah monarki menjadi sistem

republik islam dengan ayatullah khomeni sebagai pemimpin.

b. Perubahan kecil dan perubahan besar

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur

struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh

yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan

mode rambut atau mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah

perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa

pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi

masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk

dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena

adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang

berasal dari luar masyarakat.

Berikut ini adalah sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari

dalam masyarakat :

1. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah

penduduk.

2. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di

masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery)

16
ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari

bentuk penemuan lama (invention).

3. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (konflik) dalam

masyarakat.

4. Terjadinya pemberontak atau revolusi sehingga mampu menyulut

terjadinya perubahan-perubahan besar.

Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena

adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat antara

lain :

1. Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa

masyarakat suatu daerah untuk meninggalkan tanah kelahiran

nya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang

baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam

dan lingkungan baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga

dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola

kelembagaan nya.

2. Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antar

negara dapat menyebabkan perubahan. Karena pihak yang

memang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan

kebudayaan nya kepada pihak yang kalah.

3. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua

kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika

17
pengaruh suatu kebudayaan dapat di terima tanpa paksaan, maka

itu bisa di sebut sebagai demonstration offect.

Menurut Selo Soemardjan dalam Sorjono Soekanto (1987)

mengemukakan proses perubahan sosial yang terjadi dalam suatu

masyarakat dapat di ketahui karna adanya ciri-ciri tertentu sebgai

berikut :

1. Tidak adanya masyarakat yang berhenti perkembangannya, oleh

karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan yang

terjadi secara lambat atau secara cepat.

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga

kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan-

perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainya, karena lembaga-

lembaga sosial tadi sifatnya independent, maka sulit sekali untuk

mengisolir perubahan-perubahan sosial tertentu yang di mulai dari

proses-proses selanjutnya satu mata rantai.

3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat, biasanya

mengakibatkan terjadinya disorganisasi tersebut akan diikuti

reorganisasi yang mencakup pemantapan terhadap kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang baru.

4. Perubahan-perubahan tidak bisa di batasi pada bidang

kebendaan atau spritual saja, oleh karena bidang tersebut

mempunyai kaitan timbal balik yang kuat.

18
Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau

kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan

biasanya adalah mengenai nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola

keprilakuan, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan,

startifikasi sosial, kekuasaan tanggung jawab, kepemimpinan, dan

sebagainya. Dalam masyarakat maju atau pada masyarkat berkembang,

perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan selalu berkaitan erat dengan

pertumbuhan perekonomian.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, bahwa

perubahan-perubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat di hindarkan

oleh karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan

mengakibatkan pola perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga

kemasyarakatan lainya, oleh karena lembaga-lembaga kemasyarakatan

tersebut selalu ada proses mempengaruhi secara timbal balik.

Suatu kenyataan yang harus di hadapi manusia adalah apa yang

disebut dengan perubahan, tidak ada kehidupan yang tidak mengalami

perubahan, kecuali perubahan itu sendiri. Kapan saja dan dimana saja,

manusia atau kelompok masyarakat perubahan sosial senantiasa

mengikutinya, oleh karena memang manusia memiliki kecenderungan

untuk mau berubah itu tercpai atau tidak, tergantung dari upaya yang

mereka lakukan yang tujuannya untuk berubah.

19
Perubahan sosial adalah sebuah peristiwa sosial yang berlaku

umum bagi masyarakat yang kadang tidak di hindari kehadirannya, oleh

karena itu perubahan itu sendiri ada yang di rencanakan dan ada yang

sama sekali tidak di rencanakan, sehingga kehadiranya tidak jarang

mengagetkan ummat manusia. Misalnya bencana alam, gempa bumi, dan

lain sebagainya. Demikian perubahan itu ada yang berlangsung dengan

cepat dan ada pula yang berlangsug dengan lambat, yang dalam teori

perubahan sosial dikenal dengan evolusi dan revolusi.

Perubahan sosial yang terjadi dewasa ini berlangsung sedemikian

cepat dan luas. Pada tingkat perkembangan tertentu berjalan agresif

sebagai akibat munculnya inovasi baru berkualitas tinggi mendorong

proses perubahan terjadi dengan cepat. Dalam proses perubahan sosial

ada dua yang saling berkaitan, yakni faktor yang mengubah dan

perubahan itu mengarah pada suatu perbaikan bagi yang mampu

memanfaatkan perubahan tersebut.

Hal ini sejalan dengan pendapat atau teori evolusi darwin yang

menyatakan sebagai berikut “perubahan selalu menuju kepada perbaikan

bagi mereka yang tangkas dan membuang segala apa yang tidak

berguna, selanjutnya berpengaruh dalam pemikiran kemajuan itu ada,

dalam rangka ini kemajuan dalam abad ini hendaknya di nilai” ( Hasan

Shadily, 1983 : 18 ).

20
Teori tersebut apabila dikaji secara lebih mendalam, maka

nampak bahwa yang menjadi penekannya adalah kemampuan seseorang

untuk memanfaatkan perubahan itu, perubahan mana yang akan

mempengaruhi segi-segi lainya dari struktur masyarakat kemampuan

memanfaatkan perubahan-perubahan tersebut akan mengantar

masyarakat pada suatu keadaan yang menguntungkan. Bagaimana pun

harus diakui dimana perubahan masyarakat adalah suatu perubahan nilai-

nilai, pola tingkah laku, susunan masyarkat serta seluru aspek kehidupan

yang ada dalam masyarakat yang mengalami perubahan.

Pemikiran ini dilatar belakangi batasan pengertian yang di

kemukakan oleh soemardjan (1962) dalam soekanto (1982), sebagai

berikut “perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi pada

lembaga-lembaga masyarakat di dalam suatu masyarakat yang

mempengaruhi suatu sistem sosianya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,

sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok masyarakat.”

Tampak bahwa setiap perubahan sosial selalu menyentuh berbagai aspek,

terutama yang menyangkut tatanan manusia seperti pola perilaku

manusia itu sendiri.

Pada proporsi yang lain di katakan oleh J.BAF Mayor Polak,

(1981) bahwa perubahan sosial dalah perubahan yang terjadi dalam

struktur masyarakat yakni perubahan-perubahan strurcural, perubahan-

21
perubahan kulturil, karna tiap-tiap struktur dapat dukungan dari nilai-

nilai dan norma-norma kebudayaan.

Ada tiga faktor penyebab utama dalam perubahan sosial, yaitu

penimbunan (akumulasi) kebudayaan, pertambahan penduduk dan

pertentangan (konflik).

1. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru. Timbunan

kebudayaan merupakan faktor penyebab perubahan sosial

yang penting. Kebudayaan dalam kehidupan masyarakat

senantiasa terjadi penimbunan, yaitu suatu kebudayaan

semakin lama semakin beragam dan bertambah secara

akumulatif.

2. Perubahan jumlah penduduk. Perubahan jumlah penduduk

juga merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial,

seperti bertambah atau berkurangnya penduduk pada suatu

daerah tertentu.

3. Pertentangan (konflik). Pertentangan antara anggota-

anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan

masyarakat yang pesat, sebagaimana di jelaskan oleh roucek

dan werren.

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat

dapat di bedakan atas beberapa bentuk, yaitu perubahan

22
evolusi dan perubahan revolusi, perubahan berencana dan

perubahan tidak berencana.

1) Perubahan evolusi dan perubahan revolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang

terjadi dalam proses yang lambat, dalam waktu yang cukup

lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang

bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung

mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan

dengan usaha-usaha masyarakat dalam meemenuhi

kebutuhan sehari-hari. Dengan kata lain, bahwa perubahan

sosial itu terjadi karna dorongan dari uasaha-usaha

masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-

kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada

waktu tertentu.

Berbeda dengan perubahan yang bersifat revolusi, dimana

perubahan berlangsung scara cepat dan tidak ada kehendak

perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan

revolusi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial

mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.

2) Perubahan yang di rencanakan dan perubahan yang tidak di

rencanakan

23
Perubahan yang di rencanakan adalah perubahan-perubahan

terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang di

dasarkan pada perencanaan yang matang oleh pihak-pihak

yang menghendaki perubahan-perubahan tertentu.

Sementara itu perubahan yang tidak di rencanakan,

merupakan perubahan-perubahan yang berlangsung di luar

kehendak dan pengawasan masyarakat.

1.3 Konsep Masyarakat Pesisir

Definisi masyarakat pesisir dari berbagai sumber diantaranya adalah

sekelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh laut baik sebagian besar atau

pun seluruh kehidupannya. Mata pencaharian utama di daerah pesisir adalah

nelayan, walaupun terdapat mata pencaharian di luar nelayan, seperti :

pegawai negeri, pemilik warung, kontraktor, jasa potong rambut, dan masih

banyak usaha di bidang jasa lainnya. Definisi lainnya adalah kelompok orang

atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan

perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan,

pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan,

supplier factor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan,

masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain. (Arif

Satria, 2015)

24
Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di

daerah pantai yang sebagian besar merupakan nelayan memiliki karakteristik

yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan

keterkaitan erat dengan karakteristik ekonomi wilayah, latar belakang budaya

dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Pada umumnya masyarakat

pesisir memiliki budaya yang berorientasi selaras dengan alam sehingga

teknologi memanfaatkan sumberdaya alam adalah teknologi adaptif dengan

kondisi pesisir. (Faizal, 2002)

Masyarakat di wilayah pesisir memiliki pendidikan rendah,

produktivitas yang sangat tergantung pada musim, terbatasnya modal usaha,

kurangnya sarana penunjang, buruknya mekanisme pasar dan sulitnya transfer

teknologi dan komunikasi yang mengakibatkan pendapatan masyarakat pesisir

menjadi tidak menentu.

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

Per.17/Men/2006 Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya

melakukan penangkapan ikan. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan kegiatan budidaya ikan, baik di perairan tawar,

payau maupun di perairan pantai. Sedangkan Nelayan tradisional adalah

nelayan yang menggantungkan seluruh hidupnya dari kegiatan penangkapan

ikan, dilakukan secara turun temurun dengan menggunakan alat tangkap yang

sederhana.

25
Dengan demikian nelayan berdasarkan pengertian diatas adalah

mengandung makna orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat

jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan kedalam perahu/kapal, mengangkut

ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin,

juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap ikan dimasukkan sebagai

nelayan (Statistik Perikanan Indonesia, 1995).

Dari pengertian itu tersirat jelas, nelayan dipandang tidak lebih sebagai

kelompok kerja yang tempat bekerjanya di air; yaitu sungai, danau atau laut.

Karena mereka dipandang sebagai pekerja, maka kegiatan- kegiatannya hanya

refleksi dari kerja itu sendiri dan terlepas dari filosofi kehidupan nelayan,

bahwa sumber penghi-dupannya terletak dan berada dilautan. Sumber

kehidupan yang berada di laut mempunyai makna bahwa manusia yang akan

memanfaatkan sumber hidup yang tersedia dilaut tidak mempertentangkan

dirinya dengan hukum-hukum alam kelautan yang telah terbentuk dan terpola

seperti yang mereka lihat dan rasakan. Tindakan yang harus dilakukan dan

perlu dilaksanakan adalah mempelajari melalui penglihatan, pengalaman

sendiri atau orang lain guna melakukan penyesuaian alat-alat pembantu

penghidupan sehingga sumber penghidupan itu dapat berguna dan berdaya

guna bagi kehidupan selanjutnya.

Laut sebagai bagian dari alam semesta mempunyai kecirian tersendiri

dibanding- kan dengan bagian alam semesta lainnya seperti tanah, udara dan

panas matahari. Kecirian yang berbeda nyata dan sangat besar antara laut

26
dengan tanah telah memberikan kesempatan pada manusia untuk

mengenalinya lebih dalam, terutama setelah dikaitkan dengan udara dan panas

matahari diantara keduanya, agar dapat bermanfaat bagi sumber penghidupan.

Ternyata dari pengalaman yang berlang- sung berabad-abad lamanya telah

memberikan pengetahuan pada mereka bahwa perlakukan terhadap laut dan

tanah harus berbeda, karena keduanya itu mempunyai sifat-sifat alam yang

berbeda. Pengenalan sifat-sifat alam tersebut telah mendorong manusia untuk

bersikap dan berbuat terha-dapnya selaras dengan sifat-sifat alam itu. Dari

hasil pengenalan sifat alam tadi, peleburan manusia terhadap laut dan tanah

telah pula menciptakan sikap hidup yang berbeda diantara keduanya. Dapat

dilihat dari hasil hidup itu dari peralatan hidup yang mereka ciptakan.

Manusia yang bergelut dengan laut; peralatan hidup utamanya seperti perahu

dengan segala atributnya. Sedangkan, manusia yang bergelut dengan tanah;

peralatan hidup utamanya seperti bajak tanah, dengan segala atributnya pula.

2.4 Konsep Nelayan

2.4.1 Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupan nya

tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan

ataupun budidaya mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah

lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatanya (imron, 2003 : 28)

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,

tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara

27
wilayah darat dan laut. Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian

hasil laut (kusnadi, 2000 : 74). Di indonesia para nelayan biasanya bermukim di

daerah pinggiran pantai atau daerah pesisir laut. Melihat tentang kehidupan

sosial ekonomi nelayan, jelas tidak dapat lepas dari istilah laut, danau, sungai,

manusia dan segala perlengkapan hidupnya sebab seseorang dapat dikatakan

sebagai nelayan apabila ia telah melakukan aktivitasnya di laut, di danau atau di

sungai, jadi manusia adalah pelaku (subjek) sedangkan alam adalah objeknya.

Menurut Ar-ruzz, (2009 : 30), nelayan juga di artikan sebagai orang-

perorangan atau kelompok yang bekerja serta berhubungan satu dengan yang

lain bertujuan untuk menangkap ikan guna unutk kebutuhan hidup, nelayan

adalah mereka yang bertempat tinggal di sepanjang pesisir laut termasuk danau

dan sepanjang aliran sungai, manusia sering kali di kenal sebagai makhluk

bermasyarakat dan dalam perkembangan nya manusia sangat tergantung dengan

alam sekitar nya.

Menurut masyuri (2001 : 125), nelayan adalah mereka yang pada

umumnya mendiami daerah kepulauan sepanjang pesisir pantai termasuk danau

dan sepanjang aliran sungai penduduk tersebut menggantungkan hidupnya

dengan dari kegiatan menangkap ikan.

Sejalan dengan penjelasan tersebut, pengertian nelayan lebih di pertegas

oleh definisi yang di kutip dari ensiklopedia indonesia (depdikbud, 1997 : 2353)

menjelaskan bahwa :

28
“Nelayan adalah seseorang yang aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik

secara langsung (seperti para penebar dan perakit jaring), maupun secara tidak

langsung (seperti juru mudi perahu layar, nahkoda kapal ikan bermotor, ahli

mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian”

Kehidupan nelayan yang memanfaatkan laut sebagai sunber pencaharian,

sebagian besar masih menggunakan teknologi tradisional, dan sangat tergantung

pada cuaca, arus laut, dan gelombang. Dengan segala kemampuan dan

keterampilan yang dimilikinya mereka berusaha mengatasi tantangan dan

kesulitan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Alam lingkungan

yang di anggap memberikan kehidupan dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan

membuat tambak-tambak di pinggir pantai, kekayaan laut menghasilkan ikan

hampir setiap hari penduduk sekitar untuk mengelola hasil laut sebaik-baiknya.

Dalam UU No. 9 tahun 1985 tentang perikanan, menekankan pada salah

satu pasalnya yaitu “nelayan adalah orang yang mata pencaharian nya

melakukan penangkapan ikan, petani ikan adalah orang yang mata pencahariaan

nya melakukan pembudidayaan ikan.”

Selanjutnya dalam pasal UU No. 9 tahun 1985 ini juga mengimplisitkan

penjelasan, bahwa usaha perikanan adalah perorangan atau badan hukum untuk

menangkap ikan atau membudidaya ikan termasuk kegiatan-kegiatan

menyimpang, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.

Dilihat dari lingkupnya, kemiskinan nelayan terdiri atas kemisikinan

prasarana dan kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana dapat di indikasikan

29
pada ketersediaan prasarana seperti alat-alat melaut dan juga prasarana

kehidupan sehari-hari, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan

tidak adanya akses untuk untuk mendapatkan bahan bakar yang sesuai dengan

harga standar. Sedangkan kemiskinan keluarga merupakan dampak dari

kemiskinan prasarana sebagai penunjang kehidupan sosial ekonomi masyarakat

sehingga dapat mengakibatkan keluarga yang berada dalam garis kemiskinan

(near poor) bisa merosot ke dalam kelompok keluarga miskin (Mulyadi, 2007 :

74).

Fauzi, Akhmad (2003 : 69) juga menjelaskan, hal utama yang terkandung

dalam kemiskinan adalah kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanan

yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi

darurat. Ini dapat dilihat pada nelayan peorangan misalnya, mengalami kesulitan

membeli bahan bakar untuk kepentingan melaut.

Nelayan, bukanlah suatu entitas tunggal mereka terdiri dari beberapa

kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan

perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap

orang lain, sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memilki alat tangkap

yang di oprasikan oleh orang lain, sedangkan nelayan perorangan adalah nelayan

yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan pengoprasiannya tidak melibatkan

orang lain, Fauzi Akhmad (2005 : 73).

30
Jika dilihat dari aktivitasnya para nelayan melakukan penangkapan ikan

menggunakan peralatan yang sederhana, sajogyo dan pudjiwati sajogyo (2007 :

93) menyatakan bahwa : “sebagian besar nelayan melakukan usaha penangkapan

ikan dalam skala yang kecil. Pada kriteria ini tercakup para nelayan tanpa perahu

dan yang menggunakan perahu dayung, layar atau motor tample.”

2.4.2. Ciri-Ciri Masyarakat Nelayan

Ciri-ciri masyarakat nelayan dapat dilihat dari berbagai segi,

Sastrawidjaya, (2002:66). Sebagai berikut :

a. Dari segi mata pencaharian

Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan

lingkungan laut dan pesisir atau mereka yang menjadikan perikanan

sebagai mata pencaharian

b. Dari segi cara hidup

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang bergotong royong,

kebutuhan gotong royong dan tolonong menolong sangatlah penting

pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya

besar dan pengerahan tenaga yang banyak. Seperti saat berlayar,

membangun rumah, atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa.

c. Dari segi keterampilan

Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun, pada

umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana.

31
Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang

diturunkan oleh orang tua. Bukan yang di pelajari secara profesional.

Di samping pengelompokan tersebut, terdapat beberapa terminologi

yang sering di gunakan untuk menggambarkan kelompok nelayan, seperti

nelayan penuh untuk mereka yang menggantungkan keseluruhan hidupnya

dari menangkap ikan, nelayan sambilan untuk mereka yang hanya sebagian

dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan ( lainya dari aktivitas seperti

pertanian, buruh, dan tukang ). Nelayan juragan untuk meraka yang memiliki

sumber daya ekonomi untuk usaha perikanan seperti kapal, alat tangkap dan

anak buah kapal ( ABK/pandega ). Untuk mereka yang mengalokasikan

waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil pengoprasian alat tangkap

ikan, seperti kapal milik juragan.

32
2.4.3. Penggolongan Masyarakat Nelayan

Pada dasarnya kelompok masyarakat nelayan memiliki beberapa

perbedaan dalam karakteristik sosial. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada

kelompok umur, pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Dalam satu

kelompok nelayan sering juga di temukan perbedaan kohesi internal, dalam

pengertian hubungan sesama nelayan maupun hubungan bermasyarakat,

Townsley (widodo, 2006 : 53).

Charles (widodo, 2006 : 53) membagi nelayan dalam empat kelompok

yaitu antara lain :

a. Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan

hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Nelayan asli (native / inedegenous / oboriginal fishers), yaitu nelayan yang

sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama,

namun juga memiliki hak untuk melakukan aktivitas secara komersial

walaupun dalam skala yang kecill.

c. Nelayan rekreasi (recreational / sport fishers), yaitu orang-orang yang secara

perinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar kesenangan atau

berolahraga.

d. Nelayan komersial (comersial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan

untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun

pasar ekspor. Kelompok nelayan ini di bagi dua, yaitu nelayan dengan skala

kecil dan skala besar.

33
2.4.4. Posisi Nelayan Dalam Masyarakat Pesisir

Menurut kusnadi (2000:76), dalam prespektif stratifikasi sosial

ekonomi, masyarakat pesisir bukanlah masyarakat yang homogen. Masyarakat

pesisir terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang beragam dilihat dari

aspek interaksi masyarakat dengan sumber daya ekonomi yang tersedia di

kawasan pesisir, masyarakat pesisir terkelompok sebagai berikut :

a. Pemanfaatan langsung sumber daya lingkungan, seperti nelayan,

pembudidaya ikan di perairan pantai (dengan jaring apung atau karamba),

pembudidaya rumut laut/mutiara, dan petambak.

b. Pengolah hasil ikan atau hasil lainya, seperti pemindang, pengering ikan,

pengasap, pengusaha terasi/krupuk ikan/tepung ikan, dan sebagainya;

c. Penunjang kegiatan ekonomi perikanan, seperti pemilik toko atau warung,

pemilik bengkel (montir dan las), pengusaha angkutan, tukang perahu dan

buruh kasar (manol).

Tingkat keragaman (heterogenitas) kelompok-kelompok sosial yang

ada dipengaruhi oleh tingkat perkembangan desa-desa pesisir. Desa-desa

pesisir atau desa-desa nelayan yang sudah berkembang lebih maju dan

memungkinkan terjadinya diversifikasi kegiatan ekonomi, tingkat

keragaman kelompok-kelompok sosialnya lebih kompleks dari pada desa-

desa pesisir yang belum berkembang atau yang terisolasi secara geografis.

Di desa-desa pesisir yang sudah berkembang biasanya dinamika sosial

berlangsung secra intensif.

34
2.5. Kehidupan Sosial Ekonomi

Berbicara tentang masalah kehidupan sosial ekonomi dalam suatu

masyarakat pada intinya ada dua komponen yang akan dikaji yang mana ke dua

komponen tersebut sangat sulit untuk dipisahkan yakni kehidupan sosial dan

kehidupan ekonomi. Kehidupan sosial merupakan suatu bentuk kehidupan yang

mengharuskan adanya hubungan antara manusia dengan individu lainya yang

kemudian berlanjut pada hubungan kelompok dengan kelompok yang lainya

dalam suatu masyarakat, hal ini mengandung suatu makna bahwa tidak ada satu

oranpun yang bisa melangsungkan kehidupan nya tanpa bantuan orang lain,

sementara kehidupan sosial proses interaksi yang terjadi dalam masyarakat.

Dalam hal ini pencapaian pemenuhan kebutuhan hidup.

Menurut Sadono Sakirno (1975 : 108) orang itu harus sadar bahwa

dalam hidupnya pada hakekatnya ia akan selalu tergantung pada sesamanya,

maka dari itu ia selalu berusaha untuk pemeliharaan hubungan baik terhadap

sesamanya dan orang itu selalu membantu sesamanya.

Kehidupan manusia, pola perilaku dan penyesuaian diri sangat

dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya sedangkan ditemukan berbagai

bentuk kesatuan seperti kesatuan sosial, politik dan semuanya adalah unsur-

unsur dari suatu sistem sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu,unsur tersebut

merupakan lingkup pola hidup manusia yang hidup mengatur bagaimana

seharusnya bertindak dan menentukan sikap bila berinteraksi dengan orang lain.

Dengan demikian, kehidupan bersama tercipta apabila secara timbal balik

35
bertindak secara bersama sama dalam mematuhi aturan-aturan yang ada, bekerja

sama antar berbagai kelompok untuk kebutuhan tertentu. Hidup secara bersama-

sama dalam wujud aktivitas sosial lahir dalam lingkungan yang kecil dan

menyangkut kehidupan sehari-hari di dalam rumah tangga. Semuanya terkait

oleh perinsip serta hubungan tempat tinggal dan aktivitas kehidupan yang lebih

luas seperti dalam usaha ekonomi dan dalam mata pencahariannya.

Menurut Susanto (1985 : 36), menyatakan bahwa kehidupan sosial adalah

suatu kehidupan yang terdiri dari berbagai macam bentuk kehidupan yang dapat

menjadikan suatu sistem yaitu rangkaian aktivitas manusia yang saling

ketergantungan antara suatu sistem yang lain.

Permasalahan nelayan dan kemiskinan memang bukan monopoli negara-

negara berkembang semata, di negara maju sekalipun, seperti yang di

sampaikan di atas, kemiskinan nelayan akan timbul manakala terjadi

mismanagement terhadap pengelolaan sumber daya perikanan. Oleh karena itu

strategi pengentasan kemiskinan, terutama untuk masyarakat nelayan, haruslah

diarahkan ke arah pemecahan masalah yang dihadapi, Kusnadi (2004 : 55).

36
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan

jenis penelitian yang berusaha menggambarkan sejelas mungkin mengenai objek

yang akan di teliti (burhan, bugin, 2011:43). Penelitian ini di pilih dengan alasan

untuk mendeskripsikan dan memaparkan data sesuai dengan apa yang terjadi

pada saat penelitian yaitu tentang Dinamika Perubahan Sosial Ekonomi

Masyarakat Pesisir Desa Kombo Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kombo Kecamatan Dampal Kabupaten

Tolitoli, alasan pemilihan dan penetapan lokasi tersebut tidak lain karena

berdasarkan pertimbangan bahwa dilokasi atau desa tersebut masih terdapat

sekelompok masyarakat yang bermata pencaharian atau memiliki profesi sebagai

seorang nelayan yang berjumlah hampir 230 keluarga dari 3400 jiwa, 3400 ini

adalah jumlah keselurahan dari 6 dusun yang ada di Desa Kombo.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah obyek yang menjadi sasaran dalam

penelitian yakni perubahan sosial eknomi masyarakat pesisir dan subyek dalam

penelitian yakni Masyarakat Desa Kombo Kecamatan Dampal Selatan,

37
khususnya di Dusun Oloang yang mana masyarakatnya sebagian besar

pekerjaannya adalah nelayan.

3.3.2 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Desa

Kombo. Karena informan atau masyarakat yang ada di desa jumlahnya cukup

besar, maka penulis melakukan penyederhanaan (simplification) dengan

menetapkan sebanyak 7 (tujuh) orang informan yang ditetapkan secara purposive.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, bisa berupa

hal yang diketahui ataupun tidak, suatu anggapan atau suatu fakta yang

digambarkan melalui simbol, angka, kode dan sebagainya.

Data penelitian dapat dikumpulkan melalui alat (instrument)

pengumpulan data yang terdiri atas: observasi, wawancara maupun lewat

dokumentasi. Jenis data tersebut terdiri dari dua yakni data kualitatif dan data

kuantitatif Sementara sumber data juga terdiri dari dua yakni sumber primer

dan sumber sekunder.

Sumber data yang didapatkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua

yaitu :

a. Sumber Data Primer adalah d ata yang diperoleh langsung dari

sumber aslinya dalam hal ini informan.

b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder antara

38
lain dapat berupa catatan atau dokumen yang diambil dari

beberapa literatur diantaranya: buku-buku, jurnal, internet Badan

Pusat Statistik (BPS), termasuk data yang tersedia di Kantor Desa

Kombo, yang biasanya dikenal dengan potensi desa.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang peneliti pakai meliputi rangkaian dan

tahapan sebagai berikut :

3.5.1 Penelitian Pustaka

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan pustaka yang

ada kaitannya dengan objek yang dibahas. Dalam penelitian ini, penulis

berupaya menelaah buku-buku, literatur, peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta karya ilmiah lain yang dianggap dapat mendukung

penulisan lebih lanjut.

3.5.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan bermakna penelitian yang langsung pada objek

yakni melakukan serangkaian aktivitas antara lain :

a. Pengamatan (observasi)

Observasi yaitu mengamati serta melakukan pendekatan secara

langsung di lapangan mengenai keadaan, situasi, serta melihat langsung

aktifitas masyarakat di Desa Kombo, khususnya yang berdomisili di Dusun

Oloang. Dalam kegiatan observasi atau pengamatan penulis tetap

menggunakam catatan pengamatan dan catatan hasil pengamatan.

39
b. Wawancara

Selain melakukan observasi, metode berikutnya adalah penulis

melakukan wawancara kepada informan yang sudah ditetapkan dengan

memanfaatkan panduan atau pedoman wawancara yang telah penulis

siapkan. Dalam wawancara ini penulis lakukan secara bertahap dan

berstruktur. Dengan cara tersebut maka pelaksanaan wawancara bisa

berhasil secara maksimal (data/informasi) yang dibutuhkan bisa terpenuhi.

c. Dokumentasi

Pada tahap pengurnpulan data dengan rnenggunakan

dokurnentasi ini rnerupakan cara rnengurnpulkan data dengan

memanfaatkan hasil/gambar yang diarnbil saat berada di lapangan

atau pada saat penulis rnelakukan penelitian pada teknik ini, penulis

rnengarnbil garnbar apa yang diteliti, seperti pada saat wawancara

penulis atau kegiatan-kegiatan lainnya yang bisa rnelengkapi data

dari hasil penelitian penulis.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalarn penelitian ini adalah analisis

kualitatif dengan cara rnendeskripsikan secara jelas dan rnendalarn rnengenai

data dan fakta yang diperoleh selama rnelakukan kegiatan penelitian di

lapangan. Sekaligus sebagai jawaban dari rnasalah penelitian.

Adapun tahapan proses analisis data pada penelitian kualitatif, yaitu :

1. Tahap Reduksi Data.

40
Merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif Reduksi data

rnerupakan penyederhanaan, penggolongan dan rnernbuang yang tidak perlu

data sedernikian rupa sehingga data tersebut dapat rnenghasilkan inforrnasi

yang berrnakna dan rnernudahkan dalarn penarikan kesirnpulan. Banyaknya

jurnlah data dan kornpleksnya data, diperlukan analisis data rnelalui tahapan

reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya

data dengan tujuan akhir.

2. Tahap Display Data.

Tahap ini adalah penyajian data juga merupakan tahap dari teknik

analisis data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat sekumpulan

data disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan

kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa

berupa teks naratif (bentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan

ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan

terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin

mudah dipahami.

3. Tahap Kesimpulan dan Verifikasi.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir

dalam teks analisis dan kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data

tetap mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk

mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,

41
persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari

permasalahan yang ada.

42
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Desa Kombo

Pada tahun 1905 terdapat pusat perkampungan dimulai dari sebelah timur

rumah saudara Nasrudin Menteng dan sebelah barat sungai bugis, di daerah sebelah

Barat jembatan wilayah ini terdapat tanaman yang berasal dari bahasa dampal yaitu

“kombo” yang berarti daun sirih. Pada tahun 1915 terbentuklah satu desa secara resmi

dengan masa pemerintahan pada saat itu Hi. P. Bujang, beliau merupakan salah satu

tokoh yang mendirikan dan membentuk Desa Kombo.

Sejak berdirinya Desa Kombo telah mengalami banyak perubahan baik dari

aspek politik, sosial, budaya, pendidikan maupun perekonomian, sejarah mencatat

bahwa kepemimpinan di Desa Kombo mengalami beberapa pergantian yaitu :

43
Tabel 1 : Sejarah Pemerintahan Desa Kombo

No Nama Tahun Pemerintahan Alamat Keterangan


1 Hi. P. Bujang 1915 s/d 1941 Kombo Kepala Kampung
2 P. Bure 1941 s/d 1947 Kombo Kepala Desa
3 Badawi 1947 s/d 1955 Kombo Kepala Desa
4 Hi. Kaso 1955 s/d 1957 Kombo Kepala Desa
5 A. Baco 1957 s/d 1959 Kombo Kepala Desa
6 Adam badawi 1959 s/d 1961 Kombo Kepala Desa
7 Badaruddin 1961 s/d 1964 Kombo Kepala Desa
8 Hi. Abd. Latif hi. Arif 1964 s/d 1968 Kombo Kepala Desa
9 Anas Rahman 1968 s/d 1978 Kombo Kepala Desa
10 M. Saleh HP 1978 s/d 1984 Kombo Kepala Desa
11 Alimuddin 1984 s/d 1987 Kombo Kepala Desa
12 M. Saleh HP 1987 s/d 1998 Kombo Kepala Desa
13 M. Salah HP 1998 s/d 2006 Kombo Kepala Desa
14 Nasruddin Menteng 2006 s/d 2009 Kombo Kepala Desa
15 Abd. Wasi Badaruddin 2009 s/d 2011 Kombo Pejabat Sementara
16 Basir Hi. Abd Latif, SH 2011 s/d 2016 Kombo Kepala Desa
17 Najamuddin S.Sos 2016 s/d 2017 Kombo Pejabat Sementara
18 Riswan, SP 2017 s/d 2018 Kombo Pejabat Sementara
19 Drs. Mansur B. 2018 s/d Sekarang Kombo Kepala Desa

Sumber Data : Kantor Desa Kombo Tahun 2022

Dari table di atas dapat diketahui bahwa sejarah pemerintahan Desa Kombo

dari tahun 1915 sampai pada tahun 2018 ini telah terjadi pergantian kepemimpinan

sebanyak 19 kali.

4.1.2. Keadaan Geografis

Desa Kombo merupakan satu diantara desa dalam wilayah administrasi

Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli dengan luas wilayah mencapai

44
Adapun batas-batas wilayah Desa Kombo sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Sulawesi

- Sebelah Selatan : Pegunungan

- Sebelah Timur : Desa Abbajareng

- Sebelah Barat : Desa Ogoamas I

Desa Kombo memiliki dua Musim yaitu Musim kemarau dan musim

penghujan. Musim kemarau terjadi antara bulan April sampai Oktober, dan

musim penghujan terjadi antara bulan Oktober sampai Maret.

4.1.3. Data Demografis

Berdasarkan dari data yang di peroleh dari kantor Desa Kombo menurut hasil

pencatatan registrasi penduduk pada semester 1 tahun 2022 Jumlah penduduk Desa

Kombo sebanyak 2.417 jiwa yang tersebar di 6 Dusun dengan jumlah rumah tangga

694 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk perempuan 1.264 jiwa, sedangkan penduduk

laki - laki 1.153 jiwa. Dari jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa

Kombo dengan rincian sebagai berikut :

45
Tabel 2 : Keadaan Penduduk Desa Kombo

JUMLAH PENDUDUK
NO DUSUN
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
1 Timundu 230 232 462
2 Kampung Baru 316 253 569
3 Bugis 208 237 445
4 Cenrana 180 160 340
5 Oloang 348 346 694
6 Dare Burica 41 36 77
Jumlah 1.153 1.264 2.417

Sumber Data : Kantor Desa Kombo tahun 2022

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin

yang tersebar di 6 Dusun yaitu total perempuan berjumlah 1.264 jiwa sedangkan jenis

kelamin laki-laki berjumlah 1.153 jiwa. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah

perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

4.1.4 Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Kombo sampai saat ini menunjukkan

pertumbuhan yang sangat pesat dilihat dari perubahan dan pola hidup masyarakat

terutama kemajuan kecukupan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) yang

mengalami perubahan sangat tajam. Penurunan penerima raskin, RTLT sangat kecil

dan kebutuhan tambahan (kendaraan bermotor dan HP) rata-rata tiap rumah tangga

sudah memiliki. Berbicara masalah potensi ekonomi dan sosial budaya yang di Desa

Kombo sudah terkait akan beberapa aspek kehidupan penting didalamnya, seperti

aspek ekonomi, aspek pendidikan, aspek agama atau keyakinan dan adanya sarana

dan prasarana umum yang ada di Desa Kombo. Dari hasil penelitian, menunjukkan

46
beberapa aspek kehidupan tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya atau

dapat juga dikatakan sebagaimana sebuah rantai yang tidak dapat dipisahkan antara

satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu keempat potensi tersebut, dapat

dikemukakan melalu klasifikasi sebagai berikut :

1. Kondisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa Kombo dapat dikategorikan sebagai wilayah Usahawan Tani dan

Nelayan di mana mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah berada di sektor

usaha pertanian dan perikanan.

Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian yang ada di Desa

Kombo Kecamatan Dampal Selatan dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3 : Kondisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH


1 PETANI/PEKEBUN 335
2 WIRASWASTA 21
23 Sumber
3 BURUH HARIAN LEPAS
4 KARYAWAN SWASTA 17
5 PEGAWAI NEGERI SIPIL 13 Data :
BURUH TANI/PERKEBUNAN 156
6 Kantor
NELAYAN 245
7 Desa
8 PERANGKAT DESA 20
JUMLAH Kombo

Tahun 2022

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa mata pencaharian utama masyarakat Desa

Kombo yakini bermata pencaharian Petani dan Nelayan, terbukti banyak jumlah

47
masyarakat yang bekerja sebagai petani/pekebun yang berjumlah 335 jiwa. Dan mata

pencaharian terbesar yang kedua yakni Nelayan dengan jumlah 245 jiwa, serta urutan

yang ketiga bermata pencaharian sebagai Buruh Tani dengan jumlah 156 jiwa,

disusul lagi yang berprofesi sebagai PNS dengan jumlah 13 jiwa, kemudian yang

bermata pencaharian sebagai karyawan swasta 17 jiwa, menyusul yang bermata

pencaharian sebagai buruh harian lepas sebanyak 23 jiwa, disusul lagi yang bermata

pencaharian sebagai wiraswasta 21 jiwa, dan yang berprofesi sebagai perangkat desa

sebanyak 20 jiwa.

2. Kondisi Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya yang ada di Desa Kombo sangat baik masyarakatnya

saling menyapa dan tingkat sosialnya pun tinggi. berikut tabel sarana prasarana untuk

mendukung sosial budaya atau pemerintahan sebagai berikut :

Tabel 4 : Sarana Dan Prasarana Untuk Mendukung Sosial Budaya

No Jenis Sarana Jumlah


.
1 Kantor Desa 1 unit
2 Balai Pertanian 1 unit
Jumlah 2 unit
Sumber Data : Kantor Desa Kombo Tahun 2022

Berdasarkan tabel di atas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan

sosial budaya yaitu Kantor Desa 1 unit dan Balai Pertanian 1 unit.

3. Penduduk Berdasarkan Agama

Cara pandang masyarakat Desa Kombo tentang agama adalah salah satu

faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan watak, moral, dan akhlak yang

48
baik, khususnya pendidikan akhlak, bagi masyarakat yang ada agama berfungsi

sebagai pengatur dan pengendali sendi-sendi kehidupan manusia.

Agama adalah suatu hal yang wajib hukumnya untuk dianut setiap

umat manusia yang ada di dunia, karena sebagaimana diketahui agama merupakan

salah satu tiang kehidupan manusia, yang mana dalam menjalani kehidupan dengan

agama dan pemahaman dalam beragama manusia dapat terarah secara baik dalam

menjalani kehidupan kesehariannya yang mana di ketahui bahwa seseorang

tidaklah dikatakan beragama ketika akhlaknya tidaklah sesuai dengan ajaran-

ajaran agama yang terkandung didalamnya. Berikut tabel untuk mendukung

kegiatan keagamaan adalah sebagai berikut :

Tabel 5 : Sarana Untuk Mendukung Kegiatan Keagamaan

No Sarana Jumlah
1 Masjid 4 unit
2 Musholah 3 unit
Jumlah 7 unit
Sumber Data : Kantor Desa Kombo Tahun 2022

Berdasarkan dari tabel di atas menjelaskan bahwa sarana dan prasarana untuk

mendukung kegiatan keagamaan yaitu Masjid berjumlah 4 unit dan Musholah

berjumlah 3 unit.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan masyarakat yang sangat

penting untuk dikembangkan dan ditingkatkan. Karena dengan memiliki tingkat

49
pendidikan yang memadai, maka anggota masyarakat dapat secara mudah

mengantisipasi berbagai kebutuhan lainnya. Memasuki era globalisasi dan informasi

maka pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu syarat yang harus

digalakkan sebagai komponen berpikir untuk menyesuaikan diri dan menguasai ilmu

pengetahuan. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Kombo pada umumnya sudah

cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana pendidikan yang

cukup memadai. Mengenai keadaan pendidikan dalam rincian penduduk menurut

tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel :

Tabel 6 : Tingkat Pendidikan Penduduk

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH


1 TIDAK/BELUM SEKOLAH
BELUM TAMAT SD/SEDERAJAT
2
3 TAMAT SD/SEDERAJAT
4 SLTP/SEDERAJAT
5 SLTA/SEDERAJAT
6 DIPLOMA I/II
AKADEMI/DIPLOMA
7
III/S.MUDA
8 DIPLOMA IV/STRATA I
9 STRATA II
10 STRATA III
JUMLAH
Sumber Data : Kantor Desa Kombo Tahun 2022

50
Berikut adalah tabel Sarana dan Prasarana untuk mendukung pendidikan

adalah sebagai berikut :

Tabel 7 : Sarana Pendidikan

Sumber No Jenis Sarana Pendidikan Jumlah


.
Data :
1 TK 1 unit
Kantor 2 SD Negeri 2 unit
Desa 3 Madrasah Tsanawiyah DDI Kombo (MTS) 1 unit
Kombo 4 Madrasah Aliyah DDI Kombo (MA) 1 unit
Tahun 5 Pesantren 1 unit
2022 Jumlah 6 unit

Berdasarkan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan

pendidikan, sarana TK berjumlah 1 unit, SD NEGERI berjumlah 2 unit, selanjutnya

MTS berjumlah 1 unit, MA berjumlah 1 unit dan Pesantren 1 unit.

5. Kesehatan

Desa Kombo memiliki Puskesmas dengan jarak yang dekat dari desa yang

lain ke Puskesmas hanya + 500 m dari badan jalan Trans Sulawesi dan Desa Tompe

mempunyai Pustu yang dikelolah oleh bidan desa serta disetiap dusun ada Posyandu.

Dari hasil penelitian dan observasi penulis yang dilakukan dilapangan, peneliti

mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik. Derajat

kesehatan untuk angka kematian bayi dan ibu relative kecil, dikarenakan kader

Posyandu bidan dan dokter serta tenaga kesehatan secara rutin setiap bulan

51
melakukan kunjungan/pengobatan dan selalu proaktif dan peduli terhadap masalah

kesehatan warga.

4.1.5 Profil Informan

Informan dalam penelitian ini, diantaranya Pemerintah Desa Kombo, Tokoh

Masyarakat, dan Masyarakat nelayan itu sendiri.

Adapun data dari informan tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Drs. Mansur (73 Tahun) Kepala Desa Kombo, beragama islam,

pendidikan terakhir SI.

2. Dzul (42 Tahun) Sekertaris Desa Kombo, beragama islam, pendidikan

terakhir SI.

3. Sirajuddin (65 Tahun) Ketua nelayan Desa Kombo, beragama islam,

pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai nelayan.

4. Arifin (78 Tahun) Tokoh Masyarakat Desa Kombo, beragama islam,

bekerja sebagai nelayan.

5. Mandra (53 Tahun) salah satu masyarakat nelayan Desa Kombo,

beragama islam, pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai nelayan.

6. Sirham (46 Tahun) salah satu masyarakat nelayan Desa Kombo,

beragama islam, pendidikan terakhir SMP dan bekerja sebagai nelayan.

7. Taslim (43 Tahun) salah satu masyarakat nelayan Desa Kombo,

beragama islam, pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai nelayan.

52
4.2 Pembahasan

4.2.1 Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Desa Kombo Kecamatan

Dampal Selatan

Perubahan sosial merupakan suatu perubahan dalam hubungan interaksi

antara individu, organisasi

53
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Arif Satria, 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta : Pustaka


Obor Indonesia,
Abdul Syani, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. (Jakarta: PT. Dunia
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka
Cipta
Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial :Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana
Burhan, Bugin. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pres
Dahuri, R. Rais, J. Ginting dan Sitopu, M. 2001. Pengelolaan Sumber Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu Jakarta : Pradunya Paramita.
Fauzi, Akhmad. 2005 Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Imron, 2003. Pengembangan Ekonomi Nelayan dan Sistem Sosial Budaya
Penerbit PT Gramedia : Jakarta.
Kusnadi, Edi 2004. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta. LKIS.
Masyuri. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Jogjakarta : Media Presindo.
Mubyarto, dkk. 1984. Nelayan dan Kemiskinan : Studi Ekonomi Antropologi di
Dua Desa Pantai. Yayasan Agro Ekonomika. Jakarta : Rajawali.
Mulyadi. 2007. Ekonomi Kelautan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Muhamad Rusli Karim, 2010. Seluk Beluk Perubahan Sosial. Surabaya: Usaha
Nasional.
Pudjiwati dan Sajogyo. 2007. Sosiologi Pedesaan, Jilid 11. Gadja Mada
Universitas Press.
Robert, H.Laurer. 1989. Beberapa Prespektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta
Bina Aksara
Sadono, Sakirno. 1985. Sosiologi Ekonomi. Rajawali Press.

54
Sastrawidjaya. 2002. Nelayan dan Kemiskinan. Jakarta : Penerbit Pradnya
Paramita
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D
Bandung. Alfabeta
Susanto, S. Astrid, 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta :
Bina Aksara
Tarungmingkeng, Rudi. 2002. Makalah Sumber Daya Manusia Nelayan.
Program Pasca Sarjana ITB.
Widodo, J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut. Gadja
Mada University Press
Retnowati, Endang. 2011. Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan
Struktural. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
B. SUMBER LAIN

a. Jurnal

Dian Marita Sri Angelina, (2019). Dinamika Ekonomi Masyarakat


Nelayan Di Tuban Pada Tahun 1979 – 2000.
Muh. Yusuf, Andi Agustang, 2020. Dinamika Perubahan Sosial Ekonomi
Pada Masyarakat Kindang Kabupaten Bulukumba.
Ridwan Lasabuda, “Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam
Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia”, Jurnal Ilmiah
Platax, Vol. 1-2 (2013)
Siti Arieta,”Community Based Tourism Pada Masyarakat Pesisir,”
Jurnal Dinamika Martim, Vol. 2 No. 1 Tahun, 2010.
Sinta Rahayu,Jayusman ,Romadi Romadi, (2017). Dinamika Kehidupan
Sosial Ekonomi Nelayan Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan
Tahun 1998-2014.
Suprijono, 2014. Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
Sosiologi. Diambil Pada tgl 23 Februari 2015. Dari

55
http//suprijono.blogspot.com/2014/10/penertian-perubahan-sosial-
menurut-para-ahli-sosiologi.html.
Tempo.2015.Kapal Nelayan Asing dan Pencurian Ikan .Diambil pada
tanggal 14 April 2015 .Dari http ://www.tempo.co/topik
/masalah/ 170/Kapal Nelayan –Asing-dan-Pencurian-Ikan
b. Skripsi/Thesis

Kusnadi (2007), “Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di

Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara.. Thesis (S2)

Sekolah Pascasarjana Institusi Pertanian Bogor.” Diakses di

laman https://adoc.pub/analisis-pemberdayaan-masyarakat-

nelayan-di-kecamatan-tobelo.html pada tanggal 14 Deseember

2023.

Sarjulis, 2011. ”Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan”


Skripsi (1), Fakultas Sastra, Universitas Andalas Padang.

c. Dokumen

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1985 Tentang


Perikanan
- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Per.17/Men/2006.
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan.

56

Anda mungkin juga menyukai