PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu (SI) pada jurusan sosiologi
fakultas ilmu sosial Dan politik
universitas tadulako
OLEH:
ERMI
B 201 19 186
Penulisan proposal penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Metode Penelitian Sosiologi II ( Kuantitatif ). Selesainya Makalah ini tidak terlepas
dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur
yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia tergolong negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
kurang lebih 17.500 pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 5.454.674
km2. Dari gambaran luas wilayah Indonesia tersebut, terdiri atas wilayah daratan 1.909.931
km2 dan lautan 3.544.743 km2. Serta wilayah pesisir 81,000 km. dengan perbandingan antara
luas wilayah daratan dan luas wilayah lautan, maka Indonesia tergolong negara Maritim yang
memiliki garis pantai terpancang di seluruh dunia. Dengan kondisi wilayah laut tersebut,
memberi peluang besar bagi masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian menangkap
ikan di laut ( nelayan ) .
Sebagai suatu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di
wilayah pesisir atau pantai, masyakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial
tersebut, meskipun disadari bahwa tidak semua kawasan pesisir memiliki penduduk yang
bermata pencaharian sebagai nelayan.
Secara sosiologis, nelayan merupakan makhluk yamg dilahirkan bersama dengan potensi
yang dimiliknya yaitu potensi individu sekaligus potensi sosial, sebagai makhluk individu
setiap nelayan tidak dapat mengembangkan kehidupan tanpa berhubungan dengan manusia
lainnya. Potensi sosial secara otomatis terus berkembang dalam diri nelayan tersebut, dengan
potensi sosial tersebut, mereka dapat mengembangkan aktivitas yang berkaitan erat dengan
potensi yang mereka tekuni sebagai nelayan. Lingkungan hidup mengatakan sarana dimana
manusia saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya untuk melangsungkan
kehidupannya dalam menghadapi dan mengelola sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam laut secara efektif, maka sangat
bergantung pada kemampuan masyarakat bersangkutan untuk mengelola, untuk itu
diperlukan nelayan-nelayan yang handal, yang memiliki kemampuan dan usaha eksploitasi
yang seimbang dengan potensi laut yang sangat kaya untuk dikelola demi kesejahteraan
hidup. (Sulyani,2009)
Bencana alam yakni gempa dan tsunami yang dialami nelayan di desa Tompe Kecamatan
Sirenja pada tanggal 28 September 2018, semakin menambah keterpurukan keadaan sosial
ekonomi mereka. Sebelum terjadinya bencana, kehidupan keluarga nelayan di desa Tompe
Kecamatan Sirenja sama seperti kehidupan nelayan pada umumnya, yang memanfaatkan
hasil tangkapan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sangatlah tergantung pada
sumber daya laut, meskipun penghasilan yang diperoleh tidaklah menentu. Kehidupaan sosial
yang terjalin antara sesama nelayan diperlihatkan hubungan yang cenderung memikirkan diri
sendiri, karena sebagian besar alat tangkap sudah dimiliki oleh masing-masing nelayan,
berbeda halnya dengan kondisi setelah bencana terjadi.
Bencana alam yang terjadi di desa Tompe tersebut, merupakan salah satu bencana alam
yang menimbulkan kerugian yang memiliki dampak yang sangat berarti dalam kehidupan
sosial ekonomi dikalangan masyarakat yang tinggal di daerah yang terdampak bencana
gempa dan tsunami khususnya masyarakat di desa Tompe, Kecamatan Sirenja.
KAJIAN PUSTAKA
Interaksi sosial berasal dari kata interaksi artinya tindakan yang terjadi secara dua orang
atau lebih yang bereaksi akan timbal balik melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Sosial yang berarti mencakup saling berkesinambungan atau bekerja sama seperti halnya
manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan membutuhkan
orang lain. Secara sederhana, pengertian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara
individu maupun kelompok untuk menjalin hubungan pertemanan, diskusi, kerjasama yang
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Interaksi sosial dijelaskan oleh gillin sebagai hubungan sosial yang dinamis antara
individu dengan individu lain atau dengan kelompok atau hubungan antar kelompok.
Hubungan ini tercipta karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Interaksi sosial menurut Bonner adalah hubungan antara dua orang atau lebih yang aksinya
dari individu dapat mempengaruhi / mengubah kehidupan individu lain. Walgito berpendapat
bahwa adanya hubungan timbal balik dalam interaksi sosial dapat memberikan pengaruh
terhadap individu atau kelompok lain. Interaksi sosial juga berpengaruh terhadap kelompok
dengan kelompok lain yang saling berhubungan.
Dalam ilmu sosiologi, yang mengkaji hubungan antar sesama manusia, aksi dan reaksi
dalam hubungan antar manusia dan kumpulan-kumpulan manusia ( kelompok) dinamakan
“interkasi sosial” merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang, perogang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang
dengan kelompok manusia.
interaksi sosial adalah tindakan, kegiatan atau praktik dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai orientasi dan tujuan. Jadi interaksi sosial menghendaki adanya
tindakan yang saling diketahui, bukan masalah jarak, melainkan masalah saling mengetahui
atau tidak.
Menurut Robert M.Z Lawang (1986), interaksi sosial adalah proses ketika orang-orang
yang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Mengutip
Gillin dan Gillin (dalam Sayomukti Nurani), Soejono Soekanto menegaskan bahwa interaksi
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-
perorangdan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial,
karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama bertemunya orang-
perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup. pergaulan hidup
akan terjadi apabila setiap orang dalam pergaulan itu terlibat dalam suatu interaksi. syarat-
syarat terjadinya interaksi sosial menurut Soejono Soekanto adalah interaksi sosial terjadi
apabila memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. (Soejono
Soekanto, 1990).
Roucek dan Werren menyebutkan, interaksi adalah proses melalui tindak balas tiap-
tiap kelompok berturut- turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas kelompok yang lain,
ia adalah proses timbal balik, yang satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain
dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku. Interaksi sosial dimaksudkan
sebagai pengaruh timbal balik antar individu dengan golongan di dalam usaha mereka untuk
memecahkan persoalan yang diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
(Ahmadi, 2004).
Menurut Charles P.Loomis, suatu hubungan dapat dikatakan sebagai interaksi sosial
jika memiliki ciri-ciri :
3. Dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini,dan masa yang akan datang
2. persaingan
Persaingan terjadi karena interaksi tidak sesuai dengan maksud dari pihak pertama,
yaitu pihak yang melakukan aksi, sehingga menimbulkan ketidakpahaman antara kepentingan
para pihak yang melakukan interaksi.
Pertentangan sosial merupakan salah satu akibat pembedaan dari norma yang
menyimpang pada kehidupan masyarakat.
4. Akomodasi
Akomodasi adalah keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan
keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Menurut Soejono Soekanto, akomodasi adalah cara menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancuran pihak lawan, sehingga tidak kehilangan kepribadiannya.
Menurut Soekanto interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari
banyak masalah dalam masyarakat, sebagai contoh adalah bentuk interaksi sosial yang
berlangsung antara berbagai suku bangsa, golongan yang disebut mayoritas dan minoritas,
antara golongan pelajar dan golongan agama dan seterusnya. Interaksi sosial merupakan
kunci dari kehidupan sosial , karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama.
Setiap masyarakat mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan itu ada yang
samar, ada yang mencolok, ada yang lambat, dan ada yang cepat, ada yang sebagian atau
terbatas, ada yang menyeluruh. Perubahan dapat berupa pergeseran nilai sosial, perilaku,
susunan organisasi, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaa, wewenang dan sebagainya.
Semua perubahan itu ada yang maju (progress) dan ada yang mundur (regress).
Kehidupan masyarakat manusia, ada pandangan segolong atau sekelompok yang mempunyai
rasa membangun dimana selalu menginginkan kemajuan-kemajuan dan perombakan-
perombakan sesuai dengan tuntutan zaman, disamping itu pula di dukung oleh pandangan
segolongan masyarakat yang bersifat optimis yang diartikan sebagai sekelompok masyarakat
yang mempunyai keyakinan bahwa besok di kemudian hari ada kehidupan yang lebih cerah,
sehingga di dorong oleh rasa kejiwaan faham optimis tersebut. Mereka selalu berhati-hati
dalam membawa arus masyarakat cenderung maju dan berubah.
Berbeda halnya dengan pandangan segolongan masyarakat yang hanya menurut apa
adanya dan apa yang terjadi seolah-olah masa bodo terhadap lingkungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung meruba secara kehidupan dimana mereka hidup dalam
masyarakat itu sendiri. Beberapa pandangan seperti itu, memerlukan pemahaman tentang
perubahan sosial yang harus ddimulai dengan di definisikan dengan konsepnya.
Wilbert Moore (dalam jagobus ranjabar, 2015:4) mendifinisikan perubahan sosial sebagai
“perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang dimaksutkan dalam struktur sosial adalah
“pola-pola perilakun dan interaksi sosial”. Wilbert Moore memasukan kedalam definisi
perubahan sosial berbagai ekspresi mengenai struktur, seperti norma, nilai, dan fenomena
struktural, sehingga jelaslah bahwa definisi demikian itu serba mencangkup. Wilbert Moore
berpendapat bahwa perubahan sosial bukanlah gejala masyarakat moderen tetapi sebuah hal
yang universal dalam pengenalan hidup manusia.
Gillin Jhon dan Jhon Philip Gillin (dalam jakobus ranjabar, 2015:5) mengatakan arti
perubahan-perubahan sosial sebagai suatu fariasi dari cara-cara hidup yang telah diterima,
baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisis penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Devinisi perubahan sosial dalam arti lain adalah dari selo soemarjand, rumusannya adalah
segala perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termaksud di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan dari devinisi tersebut terletak pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan
mana kemudian mempengaruhi struktur masyarakat lainnya.
Inti perubahan sosial ialah faktor dinamika manusianya yang kreatif. Anggota
masyarakat harus bersikap terbuka bahkan ia secara kreatif menciptakan kondisi perubahan,
terutama dibidang ekonomi dan pola hidup sehari-hari. Perubahan sosial bersifat berantai
melibatkan segala aspek kehidupan dan kadang diselingi gejola konflik berupa proses
perubahannya.
2.4 Nelayan
Nelayan dapat diartikan orang perorangan atau sekelompok orang yang pekerjaanya
berhubungan dengan laut dan tujuan utamanya adalah menangkap ikan guna memenuhi
kebutuhannya, dan mereka pada umumnya mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir
laut termaksud pesisir sungai. Manusia dikenal sebagai mahluk bermasyarakat dan dalam
perkembangannya manusia sangat tergantung dengan alam sekitarnya, jika manusia itu hidup
digunung maka cenderung pola kehidupannya adalah petani atau berburu, jika hidup didaerah
pantai, maka pola kehidupannya adalah nelayan.
Kehidupan nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih konpleks jika
dibandingkan dengan kehidupan petani, hal ini dikarenakan jam kerja para nelayan terhambat
dengan siklus bulanan dan juga pekerjaannya penuh dengan resiko, mereka harus melawan
kekuatan ombak. Keberadaan para nelayan sudah sangat jelas ungkap oleh Masyhuri
(1993:125), bahwa mereka pada umumnya mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir
pantai termaksud danau dan sepanjang aliran sungai. Penduduk tersebut menggantungkan
hidupnya dari menangkap ikan.
Aktifitas nelayan ditentukan oleh musim, para nelayan membagi musim menjadi dua
yaitu musim panen dan musim penceklik. Sesuai dengan nama musimnya, musim panen
merupakan saat para nelayan memperoleh puncak penghasilan, sebaliknya musim penceklik
merupakan saat para nelayan berpenghasilan kurang. Musim panen dicirikan oleh munculnya
jenis buruan pada daerah penangkapan para nelayan, bertepatan dengan musim teduh atau
laut tidak berombak. Ombak besar menyebakan perahu sukar dikendalikan dan jaring
tergulung oleh arus sehingga tidak bisa dibentangkan pada posisi seharusnya. Sedangkan
musim penceklik terjadi bila sumber daya menghilang dari wilayah penangkapan nelayan
atau laut berombak, bila penceklik terjadi karena sebab pertama, para nelayan mencoba
mengatasinya mengganti alat tangkap sesuai dengan sumber daya yang ada atau dengan
berpindah daerah penagkapan ke daerah perairan lain. Bila penceklik terjadi karena musim
ombak, para nelayan mengatasinya dengan berpindah daerah penangkapan atau berimigrasi
ke perairan lain.
Wilayah pesisir merupakan wilayah antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh
sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut,perembesan air laut yang dicirikan oleh jenis
vegetasi yang khas dan batas ke arah laut mencakup bagian atau batasan terluar dari paparan
benua, di mana ciri-ciri perairan ini ,masih di pengaruhi oleh proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi oleh aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti pengundulan hutan dan pencemaran.
Beattley, et al. menjelaskan wilayah pesisir adalah wilayah dinamik yang saling
berhubungan dimana daratan, air, dan udara berinteraksi di dalam keseimbangan yang mudah
terganggu (Fragile) yang secara tetap dirubah oleh pengaruh alam dan manusia.
Wilayah pesisir adalah wilayah yang membentuk batasan antara daratan dan laut dan
dapat memanjang ke arah darat dan kearah laut dengan luas yang beragam tergantung pada
keadaan topografi, tujuan dan kebutuhan program khusus. Dalam perspektif yang lebih luas,
penentuan batas wilayah pesisir ini tergantung pada pertimbangan politik, administrasi,
hukum (legal), ekologi dan pragmatis sebab di wilayah pesisir terdapat seperangkap
kemungkinan isu-isu pesisir. Selain itu, wilayah pesisir ini dapat dipengaruhi oleh kegiatan
yang jauh dari batasan wilayah administrasi pemerintah tersebut. Wilayah pesisir yang sempit
bisa sesuai jika maksudnya adalah untuk mengelola hanya garis pantai (Shoreline) dan daerah
pasang surut (intertidal) saja, tetapi jika isu-isu DAS dan jalur hijau (Greenbelt) sepanjang
bentangan sungai menjadi perhatian utama maka perluasan batasan wilayah pesisir ke arah
daratan menjadi sangat penting. Sementara itu jika isu-isu yang muncul meluas lebih jauh ke
arah laut maka zona ekonomi eksklusif (ZEE) dapat dimasukan.
1. Pendekatan ekologis: wilayah pesisir merupakan kawasan daratan yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses kelautan, seperti pa
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu jenis penelitian
yang bermaksud memberikan kejelasan dan gambaran secara detail mengenai objek yang
diteliti, dalam hal ini yaitu studi Sosiologis tentang kehidupan sosial ekonomi keluarga
nelayan pasca gempa dan tsunami tahun 2018 di Desa Tompe Kecamatan Sirenja.
Unit analisis penelitian ini adalah keluarga nelayan di desa Tompe, penentuan
informan dalam penelitian dilakukan dengan teknik Snowball sampling. Dalam penelitian
kualitatif, biasanya peneliti memiliki subjek ( informan ) yang terbatas. Dengan jumlah yang
terbatas itu, penelitian akan bertanya pada subjek yang terdahulu (yang sedang diwawancarai)
tentang siapa saja yang dapat dimintai informasi terkait dengan tema yang ditelitinya.
Maksud teknik Snowball sampling adalah dari jumlah subjek yang sedikit, semakin lama
berkembang menjadi banyak, dengan teknik ini jumlah informan yang akan menjadi
subjeknya akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data baik data primer maupun data
sekunder. Teknik pengumpulan data yang dapat dijadikan hasil penelitian atau penunjang
penelitian ini dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian dengan metode sebagai
berikut :
1. observasi
observasi merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan pertama kali oleh setiap
peneliti. Observasi merupakan suatu kegiatan optimalisasi dalam penelitian baik dalam
melihat, memahami sekaligus menyesuaikan diri dengan lapangan dan objek penelitian.
Observasi ini dilakukan peneliti dengan melakukan pengamatan terhadap kehidupan sosial
ekonomi keluarga nelayan sebelum dan sesudah gempa dan tsunami tahun 2018 di Desa
Tompe Kecamatan Sirenja.
2. wawancara
wawancara merupakan salah satu pengumpulan data primer, melalui wawancara
peneliti akan memperoleh data secara langsung dari informan yang terkait dengan “
kehidupan sosial ekonomi keluarga nelayan sebelum dan sesudah gempa dan tsunami
tahun 2018 di Desa Tompe Kecamatan Sirenja “ dalam wawancara peneliti telah
menyiapkan sejumlah pertanyaan dalam bentuk pedoman wawancara.
3. Dokumentasi
tahap pengumpulan data menggunakan dokumentasi ini merupakan cara pengumpulan
data dengan memanfaatkan hasil atau gambar yang diambil saat berada dilapangan
atau pada saat penulis melakukan penelitian. Peneliti mengambil gambar dari apa
yang hendak diteliti dan dianalisi, seperti saat wawancara yang bisa melengkapi dari
hasil penelitian.
3.5 Analisis data
Menurut Miles dan Hurberman (2007:16), analisis data kualitatif adalah suatu proses
analisis yang terdiri tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarik kesimpulan dan verivikasi.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyerdahanaan, pengabstrakan, dan informasi data pasar yang muncul dari catatan
tertulis dilapangan, dalam hal ini semua data yang telah terkumpul melalui wawancara
dan hasil rekaman perlu diedit sehingga memudahkan proses analisis selanjutnya.
mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
faham yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti.
2. Penyajian data
Penyajian data disini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
adanya penarikan kesimpulan, pada tahap ini peneliti berupaya mengkalsifikasikan
dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan penelitian.
3. Verifikasi Data
Verivikasi atau kesimpulan adalah tahap akhir dalam proses analisis data. Pada bagian
ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. kegiatan ini
dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan.