Di susun
O
L
E
H
PINGKI PITRIA R MAKMUR (432418019)
BIOLOGI A NON-DIK
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini kami selesaikan tepat pada waktunya. Ada
pun makalah ini kami susun, untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Lingkungan. Makalah ini kami beri judul “PERMASALHAN LINGKUNGAN
LOKAL”. Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu
masyarakat mengetahui pengertian pengetahuan permasalahan lingkungan lokal,.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kritik dan saran
yang membangun kami harap kan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan cermat. Lingkungan saat ini mulai terancam oleh berbagai dampak
yang ditimbulkan berbagai aktifitas manusia. Dari tahun ke tahun lingkungan saat
ini mulai menampakan perubahan yang signifikan.
Masalah lingkungan sesungguhnya merupakan masalah yang sangat luas
karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan
beraneka ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, social dan budaya dan
tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan studi
physical environment itu sendiri, seperti biologi, kimia, geologi, ilmu kehutanan
dan sebagainya. Seiring dengan petambahan penduduk dan perkembangan
berbagai industri, maka masalah lingkungan telah menjadi masalah serius yang
dihadapi oleh manusia.
Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan masalah lingkungan lokal,
nasional, regional dan global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak
dari permasalahan lingkungan, apakah dampaknya hanya lokal, nasional, regional
atau global. Bila kita melihat bumi secara utuh maka bumi merupakan satu sistem
yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Akhir-akhir ini masalah kelingkungan
hidup menjadi topik yang hangat diperdebatkan dalam berbagai fora internasional
karena adanya gejala pemanasan global yang semakin menghawatirkan.
Masalah lingkungan lokal merupakan hal yang sangat mudah dilihat bahwa
Indonesia masih mempunyai kesadaran yang rendah terhadap masalah lingkungan
terutama masyarakatnya yang kebanyakan masih terlalu terfokus pada usaha untuk
bertahan hidup dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak secara ekonomi
sehingga mereka melakukan segala upaya untuk mendapatkan uang lebih meskipun
hal ini berarti mereka harus mengancam lingkungan dan alam. Kegiatan ini sudah
berlangsung selama bertahun-tahun dan kini masyarakat mulai merasakan imbas atas
apa yang mereka lakukan terhadap alam. Berbagai macam masalah lingkungan
muncul di berbagai wilayah di Indonesia dan tentu saja banyak masyarakat yang
merasakan derita baik secara langsung maupun tidak langsung atas kerusakan alam
yang terjadi di wilayah mereka. Boleh saja kita tidak memberikan tanggapan serius
terhadap masalah lingkungan global seperti kerusakan lapisan ozon karena pada
dasarnya daerah yang terimbas pertama kali bukan Indonesia melainkan kutub bumi
meskipun kemudian tentu ada imbas besar yang akan dirasakan oleh rakyat
Indonesia. Kini, banyak peristiwa yang membawa derita yang harus dialami oleh
banyak orang di daerah asalnya masing-masing dan hal ini terjadi bukan tanpa sebab
yang berkaitan dengan ulah manusia terhadap alam.
Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para
ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan
latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta
dalam menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini.
Dan juga masalah lingkungan local adalah kondisi dimana alam sekitar tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu factor yang mempengaruhi adalah factor
manusia.
1. Banjir
2. Longsor
Longsor adalah terkikisnya daratan oleh air lairan (run off) karena
penahan air larian (daerah hijau) berkurang.
Dampak dari longsor bisa berdampak terjadinya kerusakan tempat tinggal
atau tempat kegiatan aktivitas seperti ladang, sawah dan juga bisa menganggu
transportasi kegiatan perekonomian. Dampaknya sangat dirasakan bagi daerah
lokal dan ada kemungkinan berantai kedaerah lainnya.
3. Kekeringan
Kekeringan adalah kekurang air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia atau mahluk hidup lainnya.
Dampak dari kekeringan bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan,
keterancaman pangan
2.3.Studi kasus
Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi
tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas
dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena fenomena yang terjadi
di daratan seperti erosi banjir dan aktivitas yang dilakukan seperti pembangunan
pemukiman, pembabatan hutan untuk persawahan, pembangunan tambak dan
sebagainya pada akhirnya memberi dampak pada ekosistem pantai. Demikian pula
fenomena fenomena di lautan seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan
sebagainya. (Hastuti, 2012)
Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat di
berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai)
akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan
daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehingga garis
pantai berubah (Nur, 2004). Pantai dikatakan mengalami abrasi bila angkutan
sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006)
Di pantai utara Jawa Tengah, luasan abrasi sudah mencapai 5.500 hektar yang
tersebar di 10 kabupaten/kota. Salah satu daerah yang mengalami abrasi cukup parah
adalah pantai di Kecamatan Sayung, kab. Demak. Di daerah tersebut permasalahan
yang terjadi cukup berat khususnya menyangkut penurunan fungsi lahan dikarenakan
abrasi pantai, dan penggenangan air laut di kawasan tambak seluas 582,8 ha yang
selama lima tahun ini tergenang dan kemudian hilang. (Bappeda Demak, 2000)
Ini berarti Kabupaten Demak adalah salah satu wilayah kabupaten pesisir di
jawa tengah yang terkena dampak abrasi cukup parah. Kecamatan Sayung
mengalami dampak abrasi yang mengakibatkan banyak permasalahan seperti
hilangnya lahan pemukiman, lahan pertambakan dan mata pencaharian yang
berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup masyarakat . Masyarakat yang
hidup di wilayah pesisir seperti nelayan, petani dan petambak kehidupannya
tergantung pada sumberdaya alam. Kondisi lingkungan dan sumberdaya alam pesisir
yang rentan tersebut berdampak pada aspek sosial ekonomi dan sosial budaya
penduduk. Kegiatan kegiatan tersebut misalnya industri (berpotensi menimbulkan
pencemaran, abrasi dan akresi), reklamasi (perubahan pola arus yang menyebabkan
terjadinya abrasi dan akresi), perumahan (limbah padat) pertanian (sedimentasi,
pencemaran) kegiatan transportasi laut dan pelabuhan (pencemaran). Berbagai
kerusakan dan pencemaran lingkungan ini mengancam kelestarian usaha dan atau
mata pencaharian penduduk. (Hadi, 2005)
Pengetahuan tentang dampak lingkungan sosial abrasi menjadi sangat
penting diketahui sebagai salah satu cara untuk dapat menjadi arahan penyusunan
kebijakan dan strategi mitigasi. Karena dari tahun ketahun perambatan abrasi
menjadi ancaman serius dan pasti akan terus merambah ke wilayah daratan. Namun
disisi lain masyarakat disana masih banyak yang ingin tetap bertahan.
Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat
aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan daratan
mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehingga garis pantai
berubah (Hermanto, 1986). Pantai dikatakan mengalami abrasi bila angkutan
sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006)
Menurut Purba (2002) Lingkungan sosial didefinisikan sebagai wilayah yang
merupakan tempat berlangsungnya bermacam macam interaksi sosial antara
berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang
sudah mapan serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan (tata
ruang).Sedangakan Carley dan Bustelo dalam Wulan (2012) menjelaskan ruang
lingkup aspek sosial paling tidak mencakup aspek demografi, sosial, ekonomi,
institusi, psikologis dan sosial budaya. Dampak demografis meliputi angkatan kerja
dan perubahan struktur penduduk, kesempatan kerja peminndahan dan relokasi
penduduk. Dampak sosial ekonomi terdiri dari perubahan pendapatan, kesempatan
berusaha dan pola tenaga kerja. Dampak institusi merupakan naiknya permintaan
akan fasilitas seperti perumahan, sekolah, sarana rekreasi. Dampak psikologis dan
sosial budaya meliputi integrasi sosial, kohesi sosial, keterikatan dengan tempat
tinggal.
BAB III
PENUTUP
3.1.kesimpulan
1. Banjir
2. Kekeringan
3. Longsor
4. Abrasi pantai
5. Intrusi air laut
Contoh studi kasus pada permasalahan lingkungan local ini adalah Dampak
Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial (Studi Kasus di Desa Bedono, Sayung
Demak.
3.2.saran
Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kab. Demak. 2006. Detail Engineering
Penanganan Abrasi dan Rob.
Nur, M. Tajudin. 2004. Abrasi Pantai dan Proses Bermigrasi. Desertasi Program
Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH). Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.
Purba. Jonny. 2002 Pengelolaan Lingkungan Sosial. Yayasan Obor. Jakarta
TERIMAKASIH