Anda di halaman 1dari 34

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN AIR

TAHURA NIPA-NIPA DI DESA SAWAPUDO KECAMATAN


SOROPIA KABUPATEN KONAWE

ZULHAN
NIM. M1A119091

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN AIR
TAHURA NIPA-NIPA DI DESA SAWAPUDO KECAMATAN
SOROPIA KABUPATEN KONAWE

ZULHAN
NIM. M1A119091

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Air Tahura Nipa-


Nipa di Desa Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe.
Nama : Zulhan
NIM : M1A1 19 091

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mengetahui:
Ketua Jurusan Kehutanan

Tanggal Disetujui:
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian . 2
1.4. Kerangka Pikir . 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Persepsi Masyarakat . 6
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat . 8
2.3. Masyarakat sekitar hutan 12
2.4. Manfaat air terhadap masyarakat . 13

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat 14
3.2. Alat dan Bahan . 14
3.3. Prosedur Kerja 15
3.4. Analisis Data . 16
DAFTAR PUSTAKA . 21
LAMPIRAN . 25
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Lembar kuisioner (wawancara) 33


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pikir penelitian Persepsi Masyarakat Terhadap


Pemanfaatan Air Tahura Nipa-Nipa di Desa Sawapudo Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe 11
2. Skema prosedur kerja 30
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta lokasi penelitian 33


2. Lembar kuisioner (wawancara) 33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan faktor yang utama dalam menjaga kualitas dan

ketersediaan air yang berfungsi sebagai pengatur tata air dan perlu dikelola

dengan baik. Ancaman kerusakan hutan akibat perambahan dan penebangan

liar jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa besarnya dari

hilangnya hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai nilai

fungsi ekologis dan biodiversitas besar (Mukaddas, 2019).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2002

tentang tata Hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan

dan penggunaan kawasan hutan (pasal 5 ayat 2), maka ada 3 pembagian kawasan

hutan yaitu, hutan konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam

dan suaka margasatwa), kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman hutan

raya, dan taman wisata) taman bu ru. Kawasan hutan lindung untuk tujuan mengatur

tata air, dan kawasan hutan produksi untuk memproduksi hasil hutan.

Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya. Menurut (undang-undang Nomor 5 Tahun 1990) Tahura Nipa-Nipa

merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata

air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan iklim

mikro, serta pengawetan keanekaragaman hayati. Berdasarkan pusat inventarisasi

dan statistik kehutanan, (2002) keberadaan Tahura Nipa-Nipa tidak terlepas dari
persepsi masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan karena manfaat yang

di berikan secara langsung berupa ketersediaan air yang melimpah sehingga peran

masyarakat sekitar hutan dan luar hutan sangat penting untuk menjaga kawasan

agar kelestariaanya bisa berkelanjutan.

Pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan merupakan

upaya pengelolaan sumberdaya alam di dalam kawasan hutan melalui fungsi

lindung, konservasi dan produksi dengan memperhitungkan kelangsungan

persediaannya dan lingkungan sekitar sesuai pasal 6 Undang-Undang No.41 tahun

1999 (tentang Kehutanan) tujuannya untuk mengupayakan kelestarian

sumberdaya hutan dan keseimbangan ekosistem, sehingga dapat lebih mendukung

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah dalam

pembatasan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan khususnya

masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan dapat di himpun pada suatu

kelembagaan kelompok tani pelestari Hutan. Silalahi (2011) menyatakan bahwa

peran kelompok tani diwujudkan dalam kegiatan fisik dan non fisik. Kegiatan

fisik berhubungan dengan pengelolaan hutan, sedangkan kegiatan non fisik

berhubungan dengan pengembangan organisasi/lembaga yang ikut dilibatkan ke

dalam program perlindungan sumber daya hutan.

Puspitasari (2016) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mendorong

seseorang dalam melakukan interaksi tinggi adalah motivasi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan dengan cara memaksimalkan potensi yang tersedia. mereka

umumnya memanfaatkan air untuk kebutuhan hidup sehari–hari dan perlu adanya

pengetahuan tentang pemanfaatan air secara berkelanjutan dan juga peran

masyarakat secara umum dalam menjaga keberlangsungan sumber mata air.


Pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar hutan yang tidak terkontrol disinyalir

dapat menimbulkan kerusakan hutan (Purba, 2002). Studi mengenai persepsi

masyarakat terhadap pemanfaatan air Tahura Nipa-Nipa di Desa Sawapudo

Kecamatan Soropia belum pernah dilakukan. Oleh karna itu, saya tertarik untuk

melakukan penelitian ini mengenai persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan air

Tahura Nipa-Nipa Kecamatan Soropia.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana tingkat persepsi

masyarakat terhadap pemanfaatan air Tahura Nipa-Nipa di Desa Sawapudo

Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi masyarakat

terhadap manfaat pengelolaan air secara terpadu di tahura nipa-nipa. Sedangkan

manfaat penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi,

baik untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini

serta menambah pengetahuan baru bagi peneliti terkait tahura nipa-nipa di Desa

Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.

1.4. Kerangka Pikir

Kawasan Tahura Nipa-Nipa memiliki empat pembagian blok, yakni blok

Lindung,blok pemanfaatan, blok Koleksi tanaman, dan blok lainnya. Pada blok

pemanfaatan dan blok lainnya di gunakan masyarakat untuk memanfaatkan

kawasan Tahura Nipa-Nipa sebagai penyedia sumber mata air bersih bagi
masyarakat dan memanfaatkan lahannya sebagai lahan perladangan dan

perkebunan. Sejalan dengan itu Tahura Nipa-Nipa terbukti banyak memberikan

manfaat, antara lain manfaat langsung dan tidak langsung. Karena manfaat

langsung cenderung lebih di rasakan berupa ketersediaan air yang melimpah,

Masyarakat yang tinggal di sekitar Tahura Nipa-Nipa mengolah air untuk

kebutuhan rumah tangga, industri rumahan dan kegiatan pengairan perkebunan

untuk bercocok tanam. Persepsi masyarakat terhadap adanaya tahura sebagai

sistem penyangga akan berpengaruh besar pada kelangsungan terjaganya sumber

mata air dan stabilitas ekosistem Tahura Nipa-Nipa. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan kerusakan Tahura seperti pemanfaatan yang berlebihan sedangkan

vegetasi pendukung yang masih kurang, dan banyaknya perladangan berpindah,

pal batas Tahura yang tidak jelas serta kurangnya pegawai pengawas Taman

Hutan Raya Nipa-Nipa. Maka untuk mengetahui ketersediaan air dan presepsi

masyarakat terhadap pemanfaatannya di Kawasan Tahura Nipa-Nipa Desa

Sawapudo maka perlu dilakukannya survey langsung ke kawasan untuk melihat

berapa besar kebutuhan air masyarakat dan bagaimana peran masyarakat dalam

menjaga Tahura Nipa-Nipa di Desa Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten

Konawe. Oleh karena itu, dasar memilih judul ini agar dapat memberi informasi

baik bagi peneliti maupun penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian

ini.
Tahura Nipa-Nipa

Pembagian blok Blok lindung Pemanfaatan


Blok pemanfaatan langsung
Blok koleksi tanaman
Blok lainnya

Masyarakat sekitar Pemanfaatan mata air


hutan tahura nipa-nipa

Persepsi masyarakat Faktor-faktor yang


mempengaruhi
persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat
terhadap tahura
sebagai sumber air

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan


air Tahura Nipa-Nipa di Desa Sawapudo Kecamatan soropia
Kabupaten Konawe.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi Masyarakat

2.1.1. Pengertian Persepsi

Persepsi secara umum sering diartikan sebagai cara pandang masyarakat

atau seseorang terhadap suatu obyek, baik itu obyek fisik maupun sosial. Persepsi

adalah suatu proses untuk membuat penilaian atau membangun kesan mengenai

berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang

(Pahlevi, 2007)

Menurut saputra (2015) persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu

serapan terhadap suatu hal, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

panca inderanya. Definisi persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan,

bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah

pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu. Persepsi yang benar terhadap suatu obyek diperlukan,

sebab persepsi merupakan dasar pembentukan sikap, tindakan dan perilaku.

Persepsi seseorang terhadap sesuatu akan mempengaruhi perilakunya (behavior)

salah satunya dalam wujud pengambilan keputusan (Crespo, 2012).

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan

mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar

akan diri kita sendiri (Shaleh et al., 2013). Persepsi individu terhadap lingkungany

a merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan


individu tersebut. Perilaku adalah hasil persepsi dan persepsi yang salah bisa

menimbulkan perilaku yang salah (Harisah et al., 2008).

2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat

Berdasarkan faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat dapat

dilihat dari beberapa faktor yaitu :

Menurut rakhmat (2005) persepsi ditentukan oleh faktor personal dan

faktor situasional. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

Faktor fungsional: faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa

lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak

ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan

respon pada stimuli tersebut.

Faktor struktural: faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek

saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Menurut Toha (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan karakteristik individu,

prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan

fisik, gangguan kejiwaan, nilai dankebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Gambar. Proses terbentuknya faktor-faktor persepsi dalam masyarakat.

Restiyanti et al. (2005) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi, dapat dikelompokan dalam dua faktor utama yaitu:

1) Faktor internal, meliputi :

a) Pengalaman

b) Kebutuhan

c) Penilaian

d) Ekspektasi / pengharapan, dan

2) Faktor eksternal, meliputi :

a) Tampakan luar

b) Sifat – sifat stimulus

c) Situasi lingkungan
Selain itu, menurut umar (2009) mengemukakan ada 3 faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi masyrakat yaitu:

1).Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba

menafsirkanapa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.

2).Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat me

mpengaruh apa yang dipersepsikan. Taget tidak akan dipandangnya dalam kea

daan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruh

persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang

berdekatan atau yang mirip.

3).Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa

sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

2.3. Masyarakat sekitar hutan

Berdasarkan peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia no.88

Tahun 2014 pemberdayaan masyarakat sekitar hutan merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan. Masyarakat

setempat adalah penduduk yang bermukim di dalam dan sekitar kawasan hutan

yang memiliki kesatuan komunitas sosial dengan sebagian kesamaan mata

pencahrian yang bergantung pada kawasan hutan dan aktifitas nya dapat

berpengaruh pada ekosisitem hutan. Kondisi umum masyarakat di dalam dan

sekitar kawasan hutan ditandai dengan rendahnya kapasitas sumber daya manusia,

(pendidikan, sosial ekonomi dan informasi) mengakibatkan semakin terbatasnya

akses masyarakat di dalam dan sekitar hutan (Hubeis et al., 2004).


Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, sesungguhnya dapat menjadi

pilar bagi terciptanya pengelolaan hutan lestari. Perilaku mereka merupakan

komponen krusial dalam mengelola dan melestarikan hutan. Bentuk perilaku

negatif masyarakat sekitar hutan mengarah pada pengeksploitasian dan

pemanfaatan hutan yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan hutan

(Senoaji, 2011).

Menurut Tangirerung (2018) struktur sosial merupakan suatu bangunan

sosial yang terdiri dari unsur-unsur sosial yang saling berkaitan satu sama lain

secara fungsional. Terdapat dua unsur utama dalam stratifikasi sosial yakni, status

(kedudukan) dan peran. Status menunjukkan posisi seseorang dalam masyarakat

sedangkan peran merupakan tingkah laku seseorang yang memiliki kedudukan

tertentu. Berdasarkan penelitian Susanti (2011) mengemukakan bahwa struktur

sosial berperan dalam peningkatkan kelestarian hutan dan mampu meningkatkan

kesejahteraan melalui berbagai kebijakan dan bantuan yang dilakukan oleh

mereka yang dianggap memiliki kekuasaan, kehormatan (prestise), hak

pendidikan dan kriteria ekonomi dalam setiap tahap pengelolaan hutan. Dalam

penelitiannya kekuasaan, previllage (hak khusus), prestise (kehormatan) dan

kriteria ekonomi (kekayaan) menjadi faktor pembentuk struktur sosial utama

dalam masyarakat. Selain itu, struktur sosial dapat berperan sebagai pengontrol

dalam pengelolaan hutan agar tidak terjadi perusakan hutan (Tangirerung, 2018).
2.4. Manfaat air terhadap masyarakat

Berdasarkan UU RI NO.7 Tahun 2004, air adalah semua wujud air yang

terdapat diatas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini

air tanah, air laut, dan air hujan yang berada di darat (tambak). Sumber daya air

merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi hidup dan kehidupan mahluk

serta sangat strategis bagi pembangunan perekonomian, menjaga kesatuan dan

ketahanan nasional sehingga harus dikelola secara terpadu, bijaksana dan

professional.

Menurut Kodoatie et al. (2008) kebutuhan air bagi kehidupan manusia ada

dua yaitu kebutuhan air domestik (keperluan rumah tangga) seperti untuk minum,

memasak, mencuci mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah

dan kebutuhan air nondomestik yang meliputi pemanfaatan komersial, dan

kebutuhan industri. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari

berkisar antara 150–200 liter atau 35 atau 40 galon. Kebutuhan air tersebut

bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan

masyarakat (Chandra, 2007).

Kondisi kawasan hutan, terutama penutupan lahan hutan akan sangat

berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah dan air permukaan. Hutan berfungsi

sebagai pengatur tata air, yaitu dengan cara menahan air hujan guna mengurangi

erosi permukaan dan meresapkannya ke dalam tanah, dan selanjutnya dilepas

secara teratur ke dalam berbagai aliran air permukaan dan di bawah permukaan,

sehingga distribusinya lebih baik bagi berbagai kepentingan di luar hutannya itu

sendiri (Darusman, 1993).


Menurut Pudi (2017) upaya perbaikan kualitas (cathcment area) sudah

dilakukan pemerintah dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, namun upaya

yang hanya dilakukan sepihak tanpa ada kerjasama dengan masyarakat yang

bersinggungan langsung dengan kawasan dirasa kurang efektif, oleh karenanya

perlu adanya partisipasi aktif masyarakat untuk turut menjaga sumber daya air.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sawapudo Kecamatan Soropia


Kabupaten Konawe. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai dari Oktober
2023 hingga November 2023.
3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam rencana penelitian ini antara lain

adalah kuesioner. Kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan terkait dengan

objek yang di amati. Sedangkan Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah alat tulis menulis, kamera, alat perekam dan global positioning system

(GPS).

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam rencana penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal

dan yang berkebun sekitar Taman Hutan Raya di Desa Sawapudo. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling atau secara

acak proposional. Penentuan besarnya ukuran sampel dalam penelitian ini akan

dihitung dengan rumus Slovin (Utami et al., 2020) sebagai berikut:

ni =Ni1+Ni².

Keterangan :

ni = jumlah sampel

Ni= Jumlah populasi

∑ Ni = Total Populasi Ni

E = Tingkat Error ( 10%). Tingkat Kepercayaan 90%.


Berdasarkan Rumus Slovin tersebut sehingga memperoleh responden 40

orang, setiap responden mewakili satu KK yang berada di Desa Sawapudo yang berarti

ada 40 KK yang dijadikan sampel 18% dari jumlah populasi.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam rencana penelitian ini adalah data kualitatif

yang di kuantifikasikan. data kualitatif diperoleh dengan mengelompokkan keterangan

yang di berikan oleh responden berdasarkan tingkat presepsi masing-masing, kemudian

penyajian datanya di lakukan secara deskriptif kuantitatif yang di sajikan dalam bentuk

tabel guna melihat tingkat presepsi mereka.

Sumber data yang digunakan dalam rencana penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari lokasi

penelitian dengan menggunakan kuisioner. Sementara itu, Data sekunder yaitu yang di

peroleh dari buku, jurnal, dan media sosial.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu objek yang mempunyai banyak variasi tertentu

antara satu dan lainya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari

informasinya serta ditarik kesimpulanya. Variabel yang diamati dalam penelitian ini

adalah:

1. Karakteristik masyarakat sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa meliputi:

umur, tingkat pendidikan, Pekerjaan , pendapatan, dan jumlah anggota keluarga.


2. Persepsi masyarakat yaitu penilaian terhadap keberadaan, fungsi, dan manfaat air di

tahura nipa-nipa.

3. Manfaat air, baik secara langsung maupun tidak langsung yang diterima oleh

masyarakat terhadap adanya tahura nipa-nipa.


3.manfaat air, baik secara langsung maupun tidak langsung yang diterima oleh

masyarakat terhadap adanya tahura nipa-nipa.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa tahap yang meliputi;

1. Rencana penelitian: Rencana penelitian merupakan catatan yang menjelaskan

semua prosedur dari penelitian sejak dari tujuan penelitian hingga analisis data.

2. Menyiapkan bahan dan alat penelitian: Penyiapan bahan dan alat sangatlah penting

agar pada saat proses penelitian tidak ada kendala yang dihadapi.

3. Observasi Lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan dan identifikasi

terhadap objek penelitian.

4. Komukasi langsung/Wawancara: Proses komunikasi yang akan dilakukan secara

langsung atau tatap muka dengan responden.

5. Validasi data-data yang diperoleh pada saat penelitian: Data-data diperoleh di

lapangan belum tentu valid, Olehnya itu perlu dilakukan pemvalidasian data agar

penelitian yang dilakukan ilmiah.

6. Analisis data: Analisis data merupakan suatu metode atau cara untuk mengolah

sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah

untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang

terutama adalah masalah sebuah tentang penelitian.


7. Penyusunan skripsi: Setelah data-data yang diperoleh telah dianalisis maka

selanjutnya penyusunan skripsi.

Prosedur penelitian ini dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang

tepat dalam hasil penelitian. Berikut gambar posedur penelitian yang akan

dilaksanakan oleh peneliti:

3.7 Analisis Data

Analisis yang dilakukan pada persepsi masyarakat dengan menggunakan skala

likert. Menurut Endar (2000) dalam Mando et al. (2018) skala likert ini merupakan alat

untuk mengukur sikap dan persepsi dari keadaan yang sangat positif ke jenjang yang

sangat negatif, untuk menunjukkan sejauh mana tingkat persetujuan atau

ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti.

Penelitian ini akan ditentukan skor tertinggi jawaban pertanyaan yang diajukan

kepada masyarakat adalah sebesar 4, sedangkan untuk skor jawaban terendahnya adalah

1, dengan kategori persepsinya yaitu sangat setuju/sangat tahu, cukup setuju/cukup

tahu, kurang setuju/kurang tahu dan tidak setuju/ tidak tahu Untuk jawaban yang sangat

setuju/sangat tahu diberi nilai 4, cukup setuju/cukup tahu diberi nilai 3, kurang

setuju/kurang tahu diberi nilai 2, dan tidak setuju/tidak tahu diberi nilai 1.

Pemeringkatan persepsi masyarakat dilakukan dengan mengajukan 12 item pertanyaan

dengan tiap-tiap item dari pertanyaan tersebut diberi skor tertinggi nilai 4 dan total keseluruhan

dari 12 item pertanyaan nilainya 48. Untuk skor terendah masing-masing diberi nilai 1 dengan

total nilai keseluruhan berjumlah 12. Sedangkan untuk penentuan banyaknya jumlah kategori

ditentukan sejak awal berjumlah 4 kategori. Selanjutnya nilai dari jumlah setiap responden
dijumlahkan dan dibuat pemeringkatan dengan skala penilaian sebagai berikut Yudiantari

(2002) dalam Manalu et al. 2015).

Selisih per kategori = Skor Tertinggi-Skor terendah

Jumlah Kategori

Selisih per kategori = 48-12 =36 di bagi 4 = 9

Tabel 1. Kriteria penilaian persepsi masyarakat terhadap manfaat keberadaan Air Tahura Nipa-

Nipa di Desa Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe:

No. Kriteria/interval Persepsi

1 12-20 Tidak Setuju/Tidak tahu

2. 21-29 Kurang Setuju/Kurang Tahu

3 30-38 Cukup Setuju/Cukup Tahu

4 ≥ 39 Setuju/ Tahu

Sumber: Data Primer tahun 2020

3.8 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahura Nipa-Nipa merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama


dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga
keseimbangan iklim mikro, serta pengawetan keanekaragaman hayati

2. Persepsi masyarakat merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan

pengaturan masyarakat tentang nilai manfaat keberdaan air di Tahura Nipa-Nipa.

3. Masyarakat sekitar hutan merupakan orang-orang yang tinggal dan

melangsungkan kehidupannya di Desa Sawapudo.

4. Proposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan


pertimbangan tertentu untuk mendukung penelitian dan di lakukan secara acak.

5. Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk

mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk

melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat

persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang

digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel penelitian dan

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, H. 2016. Persepsi masyarakat pada implementasi perda nomor 12 tahun


2008 bab III pasal 3 tentang ketertiban sosial (studi kasus pemberian
sumbangan.

Amelia W. 2016. Fungsi hutan menurut persepsi masyarakat di desa sekitar KPH
Banyuwangi Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur. Skripsi
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.

Anandita, F. A., dan Saputra, S. D. 2015. Analisis pengaruh kepercayaan, keamanan,


kualitas pelayanan, dan persepsi akan risiko terhadap Keputusan Pembelian
Melalui Situs Jejaring Sosial. Jurnal, Program studi manajemen, fakultas
ekonomi, Universitas Slamet Riyadi. Surakarta.

Ardi, M. dan Aryani, L, 2013 Hubungan antara persepsi terhadap organisasi dengan
minat berorganisasi pada mahasiswa. Jurnal Fakultas Psikologi UIN Suska.

Chandra, B., 2007. Pengantar kesehatan lingkungan, Jakarta: EGC.

Darmawan, D dan Fadjarajani, S. 2016. Hubungan antara pengetahuan dan sikap


pelestarian lingkungan dengan perilaku wisatawan dalam menjaga kebersihan
lingkungan. universitas siliwangi tasikmalaya. Jurnal Geografi. 4 (1).

Darusman, D. dan D. Suharjito, 1998. Kehutanan masyarakat: beragam pola partisipasi


masyarakat dalam pengelolaan hutan. Institut Pertanian bogor. Bogor.

Depertemen kehutanan kantor wilayah Sulawesi Tenggara Sub Balai Konservasi


sumber daya alam Sulawesi Tenggara: 1997: informasi kawasan konsevasi
Provinsi Sulawesi Tenggara. Proyek pengembangan kawasan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kedari.

Endar, S. 2000. Metodologi penelitian dalam bidang kepariwisataan. Gramedia pustaka


utama. Jakarta.

Golar, 2014. Resolusi konflik dan pemberdayaan komunitas peladang di TNL.


prosiding seminar nasional reaktualisasi pengelolaan hutan berbasis
masyarakat Makassar.

Harisah, A dan Masiming, Z. 2008. “Persepsi manusia terhadap tanda, simbol dan
spasial”. Jurnal smartek, 6, (1), februari 2008: 29 – 43.

Hubeis, M. 1999. Sistem jaminan mutu pangan. Pelatihan pengendalian mutu dan
keamanan bagi staf penganjar. Kerjasama pusat studi pangan & gizi-IPB
dengan Direktorat jenderal pendidikan tinggi, departemen pendidikan dan
kebudayaan, Bogor.

Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan. 2015. statistik kementerian lingkungan


hidup dan kehutanan tahun 2014. Jakarta : kementerian lingkungan hidup dan
kehutanan.

khairullah, s., indra, dan fatimah, e. 2016. Persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan
mangrove dalam upaya pengurangan risiko bencana di Gampong Lamteh
Kabupaten Aceh Besar dan Gampong Pande Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmu
Kebencanaan, Vol 3 No 3, 110-119.

Kodoatie, R.J, dan Roestam Sjarief, Ph.D, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu, Edisi Revisi, Yogyakarta : Penerbit Andi.

McGuire, M., dan Beerman, K. A. 2007. Nutritional sciences: from fundamental to


food. Kanada: Thomson Wadsworth.

Mukaddas J, 2019 Nilai jasa lingkungan kawasan hutan sebagai penyedia sumber air
bersih untuk masyarakat sekitar kawasan tahura nipa-nipa kota Kendari Vol
4.No 2.

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pahlevi, T. 2007. Persepsi masyarakat terhadap taman wisata alam sicikeh cikeh (Studi
Kasus di Dusun pancur nauli, desa Lae Hole II, Kec. Parbuluan, Kab. Dairi,
Sumatera Utara). Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2002 jo PP Nomor 6 Tahun 2007 PP Nomor 3


Tahun 2008 tentang tata hutan dan rencana pengelolaan hutan serta
pemanfaatan hutan.

Purba, 2002. Kardiovaskular dan faal olahraga. Bandung: bagian ilmu faal/faal olahraga
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

Pusat data dan statistik pendidikan dan kebudayaan kementrian pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia. 2018. data APK dan APM KEMDIKBUD.
Diakses dari http://apkapm.data.kemdikbud.go.id. Pada tanggal 20 Februari
2018.

Puspitasari D. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara


masyarakat samin dan masyarakat non samin. jurnal societas 6(7): 1-23.

Senoaji, G., 2012. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry oleh masyarakat
Baduy Di Banten Selatan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. jurnal
bumi lestari, 12(2), pp. 283 – 289.
Setiawan, dan Hafiardi. 2010. “Identifikasi faktor-faktor penyimpangan norma
kesopanan di kalangan remaja (studi diskriptif kualitatif tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penyimpangan norma kesopanan dalam bahasa baku dan
sikap remaja di SMA Negeri 7 Surakarta)”. Sskripsi S1. Surakarta: fakultas
llmu sosial dan ilmu politik: universitas Sebelas Maret.

Silalahi, J. (2011). Peran kelompok tani dalam pelestarian hutan di Dusun Pringsurat.
Prosiding BP2LHK. Banjar Baru.

Suryaningsih, dan Hesti. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku


kunjungan ibu bayi dan balita ke posyandu di puskesmas kemiri muka Kota
Depok Tahun 2012. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.

Susanti P,K. 2011. Struktur sosial masyarakat sekitar hutan di Desa Se’Seng Kecamatan
Bittuang Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Fakultas
Kehutanan. Universitas Hasanuddin.

Tangirerung, L. 2018. Peran struktur sosial masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan
rakyat Di Desa Poton Kecamatan Bonggakaradeng Kabupaten Tana Toraja.
fakultas kehutanan UNHAS. Makassar.

Umar, 2009. Persepsi dan perilaku masyarakat dalam pelestarian fungsi hutan sebagai
daerah resapan air (Studi kasus Hutan Penggaron Kabupaten Semarang)
(Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Undang Undang Republik Indonesia no 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

Undang-Undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya.

Wecker L., Crespo L.M., Dunaway G., Faingold C. dan Watts S., 2012, Brody’s Human
Pharmacology Molecular to Clinical, Fifth Edition., Mosby Elsevier, Canada.

Yudohartono, T. P. 2008. Peranan taman hutan raya dalam konservasi sumberdaya


genetik : peluang dan tantangannya. balai besar penelitian
bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan.vol 6 (2):2.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian

Lampiran 2 . Lembar kuisioner

“Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Air Tahura Nipa-Nipa di


Desa Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe”

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
A. Persepsi Masyarakat

1. Berapa biaya yang Bapak/Ibu/Saudara(i) keluarkan dalam mengolah


kayu jati lokal sebagai bahan baku industri mebel?
Jawaban:...............................................................................................
2. Berapa kubik kayu jati lokal yang di butuhkan dalam industri mebel
(bulan/tahun)?
Jawaban:................................................................................................
3. Berapakah biaya kayu jati lokal dalam satu kubik?
Jawaban:................................................................................................

4. Berapakah jumlah produksi yang Bapak/Ibu/Saudara(i) peroleh dari


industri mebel(bulan/tahun)?
Jawaban:...............................................................................................

5. Berapakah harga produk yang Bapak/Ibu/Saudara(i) peroleh dari hasil


olahan kayu jati lokal(bulan/tahun)?
Jawaban:...............................................................................................

6. Berapakah jumlah tenaga kerja yang Bapak/Ibu/Saudara(i) miliki dalam


mengolah kayu jati lokal?
Jawaban:...............................................................................................

B. Usaha/Pekerjaan Lainnya

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara(i) memiliki usaha/pekerjaan selain mengolah


kayu jati?
Jawaban:......................................................................................................
2. Berapa biaya yang Bapak/Ibu/Saudara(i) keluarkan untuk
usaha/pekerjaan lain selain mengolah kayu jati lokal?
Jawaban:...............................................................................................
3. Berapakah penerimaan yang Bapak/Ibu/Saudara(i) peroleh dari
usaha/pekerjaan lain selain mengolah kayu jati lokal?
Jawaban:...............................................................................................

C. Tabel Jenis Dan Jumlah Biaya Yang Dikeluarkan

No Jenis Biaya Pengeluaran (Rp/batang)


D. Tabel Jenis Usaha/Pekerjaan Lain dan Jumlah yang diperoleh

No Jenis Usaha/Pekerjaan Jumlah Pendapatan (Rp/bulan)

Anda mungkin juga menyukai