MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia yang diampu oleh Nurhasanah, S.S.,
M.Hum
Disusun oleh
1233010138
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Analisis Dampak Kerusakan
Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Tanah Merah Ilegal di Desa Cariu.
Penulis mengangkat judul makalah ini atas dasar keadaan lingkungan kita yang
semakin memprihatinkan yang jauh dari kesadaran masyarakat membuat masa depan bumi
semakin kelam, dan mungkin melalui ini penulis menginformasikan kepada pembaca
tentang hal-hal yang mencakup kerusakan lingkungan.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam mengenai kerusakan alam yang
disebabkan oleh kegiatan penambangan, serta implikasinya terhadap kehidupan di bumi
ini. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang masalah in, diharapkan kita dapat
menemukan solusi yang berkelanjutan untuk melindungi alam dan mencegah kerusakan
lebih lanjut.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca dan mendorong tindakan postif dalam menjaga kelestarian alam
bagi generasi mendatang. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
ANALISIS DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN TERHADAP
KEGIATAN PENAMBANGAN TANAH MERAH ILEGAL DI DESA
CARIU
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.5.2 Data dan Sumber Data
Terdapat dua jenis data dalam penelitian yaitu data primer dan data
sekunder. Menurut (Narimawati, 2008) data primer adalah data yang
berasal dari sumber asli atau pertama. Sedangkan data sekunder menurut
(Sugiyono, 2008) ialah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, seperti dari dokumen jurnal dan buku.
Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Data Primer, data yang penulis kumpulkan langsung dari
responden dalam penelitian ini penulis mengambil data dalam
bentuk pendapat responden dengan menggunakan metode
kuesioner dan observasi
b. Data Sekunder, data yang diperoleh dari kegiatan menelaah jurnal,
dan buku-buku maupun informasi-informasi lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti dan diambil dari
lembaga atau instansi yang berkaitan.
3
Tabel 1 Karakteristik Responden Dilihat dari Usia
No Usia Persentase
1 18-25 tahun 69,2%
2 26-35 tahun 7,7%
3 36-45 tahun 7,7%
4 46-55 tahun 15,4%
No Pekerjaan Persentase
1 Pedagang 7,7%
2 Wiraswasta 15,4%
3 Buruh 15,4%
4 Pelajar 15,4%
5 Ibu Rumah Tangga 7,7%
6 Mahasiswa 23,1%
7 Karyawan 15,4%
4
Dari grafik responder kuesioner di atas dapat penulis simpulkan
bahwa sebanyak 84,6% masyarakat telah mengetahui adanya kegiatan
penambangan tanah merah ilegal yang beroperasi di Desa Cariu. Sehingga
dari kegiatan tersebut berdampak kepada lingkungan yang dimana sesuai
grafik di atas 61,5% setuju akan hal tersebut yang dapat menimbulkan
kerugian bagi lingkungan sekitar. Persepsi masyarakat terkait kegiatan ini
sebanyak 84,6% menyampaikan bahwa penambangan tanah merah ini
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan baik secara fisik
maupun sosial ekonomi. Tetapi dari kegiatan tersebut terdapat 61,5%
menyatakan bahwa adanya keterlibatan masyarakat lokal mengenai
pengelolaan tambang ini sebagai tenaga kerja. Namun 100% masyarakat
menyatakan perlu adanya peraturan yang lebih ketat terkait penambangan
ini dikarnakan jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan akan ada
penanggung jawabnya. Tetapi jika dilihat dari persentase efektivitas
penegakan hukum setempat terkait kegiatan ini masih kurang efektif yang
jika dilihat dari respon kuesioner sebanyak 84,6% menjawab kurangnya
keefektifan di daerah tersebut. Sangat disayangkan terkait penegakan
hukum yang kurang efektif, jika dilihat dari grafik sebanyak 61,5%
masyarakat sudah mulai aktif akan hal keterlibatan dalam restorasi
lingkungan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Industri pertambangan adalah serangkaian kegiatan dalam rangka kegiatan
penggalian, pengolahan, pemanfaatan, dan penjualan bahan galian. Usaha
pertambangan adalah suatu yang memanfaatkan tanah, air, dan sumber daya alam
termasuk eksplorasi, eksploitasi, pengangkutan dan penjualan (Salim, 2007).
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Republik Indonesia telah
mengeluarkan Undang-Undang tentang Batuan (Batu Gunung) yaitu Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009, yang sebelumnya datur dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Peraturan Pokok-Pokok Pertambangan. Menurut
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, pertambangan batuan gunung termasuk dalam golongan kelima yaitu
golongan batuan dan pengelolaannya memerlukan izin.
Pertambangan yang dilakukan di Indonesia didasarkan pada tuntutan pasal
33 UUD 1945, yang menyatakan bahwa negara memiliki kendali atas
pertambangan. Oleh karena itu, pihak lain yang ingin mengelola dan
memanfaatkannya harus bekerja sama dengan pemerintah (Faried, 1997). Dalam
hal ini, izin usah pertambangan (IUP) diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kegiatan penambangan tanah merah atau batu gunung. Namun, disayangkan
bahwa kegiatan penambangan tanah merah atau batu gunung yang sedang
dilakukan di Desa Cariu tidak memiliki izin dari pemerintah.
Pemerintah Kabupaten Bogor tidak memberikan izin pertambangan ini
karena selain merusak lingkungan, juga sangat membahayakan masyarakat sekitar
karena penambangan ini berada dekat tepi jalan alternatif Cariu-Cianjur. Namun,
pihak penambang di Desa tersebut tetap melanjutkan aktivitas penambangan itu
tanpa izin. Jika kegiatan penambangan ini dibiarkan akan menyebabkan kerusakan
lingkungan dan berpotensi menyebabkan bencana alam lainnya, seperti longsor
tanah sehingga akan dapat berdampak menghambat transportasi dan
membahayakan nyawa manusia. Mayoritas penambang ini adalah masyarakat
sekitar, mereka memiliki penambangan ini sebagai sumber penghidupan dan
penopang ekonomi keluarga.
7
2.2 Temuan
8
3) Penurunan Kapasitas Infiltrasi dan Penyerapan Air Tanah
9
di dinding tebing menimbulkan permasalahan ekologis dan sosial bagi
lingkungan sekitar.
1) Dampak Positif
10
penambangan tanah merah, baik menjadi buruh tambang atau penjual
makanan. Potensi penggangguran yang berkurang adalah tenaga kerja
laki-laki. Adanya kegiatan penambangan ini telah menciptakan
lapangan kerja yang cukup bagi masyarakat dan bisa membantu
keadaan ekonomi mereka.
Adapun bagi sebagian kepala keluarga tenang karena dengan
bekerja di penambangan ada penghasilan yang mereka peroleh untuk
menghidupi keluarga mereka. Dikarnakan sebelumnya mereka adalah
pengangguran.
2) Dampak Negatif
Pada aspek ini dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dan
masyarakat umum di luar lokasi penambangan, yaitu sebagai berikut:
a. Dampak pada Masyarakat Penambang
Dari segi ekonomi dampak yang dapat dirasakan
masyarakat yang terlibat dalam pertambangan ilegal mungkin
menghadapi ketidakpastian pekerjaan, kondisi kerja yang
berbahaya, serta eksploitasi oleh pihak-pihak yang
mengendalikan kegiatan tersebut. Sedangkan jika dilihat dari
segi sosial kegiatan pertambangan ini dapat menyebabkan
pergeseran nilai-nilai sosial dalam masyarakat yang
sebelumnya hidup harmonis dapat terpecah belah oleh ambisi
dan persaingan ekonomi, selain itu kondisi kerja yang buruk,
kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dapat
mengakibatkan masalah kesehatan serius bagi masyarakat
yang terlibat.
b. Dampak pada Masyarakat bukan Penambang
Sebagian masyarakat yang mengerti tentang arti
lingkungan merasa kecewa dan sedih dengan adanya
penambangan ilegal ini. Mereka tidak berani membayangkan
akan menjadi seperti apa bila kegiatan ini semakin meluas.
Selain dari permasalahan tersebut bisa juga menyebabkan
berkurangnya kenyamanan para pengguna jalan akibat polusi
udara, mereka harus menutup muka supaya terhindar dari debu
11
yang mengenai mata dan hidung, terlebih jika kondisi sedang
hujan aspal jalan selalu dilapisi oleh tanah merah yang
diakibatkan keluar masuknya kendaraan muatan atau tanah
yang terbawa oleh air sehingga jalan pun menjadi sangat licin
dan rentan menyebabkan kecelakaan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Herman. (2006). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Dan Kemungkinan Alih Status
Menjadi Pertambangan Skala Rakyat. Jurnal PSDG – Badan Geologi.
Sembiring, & Simon. (2008). Sifat Kimia dan Fisik Tanah Pada Areal Bekas
Tambang Bauksit di Pulau Bintan. 5(2), 123–134.
Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset
Yogayakarta.
14
15