Mata Kuliah
DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH
FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
MANADO
2019
\\
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
kelompok kami dapat menyelesaikan penyususnan makalah yang berjudul “Perubahan Iklim dan
Dampak Kesehatan Masyarakat”. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam
Mata Kuliah “
Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan Terima Kasih kepada pihak-pihak
yang membantu meyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah memberikan
Tugas kepada saya sehingga saya juga dapat belajar tentang tugas yang telah diberikan dan dapat
memahaminya.
Dalam Penulisan Makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis
penulisan ataupun materi, meningat akan kurangnya kemampuan. Saya memohon maaf karena
tidak sesuai dengan yang di harapkan, begitu pula dalam makalah tidak semua hal dapat
dideskripsikan dengan sempurna, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan makalah ini
Semoga makalah ini dapat juga berguna dan membantu menambah pengetahuan untuk
siapapun yang membaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi merupakan tempat manusia hidup dan satu-satunya planet yang memungkinkan
kehidupan bagi manusia. Sementara manusia merupakan makhluk intelektual, satu-satunya
makhluk yang mampu mengelola alam untuk keberlanjutan alam dan untuk kemaslahatan
mereka. Bumi sejak awal terbentuknya senantiasa mengalami proses-proses perubahan yang
dinamis secara alamiah akibat tenaga endogen maupun eksogen. Proses perubahan itu
diantaranya perubahan morfologi permukaan Bumi, perubahan letak lempeng-lempeng
Benua, dan perubahan Iklim Bumi. Manusia dari waktu ke waktu semakin maju
pengetahuannya sehingga mampu menciptakan teknologi-teknologi dalam berbagai bidang
untuk digunakan sebagai penyokong kehidupan mereka. Bumi dan manusia adalah dua
elemen di alam semesta yang secara dinamis berubah setiap waktu. Berbagai tindakan
manusia juga sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan di Bumi disamping faktor-
faktor alamiah. Pertumbuhan populasi manusia meningkatkan kebutuhan akan energi,
pangan, dan lahan untuk industri dan tempat tinggal. Konsekuensinya, semakin banyak
ekosistem yang begitu vital peranannya dalam pemeliharaan keseimbangan alam seperti
hutan dirusak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Manusia telah berkembang
dari awalnya tunduk pada alam, lalu tergantung pada alam, kemudian memanfaatkan
alam.Bumi yang memiliki kemampuan restorasi yang sangat menakjubkan ini ada batasnya
untuk dapat dimanfaatkan manusia. Ketika manusia berlebihan dalam memanfaatkan Bumi,
Bumi pun mengalami kerusakan sebagaimana terlihat di sekitar kita. Bumi dan manusia
sama-sama senantiasa berubah. Bumi yang kini berubah menjadi tidak bersahabat dengan
alam harus disikapi manusia dari sikap memanfaatkan alam menjadi hidup berdampingan
dengan alam
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Human-induced factor of climate change atau faktor yang disebabkan oleh manusia
adalah tindakan manusia yang dapat mempengaruhi pergeseran iklim. Tindakan tersebut antara
lain menggunakan tenaga listrik thermal power plant( menggunakan bahan bakar fosil),
menggunakan kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar fossil mengeluarkan co2,Bahan
industri yang diciptkan menggunakan bahan bakar fosil mengeluarkan co2 dan sampah,
menggunakan sampah tak terurai seperti plastik yang akan menciptakan kerusakan lingkungan,
menggunakan kayu sebagai bahan industri yang akan mengurangi banyak hutan di bumi
menggunakan pupuk pada pertanian yang menciptakan emisi n2o, melakukan Degradasi lahan,
perusakan lahan hutan untuk banyak keperluan yang merusak lingkungan sekitarnya sehingga
terjadi perubahan pada keadaan udara misal: konsentrasi CO2 di udara yang menyebabkan
terhalanganya cahaya matahari keluar bumi. Global warming, yang merupakan salah satu gejala
pergeseran iklim pada masa kini, adalah manifestasi dari faktor alam dan faktor manusia.
Tindakan yang dilakukan manusia mempengaruhi alam sehingga terjadi global warming
1. Penyinaran matahari
Matahari merupakan pengatur iklim di Bumi yang sangat penting dan menjadi sumber energi
utama di Bumi. Energi Matahari dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Bumi menerima energi matahari dalam bentuk pancaran radiasi sinar matahari.
6
Sinar matahari yang dipancarkan ke bumi tersebut hanya sedikit diserap oleh lapisan atmosfer.
Sebagian besar sinar matahari langsung diterima permukaan bumi, dan kemudian dipantulkan
kembali sebagian ke atmosfer juga ditransfer ke arah kutub-kutub bumi melalui angin dan arus
laut. Hal ini yang menjaga agar bagian ekuator tidak terlampau panas dan bagian kutub juga
tidak terlampau dingin. Pemanasan bumi oleh sinar matahari terbagi kedalam dua cara yaitu
pemanasan langsung (absorpsi,refleksi,difusi) dan tidak langsung (konduksi, konveksi, adveksi).
Banyaknya panas matahari yang yang diterima permukaan bumi terutama dipengaruhi oleh :
Semakin lama matahari memancarkan sinarnya di suatu daerah, semakin banyak panas yang
diterima bagian bumi ini. Di daerah lintang pertengahan, panjang siang hari pada musim panas
lebih panjang daripada musim dingin, sehingga penyinaran matahari lebih lama saat musim
panas. Hal ini yang menyebabkan lahirnya pambagian musim-musim.
Jika datangnya cahaya matahari memancarkan di suatu daerah lebih tegak, panas di daerah itu
akan lebih tinggi dari pada jika cahaya yang datang lebih miring. Hal ini disebabkan luas area
yang terkena cahaya miring lebih besar dari cahaya tegak sehingga panasnya lebih tersebar.
Yang dimaksud dengan keadaan permukaan bumi adalah perbedaan batuan dan perbedaan sifat
daratan dan laut. Batuan yang berwarna cerah lebih cepat menerima panas dan lebih cepat pula
melepaskan panas daripada batuan yang berwarna gelap. Permukaan darat lebih cepat menerima
dan melepaskan panas daripada permukaan laut.
d. Keadaan awan
Awan menyerap sebagian kecil radiasi sinar matahari. Keberadaan awan mengurangi sinar
matahari yang mencapai permukaan bumi maupun yang dipantulkan kembali ke atmosfer.
Semakin tebal awan, semakin banyak sinar matahari yang diserap. Awan dapat mengurangi
panas saat siang hari, tapi juga dapat berperan seperti selimut yang menahan panas saat malam
7
hari agar udara tidak terlalu dingin. Hal ini berarti, daerah yang memiliki langit cerah (hanya
tertutup awan tipis) akan lebih panas pada siang hari dan lebih dingin pada malam hari
dibandingkan daerah yang tertutupi awan tebal.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara yang sifatnya menyebar dan berbeda-
beda pada daerah tertentu. Suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis (ekuator) dan semakin
ke arah kutub suhu udara menjadi semakin dingin. Setiap kenaikan 100 meter dari permukaan
maka suhu udara akan mengalami penurunan rata-rata 0,6oC yang disebut sebagai gradient
temperature vertical atau lapse rate. Pada udara kering besar lapse rate biasanya 1oC. Suhu udara
dipengaruhi oleh penyinaran matahari. Suhu udara mempengaruhi kemampuan udara yang
menampung uap air. Semakin rendah suhu udara, kemampuan menahan uap air juga menurun.
Hal ini menyebabkan udara menjadi jenuh uap air. Pada saat udara mencapai batas maksimum
uap air sehingga pengembunan mulai terjadi. Alat untuk mengukur udara atau derajat panas
disebut termometer.
3. Kelembapan udara
Di udara terdapat air yang terjadi karena penguapan. Makin tinggi suhu udara makin banyak uap
air yang dikandungnya. Humidity atau kelembapan adalah banyaknya uap air yang dikandung
oleh udara. Alat pengukurnya adalah higrometer. Daerah tropis indonesia memiliki kandungan
uap air yang tinggi. Uap air di udara merupakan hasil penguapan air di permukaan bumi, air
tanah, atau air yang ada pada tumbuhan. Kandungan uap air di udara berubah-ubah. Uap air yang
ada di atmosfer berasal dari siklus hidrologi sehingga jumlah air di suatu daerah akan
memengaruhi kelembapan didaerah tersebut. Tekanan dan suhu udara juga dapat memengaruhi
kandungan uap air udara.
4. Kondisi Awan
Awan adalah uap air yang terkondensasi atau sublimasi di dalam atmosfer membentuk titik-titik
air atau kristal es di dalam udara. Proses kondensasi uap air pada umunya terjadi apabila udara
yang mengandung uap bergerak ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi sehingga uap air
8
mengalami pendinginan akibat penurunan suhu. Titik-titik air yang terbentuk begitu kecil dan
ringan sihingga tetap berada di langit dalam bentuk awan dan terbawa arus udara. Ukuran titik
air yang membentuk awan memiliki diameter sekitar 0,004-0,008 mm. ada juga awan yang
rendah atau tepat berada diatas permukaan bumi. Awan jenis ini biasa disebut kabut.
5. Curah Hujan
Hujan adalah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair ataupun padat yang dicurahkan dari
atmosfer ke permukaan bumi. Curah Hujan adalah jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah
dalam waktu tertentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang disebut
penakar hujan (rain gauge) yang biasanya terdapat distasiun-stasiun BMKG. Apabila kondensasi
uap air di udara terus berlangsung, titik-titik air yang membentuk awan akan bertambah banyak
dan bergulung menjadi lebih besar. Titik air yang besar akan menjadi labih berat sehingga
kemudian jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Selain hujan yang berupa cairan, ada pula
hujan yang berupa padatan, yaitu hujan salju dan hujan es. Hal ini terjadi karena uap air langsung
menjadi padat berbentuk kristal akibat terjadinya penurunan yang dinamakan dengan sublimasi.
Di dalam peta, terdapat garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang
sama. Garis ini disebut dengan garis isohyets.
6. Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi diatas permukaan bumi. Angin bergerak dari daerah
yang bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah yang bertekanan rendah (minimum). Perbedaan
tekanan udara disebabkan oleh adanya perbedaan suhu udara. Bila suhu udara tinggi berarti
tekanannya rendah dan sebaliknya. Alat untuk mengukur arah dan kecepatan angin disebut
anemometer.
Pada umumnya angin bergerak horizontal, namun dalam beberapa kondisi ditemukan juga angin
yang bergerak vertikal atau miring mengikuti lereng. Angin bersifat menyeimbangkan tekanan
udara. Semakin besar perbedaaan tekanan udara, semakin kencang aliran angin. Rotasi bumi
menyebabkan timbulnya gaya yang memengaruhi arah gerakan angin. Pengaruh ini (disebut
coriolis) menyebabkan angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di
9
belahan bumi utara. Arah angin juga dipengaruhi oleh gradient barometric dan kekuatan atau
benda yang dapat menahan atau membelokkan angin seperti gunung dan bangunan.
7. Tekanan udara
Kepadatan udara tidak seperti tanah dan air. Namun udara juga memiliki berat dan tekanan.
Udara memberikan tekanan yang cukup besar pada permukaan bumi, yaitu sekitar 1 kg untuk
setiap luas bidang 1cm2. Tekanan ini berasal dari berat partikel-partikel udara yang menyusun
atmosfer sampai ketinggian beratus-ratus kilometer dari permukaan bumi. Satuan tekanan udara
adalah milibar. Seiring dengan bertambahnya ketinggian, tekanan udara akan menurun. Orang
pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli. Alat yang digunakannya adalah
barometer raksa. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah untuk mencapai keseimbangan. Tekanan udara yang sangat rendah dapat menghasilkan
badai dan topan. Tetapi, daerah yang bertekanan udara tinggi cenderung manghasilkan cuaca
yang kering dan tidak berawan.
10
Penelitian 6 tahun NASA menunjukkan indikasi baru bahwa manusia, bukan radiasi
matahari, yang mendorong perubahan iklim sedunia.
Badan antariksa Amerika, NASA, mengatakan penelitian 6 tahun yang menunjukkan iklim Bumi
terus memanas pada masa radiasi matahari yang rendah, memberi indikasi baru bahwa manusia,
bukan matahari, mendorong perubahan iklim sedunia.
Penelitian itu mengukuhkan bahwa antara tahun 2005 dan 2010, ketidakseimbangan energi Bumi
terus memburuk, yang berarti planet ini menyerap lebih banyak energi surya sebagai panas
daripada yang dikembalikannya ke antariksa. Ini terjadi walaupun kenyataan menunjukkan
bahwa tingkat energi matahari sangat rendah selama sebagian besar tahun-tahun tadi.
Banyak penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang
meningkat dalam atmosfir, yang dihasilkan terutama oleh kegiatan manusia, adalah penyebab
utama pemanasan global. Fenomena iklim yang tidak pernah terjadi sebelumnya itu telah
meningkatkan suhu permukaan rata-rata Bumi, peningkatan 0,8 derajad Celsius sejak tahun
1880, dan menaikkan tingkat CO2 yang sekarang ke 392 part per satu juta.
Para ilmuwan NASA yang melakukan penelitian baru itu mengatakan perhitungan mereka
menunjukkan bahwa tingkat karbon dioksida atmosfir harus turun paling sedikit 350 part per satu
juta untuk memulihkan perimbangan energi Bumi.
Pemimpin penelitian itu, ilmuwan iklim perintis James Hansen, mengatakan ketidak-seimbangan
energi yang terus berlangsung di Bumi memberi “indikasi yang jelas bahwa matahari bukan
penyebab yang dominan pemanasan global.Hansen adalah direktur Institut Goddard NASA
untuk Penelitian Antariksa di Kota New York. Ia baru-baru ini menyebut gagasan membatasi
pemanasan global buatan manusia hingga “batas yang aman” yang diakui internasional, yakni 2
derajad Celsius di atas tingkat pra-industri sebagai “resep bencana.”
11
Pemanasan Samudera
Lautan menyerap hampir 90% panas berlebih dari udara di sekitarnya sehingga lebih hangat.
Meskipun sebagian besar panas diserap di permukaan, karena laju pemanasan meningkat panas
mencapai perairan yang lebih dalam.
Meningkatnya suhu permukaan menyebabkan penurunan massa es. Pengukuran massa es oleh
satelit NASA menunjukkan bahwa massa Antartika dan Greenland menurun secara cepat.
12
Dampak positif dari peristiwa alam :
Bagi daerah letusan gunung berapi, dapat menambah kesuburan tanah yang bermanfaat
bagi pertanian.
Dapat dijadikan objek wisata setelah adanya letusan gunung berapi yang dapat
menambah devisa negara.
Dapat membangkitkan industri (industri semen) yang berkaitan dengan perbaikan
infrasrtruktur pasca bencana.
Menyerap banyak tenaga kerja dan tenaga ahli untuk pemulihan infrastruktur yang rusak
akibat bencana.
13
2.6 Usaha Manusia dalam mengatasi peristiwa alam
Usaha Pemerintah
Dalam Lingkungan Masyarakat :
Sosialisasi mengenai perubahan iklim “national summit perubahan iklim” untuk
mengetahui kemajuan kebijakan pelaksanaan inventarisasi dan penurunan emisi gas rumah kaca
(grk).
Sektor Pertanian
Kementerian pertanian telah melakukan inventarisasi grk pada tahun 2012. Hal ini di
lakukan melalui berbagai aksi mitigasi, seperti :
1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
2. System Of Rice Intensification (SRI)
3. Introduksi Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO)
4. Pengembangan Biogas Asal Ternak Masyarakat (BATAMAS).
5. Introduksi varietas padi yang memiliki produktivitas tinggi dan rendah emisi.
Sektor Energi
Kebijakan energi nasional, dimana ketergantungan terhadap minyak akan pelan-pelan
dikurangi yang saat ini mencapai 50 persen akan dikurangi menjadi kira-kira 23 persen.
Mengidentifikasi berbagai kegiatan nasional dan sektoral yang dapat mempercepat
pencapaian target penurunan emisi GRK, seperti :
1. Program pemanfaatan teknologi energi bersih di pembangkitan listrik.
2. Pengurangan pemakaian bbm bersubsidi, khususnya dengan gas dan energi terbarukan.
3. Program konservasi energi dan lain-lain.
Sektor Transportasi
Kebijakan dan langkah-langkah penurunan emisi grk dan inventarisasi GRK di sub sektor
perhubungan darat, perkeretaapian, perhubungan laut, dan perhubungan udara.
14
Sektor Industri
• Pemberian penghargaan industri hijau.
• Penerapan program restrukturisasi permesinan industri tekstil dan produk tekstil, alas
kaki dan gula.
Usaha Masyarakat
Mitigasi
Mitigasi pada prinsipnya adalah berbagai tindakan aktif untuk mencegah, memperlambat
terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global dan mengurangi dampak perubahan iklim
melalui penurunan emisi gas rumah kaca dan peningkatan penyerapan gas rumah kaca.
Cara mitigasi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Eliminasi, dengan cara menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah
kaca.
Pengurangan, dengan cara mengganti peralatan lama dan/atau mengoptimalkan struktur
yang sudah ada
Substitusi: penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan/atau
pemanas
Offset: cara ini berbiaya rendah, tetapi memiliki manfaat yang cukup besar. Langkah
yang diambil adalah melalui reboisasi dan reforestasi. Cara ini harus dilakukan dengan
cakupan yang besar sehingga sering menjadi kendala.
Adaptasi
Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara alamiah yang
dilakukan oleh manusia dan makhluk hidup lain dalam habitat dan ekosistemnya sebagai sebuah
reaksi atas perubahan yang terjadi. 4 prinsip dalam proses adaptasi perubahan iklim, yaitu:
15
Memahami bahwa adaptasi adalah proses yang terus berjalan.
Teknologi mitigasi
Teknologi Adaptasi
Ketahanan pangan : tanaman padi yang tahan oanas dan banjir
Sumber daya air : daur ulang limbah domestic
Kerantanan pesisir : teknologi tembok laut dan dinding laut
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Singkatnya perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca yang berlangsung lama. Hal ini
disebabkan adanya peningkatan konsentrasi karbon dioksida yang mengakibatkan peningkatan
suhu rata-rata permukaan bumi.
Pemanasan global mengganggu siklus alami dan menyebabkan beberapa perubahan jangka
panjang dalam iklim lokal dan global.
3.2 Saran
Untuk Penduduk Bumi Jagalah kebersihan Lingkungan dan mengurangi aktivitas manusia,
seperti aktivitas industri, transportasi dan intensifikasi pertanian. Terdapat konsekuensi dampak
kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan perlu juga kerjasama di tingkat
negara ataupun individu untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan secara adil,
misalnya adanya Protokol Kyoto yang merupakan salah satu usaha tingkat internasional untuk
menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai penyebab terjadinya pemanasan global dan
perubahan iklim.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://saintif.com/perubahan-iklim/#
https://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_iklim
https://forum.teropong.id/2017/10/16/pengertian-iklim-karakteristik-unsur-jenis-dan-perubahan-
iklim-dunia/
https://www.voaindonesia.com/a/indikasi-baru-ulah-manusia-penyebab-perubahan-iklim-
138634439/104362.html
Adika Puspa Sari et al. Fenomena lubang ozon yang terjadi di dunia. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret; 2013
18