Anda di halaman 1dari 32

EKONOMI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (EKI 314) A2

“KONSEP DAN MASALAH PENCEMARAN UDARA DAN SUMBERDAYA AIR”

Dosen Pengampu: Dr. Putu Ayu Pramitha Purwanti, S.E.,M.Si.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 03

Kadek Liana Widyaswari (2107511002 / 01 )

Putu Eka Dewi Lestari (2107511042 / 04)

PROGRAM STUDI SARJANA

EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS UNIVERSITAS

UDAYANA

2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunianya yang memberikan kesehatan dan kesempatan bagi kami sehingga
dapat menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Putu Ayu
Pramitha Purwanti, S.E.,M.Si. selaku dosen pengajar mata kuliah Ekonomi
Pembangunan Berkelanjutan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
paper ini. Paper ini disusun dengan harapan memberikan wawasan dan
pengetahuan dalam pembelajaran tentang “Konsep dan Masalah Pencemaran Udara
dan Sumberdaya Air”.
Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan juga kritik yang
membangun agar nanti paper ini bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kami
berharap paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih.

Om Shanti Shanti Shanti Om.

Jimbaran, 5 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGATAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Udara dan Sumberdaya Air.................................................................................3

2.2 Identifikasi Pencemaran Udara dan Air.............................................................5

2.3 Penentu Kualitas Udara dan Air.........................................................................8

2.4 Peruntukan Kegunaan Air.................................................................................12

2.5 Pengawasan Kualitas Udara dan Air................................................................14

2.6 Pemanasan Global dan Dampaknya..................................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................23

3.2 Saran.................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya penanggulangan pencemaran agar fungsi lingkungan tidak
berkurang, pemahaman tentang macam, sifat dan sumber pencemaran perlu dimiliki
oleh pengambil kebijakan ataupun pemrakarsa suatu kegiatan. Macam atau sifat
pencemar yang berbeda menghendaki kebijakan dan penanganan yang berbeda;
demikian pula sumber pencemaran yang berbeda akan menentukan kebijakan
pengendalian pencemaran yang berbeda pula. Seperti telah disebutkan di muka bahwa
yang dimaksud dengan limbah adalah sisa atau buangan suatu kegiatan. Limbah ini
kalau melebihi daya tampung lingkungan akan menciptakan pencemaran Jadi pada
hakikatnya sumber limbah dan sumber pencemaran itu boleh dikatakan sama saja.
Pencemaran terhadap lingkungan terutama terjadi terhadap tanah, udara, dan air.
Kita mengetahui bahwa perekonomian dalam kegiatannya tentu menghasilkan
limbah yang kalau melebihi daya tampung lingkungan akan menyebabkan timbulnya
pencemaran. Hendaknya disadari pula bahwa aliran limbah ke dalam tubuh
lingkungan terjadi bersama-sama pula dengan aliran bahan-bahan mentah (masukan)
dan energi ke dalam perekonomian, sehingga pengendalian aliran limbah agar terjadi
keseimbangan dalam tubuh lingkungan juga akan mempengaruhi aliran masukan ke
dalam perekonomian.
Polusi udara telah ada selama dunia ini masih mendukung kehidupan.
Sehingga polusi udara mulai muncul menjadi masalah pada saat terjadinya revolusi
industri. Gabungan antara pertumbuhan penduduk, perkembangan transportasi motor,
dan kegiatan manufaktur yang merupakan ciri dari periode di mana kualitas udara
benar- benar menjadi masalah ketika pertumbuhan industri mengalami kejayaannya,
demikian juga dengan polusi udara. Secara keseluruhan, masyarakat menjadi jauh
lebih memahami implikasi dari pencemaran udara, sebagian karena penelitian
yang

1
dilaksanakan di bidang kedokteran dan ilmu pengetahuan. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan, masyarakat menjadi lebih mampu mencari solusi. Dan banyak
negara telah mengganti kebijakannya dari pendekatan komando dan kontrol dengan
pendekatan insentif ekonomi dalam mengatur kualitas udaranya.
Tidak hanya polusi udara, air pun bisa tercemar. Ketergantungan segala jenis
kehidupan terhadap sumber daya air yang langka ini mengharuskan masyarakat
mengerti akan risiko polusi air dan mengambil tindakan yang tepat untuk
meminimumkan risiko. Tetapi, oleh karena polusi air merupakan eksternalitas,
tindakan pencegahan harusnya melalui intervensi pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan udara dan sumberdaya air?
2. Bagaimana identifikasi pencemaran terhadap udara dan air?
3. Bagaimana penentuan kualitas udara dan air?
4. Apa saja peruntukan kegunaan dari air?
5. Bagaimana pengawasan kualitas udara dan air?
6. Apa yang dimaksud dengan pemanasan global dan dampaknya?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan udara dan
sumberdaya air.
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi pencemaran terhadap udara dan air.
3. Untuk mengetahui dan memahami penentu kualitas udara dan air.
4. Untuk mengetahui dan memahami peruntukan kegunaan air.
5. Untuk mengetahui pengawasan kualitas udara dan air.
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pemanasan global beserta dampak
yang ditimbulkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Udara dan Sumberdaya Air


2.1.1 Sumberdaya Udara
Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi (atmosfer), dimana komposisi dari udara tersebut tidak selalu
konstan. Udara merupakan komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan,
sehingga perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya (Wardoyo, 2016). Kualitas
udara bebas dari suatu daerah ditentukan oleh daya dukung alam serta jumlah
sumber pencemaran yang ada di daerah tersebut. Komposisi udara bersih sendiri
terdiri atas nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (0,9%), karbon dioksida
(0,03%), neon
(0,002%), helium (0,001%), metana (0,0002%), dan krypton (0,0001%) (Arifin dan
Sukoco, 2009).
Udara yang setiap saat dihirup ketika bernafas merupakan udara ambien yang
berada di lingkungan sekitar. Udara ambien merupakan udara bebas dipermukaan
bumi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan perubahan
iklim global baik secara lansung maupun tidak lansung (Wardoyo, 2016). Jenis dan
karakteristik sumber daya alam di udara terdiri atas sumber daya energi surya,
angin, gas, dan ruang.
1. Sumberdaya Energi Surya
Sumber daya surya yang dipancarkan matahari ke bumi melalui udara
sebanyak setengah per 1 milyar bagian dari seluruh energi matahari. Sumber daya
tersebut mengandung energi ± 173 triliun kilowatt. Pemanfaatan energi surya
secara langsung dalam bentuk energi panas dan listrik melalui konversi oleh sistem
fotovoltaik (listrik tenaga surya).
2. Sumberdaya Energi Angin
Sumber daya energi angin merupakan suatu bentuk energi yang tidak langsung
dari tenaga matahari. Lebih kurang satu persen dari total radiasi matahari yang
3
mencapai ke bumi melalui udara, terkonvensi dalam atmosfer ke dalam bentuk
tenaga angin. Angin terjadi sebagai akibat adanya perbedaan suhu pada permukaan
bumi. Gerakan udara dari daerah yang dingin ke daerah yang lebih panas akan
menghasilkan angin. Potensi sumber daya angin yang dapat digunakan diperkirakan
120 × 10 KwH per tahun. Sumber daya angin yang terdapat di udara sebagai
“sumber daya energi alternatif” yang tidak merusak lingkungan.
3. Sumberdaya Energi Gas
Gas di udara yang kita hirup biasa kita sebut dengan udara saja. Udara
merupakan salah satu unsur alam yang pokok bagi makhluk hidup yang ada di muka
bumi terutama manusia. Tanpa udara yang bersih maka manusia akan terganggu
terutama kesehatannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
2.1.2 Sumberdaya Air
Menurut Diyara Eninta Br Sitepu (2022), sumber daya air adalah salah satu
sumber daya alam yang berguna atau potensial bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor kehidupan. Sumber daya air termasuk
sumber daya alam yang tidak hidup (abiotik) namun dapat diperbaharui (renewable
resources). Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber
Daya Air yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019,
sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala
bidang. Sejalan dengan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, undangundang ini menyatakan bahwa sumber daya air
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber
daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat

4
beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat
dan hak-hak yang

5
serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Identifikasi Pencemaran Udara dan Air


2.2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan dengan demikian akan terjadi
gangguan pada kesehatan manusia (Agnes, 2021). Terdapat dua jenis sumber
pencemaran udara, yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah (natural
sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari kegiatan manusia
(anthropogenic sources) seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-
lain. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, seperti di dalam rumah, sekolah,
dan kantor. Pencemaran seperti ini sering disebut dengan pencemaran dalam ruangan
(indoor pollution). Sedangkan pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal
dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk
hidup. Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :
 Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah
tangga, kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan
antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
 Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen,
keramik, aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
 Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.
 Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan,
daging, ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu,
dan bau.

6
 Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Polutannya adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
 Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan
pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas.
 Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan
kegiatan yang semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.
 Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah
gas dan debu radioaktif.
Manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya pencemaran udara.
Belum lagi jika kebakaran hutan, sebagai salah satu penyebab polusi udara terbesar,
dimasukkan sebagai pencemaran udara yang disebabkan oleh manusia. Karena tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagian besar kebakaran hutan dan lahan sengaja dilakukan
oleh manusia. (Sumber penyebab pencemaran udara, 2019).
2.2.2 Pencemaran Air
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa
penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan.
Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas
maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia
serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang
pembangunan yang berkelanjutan. Di satu pihak, usaha dan atau kegiatan manusia
memerlukan air yang berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi menimbulkan
dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan
air, daya guna, daya dukung, daya tampung, dan produktivitasnya. Agar air dapat
bermanfaat secara lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam
pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air (PP No. 82 Tahun 2001).

7
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Menurut PP No. 20 Tahun 1990, pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang
menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai dengan peruntukannya. Berikut adalah
sumber-sumber pencemaran air:
1. Limbah industri: bahan kimia cair maupun padat, dari sisa-sisa bahan bakar
seperti tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang
ditimbun dalam tanah.
2. Penggunaan lahan hijau atau hutan untuk membangun sesuatu.
3. Limbah pertanian.
4. Limbah pengolahan kayu.
5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut.
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti
plastik, gelas, kaleng, batu batre, sampah cair seperti detergen dan sampah
organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).
2.2.3 Penyebab Pencemaran Air
Penyebab pencemaran air dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber kontaminan
langsung dan dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar
industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfer berupa
hujan. Pencemaran air juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti:
1. Meningkatnya kandungan nutrient yang mengarah pada eutrofikasi.
2. Sampah organik seperti air selokan menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
3. Polutan industri seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan
padatan.

8
4. Limbah pabrik yang mengalir ke sungai citarum.
2.2.4 Dampak Pencemaran Air
1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Jika terlalu banyak zat pencemaran pada air limbah akan menurunkan kadar
oksigen yang terlarut dalam air. Akibatnya kehidupan dalam air yang
membutuhkan oksigen menjadi terganggu dan mengurangi perkembangannya.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah
yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat.
2. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air pada tanah dapat diukur melalui faecal coliform telah terjadi
dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di
Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran
tersebut.
3. Dampak terhadap Kesehatan
Dampak pencemaran air terhadap kesehatan akan menularkan
bermacammacam penyakit antara lain: - Air sebagai media untuk hidup
mikroba pathogen. - Air menjadi sarang serang dan menyebarkan penyakit. -
Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia yang bersangkutan
tak dapat membersihkan diri. - Air sebagai media hidup vektor penyakit.
4. Dampak terhadap estetika lingkungan
Banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan maka perairan
tersebut semakin tercemar yang ditandai dengan bau yang menyengat. Juga
diikuti dengan tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
(Pencemaran lingkungan: pengertian, penyebab dan dampaknya bagi
lingkungan, 2021).

2.3 Penentu Kualitas Udara dan Air


2.3.1 Penentu Kualitas Udara
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) adalah angka yang tidak mempunyai
satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu
9
tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika
dan makhluk hidup lainnya. ISPU ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar
udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi (Peraturan Menteri
LKH No. P.14 Tahun 2020 Tentang Indeks Standar Pencemaran Udara). Rentang
Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Kategori Rentang Penjelasan

Baik 0 – 50 Tingkat kualitas udara


tidak memberi efek buruk
bagi kesehatan manusia
atau hewan, serta tidak
mempengaruhi tumbuhan,
bangunan, dan nilai
estetika.
Sedang 51 - 100 Tingkat kualitas udara
tidak memberi efek buruk
bagi kesehatan manusia
dan hewan, namun
mempengaruhi tumbuhan
yang sensitif, serta nilai
estetika.

Tidak sehat 101 - 199 Tingkat kualitas udara


merugikan manusia dan
kelompok hewan yang
sensitif, serta
menimbulkan kerusakan
pada tumbuhan ataupun
nilai estetika.

10
Sangat tidak sehat 200 - 299 Tingkat kualitas udara
dapat merugikan kesehatan
pada beberapa segmen
populasi yang terpapar.

Berbahaya 300 - Lebih Tingkat kualitas udara


berbahaya secara umum
dan Menimbulkan
kerugian kesehatan yang
serius.

2.3.2 Penentu Kualitas Air


Industrialisasi dan urbanisasi telah membawa dampak yang signifikan bagi
lingkungan. Pembuangan limbah industri dan domestik/rumah tangga ke badan air
merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Secara umum, ada dua
sumber utama pencemaran air, yaitu sumber pencemar air dari titik tetap/tidak
bergerak (point sources) dan sumber pencemar air dari titik tidak tetap/bergerak
(non point sources). Sumber pencemar dari titik tetap antara lain pabrik, sistem
septic tank, fasilitas pengolahan air limbah, dan sumber lain yang jelas membuang
polutan ke sumber air. Sementara sumber pencemar tidak tetap lebih sulit
diidentifikasi karena tidak dapat ditelusuri kembali. Contohnya seperti sedimen,
pupuk, bahan kimia dan limbah dari peternakan hewan, situs konstruksi, serta
tambang.
Pencemaran air ini dapat diatasi dengan melakukan berbagai upaya dan
kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan mengukur kualitas
air menggunakan parameter uji seperti temperatur, pH, TSS, BOD, COD, dan DO.
Data yang diperoleh dari hasil uji kualitas air ini dapat digunakan untuk menentukan
langkah-langkah yang tepat dalam penanggulangan masalah pencemaran air.
Temperatur biasanya diukur dengan menggunakan termometer air raksa
11
dengan skala Celcius (oC). Nilai pH air diukur dengan menggunakan pH meter,
dimana pengukuran ini bertujuan untuk mengekspresikan kondisi keasaman
(konsentrasi ion hidrogen) pada air. Skala pH berkisar antara 1-14, dimana kisaran
nilai pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7
adalah kondisi netral. Selanjutnya padatan tersuspensi atau TSS (Total Suspended
Solid) digunakan untuk menentukan kepekatan air, efisiensi proses dan beban unit
proses. Umumnya TSS dapat berupa lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri, dan jamur. TSS dapat dihilangkan dengan cara flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan sehingga membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan organisme di air untuk memecah
(mendegradasi/mengoksidasi) bahan-bahan buangan organik yang ada di dalam
suatu perairan. Semakin tinggi nilai BOD maka semakin tinggi pula aktivitas
organisme air untuk menguraikan bahan organik, sehingga tingginya kadar BOD
dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut suatu perairan. Apabila kandungan
oksigen terlarut suatu perairan menurun, maka kemampuan bakteri anaerobik dalam
memecah bahan buangan organik juga menurun. Hal ini menyebabkan bau yang
tidak enak di suatu perairan tercemar.
COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di suatu perairan
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam pengujian ini biasanya menggunakan
Kalium bikromat (K2CrO7) sebagai sumber oksigen. Semakin banyak Kalium
bikromat yang diperlukan, maka semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu perairan yang diuji semakin tinggi tingkat
pencemarannya.
DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Dengan bertambahnya
kedalaman suatu perairan, maka akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut
karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak
digunakan untuk proses metabolisme serta oksidasi bahan-bahan organik dan
12
anorganik. Oksigen sendiri memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
suatu perairan, hal ini dikarenakan oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi
dan reduksi bahan organik dan anorganik. (Mengenal parameter uji kualitas air,
2022

2.4 Peruntukan Kegunaan Air

Pemerintah mempunyai kewenangan untuk menentukan kegunaan yang


menguntungkan bagi semua badan air yang ada di wilayahnya. Diantara kegunaan
yang dipertimbangkan adalah persedian air untuk umum, pertumbuhan ikan dan
kehidupan air, kegiatan rekreasi, dan untuk tujuan pertanian, seperti pada tabel 11.3.
Setidak- tidaknya penunjukan kegunaan harus cukup untuk menunjang kegiatan
berenang dan memancing agar konsisten dengan tujuan berenang dan memancing
yang akan disampaikan di bawah ini.

Tabel 11.3 Pemakaian Air

Menunjang Badan air merupakan habitat yang cocok untuk bisa hidup
kehidupan dan berkembang biak bagi jenis ikan tertentu, kerang, dan
organisme air lainnya

Konsumsi ikan Badan air tersedia untuk dikonsumsi bagi populasi ikan tanpa
pencemar yang dapat menimbulkan resiko kesehatan bagi
konsumen .

Panen kerang Badan air tersedia untuk mendukung kehidupan populasi


kerang tanpa bahan beracun yang dapat menimbulkan
resiko kesehatan bagi konsumen

Persedian air badan air mampu menyediakan air minum yang aman dengan
minum penanganan yang konvensional

13
Rekreasi dan Orang dapat berenang di badan air tanpa resiko kesehatan
berenang kontak yang tidak dikehendaki (seperti kena penyakit yang timbul
pertama dari air karena saluran limbah yang kurang baik.

14
Rekreasi dan Orang dapat melaksanakan aktivitas pada permukaan air
berenang kontak (seperti berperahu) tanpa resiko kesehatan yang tidak
kedua dikehendaki karena sering kontak dengan air.

Pertanian Kualitas air sesuai untuk mengairi tanah pertanian atau


memandikan hewan.

Sumber:U.S.,EPA, Office of water. National Quality


Inventory: 1992 Report to congress. Washington, DC, Maret
1994, p.ES-3. Seperti pada Callan dan Thomas 2004

Selanjutnya pemakaian air untuk menghanyutkan limbah atau menyebarkan limbah


seharusnya dengan tegas dilarang. Aturan yang terakhir ini langsung berkaitan
dengan pernyataan bahwa pembuangan limbah tidak sama dengan penanganan
(treatment) limbah. Secara periodik pemerintah harus menentukan status kemampuan
menunjang pemakaian (use-support status) dari badan air dengan menilai kondisinya
dan membandingkannya dengan apa yang diperlukan untuk mempertahankan
penunjukan kegunaannya.

2.5. Pengawasan Kualitas Udara dan Air


2.5.1 Pengawasan Kualitas Udara

Pemantauan mutu udara ambien merupakan salah satu upaya untuk


mengevaluasi tingkat keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang
telah dilakukan pemerintah pusat maupun daerah. Hasil pemantauan mutu udara
ambien dapat dijadikan indikator untuk menentukan prioritas program pengendalian
pencemaran udara yang perlu dilakukan. Saat ini, metode pemantauan mutu udara
ambien yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara yaitu
melalui metode otomatis kontinyu (AQMS) dan manual (passive sampler). Metode
passive

15
sampler pertama kali dikembangkan di Inggris dengan menggunakan Pb Candle
untuk menyerap polutan sulfur dioksida (SO2) di udara ambien, kemudian dianalisis
di laboratorium untuk mengetahui kadar/konsentrasi sulfur dioksida yang terukur.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka penggunaan Pb dihilangkan dan
diganti dengan bahan kimia yang ramah lingkungan. Metode passive untuk mengukur
mutu udara ambien sampai saat ini masih dipakai dalam pemantauan mutu udara
ambien dan sudah diterapkan di jaringan pemantauan di luar negeri seperti dari
EANET, Jepang, Australia maupun Eropa.

Menurut SOP Pelaksanaan Pemantauan SO2 dan NO2 di udara ambien tahun
2011, metode passive sampler adalah suatu metode yang menggunakan sistem
penyerapan gas secara difusi melalui media yang dipaparkan dalam waktu tertentu
tanpa menggunakan pompa penghisap dengan memanfaatkan sifat fisis gas yang
berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

Di Indonesia, metode passive sampler sudah digunakan sejak tahun 2008 dan
terintegrasi sejak tahun 2015 dengan jumlah titik pemantauan yang terus bertambah
tiap tahunnya. Beberapa keuntungan pemetaan dengan metode passive sampler
adalah tidak memerlukan energi listrik, biaya murah dan mudah ditempatkan karena
berukuran kecil. Sementara kekurangannya adalah tidak kontinu dan parameter yang
diukur masih terbatas pada NO2 dan SO2. Saat ini Teknik Lingkungan ITB sedang
mengembangkan metode passive sampler untuk bisa memantau parameter PM2,5.

2.5.2 Pengawasan Kualitas Air


Pengawasan kualitas air dimaksudkan untuk mengatur, membina, dan
mengawasi pelaksanaan penggunaan air dalam rangka memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengawasan Kualitas Air bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mencegah terjadinya
penggunaan

16
air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat akibat
kualitas air yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Untuk mencapai kualitas air sesuai persyaratan yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan harus dilakukan pengawasan eksternal dan
pengawasan internal. Pengawasan tersebut dilakukan dengan 2 (dua) cara meliputi
pengawasan berkala dan pengawasan atas indikasi pencemaran. Pengawasan
eksternal berkala untuk air dengan sistem jaringan perpipaan dilakukan di titik
terjauh pada unit distribusi. Pengawasan eksternal berkala untuk depot air minum
dilakukan di unit pengisian gallon/wadah air minum. Pengawasan eksternal berkala
untuk air bukan jaringan perpipaan dilakukan pada setiap sarana pengelolaan air.
Pengawasan internal berkala untuk air dengan sistem jaringan perpipaan
dilakukan di setiap unit produksi dan unit distribusi. Pengawasan internal berkala
untuk depot air minum dilakukan di unit produksi dan unit pengisian gallon/wadah
air minum. Pengawasan internal berkala untuk air bukan jaringan perpipaan
dilakukan di setiap sarana pengelolaan air. Pengawasan eksternal dan pengawasan
internal atas indikasi pencemaran dilakukan pada seluruh unit penyelenggaraan
pengelolaan air dan penyediaan air minum. Dasar penetapan adanya indikasi
pencemaran dapat berasal dari laporan masyarakat, laporan pengelola air, hasil
inspeksi sanitasi, atau laporan pihak lain yang berkompeten.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan NO.
907/MENKES/SK/VII/2002, Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan:
a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air baku,
proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum dalam
kemasan.
b. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di
laboratorium.
c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.

17
d. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil
kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum.
e. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola
penyedia air minum.
f. Penyuluhan kepada masyarakat.

2.6 Pemanasan Global dan Dampaknya


2.6.1 Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) merupakan suatu fenomena global
yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan
bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan. Kegiatan tersebut menghasilkan gas-gas
yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di atmosfer, terutama gas karbon
dioksida (CO2) melalui proses yang disebut efek rumah kaca. Istilah Efek rumah
kaca (greenhouse effect) merupakan istilah yang cukup erat kaitannya dengan
pemanasan global. Disebut dengan efek rumah kaca karena adanya peningkatan
suhu bumi akibat suhu panas yang terjebak di dalam atmosfer bumi. Prosesnya
mirip seperti rumah kaca yang berfungsi untuk menjaga kehangatan suhu tanaman
di dalamnya. Peningkatan suhu dalam rumah kaca terjadi karena adanya pantulan
sinar matahari oleh benda-benda yang ada di dalam rumah kaca yang terhalang
oleh dinding kaca, sehingga udara panas tidak dapat keluar (greenhouse effect).
2.6.2 Penyebab Pemanasan Global
Beberapa penyebab pemanasan global adalah gaya hidup, pola konsumsi
dan pertumbuhan penduduk yang tidak teratur, ditambah dengan beragam
aktivitas manusia yang adakalanya merusak lingkungan. Berikut ini diuraikan
beberapa penyebab adanya pemanasan global.
1. Polusi Udara Karena Bahan Bakar Bahan bakar mesin kendaraan
bermotor, seperti mobil, sepeda motor dan kendaraan lainnya
menghasilkan gas karbondiosida yang tidak bisa diteruskan keluar angkasa
sehingga panas akan mengendap di bumi, sehingga mengakibatkan bumi
semakin panas

2. Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca ini menjadikan panas yang berada di 18
bumi tidak dapat dipantulkan ke luar angkasa, tetapi terperangkap di
atmosfer. Sebenarnya efek rumah kaca ini bisa bermanfaat untuk
kehidupan manusia, namun, jika berlebihan, maka akan menjadikan efek
terhadap iklim dan cuaca yang ada di bumi. Di atas permukaan bumi, efek
rumah kaca bisa terjadi karena sebanyak 25% energi matahari yang masuk
ke bumi dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap
awan, 45% diabsorpsi permukaan bumi, dan 5% lainnya dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi. Energi matahari yang telah diabsorpsi akan
dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan juga
permukaan bumi. Namun, energi yang dipantulkan tersebut bisa terhalang
oleh karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya yang terdapat di atmosfer
bumi. Banyaknya CO2 di udara menjadi salah satu faktor terjadinya
pemanasan global. Sebenarnya zat CO2 dibutuhkan dan akan diserap oleh
tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Akan tetapi, karena
semakin menipisnya hutan dan lahan hijau membuat kadar CO2 di
atmosfer tidak terkendali
3. Penggunaan CFC Secara Berlebihan
Chlorofluorocarbon (CFC) adalah suatu bahan kimia yang diproduksi
untuk berbagai kebutuhan peralatan rumah tangga seperti AC atau
pendingin ruangan dan kulkas. Sekitar tahun 1970 zat-zat kimia seperti
(CFC) dan hydrochlorofluorocarbon (HCFC) sudah menyebabkan adanya
penipisan lapisan ozon. Zat kimia perusak lapisan ozon ini sangat stabil,
sehingga bisa mencapai stratosfer secara utuh. Ketika zat tersebut berada
di stratosfer, kemudian zat kimia ini diubah oleh radiasi ultraviolet sinar
matahari dan mengeluarkan atomatom klorin perusak ozon. Setelah
lapisan ozon menipis, banyaknya bahaya ultraviolet yang mencapai bumi
bertambah antara lain menyebabkan perubahan ekosistem, kanker kulit,
dan katarak. Pada zaman sekarang, banyak sekali kebutuhan masyarakat
yang harus dipenuhi, dan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
tersebut banyak sekali yang menggunakan CFC. Sebagian masyarakat
menggunakan CFC dengan jumlah yang banyak, dan hal ini berlangsung
selama bertahun-tahun, senyawa-senyawa kimia tersebut secara luas
dipakai untuk pendingin ruangan (AC), media pendingin pada lemari es
19
(kulkas), bahan pelarut, dan proses pembuatan plastik.
4. Penggundulan Hutan
Perusakan hutan akan menyebabkan pemanasan global, karena hutan
memiliki fungsi menyerap gas karbondioksida, dan hutan merupakan
penghasil oksigen. Semakin banyak terjadinya penebangan liar atau
penggundulan hutan maka jumlah karbondioksida akan makin banyak,
berkumpul di atmosfer sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Kondisi ini mempunyai arti bahwa oksigen di bumi akan semakin berkurang,
padahal semua makhluk di bumi memerlukan oksigen, sehingga dapat
membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Penggundulan
hutan atau deforestasi juga menyebabkan kecepatan perubahan iklim dan
menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Deforestasi banyak
disebabkan karena adanya alih fungsi hutan, misalnya adanya berbagai
komoditas pertanian seperti jagung dan kedelai yang memerlukan lahan yang
tidak sedikit. Terjadinya deforestasi akan menambah buruk pemanasan global
karena hutan sebagai penghasil oksigen dan paru-paru dunia ditebangi dan
diganti dengan komoditas pertanian sehingga menyebabkan penipisan lapisan
ozon di atmosfer.
5. Polusi Metana Karena Peternakan, Pertanian, dan Perkebunan
Selain karbodiokasida, unsur yang berperan besar dalam menyebabkan
global warming adalah gas metana. Gas metana yang mempunyai kadar tinggi
dapat mengurangi kadar oksigen pada atmosfer bumi sampai sekitar 19,5%.
Pada kadar yang lebih tinggi apabila gas metana bercampur dengan udara,
dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan. Sektor pertanian adalah salah
satu penyumbang gas metana, yaitu berasal dari pakan ternak yang umumnya
mengandung gas metana.. Gas metana berasal dari bakteri yang kekurangan
oksigen untuk memecah bahan-bahan organik.. Gas metana mempunyai

20
dampak terhadap pemanasan global lebih besar dibanding gas
karobondioksida. Human Society International (2014) dalam Dzuikhija (2016)
menyatakan bahwa dalam jangka waktu 20 tahun, metana memiliki angka
GWP (Global Warming Potential) setidaknya 25 kali lipat dibanding
karbondioksida. Artinya, gas metana yang dihasilkan oleh kegiatan hasil
peternakan memiliki dampak yang lebih signifikan dibanding gas
karbondioksida yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil.
Sektor peternakan berkontribusi sebanyak 35%- 40% dari total keseluruhan
gas metana secara global. Diperkirakan setiap tahun ada 86 juta ton metana
yang dilepaskan ke atmosfer sebagai hasil dari pencernaan hewan ternak.
Penghasil gas metana adalah peternakan sapi, peternakan kambing dan
domba. (Dzuikhija 2016).
Kegiatan di sektor peternakan selain menghasilkan gas metana, secara
tidak langsung juga bertanggung jawab terhadap emisi gas karbondioksida.
Kegiatan distribusi pakan, ternak, daging, susu, telur dan produk-produk
olahan hasil peternakan membutuhkan bahan bakar fosil yang akan melepas
gas karbondioksida ke atmosfer. Selain itu, perkebunan jagung dan kedelai
yang memerlukan pupuk sehingga mengakibatkan munculnya pabrik-pabrik
pupuk kimia. Dengan adanya pabrik pupuk maka menghasilkan gas rumah
kaca yang dilepas ke atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil alam distribusi
pakan dan komoditas hasil peternakan, serta emisi dari pabrik-pabrik pupuk
tersebut secara tidak langsung merupakan dampak dari industri peternakan.
(Dzuikhija, 2016). Secara garis besar, masalah pada sektor peternakan dan
lingkungan dapat dibagi menjadi empat yaitu adanya metana sebagai hasil
pencernaan secara biologis pada rumen ternak poligastrik, emisi gas
karbondioksida pada proses distribisi pakan dan komoditas hasil peternakan,
deforestasi akibat pembukaan lahan untuk ditanami komoditas bahan baku
pakan ternak, dan emisi gas rumah kaca oleh pabrik pupuk.
6. Boros Penggunaan Listrik

21
Faktor penyebab pemanasan global yang lainnya adalah penggunaan
listrik yang boros. Pemborosan listrik membuat cadangan energi listrik
menjadi semakin menipis karena energi listrik memerlukan pembakaran batu
bara sehingga meningkatkan pemanasan global. Oleh karena itu sebaiknya
pemakaian listrik digunakan secara efisien sesuai dengan keperluan agar tidak
menyebabkan pemanasan global.
7. Polusi Udara Akibat Industri Pabrik
Pertumbuhan pembangunan industri, disamping memberikan dampak
positif, di sisi lain juga memberikan dampak negatif, berupa pencemaran
udara dan kebisingan, baik yang terjadi di dalam ruangan (indoor) maupun di
luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Industri pabrik menyebabkan banyaknya asap yang yang dihasilkan, dan
dapat mengakibatkan polusi udara yang akan membuat lingkungan tercemar
dan terjadinya pemanasan global. Zat yang keluar dari proses industri berupa
zat yang berbahaya seperti Karbon Monoksida, Hidrokarbon, dan senyawa
lainnya yang dapat membahayakan kesehatan alam dan manusia. Jadi
pengoperasian industri berpotensi menimbulkan dampak terhadap penurunan
kualitas udara dan peningkatan kebisingan.
8. Sampah Plastik
Menurut penelitian, ketika plastik terkena sinar matahari dan berakibat
rusak mengeluarkan gas metana dan etilena. Gas metana alami atau buatan
dikatakan sebagai penyebab utama perubahan iklim, dan hal ini berhubungan
dengan peningkatan pemanasan global. Sampah yang setiap hari dihasilkan
manusia terutama sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang seperti
styrofoam dan plastic juga menjadi sumber lain dari emisi CO2.
2.6.3 Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang
merugikan baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek kehidupan manusia.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

22
1. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan
naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah
pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah
pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang
yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini
terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan
masyarakat.
2. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim
menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan
musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang
sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi
panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi
penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat
tekanan tuntutan hidup.
3. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi
terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu
global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak
pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer.
Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.
4. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan
produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk
menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan
perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien
dan migrasi ikan).
5. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu
menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
6. Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada
puncaknya.

23
7. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan
terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan,
sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.
8. Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi
kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak
menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab
penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan
musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Ini
menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
9. Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang
yang ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua
Nugini, Timor Leste, dan Philipina.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan materi pada bab 2 terkait konsep dan masalah


pencemaran udara dan sumberdaya air, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi (atmosfer), dimana komposisi dari udara tersebut tidak
selalu konstan. Udara merupakan komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan, sehingga perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Dan
sumberdaya air adalah salah satu sumber daya alam yang berguna atau
potensial bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai
sektor kehidupan. Sumber daya air termasuk sumber daya alam yang tidak
hidup (abiotik) namun dapat diperbaharui (renewable resources).
2. Pencemaran udara adalah tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Sumber
pencemaran udara, yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah
(natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari
kegiatan manusia (anthropogenic sources) seperti yang berasal dari
transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Sedangkan, pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari air
tersebut turun. Penyebab pencemaran air yaitu, limbah industry, limbah rumah
tangga, limbah peternakan, penggunaan lahan hijau untuk lahan industri, dll.
3. Untuk mengukur kualitas udara digunakanlah Indeks Standar Pencemar Udara
(ISPU) yang dimana dapat menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di
lokasi dan waktu tertentu. Sedangkan untuk mengukur kualitas air
menggunakan parameter uji seperti temperature dengan air raksa, BOD

25
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), dan DO
(Dissolved Oxygen).
4. Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Peruntukan kegunaan air diklasifikasikan ke
dalam 4 kelas yaitu: kelas satu peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, kelas dua peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, kelas tiga peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar dan peternakan, air, dan kelas empat peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman.
5. Pemantauan mutu udara ambien dijadikan indikator untuk menentukan
prioritas program pengendalian pencemaran udara yang perlu dilakukan oleh
pemerintah pusat dan daerah . Metode pemantauan mutu udara ambien yang
dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara yaitu melalui
metode otomatis kontinyu (AQMS) dan manual (passive sampler).
Pengawasan terhadap air bertujuan mengatur, membina, dan mengawasi
pelaksanaan penggunaan air dalam rangka memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pengawasan tersebut dilakukan dengan 2 (dua)
cara meliputi pengawasan berkala dan pengawasan atas indikasi pencemaran.
Pengawasan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Pemanasan global (global warming) merupakan suatu fenomena global yang
dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan
bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan. Penyebab pemanasan global seperti,
polusi udara dari bahan bakar, efek rumah kaca, meningkatnya penggunaan
Chlorofluorocarbon (CFC), pengundulan hutan, polusi metana, boros
penggunaan listrik, polusi asap industri, dan sampah plastik.

26
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dalam penulisan paper ini, yakni:
1. Bagi Mahasiswa, diharapkan melalui penulisan paper ini, mahasiswa dapat
menyempurnakan kembali isi dari materi yang terdapat dalam paper ini dari
segi akademik.
2. Bagi khalayak umum dan masyarakat, diharapkan dapat mengetahui dan
memahami konsep dan masalah pencemaran udara dan sumberdaya air
sehingga dapat mengimplementasikan wawasan yang di dapat dalam
kehidupan ekonomi masyarakat sehari-hari.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, I K. 2017. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Denpasar. Udayana
University Press.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2020. Pemantauan Mutu Udara


Ambien dengan Metode Passive Sampler. Tersedia pada
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/read/pemantauan-mutu-udara-
ambiendengan-metode-passive-sampler (diakses pada 20 September 2022).

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 907 TAHUN 2002


TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR
MINUM.

Mulyani, A. S. (2021). Pemanasan Global, Penyebab, Dampak dan Antisipasinya.


Tersedia pada
http://repository.uki.ac.id/4908/1/PEMANASANGLOBAL.pdf. Diakses
pada (19 September 2022).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 20


TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR.
PERATURAN MENTERI LKH NOMOR P.14 TAHUN 2020 TENTANG
INDEKS STANDAR PENCEMARAN UDARA.

PP NOMOR 82 TAHUN 2021 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR


DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.
Samekto, C., & Winata, E. S. (2010, June). Potensi sumber daya air di
Indonesia. In Seminar Nasional: Aplikasi Teknologi Penyediaan Air Bersih
untuk Kabupaten/Kota di Indonesia (pp. 1-20). Tersedia pada

28
https://www.researchgate.net/profile/Candra32
Samekto2/publication/265151944_Potensi_Sumber_Daya_Air_di_Indones
ia/links/56b93f1e08ae3b658a88c905/Potensi-Sumber-Daya-Air-
diIndonesia.pdf (Diakses pada 20 September 2022).

Simandjuntak, A. G. (2013). Pencemaran udara. Buletin Limbah, 11(1). Tersedia


pada http://jurnal.batan.go.id/index.php/bl/article/view/785. Diakses pada
(19 September 2022).

Triana, V. (2008). Pemanasan global. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2(2),


159-163. Tersedia pada
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/26. Diakses pada (19
Seotember 2022)

29

Anda mungkin juga menyukai