Anda di halaman 1dari 20

PENCEMARAN UDARA: SUMBER PENYEBAB, BAHAYA-

BAHAYA, DAN CARA PENGGULANGAN

Diajukan untuk memenuhi :


Tugas Mata Kuliah Fikih Lingkungan

Oleh :
Sheril Andrina Putri (H05219016)

Dosen Pengampu :
Abdul Hakim, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang menguasai seluruh alam semesta dan memberikan perlindungan kepada
seluruh umat-Nya, maka akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sebagai
judul dalam makalah ini penulis memilih “PENCEMARAN UDARA: BAHAYA-
BAHAYA, SUMBER PENYEBAB, DAN CARA PENGGULANGAN”, namun
penulis sadari walaupun telah banyak masukan, arahan, bimbingan yang diberikan
terutama oleh teman dan dosen pengampu dalam upaya menyempurnakan makalah ini,
namun ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Hal ini merupakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dan bukan merupakan suatu
kesengajaan.
Berangkat dari pendapat, bahwa banyak pendapat orang akan lebih
menyempurnakan pendapat kita dalam mencapai tujuan, maka dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan masukan, kritik serta saran yang bersifat membangun
sekaligus memperbaiki guna sempurnanya makalah ini.
Pada kesempatan yang baik ini dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
yang sangat dalam maka penulis menghaturkan terima kasih, kepada :
1. Kepada Abdul Hakim, M.T., Selaku dosen pengampu dalam mata kuliah “Fikih
Lingkungan”.
2. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penulisan membuat
makalah ini.
Karena atas bimbingan dan arahan serta pengajaran Beliau-beliau tersebut maka
penulis memperoleh pengetahuan yang sangat berharga. Semoga SWT memberkahi dan
melindungi Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian.

Surabaya, 28 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4. Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Pencemaran Udara ....................................................................... 4
2.2. Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara....................................................... 5
2.3. Bahaya Terjadinya Pencemaran Udara .......................................................... 8
2.4. Cara Penanggulangan Terjadinya Pencemaran Udara ................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 16
3.2. Saran ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta
pemakaian kendaraan bermotor penghasil emisi telah mengubah sedikit atau
banyaknya kuliah udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan
kendaraan bermotor (Candra, 2016). Kejadian juga tidak terlepas di negara
Indonesia. Gas buangan dari cerobong asap industri berkisar antara 10-15%,
sedangkan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain seperti pembakaran
sampah, pembakaran hutan dan emisi kendaraan bermotor (Anies, 2015).
Indonesia merupakan salah satu negara yang terus mengalami peningkatan
jumlah kendaraan bermotor untuk setiap tahunnya. Dari data Badan Pusat Statistika
(BPS) tahun 2019 menunjukkan bahwa, jumlah kendaraan yang terdapat di
Indonesia adalah sebanyak 133.617.012 unit. Hal ini menunjukkan, secara tidak
langsung pencemaran udara di Indonesia akan semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan kegiatan industri tersebut (Badan
Pusat Statistik, 2020).
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya subtansi di udara yang
dapat menggangu kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan
benda mati (material logam dan bangunan). Sedangkan menurut PP No. 1 Tahun
1999, pencemeran udara merupakan masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat yang tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Adapun beberapa
ada 6 jenis polutan di udara yang umumnya diukur, yaitu partikulat berdiameter 2,5
µm (PM 10), partikulat berdiameter 10 µm (PM 10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan Ozone (O3). Jika polutan terebut terus
bertambah, maka akan berdampak buruk dan berbahaya bagi lingkungan.
Terdapat banyak dampak yang dihasilkan dari pencemaran udara diantaranya:
mengganggu kesehatan makhluk hidup, kerusakan lingkungan ekosistem, dan

1
hujan asam (Abidin dan Hasibuan, 2019). Kesehatan tentunya tak liput dari
penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan akan berakibat fatal seperti kanker
jika memang sudah polutan sudah berlebihan di tubuh makhluk hidup. Ekosistem
seperti hasil pembakaran hutan yang merusak habitat hewan dan tumbuhan di alam,
sedangkan hujan asam yang dikarenakan turunnya hujan bersamaan dengan polutan
asam seperti sulfur di atmosfer udara.
Oleh karena itu diperlukan adanya penanggulangan dalam mengatasi
permasalah pencemaran udara ini. Berbagai cara telah diterapkan oleh masyarakat,
yaitu dengan tidak membakar sampah, gerakan Car Free Day (CFD), sertifikasi
AMDAL dari perusahaan-perusahaan besar. Semua cara penanggulangan tersebut
tidak terlepas dari adanya kesadaran diri manusia, karena semua pencemaran ini
awal bermula dari kegiatan manusia itu sendiri (Abidin dan Hasibuan, 2019).
Berdasarkan berbagai penajabaran dan latar belakan tersebut, penulis
berupaya untuk mengulik permasalahan pencemaran udara ini, terkhususnya dalam
segi sumber penyebab, bahaya, dan cara penanggualangan, berdasarkan
pengalaman dan sumber literatur seperti buku, artikel jurnal, dan lain sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah tercantum dalam pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah pengertian dari pencemaran udara?
2. Bagaimanakah sumber penyebab terjadinya pencemaran udara?
3. Bagaimanakah bahaya terjadinya pencemaran udara?
4. Bagaimanakah cara penanggulangan terjadinya pencemaran udara?

1.3. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari pencemaran udara.
2. Mengetahui sumber penyebab terjadinya pencemaran udara.
3. Mengetahui bahaya terjadinya pencemaran udara.
4. Mengetahui cara penanggulangan terjadinya pencemaran udara.

2
1.4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan memiliki 2 manfaat, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Dapat digunakan menjadi sumber literatur bagi pihak akademik (mahasiswa,
dosen, dan peneliti), maupun masyarakat umum tentang penyebab, bahaya, dan
cara penanggulangan pencemaran udara.
2. Manfaat praktis
Dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan siapapun yang membaca dalam
menerapkan cara penanggulangan pencemaran udara berdasarkan penyebab
dan bahayanya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pencemaran Udara


Berbagai kegiatan manusia, baik disengaja atau tidak dapat menyebabkan
pencemaran udara. Secara alamiah, sebenarnya alam (termasuk udara) mempunyai
mekanisme pembersihan diri (self purification), antara lain siklus hidrologi yang
dapat membersihkan atmosfer. Alam juga telah menyediakan unsur-unsur dasar
yang dapat dipergunakan untuk kehidupan mikroorganisme yang mampu
menguraikan bahan pencemar dalam jumlah yang cukup dan berkelenjutan, namun
adanya penambahan pencemaran udara oleh aktivitas manusia maka udara tidak
dapat lagi membersihkan dirinya lagi, sehinggabahan pencemar yang ada di udara,
melebihi batas dan tidak mampu memenuhi fungsi untuk mendukung kehidupan
manusia dan lingkungan.
Menurut Chambers dalam Mukono (2008), pengertian pencemaran udara
adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan
udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh
manusia atau yang dapat dihitung dan diukur, serta dapat memberikan efek pada
manusia, binatang, vegetasi dan material. Sedangkan menurut Kumar dalam
Mukono (2008), pengertian pencemaran udara ialah adanya bahan polutan di
atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik
atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.
Dari pengertian Pencemaran udara tersebut di atas, dapat diartikan bahwa
pencemaran udara sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara
yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada
di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan
manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka dapat dikatakan udara telah tercemar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah
“masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara

4
ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya”.
Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkugan Hidup No. KEP – 03 / MENKLH/ II / 1991 yang dimaksud dengan
pencemaran udara ialah “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya”.
Dari pengertian pencemaran udara berdasarkan peraturan perundangan di atas,
pencemaran diakibatkan oleh kegiatan manusia, baik disengaja atau tidak,
sedangkan bencana alam seperti gunung meletus, gas alam, panas bumi tidak di
katagorikan sebagai pencemaran. Hal ini disebabkan karena peraturan tersebut
berkaitan dengan sanksi tuntutan hukum. Bencana alam tidak bisa dilakukan
penuntutan hukum, meskipun bencana alam dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi buruk dan tidak dapat mendukung kehidupan manusia dan lingkungan.
Pencemaran terjadi karena adanya beberapa faktor atau elemen pendukung
terjadinya proses pencemaran. Elemen-elemen yang mendukung terjadinya proses
pencemaran udara adalah adanya sumber bahan pencemar yang mengeluarkan
emisi polutan, adanya interaksi bahan pencemar di atmosfer yang menyebabkan
turunnya kualitas udara dan menimbulkan akibat negatif pada manusia dan
lingkungan.

2.2. Sumber Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara


Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global,
karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya
zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan,
akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut; juga sebagian
besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi,
industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran
serta kegiatan rumah tangga. Terdapat dua jenis sumber pencemar yaitu sebagai
berikut:

5
1. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi
udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari
komponen udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas
konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam
udara, misalnya timbal.
2. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di
atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber pencemar primer di udara dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sumber
yang bersifat alamiah (natural) dan kegiatan manusia (antropogenik). Contoh
sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi
biotik, debu, spora tumbuhan, dan lain sebagainya. Sedangkan pencemaran
antropogenik banyak dihasilkan dari aktivitas transportasi, industri, rokok, dari
persampahan, baik akibat dekomposisi ataupun pembakaran, dan rumah tangga.
1. Sumber Alamiah (Natural)
a. Akibat Letusan Gunung Berapi
Kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara diantaranya
adalah kegiatan gunung berapi. Salah satu gas pencemar yang di hasilkan
oleh gunung berapi adalah Sox.
b. Akibat Kebakaran Hutan
Beberapa bahan pencemar dari kebakaran hutan yang dapat mencemari
udara, diantaranya adalah hidrokarbon, karbon dioksida, senyawa sulfur
oksida, senyawa nitrogen oksida dan nitrogen dioksida. Adapun bahan
pencemar berbentuk partikel adalah asap berupa partikel karbon yang
sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses pemecahan suatu
bahan.

Gambar 1. Pencemar Gunung Berapi dan Kebakaran Hutan

6
2. Sumber Kegiatan Manusia (Antropogenik)
Sumber antropogenik diantaranya berhubungan dengan proses
pembakaran berbagai jenis bahan bakar, diantaranya:
a. Sumber tidak bergerak (stationary source)
1) Sumber titik, yaitu sumber pada titik tetap, seperti cerobong asap atau
tangka penyimpanan yang memancarkan pencemar udara,
2) Sumber area, merupakan serangkaian sumber-sumber kecil yang
bersamaan dapat mempengaruhi kualitas udara. Contohnya:
pembakaran bahan bakar di rumah tangga, TPA, kebakaran hutan
(sumber alamiah), konstruksi bangunan, jalan tidak beraspal.

Gambar 2. Pencemar Udara Industry dan Kendaraan Bermotor


b. Sumber bergerak (mobile source) contoh: kendaraan bermotor, pesawat,
dan/atau kapal laut
c. Debu zat kimia maupun partikel-partikel sebagai hasil dari industri
pertanian dan perkebunan
d. Asap dari penggunaan cat, hair spray, dan jenis pelarut lainnya
e. Gas yang dihasilkan dari proses pembuangan akhir di TPA, yang
umumnya adalah gas metan
f. Peralatan militer contoh: senjata nuklir, gas beracun, senjata biologis.

Gambar 3. Pencemar Udara Pembakaran Sampah

7
2.3. Dampak Bahaya Terjadinya Pencemaran Udara
Pada bagian ini bisa ditambahkan lagi materinya agar lebih dalam. Sebelum
membicarakan dampak bisa dikupas dulu tentang penyebab pencemaran udara.
Pada topik ini akan dijelaskan tentang dampak pencemaran udara terhadap
lingkungan. Dari berbagai literatur dampak terhadap lingkungan sangat banyak,
namun pada topik ini akan dibahas lima bentuk dampak. Pembagian dampak
menjadi lima kelompok ini merupakan hasil sintesis dari beberapa literatur, antara
ain pembagian yang dilakukan Dix, 1982, Miller, 1982, dan Cahyono, 2017 yaitu:
(1) Pemanasan Global, (2) Kerusakan Ekosistem (3) Penipisan Lapisan Ozon, (4)
Hujan Asam, Dan (5) Gangguan Estetika Lingkungan. Kelima dampak tersebut
akan dijelaskan dalam lima sub topik yang berbeda.
1. Pemanasan Global
Penulis pernah melakukan perbincangan dengan beberapa manula di
Kota Bukit tinggi yang terkenal sebagai Kota yang berhawa sejuk di Sumtera
Barat. Dari hasil perbincangan tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu udara
di Bukittinggi saat ini jauh lebih hangat jika dibandingkan dengan masa-masa
sebelum kemerdekaan, sekitar 70 tahun yang lalu. Pada masa tersebut, orang-
orang tidak sanggup keluar rumah pada malam hari tanpa mengunakan jaket
atau kain sarung. Namun pada saat ini kita dapat melihat orang-orang
disekitar jam gadang hanya memakai kaos oblong sampai dini hari tanpa
merasa kedinginan. Ini merupakan salah bukti bahwa bumi makin panas atau
dalam istilah yang lain disebut dengan pemanasan global (global warming).
Pemanasan global (global warming) mulai menjadi topik yang sering
didiskusikan sejak awal Abad XX. Hal tersebut menarik karena telah
dirasakan di berbagai belahan bumi. Data mengenai hal tersebut juga telah
banyak dikemukakan dalam berbagai buku dan media komunikasi lainnya.
Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan fenomena pemanasan global,
antara lain adalah semakin berkurangnya permukaan bumi yang ditutup oleh
vegetasi dan perairan, yang terjadi akibat konversi hutan dan rawa menjadi
lahan permukiman. Hal ini mengakibatkan energi matahari yang sampai ke
permukaan bumi tidak diamnfaatkan oleh vegetasi atau mebguapkan air,
tatapi dipantulkan kembali dalam bentuk panas. Teori lain yang dianggap

8
pengaruhnya paling signifikan adalah adalah fenomena “rumah kaca”. Istilah
rumah kaca digunakan dalam dunia pertanian, yaitu rumah yang dibuat
dengan atap dan dinding terbuat dari kaca untuk melakukan penelitian di
bidag pertanian. Masalah yang terjadi dalam rumah kaca adalah ketika sinar
matahari mengenai rumah kaca, maka suhu udara dalam rumah kaca jauh
lebih tinggi dari suhu udara di luarnya.
Fenomena ini juga dapat terjadi ketika kita memarkir mobil di tempat
yang terkena sinar matahari langsung, maka Ketika kita membuka pintu
mobil akan terasa udara dalam kabin juah lebih panas dari pada di luar mobil.
Kondisi ini terjadi karena sinar matahari yang terdiri dari gelombang pendek
mampu menembus kaca masuk ke dalam rumah kaca. Setelah sampai di
dalam rumah kaca, sinar matahari tersebut sebagian dipantulkan kembali
dalam bentuk gelombang yang lebih panjang, yakni panas. Sinar matahari
yang dipantulkan tadi dan berobah menjadi gelombang panjang tidak mampu
lagi menembus atap atau dinding kaca sehingga terkurung dan terakumulasi
dalam rumah kaca. Fenomena rumah kaca juga terjadi dalam skala global,
yakni pada bumi yang kita tempati ini. Bumi kita secara alami diselimuti oleh
berbagai jenis unsur dan senyawa kimia yang berbentuk gas, antara lain N2,
O2, CO2, CH4, NO2. Sebagian dari gas tersebut ada yang bersifat seperti kaca
(selanjutnya disebut sebagai gas rumah kaca) dalam konteks menahan sinar
matahari. Beberapa dekade terakhir konsentrasi gas yang bersifat seperti kaca
tadi semakin meningkat.

Gambar 4. Ilustrasi Efek Rumah Kaca

9
2. Kerusakan Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk akibat hubungan
timbal balik yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem dapat juga dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan
secara utuh serta menyeluruh antara unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari unit biosistem yang
melibatkan hubungan interaksi timbal balik antara organisme serta lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju struktur biotik tertentu sehingga terjadi siklus materi
antara organisme dan anorganisme. Matahari adalah sumber dari semua energi yang
ada dalam ekosistem.

Gambar 5. Unsur Pengisi Ekosistem Alam


Sebuah ekosistem dibentuk oleh unsur abiotik dan unsur biotik. Unsur abiotik
atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia yang medium atau
substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki beragam variasi dalam ruang dan
waktu. Komponen abiotik berupa bahan organik, senyawa anorganik, serta faktor
yang memengaruhi eksistensi dan distribusi organisme.
Gangguan ekosistem akibat pencemaran udara adalah terjadinya salam satu
unsur ekosistem. Gangguan tersebut berawal dari gangguan terhadap unsur abiotic
sebagai faktor pembatas yang berakhir pada gangguan unsur abiotis yang
berpengaruh pada aliran energi dan siklus materi. Gangguan terhadap unsur abiotic
dapat terjadi ntara lain pada suhu, air, tanah, udara. Gangguan pada unsur biotik
dapat terjadi tingkat produsen, konsumer atau pengurai.
a. Gangguan terhadap komponen abiotik ekosistem
Pencemaran udara dapat menjadi awal kerusakan komponen abiotik dari
ekosistem. Bahan-bahan kimia, atau energi yang masuk ke dalam udara

10
ambien akan merubah sifat fisik dan kimia udara. Gangguan fisik yang
terjadi dapat berupa perubahan intensitas sinar matahari yang masuk ke
dalam ekosistem, perubahan suhu udara, dan perubahan kelembaban
udara. Perubahan kimia udara yang dapat terjadi antara lain adalah
perubahan pH, dan perubahan komposisi kimia udara.
b. Gangguan terhadap flora
Flora memiliki reaksi yang besar dalam menerima pengaruh perubahan
atau gangguan akibat polusi udara dan perubahan lingkungan. Hal ini
terjadi karena banyak faktor yang berpengaruh, diantaranya spesies
tanaman, umur, keseimbangan nutrisi, kondisi tanaman, temperatur,
kelembaban dan penyinaran. Beberapa contoh kerusakan yang terjadi
pada gangguan nutrisonal dan gangguan atraksional biologis adalah
terjadinya penurunan tingkatan kandungan enzym, gangguan pada respon
fisiologis adalah perubahan pada sistem fotosintesa, sedang gangguan
yang nampak secara visual adalah chlorosis (perusakan zat hijau
daun/menguning), flecking (daun bintik-bintik), reduced crop yield
(penurunan hasil panen).

Gambar 6. Siklus dan Hasil Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan


c. Gangguan terhadap fauna
Dampak negatif pencemaran udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda
jauh dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan.
Dampak terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Dampak secara langsung terjadi bila ada interaksi melalui sistem
pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Terjadinya emisi zat- zat
pencemar ke atmosfer (udara) seperti partikulat, NOx, SO2, HF dan lain

11
lain yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan dan perairan baik
melalui proses pengendapan atau pun penempelan, akan berpengaruh
langsung terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat menjalar pada
hewan-hewan melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi zat
pencemar tersebut. Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi
terhadap hewan berupa terjadinya gejala paralisis syaraf dan konvulsi.

3. Penipisan Lapisan Ozon


Ozon adalah senyawa kimia yang bisa dianggap baik dan bisa dianggap
merusak lingkungan. Ozon biasa dianggap baik bila berada pada tempat yang tepat,
yaitu di lapisan stratosfer. Pada tempat ini, ozon berfungsi melindungi bumi dari
terpaan sinar ultra violet yang berlebihan dari sinar matahari. Ozon biasa dianggap
sebagai bahan polutan udara bila dia berada pada lapisan troposfer. Alasan mengapa
sangat berbahaya di udara yang kita hirup adalah bahwa sebagai oksidan yang kuat,
ozon dapat merusak jaringan mukosa dan pernapasan manusia, binatang, dan
tumbuhan saat konsentrasinya di atas 50 ppb

Gambar 6. Siklus dan Hasil Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan

4. Hujan Asam
Air hujan secara alami relatif bersifat asam (pH<7). Hal ini disebabkan karena
secara alami udara mengandung gas yang bisa bereaksi dengan air membentuk
senyawa baru yang bersifat asam, antara lain Gas CO2, Gas NO2, dn gas SO2. Gas

12
CO2 bereaksi dengan air membentuk Asam Karbonat (H2CO3), Gas NO2 membetuk
Asam Nitrat (HNO3, dan Gas SO2 membentuk asam sulfat (H2SO4). Hujan asam
adalah hujan yang banyak mengandung senyawa asam akibat reaksi bahan
pencemar udara dengan air hujan pH-nya kecil dari 5,5. Hujan asam terjadi sebagai
akibat meningkatnya knsentrasi gas CO2, Gas NO2, dan gas SO2 di atmosfer. Gas
CO2 terbentuk dari pembakaran bahan bakar yang mengandung karbon, antara lain
seperti batu bara, premim, solar, dan kayu. Gas NO2, diantaranya terbentuk saat
terjadi pembakaran suhu tinggi yang menyebabkan bereaksinya unsur Nitrogen dan
Oksigen di titik pemkaran. Gas SO2, antara lain terbentuk dari pembakaran bahan
bakar yang mengandung sulfur, antara lain bahan bakar fosil.

Gambar 6. Siklus Hujan Asam


5. Gangguan Estetika Lingkungan
Kita tidak bisa mengingkari bahwa disamping membutuhkan lingkungan
yang sehat, kita juga membutuhkan lingkungan yang indah untuk dipandang, merdu
didengar, dan menyenangkan dan menyegarkan ketika dibaui. Sugandhy, (1999)
menyebutkan bahwa ada enam wujud menyangkut estetika lingkungan, yaitu (1)
terjaganya arsitektural bangunan serta kesesuaian dengan lingkungan sekitar atau
bentang alam serta ketinggian bangunan; (2) terbinanya landscaping dengan adanya
pepohonan di setiap lingkungan perumahan dan kawasan kegiatan sesuai dengan
ekosistem wilayah; (3) lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan bau; (4)
lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan kebisingan; (5) lingkungan
pemukiman yang bebas dari gangguan getaran; (6) lingkungan pemukiman yang
bebas dari gangguan radiasi.

13
2.4. Cara Penanggulangan Terjadinya Pencemaran Udara
Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah industru
dan transportasi. Karena itu, pencemaran udara lebih terasa di perkotaan tempat
kedua kegiatan tersebut berlangsung. Udara yang telah tercemar mengandung
berbagai unsur yang dapat menggangu kesehatan manusia juga tumbuhan dan
hewan. Jika dibiarkan terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, Kesehatan
manusia akan terus menurun denganmenimbulkan berbagai penyakit yang berujung
oada kematian.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk mengendalikan
pencemaran udara. Upaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi upaya
pencegahan dan penanganan. Menurut Basri, I. S (2010:145), upaya pencegahan
dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
2. Mengganti sumber energi yang ramah lingkungan.
3. Menggunakan kendaraan yang hemat energi.
4. Mengurangi konsumsi produk dari pabrik yang menimbulkan pencemaran
udara.
Selain upaya pencegahan, pencemaran udara juga dapat ditanggulangi dengan
menggunakan atau menambahkan alat bantu. Di pabrik yang dapat dipasang alat
bantu berupa filter udara, pengendap silikon, filter basah, pengendap sistem
gravitasi dan pengendap elektrostatik.
1. Filter udara
Filter udara berfungsi untuk menangkap debu atau partikel yang ikut keluar
dari cerobong asap atau stack, sehingga udara yang keluar dari cerobong asap
merupakan udara yang minim pencemar.
2. Pengendapan silikon
Pengendapan silicon merupakan pengendapan debu yang ikut dalam gas
buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu, dengan menggunakan
gaya sentrafugal dari udara yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding.
3. Filter Basah
Filter udara basah juga berfungsi untuk menangkap debu. Prinsip kerjanya
adalah dengan menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang

14
kotor dari bagian bawah alat. Partikulat udara secara langsung akan ikut
terseret dengan air mengalir tersebut.
4. Pengendapan sistem gravitasi
Udara yang kotor dialirkan diatas alat pengendap, kemudian jika kecepatannya
berkurang, maka partikel yang berukuran lebih besar akan turun karena
gravitasi dan terkumpul masuk ke dalam.
5. Pengendapan elektrostatis
Alat ini digunakan untuk membersihkan udara yang sangat kotor oleh aerosol
atau uap air. Udara yang sudah tercemar tersebut dapat dengan cepat
dibersihkan, sehingga udara yang keluar dari alat ini sudah cukup bersih.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, didapatkan 4 kesimpulan yang menjawab
tujuan sebagai berikut :
1. Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga
dapat dideteksi oleh manusia atau yang dapat dihitung dan diukur, serta dapat
memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material.
2. Terdapat dua jenis sumber pencemar udara, yaitu: Zat pencemar primer, yaitu
zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang
membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti
karbon dioksida. Dan Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang
terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
3. Pembagian dampak menjadi lima kelompok yaitu: (1) Pemanasan Global, (2)
Kerusakan Ekosistem (3) Penipisan Lapisan Ozon, (4) Hujan Asam, Dan (5)
Gangguan Estetika Lingkungan. Ditambahkan dengan dampak pencemaran
udara berupa penyakit kepada makhluk hidup, yang umumnya adalah penyakit
saluran pernafasan akut (ISPA).
4. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara: Mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor. Mengganti sumber energi yang ramah lingkungan.
Menggunakan kendaraan yang hemat energi. Mengurangi konsumsi produk
dari pabrik yang menimbulkan pencemaran udara. Selain upaya pencegahan,
pencemaran udara juga dapat ditanggulangi dengan menggunakan atau
menambahkan alat bantu industri berupa filter udara, pengendap silikon, filter
basah, pengendap sistem gravitasi dan pengendap elektrostatik

3.2. Saran
Diperlukan pengkajian lebih lanjut terkait pembahasan penulisan pencemaran
udara ini, dan disarankan kepada pembaca agar tidak terpacu dengan tulisan ini dan
boleh mengambil informasi dari sumber bacaaan atau literatur lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J. dan Hasibuan, F. A. (2019). Pengaruh dampak pencemaran udara terhadap


Kesehatan untuk menambah pemahaman masyarakat awam tentang bahaya dari
polusi udara. Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Riau IV.
Pekanbaru, 7 September 2019.
Anies. (2015). Buku ajar kedokteran: penyakit berbasis lingkungan. Jakarta: Ar-Ruzz
Media.
Badan Pusat Stastistik Republik Indonesia (BPS RI). (2020). Jumlah kendaraan bermotor
di Indonesia pada tahun 2017-2019. https://www.bps.go.id/indicator/
Basri, I. S. (2010). Pencegahan dan penanggulangan: pencemaran lingkungan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Candra, R. (2016). Analisis komposisi kimia partikel kasar di udara ambien kawasan
lubuk begalung dan pasar raya padang siang dan malam hari pada musim panas.
Padang: Universitas Andalas.
Prabowo, K. dan Muslim, B. (2018). Bahan ajar Kesehatan lingkungan: penyehatan
udara. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sukarni. (2012). Fikih lingkungan hidup prespektif ulama kalimantan selatan. Jakarta:
Kementrian Agama RI.
Susanto, A. D. (2020). Air pollution and human health. Medical Journal Indonesia, 29(1),
8-10.
Zakaria, N. dan Azizah, R. (2013). Analisis pencemaran udara (SO2), keluhan iritasi
tenggorokan dan keluahan Kesehatan iritasi mata pada pedagang makanan di
sekitar terminal Joyoboyo Surabaya. The Indonesian Journal of Occuparional
Safety and Health, 2(1), 75-81.

17

Anda mungkin juga menyukai