Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EKOLOGI MANUSIA

“Dampak Pemanasan Global Terhadap Evolusi Manusia”

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Suryono, M. Si

Kelas A

Kelompok 2:

Dhea Ussarvi (P2F121011)

Syarahdita Fransiska Rani (P2F121016)

M. Arham Ginting (P2F121017)

Rahmad Triadi (P2F121018)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain
itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya
baik iman maupun islam. Atas nikmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Dampak Pemanasan Global
Terhadap Evolusi Manusia” yang merupakan tugas mata kuliah Ekologi Manusia.

           Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-


kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur
penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
positif untuk perbaikan dikemudian hari. Demikian semoga makalah ini
memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis
sendiri. Aamiin.

Jambi, 26 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Pemanasan Global (Global Warming)................................................................4
2.1.1 Pengertian Pemanasan Global....................................................................4
2.1.2 Mekanisme Pemanasan Global...................................................................5
2.1.3 Penyebab Pemanasan Global......................................................................5
2.1.4 Dampak Pemansan Global..........................................................................6
2.2 Hutan Adat Guguk...........................................................................................10
2.2.1 Letak Geografis Hutan Adat Guguk.........................................................10
2.2.2 Keanekaragaman Hayati...........................................................................10
2.2.3 Pemanfaatan Hutan Adat..........................................................................13
2.2.4 Aturan Hukum Kawasan Hutan Adat.......................................................13
2.2.5 Tata Kelola Hutan Adat dan Memadukan Kearifan Lokal........................14
2.3 Keterkaitan Antara Kearifan Lokal Hutan Adat Guguk dan Pemanasan Global...
15
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Isu pemanasan global saat ini sedang hangat dibicarakan di dunia. Pemanasan
global (global warming) merupakan suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di
bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di
permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya kosentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui
efek rumah kaca (Utina, 2015).
Efek rumah kaca pada awalnya terjadi secara alami atau dari proses alam di
bumi sebagai suatu sistem yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, suhu
atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa efek rumah kaca. Tetapi, jika
efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan kondisi normalnya maka sistem
tersebut akan bersifat merusak, yang mana suhu di bumi akan meningkat akibat
semakin beragamnya gas rumah kaca di atmosfer (Surtani, 2015), gas rumah kaca
tersebut seperti H2O, CO2, CH4, N2O, Cloro Fluoro Carbon (CFC), dan lain-lain.
Emisi gas rumah kaca tersebut dihasilkan oleh berbagai kegiatan pembangunan
diantaranya yaitu dari proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan
batu bara), pertanian, peternakan, akibat penggundulan dan pembakaran hutan,
dan lain-lain yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (Butarbutar, 2009).
Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan
sistem terhadap ekosistem di bumi seperti perubahan iklim, serta berdampak pada
kelangsungan kehidupan mahkluk hidup di muka bumi (Utina, 2015). Melihat
sebagian besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas hidup manusia,
maka pemanasan global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup
dan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini akan
dikaitkan perilaku manusia terhadap pemanasan global melalui kearifan lokal.
Kearifan lokal menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Maridi, 2015). Hal ini tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 bahwa perlindungan dan
1
2

pengelolaan lingkungan hidup meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,


pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum dimana seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus
memperhatikan beberapa hal yang diantaranya adalah kearifan lokal.
Kearifan lokal merupakan sebuah sistem dalam tatanan kehidupan sosial,
ekonomi, budaya dan lingkungan (Jufrida dkk, 2018). Menurut Mungmachon
(2012) kearifan lokal adalah pengetahuan dasar yang dimiliki oleh kelompok
masayarakat yang diperoleh melalui pengalaman. Kearifan local dianut dan
diekspresikan di dalam tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya.
Salah satu kearifan lokal yang dibahas pada makalah ini yaitu dalam menjaga
hutan adat yang ikut menyumbangkan oksigen serta membantu memfiltrasi gas
rumah kaca. Menurut Butarbutar (2009) hutan berfungsi sebagai penghasil gas
rumah kaca seperti karbon dan juga dapat berfungsi sebagai penyerap karbon.
Hutan adat adalah hutan yang terletak di dalam wilayah masyarakat yang
dilindungi dan dikelola berdasarkan adat setempat.
Hutan adat Guguk adalah hutan konservasi yang terkelola dengan baik
berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat, dengan luas hutan yaitu 630
hektar. Lokasi hutan yaitu di Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarap,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dibuatlah makalah ini sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan terutama bagi penulis serta bagi masyarakat
tentang apa dan bagaimana terjadinya pemanasan global, serta bagaimana perilaku
masyarakat melalui kearifan lokal yang diharapkan dalam upaya meminimalisasi
efek terjadinya pemanasan global.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan pemanasan global?
b. Bagaimana upaya pelestarian hutan adat Guguk berdasarkan kearifan lokal?
c. Bagaimana keterkaitan antara kearifan lokal pelestarian hutan adat guguk
terhadap pemanasan global?
3

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui yang dimaksud dengan pemanasan global.
b. Pengaruh Pemanasan Global terhadap kehidupan manusia
c. Mengetahui upaya pelestarian hutan adat Guguk berdasarkan kearifan local.
d. Mengetahui keterkaitan antara kearifan lokal pelestarian hutan adat guguk
terhadap pemanasan global.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu menambah pengetahuan dan
wawasan bagi penulis dan pembaca terkait aspek-aspek mengenai dampak
pemanasan global terkait kearifan lokal sebagai suatu upaya ataupun perilaku
manusia dalam menangani pemanasan global, sehingga menjadi suatu masukan
ilmu pengetahuan dalam mengelola permasalahan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 

2.1 Pemanasan Global (Global Warming)


2.1.1 Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) adalah meningkatnya suhu tata-rata
permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di
atmosfer (Idayati, 2007). Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya
temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Peneliti dari Center for
International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan bahwa pemanasan global
adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang
panas atau infra merah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas-gas rumah kaca
(Triana, 2008).
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa
penyumbang gas rumah kaca yang utama yaitu karbon dioksida (CO 2), methan
(CH4), nitrogen dioksida (N2O), perfluorocarbons (PFC), cloro fluoro carbon
(CFC), hydro chloro fluoro carbons (HCFC) dan sulfurhexaflorida (SF6).
Pada dasarnya gas rumah kaca mampu menjaga kestabilan temperatur
bumi. Tanpa efek gas rumah kaca, suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin
bisa menjadi -18ºC, namun jika emisi gas rumah kaca telah beragam di atmosfer
mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat dan lebih panas (Surtani,
2015). Selain itu, gas rumah kaca yang berlebihan dan banyak di atmosfer dapat
bereaksi dan merusak lapisan ozon, sehingga terjadi penipisan lapisan ozon yang
ikut memperpanas suhu bumi. Karena makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer,
makin leluasa memancarkan radiasi gelombang pendek matahari (termasuk
ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya radiasi gelombang pendek ini juga
berubah menjadi gelombang panjang atau gelombang panas matahari atau infra
merah, sehingga semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (Triana,
2008).
Bumi memanas akibat dari sinar matahari yang sudah masuk ke bumi
tidak bisa keluar karena gas-gas rumah kaca ini membentuk lapisan di atmosfer
yang memantulkan sinar matahari. Hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah gas

4
5

ini melebihi kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengadsorpsinya, sehingga hal
tersebut menjadi penyebab pemanasan global (Triana, 2008).

2.1.2 Mekanisme Pemanasan Global


Proses pemanasan gobal sebagai berikut (Triana, 2008):
a. Energi yang masuk ke bumi mengalami serangkaian proses
b. 25% energi dipantulkan oleh awan atau partikel lain ke atmosfer
c. 25% diadsorpsi oleh awan - 45% diadsorpsi oleh permukaan bumi - 5% lagi
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
d. Energi yang diadsorpsi oleh awan dan permukaan bumi (25%+45% = 70%)
dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah atau gelomabang
panas matahari
e. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh
awan, gas CO2 dan gas gas lain (efek rumah kaca), untuk dikembalikan ke
permukaan bumi.

2.1.3 Penyebab Pemanasan Global


Pemanasan global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas
manusia di seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan
teknologi dan industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak pada pemanasan
global.
a. Konsumsi energi bahan bakar fosil, sektor industri merupakan penyumbang
emisi karbon terbesar, sedangkan faktor transportasi menempati posisi kedua.
Menurut Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi
energi bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total konsumsi energi,
sedangkan listrik menempati posisi pertarna dalam mempercepat proses
terjadinya pemanasan global.
b. Sampah menghasilkan gas metana (CH4) saat mengalami proses pembusukan
di timbunan sampah, diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg
gas metana. Sampah di Perkotaan merupakan sektor yang sangat pontensial
mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
c. Kerusakan hutan, salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida
(CO2) yang merupakan salah dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi
oksigen (O2). Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan,
6

perubahan tata guna lahan antara lain, perubahan hutan menjadi perkebunan
dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa
sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan
kerusakan seperti tersebut di atas, tentu saja proses penyerapan karbon
dioksida tidak dapat optimal, hal ini akan manpercepat terjadinya pemanasan
global.
d. Aktivitas pada sektor pertanian dan peternakan, sektor ini memberikan
kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah
yang tergenang menghasilkan gas metana (CH4), pemanfaatan pupuk serta
praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman dan pembusukan sisa-sisa
pertanian, serta pembusukan kotoran temak. Dari sektor ini gas rumah kaca
yaflg dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N2O).

2.1.4 Dampak Pemansan Global


Adapun dampak pemanasan global sebagai berikut (Idayati, 2007):
a. Cuaca
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim, curah hujan
meningkat dan angin badai akan lebih sering terjadi. Akibat pemanasan
global juga menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Pola cuaca yang tidak
teratur telah mulai menunjukkan efek pemanasan global tersebut.
Peningkatan curah hujan dalam bentuk hujan telah diketahui di daerah kutub
dan gurun. Meningkatnya pemanasan global akan menyebabkan lebih banyak
penguapan yang akan menyebabkan lebih banyak hujan. Hewan dan
tumbuhan tidak dapat dengan mudah beradaptasi dengan peningkatan curah
hujan. Tanaman dapat mati dan hewan dapat bermigrasi ke area lain. Ini
dapat menyebabkan seluruh ekosistem berubah secara total dan cepat.
Dari perubahan pola hidup manusia adalah penggunaan AC (Air
Conditioning) yang terus meningkat dan ini adalah sebuah kebutuhan baru
manusia saat ini karena kondisi perubahan iklim, dan ini memperparah
kondisi global warming karena energi terbesar yang digunakan saat ini
adalah energi fosil, sehingga semakin banyak penggunaan AC maka semakin
banyak energi Fosil yang digunakan.
7

b. Muka air laut


Tingkat permukaan air laut, pemanasan global akan mencairkan banyak es di
kutub, akibatnya tinggi permukaan air laut di seluruh dunia meningkat 10-25
cm selama abad ke 20, diprediksi pada abad 2l akan terjadi peningkatan
tinggi permukaan air laut antara 9-88 cm. Perubahan tinggi rata-rata
permukaan laut ini diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara
geologi. Menurut Triana (2008) kenaikan muka air laut secara umum akan
mengakibatkan dampak yaitu:
1) Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir
2) Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove (hutan bakau)
3) Meluasnya intrusi air laut
4) Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir
5) Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil
c. Pertanian
Perubahan musim berupa berlangsungnya periode musim yang lebih panjang
atau pendek. Perubahan periode berlangsungnya musim, misalnya musim
hujan, bisa terjadi lebih cepat dan lebih cepat, atau lebih lama dan lebih lama.
Hal ini menyebabkan produktivitas pertanian terganggu akibat perubahan
suhu dan pola hujan yang tak tentu. Terjadinya perubahan musim
menyebabkan pola cuaca menjadi tidak menentu dan ekstrim menyebabkan
gagal panen, perubahan musim bunga meningkatkan resiko kegagalan
tanaman untuk berbuah dan dipanen. Ini akan berakibat negatif pada industri
makanan. Harga tanaman pokok bisa saja meningkat drastis. Pada akhirnya
akan menimbulkan penurunan kinerja ekonomi.
Ini berdampak kepada Pola pertanian manusia mulai dikembangkan dengan
teknologi pertanian baru seperti Hydroponik dan lainya agar kebutuhan akan
sumber makanan yang merupakan kebutuhan pokok manusia tetap terjaga.
d. Hewan dan tumbuhan
Sejumlah keanekaragaman hayati terancam punah akibat peningkatan suhu
bumi, setiap spesies harus beradaptasi pada perubahan yang terjadi,
8

sementara habitatnya akan terdegradasi. Juga menyebabkan beberapa satwa


mengalami perubahan habitat sehingga bermigrasi. Migrasi ini akan
menyebabkan sebagian hewan tidak dapat beradaptasi alias dirugikan dan
akhirnya punah. Ini akan mengganggu keseimbangan Ekosistem, Adanya
rantai makanan yang terputus akan menyebabkan adanya pertumbuhan salah
satu populasi yang meningkat dan ini tentunya akan mempengaruhi Manusia
yang masuk dalam Ekosistem dan bagian rantai makanan tersebut.
e. Kesehatan
Kesehatan manusia terganggu, para ilmuan memprediksi terjadi peningkatan
insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat
ditambah lagi banyaknya polutan pencemar di udara.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim berisiko
menambah 250.000 jumlah kematian per tahun pada tahun 2030–2050. Hal
ini terjadi karena meningkatnya kasus malaria dan diare, kekurangan gizi
pada anak, dan pencemaran yang berdampak pada pola hidup tidak sehat.
Asma adalah salah satu gangguan pernapasan sebagai dampak pemanasan
global. Secara tidak langsung, perubahan suhu di bumi dapat memengaruhi
kualitas udara karena memperbanyak kadar polutan.
Menurut World Health Organization (WHO), pemanasan global telah
membuat iklim berubah sekitar 0,85Oc lebih panas. Peningkatan suhu yang
terlalu tinggi ini membuat polusi udara menjadi masalah baru bagi para
pengidap asma.
Singkatnya, perubahan iklim lambat laun akan berdampak pada lebih
banyaknya produksi debu, serbuk sari, serta polutan lainnya yang bisa
menimbulkan reaksi negatif. Entah itu berupa batuk, nyeri dada, iritasi
tenggorokan, gejala gangguan pernapasan lainnya, hingga menghambat
fungsi normal paru-paru.
Paparan suhu tinggi yang ekstrem pun bisa meningkatkan risiko dehidrasi
dan bahkan kematian langsung akibat sengatan panas (heat stroke), terutama
pada lansia. Penyakit-penyakit yang lainya sudah teridentifikasi akibat
Global Warming adalah antraks, kolera, zika dan virus nil barat, penyakit
lyme dan virus-virus baru. Pandemi akibat corona adalah virus yang
9

berkembang saat ini mempengaruhi banyak sektor pola hidup masyarakat


yang berlaku selama ini dan sangat memungkinkan virus-virus seperti ini
akan bermunculan seiring terus melajunya pemanasan global.

2.1.5 Pengendalian Pemanasan Global


Efek pemanasan global tidak dapat dicegah hanya melalui individu, melainkan
butuh kerja sama semua pihak, karena itu strategi serta upaya untuk mereduksi
efek global warming haruslah didukung oleh segenap masyarakat, dua pendekatan
utama yang dapat dilakukan untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca yaitu (Idayati, 2007):
a. Menghilangkan Karbon
Karbon dioksida adalah penyumbang utama gas kaca, dari masa pra-
industri yang sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005.
Memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi merupakan
salah satu cara untuk menghilangkan karbon dioksida di udara, pohon
dapat menyerap karbon dioksida kemudian memecahnya melalui
fotosintesis dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia
tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan di
banyak areal, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah
kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan lain, seperti untuk
lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal, langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan
dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
b. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan
gas-gas rumah kaca. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate
Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas
manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan, melalui Earth
Summit pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil sebanyak 150 negara
berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk
menterjemahkan maksud ini dalam suatu yang belum diimplementasikan
menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase
10

paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong


emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990.
2.2 Hutan Adat Guguk
Kawasan hutan seluas 690 ha ini sejak tahun 2003 ditetapkan menjadi
kawasan hutan adat melalui Surat Keputusan Bupati Merangin Nomor: 287 Tahun
2003, tepatnya pada tanggal 23 November 2003. Penetapan kawasan ini dilator
belakangi oleh konflik yang terjadi antara perusahaan hak pengusahaan hutan PT.
INJAPSIN dengan masyarakat lokal. Setelah empat tahun mengajukan
permohonan dan difasilitasi oleh Komunitas Konservasi Indonesia WARSI (KKI-
WARSI) akhirnya secara tertulis perusahaan meninggalkan kawasan (Mardiana,
2020).

2.2.1 Letak Geografis Hutan Adat Guguk


a. Luas Wilayah dan Batas Wilyah
Hutan Adat Desa Guguk secara geogarafis terletak pada 102O 01’ 55.38’’
Bujur Timur dan 2O 06’ 10.15’’ Lintang Selatan dengan ketinggian 50 Mdpl,
dengan luas hutan 690 hektar. Secara administratif Desa Guguk berbatasan
langsung dengan:
1) Sebelah Timur: Desa Marus Jaya dan Desa Air Batu Kecamatan Renah
Pembarap
2) Sebelah Utara: Desa Muara Bantan Kecematan Renah Pembarap
3) Sebelah Selatan: Desa Rambun Kecematan Renah Pemberap
4) Sebelah Barat: Desa Simpang Parit dan Desa Dusun Parit Kecematan
Renah Pembarap
b. Batasan Hutan Adat Guguk
Timur: Sungai Nilo
Barat: Sungai Tai
Utara: Sungai Merangin
Selatan: Jln. EX. BELANDA-HPH PT

2.2.2 Keanekaragaman Hayati


Luas Hutan Adat Guguk 690 hektar, memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi, terdiri dari 116 jenis pohon (flora), seperti tembesu, kulim, medang,
rotan, jernang, gaharu, meranti balam, masrawa dan sebagainya yang mempunyai
11

diameter diatas 500 cm yang nantinya akan dibuat program pohon asuh di Hutan
Adat Guguk. Serta terdapat jenis fauna diantaranya yaitu terdapat 91 jenis burung,
seperti Rangkong gading, kuau raja, murai batu, dan sawai. Serta 21 jenis
mamalia lain tinggal di kawasan HutanAdat ini seperti harimau sumatera, rusa,
kijang, tapir, beruang, kucing batu dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk wisata alam bisa dikembangkan beberapa air terjun yang
berada di Hutan Adat Guguk. Program yang sudah di jalankan Pemerintah dan
masyarakat dalam pemanfatan Hutan Adat Guguk adalah sebagai berikut:
1) Perhitungan stock carbon Penghitungan stock carbon dilakukan oleh
kelompok pengelolan hutan adat dan KKI Warsi untuk mendukung REDD+.
Reduction of Emissions From Deferestion and Forest Degradation (REDD)
+, adalah sebuah makanisme pengurangan deforestasi, pengurangan gas
rumah kaca dan kerusakan hutan. REDD+ merupakan suatu mekanisme
global yang memberikan suatu kesempatan unik bagi Negara berkembang
seperti Indonesia, yang memiliki wilayah hutan yang luas dan sedang
menghadapi ancaman defortasi
2) Pelaksanaan RHL Rehabilitas Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk
mepertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan perananya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga. Tujuan RHL adalah menurunkan degradasi hutan
dan lahan serta memulihkan lahan yang rusak agar dapat berfungsi sebagai
media produksi dan media tata air. Hutan adat desa Guguk melaksanakan
RHL ini pada tahum 2011.
3) Pelaksanaan KBR
Rehabilitas hutan dan lahan (RHL) di lahan kritis, lahan yang kosong dan
lahan produktif merupakan salah satu upaya pemulihan kondisi DAS yang
kritis. Salah satu kegiatan untuk mendukung program rehabilitas hutan dan
lahan dengan pemerdayaan masyarakat adalah pembangunan Kebun Bibit
Rakyat (KBR), KBR dimaksud adalah untuk menyediakan bibit tanaman
kayu-kayuan atau tanaman serbaguna (MPTS) dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mendukung pemulihan fungsi dan
daya dukung DAS. Kebun Bibit Rakyat dilaksanakan secara swakelola oleh
12

kelompok masyarakat, yang mana hasil KBR ini digunakan untuk


merehabalitasi hutan dan lahan kritis serta kegiatan penghijauan lingkungan.
Hutan adat desa Guguk melaksanakan KBR pada tahun 2011 bersama dengan
pelaksanaan RHL. Bibit dari KBR yang dikelola masyarakat adalah bantuan
dari Provinsi yang mana bibit-bibit ini dibagikan kepada masyarakat untuk
ditanam Di Hutan Adat.
4) Ekowisata
Kelompok pengelola menjadikan tumbuhan dan hewan langka sebagai objek
ekowisata untuk turis maupun macanegara. Selain itu juga ada beberapa
sungai dan air terjun yang indah dan tak kalah menariknya
5) Program Pohon Asuh
Pohon asuh adalah pendataan pohon dekat pondok pemberhentian dengan
diamter 80 up serta melakukan identifikasi untuk pohon tersebut. Program ini
bertujuan untuk menjual pohon secara online tanpa harus menebangnya.
Pohon tersebut difoto lalu di jual disitus online. Langkah-langkah program
pohon asuh. Adanya pembeli yang tertarik pada salah satu jenis pohon yang
dijual, lalu pembeli tersebut membeli pohon tersebut (dengan harga yang
tidak ditentukan, terserah pada pembeli), kemudian kelompok pengelola
dibentuk oleh KKI Warsi mencatat data si pembeli, lalu pohon yang telah
dibeli diberi label nama si pembeli pohon terebut, ini berlaku hanya dalam
jangka 1 tahun. Jika sudah lewat satu tahun maka pohon dijual kembali untuk
mendapatkan pembeli baru. Dari hasil wawancara di atas dapak kita pahami
dalam mejaga hutan adat bukan kewajiban dari masyarakat saja tapi
kewajiban bagi pemerintah daerah juga, dalam kerja sama masyarakat dalam
pengelolaan hutan adat Guguk yaitu dengan pemanfatan sumber daya alam
yang ada di Hutan Adat Guguk, salah satu program yang di buat pemerintah
masyarakat dan pemerintah daerah Merangin dan dibantu oleh KKI Warsi,
ialah dengan melakukan trobosan program pohon asuh .Tujuan dari program
pohon asuh ini adalah agar kelestarian tumbuhan langka dan endemik tetap
terjaga, sebagai edukasi dan penelitian bagi masyarakat. Dana dari pembelian
pohon tersebut dijadikan sebagai biaya perawatan pohon agar tetap terjaga
dan lestari sampai masa yang akan datang, dan untuk meperkenalkan hutan
13

adat Guguk kepada halayak ramai bahwa Desa Guguk bisa menjaga hutan
adat mereka.

2.2.3 Pemanfaatan Hutan Adat


Pemanfaatan Hutan Adat Desa Guguk sebagai berikut:
1) Kekayaan yang terkandung dalam Hutan Adat Desa Guguk dimanfaatkan
untuk masa sekarang dan masa akan datang.
2) Masyarakat dapat mengambil hasil hutan yang terkandung di dalam Hutan
Adat dengan ketentuan harus meminta izin kepala Desa melalui kelompok
pengelola.
3) Untuk keperluan sendiri dan fasilitas umum masyarakat dapat mengambil
kayu, rotan dan manau di kawasan Hutan Adat dengan membayar bunga
kayu sesuai dengan ketentuan.
4) Masyarakat dapat mengambil buah-buahan dengan ketentuan tidak
menembang dan merusak batangnya dan khsus untuk pohon durian
ketentuannya juga tidak boleh dipanjat
2.2.4 Aturan Hukum Kawasan Hutan Adat
Berdasarkan ketentuan Hutan Adat Guguk, sanksi pelanggaran ditetapkan
sebagai berikut:
1) Barang siapa yang melakukan penebangann liar dengan maksud untuk
menjual kayu hasil tabangan tersebut di dalam kawasan Hutan Adat, dikenai
sanksi menurut hukum Adat dengan 1 ekor kerbau, beras 100 gantang, kelapa
100 buah, serta selamak semanisnya, atau denda Rp.3.0000.000 (tiga juta
rupiah) dan kayu serta alat penebang disita untuk Desa.
2) Barang siapa yang menebang Hutan Adat untuk membuat humo atau kebun
dikenai sanksi menurut hukum Adat 1 ekor kerbau, 100 gantang beras, 100
buah kelapa, serta selemak semanis, atau denda Rp. 3.000.000 (tiga juta
rupiah).
3) Barang siapa mengambil hasil Hutan Adat tanpa izin dikenai sanksi denda
setinggi-tingginya 1 ekor kambing, 20 gantang beras, 20 buah kelapa dan
selemak semanisnya.
14

4) Barang siapa yang mengambil buah-buahan dengan menembang dan merusak


pohonnya dikenai sanksi sesuai hukum Adat yang berlaku di Desa Guguk.
5) Apabila ketentuan sanksi tidak dilaksanakan maka pelaku pelanggaran akan di
ajukan ke hukum Negara

Sangsi-Sangsi Adat yang akan dilaksanakan bila ada masyarakat yang


melakukan melanggar peraturan-peraturan adat yang ada, misalkan dalam
pelenggaran perusakan Hutan Adat seperti penebangan kayu tanpa izin oleh
masyarakat, dan Peti, Pemerintah menyerahkan permasalahan tersebut kepada
tokoh Lembaga Adat untuk memakai hukum Adat terlebih dahulu. Jika
permasalah belum terselesaikan oleh lembaga adat, maka lembaga adat
melimpahkan permasalahan tersebut ke Pemerintah Merangin untuk melakukan
tindakan lebih lanjut lagi kepada yang melanggar hukum adat.

Aturan khusus perlindungan satwa di kawasan hutan Adat Guguk sebagai


berikut:
1) Kekayaan yang terkandung dalam Hutan Adat Guguk sebagaimana dimaksud
dalam aturan pemanfaatan Hutan Adat Guguk butir 1 juga termasuk kekayaan
satwa yang harus dilindungi dari kepunahan.
2) Perlindungan Satwa tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan sudah menjadi kewajiban setiap masyarakat untuk
melindungi dan mepertahankan keberadaannya.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan perlindungan satwa yang berada dalam
kawasan Hutan Adat Guguk akan diproses menurut hukum positif yang
berlaku dan atau dijatuhi denda Adat berdasarkan musyawarah Adat Desa
Guguk.
4) Jenis-jenis satwa yang harus dilindungi tersebut bagaimana lampiran piagam
kesepakatan.

2.2.5 Tata Kelola Hutan Adat dan Memadukan Kearifan Lokal


Tata kelola hutan adat Guguk dan kearifan lokal mayarakat dalam menjaga
hutan adat, dalam tata kelola hutan adat masyarakat telah lama menggantungkan
hidupnya dari hutan dengan tetap menjaga keseimbangan sumberdaya alam. Di
15

dalam memanfaatkan hutan adat, masyarakat telah mempunyai rambu-rambu,


yaitu aturan-aturan yang harus dipatuhi, baik dalam pemanfatan kayu, pemanfatan
sumber air dan pengaturan berburu. Dan kearifan lokal masyarakat adat Desa
Guguk, berpegang teguh pada aturan-aturan adat yang telah ada dan dijalan oleh
para leluhur mereka dimana didalam ada seperangkat aturan-aturan yang
mewajibkan anak cucu mereka untuk terus menjaga Hutan adat mereka dan
mepertahankan kearifan lokal yang ada. Dalam mewariskan kearifan lokal
masyarakat adat desa Guguk.
Dalam tata kelola masyarakat desa Guguk dengan cara pemanfaatan ekosistem
air yaitu dengan pembuatan lubuk larangan. Lubuk larangan merupakan bentuk
perlindungan masyarakat terhadap ekosistem air, dengan proses panen lubuk
larangan setahun sekali. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat terhadap ekosistem air, dengan proses panen setahun sekali. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola hutan
adat, masyarakat juga diikutkan pelatihan-pelatihan dasar untuk penguatan
kelembagaan ditingkat masyarakat. Untuk memberikan pendidikan dan
pemahaman nilai-nilai budaya masyarakat Desa Guguk kepada genarasi muda,
maka setiap tanggal 2 Syawal atau hari kedua idul fitri setiap tahunya, di desa ini
digelar acara makan jantung.
Acara ini merupakan pewarisan budaya dari genarasi tua ke genarasi muda.
Pada kesempatan itu, para tengganai adat akan membacakan kembali Piagam
Lantak Sepadan, yang merupakan dasar pengelolaan sumber daya alam di Desa
Guguk. Ritual itu ditandai dengan ritual pemotongan kerbau dan makan bersama.
Kearifan lokal yang masih terjaga di hutan adat Guguk dengan di tandai
pelestarian budaya di rumah tuo yang merupakan sebuah rumah untuk
melakukan acara adat yang dilakukan setiap tahun pada tanggal 2 syawal dan
makam Syech Rajo, yaitu seorang pemimpin dan alim ulama pada zaman dahulu,
beliau meninggal dan dikuburkan di lokasi hutan adat, setiap hari raya idul fitri
masyarakat melakukan ziarah ke makam Syech Rajo, Jalan Exs Belanda adalah
jalan yang digunakan zaman penjajahan Belanda menuju hutan. Jalan ini sering
dilalui orang Belanda dengan menggunakan kuda, jalan ini masih ada sampai
sekarang masih di jaga oleh masyarakat desa Guguk.
16

2.3 Keterkaitan Antara Kearifan Lokal Hutan Adat Guguk dan Pemanasan
Global
Pemanasan gobal yang berkepanjangan akan berdampak terhadap berbagai
aspek kehidupan. Bahaya akibat pemanasan global yang berpotensi menjadi
bencana di Kawasan Hutan Adat Guguk berdampak pada ketahanan pangan.
Ketahanan pangan menjadi hal pokok dalam kehidupan masyarakat. Guna
mempertahankan sekaligus meningkatkan tanaman pangan yang berhubungan erat
dengan pemanasan global, maka diperlukan upaya strategis yang salah satunya
melalui kearifan lokal.
Masyarakat umumnya memiliki pengetahuan dan kearifan lokal dalam
melakukan antisipasi pemanasan global, kearifan lokal menjadi salah satu hal
yang harus diperhatikan dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Kearifan lokal memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan iklim yang
disebabkan pemanasan global. Pengetahuan lokal yang telah terjadi serta kualitas
sumber daya manusia menjadi pengalaman diwilayahnya. Oleh karena itu, perlu
adanya pemahaman masyarakat dengan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk melestarikan dan mengelola lingkungan. Sama seperti di Kawasan Hutan
Adat Guguk dimana mereka memiliki cara, adat isiadat tertentu untuk melakukan
antisipasi perubahan iklim akibat pemanasan global. Kearifan lokal yang
diwujudkan dalam perilaku adaptif terhadap lingkungan mempunyai peranan
penting dalam mengantisipasi perubahan iklim akibat pemanasan global. Kearifan
lokal yang berlaku di suatu masyarakat memberikan dampak positif bagi
masyarakat dalam upaya antisipasi perubahan iklim sehingga terwujudnya
ketahanan pangan.
Pemanfaatan kearifan lokal merupakan Langkah efektif untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana upaya antisipasi perubahan
iklim akibat pemanasan global untuk ketahanan pangan. Guna mempertahankan
sekaligus meningkatkan tanaman pangan yang berhubungan erat dengan
perubahan iklim. Diperlukan tindakan untuk mengangkat kembali nilai-nilai
kearifan lokal sebagai sumber inovasi dengan cara melakukan pemberdayaan
melalui adaptasi pengetahuan lokal, termasuk reinterpretasi nilai-nilai kearifan
lokal dan revitalisasinya sesuai dengan kondisi masyarakat. Melalui pewarisan
17

kearifan lokal kepada remaja untuk mempertahankan kearifan lokal dan ketahanan
pangan di Kawasan Hutan Adat Guguk. Edukasi pewarisan dilakukan oleh
masyarakat dan keluarga sehingga masyarakat memiliki pengetahuan dalam
mengantisipasi pemanasan global yang berdampak pada ketahanan pangan
melalui pelestarian kearifan lokal di Kawasan Hutan Adat Guguk.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu:
a. Pemanasan global merupakan kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan bumi. Terjadinya pemanasan global akibat
konsumsi energi bahan bakar fosil, Sampah menghasilkan gas metama,
kerusakan hutan dan aktivitas pada sektor pertanian dan peternakan.
b. Dampak pemanasan global perubahan cuaca ekstrim, naik nya muka air laut,
menurun produktivitas pertanian, keanekaragaman hayati terancam punah,
pola hidup masyarakat berubah dan Kesehatan masyarakat terganggu.
c. Kearifan lokal masyarakat adat Desa Guguk, berpegang teguh pada aturan-
aturan adat yang telah ada dan dijalani oleh para leluhur mereka dimana
didalam ada seperangkat aturan-aturan yang mewajibkan anak cucu mereka
untuk terus menjaga hutan adat mereka dan mepertahankan kearifan lokal
yang ada.
d. Pemanfaatan kearifan lokal merupakan langkah efektif untuk memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana upaya antisipasi bahaya
akibat pemanasan global yang berpotensi menjadi bencana di Kawasan Hutan
Adat Guguk berdampak pada ketahanan pangan.

3.2 Saran
a. Program Go Green yang harus di galakkan pemerintah dengan melakukan
kebijakan-kebijakan yang menjaga kelestarian lingkungan agar lebih baik.
b. Melakukan penghematan Penggunaan Energi dan mulai beralih dari
penggunaan Energi Fosil ke Energi baru terbarukan
c. Membudayakan kembali dan mendukung Kearifan-kearifan lokal yang
menjaga kelestarian alam yang ada di indonesia
d. Melakukan pengelolaan sampah yang baik disemua daerah

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Butarnutar, T. (2009). Inovasi Manajemen Kehutanan untuk Solusi Perubahan


Iklim di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 6(2): 121-122.

Jufrida, Basuki, F. R., Rahma, S. (2018). Potensi Kearifan Lokal Geopark


Merangin Sebagai Sumber Belajar SAINS. Jurnal Edufisika, 3(1): 2-4.

Mardiana. (2020). Hutan Adat Guguk: Mewujudkan Ekologi Pemerintahan.


Jambi: UIN STS Jambi.

Maridi. (2015). Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem


Konservasi Tanah dan Air. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Suarakarta.

Mungmachon, M. R. (2012). Knowledge and Local Wisdom: Community


Treasure. International Journal of Humanities and Social Science, 2.

Surtani. (2015). Efek Rumah Kaca dalam Perspektif Global (Pemanasan Global
Akibat Efek Rumah Kaca). Padang: Universitas Negeri Padang.

Utina, R. (2015). Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya.


Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

https://www.alodokter.com/pemanasan-global-turut-membawa-penyakit. Diakses
pada tanggal 24 Oktober 2021.

https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/55-dampak-pemanasan-
global-bagi-kehidupan-manusia-dan-lingkungan. Diakses pada tanggal 24
Oktober 2021.

https://www.dw.com/id/5-penyakit-yang-bisa-dipicu-oleh-pemanasan-global

18

Anda mungkin juga menyukai