Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Dampak Sampah Terhadap Pemanasan Global”

DI SUSUN OLEH :

RISQI ALFARIS (X MIA2)

RIKO ALFAZA (X MIA2)

ADI TRIAWAN (X IPA)

RIDO (X MIA1)

HOLID (X MIA1)

GALANG (X IPS)

BRYEN (X IPS)

RISQI ALFIAN (X MIA1)

SMAN 23 KONAWE SELATAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena
berkat rahmat-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan Makalah yang berisi tentang
“Analisis Pengaruh Sampah Terhadap Pemanasan Global”. Dalam penulisan Makalah
ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan informasinya yang sebagian besar diambil dari internet.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna menyempurnakan Makalah ini dan dapat menjadi
acuan dalam menyusun makalah atau tugas-tugas selanjutnya.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami Makalah ini.

Palangga, Agustus 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ……………………….........…………….............................. ii
DAFTAR ISI …………………………………….....……………............................. iii

BAB I PENDAHULUAN …...........……………………………………................... 1


1.1. Latar Belakang …………………………….....……………………............ 1
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………............. 2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3


2.1. Pengertian Sampah dan Pemanasan Global ................................................. 3
2.2. Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global .................................. 3
2.3. Upaya Pengendalian Sampah ....................................................................... 4
2.4. Tata cara Pemusnahan sampah .................................................................... 5
2.5. Dampak Pemanasan Global ......................................................................... 5
2.6. Pengendalian Pemanasan Global ................................................................. 7

BAB III PENUTUP .....………………………………………………...................... 8


3.1. Kesimpulan …….....………………………...……………………….......... 8
3.2. Saran …………………………………………..…….……………………. 8

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang
menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi
hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan.
Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam
interaksi manusia dengan lingkungannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak, baik positif
maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih
terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia
adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan
pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan
mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara
perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan
merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya
yaitu penanganan sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang
terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat sampah dari usaha
perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini
adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming.
Masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri untuk diteliti dan ditelaah
lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu, Makalah yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan
kebenaran mengenai akibat sampah terhadap masalah pemanasan Global ini
dengan berdasarkan studi literature dari berbagai sumber yang terpercaya dan
kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan pun akan ditinjau dari
sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra. Dalam makalah ini pun
akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah pemanasan
Global ini.

1.2. Rumusan Masalah


Timbulnya masalah Sampah dan Pemanasan Global yang merupakan
masalah lingkungan ini, telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam

1
hubungannya dengan sebab, keberadaan dan efek atau dampak yang diakibatkan
dari pemanasan Global tersebut, yaitu:
1. Apakah benar sampah berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat?
2. Seberapa besar dampak sampah bagi kehidupan?
3. Apakah pemanasan Global selalu memberi dampak buruk?
4. Apakah pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi terjadinya badai?
5. Apakah penyebab terbesar dari terjadinya Global Warning adalah emisi
manusia dari “efek rumah kaca” ?
6. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir,
kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca
yang ekstrim?
7. Apakah emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan
penyebab terbesar dari perubahan cuaca?
8. Apakah ada keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari peningkatan
temperatur?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan secara umum penulisan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui benar sampah berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat?
2. Untuk mengetahui Seberapa besar dampak sampah bagi kehidupan?
3. Untuk mengetahui pemanasan Global selalu memberi dampak buruk?
4. Untuk mengetahui pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi
terjadinya badai?
5. Untuk mengetahui penyebab terbesar dari terjadinya Global Warning
adalah emisi manusia dari “efek rumah kaca” ?
6. Untuk mengetahui pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan
terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan
peristiwa alam atau cuaca yang ekstrim?
7. Untuk mengetahui emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran
fosil merupakan penyebab terbesar dari perubahan cuaca
8. Untuk mengetahui ada keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari
peningkatan temperatur?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sampah dan Pemanasan Global


Menurut kamus lingkungan (1994:77)“Sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus
dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau
materi berlebihan atau buangan”
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar
peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca . Kesimpulan dasar ini
telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk
semua akademi sains nasional dari negara-negara G8 . Akan tetapi, masih
terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-
perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi .
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser , dan punahnya berbagai jenis hewan.

2.2. Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan Global


Sampah memiliki potensi untuk memberi sumbangan terhadap
meningkatnya emisi gas rumah kaca, peristiwa ini terjadi pada penumpukan
sampah tanpa diolah yang melepaskan gas metan/methane (CH4). Manusia dalam
setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah. Sampah memiliki daya
dukung yang besar terhadap emisi gas rumah kaca yaitu gas metan (CH4). Setiap
1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas CH4. Dengan jumlah penduduk
Indonesia yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang
dihasilkan sekitar 500 juta ton/hari atau 190 ribu ton/tahun. Hal ini berarti pada
tahun tersebut Indonesia akan mengemisikan gas CH4 ke atmosfer sebanyak 9500
ton (Melviana dkk, 2004). Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa sampah

3
adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk CH4 (methane). Hal
ini terjadi utamanya pada pembuangan sampah terbuka (open dumping) di TPA
(Tempat Pembuangan Akhir), mengakibatkan sampah organik yang tertimbun
mengalami dekomposisi secara anaerobik. Proses itu menghasilkan gas CH4
(methane). Sampah yang dibakar juga menghasilkan gas CO (karbondioksida).
Gas CH4 memiliki potensi merusak 20 kali lebih besar dari gas CO

2.3. Upaya Pengendalian Sampah


Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan
alternatif pengolahan yang benar. Teknologi landfill yang diharapkan dapat
menyelesaikan masalah lingkungan akibat sampah, justru memberikan
permasalahan lingkungan yang baru. Kerusakan tanah, air tanah, dan air
permukaan sekitar akibat air lindi, sudah mencapai tahap yang membahayakan
kesehatan masyarakat, khususnya dari segi sanitasi lingkungan.
Gambaran yang paling mendasar dari penerapan teknologi lahan urug
saniter (sanitary landfill) adalah kebutuhan lahan dalam jumlah yang cukup luas
untuk tiap satuan volume sampah yang akan diolah. Teknologi ini memang
direncanakan untuk suatu kota yang memiliki lahan dalam jumlah yang luas dan
murah. Pada kenyataannya, lahan di berbagai kota besar di Indonesia dapat
dikatakan sangat terbatas dan dengan harga yang tinggi pula. Dalam hal ini,
penerapan lahan urug saniter sangatlah tidak sesuai.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat diperkirakan bahwa teknologi yang
paling tepat untuk pemecahan masalah di atas, adalah teknologi pemusnahan
sampah yang hemat dalam penggunaan lahan. Konsep utama dalam pemusnahan
sampah selaku buangan padat adalah reduksi volume secara maksimum. Salah
satu teknologi yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah teknologi
pembakaran yang terkontrol atau insinerasi, dengan menggunakan insinerator.
Teknologi insinerasi membutuhkan luas lahan yang lebih hemat, dan disertai
dengan reduksi volume residu yang tersisa (fly ash dan bottom ash) dibandingkan
dengan volume sampah semula. Ternyata pelaksanaan teknologi ini justru lebih
banyak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran
udara. Produk pembakaran yang terbentuk berupa gas buang COx, NOx, SOx,
partikulat, dioksin, furan, dan logam berat yang dilepaskan ke atmosfer harus
dipertimbangkan. Selain itu proses insinerator menghasilakan Dioxin yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya kanker, sistem kekebalan,
reproduksi, dan masalah pertumbuhan.

4
Global Anti-Incenatot Alliance (GAIA) juga menyebutkan bahwa insinerator
juga merupakan sumber utama pencemaran Merkuri. Merkuri merupakan racun
saraf yang sangat kuat, yang mengganggu sistem motorik, sistem panca indera dan
kerja sistem kesadaran.
Belajar dari kegagalan program pengolahan sampah di atas, maka
paradigma penanganan sampah sebagai suatu produk yang tidak lagi bermanfaat
dan cenderung untuk dibuang begitu saja harus diubah. Produksi Bersih (Clean
Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri
yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping
yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-
produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis

2.4. Tata cara Pemusnahan sampah


Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana
sebagai berikut :
1. Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,
namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena berjnagkitnya
penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran dan
sumber penyakit dana badan-badan air.
2. Pengkomposan.
Cara pengkomposan meerupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan
pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
3. Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari pencemarn asap,
bau dan kebakaran.
4. “Sanitary Landfill”.
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah
penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus
yang sangat luas.

2.5. Dampak Pemanasan Global


Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi,
dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak

5
pemanasan global terhadap cuaca , tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian ,
kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia .
1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih
cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur
pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
2. Tinggi muka laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan
lingkungan yang stabil secara geologi. Saat atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan
membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan
IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada
abad ke-21.
3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini
sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada , sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan
dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi
kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh
dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan
masa tanam.
4. Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub

6
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
5. Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak
orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah
penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang
diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin
meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu
dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di
mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria ;
persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat.
Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti
demam dengue , demam kuning , dan encephalitis . Para ilmuan juga
memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena
udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan
serbuk sari.

2.6. Pengendalian Pemanasan Global


Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak
lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya.
2. Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan
gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro,
Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan
setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang , 160 negara merumuskan persetujuan
yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto .

7
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses
alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tidak bergerak.
Jadi semakin banyak sampah yang tertimbun semakin banyak penyakit yang
terdapat di sampah.
Pemanasan Global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama
manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan
saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi
efeknya. Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi
di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka
pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.

4.2. Saran
Kehidupan berawal dari kehidupan di bumi ini jauh sebelum makhluk hidup
ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi harus beberapa dekade
kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan
memohon agar kita menjaga serta melestarikannya. Marilah kita bergotong royong
untuk menyelamatkan bumi yang telah memberi kita kehidupan yang sempurna
ini.STOP GLOBAL WARMING!
Merubah gaya hidup anda dapat dimulai dari rumah tangga. Pemerhati
lingkungan, menyatakan bahwa salah satu caraberadaptasi dengan pemanasan
global di rumah adalah mengurangi pengeluaran energi. Mematikan alat
elektronik yang tidak terpakai adalah salah satu cara yang dapat dilakukan.
Mulailah dari hal sederhana seperti mencabut charger Handphone setelah selesai
dipakai, mematikan layar komputer saat tidak dipakai, matikan lampu yang tidak
dipakai, dan menyalakan AC hanya jika dibutuhkan.
Cara Lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan bola lampu yang lebih
efisien. Jika setiap rumah tangga mengganti salah satu bolah lampu menggunakan
bahan yang lebih cinta lingkungan maka dapat mencegah 90 milliar pn CO2
masuk ke atmosfer. Hal ini sama seperti mengurangi 6,3 juta mobil di jalanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yudhi. 2009. “Penelitian Terhadap Kebenaran Pemanasan Global” .


http://yudhim.blogspot. com / 2009/02/contoh-karya-tulis-global-warming.html.
10 Maret 2013.
Prasetyo,Mahfud Dwi. 2013. “Karya Tulis Global Warning” http://mahfuddwiprasetyo .
.blogspot.com/2013/01/karya-tulis-global-warming.html. 20 Maret 2013
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Penerbit Yayasan
Idayu.
Sumarwoto, O. 1995. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Obor : Lembaga Ekologi
UNPAD
Sudjadi, B. & Laila, S. 2007. Biologi 1. Jakarta : Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai