Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MENGANALISIS GEJALA PEMANASAN

GLOBAL DAN DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SERTA


LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

Nama : Titis Putri Dika Amalia

Kelas : XI MIPA 7

No : 34

SMA N 1 BANTUL

JL. KHA. WAKHID HASYIM BANTUL TELP 367547

Tahun Pelajaran 2020/2021


HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Makalah Menganalisis Gejala Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi
Kehidupan serta Lingkungan” telah disahkan dan disetujui pada:

Hari : Senin

Tanggal : 02 November 2020

Mengetahui, Mengetahui,

Guru Pendamping Penulis

C. Handayani, M. Pd. Titis Putri Dika Amalia

Mengetahui,

Kepala SMA N 1 Bantul

Dra. Titi Prawiti Sariningsih, M. Pd

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat, rahmat, dan karunia-Nya yang
telah diberikan. Sholawat serta salam juga tidak lupa atas junjungan Nabi Muhammad SAW.
Berkat petunjuk Tuhan Yang Maha Esa, makalah yang berjudul “Makalah Menganalisis Gejala
Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Kehidupan serta Lingkungan” ini dapat saya selesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Carol Handayani, M. Pd. pada
mata pelajaran fisika.

Saya berharap bahwa makalah yang berjudul “Makalah Menganalisis Gejala Pemanasan
Global dan Dampaknya Bagi Kehidupan serta Lingkungan” ini dapat menambah wawasan bagi
siapa pun pembacanya perihal pemanasan global. Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Carol
Handayani, M. Pd. selaku guru fisika yang telah membina banyak hal dan teman-teman yang
telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Jika terdapat kesalahan dalam isi maupun penulisan pada makalah ini, saya izinkan para
pembaca untuk menuangkan kritik maupun saran karena saya juga masih dalam tahap belajar.

Bantul, 19 Oktober 2020

Titis Putri Dika Amalia

iii
DAFTAR ISI

COVER .…………………………………………………………………………………………………………............................. i

HALAMAN PENGESAHAN
.…………………………………………………………………………………................ ii

KATA PENGANTAR .……………………………………………………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI .………………………………………………………………………………………………………….................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.…………………………………………………………………………………………………………......1
2. Rumusan Masalah.………………………………………………………………………………………………….……..1
3. Tujuan 2
.………………………………………………………………………………………………….………...................
4. Manfaat 2
.………………………………………………………………………………………………….……….................
BAB II PEMBAHASAN

1. Pemanasan Global
a) Pengertian Pemanasan Global.………………………………………………………………………………. 3
b) Penyebab Pemanasan Global.………………………………………………………………………………...4
c) Proses Terjadinya Pemanasan.…………………………………………………….…………….
Global 7
d) Dampak Pemanasan Global .………………………………………………..………………………………...8
e) Pengendalian Pemanasan Global 11
.………………………………………………………………..…………
.…………………………….…………………………………….
f) Artikel Mengenai Pemanasan Global 17
2. Efek Rumah Kaca
a) Pengertian Efek Rumah Kaca 19
.………………………………………………………………………………..
b) Penyebab Efek Rumah Kaca 20
.………………………………………………………………………………....
c) Proses Kerja Efek Rumah Kaca
.………………………………………………………………………….…
22
d) Dampak Efek Rumah Kaca 23
.…………………………………………………………………………………...
e) Pengendalian Efek Rumah Kaca
.……………………………………………………………………........
25
f) Artikel Mengenai Efek Rumah Kaca
.………………………………………..………………….……… 27
3. Hasil Kesepakatan Tentang Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca
………….…..……
28
iv

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .……………………………………………………………………………….......................................30
2. Saran .………………………………………………………………………………..................................................31
v

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, banyak terjadi bencana alam di wilayah kita. Tentunya, bencana-
bencana alam tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah
pemanasan global. Peristiwa pemanasan global semakin hari, semakin meningkat. Hal itu
disebabkan karena kegiatan manusia dalam sehari-harinya tidak akan pernah terlepas
dengan peristiwa pemanasan global. Kegiatan manusia dalam sehari-hari yang
berpengaruh pada pemanasan global sangat beraneka ragam, seperti memasak
menggunakan gas elpiji, kegiatan pabrik, penggunaan AC, penggunaan kendaraan
bermotor, dan lain sebagainya. Dampak dari semakin meningkatnya pemanasan global
adalah timbulnya lubang ozon yang akan dirasakan manusia pada beberapa tahun
kemudian. Oleh karena itu, diperlukan adanya analisis fenonena pemanasan global dan
efek rumah kaca supaya kita dapat mengupayakan langkah-langkah dalam mengatasi
persoalan tentang pemanasan global.

2. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan pemanasan global?
b) Apa penyebab terjadinya pemanasan global?
c) Bagaimana proses terjadinya pemanasan global?
d) Apa dampak dari terjadinya pemanasan global?
e) Bagaimana pengendalian pemanasan global?
f) Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca?
g) Apa penyebab terjadinya efek rumah kaca?
h) Bagaimana proses kerja efek rumah kaca?
i) Apa dampak dari terjadinya efek rumah kaca?
j) Bagaimana pengendalian efek rumah kaca?
1

3. Tujuan
a) Pengertian pemanasan global.
b) Penyebab terjadinya pemanasan global.
c) Proses terjadinya pemanasan global.
d) Dampak dari terjadinya pemanasan global.
e) Pengendalian pemanasan global.
f) Pengertian efek rumah kaca.
g) Penyebab terjadinya efek rumah kaca.
h) Proses kerja efek rumah kaca.
i) Dampak dari terjadinya efek rumah kaca.
j) Pengendalian efek rumah kaca.

4. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun
praktis:
Manfaat Teoretis
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
fisika dalam analisis fenomena pemanasan global dan efek rumah kaca.
Manfaat Praktis
a) Bagi pemerintah
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan pedoman maupun masukan bagi
pemerintah khususnya dalam menangani isu permasalahan pemanasan global dan
timbulnya lubang ozon.
b) Bagi masyarakat
Hasil penulisan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan yang
berkaitan dengan pemanasan global dan efek rumah kaca. Selain itu, juga dapat
dijadikan himbauan atau upaya masyarakat dalam mengatasi persoalan tentang
pemanasan globak dan efek rumah kaca.
2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pemanasan Global
a) Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan global adalah kondisi peningkatan suhu rata-rata permukaan


bumi (atmosfer, laut, dan daratan bumi) akibat konsentrasi gas rumah kaca yang
berlebih. Pemanasan global tidak dapat dilepaskan dari fenomena pencemaran
udara di dunia. Volume peningkatan karbondioksida dan gas rumah kaca lainnya
yang dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, pembukaan lahan,
pertanian, dan aktivitas manusia lainnya. Hal tersebutlah yang diyakini sebagai
sumber utama dari pemanasan suhu global yang telah terjadi selama 50 tahun
terakhir.
Konsensus ilmiah bersepakat bahwa suhu rata-rata bumi telah meningkat
antara 0,4 hingga 0,8oC dalam 100 tahun terakhir. Selain itu, para peneliti juga
memperkirakan bahwa rata-rata suhu global dapat meningkat antara 1,4 hingga
5,8oC pada tahun 2100.
3

b) Penyebab Pemanasan Global

Konsumsi energi bahan bakar fosil

Bahan bakar fosil mengandung karbon sehingga pembakaran karbon


pastilah menghasilkan gas rumah kaca karbon dioksida. Sampai tahun 2006,
Amerika Serikat mengemisikan 20 ton karbon dioksida per orang per tahun
dengan jumlah penduduk 1,1 miliar. China mengemisikan 3 ton karbon
dioksida per orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,3 miliar. India
mengemisikan 1,2 ton karbon dioksida per orang per tahun dengan 1 miliar
penduduk. Tampak bahwa banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke
atmosfer berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. Amerika Serikat
merupakan negara dengan penduduk yang gaya hidupnya sangat boros,
dengan mengonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Sebaliknya,
negara berkembang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca karena
akumulasi jumlah penduduk. Perlu diperhatikan pada tahun 2007 emisi CO 2
Cina telah melampaui emisi CO2 Amerika. Hal itu karena pemerintah China
telah memacu sektor industrinya secara pesat. Peningkatan ini tentu
memerlukan pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara yang
menghasilkan berlimpahnya emisi CO2 ke atmosfer yang menghasilkan emisi
CO2 tahunan yang meningkat tajam.
4

Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami pelapukan,


misalnya daun, sayur buah-buahan, kertas, dan kayu. Sampah organik
menghasilkan gas rumah kaca metana CH4. Diperkirakan 1 ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metana. Menurut Kementerian lingkungan hidup
pada tahun 1995 rata-rata orang Indonesia di perkotaan menghasilkan sampah
sebanyak 0,8 kg/hari dan setiap tahun kecenderungannya terus meningkat.
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka pada tahun 2020
diperkirakan dihasilkan sampah 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun.
Dengan jumlah tersebut sampah akan mengemisikan metana sebesar 9.500
ton/tahun. Dengan demikian, sampah pada perkotaan akan berpotensi besar
mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan hutan

Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbon dioksida (CO 2) dan
mengubahnya menjadi oksigen (O2). Gas karbon dioksida merupakan gas
rumah kaca sehingga kerusakan atau penggundulan hutan secara besar-
besaran berarti hilangnya faktor penyebab gas rumah kaca karbon dioksida di
atmosfer. Laju kerusakan hutan di Indonesia menurut data Forest Watch
Indonesia 2001 sekitar 22 juta/tahun.

Ini disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan seperti
perubahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.
Dengan kerusakan hutan tentu saja penyerapan karbon dioksida tidak optimal
sehingga akan mempercepat terjadinya pemanasan global.
Pertanian dan peternakan

Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas


rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang, yang menghasilkan gas
metana, penggunaan pupuk, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan
sisa-sisa pertanian. Bahkan dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul
Livestock's Long Shadow: Environmental Issues and Options (dirilis bulan
November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan merupakan
penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%). Jumlah itu lebih banyak
dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia
(13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9% karbon
dioksida, 37% gas metana (efek pemanasnya 72 kali lebih kuat daripada
karbon dioksida), nitrogen oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat
daripada karbon dioksida), serta amonia penyebab hujan asam. Peternakan
menempati 30% dari seluruh permukaan tanah kering di bumi dan 33% dari
area tanah subur yang dijadikan lahan untuk menanam pakan ternak.
Peternakan sudah menyebabkan 80% penggundulan hutan Amazon. Menurut
laporan yang baru saja dirilis World Watch Institute menyatakan bahwa
peternakan bertanggung jawab terhadap sedikitnya 51% dari pemanasan
global.

c) Proses Terjadinya Pemanasan Global

Awal terjadinya pemanasan global ditandai dengan adanya sinar matahari


yang masuk ke atmosfer bumi. Sinar matahari tersebut akan melewati lapisan gas
atmosfer bumi. Lalu setelah sampai pada permukaan bumi, panas dan cahaya
yang dihasilkan tersebut akan diserap oleh seluruh ekosistem yang ada di bumi.
Apabila cahaya dan panas dari sinar matahari tersebut sisa, maka akan
dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akan tetapi, sebagian dari cahaya dan panas
matahari terperangkap pada atmosfer bumi dan dipantulkan lagi menuju ke bumi.
Proses tersebut terjadi karena adanya produksi karbon dioksida yang membuat
cahaya matahari terperangkap pada atsmofer bumi. Tingkat karbon dioksida pra-
industri (sebelum dimulainya Revolusi Industri) adalah sekitar 280 bagian per juta
volume (ppmv) dan tingkat saat ini lebih besar dari 380 ppmv dan meningkat
pada tingkat 1,9 ppm tahun sejak tahun 2000 konsentrasi global CO2 di atmosfer
kita saat ini jauh melebihi kisaran alami selama 650.000 tahun terakhir hingga
180 hingga 300 ppmv. Menurut Laporan Khusus IPCC tentang Skenario Emisi
(SRES), pada akhir abad ke-21, kita dapat mengharapkan untuk melihat
konsentrasi karbon dioksida di mana saja dari 490 hingga 1260 ppm (75-350% di
atas konsentrasi pra-industri). Rangkaian proses tersebut yang dikenal
sebagai efek rumah kaca yang dewasa ini telah banyak mencairkan bongkahan es
di kutub utara dan kutub selatan. Apabila kita hanya membiarkan pemanasan
global terjadi secara terus menerus, maka kerusakan bumi yang sangat parah
tinggal menunggu waktu saja.

d) Dampak Pemanasan Global


Iklim mulai tidak stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah


bagian utara dari belahan bumi utara akan memanas lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan berkurang. Akan lebih sedikit es mengapung di
perairan utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Di daerah subtropis bagian
utara yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta salju akan lebih cepat
mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa daerah. Suhu pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung meningkat. Daerah hangat akan
menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari larutan.
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan secara rata-rata
sekitar 1% untuk setiap derajat fahrenheit pemanasan. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi
lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air akan menjadi lebih besar. Dengan demikian, pola cuaca
menjadi sukar diprediksi dan lebih ekstrem.
8

Peningkatan permukaan laut

Ketika atmosfer menghangat, air pada permukaan lautan juga menghangat.


Hal ini berarti volume air di lautan membesar karena pemuaian sehingga
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan global juga akan mencairkan
lempengan es di kutub, terutama di sekitar Greenland sehingga semakin
memperbesar volume air laut. Pada gambar tersebut ditunjukkan kenaikan
level permukaan laut. Sejak 3000 tahun lalu hingga awal abad ke-19, air laut
hampir tetap hanya bertambah 0,1 hingga 0,2mm per tahun; sejak tahun 1900,
permukaan laut naik 1 hingga 3mm per tahun. Perubahan ini bisa jadi
merupakan pertanda awal dari efek pemanasan global terhadap kenaikan
muka air laut. Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10-
25cm selama abad ke-20 dan para ilmuwan IPCC memprediksi akan terjadi
peningkatan lebih lanjut hingga 9-88cm pada abad ke-21.
Perubahan tinggi permukaan laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di
daerah pantai. Kenaikan 100 cm saja misalnya akan menenggelamkan 6%
daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan mungkin banyak pulau akan
tenggelam. Erosi dari tebing pantai dan bukit pasir akan meningkat. Ketika
tinggi lautan mencapai muara sungai, maka akan terjadi banjir akibat air
pasang di daratan. Negara-negara kaya mungkin akan menghabiskan banyak
dana untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara miskin mungkin
hanya bisa mengevakuasi penduduknya untuk meninggalkan daerah pantai.
Untuk negara kita mungkin kenaikan permukaan laut akan menurunkan
produksi tambak ikan dan udang serta terjadi pemutihan terumbu karang.

Produksi pertanian menurun

Orang mungkin beranggapan bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan


lebih banyak makanan dari sebelumnya tetapi hal ini tidak sama di beberapa
tempat. Sebagai contoh, bagian selatan Kanada mungkin diuntungkan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak,
lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak
dapat ditanami. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika kumpulan salju musim dingin
yang berfungsi sebagai cadangan (reservoir) alami mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat. Kenaikan suhu global
sebesar 4°C menyebabkan penurunan produksi jagung sebesar 5% akibat
kekeringan dan meningkatnya potensi intrusi air asin pada pertanian pesisir
yang rentan akibatnya naiknya permukaan laut.
Merusak kehidupan hewan liar dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan global karena sebagian besar lahan telah dikuasai oleh
manusia.

10

Akibat pemanasan global hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah


kutub atau ke atas pegunungan untuk mencari wilayah yang lebih dingin.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya dan mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
yang dilakukan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak
mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Berpengaruh pada kesehatan manusia

Kenaikan suhu global telah memicu banyaknya penyakit yang berkaitan


dengan panas dan kematian seperti stres, stroke, dan gangguan
kardiovaskular. Tidak hanya itu, penyakit dengan vektor demam berdarah dan
malaria juga mengalami perluasan wilayah lokasi serangan dan durasi
penularan yang lebih lama. Penyebabnya adalah dengan meningkatnya suhu
daerah subtropis dan memungkinkan perkembangan patogen di daerah
tersebut.

e) Pengendalian Pemanasan Global


Diperlukan 100 tahun agar efek karbon dioksida di atmosfer menghilang
dengan sendirinya. Padahal konsumsi total bahan bakar fosil di dunia terus
meningkat 1% pertahun. Seandainya usaha bersama umat manusia berhasil segera
menghentikan emisi karbon dioksida dan kelebihan karbon dioksida akibat aksi di
masa lampau akan tetap masih mempengaruhi planet bumi selama beberapa
dekade mendatang.

11

Langkah-langkah yang sedang dilakukan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa depan. Hal yang dapat dilakukan hanyalah
mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah
semakin berubahnya iklim di masa depan. Salah satu cara mengendalikan
pemanasan global yang paling mudah adalah menghilangkan karbon dioksida di
udara dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya menyerap karbon dioksida
yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon
dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat penggundulan hutan telah mencapai
tingkat yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali
sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya karena diubah untuk
kegunaan yang lain seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah
tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini yaitu dengan reboisasi penghutanan
kembali agar hutan dapat menyerap karbon dioksida untuk mengurangi
bertambahnya gas rumah kaca di atmosfer.

Berikut beberapa langkah dalam pengendalian pemanasan global:

Kurangi penggunaan energi fosil seperti minyak bumi


Minyak bumi merupakan modal utama dalam tersedianya bahan bakar di
muka bumi ini. Apabila kita mengurangi penggunaan bahan bakar
(mengurangi penggunaan kendaraan bermotor) artinya kita berkontribusi
untuk mencegah semakin meningkatnya suhu bumi dan perubahan iklim.

12

Menggunakan energi alternatif

Cara mengatasi pemanasan global yang kedua adalah dengan beralih ke


energi alternatif. Manusia sejatinya dapat menggunakan energi alternatif guna
meminimalisir hal-hal yang dapat menjadi penyebab pemanasan global.
Penggunaan energi alternatif terbarukan ini hendaknya harus segera
diterapkan di seluruh dunia. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil harus
segera diganti dengan energi bersih, seperti sinar matahari, angin, air, panas
bumi dan biomassa. Sumber energi tersebut sejatinya berlimpah namun belum
bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Tidak menebang pohon di hutan secara sembarangan

Pohon merupakan tumbuhan yang dapat menyerap gas CO 2 dan


menghasilkan oksigen. Dengan mengurangi dampak penebangan hutan secara
ilegal kita juga berperan dalam menjaga kelestarian hutan yang saat ini
banyak mengalami kerusakan. Hutan merupakan elemen yang sangat penting
bagi kelestarian dunia karena salah satu fungsi hutan adalah sebagai paru-paru
dunia sekaligus penyeimbang ekosistem. Jenis hutan yang belum terjamah
manusia memiliki keseimbangan ekosistem yang sangat baik sehingga banyak
hewan dan tumbuhan yang hidup dan bertahan dari pengaruh lingkungan luar.

13

Melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi)

Pohon dan jenis tumbuhan berklorofil lainnya mempunyai peran vital


dalam membersihkan udara. Sebab, tumbuhan berklorofil mempunyai
kemampuan untuk mengolah air, sinar matahari, karbon dioksida, dan unsur
hara menjadi bahan organik dan oksigen.
Melakukan penghematan listrik
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang banyak dibutuhkan
manusia. Selain itu, listrik merupakan energi yang berperan vital dalam
budaya hidup modern. Akan tetapi, listrik dari pembangkit listrik mayoritas
menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan karbon dioksida. Semakin
banyak penggunaan listrik, maka semakin banyak gas buangan berupa karbon
dioksida sehingga efek rumah kaca bisa semakin memburuk.
Tidak menggunakan alat yang menghasilkan CFC
CFC (Cloro Four Carbon) merupakan senyawa yang mengandung atom
karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. CFC umumnya dihasilkan
oleh peralatan pendingin udara.

14

Perlu diketahui bahwa saat ini CFC menyumbangkan 20% dalam proses
terjadinya efek rumah kaca. Oleh karena itu, penggunaan CFC harus
dihentikan. Dalam mengatasi suhu ruangan yang panas, kita dapat merancang
sebuah bangunan yang mempunyai banyak ventilasi udara sehingga tidak
perlu memakai pendingin ruangan atau AC.
Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi

Semakin banyaknya kendaraan bermotor yang berlalu lalang


mengakibatkan meningkatnya emisi gas buang sebagai residunya. Emisi gas
buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan, baik itu kendaraan
beroda, perahu, maupun pesawat terbang.
Memperketat standar dan pengawasan dalam uji emisi sangat diperlukan
untuk memastikan kondisi kendaraan apakah sudah prima atau belum.
Kendaraan yang memiliki kondisi prima akan menghasilkan pembakaran yang
lebuh sempurna sehingga tidak terlalu merusak lingkungan.
Menerapkan sistem budi daya peternakan dan pertanian yang baik

Sistem budi daya pertanian yang menggunakan bahan kimia sintetik


berupa pupuk dan pestisida dapat mengakibatkan pencemaran dan kerusakan
pada lingkungan.

15

Akan tetapi, penggunaan bahan organik yang tidak tepat ternyata juga
dapat berdampak buruk pada lingkungan. Penggunaan pupuk organik berupa
kotoran hewan yang belum matang justru turut berperan dalam terjadinya efek
rumah kaca. Hal tersebut terjadi karena kotoran hewan yang belum matang
merupakan sumber gas metana.
Oleh karena itu, apabila kita akan menggunakan pupuk kandang, maka
pilih yang sudah matang (pupuk kandang yang sudah mengalami proses
dekomposisi). Pupuk kandang matang biasanya mempunyai warna yang lebih
gelap dibanding pupuk kandang segar dan memiliki sedikit bau tidak sedap.
Pemakaian pupuk kandang yang benar dapat mengurangi gas metana yang
dilepas ke atmosfer bumi.
Melakukan reduce, reuse, dan recycle
Reduce, yaitu melakukan penghematan dan mengurangi sampah. Misalnya
hemat dalam pemakaian tissue karena tissue terbuat dari kayu dan pastinya
juga berasal dari hutan. Selain itu, kita juga bisa membeli produk yang
berlabel ramah lingkungan dan meminimalisir pemakaian produk yang
dikemas styrofoam/plastik. Tidak hanya itu, berhenti menggunakan semprotan
aerosol untuk mengurangi CFC yang dapat merusak lapisan ozon bumi juga
termasuk dalam penerapan sistem reduce.
Reuse, yaitu cara pemanfaatan sampah atau memanfaatkan kembali barang
yang sudah tidak terpakai. Jadi, barang tersebut dimanfaatkan kembali untuk
pemakaian kedua dan seterusnya. Misalnya seperti menggunakan kertas bekas
untuk kertas coret-coret dan menggunakan sapu tangan yang bisa digunakan
kembali dibandingkan menggunakan kertas tissue yang hanya sekali pakai.

16

Recycle, yaitu mendaur ulang barang yang sudah tidak bisa digunakan
menjadi barang yang lebih memberikan manfaat. Contohnya dengan cara
memisahkan barang yang berbahan organik dan anorganik. Kemudian barang
yang bukan organik seperti botol plastik dapat dikreasikan menjadi pot
tanaman atau kotak pensil. Untuk barang yang berbahan organik dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.
Kurangi penggunaan kertas

Pemakaian kertas yang berlebihan merupakan salah satu penyebab besar


yang mempengaruhi pemanasan global. Hal tersebut dikarenakan dengan
memakai banyak kertas berarti kita turut menghilangkan (menebang) banyak
pohon. Konsumsi kertas yang tinggi menuntut penebangan pohon yang
semakin banyak. Ini alasan mendetail mengapa kita harus meminimalisir
konsumsi kertas sebisa mungkin demi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
mulailah dari sekarang untuk mengurangi penggunaan kertas secara efisien.

f) Artikel Mengenai Pemanasan Global


Akibat Pemanasan Global, Negara Terpencil di Bumi ini Terancam
Tenggelam

17

Liputan6.com, Jakarta Negara Tuvalu mungkin masih asing di telinga


banyak orang. Tak heran jika tak pernah terdengar negara ini memang menjadi
salah satu negara terpencil di dunia. Kepulauan Tuvalu adalah sebuah negara
terpencil di selatan Samudera Pasifik, dekat dengan Kepulauan Fiji dan Kiribati.
Selain itu negara yang memiliki alam pantainya yang indah ini juga punya kuliner
yang unik.
Penduduk asli Tuvalu sendiri disebut sebagai orang Polynesia. Mereka
bertubuh tinggi besar, berkulit cokelat dan berambut ikal. Populasi penduduk di
Tuvalu tak lebih dari 10.000 jiwa. Inilah salah satu negara kecil yang terpencil
di Samudera Pasifik, seperti yang Liputan6.com lansir dari In Habitat, Kamis
(13/6/2019). Tuvalu memiliki 9 pulau kecil dengan luas hanya 26 kilometer.
Wilayah Tuvalu ini merupakan bekas jajahan Inggris yang akhirnya
merdeka di tahun 1978. Memiliki pemandangan indah tak lantas membuat
Kepulauan Tuvalu populer di kalangan turis. Dikutip dari laporan terbaru United
Nations World Tourism Organization (UNWTO), kepulauan yang berada
di Samudera Pasifik itu merupakan pulau yang paling sepi turis.
Tuvalu menjadi tempat bagi para pecinta wisata alam bawah laut.
Makhluk-makhluk lautnya juga beraneka ragam. Karena wilayahnya yang
mengandalkan laut sebagai sumber kehidupan, masyarakat Tuvalu juga
mempunyai kegemaran menyantap ikan mentah. Hal ini dinamakan Ocean
Restaurant, namanya mungkin seperti sebuah tempat, namun sebenarnya itu
adalah nama dari kegiatan memakan ikan mentah tersebut.

18

Umumnya, jenis ikan yang disantap adalah Tuna. Kehidupan masyarakat


Tuvalu juga bergantung dengan laut. Umumnya, masyarakat setiap hari pergi ke
pantai untuk memancing. Mereka juga hanya menggunakan tali pancing dan
berenang, seperti cara-cara tradisional yang kita ketahui. Saat ikan didapat,
mereka akan langsung membersihkan ikan tersebut menggunakan sebilah pisau
kecil dan langsung dimakan.
Hanya ada dua pilihan transportsi yaitu pesawat dari Kepulauan Fiji ke
Bandara Internasional Funafuti dan kapal yang bisa berlabuh di Dermaga
Nukufetau.
Sayangnya, Tuvalu terancam keberadaannya karena air laut yang semakin
naik hingga kini telah menenggelamkan sebagian wilayah Tuvalu. Kini banyak
penduduk Tuvalu yang sudah meninggalkan pulau untuk mencari wilayah yang
lebih aman seperti Selandia Baru dan kepulauan Pasifik Selatan.

Sumber: https://hot.liputan6.com/read/3989113/akibat-pemanasan-global-negara-
terpencil-di-bumi-ini-terancam-tenggelam
2. Efek Rumah Kaca
a) Pengertian Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah sebuah proses alami di mana panas matahari
terperangkap di atmosfer bumi. Proses ini menyebabkan permukaan bumi hangat
dan memperkenankan bumi untuk dijadikan tempat tinggal yang nyaman bagi
makhluk hidup. Tanpa fenomena ini, temperatur bumi akan terasa dingin.

19

b) Penyebab Efek Rumah Kaca


Penggunaan bahan bakar fosil

Bahan bakar fosil merupakan penyebab utama peningkatan rumah kaca


karbon dioksida. Penggunaan bahan bakar fosil memproduksi hampir ⅓
karbon dioksida (CO2) di udara dan juga gas lainnya, seperti metana, nitrogen
oksida, karbon monoksida, dan lainnya. Umumnya bahan bakar fosil
digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik dan kendaraan
bermotor.

Penebangan hutan
Penyebab kedua terbesar dari efek rumah kaca karbon dioksida adalah
penebangan dan pembakaran hutan. Hutan biasanya ditebang untuk berbagai
keperluan dari pertanian, pabrik, dan pembangunan rumah.

Saat hutan dibakar secara besar-besaran, terbentuk gas sampingan berupa


karbon dioksida. Menurut para ahli, hanya dari penebangan hutan sendiri,
sekitar 600 juta sampai 2,6 miliar ton karbon dioksida dilepaskan ke atmosfer
bumi per tahun. 

20

Industri pertanian

Tidak jarang industri pertanian menggunakan pupuk anorganik untuk


mempercepat proses penyuburan tanah. Namun proses ini mengubah unsur
nitrogen menjadi dinitrogen oksida (N2O). 
Industri peternakan
Peternakan sapi, kambing, kuda, dan hewan ternak lainnya memproduksi
gas rumah kaca metana. Gas ini dihasilkan dari fermentasi enterik makanan
oleh bakteri yang ada di dalam hewan dan juga penguraian kotoran hewan. 
Limbah rumah tangga

Banyak limbah rumah tangga dibakar atau ditimbun di tempat


pembuangan akhir, terutama di kota-kota besar. Saat limbah rumah tangga ini
dikubur dan dibiarkan, mereka akan menghasilkan gas metana dan karbon
dioksida. 

21

Limbah industri
Berbagai industri seperti pabrik semen dan penambangan batu bara
menghasilkan karbon dioksida. 

c) Proses Kerja Efek Rumah Kaca


1. Panas matahari memanasi bumi

Pada prinsipnya, cahaya matahari menyinari permukaan bumi melewati


gas atmosfer dan menghangatkan suhu bumi. Pada malam hari ketika suhu
permukaan mulai dingin, panas akan balik dipantulkan ke angkasa. Akan
tetapi, sebagian besar radiasi matahari ini terperangkap oleh gas atmosfer. 
2. Gas-gas rumah kaca memerangkap panas

22

Gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO 2) memerangkap panas


matahari seperti dinding rumah kaca. Gas ini disebut juga gas-gas rumah kaca
atau greenhouse gas (GHG). Beberapa gas rumah kaca lainnya, seperti
metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), uap air (H2O), ozon (O3), dan kloro
fluoro karbon (CFC). Gas inilah yang menjaga suhu permukaan kita hangat di
malam hari.
3. Aktivitas manusia meningkatkan kadar gas rumah kaca
Gas rumah kaca yang paling berdampak adalah karbon dioksida, uap air,
metana, dan nitrogen dioksida. Aktivitas manusia seperti pembakaran hutan
dan penggunaan kendaraan bermotor dapat memproduksi dan meningkatkan
jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfer. Beberapa tahun ke depan, jumlah
karbon dioksida memiliki kemungkinan besar akan naik dua kali lipat lebih
banyak dibandingkan sekarang.

d) Dampak Efek Rumah Kaca


Suhu permukaan bumi naik

Saat gas rumah kaca meningkat, maka udara panas akan terperangkap. Hal ini
meningkatkan suhu permukaan bumi. 

23

Tingkat permukaan air laut naik


Suhu bumi yang semakin panas berdampak juga pada es kutub utara dan
selatan. Es ini akan mencair dan meningkatkan permukaan air laut. Hal ini
akan mengakibatkan berbagai pulau dan kota tenggelam secara perlahan.  
Angin badai yang semakin buruk

Pemanasan global akibat efek rumah kaca dapat meningkatkan intensitas


badai seperti angin topan. Secara ilmiah, angin badai ini berhubungan dengan
suhu air laut. Badai ini hanya terbentuk jika suhu laut berada di atas 26,51 oC.
Udara yang panas tentunya dapat memperburuk badai tersebut.
Mempengaruhi pertanian dan peternakan

Suhu udara yang semakin panas memperpanjang musim tanam dan mulai
memunculkan berbagai penyakit/serangga yang berakibat negatif untuk
tanaman.

24
Sama halnya dalam industri peternakan, pemanasan global ini mengubah
reproduksi, metabolisme, dan berbagai penyakit pada hewan ternak. 

e) Pengendalian Efek Rumah Kaca


Hemat energi listrik

Gunakan pemakaian listrik seperlunya saja. Dengan begitu, kita sudah


berkontribusi dalam mengurangi pemakaian batu bara yang bisa menimbulkan
emisi gas karbon dioksida di udara.
Beralih dari pupuk nonorganik ke pupuk organik

Peningkatan hasil pertanian tidak harus selalu berbasis pupuk kimia atau
anorganik. Jika mampu menggunakan pupuk organik dengan kadar yang
optimal, hasil pertanian juga dapat melimpah. Jika pemakaian pupuk
anorganik bisa dikurangi, maka emisi gas N2O juga akan berkurang.
Menggunakan bahan bakar ramah lingkungan

25
Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan mungkin masih jarang
ditemukan di Indonesia. Contoh bahan bakar ramah lingkungan adalah panel
surya, bahan bakar listrik, dan bio diesel. Bahan bakar tersebut dikatakan
ramah karena tidak menghasilkan polutan yang berbahaya bagi lingkungan.
Mengolah limbah peternakan

Limbah merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca terutama


limbah peternakan. Untuk mengurangi emisi karbon dioksida maupun metana,
limbah dapat diolah menjadi biogas. Biogas ini bisa dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Menggalakkan reboisasi

Penanaman kembali hutan yang telah ditebang merupakan salah satu


solusi untuk mengatasi emisi gas rumah kaca di udara. Tumbuhan akan
menyerap karbon dioksida dan uap air sebagai bahan baku fotosintesis.
Batasi penggunaan plastik

26
Plastik merupakan senyawa polimer yang sulit terdegradasi di dalam
tanah. Untuk mengurangi limbah plastik di dalam tanah, salah satu cara
termudah adalah dengan membakarnya. Nah, pembakaran itu akan
menghasilkan gas karbondioksida dalam jumlah besar. Untuk itu, batasi
penggunaan plastik dengan cara membawa botol air minum sendiri atau
membawa tas kain saat berbelanja.

f) Artikel Mengenai Efek Rumah Kaca


Efek Rumah Kaca adalah Panas Matahari yang Terperangkap di Atmosfer
Bumi, Begini Prosesnya

Liputan6.com, Jakarta Efek rumah kaca adalah bentuk pengandaian


keadaan bumi yang menangkap panas matahari. Efek ini terjadi persis seperti
rumah kaca yang dibuat di bumi dalam bidang biologi. Rumah kaca dalam ilmu
biologi memang sengaja dibuat untuk memerangkap panas matahari. Tujuannya
agar suhu di dalam rumah kaca lebih panas daripada suhu di luarnya. Tentu
berbeda dengan keadaan bumi. 
Jika disamakan dengan bumi, efek rumah kaca adalah panas matahari
yang terperangkap di atmosfer bumi. Untuk beberapa kondisi mungkin
menguntungkan, tetapi lebih banyak dampak merugikannya. Penyebab efek
rumah kaca adalah aktivitas manusia. Tepatnya ketika aktivitasnya menghasilkan
gas-gas tertentu yang dapat menahan panas matahari hingga membuatnya
terperangkap di atmosfer bumi. Gas yang dimaksud adalah karbondioksida,
metana, uap air, ozon, nitrous oxide, CFC, dan HFC.

27
Menurut Asosiasi Energi New Mexico, Amerika Serikat (AS), efek rumah
kaca adalah kejadian di mana panas di Bumi terperangkap karena terhalang oles
gas emisi seperti karbon dioksida pada atmosfer. Gas emisi tersebut kebanyakan
berasal dari asap kendaraan dan pabrik serta kebakaran hutan.
Badan Perlindungan Lingkungan (AS) menyerbutkan bahwa efek rumah
kaca adalah proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi karena lapisan
atmosfer Bumi yang kian menipis bahkan bocor. Hal ini menjadikan cuaca di
Bumi semakin panas karena sinar matahari tidak lagi terhalang oleh lapisan
atmosfer.
Efek rumah kaca adalah krisis lingkungan dan kemanusiaan yang sedang
terjadi di Bumi. Suhu permukaan Bumi kian meningkat akibat terperangkap oleh
gas karbon dioksida yang semakin banyak dari hari ke hari, dan menjadikan Bumi
semakin panas dan rawan akan bencana.
Sumber: https://hot.liputan6.com/read/4395923/efek-rumah-kaca-adalah-panas-
matahari-yang-terperangkap-di-atmosfer-bumi-begini-prosesnya

3. Hasil Kesepakatan Tentang Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca

Protokol Kyoto adalah sebuah amendemen terhadap Konvensi Rangka Kerja


PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional
tentang pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen
untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya,
atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah
emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata


cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober
2003)Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations
Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi
Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim).  
28

Ia dinegosiasikan di Kyoto pada bulan Desember 1997, dibuka untuk penanda


tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai
berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18
November 2004.

Protokol Kyoto

Aamendemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang

Perubahan Iklim (UNFCCC)

Ditandatangani 11 Desember 1997

Lokasi Kyoto, Jepang

Berlaku 16 Februari 2005

Syarat 55 Pihak Konvensi dan setidaknya 55% dari

seluruh emisi karbon dioksida pada 1990 dari

Pihak-pihak dalam Annex I

Negara anggota 181 negara dan Uni Eropa (Mei 2008)


29

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
a) Pemanasan global adalah kondisi peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi
(atmosfer, laut, dan daratan bumi) akibat konsentrasi gas rumah kaca yang
berlebih.
b) Pemanasan global dapat disebabkan karena konsumsi energi bahan bakar fosil,
sampah organik, kerusakan hutan, pertanian, dan peternakan.
c) Proses terjadinya pemanasan global adalah ditandai dengan adanya sinar matahari
yang masuk ke atmosfer bumi. Sinar matahari tersebut akan melewati lapisan gas
atmosfer bumi. Lalu setelah sampai pada permukaan bumi, panas dan cahaya
yang dihasilkan tersebut akan diserap oleh seluruh ekosistem yang ada di bumi.
Apabila cahaya dan panas dari sinar matahari tersebut sisa, maka akan
dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akan tetapi, sebagian dari cahaya dan panas
matahari terperangkap pada atmosfer bumi dan dipantulkan lagi menuju ke bumi.
d) Dampak dari pemanasan global adalah iklim mulai tidak stabil, peningkatan
permukaan laut, produksi pertanian menurun, merusak kehidupan hewan liar dan
tumbuhan, dan berpengaruh pada kesehatan manusia.
e) Pemanasan global dapat dikendalikan dengan kurangi penggunaan energi fosil
seperti minyak bumi, menggunakan energi alternatif, tidak menebang pohon di
hutan secara sembarangan, melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi),
melakukan penghematan listrik, tidak menggunakan zat yang menghasilkan CFC,
memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi, menerapkan sistem budi daya
peternakan dan pertanian yang baik, melakukan reduce, reuse, recycle, serta
kurangi penggunaan kertas.
f) Efek rumah kaca adalah sebuah proses alami di mana panas matahari
terperangkap di atmosfer bumi.
30

g) Efek rumah kaca dapat disebabkan karena penggunaan bahan bakar fosil,
penebangan hutan, industri pertanian, industri peternakan, limbah rumah tangga,
dan limbah industri.
h) Proses terjadinya efek rumah kaca adalah diawali dengan panas matahari
memanasi bumi. Pada prinsipnya, cahaya matahari menyinari permukaan bumi
melewati gas atmosfer dan menghangatkan suhu bumi. Akan tetapi, sebagian
besar radiasi matahari ini terperangkap oleh gas atmosfer. Selanjutnya, gas-gas
rumah kaca memerangkap panas. Selain itu, adanya aktivitas manusia dapat
meningkatkan kadar gas rumah kaca.
i) Dampak dari efek rumah kaca adalah suhu permukaan bumi naik, tingkat
permukaan air laut naik, angin badai yang semakin buruk, serta mempengaruhi
pertanian dan peternakan.
j) Efek rumah kaca dapat dikendalikan dengan hemat energi listrik, beralih dari
pupuk nonorganik ke pupuk organik, menggunakan bahan bakar ramah
lingkungan, mengolah limbah peternakan, menggalakkan reboisasi, dan batasi
penggunaan plastik.

2. Saran
Semakin hari, pemanasan global dan efek rumah kaca semakin meningkat.
Analisis mengenai pemanasan global dan efek rumah kaca yang terdapat dalam makalah
ini dapat dijadikan wawasan pengetahuan, menambah pemahaman, dan mempraktikan
upaya-upaya dalam pengendalian pemanasan global maupun efek rumah kaca.
31

Anda mungkin juga menyukai