Disusun Oleh:
I GEDE SURYA MAHATMA YASA F33119017
I GEDE SURYA MAHATMA YASA
F 331 19 017
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu
berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam
yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Lingkungan yang sehat akan terwujud
apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik. Lingkungan hidup di Indonesia
perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya
yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau
degradasi yang terjadi di berbagai daerah.
Saat ini isu yang sudah mengglobal adalah mengenai “GLOBAL WARMING” yang
telah kian memprihatinkan dunia dan menjadi fokus utama masyarakat dunia. Permasalahan
utama yang menyebabkan terjadinya pemanasan global ini adalah karena meningkatnya
polusi atau pencemaran lingkungan diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak memiliki
kesadaran diri untuk menjaga kesehatan lingkungannya. Setiap harinya manusia
menghasilkan sampah dalam jumlah yang banyak yang memberikan dampak besar terhadap
pencemaran lingkungan.
Salah satu tempat yang paling besar menyumbangkan pencemaran terbesar adalah
tempat pembuangan akhir (TPA). TPA ini tidak hanya memberikan dampak pencemaran
tanah tetapi juga sampai pada air yang ada di bawah tanah maupun udara yang ada di atas
permukaan tanah. Sejumlah bahan-bahan kimia beracun maupun gas-gas dan larutan-larutan
kimia yang berbahaya menjadi penyebab utama pencemaran ini. Keadaan ini berlaku untuk
sejumlah wilayah di Indonesia yang belum memiliki sarana pengolahan sampah yang baik
sehingga sampah hanya menjadi tumpukan yang telah menggunung pada TPA. Salah satunya
adalah tumpukan sampah yang ada pada TPA Kawatuna, Kota Palu. Tidak adanya
pengelolaan sampah menyebabkan timbunan sampah yang semakin banyak bahkan telah
menghasilkan gas metana yang mencemari udara serta tanah sekitar TPA yang mengalami
kerusakan. Gas metana ini sebagaimana diketahui memiliki sumbangsi yang sangat besar
pada efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global kian meningkat. Atas dasar inilah,
makalah ini dibuat untuk membahas mengenai permasalahan pencemaran lingkungan pada
TPA Kawatuna.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai pencemaran
lingkungan yang terjadi pada TPA Kawatuna.
C. PERMASALAHAN
Permasalahan yang muncul pada pembahasan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa driving force, pressure, state, impact dan response dari TPA Kawatuna?
2. Bagaimana solusi penanganan sampah pada TPA Kawatuna?
3. Apa rekomendasi kedepan untuk menagani ataupun mengelola sampah di TPA
Kawatuna?
D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang driving force, pressure, state, impact dan response dari
TPA Kawatuna
3. Memberikan informasi solusi dan upaya pengelolaan TPA Kawatuna ke depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lingkungan Hidup
Pengertian dari Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar
mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan
(enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor
berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 yang
kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, keduanya
mendefinisikan pengertian lingkungan hidup sebagai berikut:
"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
dmakhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain." Lingkungan
adalah segala sesuatu yang terdapat disekitar mahluk hidup dan berpengaruh terhadap
aktivitas mahluk hidup. Mahluk hidup memerlukan lingkungan untuk hidupnya.
Lingkungan tempat mahluk hidup tersebar di seluruh muka bumi. Bagian bumi dan
atmosfer yang meliputi darat, air dan udara tempat hidup organisme disebut biosfer.
Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan mikroba.
2. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.
B. Ekologi
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa
Yunani, yaitu : Oikos = Tempat Tinggal (rumah) dan Logos = Ilmu, telaah. Oleh
karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkunganya.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur
dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem
menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu
termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara),
energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem
tersebut.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk
hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.
C. Ekosistem
Menurut Chambell (2000) Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan
lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik. Berdasarkan proses
terbentuknya, ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk secara alami
misalnya danau, rawa, hutan. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat
manusia. Contohnya sawah, kolam, dan akuarium. Ekosistem alami dapat dibedakan
lagi kedalam beberapa jenis ekosistem, yaitu ekosistem darat, air tawar, air laut, dan
pantai. Ekosistem darat di bedakan atas beberapa bioma seperti gurun, padang
rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga dan tundra. Ekosistem air tawar dibedakan
atas danau, rawa, dan laut.
Ekosistem tersusun atas kesatuan mahluk hidup, yaitu individu, populasi,
komunitas, dan ekosistem itu sendiri.
a. Individu Didalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis mahluk hidup
melainkan ada berbagai jenis mahluk hidup. Satu ekor ikan atau satu ekor penyu
di sebut individu. Satu ganggang disebut individu.
b. Populasi Ikan yang hidup dikolam jumlahnya lebih dari satu. Semua ikan yang
hidup di kolam disebut populasi ikan, semua kura-kura disebut populasi kura-
kura. Jadi populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap disuatu
daerah tertentu.
c. Komunitas Komunitas adalah semua jenis populasi mahluk hidup yang hidup
dalam suatu daerah atau lingkungan yang sama. Komunitas tediri atas bermacam-
macam populasi. Setiap populasi terdiri atas sejumlah individu. Contohnya
komunitas kolam.
d. Ekosistem Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya
yang membentuk hubungan timbal balik.
PEMBAHASAN
1. DPSIR MODEL
A. Driving Force (Faktor Pendorong)
Menurut Badan Pusat Statik (BPS) ,Kota Palu merupakan ibukota provinsi
Sulawesi Tengah yang memiliki kepadatan penduduk paling besar yaitu dengan
jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 356.279 jiwa dibandingkan kota lainnya
di Sulawesi Tengah. Akibat kepadatan penduduk ini sehingga memunculkan banyak
permasalahan lingkungan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan yang baik. Salah satu masalahnya adalah mengenai sampah hasil buangan
masyarakat baik dalam rumah tangga, industri, pasar maupun tempat-tempat umum
lainnya. Tidak adanya kesadaran masyarakat menyebabkan timbunan sampah yang
banyak di lingkungan masyarakat. Meskipun pemerintah telah berusaha mengelola
persampahan dengan adanya instansi yang mengelola persampahan tersebut namun
sampah tersebut akhirnya hanya ditumpuk pada suatu tempat pembuangan akhir
(TPA) di kelurahan Kawatuna. Sampah ini menjadi masalah lingkungan yang besar
ketika tidak diolah dengan baik dan hanya dibiarkan menumpuk begitu saja.
Menurut Laode (2008) TPA Kawatuna kota Palu menghasilkan sampah 600
m2 / hari (228 ton / hari) dengan jumlah gas metan yang dihasilkan sebanyak
93.651.201 m3/ tahun. Oleh karena itu dengan jumlah sampah yg begitu banyak
dampak menimbulkan berbagai masalah bagi lingkungan dan makhluk hidup
khususnya, sehingga permasalahan adanya gas metan yang begitu banyak berasal dari
timbunan sampah di TPA Kawatuna. Oleh karenanya, sampah di TPA Kawatuna
merupakan faktor pendorong adanya gas metan yang sangat banyak.
B. Pressure (Tekanan)
Adanya sampah yang begitu banyak tentunya tidak lepas dari aktivitas
manusia. aktivitas-aktivitas manusia seperti transportasi dan produksi makanan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Aktivitas-aktivitas inilah yang menyebabkan pressure
mempengaruhi lingkungan. Untuk masalah sampah di TPA Kawatuna, yang menjadi
penekanannya adalah dari segi pangan yang meliputi konsumsi dan produksi
makanan. Selain dari segi pangan, segi budaya pun menjadi penekanan dalam
masalah sampah di TPA Kawatuna.
Dari segi pangan, hal ini berkaitan dengan konsumsi manusia terhadap
makanan untuk memenuhi kebutuhannya. Sifat manusia yang sering sekali tidak
merasa puas dengan apa yang dikonsumsinya akan memicu peningkatan konsumsi
pangan. Tentunya hal ini akan mengakibatkan semakin banyak jumlah makanan yang
dikonsumsi akan meningkatkan hasil sampah yang begitu banyak. Hal ini dikarenakan
sebagian besar makanan yang dikonsumsi manusia akan menghasilkan limbah
sampah baik sampah pembungkus plastik makanan, maupun sisa-sisa makanan yang
sudah basi.
Oleh karena itu, dengan begitu banyak limbah sampah yang dihasilkan oleh
manusia akibat konsumsi pangan yang berlebih, seharusnya memberikan kesadaran
atau membudayakan manusia agar dapat mengelola sampah dengan baik. Jika budaya
membuang sampah sembarangan terus dilakukan, maka hal ini tentunya akan
mengakibatkan penimbunan sampah yang banyak. Hasil penimbunan sampah ini
tentunya lama-kelamaan akan menghasilkan gas metan. Hal inilah yang terjadi saat ini
di TPA Kawatuna. Sampah yang begitu banyak menumpuk di sana berasal dari pola
konsumsi pangan yang berlebihan dan tidak adanya kesadaran dan budaya
masyarakat Palu dalam mengelola sampah dengan baik.
1. Menglola gas metan menjadi sumber tenaga listrik dengan cara melakukan
sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas
yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di
menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk
membangkitkan listrik.
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang
yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari
bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.Metode baru dari Daur-
Ulang yaitu:
1. Konsultan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang TPA Kawatuna di kota Palu dapat
disimpulkan bahwa:
1. TPA Kawatuna merupakan salah satu tempat pembuangan sampah yang terbesar
di Kota Palu yang menampung semua hasil buangan atau sampah yang dihasilkan
masyarakat. Tempat pembuangan akhir ini menampung sampah dari Kota Palu
yang setiap harinya diangkut oleh dinas Kebersihan Kota. Sampah yang
dihasilkan ini sangat beragam mulai dari sampah organik, plastik, kertas, dan
lain-lain.
2. Tumpukan sampah di TPA Kawatuna ini telah menyebabkan pencemaran tanah
di sekitar TPA, bahkan sempat terjadi pencemaran oleh gas metan yang
dihasilkan oleh tumpukan sampah tersebut. Hal ini terjadi karena sampah organik
yang menumpuk di dalam gunungan sampah tersebut terurai atau terdegradasi
membentuk gas metan. Gas ini memiliki efek yang besar terhadap efek rumah
kaca yang akan meningkatkan pemansan global karena meningkatnya gas-gas di
atmosfer bumi.
3. Solusi atau upaya yang dapat dilakukan dalam menangani masalah sampah di
TPA Kawtuna adalah, melakuakan metode pembuangan dan penimbunan, metode
daur ulang, melakukan pemulihan energi dan metode penghindaran dan
pengurangan
4. Rekomendasi dalam menangani maupun mengolah sampah di TPA Kawatuna
antara lain, meminta konsultan untuk menangani perencanaan, melibatkan sector
informal dalam mengumpulkan sampah memperdagangkan dan memanfaatkan
barang-barang bekas, melakukan kegiatan pengumpulan sampah melalui
koordinasi RT atau organisasi kemasyarakatan dan karang taruna serta meminta
dan mengharuskan kepada masyarakat yang memiliki toko hendaknya
menyediakan tempat penampungan sampah sementara
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah Penduduk Kota Palu Tahun 2013. Palu.
Campbell Neil. A dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Chen. 2011. Konsep Lingkungan Hidup. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup,
PPPGT/VEDC.Malang.
Kasmir, M dkk. 2012. Pencemaran Lingkungan pada TPA Kawatuna Palu. Prodi
Pendidikan Kimia Universitas Tadulako. Palu.
Laode, M. 2008. Penataan Ruang dan Pemanasan Global. PT. Global Eco Rescue Indonesia
Manan, S. 1978. Kaidah dan Pengertian Dasar Manajemen Daerah Aliran Sungai, dalam
Manan, S 1998 Hutan Rimbawan dan Masyarakat. IPB Press. Bogor.
Odum. E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.