Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

TUGAS ELEMEN MESIN 1

Disusun Oleh:
I GEDE SURYA MAHATMA YASA F33119017

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Salam sejahtera untuk kita semua
            Puji dan syukur kami panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  karena atas
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan  makalah yang berjudul
“ PENCEMARAN LINGKUNGAN DARI TPA ( Tempat Pembuangan Akhir )
KAWATUNA – PALU. Makalah ini kami susun untuk mengetahui tentang masalah sampah
di Kawatuna dan bagaimana cara penanggulangannya. Berhubung saat ini masih banyak
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan tidak mengetahui dampak daripada
sampah tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan
berpikir masyarakat terkait dengan masalah permasalahan sampah tersebut.
            Kita menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
            Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
               

                                                                                           Palu, 12 Desember 2021

                                                                                                           
                                                                                        I GEDE SURYA MAHATMA YASA
F 331 19 017
DAFTAR ISI
                                         

Kata pengantar  ..................................................................................................


Daftar isi  ...........................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
 A. Latar belakang  .............................................................................................
 B. Tujuan ..….....................................................................................................
C. Permasalahan................................................................................................
D. Manfaat.........................................................................................................
Bab 2 Tinjauan Pustaka
A. Lingkungan Hidup............................................................................................
B. Ekologi..............................................................................................................
C. Ekosistem..........................................................................................................
D. Komponen Lingkungan Hidup.........................................................................
E. Kerusakan Lingkungan Hidup..........................................................................
 Bab 3 Pembahasan
 A. DPSIR MODEL.............................................................................................
 B. Solusi Dalam Menangani ataupun Mengolah Sampah TPA Kawatuna ..........
C .Rekomendasi dalam Menangani ataupun Mengolah Sampah TPAKawatuna.
 Bab 4 Penutup
 A. Kesimpulan …………..…………………………………………..............
 Daftar Pustaka………………………………………………………..............
BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu
berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam
yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Lingkungan yang sehat akan terwujud
apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik. Lingkungan hidup di Indonesia
perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya
yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau
degradasi yang terjadi di berbagai daerah.
Saat ini isu yang sudah mengglobal adalah mengenai “GLOBAL WARMING” yang
telah kian memprihatinkan dunia dan menjadi fokus utama masyarakat dunia. Permasalahan
utama yang menyebabkan terjadinya pemanasan global ini adalah karena meningkatnya
polusi atau pencemaran lingkungan diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak memiliki
kesadaran diri untuk menjaga kesehatan lingkungannya. Setiap harinya manusia
menghasilkan sampah dalam jumlah yang banyak yang memberikan dampak besar terhadap
pencemaran lingkungan.
Salah satu tempat yang paling besar menyumbangkan pencemaran terbesar adalah
tempat pembuangan akhir (TPA). TPA ini tidak hanya memberikan dampak pencemaran
tanah tetapi juga sampai pada air yang ada di bawah tanah maupun udara yang ada di atas
permukaan tanah. Sejumlah bahan-bahan kimia beracun maupun gas-gas dan larutan-larutan
kimia yang berbahaya menjadi penyebab utama pencemaran ini. Keadaan ini berlaku untuk
sejumlah wilayah di Indonesia yang belum memiliki sarana pengolahan sampah yang baik
sehingga sampah hanya menjadi tumpukan yang telah menggunung pada TPA. Salah satunya
adalah tumpukan sampah yang ada pada TPA Kawatuna, Kota Palu. Tidak adanya
pengelolaan sampah menyebabkan timbunan sampah yang semakin banyak bahkan telah
menghasilkan gas metana yang mencemari udara serta tanah sekitar TPA yang mengalami
kerusakan. Gas metana ini sebagaimana diketahui memiliki sumbangsi yang sangat besar
pada efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global kian meningkat. Atas dasar inilah,
makalah ini dibuat untuk membahas mengenai permasalahan pencemaran lingkungan pada
TPA Kawatuna.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai pencemaran
lingkungan yang terjadi pada TPA Kawatuna.

C. PERMASALAHAN
Permasalahan yang muncul pada pembahasan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa driving force, pressure, state, impact dan response dari TPA Kawatuna?
2. Bagaimana solusi penanganan sampah pada TPA Kawatuna?
3. Apa rekomendasi kedepan untuk menagani ataupun mengelola sampah di TPA
Kawatuna?

D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang driving force, pressure, state, impact dan response dari
TPA Kawatuna
3. Memberikan informasi solusi dan upaya pengelolaan TPA Kawatuna ke depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Hidup
Pengertian dari Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar
mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan
(enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor
berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 yang
kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, keduanya
mendefinisikan pengertian lingkungan hidup sebagai berikut:
"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
dmakhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain." Lingkungan
adalah segala sesuatu yang terdapat disekitar mahluk hidup dan berpengaruh terhadap
aktivitas mahluk hidup. Mahluk hidup memerlukan lingkungan untuk hidupnya.
Lingkungan tempat mahluk hidup tersebar di seluruh muka bumi. Bagian bumi dan
atmosfer yang meliputi darat, air dan udara tempat hidup organisme disebut biosfer.
Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan mikroba.
2. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.

B. Ekologi
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa
Yunani, yaitu : Oikos = Tempat Tinggal (rumah) dan Logos = Ilmu, telaah. Oleh
karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkunganya.
Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur
dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem
menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu
termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara),
energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem
tersebut.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk
hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.

C. Ekosistem
Menurut Chambell (2000) Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan
lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik. Berdasarkan proses
terbentuknya, ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem yang terbentuk secara alami
misalnya danau, rawa, hutan. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat
manusia. Contohnya sawah, kolam, dan akuarium. Ekosistem alami dapat dibedakan
lagi kedalam beberapa jenis ekosistem, yaitu ekosistem darat, air tawar, air laut, dan
pantai. Ekosistem darat di bedakan atas beberapa bioma seperti gurun, padang
rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga dan tundra. Ekosistem air tawar dibedakan
atas danau, rawa, dan laut.
Ekosistem tersusun atas kesatuan mahluk hidup, yaitu individu, populasi,
komunitas, dan ekosistem itu sendiri.
a. Individu Didalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis mahluk hidup
melainkan ada berbagai jenis mahluk hidup. Satu ekor ikan atau satu ekor penyu
di sebut individu. Satu ganggang disebut individu.
b. Populasi Ikan yang hidup dikolam jumlahnya lebih dari satu. Semua ikan yang
hidup di kolam disebut populasi ikan, semua kura-kura disebut populasi kura-
kura. Jadi populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap disuatu
daerah tertentu.
c. Komunitas Komunitas adalah semua jenis populasi mahluk hidup yang hidup
dalam suatu daerah atau lingkungan yang sama. Komunitas tediri atas bermacam-
macam populasi. Setiap populasi terdiri atas sejumlah individu. Contohnya
komunitas kolam.
d. Ekosistem Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya
yang membentuk hubungan timbal balik.

D. Komponen Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang
berpengaruh pada kelangsungan perikehidupan dan kesejahtraan manusia serta
mahkluk hidup lainnya.
Daya dukung lingkungan merupakan kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982). Menurut para ahli : Manan (1978)
mengemukakan bahwa daya dukung lingkungan merupakan kemampuan lingkungan
untuk medukung kehidupan pada tingkat yang memungkinkan terhadap kegiatan
manusia dalam mencapai hidup yang wajar dan lestari.
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu material alami maupun buatan
yang tidak hidup yang terdapat dalam suau tempat tertentu. Lingkungan fisik
merupakan faktor pendukung keberlangsungan hidup makhluk hidup. Penanganan
lingkungan fisik secara baik dapat memberikan pengaruh lingkungan yang sehat
dan bersih. Contohnya areal pemukiman masyarakat, perkantoran, pertanian, pasar,
sungai, laut, dan lain sebagainya. Kerusakan lingkungan fisik terjadi karena ulah
manusia yang tidak mengelola sampah atau hasil buangannya dengan baik
sehingga mencemari lingkungan.
2. Lingkungan Biologis
Lingkungan biologis merupakan komponen lingkungan yang berupa makhluk
hidup baik tumbuhan, hewan, manusia dan semua mikroorganisme. Lingkungan
biologis merupakan sumber utama penyebab masalah lingkungan dimana makhluk
hidup setiap harinya akan mengeluarkan hasil buangan yang mencemari
lingkungan. Populasi makhluk hidup yang semakin meningkat setiap tahunnya
menambah permasalahan lingkungan.
3. Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan ini terbentuk dari pola interaksi masyarakat yang terdapat dalam
suatu lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan yang muncul akibat adanya
permasalahan sosial budaya masyarakat. Masalah sosial muncul karena
keserakahan manusia yang mengambil banyak hasil sumber daya alam tanpa peduli
masalah lingkungan dan menjadi penyebab timbulnya ketimpangan sosial karena
kapitalisme masyarakat terhadap sumber daya alam yang ada. Budaya atau kultur
masyarakat saat ini yang cenderung tidak peduli dan tidak memperhatikan masalah
lingkungan menjadi penyebab semakin meningkatnya permasalahan lingkungan.
Contohnya pada areal pertambangan dimana masalah sosial budaya menjadikan
masyarakat setempat menjadi tidak peduli dengan lingkungan sehingga terjadi
kerusakan lingkungan.
4. Kesehatan Masyarakat
Aspek kesehatan masyarakat sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang
bersih dan sehat serta membutuhkan pemeliharaan yang efektif dan efisien
terhadap lingkungan. Akibat adanya pencemaran yang terjadi baik di darat, laut
maupun udara menyebabkan timbulnya masalah kesehatan yang semakin lama
semakin banyak muncul penyakit baru. Dengan demikian kesehatan masyarakat
semakin menurun meskipun telah diimbangi dengan penemuan obat-obatan baik
alami maupun sintetik namun tetap saja berakibat pada lingkungan jika tidak
dilakukan pengelolaan yang baik.
5. Keterkaitan Lingkungan Hidup
Kepentingan atau pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap masyakat
berbeda-beda pada saat yang berlainan. Suatu faktor atau beberapa faktor
dikatakan penting apabila pada suatu waktu tertentu faktor atau faktor-faktor itu
sangat mempengaruhi hidup dan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, karena dapat
pada taraf minimal, maximal atau optimal, menurut batas-batas toleransi dari
tumbuh-tumbuhan atau masyarakat masing-masing.
Semua komponen lingkungan memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama
lain. Sebagimana pengertian dari lingkungan itu sendiri adalah suatu kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
didalamnya manusia dan perilakunya yang berpengaruh pada kelangsungan
perikehidupan dan kesejahtraan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Daya
dukung lingkungan harus diperhatikan agar setiap upaya manusia memanfaatkan
sumber daya alam disesuaikan dengan daya dukungnya. Misalnya pada
pengelolaan hutan produksi, pemaanfaatan kayu yang dilakukan melalui kegiatan
pemanenan kayu harus disesuaikan dengan kemampuan lahan hutan
menghasilkan kayu setiap hektar setiap tahun yang dikenal riap tahunan rata-rata.
Pengelolaan hasil alam secara baik dan memperhatikan analisis dampak
lingkungan (AMDAL) dapat menciptakan kondisi lingkungan baik fisik, biologis,
sosial budaya maupun kesehatan masyarakat yang sehat dan tidak merusak
lingkungan.
E. Kerusakan Lingkungan Hidup
Menurut Soeriatmadja (1989) Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh
pengelolaan hasil alam yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan secara baik.
Hasil buangan atau sampah hasil produksi merupakan faktor utama penyebab
kerusakan lingkungan selain itu juga kurangnya kesadaran masyarakat mengelola
hasil buangan tersebut menjadi penyebab semakin bertumpuknya sampah dan
menimbulkan banyak kerusakan lingkungan baik di darat, udara maupun laut.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman
karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis
bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Salah satu contoh dari masalah yang ditimbulkan sampah adalah pencemaran
tanah atau kerusakan lingkungan tanah. Pencemaran tanah adalah kerusakan lapisan
tipis bumi yang bermanfaat yaitu tanah produktif untuk menumbuhkan tanaman
sebagai sumber bahan makanan. Tanpa tanah yang subur, petani tidak bisa bercocok
tanam dan menghasilkan makanan untuk orang di seluruh dunia. Pencemaran tanah
disebabkan oleh hasil pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan anorganik
yang sukar terurai dalam tanah seperti plastik, kaca, dan kaleng. Bahan-bahan ini
sukar diuraikan oleh organisme dan mengakibatkan produktivitas tanah akan
berkurang. Jika limbah atau sampah yang dibuang mudah terurai oleh
mikroorganisme, bahan-bahan itu akan mengalami proses pembusukan kemudian
terurai dan menyatu dengan tanah sehingga tidak menimbulkan pencemaran.
BAB III

PEMBAHASAN

1. DPSIR MODEL
A. Driving Force (Faktor Pendorong)
Menurut Badan Pusat Statik (BPS) ,Kota Palu merupakan ibukota provinsi
Sulawesi Tengah yang memiliki kepadatan penduduk paling besar yaitu dengan
jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 356.279 jiwa dibandingkan kota lainnya
di Sulawesi Tengah. Akibat kepadatan penduduk ini sehingga memunculkan banyak
permasalahan lingkungan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan yang baik. Salah satu masalahnya adalah mengenai sampah hasil buangan
masyarakat baik dalam rumah tangga, industri, pasar maupun tempat-tempat umum
lainnya. Tidak adanya kesadaran masyarakat menyebabkan timbunan sampah yang
banyak di lingkungan masyarakat. Meskipun pemerintah telah berusaha mengelola
persampahan dengan adanya instansi yang mengelola persampahan tersebut namun
sampah tersebut akhirnya hanya ditumpuk pada suatu tempat pembuangan akhir
(TPA) di kelurahan Kawatuna. Sampah ini menjadi masalah lingkungan yang besar
ketika tidak diolah dengan baik dan hanya dibiarkan menumpuk begitu saja.
Menurut Laode (2008) TPA Kawatuna kota Palu menghasilkan sampah 600
m2 / hari (228 ton / hari) dengan jumlah gas metan yang dihasilkan sebanyak
93.651.201 m3/ tahun. Oleh karena itu dengan jumlah sampah yg begitu banyak
dampak menimbulkan berbagai masalah bagi lingkungan dan makhluk hidup
khususnya, sehingga permasalahan adanya gas metan yang begitu banyak berasal dari
timbunan sampah di TPA Kawatuna. Oleh karenanya, sampah di TPA Kawatuna
merupakan faktor pendorong adanya gas metan yang sangat banyak.
B. Pressure (Tekanan)
Adanya sampah yang begitu banyak tentunya tidak lepas dari aktivitas
manusia. aktivitas-aktivitas manusia seperti transportasi dan produksi makanan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Aktivitas-aktivitas inilah yang menyebabkan pressure
mempengaruhi lingkungan. Untuk masalah sampah di TPA Kawatuna, yang menjadi
penekanannya adalah dari segi pangan yang meliputi konsumsi dan produksi
makanan. Selain dari segi pangan, segi budaya pun menjadi penekanan dalam
masalah sampah di TPA Kawatuna.
Dari segi pangan, hal ini berkaitan dengan konsumsi manusia terhadap
makanan untuk memenuhi kebutuhannya. Sifat manusia yang sering sekali tidak
merasa puas dengan apa yang dikonsumsinya akan memicu peningkatan konsumsi
pangan. Tentunya hal ini akan mengakibatkan semakin banyak jumlah makanan yang
dikonsumsi akan meningkatkan hasil sampah yang begitu banyak. Hal ini dikarenakan
sebagian besar makanan yang dikonsumsi manusia akan menghasilkan limbah
sampah baik sampah pembungkus plastik makanan, maupun sisa-sisa makanan yang
sudah basi.
Oleh karena itu, dengan begitu banyak limbah sampah yang dihasilkan oleh
manusia akibat konsumsi pangan yang berlebih, seharusnya memberikan kesadaran
atau membudayakan manusia agar dapat mengelola sampah dengan baik. Jika budaya
membuang sampah sembarangan terus dilakukan, maka hal ini tentunya akan
mengakibatkan penimbunan sampah yang banyak. Hasil penimbunan sampah ini
tentunya lama-kelamaan akan menghasilkan gas metan. Hal inilah yang terjadi saat ini
di TPA Kawatuna. Sampah yang begitu banyak menumpuk di sana berasal dari pola
konsumsi pangan yang berlebihan dan tidak adanya kesadaran dan budaya
masyarakat Palu dalam mengelola sampah dengan baik.

C. State (Keadaan Lingkungan Yang Bisa Diukur)


Adanya timbunan sampah yang begitu banyak di TPA Kawatuna tentunya
akan menimbulkan suatu masalah yang besar yaitu adanya gas metan. Menurut Laode
(2008) TPA Kawatuna kota Palu menghasilkan sampah 600 m2 / hari (228 ton / hari)
dengan jumlah gas metan yang dihasilkan sebanyak 93.651.201 m3/ tahun. Oleh
karena itu dengan jumlah sampah yg begitu banyak dampak menimbulkan berbagai
masalah bagi lingkungan dan makhluk hidup khususnya. Adanya gas metan yang
begitu banyak tentunya harus ada upaya yang dilakukan dalam menangani gas metan
tersebut.Adanya penecemaran gas metan disebabkan karena sampah organik yang
menumpuk di dalam gunungan sampah tersebut terurai atau terdegradasi membentuk
gas metan. Gas ini memiliki efek yang besar terhadap efek rumah kaca yang akan
meningkatkan pemansan global karena meningkatnya gas-gas di atmosfer bumi.
Selain itu di TPA sampah juga banyak yang dibakar yang dapat meningkatkan
konsentrasi gas CO2 di udara sehingga meningkatkan pemanasan global.
D. Impact (Dampak Bagi Makhluk Hidup)
Menurut Chen (2011), jika suatu lingkungan telah tercemar, maka akan
berpengaruh terhadap fungsi dari lingkungan itu sendiri, seperti kualitas ekosistem
dan kesehatan manusia, ketersediaan sumber daya dan biodiversity.
Dampak yang ditimbulkan dari gas metan dari segi lingkungan adalah gas
metana menjadi penyebab utama pemanasan bumi sehingga berdampak pada
perubahan iklim. Tentunya hal ini sangat membahayakan bagi tatanan kehidupan
yang ada di bumi. Menurut Soeriatmadja (1989) Dampak lingkungan dari sampah di
TPA antara lain:
1. Rembesan ke air tanah
2. Racun dalam rantai makanan
3. Emisi dari gas metan
4. Ledakan akibat akumulasi gas
5. Pembuangan sampah sembarangan
6. Banjir
7. Bau
8. Kondisi kesehatan masyarakat yang menurun
Menurut Soeriatmadja (1989) metana adalah gas dengan emisi gas rumah kaca
23 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini kontributor yang
sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung. Jika pemanasan bumi
ini terus berlangsung maka hal ini akan mengakibatkan pemanasan global yang akan
membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga
metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut
terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika menyimpan
kurang lebih 400 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit
ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian es di antartika yang
runtuh. Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka 400 miliar ton metana
tersebut akan terlepas ke atmosfer. Ini belum termasuk metana beku yang tersimpan
di dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat
pemanasan global.
E. Response (Solusi)
Untuk masalah sampah dapat dilakukan upaya :
1. Melakukan daur ulang sampah dengan cara memilah sampah. Pemilahan
dilakukan minimal memisahkan sampah organik/mudah busuk/dapat
dikomposkan dan sampah non organik/tidak mudah busuk/tidak dapat
dikomposkan sehingga dapat di daur ulang menjadi barang yang bermanfaat.
2. Membuat Bank sampah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah,
sehingga sampah anorganik terutama dapat diolah kembali di Bank sampah
tersebut.

Untuk masalah gas metan dapat dilakukan upaya :

1. Menglola gas metan menjadi sumber tenaga listrik dengan cara melakukan
sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas
yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di
menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk
membangkitkan listrik.

2. Solusi Penanganan Sampah TPA Kawatuna


1. Melakuakan Metode Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya
untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. 
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah
yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan ,
diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari penimbunan
darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah
menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan
untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik
hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang
terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

2. Melakukan Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang
yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari
bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.Metode baru dari Daur-
Ulang yaitu:

a. Pengolahan kembali secara fisik


Metode ini adalah aktivitas  paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang
contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol
bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah /
kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis
sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS)
juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan
dikelompokan menurut jenis bahannya.
b. Pengolahan kembali secara biologis

Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas,


bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal
dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

3. Melakukan Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung


dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan
panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah
dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada
suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah
menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa
selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi
busure plasma yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik
langsung menjadi gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen).
Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

4.  Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat


sampah bentuk, atau dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki
barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai,
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama.

3. Rekomendasi untuk Menangani ataupun Mengolah Sampah TPA Kawatuna

Boleh dikatakan masalah sampah adalah masalah persepsi masyarakat


mengenai sampah, maka dalam upaya mengatasi masalah sampah, salah satu upaya
yang penting adalah merubah persepsi masyarakat terhadap sampah  dan
menimbulkan kesadaran peran serta masyarakat dalam penanganan sampah.
Kelompok masyarakat dan swasta yang terlibat dalam penanganan sampah adalah:

1. Konsultan

Meminta konsultan untuk menangani perencanaan, perencanaan ini meliputi


perencanaan sampah pada jangka panjang tidak hanya jangka pendek seperti
dalam pembebasan lahan jangan berorientasi pada jangka pendek sehingga
beberapa tahun kondisi di TPA bermasalah akibat keresahan (gangguan bau dan
lalat)
2. Mengusahakan untuk melibatkan sector informal dalam mengumpulkan sampah
memperdagangkan dan memanfaatkan barang-barang bekas.  Para pemulung
(scavengers) mereka dari berpendidikan rendah sampai dengan pendidikan
menengah, bekerja dari pagi bahkan ada yang bekerja sampai dengan jam 21.00
WIB mengumpulkan barang bekas, dan mereka menjual kepada perantara atau
pembeli lain dan menghasilkan uang, suatu bentuk lapangan kerja dan perlu
dilakukan pembinaan tentang dampak sampah terhadap kesehatan.
3. Sangat penting pula dalam dukungan masyarakat yang sudah ada dewasa ini untuk
melakukan kegiatan pengumpulan sampah melalui koordinasi RT atau organisasi
kemasyarakatan dan karang taruna disamping adanya peran swasta dalam teknis
operasional penanganan persampahan juga peran swasta dalam pembiayaan.
4. Meminta dan mengharuskan kepada masyarakat yang memiliki toko hendaknya
menyediakan tempat penampungan sampah sementara baik individual atau
kelompok dan pihak pedagang juga menangani pengelolaan seperti sampah
diadakan pemisahan antara sampai organik dan anorganik.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang TPA Kawatuna di kota Palu dapat
disimpulkan bahwa:
1. TPA Kawatuna merupakan salah satu tempat pembuangan sampah yang terbesar
di Kota Palu yang menampung semua hasil buangan atau sampah yang dihasilkan
masyarakat. Tempat pembuangan akhir ini menampung sampah dari Kota Palu
yang setiap harinya diangkut oleh dinas Kebersihan Kota. Sampah yang
dihasilkan ini sangat beragam mulai dari sampah organik, plastik, kertas, dan
lain-lain.
2. Tumpukan sampah di TPA Kawatuna ini telah menyebabkan pencemaran tanah
di sekitar TPA, bahkan sempat terjadi pencemaran oleh gas metan yang
dihasilkan oleh tumpukan sampah tersebut. Hal ini terjadi karena sampah organik
yang menumpuk di dalam gunungan sampah tersebut terurai atau terdegradasi
membentuk gas metan. Gas ini memiliki efek yang besar terhadap efek rumah
kaca yang akan meningkatkan pemansan global karena meningkatnya gas-gas di
atmosfer bumi.
3. Solusi atau upaya yang dapat dilakukan dalam menangani masalah sampah di
TPA Kawtuna adalah, melakuakan metode pembuangan dan penimbunan, metode
daur ulang, melakukan pemulihan energi dan metode penghindaran dan
pengurangan
4. Rekomendasi dalam menangani maupun mengolah sampah di TPA Kawatuna
antara lain, meminta konsultan untuk menangani perencanaan, melibatkan sector
informal dalam mengumpulkan sampah memperdagangkan dan memanfaatkan
barang-barang bekas, melakukan kegiatan pengumpulan sampah melalui
koordinasi RT atau organisasi kemasyarakatan dan karang taruna serta meminta
dan mengharuskan kepada masyarakat yang memiliki toko hendaknya
menyediakan tempat penampungan sampah sementara
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah Penduduk Kota Palu Tahun 2013. Palu.

Campbell Neil. A dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Chen. 2011. Konsep Lingkungan  Hidup. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup,
PPPGT/VEDC.Malang.

Kasmir, M dkk. 2012. Pencemaran Lingkungan pada TPA Kawatuna Palu. Prodi
Pendidikan Kimia Universitas Tadulako. Palu.

Laode, M. 2008. Penataan Ruang dan Pemanasan Global. PT. Global Eco Rescue Indonesia

Manan, S. 1978. Kaidah dan Pengertian Dasar Manajemen Daerah Aliran Sungai, dalam
Manan, S 1998 Hutan Rimbawan dan Masyarakat. IPB Press. Bogor.

Odum. E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1982. Undang-Undang RI No.4 Tahun 1982, Tentang


Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang RI No.23 Tahun 1997, Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.

Soeriatmadja, R.E. 1989. Ilmu Lingkungan. ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai