Oleh :
KARMAMANI
G1B115017
Oleh :
KARMANI
G1B115017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
JUDUL : LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT-PENERAPAN IPTEK
DI DESA TANIPAH KECAMATAN
ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR DAN
LAPORAN MAGANG DI BALAI BENIH IKAN
( BBI) KAMBITIN KECAMATAN TANJUNG
KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
NAMA : KARMANI
NIM : G1B115017
JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
Disetujui Oleh :
TIM PEMBIMBING
Mengetahui :
Dekan, Ketua,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Program Studi Budidaya Peraian
Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat
Ketua, Ketua,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan kegiatan PKM-PI di Desa
Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar dan Laporan Magang Di Balai
Benih Ikan (BBI) Kambitin Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong dengan
waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada bapak Ir. H. Akhmad Murjani, M.S. sebagai
Ketua Tim Pembimbing dan bapak Dr. Ir. H. Muhammad, M.P. sebagai anggota
Tim Pembimbing atas bimbingan serta saran yang diberikan selama penyusunan
laporan kegiatan ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan yang penulis susun masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan laporan kegiatan ini.
Akhir kata, semoga laporan kegiatan ini bermanfaat bagi semua orang
dan bisa berguna sebagaimana mestinya.
Penulis
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT-PENERAPAN IPTEK DI DESA TANIPAH KECAMATAN
ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
BAB I. ANALISIS SITUASI 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan dan Manfaat 3
BAB II. METODE PRAKTIK 5
2.1. Tempat dan Waktu 5
2.2. Bahan dan Alat 5
2.3. Iptek yang Diterapkan Kembangkan 5
2.4. Evaluasi Kegiatan . 6
2.5. Penambahan Probiotik Untuk Memperbaiki Kualitas Air Pada
Kolam Pembesaran Ikan Patin 6
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
3.1. Hasil 10
3.2. Pembahasan 13
BAB IV. PENUTUP 15
4.1. Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1. Alat dan Bahan 5
3.1. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sebelum
Kegiatan 10
3.2. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sesudah
Kegiatan 11
3.3. Rekapitulasi Tingkat Pengetahun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan 11
BAB 1. ANALISIS SITUASI
3.1. Hasil
Hasil data rekapitulasi sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan dimana
10 orang warga Desa Tanipah diberikan 10 pertanyaan dalam sebuah kuisioner
diisi dengan cara pilihan. Pertanyaan yang disajikan yaitu materi penyuluhan
untuk lebih jelas hasil data rekapitulasi sebelum dan sesudah kegiatan
dilaksanakan.
Tabel 3.1. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sebelum Kegiatan
No Nomor pertanyaan
Khalaya
Jumlah
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sasaran
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 6
3 2 1 1 0 1 2 1 0 1 1 10
4 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
5 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7
6 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
7 2 2 1 0 1 0 0 0 0 1 7
8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
9 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3
10 2 2 0 1 1 2 2 1 0 1 12
Jumlah 10 11 6 5 7 10 9 7 6 10
0. 0. 0. 0. 0.
Rerata
1 1.1 6 5 7 1 9 7 0.6 1
3.2. Pembahasan
Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptek (PKM-PI) ini
mahasiswa memberikan pendidikan secara informal berupa penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan ini di lakukan dengan cara memberikan materi dengan bahasa
sederhana sehingga dengan diberikan materi ini wawasan dan minat masyarakat
terbuka tentang penambahan probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam
pembesaran ikan patin untuk mengaplikasikannya dalam sektor perikanan.
Penyampaian penyuluhan tentang penambahan probiotik untuk memperbaiki
kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin, foto-foto pada slide dan pamphlet,
agar masyarakat bida atau cepat menerima materi yang telah diberikan.
Dari hasil rerata tingkat pengetahuan khalayak sasaran sebelum kegiatan
mendapatkan nilai sebanyak 8,1 dan tingkat pengetahuan khalayak sasaran
sesudah kegiatan 28.5 yang man pengetahuan masyarakat bertambah setelah
mendapatkan materi dari penyuluhan tentang penambahan probiotik untuk
memperbaiki kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin. Ini artinya peran
penyuluh sangat penting untuk mendorong warga desa tanipah untuk bergerak
disektor budidaya perikanan. Hal ini juga membuktikan bahwa warga juga
mengikuti perkembangan teknologi, hanya saya beelum adanya praktek nyata
yang bisa menjadi percontohan.
Rekapitulasi jawaban pertanyaan dari 10 pertanyaan dalam kuisioner yang
diberikan, menunjukan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat Desa
Tanipah terhadap hasil penyuluhan hal ini juga dapat di lihat dari Hasil analisis uji
dua pihak dengan uji T menunjukan bahwa normalitas data pengetahuan sebelum
dan sesudah kegiatan dinyatakan berbeda nyata karena T Stat > T sig.
Berdasarkan T test terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah
kegiatan (26,7) dari (6,9). Perubahan tingkat pengetahuan ini cukup besar
disebabkan atas adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan mahasiswa
yang melakukan penyuluhan.
BAB 4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan PKM-PI dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. IPTEK yang dilaksanakan merupakan ilmu yang didapat dari perkuliahan
yakni penambahan probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam
pembesaran ikan patin.
2. Kegiatan praktek Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptik
(PKM-PI) merupakan salah satu daru Tri Darma Perguruan Tinggi dan
merupakan salah satu tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Fakultas
Perikan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Kegiatan
ini dibuat berdasarkan dengan keadaan Desa pada saat survie tempat sebelum
pelaksanaan kegiatan PKM-PI dilaksanakan.
3. Permasalahan perikanan yang ada di desa Tanipah yakni kurangnya
pengetahuan mengenai kualitas perairan
4. Hasil analisis uji dua pihak dengan uji T menunjukan bahwa normalitas data
pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan dinyatakan berbeda nyata karena
T Stat > T sig. Berdasarkan T test terjadi peningkatan pengetahuan sebelum
dan sesudah kegiatan (26,7) dari (6,9)
4.2. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
dan Penerapan Iptik (PKM-PI) di Desa Tanipah ada yang didapat sebagai berikut :
1. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat desa agar
bisa memaksimalkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Penerapan Iptik (PKM-PI).
2. Singkatnya waktu pelaksanaan PKM-PI mengakibatkan program kerja
terbatas hanya bisa mendesmonstrasikan saat penyuluhan dan tidak bisa
terjun langsung kelapangan
DAFTAR PUSTAKA
Elumalai, M. Antunes C., Guihernio L. 2013. Effects of single metals and selected
enzymes of carcinus maens Water, Air. And Soil Pollution. 141 (1-4);
273-280
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Sebelum .189 10 .200 .938 10 .526
Sesudah .232 10 .137 .870 10 .099
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
T-Test
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum & sesudah 10 -.358 .309
Halaman
DAFTARISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTARGAMBAR iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Magang 2
1.3. Metode Magang 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6
BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 12
3.1. Lokasi dan tata letak 12
3.2. Sejarah 12
3.3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja 12
BAB IV. FASILITAS KEGIATAN MAGANG 15
BAB V. KEGIATAN MAGANG 18
5.1. Hasil 18
5.2. Pembahasan 24
BAB VI. PENUTUP 27
6.1. Kesimpulan 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Tata Kerja BBI Kambitin 13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1. Struktur Organisasi BBI Kambitin 13
BAB 1. PENDAHULUAN
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu komoditas ikan air tawar
ekonomis penting. Tempat pemeliharaan ikan patin tidak memerlukan air yang
mengalir. Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya, di antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6
bulan saja ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm. (Khairuman dan
Suhenda, 2002).
Klasifikasi ikan patin menurut Saanin (1984) sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu komoditas ikan air tawar
ekonomis penting. Tempat pemeliharaan ikan patin tidak memerlukan air yang
mengalir. Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya, di antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6
bulan saja ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm. (Khairuman dan
Amri , k. 2002).
Kebiasaan makan ikan patin menurut (Djarijah 2001), ikan patin
membutuhkan sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi
cenderung ke arah karnivora. Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, di alam
makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan moluska.
Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan
daun-daunan yang ada di perairan.
Habitat dan penyebaran ikan patin di alam, penyebaran geografis ikan
patin cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia. Secara alami ikan ini
banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti
Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya
di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan. Bahkan keluarga dekat lele ini
juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau,
Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas. Umumnya, ikan ini ditemukan di
lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam
(Agribisnis dan Aquacultures, 2009). Susanto dan Amri (2002) mengatakan, ikan
patin bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas dimalam hari sebagaimana
umumnya ikan catfish lainnya. Patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di
tepi sungai habitat hidupnya dan termasuk ikan dasar , hal ini bisa dilihat dari
bentuk mulutnya yang agak ke bawah.
2.2.Ikan baung (Mystus nemurus)
adalah salah satu komoditas ikan di perairan umum daratan yang
mempunyai prospek untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba
jaring apung. Ikan ini dapat cepat menyesuaikan diri terhadap pakan buatan
Hardjamulia & Suhenda,(2000). Beberapa penelitian mengenai ikan baung telah
dilakukan, antara lain Samuel et al. (1995) yang meneliti aspek biologi di alam,
dan Hardjamulia & Suhenda (2000) yang mengevaluasi sifat reproduksi dan sifat
gelondongan empat strain ikan baung (Hemibagrus nemurus) di karamba jaring
apung. Muflikhah & Aida, (1996) meneliti pengaruh pakan berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan hasil tangkapan dari alam.
Pada tahun 2008 produksi massal benih ikan baung pada skala lapangan
telah diperoleh di Balai Benih Ikan (BBI) Gandus, Palembang (Suhenda &
Samsudin, 2008). Oleh karena itu, kegiatan harus dilanjutkan dengan usaha
pembesarannya. Hal ini mengingat bahwa konsumsi per kapita per tahun di daerah
Palembang dan sekitarnya relatif tinggi yaitu 28 kg. Selain itu, juga memenuhi
kebutuhan usaha produk olahan pasca panen dengan ikan sebagai bahan baku.
Klasifikasi Klasifikasi ikan baung menurut Kottelat et al. (1993) adalah
sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluridea
Family : Bagridae
Genus : Mystus
Species : Mystus nemurus
Morfologi ikan baung adalah tubuhnya yang memanjang, agak pipih,
kepala ikan besar, sirip lemak di punggung sama panjang dengan sirip dubur,
pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi dan dapat digerakkan serta
daun-daun insang terpisah. Pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang
panjang, sirip punggung pendek, memiliki sepasang patil dan memiliki sirip
punggung tambahan atau sirip lemak. Sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan
dengan sirip punggung maupun sirip dubur. Sirip dubur pendek dan sirip dada
mempunyai jari-jari keras yang sangat kuat serta bergerigi (Kottelat et al, 1993).
Induk betina ikan baung bertubuh lebih pendek dan mempunyai dua buah lubang
kelamin yang bentuknya bulat, sedangkan induk jantan ikan baung bertubuh lebih
panjang dengan satu buah lubang kelamin yang bentuknya panjang (BBPBAT
Sukabumi, 1998).
2.3. Pembenihan Ikan
Perbedaan antara ikan jantan dan betina bisa dilihat pada ukuran
tubuhnya yang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil daripada betina. Menurut
Lagler et al., 1977; Moyle dan Cech (1982) dalam Pulungan (2015) perbedaan
antara jantan dan betina dapat dibedakan pada jenis kelamin dari suatu individu
ikan dapat ditentukan dengan memperhatikan karakteristik seksual yang
dimilikinya. Testis dan ovari ataupun spermatozoa dan telur (ovum) adalah
karakteristik seksual primer pada ikan. Dimorfisme seksual dan dikromatisme
seksual adalah karakteristik seksual sekunder ikan. Karakteristik seksual sekunder
ini ada yang bersifat permanen adan ada juga yang bersifat sementara.
Karakteristik seksual bersifat sementara hanya muncul ketika musim ikan mijah,
biasanya hanya dapat dijumpai pada ikan jantan.
Seleksi induk adalah kegiatan memilih atau memisahkan antara induk
induk yang sudah matang gonad atau matang telur dengan yang belum. Tujuannya
untuk mendapatkan induk-induk yang siap pijah, dimana telur bisa dibuahi dan
spermanya bisa membuahi. Kegiatan ini dilakukan setelah pematangan gonad dan
sebelum pemijahan (Arie, 2009 dalam Maharani 2009).
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan ikan.
Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan sehingga harus
dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
(Sunarma, 2007 dalam Maharani 2009).
TKG (tingkat kematangan gonad) menunjukkan suatu tingkatan
kematangan sexual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase
perkembangkan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina
sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-
10%. Dalam mencapat kematangan gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan.
Secara umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah
selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first
maturity, Lm) bergantung pada pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor
lingkungan. Pembagian tahap kematangan gonad dilakukan dalam dua cara, yakni
analisis laboratorium dan pengamatan visual. Cara yang umum digunakan ialah
metode pengamatan visual berdasarkan ukuran & penampakan gonad, sebagi
catatan metode ini bersifat subyektif. Indikator pembagian tahapan kematangan
gonad. Dengan cara visual ialah: 1. Ukuran gonad dalam menempati rongga
badan (kecil, 1/4 bag, 1/2 bag, 3/4 bag atau penuh) 2. Berat gonad segar
(ditimbang) 3. Penampakan: warna gonad. 4. Penampakan butiran telor (ovari)
untuk ikan betina (opaque,translucens/ripe/gravid) 5. Ada tidaknya pembuluh
darah, dll. Semakin besar ukuran gonad (beratnya makin tinggi), maka semakin
tinggi pula TKG-nya. Nilai TKG juga berbading lurus dengan nilai Gonado
Somatic Index dan Gonad Index ( Hidayat, 2014).
Menurut Prihartono et al. (2000) dalam Kurniawan (2013) pemijahan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a) Pemijahan alami (Natural Spawning) Pemijahan alami dilakukan
dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad,
kemudian dipijahkan secara alami di bak pemijahan dengan pemberian kakaban.
b) Pemijahan buatan Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang
induk dengan penyuntikan hormon perangsang, kemudian dipijahkan secara
buatan. Pemijahan buatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu induced
spawning dan streeping. Pemijahan semi alami (induced spawning) dan streeping
dilakukan setelah penyuntikan terhadap induk betina dengan menggunakan ekstra
pituitary atau hipofisis atau hormon perangsang. (misalnya, ovaprim, ovatide,
Lieutenaizing Hormone Releasing Hormone (LHRH), atau yang lainnya).
Penyuntikan hormon ini cukup satu kali untuk satu masa bertelur.
Penyuntikan ini dilakukan secara intramuskular (melalui otot) pada bagian
punggung. Induced spawning merupakan pemijahan yang dilakukan dalam bak
berukuran 3 m x 4 m dengan ketinggian 1 m. Di dalam bak tersebut dipasangkan
hapa halus, selanjutnya induk jantan dan betina disuntik dimasukan ke dalam hapa
pada sore hari. Dengan cara ini induk akan memijah secara alami. Pemijahan
secara streeping berbeda dengan induced spawning. Induk jantan dan induk betina
pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk
betina siap di streeping (pengerutan perut kearah lubang kelamin), larutan sperma
harus sudah disiapkan terlebih dahulu. Telur yang keluar selanjutnya ditampung
dalam wadah plastik dan pada saat yang bersamaan dimasukan larutan sperma
sambil diaduk sampai rata dengan perlahan dan hati-hati dengan menggunakan
bulu ayam.
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon
untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur
dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Hormon yang digunakan
adalah Ovaprim atau sejenisnya. Standar dosis yang diberikan untuk induk betina
adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk jantan adalah 0,2 ml/kg (bila diperlukan).
Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian
lagi diberikan pada penyuntikan kedua. kelangsungan hidup larva ikan patin
bervariasi mulai dari 10% hingga 65% (Sunarma 2007 dalam Maharani 2009).
3.2. Sejarah
UPT BBI Kambitin diresmikan pada tanggal 16 September 1999
bersamaan dengan di sahkannya Desa Kambitin dan Desa Kambitin Raya sebagai
Desa Pembenihan Ikan oleh Bapak Gubernur Kalimantan Selatan didampingi oleh
Dirjen Perikanan yang saat itu berada pada Departemen Pertanian RI.
4.1. Perkolaman
Perkolaman BBI Kambitin berjumlah 54 buah dengan berbagai bentuk dan
ukuran, konstruksi kolam semi beton dan sebagian kecil kolam tanah dengan
tanah dasar pasir berlumpur. Pembagian kolam terdiri dari kolam penyaringan air,
kolam induk, kolam pendederan, kolam pemijahan, penampungan benih, dan
kolam karantina.
Kolam karantina berjumlah 3 buah kolam dengan ukuran 9m x 3m
digunakan untuk karantina ikan yang sakit. Kolam pendederan berjumlah 13 buah
dengan berbagai ukuran yang terdiri dari kolam pendederan sepat siam, kolam
pendederan papuyu, kolam pendederan gurami, kolam pendederan patin, kolam
pendederan baung, dan kolam pendederan lele. Kolam induk berjumlah 6 buah
dengan berbagai ukuran yang digunakan untuk memelihara induk terdiri dari
kolam induk betutu, kolam induk sepat siam, kolam induk patin, kolam induk lele,
kolam induk tambakan, dan kolam induk baung.
Debit air saluran primer pada musim hujan 278,2 liter/detik dan saluran
sekunder 29,2 liter/detik, hasil perhitungan debit air dapat dilihat pada lampiran 9.
Debit air naik drastis pada saat turun hujan dan menurun pada musim kemarau.
Berdasarkan data sekunder debit air pada musim kemarau menurun hingga 20-30
liter/detik.
4.2. Bangsal (Indoor Hatchery)
BBI Kambitin mempunyai dua buah bangunan Bangsal (indoor hatchery)
masing-masing diberi nama dengan Bangsal Papuyu dan Bangsal Patin.
masing-masing bangsal dikelola oleh seorang koordinator dan beberapa petugas
untuk melakukan pembenihan.
Bangsal Patin berukuran 20m x 8m yang dibagi menjadi 4 ruangan yaitu
ruang utama, ruang penetasan artemia, ruang peralatan, dan ruang pengemasan.
Ruang utama Bangsal Patin memiliki akuarium sebanyak 116 buah dengan ukuran
80cm x 40cm x 40cm ditempatkan pada rak akuarium dengan ukuran 12m x 1m x
1m dan 8m x 1m x 1m. Akurium pada Bangsal Patin digunakan sebagai wadah
penetasan telur dan pemeliharaan larva. Wadah lain yang dimiliki bangsal patin
pada ruang utama adalah bak fiber bundar 8 buah dengan ukuran θ 1,5m t 75cm
yang digunakan sebagai wadah penampungan induk sementara, penampungan
benih sementara, dan pemeliharaan larva.
Sistem aerasi pada bangsal patin didukung oleh blower dengan merk
Yasunaga LW-240 bertekanan 0,02 Mpa, kapasitas 240 l/m, konsumsi daya 250
watt sebanyak 1 buah dan Yasunaga LP-40A bertekanan 0,012 Mpa, kapasitas 43
l/m, konsumsi daya 39 watt sebanyak 4 buah. Ruang penetasan artemia memiliki
wadah berbentuk kerucut dengan ukuran 50cm x 60cm sebanyak 12 corong dan
rak untuk menyimpan kaleng artemia. Ruang peralatan digunakan untuk
menyimpan peralatan pendukung seperti baskom, ember, selang, timbangan,
karung, dan bak sampah, sedangkan ruang pengemasan digunakan untuk proses
pengemasan benih yang akan dikirim.
Komoditas yang dibenihkan pada bangsal patin adalah sepat siam
(Trichogaster pectoralis), betutu (Oxyeleotris marmorata), patin (Pangasius sp),
haruan (Chana striata), gurami (Osphronemus gurami), belut (Monopterus albus),
calon induk nila (Oreochromis niloticus).
Bangsal Papuyu berukuran 10m x 6m yang dibagi menjadi 2 ruangan yaitu
ruang bangsal dan kamar petugas. Bangsal papuyu memiliki akuarium sebanyak
11 buah dengan ukuran 60 cm x 30 cm x 35 cm ditempatkan pada rak akuarium
dengan ukuran 4 m x 1 m x 1 m, bak pelastik dengan ukuran 50 cm x 35 cm x 25
cm sebanyak 13 buah dan ukuran 75 cm x 50 cm x 40cm sebanyak 2 buah.
Akurium dan bak pelastik pada bangsal papuyu digunakan sebagai wadah
pemijahan dan penetasan telur. Wadah lain yaitubak fiber bundar 3 buah dengan
ukuran θ 1,5 m t 90 cm digunakan sebagai tempat pemeliharaan induk ikan
papuyu, bak fiber persegi 2 buah dengan ukuran 100 cm x 80 cm x 70 cm
digunakan sebagai tempat penampungan benih, dan bak semen 2 buah dengan
ukuran 2 m x 2 m x 0,9 m digunakan sebagai wadah penampungan induk.
Komoditas yang dibenihkan pada bangsal papuyu adalah jelawat
(Oxyeleotris marmorata), papuyu (Anabas testudineus), lele (Clarias batracus),
udang galah (Macrobrachium), baung (Mystus nemurus), dan biawan (Helostoma
teminchkii).
4.3. Laboratorium
Laboratorium pada BBI Kambitin berukuran 6 m x 5 m yang digunakan
sebagai tempat penelitian, analisis kualitas air, identifikasi parasit dan penyakit
ikan. Peralatan yang tersedia pada laboratorium BBI Kambitin adalah pH Meter,
Mikroskop, Timbangan digital, Freezer, Termometer, Tabung reaksi, Gelas kimia,
Spuit, Preparat, DO test kit, Cawan petri, Gunting bedah, dan Pisau bedah.
4.4. Aula
Aula pada BBI Kambitin berukuran 8 m x 6 m yang berfungsi sebagai
tempat pertemuan umum dan acara-acara tertentu yang memerlukan ruangan besar
dan tempat melakukan rapat.
4.5. Gudang
Gudang pada BBI Kambitin berukuran 5 m x 5 m yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan pakan dan peralatan pendukung seperti tabung oksigen,
happa, ember, serok, gunting besi, pompa air, anco, karung dan mesin rumput.
4.6. Perkantoran
Perkantoran di BBI Kambitin terdiri dari kantor sekretariat dan kantor
kepala UPT. Sekretariat digunakan oleh tata usaha dan staff administrasi sebagai
ruangan untuk bekerja. Sedangkan kantor kepala UPT digunakan oleh Kepala
UPT BBI Kambitin dalam melaksanakan tugasnya tetapi kegiatan kepala UPT
BBI sering dilakukan di kantor sekertariat untuk kantor kepala sering kosong.
4.7. Mess
Mess yang dibangun di BBI Kambitin awalnya digunakan untuk
penginapan staff, namun saat ini digunakan untuk penginapan selain staff seperti
siswa atau mahasiswa yang magang atau penelitian yang dilaksanakan mahasiswa.
BAB 5. KEGIATAN MAGANG
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pemeliharaa induk
Pemeliharaan calon induk ikan patin diberikan pakan yang tengelam
dengan pemberian teratur agar proses kematangan gonad cepat bertambah sesuai
dangan pendapat menurut Hidayat 2014 TKG (tingkat kematangan gonad)
menunjukkan suatu tingkatan kematangan sexual ikan. Sebagian besar hasil
metabolisme digunakan selama fase perkembangkan gonad. Umumnya
pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh,
sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Dalam mempercepat
kematangan gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan. Secara umum tahap
tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Berat jantan 3 – 4 kg dan betina 6 kg menurut Sularto 2006 dalam
Maharani 2009 Induk yang digunakan adalah induk patin betina berumur minimal
2,5 tahun dengan bobot 2,5 – 3 kg/ekor, sedangkan induk patin jantan berumur
minimal 2 tahun dengan bobot 2 – 2,5 tahun kg/ekor. Ikan patin akan memijah
secara maksimal pada musim hujan. Indukan ikan patin di BBI Kambitin umur
dan beratnya sudah mencapai batas maksimum pemijahan ikan patin.
Pemeliharaan induk patin hanya menggunakan satu kolam yaitu jantan dan
betina digabung satu kolam karena keterbatasan kolam induk, begitu juga dengan
induk ikan baung.
5.2.2. Persiapan Kolam
Persiapan kolam perlakuan ada 3 yaitu pengapuran, pemupukan dan
pengisian air. Pengapuran kolam dilakukan untuk membunuh hama yang ada di
kolam dan meningkatkan pH air kolam sementara pemupukan kolam dilakukan
untuk membuat air kolam subur sebagai sumber makanan pakan alami minimal 1
karung perkolam bersamaan dengan pengisian air kolam yang sumber airnya
berasal dari DAM. Di Balai Benih Ikan (BBI) Kambiting, pemupukan dengan
cara menebar pupuk didasar kolam sementara menurut (Didik Ariyanto, dkk
2012), kolam yang digunakan untuk pemeliharaan larva ikan patin siam adalah
kolam tembok dengan dasar tanah berukuran masing-masing 200 m2. Jumlah
kolam yang digunakan sebanyak 6 unit. Penyiapan kolam dilakukan sesuai
dengan SOP persiapan kolam meliputi pengurasan air, pengangkatan lumpur,
pemberantasan hama menggunakan saponin dengan dosis 200 mg/L, pengapuran
dengan dosis 100 g/m2, pemupukan dengan pupuk organik yang sudah
difermentasi sebanyak 200 g/m2 dan pupuk anorganik urea dengan dosis 3 g/m2
dan TSP dengan dosis 1,5 g/m2 serta pengisian air setinggi 60-80 cm. Pemupukan
dilakukan 5 hari sebelum penebaran larva ikan dilakukan. Cara pembuatan pupuk
organik fermentasi adalah dengan pembuatan larutan aktivator, terdiri atas ¼
sendok makan gula pasir dan 4 mL larutan probiotik yang dicampur dalam 300
mL air. Larutan ini kemudian dicampurkan ke dalam 10 kg pupuk organik dan
diaduk secara merata. Campuran antara larutan aktivator dan pupuk organik
selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup dan disimpan selama 5
hari sebelum diaplikasikan di kolam pemeliharaan ikan.
5.2.3. Seleksi induk
Tahapan berikutnya dari kegiatan pembenihan ikan di BBI Kambitin
adalah seleksi induk. Kegiatan seleksi induk bertujuan untuk memilih induk yang
matang gonad, kondisi tubuh sehat, dan siap untuk dipijahkan. Seleksi induk
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan.
Menurut Abulias (2015) seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan
budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi, apabila seleksi
induk dilakukan dengan benar maka akan diperoleh induk yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya dapat optimal.
5.2.4. Pemijahan
Induk ikan patin hasil seleksi kemudian ditampung pada bak plastik untuk
dilakukan pemijahan secara buatan dengan penyuntikan hormone ovaprim dengan
dosis 0,3 ml/kg. Menurut Syukri (2013) teknik penyuntikan pada ikan dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam otot), intra
peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial (penyuntikan di
kepala). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan
adalah intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting
bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat
keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya.
Sebelum di lakukan penyuntikan ikan di timbang terlebih dahulu untuk
menentukan dosis ovaprim yang akan diberikan. Penyuntikan betina dilakukan 2
kali penyuintikan dengan selang waktu 6-8 jam dari penyuntikan pertama.
Prosedur yang dilakukan di BBI Kambitin jika melebihi 48 jam induk
tidak memijah maka induk tersebut dikembalikan ke kolam. Yurisman (2009)
menyatakan bahwa keberhasilan suatu pemijahan buatan pada umumnya
tergantung pada faktor lingkungan, kesehatan ikan, tingkat kematangan gonad,
pemilihan dan penanganan induk yang baik serta pemilihan jenis hormon dan
dosis yang tepat.
5.2.5. Penetasan telur
Setelah telur ditebar dlam akuarium, lalu pasang aerasi, aerasi berfungsi
untuk menambah oksigen dalam akuarium, telur akan menetas dalam waktu
sekitar 24-36 jam. Telur ikan patin yang sudah dimasukan dalam akuarium di
pasang aerasi, telurnya tidak menetas dengan maksimal, Kelangsungan hidup
larva ikan patin 15 % dari 100 % sementara menurut Sunarma 2007 dalam
Maharani 2009 bervariasi yaitu 10 - 65 % kenapa bisa 15 % dikarenakan ikan
patin dilakukan pemijahan usia ikan patin yang sudah tua
5.2.6. Pemeliharaan Larva
Setelah larva ikan patin siam dan baung menetas, dilakukan penyiponan
telur yang tidak menetas agar tidak mengganggu larva yang sudah menetas dan
untuk membersihkan akuarium. Lakukan pergantian air sekitar setangah akuarium
untuk menjaga agar akuarium tetap bersih. Setelah kuning telur habis, larva ikan
baung sudah bisa diberikan pakan alami berupa artemia.
Setelah larva berumur 15 hari dilakukan pendederan, pendederan
dilakukan pada pagi hari agar ikan tidak gampang stress. Penebaran larva
dilakukan dengan cara aklimatisasi yaitu penyesuaian ikan dengan lingkungan
barunya.
Pemeliharaan larva menurut Lingga & Susanto 1989 dalam Wijayati 2010
pakan alami merupakan pakan yang tepat untuk benih, sehingga kematian yang
tinggi pada benih ikan dapat dicegah dan sintasan pun meningkat ukuran diameter
pakan yang relatif kecil berkisar 150 - 1 mm sehingga benih ikan mudah
memakannya, dan tidak mencemari media pemeliharaan dibandingkan dengan
pakan buatan. Ikan patin siam dan ikan baung pakan alami yang diberikan adalah
artemia sp kemudian diberikan berbentuk tepung dengan merk PF 0 dan PF 100
yang memiliki keunggulan yaitu memicu pertumbuhan dan kesehatan larva,
memiliki nutrisi seimbang dan vitamin lengkap sehingga meminimalkan angka
kematian akibat stress, serta memiliki kandungan protein tinggi diatas 40 %.
5.2.7. Panen
Panen benih dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, setelah kolam
kering benih ditangkap menggunakan serok dan dimasukan pada bak pelastik
untuk kemudian ditampung sampai proses pengemasan. Sebelum pengemasan
benih ikan baung diberok terlebih dahulu selama satu hari bertujuan untuk
mengurangi feses pada ikan yang akan menyebabkan amoniak air meningkat
selama transportasi. Pramono (2002) dalam Kholil & Aini (2014) menjelaskan
pemberokan bertujuan untuk menurunkan aktivitas metabolisme ikan dan
membersihkan sisa-sisa makanan di dalam usus untuk menghindari ikan muntah.
Setelah pemberokan selanjutnya dilakukan pengemasan.
BAB 6. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Kegiatan pembenihan ikan patin siam dan ikan lele dumbo di BBI
Kambitin terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1.. Pemeliharaan induk ikan patin (Pangasius sp) dipelihara dalam 2 buah kolam
diberiakan pakan tenggelam dengan kandungan protein 30%.
2. Persiapan kolam pendederan yang dilakukan 3 hari sebelum pemijahan
dilakukan kemudian diberikan perlakuan pengapuran, pemupukan dan
pengisian air.
3. Seleksi induk ikan patin (Pangasius sp) ikan jantan ukuran tubuh lebih kecil
dan warna mencolok, sedangkan ikan betina ukuran perut besar dan warna
tidak terlalu mencolok.
4. Pemijahan ikan patin (Pangasius sp) dilakukan secara buatan.
5. Pemeliharaan larva dilakukan setelah ikan menetas didalam akuarium, larva
diberi pakan alami yang mengandung nutrisi tinggi dan ukuran pakan sesuai
dengan bukaan mulut larva ikan unutuk ikan patin (Pangasius sp).
6. Panen benih berbeda di cara panen ikan patin (Pangasius sp) ikan di gerek
secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA