Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT-PENERAPAN IPTEK DI DESA TANIPAH KECAMATAN


ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR DAN LAPORAN MAGANG
DIBALAI BENIH IKAN (BBI) KAMBITIN KECAMATAN TANJUNG
KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan


Kegiatan PKM-PI dan Magang
Pada Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
KARMAMANI
G1B115017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT-PENERAPAN IPTEK DI DESA TANIPAH KECAMATAN
ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR DAN LAPORAN MAGANG
DIBALAI BENIH IKAN (BBI) KAMBITIN KECAMATAN TANJUNG
KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan


Kegiatan PKM-PI dan Magang
Pada Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
KARMANI
G1B115017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
JUDUL : LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT-PENERAPAN IPTEK
DI DESA TANIPAH KECAMATAN
ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR DAN
LAPORAN MAGANG DI BALAI BENIH IKAN
( BBI) KAMBITIN KECAMATAN TANJUNG
KABUPATEN TABALONG PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

NAMA : KARMANI
NIM : G1B115017
JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

Disetujui Oleh :

TIM PEMBIMBING

Ir. H. AKHMAD MURJANI, M.S.


(Ketua)

Dr. Ir. H. MUHAMMAD, M.P.


(Anggota)

Mengetahui :

Dekan, Ketua,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Program Studi Budidaya Peraian
Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat
Ketua, Ketua,

Ir. H. PAHMI ANSYARI, M.S. Ir. H. ABDURRAHIM NUR, M.S.


NIP. 19641220 199003 1 002 NIP. 19630101 198903 1 006
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan kegiatan PKM-PI di Desa
Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar dan Laporan Magang Di Balai
Benih Ikan (BBI) Kambitin Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong dengan
waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada bapak Ir. H. Akhmad Murjani, M.S. sebagai
Ketua Tim Pembimbing dan bapak Dr. Ir. H. Muhammad, M.P. sebagai anggota
Tim Pembimbing atas bimbingan serta saran yang diberikan selama penyusunan
laporan kegiatan ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan yang penulis susun masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan laporan kegiatan ini.
Akhir kata, semoga laporan kegiatan ini bermanfaat bagi semua orang
dan bisa berguna sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, Juni 2019

Penulis
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT-PENERAPAN IPTEK DI DESA TANIPAH KECAMATAN
ALUH-ALUH KABUPATEN BANJAR
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
BAB I. ANALISIS SITUASI 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan dan Manfaat 3
BAB II. METODE PRAKTIK 5
2.1. Tempat dan Waktu 5
2.2. Bahan dan Alat 5
2.3. Iptek yang Diterapkan Kembangkan 5
2.4. Evaluasi Kegiatan . 6
2.5. Penambahan Probiotik Untuk Memperbaiki Kualitas Air Pada
Kolam Pembesaran Ikan Patin 6
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
3.1. Hasil 10
3.2. Pembahasan 13
BAB IV. PENUTUP 15
4.1. Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
2.1. Alat dan Bahan 5
3.1. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sebelum
Kegiatan 10
3.2. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sesudah
Kegiatan 11
3.3. Rekapitulasi Tingkat Pengetahun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan 11
BAB 1. ANALISIS SITUASI

1.1. Latar Belakang

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan perguruan tinggi sebagai


lembaga dan masyarakat ilmiah di berbagai negara semula memang lebih
mengutamakan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Selanjutnya perguruan tinggi
juga memiliki orientasi penelitian. Perubahan pemikiran dan perkembangan lebih
lanjut melibatkan kegiatan-kegiatan penerapan ilmu, teknologi, dan seni.
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perguruan tinggi modern lebih
berorientasi pada pelayanan masyarakat. Mudah dikesan bahwa ketiga bidang
kegiatan perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, sesungguhnya saling berkaitan erat satu sama lain. Karena itu,
merupakan keharusan bagi masyarakat perguruan tinggi itu sendiri untuk
menyelaraskan, sehingga saling menunjang satu sama lain agar lebih mampu
mewujudkan visi, misi, dan tujuan dasar perguruan tinggi. Slamet (1985) dalam
Rahardjo (2010) mengemukakan bahwa dorongan dasar sivitas akademika
perguruan tinggi untuk menerapkan atau mengamalkan ilmu, teknologi, dan seni
bagi masyarakat luas adalah keyakinan bahwa ilmu, teknologi, dan seni yang
diamalkan dapat memberikan kebahagiaan bagi manusia.
Secara filosofis, pengertian tentang pengabdian kepada masyarakat dapat
berkembang dan dikembangkan, sesuai dengan persepsi dan tergantung pada
dimensi ruang dan waktu. Koswara (1989) dalam Riduwan (1999) menyatakan
bahwa pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi adalah pengamalan
IPTEK yang dilakukan oleh perguruan tinggi secara melembaga melalui metode
ilmiah langsung kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam upaya
mensukseskan dan mengembangkan pembangunan menuju tercapainya manusia
Indonesia yang maju, adil dan sejahtera. Perguruan tinggi harus menyampaikan
atau menyebarluaskan IPTEK secara langsung kepada masyarakat pengguna
untuk diterapkan dalam rangka memecahkan masalah.Ini berarti bahwa perguruan
tinggi tidak dibenarkan menggunakan perantara. Penyampaian dan
penyebarluasan IPTEK tersebut juga harus dilakukan secara melembaga, dalam
arti bahwa kegiatan tersebut dilakukan oleh, atas nama dan disetujui pimpinan
perguruan tinggi yang bersangkutan. Ini berarti bahwa kegiatan kelompok atau
perorangan yang bukan merupakan program perguruan tinggi, tidak dapat disebut
sebagai kegiatan pengabdian masyarakat oleh perguruan tinggi.
Pembangunan desa perlu terus diupayakan karena secara keseluruhan desa
merupakan landasan bagi ketahanan nasional seluruh rakyat Indonesia.Melalui
pembangunan desa diupayakan agar masyarakat memiliki keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengatasi berbagai masalah dalam
kehidupan (Harni & Suprojo, 2016). Proses prembangunan di pedesaan umumnya
mempunyai hambatan karena berbagai permasalahan yang terjadi seperti
rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat, permodalan
yang lemah, dan tingkat pendidikan yang rendah. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh perguruan tinggi untuk berpartisipasi dalam pembangunan desa
adalah dengan melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat Penerapan IPTEK.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat sebagai
lembaga pendidikan yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
memberikan tugas kepada mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademis
untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Dengan melaksanakan program pengabdian kepada
masyarakat diharapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah dapat
diterapkan di lapangan serta sebagai bahan perbandingan teori dan aplikasinya
secara nyata.Selain itu mahasiswa juga diharapkan mendapat pengalaman dan
keterampilan yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang dipelajari, mempunyai
pengalaman dan pengetahuan praktis untuk dapat meningkatkan pemahaman pada
bidang perikanan.
Pengabdian kepada masyarakat penerapan IPTEK (PKM-PI) dilaksanakan
di Desa Tanipah Kecamatan Aluh-aluh Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan dengan melihat potensi dan aspek permasalahan yang terjadi di
masyarakat pada bidang perikanan budidaya.
Permasalahan secara umum yang ada di Desa Tanipah yaitu desa tersebut
mempunyai sumberdaya alam yang sangat berlimpah, namun belum terkelola
dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal seperti kolam. Kolam-kolam di
Desa Tanipah banyak tidak dipakai lagi kerena pada saat masyarakat melakukan
pembesaran patin, beberapa hari setelah benih ikan patin ditebar mati, sehingga
membuat masyarakat tidak mau lagi melakukan pembesaran ikan patin. jika di
kelola dengan baik kolam tersebut bisa dimanfaatkan sebagai tempat usaha
perikanan.
Mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah sebagai petani, nelayan
dan pedagang/pebisnis (di laut), sedangkan perikanan hanya sedikit peminatnya,
bahkan hampir tidak ada, padahal potensi perikanannya sangat baik dan
menunjang dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengalaman masyarakat
dalam bidang perikanan. Penyebab ini mengakibatkan masyarakat Desa Tanipah
sulit untuk mengembangkan perikanan, karena belum optimalnya penyuluh
perikanan yang melakukan penyuluhan di desa tersebut, maka potensi perikanan
belum terkelola secara maksimal, hal tersebut dipertimbangkan untuk melakukan
penambahan probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam pembesaran
ikan patin.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Penerapan Iptek (PKM-PI) adalah :
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perikanan.
2. Banyaknya lahan yang tidak dimanfaatkan dengan baik untuk perikanan.
Sehingga berdasarkan kedua masalah tersebut perlu dilakukan penyuluhan
tentang penambahan probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam
pembesaran ikan patin
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Penerapan Iptek ini adalah :
1. Menerapkan iptek yang diperoleh dari perkuliahan ke dalam Kegiatan Praktik
Pengabdian Kepada Masyarakat.
2. Melaksanakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu yang ke tiga
yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptek.
3. Mengetahui, memahami dan mempelajari permasalahan yang terjadi di desa,
khususnya di bidang perikanan, serta mencarikan solusinya.
4. Meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan
ilmiah dengan instansi terkait serta masyarakat luas dalam pelaksanaan
pembangunan pedesaan.
Manfaat kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptek
adalah :
1. Terlaksananya misi dan fungsi perguruan tinggi dalam Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dan
penerapan iptek.
2. Memperoleh tambahan pengetahuan, keterampilan dan wawasan baru yang
berguna untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat desa.
3. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa selama terjun
kelapangan serta terwujudnya sikap profesional bagi mahasiswa dalam
melaksanakan tugas kemahasiswaan.
BAB 2. METODE PRAKTIK

2.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktik Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptek


(PKM-PI) akan dilaksanakan dari tanggal 28 Januari - 03 Februari 2019 di Desa
Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
2.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan PKM-PI dapat dilihat pada
Tabel 2.1. sebagai berikut :

Tabel 2.1. Alat dan Bahan


NO Alat dan Bahan Keterangan
1. Laptop Sebagai alat untuk membuat bahan yang
akan di sosialisasikan kepada masyarakat.
Untuk penyampaian materi pembesaran
2. LCD ikan nila dan ikan patin di waduk
menggunakan keramba jarring apung.
Untuk menulis segala pertanyaan dari
3. Buku masyarakat.
Untuk menulis segala pertanyaaan dari
4. Pensil atau Pena masyarakat.

2.3. IPTEK yang diterap kembangkan


Penyuluhan serta uji coba tentang penambahan probiotik untuk
memperbaiki kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin, untuk
mengembangkan suatu usaha perikanan masyarakat Desa Tanipah, serta
mengoptimalkan pemanfaatan kolam-kolam di desa tersebut.
2.3.1. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya dengan
proses pembangunan di tengah–tengah masyarakat sehingga kurikulum, materi
perkuliahan dan pembangunan ilmu pengetahuan yang diasuh di perguruan
tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata dari pembangunan.
2. Memperoleh hasil kegiatan mahasiswa, dapat menelaah dan merumuskan
keadaan/kondisi masyarakat yang berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan serta memperkenalkan tentang dunia perikanan.
3. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instasi terkait
atau departemen melalui kerjasama mahasiswa yang melaksanakan kegiatan.
2.4. Pelaksanan PKM-PI
Pelaksanaan PKM-PI di Desa Tanipah dilaksanakan pada hari jum’at 1
Februari 2019 pukul 14.00 WITA sampai selesai bertempat di Kantor Desa
Tanipah untuk penyampaian materi kepada masyarakat desa tentang penambahan
probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin.
2.5. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan penyuluhan ini merupakan cara sederhana untuk memantau
penilai dan memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan program kerja
mahasiswa tentang penyuluhan ini.
Evaluasi pengetahuan peserta penyuluhan dalam PKM-PI di Desa Tanipah
ini dilaksanakan atas 2 (dua) tahapan yaitu :
1. Evaluasi tahap awal, yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebelum materi
penyuluhan disampaikan (data awal).
2. Evaluasi tahap akhir, yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah penyampaian
materi (data akhir).
Evaluasi dilaksanakan dengan menilai dari hasil jawaban kuisioner yang
diberikan kepada peserta penyuluhan dengan keterangan A (sangat tahu), B
(tahu), C (cukup tahu), D (kurang tahu) dan E (tidak tahu), kuisioer dapat dilihat
pada lampiran 1.
2.6. Penambahan Probiotik Untuk Memperbaiki Kualitas Air Pada Kolam
Pembesaran Ikan Patin
Semua pembudidaya ikan mengharapkan pertumbuhan ikan budidaya
cepat dengan Feed Convertion Ratio yang rendah, sehingga akan menekan
pengeluaran untuk pakan, mempercepat masa panen dan mendapat keuntungan.
Kondisi saat ini harga pakan semakin tinggi, maka keuntungan yang diperoleh
pembudidaya kecil. Berbagai pertimbangan tersebut maka pembudidaya mulai
berpikir untuk tetap menggunakan pakan pabrik tetapi biaya produksi dapat
ditekan sehingga keuntungan yang diperoleh lebih banyak. Probiotik merupakan
mikroba positif yang berperan bagi kehidupan ikan. Probiotik diterapkan untuk
menjaga kualitas air kolam/tambak, mencegah dan mengatasi serangan penyakit
pada ikan, meningkatkan efisiensi pakan, dan meningkatkan produktivitas ikan
sehingga bisa cepat dipanen (Andisan, 2012).
2.5.1. Persiapan kolam
Persiapan kolam pembesaran ikan patin di mulai dengan melakukan
pengeringan kolam. Kolam dikeringkan dan dibiarkan selama 3-7 hari sampai
dasar kolam menjadi retak supaya bibit penyakit dan parasit mati terbunuh. Untuk
keamanan selama pembesaran, kondisi pematang kolam harus diperhatikan
dengan cermat. Setiap ada kebocoran dan bagian-bagian tanggul yang kurang kuat
segera di perbaiki. Keadaan kamalir diusahakan tidak ada mengalami
pendangkalan. Pastikan juga pintu pengeluaran dan pemasukan sudah diberi
saringan yang kokoh.
2.5.2. Pengapuran dan Pemupukan
Pengapuran di perlukan untuk memperbaiki pH tanah dan mematikan bibit
penyakit maupun hama ikan. Pada umumnya, pH yang cocok berkisar antara
6,7-8,6. Pupuk yang diberikan tidak langsung digunakan oleh ikan. Penggunaan
pupuk ini untuk merangsang pakan alami patin seperti Rotifera dan organism air
lainnya dapat tumbuh dikolam. Pupuk yang bias digunakan adalah pupuk organik,
pupuk anorganik maupun pupuk hijau.
2.5.3. Pengisian air
Setelah pemupukan selesai, kolam diairi setinggi 20 cm dan biarkan selama
beberapa hari, tujuannya adalah untuk memberi kesempatan kepada phitoplankton
dan organism air lainnya agar tumbuh dengan baik. Di alam ikan patin menyukai
perairan yang agak dalam sehingga sebelum penebaran kedalaman air kolam
sebaiknya sudah mencapai 1,5 m. Pengisian air sampai mencapai ukuran ini harus
dilakukan secara bertahap agar beban pematang tidak bertambah secara mendadak
2.5.4. Pemakaian Pada Media Air Kolam / Tambak
a. Siramkan larutan probiotik sebanyak 4-6 Liter/Ha dan biarkan
selama 2 minggu
b. Selama masa pertumbuhan udang dan ikan, berikan probiotik
sebanyak 16 liter/Ha
c. Interval waktu pemberian probiotik adalah 1 bulan sekali atau
tergantung pada kondisi air tambak / kolam
2.5.5. Penebaran ikan
Penebaran ikan ke kolam baru dapat dilakukan bila kondisi air kolam
diperkirakan sudah stabil. Artinya, pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan
alami sudah cukup tersedia. Kepadatan penebaran untuk ikan patin yang di
besarkan di dalam kolam secara monokultur adalah 1 ekor/m2 untuk benih
berukuran 100 g/ekor. Kepadatan penebaran ini tergantung pada ukuran benih,
semakin besar benih yang ditebarkan maka semakin jarang kepadatan
penebarannya, demikian pula sebaliknya.
Penebaran ikan diusahakan ketika suhu air rendah yaitu sekitar 25 ̊C. suhu
ini biasanya terjadi pada pagi hari dan sore hari. Agar, lebih aman dilakukan
proses aklimatisasi sebelum ikan di tebarkan sehingga ikan tidak kaget dan
langsung bisa menyesuaikan diri dengan lingkungann yang baru. Cara mudah
proses aklimatisasi ini dengan membiarkan ikan patin keluar dengan sendirinya
dari wadah pengangkutan benih ke air kolam. Proses ini bisa dipercepat dengan
mencampur secara berlahan-lahan air kolam dengan air di wadah pengangkutan.
2.5.6. Pemberian Pakan
Pemberian Pakan pada proses pembesaran patin di kolam sangat mutlak
untuk memacu pertumbuhan. Pakan tambahan itu berupa pellet atau sisa kegiatan
dapur. Jumlah pakan tambahan biasanya 3-4 % dari bobot total ikan/hari.
Pemberian pakan buatan dilakukan 3 sampai 4 kali sehari. Dalam
pelaksanaan nya, pemberian pakan buatan ini baru dihentikan setelah hampir 25%
dari ikan yang ada telah meninggalkan tempat pemberian pakan. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar ikan patin sudah mulai kenyang.
2.5.7. Panen
Pemanenan ikan patin yang dipelihara secara monokultur di kolam lebih
mudah dilakukan karena ikan tidak bercampur dengan ikan jenis lainnya.
Pemanenan dilakukan bila ikan sudah di pelihara di kolam selama enam bulan.
Pada umur ini, ikan patin biasanya sudah mencapai ukuran konsumsi. Semakin
besar ukuran benih yang ditebarkan semakin singkat masa pemeliharaannya.
Pemanenan ikan dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara
perlahan-lahan. Saluran pemasukan air ditutup, sedangkan saluran pengeluaran
yang terletak di dasar kolam dibuka. Dengan demikian permukaan air dalam
kolam akan menurun secara berlahan dan ikan secara naluriah akan berenang
menuju kebagian kolam yang masih mengandung air. Agar ikan tidak ada lolos
maka pada pintu pengeluaran diberi krei bamboo atau saringan.
Untuk menjaga agar ikan tidak setres, penurunan air hendaknya tidak
dilakukan secara tergesa-gesa.khusus pada kolam yang berukura besar, penutupan
saluran pemasukan air dan membukaan saluran pengeluaran air sebaiknya
dilakukan pada sore hari, yaitu sehari sebelum panen dilakukan. Pada keesokan
harinya, pagi-pagi sekali ikan sudah berkumpul di sepanjang kemalir. Ikan ini
kemudian digiring untuk di kumpulkan di bak pengumpulan. Ikan-ikan yang
sudah terkumpul di dalam bak penampungan dapat segera ditangkap dengan
alat-alat penangkap ikan separti serok, waring, dan scoop net . demi keamanan
ikan patin sebaiknya tidak dilakukan secara langsung dengan tangan. Selanjutnya,
ikan hasil panen ditampung di tempat khusus yang ada aliran air nya agar
kodisinya tetap segar.

BAB. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Hasil data rekapitulasi sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan dimana
10 orang warga Desa Tanipah diberikan 10 pertanyaan dalam sebuah kuisioner
diisi dengan cara pilihan. Pertanyaan yang disajikan yaitu materi penyuluhan
untuk lebih jelas hasil data rekapitulasi sebelum dan sesudah kegiatan
dilaksanakan.
Tabel 3.1. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sebelum Kegiatan
No Nomor pertanyaan
Khalaya
Jumlah
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sasaran
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 6
3 2 1 1 0 1 2 1 0 1 1 10
4 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6
5 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7
6 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
7 2 2 1 0 1 0 0 0 0 1 7
8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
9 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3
10 2 2 0 1 1 2 2 1 0 1 12
Jumlah 10 11 6 5 7 10 9 7 6 10  
0. 0. 0. 0. 0.
Rerata
1 1.1 6 5 7 1 9 7 0.6 1  

Rekapitulasi tingkat pengetahuan khalayak sasaran sebelum kegiatan


pertanyaan tertinggi adalah pertanyaan nomor 2 dengan jumlah 11 dan yang
terendah pada pertanyaan nomor 4 dengan jumlah 5. Tingkat pengetahuan
tertinggi khalayak sasaran adalah nomor 6 dengan jumlah 11 sementara terrendah
pada nomor 9 dengan jumlah 3, dapat dilihat pada table 3.1.

Tabel 3.2. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Khalayak Sasaran Sesudah Kegiatan


No Nomor pertanyaan Jumlah
Khalaya
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sasaran
1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 23
2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29
3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 30
4 4 4 3 3 2 3 3 2 2 3 29
5 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 32
6 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 27
7 3 4 3 4 3 3 3 2 3 2 30
8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 30
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29
10 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 26
Jumlah 30 31 28 30 27 27 29 26 28 27  
3. 2. 2. 2. 2.
Rerata
3 1 8 3 7 7 9 2. 6 2.8 2.7  

Rekapitulasi Tingkat pengetahuan khalayak sasaran sesudah kegiatan


pertanyaan tertinggi adalah pertanyaan nomor 1 dan 4 dengan jumlah 30 dan yang
terendah pada pertanyaan nomor 8 dengan jumlah 26. Tingkat pengetahuan
tertinggi khalayak sasaran adalah nomor 5 dengan jumlah 32 sementara terendah
pada nomor 1 dengan jumlah 23, dapat dilihat pada table 3.2.
Tabel 3.3. Rekapitulasi Tingkat Pengetahun Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Sebelum Sesudah D D²
No Khalayakan X y x¹ - y²
1 10 23 -13 169
2 6 29 -23 529
3 10 30 -20 400
4 6 29 -23 529
5 7 32 -25 625
6 11 27 -16 256
7 7 30 -23 529
8 9 30 -21 441
9 3 29 -26 676
10 12 26 -14 196
Jumlah 81 285 -206 4,350
Rerata 8.1 28.5

Rekapitulasi tingkat pengetahuan khalayak sasaran sebelum mendapatkan


nilai rerata 8.1 dan rekapitulasi tingkat pengetahuan khalayak sasaran sesudah
mendapatkan nilai rerata 28.5, dapat dilihat pada table 3.3.
Analisi uji t untuk tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan dengan taraf kepercayaan 95% = a 0,05 dengan H₀ (tidak berbeda
nyata terhadap sebelum dan sesudah penyuluhan) dan H₁ (berbeda nyata terhadap
sebelum dan sesudah penyuluhan).
Menurut hasil perhitungan analisis data, penyuluhan yang dilakukan di
Desa Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh dapat memberi pengaruh kepada masyarakat
dari yang tadi nya kurang mengetahui tentang penambahan probiotik untuk
memperbaiki kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin menjadi lebih tahu.

3.2. Pembahasan
Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptek (PKM-PI) ini
mahasiswa memberikan pendidikan secara informal berupa penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan ini di lakukan dengan cara memberikan materi dengan bahasa
sederhana sehingga dengan diberikan materi ini wawasan dan minat masyarakat
terbuka tentang penambahan probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam
pembesaran ikan patin untuk mengaplikasikannya dalam sektor perikanan.
Penyampaian penyuluhan tentang penambahan probiotik untuk memperbaiki
kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin, foto-foto pada slide dan pamphlet,
agar masyarakat bida atau cepat menerima materi yang telah diberikan.
Dari hasil rerata tingkat pengetahuan khalayak sasaran sebelum kegiatan
mendapatkan nilai sebanyak 8,1 dan tingkat pengetahuan khalayak sasaran
sesudah kegiatan 28.5 yang man pengetahuan masyarakat bertambah setelah
mendapatkan materi dari penyuluhan tentang penambahan probiotik untuk
memperbaiki kualitas air pada kolam pembesaran ikan patin. Ini artinya peran
penyuluh sangat penting untuk mendorong warga desa tanipah untuk bergerak
disektor budidaya perikanan. Hal ini juga membuktikan bahwa warga juga
mengikuti perkembangan teknologi, hanya saya beelum adanya praktek nyata
yang bisa menjadi percontohan.
Rekapitulasi jawaban pertanyaan dari 10 pertanyaan dalam kuisioner yang
diberikan, menunjukan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat Desa
Tanipah terhadap hasil penyuluhan hal ini juga dapat di lihat dari Hasil analisis uji
dua pihak dengan uji T menunjukan bahwa normalitas data pengetahuan sebelum
dan sesudah kegiatan dinyatakan berbeda nyata karena T Stat > T sig.
Berdasarkan T test terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah
kegiatan (26,7) dari (6,9). Perubahan tingkat pengetahuan ini cukup besar
disebabkan atas adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan mahasiswa
yang melakukan penyuluhan.
BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan PKM-PI dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. IPTEK yang dilaksanakan merupakan ilmu yang didapat dari perkuliahan
yakni penambahan probiotik untuk memperbaiki kualitas air pada kolam
pembesaran ikan patin.
2. Kegiatan praktek Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penerapan Iptik
(PKM-PI) merupakan salah satu daru Tri Darma Perguruan Tinggi dan
merupakan salah satu tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Fakultas
Perikan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Kegiatan
ini dibuat berdasarkan dengan keadaan Desa pada saat survie tempat sebelum
pelaksanaan kegiatan PKM-PI dilaksanakan.
3. Permasalahan perikanan yang ada di desa Tanipah yakni kurangnya
pengetahuan mengenai kualitas perairan
4. Hasil analisis uji dua pihak dengan uji T menunjukan bahwa normalitas data
pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan dinyatakan berbeda nyata karena
T Stat > T sig. Berdasarkan T test terjadi peningkatan pengetahuan sebelum
dan sesudah kegiatan (26,7) dari (6,9)
4.2. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
dan Penerapan Iptik (PKM-PI) di Desa Tanipah ada yang didapat sebagai berikut :
1. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat desa agar
bisa memaksimalkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Penerapan Iptik (PKM-PI).
2. Singkatnya waktu pelaksanaan PKM-PI mengakibatkan program kerja
terbatas hanya bisa mendesmonstrasikan saat penyuluhan dan tidak bisa
terjun langsung kelapangan

DAFTAR PUSTAKA

Andisan. 2012. budidaya gurame sistem probiotik. https://andisan13.word


press.com/2012/07/11/budidaya-gurame-sistem-probiotik/.
(Diakses 25 april 2015).

Elumalai, M. Antunes C., Guihernio L. 2013. Effects of single metals and selected
enzymes of carcinus maens Water, Air. And Soil Pollution. 141 (1-4);
273-280

Hapsari, A. N. 2000. Efektifitas Penambahan Probiotik Komersil Terhadap


Perubahan Kualitas Air, Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan
Nila. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Hlm 1-53.
Harni, W. & Suprojo, A., 2016. Efektivitas Kinerja Kepala Desa Dalam
Mewujudkan Visi Misi Pembangunan Desa. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 5(3), pp. 85-88. [Online] Tersedia di: https://goo.gl/E93p81
[Diakses 22 Februari 2018].
Menwar, Shofil Fuad and Mardiningsih, Dyah and Gayatri, Siwi. 2011. Pengaruh
Media Booklet terhadap Tingkat Pengetahuan Peternak Ayam Kampung
tentang Pemeliharaan secara Intensif di Desa Jatirejo Kecamatan Gunung
Pati Kota Semarang. (The Effect of Booklet on the Improvement of
Famers’ Knowledge about the Indegenous Chicken Farm Management in
Jatirejo Village Gunung Pati Sub distriet Semarang City. Undergraduate
thesis, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip. [Online] Tersedia di
http://eprints.undip.ac.id/54704/ [Diakses 21 September 2018].

Rahardjo, M., 2010. Sejarah Sosial Pengabdian kepada Masyarakat. [Online]


Tersedia di: https://goo.gl/apT5eY[Diakses 10 Februari 2018].
Riduwan, A., 1999. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh
Perguruan Tinggi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, III(2), pp. 95-106.
[Online] Tersedia di: https://ejournal.stiesia.ac.id/ekuitas/article/viewFile/
l1886/1764 [Diakses 10 Februari 2018].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengujian Normalitis Data dan Pengujian T-Hitung
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Sebelum .189 10 .200 .938 10 .526
Sesudah .232 10 .137 .870 10 .099
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

T-Test
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Sebelum 6.9000 10 2.51440 .79512
Sesudah 26.7000 10 2.75076 .86987

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum & sesudah 10 -.358 .309

Paired Samples Test


Sig.
(2-tail
Paired Differences t df ed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper
Pair 1 sebelum -
-1.98000E1 4.34102 1.37275 -22.90538 -16.69462 -14.424 9 .000
sesudah

Gambar 1. Peta Desa Tanipah Kecamatan Aluh-aluh Kabupaten Banjar Provinsi


Kalimantan Selatan
Gambar 2. Diskusi Tentang Desa Tanipah

Gambar 3. Foto Bersama Masyarakat Sesudah Kegiatan Penyuluhan


Gambar 4. Silaturahmi dengan Tokoh Masyarakat Sekaligus bertanya tentang
Desa Tanipah

Gambar 5. Membantu warga membentang tali rengge


Gambar 6. Penyerahan Kenang-kenangan
LAPORAN KEGIATAN
MAGANG DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KAMBITIN
KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN TABALONG
PROVNSI KALIMANTAN SELATAN
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTARISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTARGAMBAR iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Magang 2
1.3. Metode Magang 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6
BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 12
3.1. Lokasi dan tata letak 12
3.2. Sejarah 12
3.3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja 12
BAB IV. FASILITAS KEGIATAN MAGANG 15
BAB V. KEGIATAN MAGANG 18
5.1. Hasil 18
5.2. Pembahasan 24
BAB VI. PENUTUP 27
6.1. Kesimpulan 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
3.1. Tata Kerja BBI Kambitin 13
DAFTAR GAMBAR

Halaman
3.1. Struktur Organisasi BBI Kambitin 13
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program magang merupakan suatu proses belajar atau praktik langsung
bagi mahasiswa untuk menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan dan etika
pergaulan khususnya pada lingkungan kerja nyata, serta sebelum mahasiswa
tersebut memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Dengan demikian diharapkan
setelah mahasiswa lulus bukan hanya menguasai ilmu perikanan di dunia nyata
dengan baik, namun bermanfaat bagi dirinya di mana tempat mahasiswa tersebut
bekerja nantinya. Magang adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran yang lebih komprehensif untuk mengetahui dunia kerja bagi para
mahasiswa, sekaligus memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan teori dan
praktik.
Pendidikan di perguruan tinggi masih berbentuk teori dan latihan kerja
dalam skala kecil dengan frekuensi yang relatif sedikit. Untuk dapat terjun
langsung di dunia masyarakat tidak hanya dibutuhkan pendidikan formal yang
tinggi dengan nilai memuaskan, namun diperlukan juga keterampilan dan
pengalaman pendukung untuk lebih mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan
keahlian yang dimiliki serta tuntutan dunia atau pasar kerja serta menambah
wawasan yang lebih luas kepada mahasiswa (Purwandari, 2009).
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk keterampilan dan
kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan di
perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktik dalam skala
kecil dengan intensitas yang terbatas. Melalui pendidikan dapat dipahami dan
dipecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa
perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instansi atau lembaga
dengan program pendidikan yang diikuti. Setelah lepas dari ikatan akademik di
perguruan tinggi yang bersangkutan, mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan
pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan dan masa pelatihan
kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia kerja yang sebenarnya (Qolbiyah,
2015).
Salah satu program yang dapat ditempuh adalah magang. Program magang
merupakan suatu proses belajar atau praktik langsung bagi mahasiswa untuk
menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan etika pergaulan khususnya
pada lingkungan kerja nyata bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang
sebenarnya.
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat mewajibkan magang kepada mahasiswa yang
telah memenuhi persyaratan akademis yaitu meyelesaikan minimal 122 SKS.
Salah satu tempat yang dipilih untuk melaksanakan magang adalah Balai Benih
Ikan (BBI) kambitin yang terdapat di Desa Kambitin Kecamatan Tanjung
Kabuaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.
Tempat magang di Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin kerena, Balai Benih
Ikan (BBI) Kambitin adalah sarana milik Pemerintah Kabupaten Tabalong yang
bertugas melaksanakan penerapan teknik pembenihan ikan air tawar lokal. Sarana
untuk menghasilkan induk ikan, benih yang bemutu, dan dapat menjamin jumlah
serta mutu benih yang dihasilkan oleh BBI Kambitin dibangun diatas tanah 5 Ha
yang terletak di Desa Kambitin Kecamatan Tanjung. Salah satu komoditas
unggulan BBI Kambitin adalah ikan Tambakan dengan nama lokal ikan Biawan.
BBI Kambitin sudah berhasil melakukan pembenihan ikan tambakan secara semi
buatan, sehingga dengan melaksanakan magang di BBI Kambitin diharapkan
mahasiswa mendapatkan wawasan dan keterampilan baru dalam melakukan
pembenihan ikan Tambakan.
Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam menjalani pekerjaan yang
sesungguhnya. Mahasiswa juga dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan serta keahlian dalam bekerja.
1.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan magang adalah
sebagai berikut:
1. Mempelajari prosedur kerja dan kegiatan yang dilakukan di Balai Benih Ikan
(BBI) Kambitin.
2. Mengaplikasikan teori yang diperoleh dari kegiatan perkuliahan ke bidang
kerja.
3. Membuka wawasan mahasiswa agar lebih mengenal dunia kerja.
4. Membekali mahasiswa agar lebih terampil dalam bidang budidaya perairan
khususnya pembenihan.
5. Meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan
ilmiah dengan instansi pemerintahan.

1.3. Metode Magang


Kegiatan Magang Program Studi Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dilaksanakan mulai tanggal
24 Febuari 2019 sampai 29 Maret 2019. Dengan jam kerja menyesuaikan dengan
kebijakan perusahaan. Bertempat di BBI Kambitin Kecamatan Tanjung
Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data kegiatan magang di BBI
Kambitin adalah metode partisipasi, observasi, wawancara, dan deskriptif.
Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu
kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam
segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan
tanggungjawab atas segala keterlibatan . Dalam metode ini mahasiswa langsung
turun kelapangan untuk melakukan kegiatan pembenihaan dengan bantuan
pembimbing lapangan yang memberikan arahan sehingga dapat meningkatkan
wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang didapat
dibangku perkuliahan.
Bersamaan dengan partisipasi mahasiswa juga dapat melakukan observasi.
Menurut Hadi dan Nurkancana dalam Syamsul Hamimatussa’adah (2013)
observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung
maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati. Teknis pengumpulan
data dengan menggunakan metode observasi dilakukan dengan melihat lokasi
secara langsung dan mencatat serta mendokumentasikan segala hasil pengamatan
dari Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin.
Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan
responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan
bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias dan
maksimum efisiensi (Singh, 2002).
Menurut Lincoln and guba dalam sugiyono, 2011:322, mengemukakan ada
enam langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3. Mengawali atau membuka alur wawancara.
4. Menginformasikan iktisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5. Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan.
6. Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
Sebelum melalukan wawancara sebaiknya harus membuat daftar
pertanyaan/kuesioner. Daftar pertanyaan/kuesioner dapat dilihat pada lampran 3.2.
Menurut Sugiyono, (2010) pengertian metode deskriptif yaitu metode
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel
mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah
variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen, karena kalau variabel
independen selalu dipasangkan dengan variabel dependen). Jadi dalam penelitian
ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan
mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Menurut Nazir (2011) dalam Efendi (2016), metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompokmanusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, atau sutu peristiwa pada masa sekarang.
Analisis data adalah menguraikan bentuk data menjadi hal yang sederhana
dan mudah dipahami. Data dianalisis dengan membuat tabulasi sederhana dan
deskriptif untuk memberikan gambaran atau interpretasi hasil magang sesuai
dengan kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian di buat Laporan Kegiatan
magang dengan mengacu kerangka laporan magang seperti pada lampiran 2.
Data Hasil magang dengan partisipatif dan pencatan langsung terhadap
data data dilapangan yang telah di dapatkan Hasil Pencatatan data yang diperoleh
di lapangan hasil magang di catat dalam catatan harian seperti pada lampiran 3.
analisis data adalah proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2014).
BAB. 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ikan Patin (Pangasius sp.)

Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu komoditas ikan air tawar
ekonomis penting. Tempat pemeliharaan ikan patin tidak memerlukan air yang
mengalir. Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya, di antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6
bulan saja ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm. (Khairuman dan
Suhenda, 2002).
Klasifikasi ikan patin menurut Saanin (1984) sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu komoditas ikan air tawar
ekonomis penting. Tempat pemeliharaan ikan patin tidak memerlukan air yang
mengalir. Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ikan air tawar
lainnya, di antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6
bulan saja ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm. (Khairuman dan
Amri , k. 2002).
Kebiasaan makan ikan patin menurut (Djarijah 2001), ikan patin
membutuhkan sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi
cenderung ke arah karnivora. Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, di alam
makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan moluska.
Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan
daun-daunan yang ada di perairan.
Habitat dan penyebaran ikan patin di alam, penyebaran geografis ikan
patin cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia. Secara alami ikan ini
banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti
Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya
di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan. Bahkan keluarga dekat lele ini
juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau,
Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas. Umumnya, ikan ini ditemukan di
lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam
(Agribisnis dan Aquacultures, 2009). Susanto dan Amri (2002) mengatakan, ikan
patin bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas dimalam hari sebagaimana
umumnya ikan catfish lainnya. Patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di
tepi sungai habitat hidupnya dan termasuk ikan dasar , hal ini bisa dilihat dari
bentuk mulutnya yang agak ke bawah.
2.2.Ikan baung (Mystus nemurus)
adalah salah satu komoditas ikan di perairan umum daratan yang
mempunyai prospek untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba
jaring apung. Ikan ini dapat cepat menyesuaikan diri terhadap pakan buatan
Hardjamulia & Suhenda,(2000). Beberapa penelitian mengenai ikan baung telah
dilakukan, antara lain Samuel et al. (1995) yang meneliti aspek biologi di alam,
dan Hardjamulia & Suhenda (2000) yang mengevaluasi sifat reproduksi dan sifat
gelondongan empat strain ikan baung (Hemibagrus nemurus) di karamba jaring
apung. Muflikhah & Aida, (1996) meneliti pengaruh pakan berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan hasil tangkapan dari alam.
Pada tahun 2008 produksi massal benih ikan baung pada skala lapangan
telah diperoleh di Balai Benih Ikan (BBI) Gandus, Palembang (Suhenda &
Samsudin, 2008). Oleh karena itu, kegiatan harus dilanjutkan dengan usaha
pembesarannya. Hal ini mengingat bahwa konsumsi per kapita per tahun di daerah
Palembang dan sekitarnya relatif tinggi yaitu 28 kg. Selain itu, juga memenuhi
kebutuhan usaha produk olahan pasca panen dengan ikan sebagai bahan baku.
Klasifikasi Klasifikasi ikan baung menurut Kottelat et al. (1993) adalah
sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluridea
Family : Bagridae
Genus : Mystus
Species : Mystus nemurus
Morfologi ikan baung adalah tubuhnya yang memanjang, agak pipih,
kepala ikan besar, sirip lemak di punggung sama panjang dengan sirip dubur,
pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi dan dapat digerakkan serta
daun-daun insang terpisah. Pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang
panjang, sirip punggung pendek, memiliki sepasang patil dan memiliki sirip
punggung tambahan atau sirip lemak. Sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan
dengan sirip punggung maupun sirip dubur. Sirip dubur pendek dan sirip dada
mempunyai jari-jari keras yang sangat kuat serta bergerigi (Kottelat et al, 1993).
Induk betina ikan baung bertubuh lebih pendek dan mempunyai dua buah lubang
kelamin yang bentuknya bulat, sedangkan induk jantan ikan baung bertubuh lebih
panjang dengan satu buah lubang kelamin yang bentuknya panjang (BBPBAT
Sukabumi, 1998).
2.3. Pembenihan Ikan
Perbedaan antara ikan jantan dan betina bisa dilihat pada ukuran
tubuhnya yang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil daripada betina. Menurut
Lagler et al., 1977; Moyle dan Cech (1982) dalam Pulungan (2015) perbedaan
antara jantan dan betina dapat dibedakan pada jenis kelamin dari suatu individu
ikan dapat ditentukan dengan memperhatikan karakteristik seksual yang
dimilikinya. Testis dan ovari ataupun spermatozoa dan telur (ovum) adalah
karakteristik seksual primer pada ikan. Dimorfisme seksual dan dikromatisme
seksual adalah karakteristik seksual sekunder ikan. Karakteristik seksual sekunder
ini ada yang bersifat permanen adan ada juga yang bersifat sementara.
Karakteristik seksual bersifat sementara hanya muncul ketika musim ikan mijah,
biasanya hanya dapat dijumpai pada ikan jantan.
Seleksi induk adalah kegiatan memilih atau memisahkan antara induk
induk yang sudah matang gonad atau matang telur dengan yang belum. Tujuannya
untuk mendapatkan induk-induk yang siap pijah, dimana telur bisa dibuahi dan
spermanya bisa membuahi. Kegiatan ini dilakukan setelah pematangan gonad dan
sebelum pemijahan (Arie, 2009 dalam Maharani 2009).
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan ikan.
Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan sehingga harus
dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
(Sunarma, 2007 dalam Maharani 2009).
TKG (tingkat kematangan gonad) menunjukkan suatu tingkatan
kematangan sexual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase
perkembangkan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina
sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-
10%. Dalam mencapat kematangan gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan.
Secara umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah
selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first
maturity, Lm) bergantung pada pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor
lingkungan. Pembagian tahap kematangan gonad dilakukan dalam dua cara, yakni
analisis laboratorium dan pengamatan visual. Cara yang umum digunakan ialah
metode pengamatan visual berdasarkan ukuran & penampakan gonad, sebagi
catatan metode ini bersifat subyektif. Indikator pembagian tahapan kematangan
gonad. Dengan cara visual ialah: 1. Ukuran gonad dalam menempati rongga
badan (kecil, 1/4 bag, 1/2 bag, 3/4 bag atau penuh) 2. Berat gonad segar
(ditimbang) 3. Penampakan: warna gonad. 4. Penampakan butiran telor (ovari)
untuk ikan betina (opaque,translucens/ripe/gravid) 5. Ada tidaknya pembuluh
darah, dll. Semakin besar ukuran gonad (beratnya makin tinggi), maka semakin
tinggi pula TKG-nya. Nilai TKG juga berbading lurus dengan nilai Gonado
Somatic Index dan Gonad Index ( Hidayat, 2014).
Menurut Prihartono et al. (2000) dalam Kurniawan (2013) pemijahan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a) Pemijahan alami (Natural Spawning) Pemijahan alami dilakukan
dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad,
kemudian dipijahkan secara alami di bak pemijahan dengan pemberian kakaban.
b) Pemijahan buatan Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang
induk dengan penyuntikan hormon perangsang, kemudian dipijahkan secara
buatan. Pemijahan buatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu induced
spawning dan streeping. Pemijahan semi alami (induced spawning) dan streeping
dilakukan setelah penyuntikan terhadap induk betina dengan menggunakan ekstra
pituitary atau hipofisis atau hormon perangsang. (misalnya, ovaprim, ovatide,
Lieutenaizing Hormone Releasing Hormone (LHRH), atau yang lainnya).
Penyuntikan hormon ini cukup satu kali untuk satu masa bertelur.
Penyuntikan ini dilakukan secara intramuskular (melalui otot) pada bagian
punggung. Induced spawning merupakan pemijahan yang dilakukan dalam bak
berukuran 3 m x 4 m dengan ketinggian 1 m. Di dalam bak tersebut dipasangkan
hapa halus, selanjutnya induk jantan dan betina disuntik dimasukan ke dalam hapa
pada sore hari. Dengan cara ini induk akan memijah secara alami. Pemijahan
secara streeping berbeda dengan induced spawning. Induk jantan dan induk betina
pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk
betina siap di streeping (pengerutan perut kearah lubang kelamin), larutan sperma
harus sudah disiapkan terlebih dahulu. Telur yang keluar selanjutnya ditampung
dalam wadah plastik dan pada saat yang bersamaan dimasukan larutan sperma
sambil diaduk sampai rata dengan perlahan dan hati-hati dengan menggunakan
bulu ayam.
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon
untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur
dan pembuahan dengan mencampur sperma dan telur. Hormon yang digunakan
adalah Ovaprim atau sejenisnya. Standar dosis yang diberikan untuk induk betina
adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk jantan adalah 0,2 ml/kg (bila diperlukan).
Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian
lagi diberikan pada penyuntikan kedua. kelangsungan hidup larva ikan patin
bervariasi mulai dari 10% hingga 65% (Sunarma 2007 dalam Maharani 2009).

BAB 3. KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG


3.1. Lokasi dan Tata Letak
Secara geografis Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin terletak di Desa
Kambitin Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. Jarak tempuh dari Ibukota
Kabupaten sejauh 15 Km dan dari Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan 240 Km.
Secara keseluruhan mempunyai luas areal 6,25 Ha dengan jumlah unit kolam 54
buah.
Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin terletak pada ketinggian 41 meter diatas
permukaan laut. Lokasi tersebut berada di tepi saluran primer irigasi (check dam)
dari air pegunungan. ≠Sedangkan batas-batas wilayah BBI Kambitin adalah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Tengah

- Sebelah Selatan : Kelurahan Hikun

- Sebelah Barat : Kelurahan Jangkung

- Sebelah Timur : Desa Kambitin Raya

Perkolaman BBI Kambitin mendapatkan sumber air dari rawa yang


dibendung kemudian disalurkan ke irigasi kemudian dari irigasi ke saluran
sekunder dan langsung dibagikan secara paralel menggunakan pipa pada bagian
pemasukan setiap kolam.

3.2. Sejarah
UPT BBI Kambitin diresmikan pada tanggal 16 September 1999
bersamaan dengan di sahkannya Desa Kambitin dan Desa Kambitin Raya sebagai
Desa Pembenihan Ikan oleh Bapak Gubernur Kalimantan Selatan didampingi oleh
Dirjen Perikanan yang saat itu berada pada Departemen Pertanian RI.

3.3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja


Secara struktural Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin dipimpin oleh seorang
kepala UPT, tenaga administrasi tergabung dalam bagian petugas tata usaha,
sedangkan tenaga teknis tergabung dalam jabatan fungsional. Berdasarkan
peraturan daerah kabupaten Tabalong nomor 10 tahun 2007 tanggal 21 November
10 2007 struktur organisasi UPTD Balai Benih Ikan Kambitin dapat dilihat pada
gambar 3.1 dan tata kerjanya dapat dilihat pada tabel 3.1.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi BBI Kambitin

Tabel 3.1. Tata Kerja BBI Kambitin

Nama Jabatan Komoditas


Elzan Fiqri, S.Pi Kepala UPTD -
Agustian Rizani, S.Pi Tata Usaha -
Wahyuni, S.Pi Staf Administrasi -
Marliyani Staf Administrasi -
Akhmad Jayadi Koordinator Indoor Patin Sepat Siam, Koi dan
Udang Galah
Sarpani Petugas Lapangan Patin dan Haruan
Samiran Petugas Lapangan Gurami
Pras Gilang Petugas Lapangan Calon Induk Nila
Pramadhan, ST
Wahyudi Koordinat Indoor Papuyu Papuyu Jelawat, dan Lele
Nasratun Abdah S.Pi Petugas Lab Dhapnia dan Bioplok
Anugrah Hasriani S.Pi Petugas Lapangan Belut dan Bakut
Abdurrahman Petugas Lapangan Baung dan Tambakan
Tumiran Petugas Keamanan -
BAB 4. FASILITAS KEGIATAN MAGANG

4.1. Perkolaman
Perkolaman BBI Kambitin berjumlah 54 buah dengan berbagai bentuk dan
ukuran, konstruksi kolam semi beton dan sebagian kecil kolam tanah dengan
tanah dasar pasir berlumpur. Pembagian kolam terdiri dari kolam penyaringan air,
kolam induk, kolam pendederan, kolam pemijahan, penampungan benih, dan
kolam karantina.
Kolam karantina berjumlah 3 buah kolam dengan ukuran 9m x 3m
digunakan untuk karantina ikan yang sakit. Kolam pendederan berjumlah 13 buah
dengan berbagai ukuran yang terdiri dari kolam pendederan sepat siam, kolam
pendederan papuyu, kolam pendederan gurami, kolam pendederan patin, kolam
pendederan baung, dan kolam pendederan lele. Kolam induk berjumlah 6 buah
dengan berbagai ukuran yang digunakan untuk memelihara induk terdiri dari
kolam induk betutu, kolam induk sepat siam, kolam induk patin, kolam induk lele,
kolam induk tambakan, dan kolam induk baung.
Debit air saluran primer pada musim hujan 278,2 liter/detik dan saluran
sekunder 29,2 liter/detik, hasil perhitungan debit air dapat dilihat pada lampiran 9.
Debit air naik drastis pada saat turun hujan dan menurun pada musim kemarau.
Berdasarkan data sekunder debit air pada musim kemarau menurun hingga 20-30
liter/detik.
4.2. Bangsal (Indoor Hatchery)
BBI Kambitin mempunyai dua buah bangunan Bangsal (indoor hatchery)
masing-masing diberi nama dengan Bangsal Papuyu dan Bangsal Patin.
masing-masing bangsal dikelola oleh seorang koordinator dan beberapa petugas
untuk melakukan pembenihan.
Bangsal Patin berukuran 20m x 8m yang dibagi menjadi 4 ruangan yaitu
ruang utama, ruang penetasan artemia, ruang peralatan, dan ruang pengemasan.
Ruang utama Bangsal Patin memiliki akuarium sebanyak 116 buah dengan ukuran
80cm x 40cm x 40cm ditempatkan pada rak akuarium dengan ukuran 12m x 1m x
1m dan 8m x 1m x 1m. Akurium pada Bangsal Patin digunakan sebagai wadah
penetasan telur dan pemeliharaan larva. Wadah lain yang dimiliki bangsal patin
pada ruang utama adalah bak fiber bundar 8 buah dengan ukuran θ 1,5m t 75cm
yang digunakan sebagai wadah penampungan induk sementara, penampungan
benih sementara, dan pemeliharaan larva.
Sistem aerasi pada bangsal patin didukung oleh blower dengan merk
Yasunaga LW-240 bertekanan 0,02 Mpa, kapasitas 240 l/m, konsumsi daya 250
watt sebanyak 1 buah dan Yasunaga LP-40A bertekanan 0,012 Mpa, kapasitas 43
l/m, konsumsi daya 39 watt sebanyak 4 buah. Ruang penetasan artemia memiliki
wadah berbentuk kerucut dengan ukuran 50cm x 60cm sebanyak 12 corong dan
rak untuk menyimpan kaleng artemia. Ruang peralatan digunakan untuk
menyimpan peralatan pendukung seperti baskom, ember, selang, timbangan,
karung, dan bak sampah, sedangkan ruang pengemasan digunakan untuk proses
pengemasan benih yang akan dikirim.
Komoditas yang dibenihkan pada bangsal patin adalah sepat siam
(Trichogaster pectoralis), betutu (Oxyeleotris marmorata), patin (Pangasius sp),
haruan (Chana striata), gurami (Osphronemus gurami), belut (Monopterus albus),
calon induk nila (Oreochromis niloticus).
Bangsal Papuyu berukuran 10m x 6m yang dibagi menjadi 2 ruangan yaitu
ruang bangsal dan kamar petugas. Bangsal papuyu memiliki akuarium sebanyak
11 buah dengan ukuran 60 cm x 30 cm x 35 cm ditempatkan pada rak akuarium
dengan ukuran 4 m x 1 m x 1 m, bak pelastik dengan ukuran 50 cm x 35 cm x 25
cm sebanyak 13 buah dan ukuran 75 cm x 50 cm x 40cm sebanyak 2 buah.
Akurium dan bak pelastik pada bangsal papuyu digunakan sebagai wadah
pemijahan dan penetasan telur. Wadah lain yaitubak fiber bundar 3 buah dengan
ukuran θ 1,5 m t 90 cm digunakan sebagai tempat pemeliharaan induk ikan
papuyu, bak fiber persegi 2 buah dengan ukuran 100 cm x 80 cm x 70 cm
digunakan sebagai tempat penampungan benih, dan bak semen 2 buah dengan
ukuran 2 m x 2 m x 0,9 m digunakan sebagai wadah penampungan induk.
Komoditas yang dibenihkan pada bangsal papuyu adalah jelawat
(Oxyeleotris marmorata), papuyu (Anabas testudineus), lele (Clarias batracus),
udang galah (Macrobrachium), baung (Mystus nemurus), dan biawan (Helostoma
teminchkii).
4.3. Laboratorium
Laboratorium pada BBI Kambitin berukuran 6 m x 5 m yang digunakan
sebagai tempat penelitian, analisis kualitas air, identifikasi parasit dan penyakit
ikan. Peralatan yang tersedia pada laboratorium BBI Kambitin adalah pH Meter,
Mikroskop, Timbangan digital, Freezer, Termometer, Tabung reaksi, Gelas kimia,
Spuit, Preparat, DO test kit, Cawan petri, Gunting bedah, dan Pisau bedah.
4.4. Aula
Aula pada BBI Kambitin berukuran 8 m x 6 m yang berfungsi sebagai
tempat pertemuan umum dan acara-acara tertentu yang memerlukan ruangan besar
dan tempat melakukan rapat.
4.5. Gudang
Gudang pada BBI Kambitin berukuran 5 m x 5 m yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan pakan dan peralatan pendukung seperti tabung oksigen,
happa, ember, serok, gunting besi, pompa air, anco, karung dan mesin rumput.
4.6. Perkantoran
Perkantoran di BBI Kambitin terdiri dari kantor sekretariat dan kantor
kepala UPT. Sekretariat digunakan oleh tata usaha dan staff administrasi sebagai
ruangan untuk bekerja. Sedangkan kantor kepala UPT digunakan oleh Kepala
UPT BBI Kambitin dalam melaksanakan tugasnya tetapi kegiatan kepala UPT
BBI sering dilakukan di kantor sekertariat untuk kantor kepala sering kosong.
4.7. Mess
Mess yang dibangun di BBI Kambitin awalnya digunakan untuk
penginapan staff, namun saat ini digunakan untuk penginapan selain staff seperti
siswa atau mahasiswa yang magang atau penelitian yang dilaksanakan mahasiswa.
BAB 5. KEGIATAN MAGANG

5.1. Hasil Kegiatan Magang


Kegiatan praktik magang yang dilaksanakan di UPT BBI Kambitin Kab.
Tabalong Kec. Tanjung pada dasarnya mengikuti semua kegiatan yang dikerjakan
seperti pembenihan hingga sampai panen benih tetapi komuditas ikan yang
dibenihkan adalah ikan Patin Siam (Pangasius sp). Pembenihan ikan melalui
beberapa tahapan – tahapan yang dilaksanakan di balai adalah sebagai berikut :
5.1.1. Pemeliharaan Calon induk
Induk ikan patin (Pangasius sp) berasal dari BPBAT Mandiangin yang
dibawa ke BBI Kambitin. Induk patin siam (Pangasius sp). Dipelihara 2 buah
kolam dengan berukuran sama P=23,60m dan L=14,2m, dan pematang 35cm serta
kedalam air 65cm.
Pemberian pakan sangat penting untuk pemeliharaan induk dengan nutrisi
pakan yang tinggi karena sebagai pendukung untuk proses kematanagan gonad
ikan oleh sebab itu pemberian pakan ikan patin memakai pakan tenggelam dengan
merek CP (189) (3) dengan kandungan protein kurang lebih 30 % dan pemberian
pakan dilakukan 2 kali sehari 1 kolam 7 kg.
5.1.2. Persiapan Tempat
a. Persiapan Tempat Pemijahan
Sebelum melakukan pembenihan kita perlu mempersiapkan wadah yaitu bak fiber dan
akuarium, bak fiber berfungsi sebagai tempat penampung induk yang akan di pijahkan
sedangkan akuarium berfungsi sebagai tempat penetasan telur dan perawatan larva. Bak
fiber yang digunakan sebanyak 4 buah yang berukuran tinggi 150 cm dan berdiameter
120 cm sedangklan akuarium yang digunakan sebannyak 80 buah dengan ukuran
P=60cm, L=40cm dan T=45cm.
Sebelum digunakan wadah terlebih dahulu dibersihkan agar kotoran dan debu yang
menempel pada wadah dapat hilang karena dapat mempengaruhi kualitas air. Setelah
dibersihkan baru di isi air dengan menggunakan selang yang diberi saringan, penggunaan
saringan bertujuan agar benda-benda asing tidak ikut masuk karna dapat mempengaruhi
kebersihan air.

b. Persiapan Kolam Pendederan


Persiapan kolam pendederan ada beberapa yaitu pengeringan kolam, pengapuran
dan pemupukan. Pengerigan dilakukan dengan mengeringkan kolam, setelah kolam
kering lumpur yang ada didasar dibalik dan diratakan, pengapuran dilakuan dengan
menebar diseluruh dasar kolam dan pemupukan dilakukan dengan menebar diseluruh
kolam.
5.1.3. Seleksi induk
Seleksi induk dapat dilakukan dengan cara melihat kematangan gonad pada induk ikan
patin yang ingin di pijahkan, ciri-ciri induk matang gonad:
a. Ikan Patin (Pangasius sp)
● Induk Betina
- Umur kurang lebih 3 tahun
- Gerakan lamban
- Kelamin memerah dan membengkak
- Perut membesar dan bila diraba terasa lembek
● Induk Jantan
- Umur minimal 2 tahun
- Kelamin memerah
- Tubuh ramping
- Jika bagian perut diurut akan keluar cairan berwarna putih susu(sperma)
5.1.4. Pemijahan
Ikan Patin (Pangasius sp) pemijahan dilakukan secara buatan, penyuntikan
dilakukan untuk merangsang induk betina dan mempercepat ovulasi telur,
penyuntikan dimulai dengan penimbangan induk betina untuk menentukan dosis
penyuntikan. Berdasarkan kebiasaan di BBI Kambitin penyuntikan dilakukan
dengan hormon SGnRH merek Ovaprim secara muscular dengan dosis 0,3ml/kg
induk betina. Penyuntikan dilakukan 2 kali yaitu penyuntikan pertama dilakukan
jam 17.00 wita dengan jumlah (berat x dosis : 1/3) dan penyuntikan kedua
dilakukan pada jam 23.00 wita dengan jumlah (berat x doses ; 2/3).
Striping dilakukan antara jam 8 – 10 pagi dengan mengurut perut induk
betina ke arah anus secara perlahan sampai keluar telur. Induk ikan patin akan
keluar telurnya jika sedikit diurut ke arah anus. Apabila sudah keluar telur pada
betina saat diurut maka segera melakukan striping pada induk jantan. Srtiping
induk jantan dilakukan dengan mengurut bagian perut jantan kearah anus setelah
keluar sprema langsung diambil menggunakan spuit ukuran 10 ml dibagian alat
kelaminnya, sebelum diambil spermanya terlebih dahulu larutan fisiologis agar
sperma tidak mati dan mengincirkan sperma.
Pembuahan dilakukan dengan mencampur telur dengan sperma dalam wadah
sambil diaduk dengan bulu ayam sampai tercampur antara telur dengan sperma,
saat pencampuran diberi larutan fisiologis dan bersihkan darah dengan air bersih
sebanyak 2-3 kali.
5.1.5. Penetasan telur
Telur yang disatukan dengan sperma (dibuahi) di tetaskan dalam akuarium telur
ditebar dalam akuarium sampai merata, usahakan telur jangan sampai menumpuk di
dalam akuarium karena berakibat telur tidak dapat menetas. Telur akan menetas dengan
suhu 27-300C dengan selang waktu kurang lebih 18-24 jam telur ikan patin akan menetas,
sedangkan untuk ikan baung telur akan menetas dalam waktu sekitar 24-36 jam. Fungsi
aerasi dalam penetasan telur yaitu untuk menambah kadar oksigen terlarut yang ada di
dalam air. Telur yang terbuahi berwarna putih bening dan yang tidak terbuahi berwarna
putih pucat.

5.1.6. Pemeliharaan Larva


Ikan Patin (Pangasius sp) pemeliharaan larva dilakukan setelah ikan
menetas didalam akuarium, larva diberi pakan alami yang mengandung nutrisi
tinggi dan ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. BBI Kambitin
biasanya melakukan pemeliharaan larva di akuarium selama 14 hari, pakan alami
yang diberikan adalah artemia sp sebanyak 6 kali sehari dengan selang waktu 4
jam, Perawatan kualitas air dilakukan dengan menyipon dasar akuarium yang
kotor setiap 1 hari sekali dan dilakukan pergantian setengah isi akuarium dengan
air bersih pemeliharaan di aquarium selama 15hari.
Pemeliharaan larva ikan patin dilanjutkan di dalam kolam selama kurang
lebih 14 hari, diberikan pakan berbentuk tepung dengan merk PF 0 dan PF 100.
Larva diberi pakan secara satiasi setiap pagi dan sore hari selama pemeliharaan
hingga mencapai ukuran benih 1 inch (2-3 cm), kemudian benih dapat dipanen.

5.1.7. Panen benih


Pemaninan pertama benih yang dilakukan dengan cara digerek (sisir) dan
pemaninan kedua kolam kolam dikeringkan dengan menyisakan sedikit air pada saluran
pembuangan, setelah itu benih ditangkap menggunakan serok dan dimasukan pada hapa
berukuran 4 x 2 meter untuk kemudian ditampung sampai proses pengemasan.
Sebelum pengemasan benih ikan patin diberok kurang lebih satu hari bertujuan untuk
mengurangi kotoran pada ikan yang akan menyebabkan amoniak air meningkat selama
transportasi. Setelah pemberokan selanjutnya dilakukan pengemasan sistem tertutup
dengan menggunakan kantong plastik, dengan pemberian oksigen 2/3 dan air 1/3
kantong sesuai dengan kebutuhan ikan selama pengangkutan.

5.2. Pembahasan
5.2.1. Pemeliharaa induk
Pemeliharaan calon induk ikan patin diberikan pakan yang tengelam
dengan pemberian teratur agar proses kematangan gonad cepat bertambah sesuai
dangan pendapat menurut Hidayat 2014 TKG (tingkat kematangan gonad)
menunjukkan suatu tingkatan kematangan sexual ikan. Sebagian besar hasil
metabolisme digunakan selama fase perkembangkan gonad. Umumnya
pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh,
sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Dalam mempercepat
kematangan gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan. Secara umum tahap
tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Berat jantan 3 – 4 kg dan betina 6 kg menurut Sularto 2006 dalam
Maharani 2009 Induk yang digunakan adalah induk patin betina berumur minimal
2,5 tahun dengan bobot 2,5 – 3 kg/ekor, sedangkan induk patin jantan berumur
minimal 2 tahun dengan bobot 2 – 2,5 tahun kg/ekor. Ikan patin akan memijah
secara maksimal pada musim hujan. Indukan ikan patin di BBI Kambitin umur
dan beratnya sudah mencapai batas maksimum pemijahan ikan patin.
Pemeliharaan induk patin hanya menggunakan satu kolam yaitu jantan dan
betina digabung satu kolam karena keterbatasan kolam induk, begitu juga dengan
induk ikan baung.
5.2.2. Persiapan Kolam
Persiapan kolam perlakuan ada 3 yaitu pengapuran, pemupukan dan
pengisian air. Pengapuran kolam dilakukan untuk membunuh hama yang ada di
kolam dan meningkatkan pH air kolam sementara pemupukan kolam dilakukan
untuk membuat air kolam subur sebagai sumber makanan pakan alami minimal 1
karung perkolam bersamaan dengan pengisian air kolam yang sumber airnya
berasal dari DAM. Di Balai Benih Ikan (BBI) Kambiting, pemupukan dengan
cara menebar pupuk didasar kolam sementara menurut (Didik Ariyanto, dkk
2012), kolam yang digunakan untuk pemeliharaan larva ikan patin siam adalah
kolam tembok dengan dasar tanah berukuran masing-masing 200 m2. Jumlah
kolam yang digunakan sebanyak 6 unit. Penyiapan kolam dilakukan sesuai
dengan SOP persiapan kolam meliputi pengurasan air, pengangkatan lumpur,
pemberantasan hama menggunakan saponin dengan dosis 200 mg/L, pengapuran
dengan dosis 100 g/m2, pemupukan dengan pupuk organik yang sudah
difermentasi sebanyak 200 g/m2 dan pupuk anorganik urea dengan dosis 3 g/m2
dan TSP dengan dosis 1,5 g/m2 serta pengisian air setinggi 60-80 cm. Pemupukan
dilakukan 5 hari sebelum penebaran larva ikan dilakukan. Cara pembuatan pupuk
organik fermentasi adalah dengan pembuatan larutan aktivator, terdiri atas ¼
sendok makan gula pasir dan 4 mL larutan probiotik yang dicampur dalam 300
mL air. Larutan ini kemudian dicampurkan ke dalam 10 kg pupuk organik dan
diaduk secara merata. Campuran antara larutan aktivator dan pupuk organik
selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup dan disimpan selama 5
hari sebelum diaplikasikan di kolam pemeliharaan ikan.
5.2.3. Seleksi induk
Tahapan berikutnya dari kegiatan pembenihan ikan di BBI Kambitin
adalah seleksi induk. Kegiatan seleksi induk bertujuan untuk memilih induk yang
matang gonad, kondisi tubuh sehat, dan siap untuk dipijahkan. Seleksi induk
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan.
Menurut Abulias (2015) seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan
budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi, apabila seleksi
induk dilakukan dengan benar maka akan diperoleh induk yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya dapat optimal.
5.2.4. Pemijahan
Induk ikan patin hasil seleksi kemudian ditampung pada bak plastik untuk
dilakukan pemijahan secara buatan dengan penyuntikan hormone ovaprim dengan
dosis 0,3 ml/kg. Menurut Syukri (2013) teknik penyuntikan pada ikan dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu intra muscular (penyuntikan kedalam otot), intra
peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial (penyuntikan di
kepala). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan
adalah intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting
bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat
keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya.
Sebelum di lakukan penyuntikan ikan di timbang terlebih dahulu untuk
menentukan dosis ovaprim yang akan diberikan. Penyuntikan betina dilakukan 2
kali penyuintikan dengan selang waktu 6-8 jam dari penyuntikan pertama.
Prosedur yang dilakukan di BBI Kambitin jika melebihi 48 jam induk
tidak memijah maka induk tersebut dikembalikan ke kolam. Yurisman (2009)
menyatakan bahwa keberhasilan suatu pemijahan buatan pada umumnya
tergantung pada faktor lingkungan, kesehatan ikan, tingkat kematangan gonad,
pemilihan dan penanganan induk yang baik serta pemilihan jenis hormon dan
dosis yang tepat.
5.2.5. Penetasan telur
Setelah telur ditebar dlam akuarium, lalu pasang aerasi, aerasi berfungsi
untuk menambah oksigen dalam akuarium, telur akan menetas dalam waktu
sekitar 24-36 jam. Telur ikan patin yang sudah dimasukan dalam akuarium di
pasang aerasi, telurnya tidak menetas dengan maksimal, Kelangsungan hidup
larva ikan patin 15 % dari 100 % sementara menurut Sunarma 2007 dalam
Maharani 2009 bervariasi yaitu 10 - 65 % kenapa bisa 15 % dikarenakan ikan
patin dilakukan pemijahan usia ikan patin yang sudah tua
5.2.6. Pemeliharaan Larva
Setelah larva ikan patin siam dan baung menetas, dilakukan penyiponan
telur yang tidak menetas agar tidak mengganggu larva yang sudah menetas dan
untuk membersihkan akuarium. Lakukan pergantian air sekitar setangah akuarium
untuk menjaga agar akuarium tetap bersih. Setelah kuning telur habis, larva ikan
baung sudah bisa diberikan pakan alami berupa artemia.
Setelah larva berumur 15 hari dilakukan pendederan, pendederan
dilakukan pada pagi hari agar ikan tidak gampang stress. Penebaran larva
dilakukan dengan cara aklimatisasi yaitu penyesuaian ikan dengan lingkungan
barunya.
Pemeliharaan larva menurut Lingga & Susanto 1989 dalam Wijayati 2010
pakan alami merupakan pakan yang tepat untuk benih, sehingga kematian yang
tinggi pada benih ikan dapat dicegah dan sintasan pun meningkat ukuran diameter
pakan yang relatif kecil berkisar 150 - 1 mm sehingga benih ikan mudah
memakannya, dan tidak mencemari media pemeliharaan dibandingkan dengan
pakan buatan. Ikan patin siam dan ikan baung pakan alami yang diberikan adalah
artemia sp kemudian diberikan berbentuk tepung dengan merk PF 0 dan PF 100
yang memiliki keunggulan yaitu memicu pertumbuhan dan kesehatan larva,
memiliki nutrisi seimbang dan vitamin lengkap sehingga meminimalkan angka
kematian akibat stress, serta memiliki kandungan protein tinggi diatas 40 %.
5.2.7. Panen
Panen benih dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, setelah kolam
kering benih ditangkap menggunakan serok dan dimasukan pada bak pelastik
untuk kemudian ditampung sampai proses pengemasan. Sebelum pengemasan
benih ikan baung diberok terlebih dahulu selama satu hari bertujuan untuk
mengurangi feses pada ikan yang akan menyebabkan amoniak air meningkat
selama transportasi. Pramono (2002) dalam Kholil & Aini (2014) menjelaskan
pemberokan bertujuan untuk menurunkan aktivitas metabolisme ikan dan
membersihkan sisa-sisa makanan di dalam usus untuk menghindari ikan muntah.
Setelah pemberokan selanjutnya dilakukan pengemasan.
BAB 6. PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Kegiatan pembenihan ikan patin siam dan ikan lele dumbo di BBI
Kambitin terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1.. Pemeliharaan induk ikan patin (Pangasius sp) dipelihara dalam 2 buah kolam
diberiakan pakan tenggelam dengan kandungan protein 30%.
2. Persiapan kolam pendederan yang dilakukan 3 hari sebelum pemijahan
dilakukan kemudian diberikan perlakuan pengapuran, pemupukan dan
pengisian air.
3. Seleksi induk ikan patin (Pangasius sp) ikan jantan ukuran tubuh lebih kecil
dan warna mencolok, sedangkan ikan betina ukuran perut besar dan warna
tidak terlalu mencolok.
4. Pemijahan ikan patin (Pangasius sp) dilakukan secara buatan.
5. Pemeliharaan larva dilakukan setelah ikan menetas didalam akuarium, larva
diberi pakan alami yang mengandung nutrisi tinggi dan ukuran pakan sesuai
dengan bukaan mulut larva ikan unutuk ikan patin (Pangasius sp).
6. Panen benih berbeda di cara panen ikan patin (Pangasius sp) ikan di gerek
secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA

BBPBAT Sukabumi. (1998). Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Baung. Balai


Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar: Sukabumi. 47 hal.
Djarijah, A.S. 2001. Biologi ikan patin. Kanisius. Yogjakarta
Didik Ariyanto, Evi Tahapari, dan Sularto 2012. Keragaan Benih Ikan Patin Siam
(Pangasianodon Hypophthalmus) Yang Ditebar Secara Langsung Di
Kolam Pada Umur Berbeda. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya 2
Sukamandi, Subang, Jawa Barat 41256
Efendi, J., 2016. Usulan Kegatan Praktik Pengabdian Kepada Masyarakat d Desa
Tungkaran Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan, Banjarbaru: Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Lambung Mngkurat.
Fadli, A., Nuraini & Alawi, H., 2016. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang
Berbeda Terhadap Mutu Gonad Calon Induk Ikan Ingiringir (Mystus
nigriceps), Jakarta: Neliti. [Online] Tersedia di:
https://media.neliti.com/media/publications/201044-none.pdf [Diakses 5
Mei 2014].
Hardjamulia, A. & Suhenda, N. 2000. Evaluasi sifat reproduksi dan sifat
gelondongan generasi pertama empat strain ikan baung (Mystus nemurus)
di karamba jaring apung. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 6 (3-4):
24-35.
Hidayat, N.L. 2014. Nilai Tkg & Gonado Somatic Index. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 22hlm
Khairuman dan K. Amri. 2002. Peluang Usaha dan Teknik Budidaya Patin. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Khairuman dan Suhenda, 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media
Pustaka, Jakarta.
Kholil, M. A. & Aini, M., 2014. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides) pada Transportasi Basah, Bandar Lampung: Digital
Repository Unila.
Kottelat, M., Kartikasari, S. N., & Ikan air tawar Indonesia bagian barat dan
Sulawesi Wirjoatmodjo, S. (1993).. Periplus editions. 291 hal.
Kurniawan, I. 2014. Dirjen PB: Tiga Strategi pemijahan ikan . Harian Ekonomi
Neraca.
http://www.neraca.co.id/article/47413/dirjen-pbtiga-strategi-genjot-produk
si-ikan-.
Lisna, 2016. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
di Perairan Umum Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi.
Biospecies, 9(I), pp. 15-22.
Maharani. F, 2012. Pemijahan Ikan Patin (Pangasius sp). [Tesis]. Program Pasca
Sarjana.Universitas Terbuka. Jakarta
Mudjiman, A., 2001. Makanan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Muflikah & Aida, (1996). Pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan baung (Mystus
nemurus) Prosiding lokal penelitian perikanan air tawar 2. 108-111
Perdana, S. J., 2015. Kajian Isi Lambung dan Pertumbuhan Ikan Tembakang
(Helostoma temminckii ) di Rawa Bawang Latak, Tulang Bawang,
Lampung, Lampung: Digital Repository Unila.
Purwandari, Y. W., 2009. Laporan Magang di PT Tainesia Jaya Desa Sonoharjo
Kab. Wonogiri (Proses Produksi Sirup Maltosa Dan Fruktosa), Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. [Online] Tersedia di: https://goo.gl/6bzDyF
[Diakses 15 Februari 2018].
Qolbiyah, A. L., 2015. Pengukuran Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Stasiun
Kerja Pengupasan Kulit Ari Nata De Coco Dengan Metode Marvin E.
Mundel, Yogyakarta: Perpustakaan Pusat UGM. [Online] Tersedia di:
https://goo.gl/tYBVmB [Diakses 15 Februari 2018].
Sanin H 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Bandung
Singh, A.K. 2004. Tests, Measurements and Research Methods in Behavioral
Sciences. Patna: Bharati Bhawan.
Situmorang, T. S., 2013. Studi Komparasi Jenis Makanan Ikan Keperas (Puntius
binotatus) Di Sungai Aek Pahu Tombak, Aek Pahu Hutamosu Dan Sungai
Parbotikan Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan, Medan: University
of Sumatera Utara Institutional Repository.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif
Dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Suhenda, N. & Samsudin, R. 2008. Produksi benih ikan baung di UPR dalam
mendukung IPTEKMAS. Laporan Hasil Riset. Balai Riset Perikanan Budi
daya Air Tawar.
Suherman, Hasan, H. & Farida, 2016. Pemijahan Ikan Biawan (Helostoma
temminckii) Secara Semi Buatan Dengan Rasio Jantan Yang Berbeda
Terhadap Fertilisasi, Daya Tetas Telur Dan Sintasan Larva, Pontianak:
UM Pontianak Repository.
Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syamsul, H., 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Observasi
Terhadap Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa Pada Materi Pokok
Keanekaragaman Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Lampung: Digital Repository
Unila. [Online] Tersedia di: http://digilib.unila.ac.id/124/ [Diakses 18
Februari 2018].
Syamsul, H., 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Observasi
Terhadap Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa, Lampung: Digital
Repository Unila.
Syukri, A., 2013. Rekayasa Reproduksi Menggunakan Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) pada Ikan Lele dalam Rangka Peningkatan Kebutuhan
Pangan Masyarakat, Tangerang: Universitas Terbuka.
Syukri, A., 2013. Rekayasa Reproduksi Menggunakan Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) pada Ikan Lele dalam Rangka Peningkatan Kebutuhan
Pangan Masyarakat, Tangerang: Universitas Terbuka.
Tafrani, Kamal, M. M. & Nurdawati, S., 2012. Makanan dan Reproduksi Ikan
Tambakan (Helostoma temminckii, C.V 1829) di Perairan Lubuk Lampam,
Sungai Lempuing, Sumatera Selatan, Bogor: IPB Scientific Repository.
Ubamnata, B., 2014. Pertumbuhan dan Biologi Reproduksi Ikan Tembakang
(Helostoma temminckii) di Rawa Bawang Latak, Kabupaten Tulang
Bawang, Lampung, Lampung: Digital Repository Unila.
Wahyuningtias, I., Diantar, R. & Arifin, O. Z., 2015. Pengaruh Suhu Terhadap
Perkembangan Telur dan Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminckii).
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, IV(1), pp. 439-448.
Wijayati, Kitri. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda Terhadap
Sintasan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Palmas (Polypterus Senegalus
Senegalus Cuvier, 1829). Universitas Indonesia Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pegetahuan Alam Depok. [Online] Tersedia di link
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20181085-023-10
Pengaruh%20pemberian.pdf [Diakses 29 Juli 2018].
Yurisman, 2009. The Influence of Injection Ovaprim by Different Dosage to
Ovulation and Hatching of Tambakan (Helostoma temmincki C.V).
Berkala Perikanan Terubuk, 37(1), pp. 68-85.
LAMPIRAN
Gambar 1. Kolam Pemeliharaan Induk
Gambar 2. Tempat Penampungan induk

Gambar 3. Induk Ikan Patin Jantan dan Batina


Gambar 4. Penyuntikan Induk Patin

Gambar 5. Striping Induk Patin


Gambar 6. Tempat Penetasan Artemia

Gambar 7. Pendederan Larva


Gambar 8. Pemberian Pakan Larva

Gambar 9. Panen Benih

Anda mungkin juga menyukai