Oleh:
CALVIN OBERLIN SIHOTANG
Oleh:
CALVIN OBERLIN SIHOTANG
NRP 56204113150
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Dr. Eng Sinar Pagi Sektiana, S.St.Pi, Erni Marlina, S.Pi., M.Pi
M.Si Sekretaris Program Studi
Ketua Program Studi
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Lapang II yang berjudul “Teknik dan Analisis Finansial
Pembesaran Udang Vaname (Penaeus vannamei) Sistem Intensif di PT
Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi Pandeglang, Banten”. Laporan ini
disusun dan di ajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir
semester VII pada Program Studi Teknologi Akuakultur, Politeknik Ahli Usaha
Perikanan.
Laporan praktik lapang II ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metode Praktik, Hasil dan Pembahasan serta kesimpulan dan
saran. Bimbingan, koreksi dan saran dari Bapak Dr. M. Farchan, A.Pi., SE., M.Si
dan Bapak Dr. Romi Novriadi, S.Pd.Kim., M.Sc Selaku Dosen Pembimbing 1 dan
2 dalam penyusunan laporan ini diharapkan dapat menambah ilmu dan
pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam penyusunan laporan praktik lapang
II.
Laporan Praktik Lapang II ini menjadi acuan penulis dalam melakukan
praktik lapang II. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna perbaikan laporan ini.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Praktik Lapang 2 ini
dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan laporan
Praktik Lapang 2 ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak
Dr. Mochammad Farchan, A.Pi., SE., M.Si selaku dosen pembimbing pertama
dan Bapak Dr. Romi Novriadi S.Pd Kim., M.Sc selaku dosen pembimbing kedua,
yang telah memberikan bimbingan,dorongan, dan semangat dalam penyusunan
Laporan Praktik Lapang 2 ini. Penulis juga mengucapkan terimahkasih kepada:
1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si, Selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha
Perikanan.
2. Bapak Dr. Eng Sinar Pagi Sektiana, S.St.Pi., M.Si Selaku Ketua Program
Studi Akuakultur.
3. Bapak Buntara Selaku Direktur Utama PT. Ujung Kulon Sukses Makmur
Abadi.
4. Bapak Agoeng Prihasto Selaku Direktur Produksi PT. Ujung Kulon
Sukses Makmur Abadi.
5. Bapak Choirul Huda, S.Pi., M.P Selaku Teknisi PT. Ujung Kulon Sukses
Makmur Abadi.
6. Kedua orang tua dan saudara – saudari saya
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek
Lapang II ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix
I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah....................................................................................2
II. METODE PRAKTIK........................................................................................3
2.1 Waktu dan Tempat.................................................................................3
2.2 Metode Pengumpulan Data...................................................................3
2.3 Metode Pengolahan Data........................................................................7
2.4 Metode Analisis Data...............................................................................9
III. KEADAAN UMUM LOKASI...................................................................10
3.1 Sejarah Perusahaan.............................................................................10
3.2 Struktur Organisasi.............................................................................10
3.3 Sarana dan Prasarana.........................................................................10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................12
4.1 Deskripsi Teknologi dan Proses Produksi........................................12
4.2 Kinerja Budidaya......................................................................................37
4.3 Analisis Finansial.................................................................................40
4.4 Identifikasi Masalah.............................................................................41
V. SIMPULAN....................................................................................................42
5.1 Simpulan....................................................................................................42
5.2 Saran..........................................................................................................42
Daftar Pustaka..................................................................................................43
LAMPIRAN........................................................................................................47
DAFTAR TABEL
1
produksi. Biaya pakan juga merupakan paling besar 60-70 % dari seluruh biaya
operasional (Choeronawati et al., (2019).
Berdasarkan uraian latar belakang yang diatas maka penulis mengambil
judul praktik lapang II yaitu “Teknik Dan Analisis Finansial Pembesaran
Udang Vaname (Penaeus vannamei) Sistem Intensif Di PT Ujung Kulon
Sukses Makmur Abadi Pandeglang, Banten”
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Lapang (PL) 2 yaitu:
1. Melakukan teknis dan mengkaji kinerja pembesaran udang vaname
(Penaeus vannamei).
2. Menghitung dan menganalisis finansial pada pembesaran udang
vanamei (Penaeus vannamei).
2
II. METODE PRAKTIK
2.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang diambil dalam pelaksanaan praktik
integrasi adalah metode observasi partisipasi aktif dengan pola magang yaitu
mengikuti,mengamati, dan mengerjakan secara langsung seluruh kegiatan
proses yang berkaitan dengan pembesaran udang vaname. Adapun data yang
dikumpulkan pada pelaksanaan praktik ini yaitu data primer dan data sekunder.
2.1.1 Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari kegiatan
pembesaran udang vaname, baik dengan kegiatan langsung maupun
wawancara yang meliputi kegiatan pra produksi yaitu persiapan wadah dan
persiapan media. Kegiatan produksi meliputi penebaran benur, pengelolaan
pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertumbuhan, pengendalian hama
dan penyakit serta panen. Kegiatan pasca produksi yaitu kegiatan pasca panen
yang meliputi pneyortiran, penimbangan, dan distribusi. Dapat dilihat pada tabel
1 dibawah ini.
3
Pengelolaan kualitas air Kualitas air yang digunakan yaitu
kecerahan,oksigen terlarut, suhu,
salinitas, Ph
Pengamatan Pertumbuhan Pengukuran berat udang
Pengukuran pakan udang
Pengamatan udang di anco
4
2.1.3 Metode Kerja
a. Kesesuain Lokasi
Kegiatan dalam pengamatan untuk kesesuaian lokasi adalah mengamati
akses lokasi, mengamati dan mengukur jarak sumber air dari tambak, mengamati
sumber listrik yang digunakan, dan mengamati keamanan di lokasi.
b. Persiapan Wadah
Kegiatan dalam persiapan wadah yaitu mengamati dan mencatat semua
peralatan dan bahan yang di gunakan. Mengukur dimensi wadah yang
digunakan berupa panjang, lebar, dan tinggi wadah menggunakan meteran.
Mencatat, mengamati dan melakukan semua tahapan persiapan wadah.
Mencatat, mengamati dan melakukan pengaplikasian bahan bahan yang di
gunakan dalam persiapan wadah.
c. Persiapan Media
Tahapan kegiatan persiapan media adalah peralatan dan bahan yang di
gunakan. Mencatat dan mengidentifikasi asal sumber air yang digunakan.
Mengamati dan melakukan proses pengisian air. Mengamati dan melakukan
proses sterilisasi media. Mencatat dan menghitung dosis bahan yang di gunakan.
Mencatat dan mengamati proses pembentukan media.
d. Penebaran Benur
kegiatan dalam penebaran benur yaitu mengamati dan mencatat semua
peralatan dan bahan yang di gunakan. Mengamati dan mencatat asal benur dan
jumlah benur. Mengamati dan melakukan aklimatisasi benur dan teknik
penebaran benur.
e. Pengelolaan Pakan
kegiatan dalam pengelolaan pakan yaitu mengamati dan mencatat semua
peralatan dan bahan yang di gunakan. Mencatat harga dan kandungan nutrisi
pakan. Melakukan penimbangan pakan. Mencatat dosis serta frekuensi
pemberian pakan. Mengamati dan melakukan teknik pemberian pakan.
Mengamati dan mencatat pakan yang habis di anco.
Nilai FCR didapatkan dengan cara mencatat jumlah pakan yang di berikan
dari awal pemeliharaan sampai panen, berat udang pada saat pemeliharaan, dan
berat udang akhir pemeliharaan. Nilai tersebut dimasukan kedalam rumus,
dihitung sehingga nanti akan di dapatkan hasil nilai FCR.
f. Pengelolaan Kualitas Air
Kegiatan dalam pengelolaan kualitas air yaitu mengamati dan mencatat
semua perlatan dan bahan yang di gunakan. Mengamati, mencatat dan
melakukan pemberian probiotik, dosis probiotik dan waktu pemberian probiotik.
Mengamati, mencatat dan melakukan kalibrasi setiap pengukuran setelah itu di
lakukan pengukuran parameter kualitas air seperti suhu pada pagi dan malam
hari, Ph pada pagi dan sore hari, DO pada pagi malam hari, kecerahan pada
pagi hari dan salinitas. Mengamati, mencatat dan melakukan penyiponan pada
5
tambak. Mencatat jens kapur yang digunakan. Mencatat dan menghitung dosis
kapur yang digunakan. Mengamati dan melakukan penebaran kapur.
g. Monitoring Pertumbuhan
Kegiatan dalam monitoring pertumbuhan yaitu mengamati dan mencatat
semua peralatan dan bahan yang digunakan. Menentukan waktu sampling.
Mengamati dan melakukan sampling. Mencatat jumlah udang yang disampling
dan berat udang yang disampling serta menghitung hasil sampling.
Tahapan kegiatan sampling:
a) Siapkan alat yang akan di gunakan
b) Isi ember dengan air pemeliharaan
c) Lempar jala pada satu titik lokasi petakan tambak dan tunggu hingga jala
mencapai dasar tambak
d) Angkat jala dan udang yang terjaring dimasukan kedalam ember
e) Lepaskan udang dari jala dengan hati hati agar fisik udang tidak rusak
f) Timbang berat udang
g) Hitung jumlah udang yang terdapat didalam ember
h) Setelah selesai,masukkan kembali udang kedalam petakan tambak
i) Hitungla dan catat berat rata – rata udang hasil sampling dan
pertumbuhan berat harian udang
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian hama dan penyakit
udang vaname adalah mengamati kondisi kesehatan udang secara visual saat
sampling, dan pengamatan tingkah laku udang, serta penanganan penyakit.
Mencatat dan mengindentifikasi hama yang di temukan serta penanggulangan
hama dan penyakit.
i. Panen
Tahapan kegiatan yang dilakukan saat panen yaitu mencatat alat yang di
gunakan, waktu pemanenan, ukuran udang yang di panen, teknik pemanenan,
alur tahapan pemanenan, menghitung jumlah udang yang di panen untuk
menghitung tingkat kelangsungan hidup (SR) udang.
Nilai SR didapatkan dengan cara mengetahui dan mencatat jumlah udang pada
saat tebar awal dan jumlah udang yang hidup pada saat panen. Nilai tersebut
dimasukkan kedalam rumus dan dihitung sehingga nilai SR didapatkan.
j. Pasca Panen
Tahapan kegiatan yang di lakukan saat pasca produksi yaitu mencatat alat
dan bahan yang digunakan, mengamati dan melakukan teknik pengemasan,
mengamati teknik pengangkutan.
6
Berat udang yang ditimbang(gr )
ABW =
Jumlah udang yang ditimbang (ekor )
Biomassa
FCR =
Total pakan
Nt
SR = × 100 %
NO
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt : Jumlah udang yang hidup pemeliharan
No : Jumlah udang awal tebar pemeliharaan
7
2.2.2 Analisa Finansial
a. Laba dan Rugi
Perhitungan laba/rugi (Utomo, (2012), dapat menggunakan rumus:
b. BEP
Perhitungan Break Even Point (BEP) harga (Maruta, n.d., p. 2018), dapat
menggunakan rumus :
c. Payback Periode
Perhitungan Payback period (PP) (Aulia et al., n.d. (2023), dapat
mengguanakan rumus :
Nilai investasi
PP = ×1 Tahun
Keuntungan
d. R/C Ratio
Perhitungan R/C Ratio (Aulia et al., n.d. (2023), dapat menggunakan
rumus :
Total Penerimaan
R/C =
Total biaya
8
digunakan adalah dengan mengidentifikasi parameter 4M (Machine, Method,
Material, dan Man) dengan langkah kerja sebagai berikut:
1. Mengikuti seluruh kegiatan pembesaran udang vaname (Penaeus vannamei);
2. Menemukan masalah atau kendala dalam kegiatan pembesaran udang
vaname (Penaeus vannamei).
9
5. Co Feeder dan feeder bertugas untuk memberi pakan dan
berbagai kebutuhan kolam dan udang
3.3 Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di PT. Ujung Kulon Sukses
Makmur Abadi dalam menunjang kegiatan budidaya udang vanamei dapat di
lihat pada tabel 3 dibawah ini.
10
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Waktu dan Tempat
Praktik Lapang 2 dilaksanakan pada tanggal 21 agustus 2023 sampai
dengan 21 oktober 2023 selama 60 hari, Di PT. Ujung Kulon Sukses Makmur
Abadi Pandeglang, Banten. Lokasi praktik dapat dilihat pada Gambar 1.
11
teknologi, serta program pakan yang baik, menurut (Nasution & Yanti, 2015)
tambak ini bisa dikatakan tambak dengan sistem intensif.
4.2.2 Kesesuain Lokasi
Lokasih PT. Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi ini memiliki akses dekat
dengan laut berjarak kurang lebih 50 meter dari pinggir pantai, sehingga air yang
di gunakan bersumber langsung dari laut. Menurut pendapat (Awanis et al.,
2017) yaitu lokasi budidaya harus dekat dengan sumber air untuk dapat
memenuhi kebutuhan budidaya serta menghembat biaya. Penggunaan listrik
yang ada dilokasi perusahaan juga cukup mendukung karena sudah mendapat
izin dari pemerintah (Nugraha et al., 2020). Pada lokasi praktek tidak terdapat
green belt bahwa pendapat dengan (Akbarurrasyid & Km, 2020), yang
menyatakan bahwa lokasi yang cocok dengan di jadikan sebagai lahan
pertambakan adalah daerah pantai dengan tanah yang memiliki tekstur liat atau
liat berpasir, dan memiliki jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan
mangrove/bakau. Adapun tabel kesesuaian lokasi dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4 Kesesuaian Lokasi
Standar Acuan Keadan Hasil Pengamatan Keterangan
Umum Lokasi
a) Dekat sumber air laut a) sangat dekat, a) sangat sesuai
b) Bebas banjir hanya berjarak 5 b) sesuai
meter
b) tidak berdampak
banjir bahkan
pada saat
tsunami
Tabel 4 lanjutan
d) mudah di d) Akses d) tidak sesuai
jangkau transportasi tidak
(aksebilitas) memadai. Jalan
utama menuju
lokasi tambak ini
sangat tidak baik
sehingga bisa
memakan waktu
tempuh lebih
lama dari waktu
12
yang seharusnya.
e) Bahan baku e) lokasi bahan e) kurang sesuai
baku masih bisa
dijangkau
meskipun jarak
lokasi bahan
baku ini bisa
dikatakan jauh
karena berjarak
137 km yang di
tempuh selama 3
jam
f) Sumber listrik f) PLN memadai f) sangat sesuai
dan Genset
memadai
13
membantu
masyarakat
14
sebagai pemeliharaan, wadah HDPE digunakan pada tandon, dan kolam zigzag
dasar tanah untuk pengelolahan air limbah.
Saluran inlet pada lokasih tambak memiliki lebar 50 cm tinggi 90 cm
dengan jenis in let beton dan memiliki alur dari bak tandon sehingga kepetakan –
petakan budidaya. Dan out – let lokasi tambak berbentuk trapesium terbalik
dengan lebar 1 sampai 5 m dan tinggi outlet 3,5 m. Selain itu petakan juga
memiliki sentral drain yang berfungsi sebagai titik pusat terkumpulnya lumpur
oleh bantuan arus kincir sehingga memudahkan dalam membuang lumpur keluar
dari kolam melalui saluran pembuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Supono, 2020) yang mengatakan bahwa petakan tambak harus memiliki sentral
drain sebagai titik kumpul lumpur sehingga memudahkan dalam proses
pembuangan lumpur.
15
tinggi dapat mempermudah pembersihan dan pencucian dengan cara
menyemprot pada bagian kolam yang kemudian di alirkan melaui saluran
pembuangan (outlet).
16
b. Sterilisasi air
Proses sterilisasi air dilakukan menggunakan bahan kimia yakni
Trichloroisocyanuric Acid (TCCA ) dengan dosis 30 ppm air yang
tujuannya untuk mengendalikan bakteri, virus, parasit yang dapat
menyebabkan penyakit serta dapat mengikat kandungan zat besi (Fe)
agar tidak mudah stress pada awal budidaya. Kemudian selang 2 hari
diberi perlakuan cuprisulfat (CuSo4) 0,5 ppm yang bertujuan sebagai
desinfektan untuk pengendalian infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, parasit dan jamur. Setelah itu, pemberian delstar/nuvet plus 2 ppm
yang bertujuan sebagai desinfektan untuk pengendalian carrier virus
dari jenis crustacide. Tahap terakhir, pemberian saponin 10 ppm dengan
tujuan untuk mengendalikan keberadaan hama dan hewan berdarah
dingin seperti ikan liar. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Budiyati et al.,
2022) bahwa sterilisasi air perlu dilakukan untuk lancarnya dalam hal
budidaya dengan pemberian bahan kimia.
c. Pembentukan Plankton
Untuk proses pembentukan plangton sendiri di lakukan 14 hari
sebelum benur di tebar. Proses pembentukan plankton dilakukan dengan
cara menebar fermentasi pupuk organik yang sebelumnya sudah di buat
dan didiamkan selama 24 jam. Dedak merupakan sumber karbohidrat
yang tnggi bagi plankton dimana dedak ini di fermentasi dengan
menggunkan ragi yang secara enzimatis memecah karbohidrat menjadi
glukosa (Sitohang et al., 2012).
A. bahan dan dosis pembuatan fermentasi pupuk organik dapat dilihat tabel 6
Tabel 6 Bahan dan dosis fermentasi
Bahan Dosis
Dedak 2kg
Ragi 10g
Air 19L
Sumber : PT. Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi
17
adalah karbon. Sumber karbon yang sering kali dimanfaatkan fitoplankton in
sebagaian besar adalah karbon anorganik dalam bentuk CO2. (Sitohang et al.,
2012).
b. Ragi merupakan mikoorganisme dari jenis saccharomyces cerevisiae, yang
sering di gunakan karena memiliki fungsi untuk memfermentasi karbohidrat dan
karbohidrat ini sering pula dijadikan sebagai medium serta menghasilkan CO2
(karbon dioksida). Dedak akan mengembang karena CO2 yang terperangkap di
dalam butiran dedak (Sitohang et al., 2012).
c. Air sendiri di gunakan sebagai media untuk mencampur ketiga bahan di atas.
kegiatan pembuatan fermentasi dedak dapat di lihat pada Gambar 3.
B. Probiotik SP Lacto
Sp – Lacto merupakan jenis probiotik akuakultur yang sering digunakan
pada tambak PT. UKSMA 1. Probiotik Sp lacto ini mengandung genus bakteri
gram positif anaerob fakultatif/mikroaerofilik diantaranya lactobacillus plantarum,
lactobacillus fermentum, bacillus subtillis, pseudomonas sp. Probiotik sp lacto
memiliki kegunaan secara alami menghasilkan hidrogen peroksida (H202) yang
dapat menekan dan melawan vibrio, bisa merombak lumpur dasar serta sangat
mendukung proses budidaya sistem semi flok. Hal ini didukung oleh (Yuktika et
al., n.d.(2017) bakteri asam laktat merupakan bakteri anaerob fakultatif yang
menghasilkan enzim peroksida yang akan memecah H2O2 menjadi senyawa
organik dan tidak menghasilkan gelembung udara. Berikut ini dosis pemakaian
pada tambak PT UKSMA 1.
18
INTB8 2.200 700 ml
INTB9 1.600 500 ml
Sumber : PT. Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi
19
ukuran PL 10 dan di lakukan sampling secara langsug di laboratorium ketika
benur tiba di tempat serta di lakukan pengecekan benur dengan cara membuat
arus untuk melihat apakah benur melawan arus atau tidak dan mengamati
ukuran benur apakah sesuai dengan ukuran yang di pesan serta yang sudah
memilki sertifikat SPF (Spesific Pathogen Free) dan sudah melakukan
pengecekan penyakit di laboratorium. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Mangampa & Suwoyo, 2016) yang menyatakan bahwa benih yang akan ditebar
harus memiliki sertifikat SPF (Spesific Pathogen Free) dan SPR (Spesific
Pathogen Resisant).
Penebaran benur pada PT. UKSMA dilakukan pada malam hari sebelum
benur di tebar benur di hitung terlebih dahulu di lab dengan memulai hitung
jumlah box dan kantong benur sesuai dengan jumlah tebaran dilakukan sampling
perhitungan benur setelah perhitungan benur benur di box yang lainnya di bawa
menuju kolam dilakukan proses aklimatisasi suhu dengan disiram kantong plastik
menggunakan air kolam hingga plastik mengembun selanjutnya di lakukan
aklimatisasi pH dan salinitas dibuka kantong plastik dan di masukan air kolam
sedikit demi sedikit. Pemberian pakan nya di beri pakan alami berupa artemia
untuk memenuhi kebutuhan pakan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Bahri et al., 2020) bahwa sebelum dilakukan penebaran dilakukan aklimatisasi
selama 15 – 30 untuk menyamakan suhu pada air.
20
Tabel 9 Komposisi Pakan
Kode Ukuran Protein Kadar Lemak Serat Abu
Pakan % air % % %
(mm) %
Vanami 1 Crumble 32% 11% 5% 4% 13%
0.42 – 0.71
Vanami 2 Crumble 32% 11% 5% 4% 13%
0.71 – 1
Vanami 3 Crumble 32% 11% 5% 4% 13%
0.9 – 1.18
Vanami Pellet 30% 11% 5% 4% 13%
3S 1.2 X 2-4
Vanami Pellet 30% 11% 5% 4% 13%
3M 1.5 X 2-4
Sumber : PT. Thai Union Kharisma Lestari
21
Gambar 5 Pakan yang di gunakan
b. Dosis pakan dan frekuensi pemberian pakan
Dosis pakan pada PT. UKSMA selama budidaya berlangsung
menggunakan metode pemberian pakan blind feeding dimulai dari DOC 1 – 35
Hari. Frekuensi pemberian pakan pada saat masih menggunakan program blind
feeding di berikan sebanya emapat kali dengan jam pemberian 06.00 WIB, 10.00
WIB, 14.00 WIB, 19.00 WIB hal ini sesuai dengan pendapat (Suriawan et al.,
(2019) bahwa pemberian pakan dilakukan 4-6 kali sehari.. Setelah melewati
program pakan blind feeding maka pemberian pakan secara manual hanya di
lakukan satu kali yaitu pada pukul 06.00 saja yang disebut demand feeding
dimana pemberian pakan disesuaikan dengan berat tubuh udang setelah
dilakukan sampling. Demand feeding dilakukan pada DOC 36 hingga panen.
Sebelum pakan ditebar, pakan ditimbang terlebih dahulu disesuaikan dengan
jumlah pakan yang akan diberikan. Pemberian pakan pada pagi hari dilakukan
secara manual dengan dosis pemberian 10% dari total pakan perhari dan
selebihnya dapat dilakukan pemberian menggunakan automatic feeder yang diisi
pada jam 07.00 pagi dan akan di nyalakan pada jam 10.00 dan automatic feeder
akan menyala hingga pakan habis akan dimatikan pada jam 18.00.
22
Gambar 6 Pemberian Pakan
23
Gambar 7 Pemasukan Pakan
d. Monitoring Pakan
Monitoring pakan di lakukan setelah pemberian pakan dan di cek 1 – 3
jam dengan bantuan anco setelah itu di lakukan secara rutin agar dapat
mengelola pemberian pakan selanjutnya agar tidak terjadi nya overfeeding. Anco
tersebut berbentuk bundaran dengan bahan dasar kerangka stainless steel dan
strimin agar mudah tenggelam. Penebaran pakan di anco di beri sebelum
pemberian untuk keseluruhan pakan yang di berikan dan pakan di takar sesuai
Average Body Weight (ABW) udang, pada DOC 20 dilakukan pengontrolan
pakan mulai di lakukan dengan menggunakan anco Hal ini sesuai dengan
(Choeronawati et al., (2019) yang mengatakan bahwa pengontrolan jumlah
konsumsi pakan udang vaname dimulai pada saat udang memasuki DOC 20.
Ada beberapa hal yang sering di perhatikan ketika melihat anco dalam hal
monitoring pakan:
a) Morfologi udang di lihat keseluruhan nya apakah menandakan adanya
penyakit.
b) Keberadaan uda di anco, jika keberadaan udang banyak di anco maka
dari itu udang masih makan pakan di sekitar kolam.
c) Pakan yang di anco dapat selalu di lihat agar dapat mengetahui nafsu
makan udang. Gambar montoring pakan melalui anco dapat dilihat pada
Gambar 8.
24
e. Tempat Penyimpanan Pakan
Pakan disimpan di dalam gudang dengan ventilasi yang cukup baik dan
di alasi papan yang memiliki ketinggian 10 cm serta pakan di susun 14 sak ke
atas agar memudahkan untuk menghitung stock pakan yang ada di gudang.
Pada lokasi praktik proses penyimpanan pakan menggunakan sistem first in first
out ( masuk pertama/keluar pertama) agar kualitas pakan tetap terjaga, gudang
pakan sudah cukup bersih tidak lembab dan tidak bersentuhan tanah letak
gudang sudah jauh dari air yang akan masuk dalam gudang hal ini juga di
dukung (Arsad et al., 2016) penyimpanan pakan tidak langsung bersentuhan
dengan tanah untuk menghindari kerusakan pakan oleh tanah,penempatan
pakan yang tidak sesuai akan mengakibatkan turunnya kualitas pakan yang
berdampak buruk pada pertumbuhan udang dan berpengaruh pada kualitas air
pemeliharaan. Penyimpanan pakan dapat di lihat pada gambar 9.
25
Gambar 10 Pengecekan pH
Nilai pH pada saat pemeliharaan di PT. UKSMA di pagi hari cenderung
lebih rendah dari pada sore hari. Hal tersebut disebabkan karena biota
melakukan respirasi pada malam hari sehingga menghasilkan CO2 , fotosintesis
baru berjalan dan kandungan CO2 masih tinggi sehingga pH cenderung asam.
Hal ini di perkuat oleh pendapat (Yunarty et al., (2022) bahwa aktivitas mikroba
dalam menguraikan bahan organik menyebabkan tingginya konsentrasi CO2
yang mengakibatkan menurunnya nilai pH pada suatu perairan. Hasil
pengukuran pH pagi dapat dilihat pada gambar 11.
pH Pagi
9
8.5
Nilai pH
8
7.5
7
6.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
26
pH Sore
9.5
9
8.5
Nilai pH
8
7.5
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
27
Kecerahan
140
120
100
80
Cm
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
B4 B5 B6 B7 B8
B9 IMTB 3 IMTB 7 IMTB 8 IMTB 9
Gambar 14 Grafik kecerahan
Kecerahan yang dapat dilihat pada grafik trus menurun angka nya dapat
diketahui perairan tambak semakin pekat dan terjadinya kepekatan dikarenakan
pertumbuhan plangton semakin meningkat menurut. (Ghufron et al., (2018)
plangton merupakan organisme hiudp yang didalam perairan dengan berbagai
jenis yg digunakan oleh udang sebagai pakan alami serta menjadi pewarna alami
bagi perairan tambak yang menandakan kesehatan pemeliharaan dan
berpengaruh pada kecerahan karena semakin banyak jumlah plankton akan
membuat nilai kecerahan semakin kecil.
c. DO
Pengukuran DO mulai dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi pukul 05.00
WIB, dan Malam pukul 19.00 WIB. Hasil pengukuran DO disajikan pada
lampiran. Hasil pengukuran didapatkan nilai oksigen terlarut rata rata berada
pada kisaran 4,5 – 6,0 mg/l. Adapun kegiatan pengukuran DO dapat di lihat pada
Gambar 15.
Gambar 15 Pengecekan DO
Pengukuran DO dilakukan dua kali yakni pada pagi subuh dan malam
hari dikarenakan titik terendah oksigen didalam perairan berada pada pagi subuh
dan malam hari pada saat sebelum terbit dan sesudah terbenam, karena satu
28
satunya suplai oksigen hanya berasal dari kincir saja, sedangkan pada pagi
cerah hingga sore hari oksigen bisa bersumber dari hasil fotosintesis plankton
dan kincir (Renitasari & Musa, (2020). Grafik DO pagi dapat dilihat pada Gambar
16.
DO Pagi
6
5
4
(mg.l-1)
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
DO Malam
8
6
(mg.l-1)
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
29
hari pada saat plankton sudah tidak melakukan fotosintesis dan menghasilkan
oksigen.
d. suhu
Pengukuran Suhu mulai dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi pukul
05.00 WIB, dan Malam pukul 19.00 WIB pengukuran dilakukan bersamaan
dengan pengukuran DO. Hasil pengukuran Suhu disajikan pada lampiran. Hasil
pengukuran di lapangan selama proses produksi, didapatkan nilai suhu berada
pada kisaran 24 - 30℃ . Adapun grafik suhu pagi dapat dilihat pada gambar 18.
Suhu Pagi
30
28
26
(C⁰)
24
22
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
30
Suhu Malam
35
30
25
20
(C⁰) 15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
e. salinitas
Pengukuran salinitas hanya di lakukan satu kali yakni pada pagi hari.
Pengukuran ini tidak di lakukan langsung di lapangan dan di lakukan di dalam
laboratorium dengan sampel yang sudah di ambil dan di bawa ke laboratorium
pada saat bersamaan pengukuran pH pagi. Nilai Grafik salinitas pada masa
pemeliharaan dapat di lihat pada gambar 20.
Salinitas
40
35
30
25
(g.l-1)
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
31
tinggi akan menghambat pertumbuhan organisme budidaya bahkan apabila
berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan kematian (Sahrijanna &
Septiningsih, (2017).
f. Alkalintas
Pengukuran alkalinitas dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan
titrasi, volume hasil pengukuran alkalinitas yang di dapatkan dari hasil titrasi akan
di kali dengan angka. Nilai Grafik salinitas pada masa pemeliharaan dapat di lihat
pada gambar 21.
Alkalinitas
200
150
(mg.l-1)
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Minggu
B. Penyiponan
Penyiponan dilakukan satu kali dalam sehari apabila kematian tinggi akan
di lakukan penyiponan dua kali dalam sehari untuk menjaga dan menstabilkan
perairan tambak guna menimalisir terjadinya penurunan imun udang. Penyiponan
di lakukan pertama kali pada DOC 30. bahan organik yang ada dalam perairan
tersebut pada awal pertama penyiponan dilakukan dengan durasi lama agar
bahan organik terbuang semua, penyiponan selanjutnya dilakukan tidak terlalu
bersih akan disisa kan setelah itu dilakukan penambahan air atau penggantian
air kedalam tambak. pergantian air berguna untuk mengencerkan bahan organik
sisa metabolisme dan sisa pakan (Wulandari & Widyorini, 2015).
32
Penyiponan dilakukan pada pagi hari dengan membuka pipa sentral
kemudian memasukan dop spiral yang ada dalam pipa sentra tersebut setelah itu
pada pembuangan pipa sentral pada out – let di buka dan dipasang waring untuk
mengangkut udang yg mati dan udang hidup. Udang yang mati akan di hitung
jumlah nya agar dapat diketahui populasi sebenarnya. Gambar hasil penyiponan
dapat dilihat pada Gambar 22.
33
Pencegahan masuk nya hama yang di lakukan di PT UKSMA agar
dengan penerapan biosecurity di awal persiapan tambak agar setelah pengisian
air tidak adanya masuknya hama seperti biawak dan kepiting tidak masuk dalam
perairan tambak sebelum penebaran dimulai dan setelah dilakukan operasional
budidaya. Kedua hama ini juga menjadi carrier dan bibit masuknya penyakit
kedalam kolam. Tidak hanya itu, manusia atau pembudidaya juga yang menjadi
carrier yang sering tidak sengaja menginjakkan kaki kedalam outlet dan disaat
penyiponan maka dari itu pembudidaya di PT. UKSMA melakukan pembersihan
tubuh sebelum masuk kedalam perairan tersebut.
b. Penyakit
Penyerangan penyakit pada PT. UKSMA penyakit yang sering
menyerang udang pada siklus belakangan dan sebelumnya yaitu infection
Myonecrosis Virus (IMNV). IMNV menyerang pada Saat udang memasuki DOC
40 pada saat pengecekan anco biasanya dilihat penyakit ini sudah muncul
dengan memliki ciri – ciri otot berwarnah putih, warna udang pucat, abdomen
hingga ekor memerah, kram pada bagian abdomen, dan hepatopankreas
(Iskandar et al., 2022). Penyebaran penyakit myo ada dan menyebar ke semua
udang dikarenakan kualitas benur yang tidak berkualitas maka dari perlu nya
sebelum proses penerimaan benur melihat kualitas benur Spesific Pathogen
Free (SPF) penularan nya juga terjadi dikarena udang kanibalisme dan air yang
tidak bagus dikarenakan kemarian udang tersebut maka dari itu di PT. UKSMA
melakukan proses penyiponan dua kali dalam sehari guna menjaga kualitas air
udang yang sudah mati akibat kanibalisme dikeluarkan dan tidak lagi dimakan
oleh udang yang lain serta penyiponan juga berfungsi untuk mengeluarkan
bahan organik yang merupakan amoniak beracun dan bisa menyebabkan udang
stres terserang penyakit, dan mati (Lestantun et al., (2020).
4.2.12 Panen
a. Panen Parsial
Pada PT UKSMA penen parsial dilakukan pada abw udang sudah menuju
13 sampai 15 gram. Panen parsial dilakukan dua kali selama satu siklus guna
untuk mengejar pertumbuhan udang selanjut nya dengan maksud carrying
capacity atau daya dukung air terhadap udang sudah maksimum untuk
mengurangi jumlah udang agar udang tidak gampang stres terhadap bahan
organik yang semakin banyak di karena veses dan pakan dikarenakan
kepadatan udang yg sudah lebih. Pada PT UKSMA panen parsial biasanya
dilakukan dengan cara hanya memanen 11 % sampai 15% saja setiap satu
sekali melakukan panen parsial baik itu parsial pertama dan selanjut nya akan di
panen total pada doc 120 pada target di PT. UKSMA. Jarak partial pertama dan
kedua berjarak 10 hari dan panen partial dilakuka oleh tenaga kerja harian
dibantu dengan pembudidaya dan feeder setelah itu diawasi oleh teknisi
bersama asisten teknisi. Hal ini sesuai dengan (Mulyanie et al., 2018) panen
partial bertujuan untuk mengurangi padat tebar, mengurangi pengurangan pakan
dan untuk memenuhi permintaan pasar. Pada kegiatan panen parsial dapat
dilihat Gambar pada Gambar 24.
34
Gambar 24 Panen Parsial
b. Panen Total
Panen total dilakukan dengan cara membuka pintu kolam dan diganti
dengan pintu panen dan disambung dengan jaring sekitar 2- 4 meter, ketika pintu
sudah dibuka udang akan masuk ke dalam jaring, udang diangkut menggunakan
blong biru muatan 1 ton dan diangkut menggunkana mobil pick up ke tempat
penyortiran. Proses panen yang dilakukan tidak memakan banyak waktu
sehingga udang yang diangkat masih tetap segar karena proses pengangkatan
begitu cepat dimasukkan kedalam box es. Panen pada siklus ini target
perusahan menginginkan udang panen dengan size 30 dan 40 biasanya
dilakukan pada DOC 100 atau 120 tergantung target perusahaan pada siklus
tersebut. Panen total dapat dilihat pada gambar 25.
a) Pengangkutan b) Sampling
35
c) Penimbangan dan Distribusi
Gambar 25 Proses Panen
b. Evaluasi Budidaya
Setelah proses budidaya berakhir maka akan di lakukan evaluasi
bersama yang di sebut meeting untuk mengevaluasi yang sekiranya menurut
para teknisi menggangu proses budidaya sehingga kurang mencapai target agar
disiklus berikutnya kegiatan atau hal yang dilakukan disiklus sebelumnya tidak di
terapkan kembali pada siklus kedepannya.
36
Gambar 26 IPAL
4.3 Kinerja Budidaya
4.3.1 ABW
Pengamatan pertumbuhan merupakan hal yang wajib pada setiap proses
kegiatan budidaya udang, di PT UKSMA pengamatan pertumbuhan di
laksanakan dimulai pada DOC 35. Adapun berat rata rata pada setiap kolam
pemeliharaan dapat di lihat pada gambar 27.
Nilai ABW (gr/ekor)
Diagram yang dapat di lihat pada sampling pertama pada doc 35 berat
rata rata udang 3 gram. pada kolam B9 petumbuhan berat udang tidak begitu
cepat pada proses budidaya dan pada kolam IMB9 berat yang sangat tinggi pada
saat panen.
4.3.2 ADG
Pertumbuhan udang per hari nya dapat di lihat setelah sampling kedua
pada DOC 42 hasil perolehan rata rata pertambahan berat per hari pada akhir
panen di PT UKSMA secara umum telah mencapai target yang ditetapkan
perusahaan. Grafik perolehan nilai Average Daily Growth (ADG) pada gambar
28.
37
Average Daily Growth
0.70
0.60
Pada DOC 42 ADG yang telah di lihat bahwa sudah sesuai dengan target
perusahaan yaitu minimal 0,2. Pada masa pemeliharaan ADG yang telah di hasil
kan 0,3 rata rata per kolam nya hal ini sesuai dengan pendapat (Lailiyah et al.,
2018) bahwa pertumbuhan bobot udang perhari yaitu 0,23g/hari. Pertumbuhan
udang selain itu usisa udang yang semakin tua juga mempengaruhi
pertumbuhan karena energi yang di serap dari pakan bukan hanya digunakan
untuk pertumbuhan.
4.3.3 Biomassa
Biomassa setiap petakan memiliki perbedaan dikarenakan jumlah tebaran
berbeda juga, biomassa selama pemeliharaan kolam IMB9 dapat dilihat
biomassa yang begitu cepat naik nya dan dapat di lihat pada kolam IMB7 kolam
tersebut paling terendah namun trus bertambah naik terus menerus dengan
begitu pertumbuhan udang pada saat pemeliharaan sangat baik, grafik kanaikan
biomassa setiap minggu nya dapat di lihat pada Gambar 29.
38
Biomassa
12,000
10,000
4.3.4 SR
Tingkat sintasan udang atau kelangsungan hidup (Survival rate) sangat
mempengaruhi hasil produksi. Tingkat kelangsungan hidup udang vaname
bervariasi pada setiap petakan tambak. Perolehan Survival rate pada siklus
sekarang dapat di lihat pada Gambar 30.
Survival Rate
90
80
70
60
Nilai SR (%)
50
40
30
20
10
0
DOC 35 DOC 42 DOC 49 DOC 56 DOC 63 DOC 70 DOC 77 DOC 84 DOC 91 DOC 98
Sampling
39
gerak, kualitas dan kuatintas pakan, penangan yang kurang baik dan cuaca
lokasi tambak kurang mendukung selama pemeliharaan udang vaname (Mahfud
et al., 2021)
4.3.5 FCR
Nilai Feed Convertion Ratio (FCR) menggambarkan jumlah pakan di
perlukan untuk menaikan 1 kg berat udang. Semakin rendah nilai FCR, maka
pakan digunakan semakin efisien. Berikut nilai Feed Convertion Ratio (FCR)
pada masing masing petak pemeliharaan yang diamati pada Gambar 31.
2.5
2
1.5
1
0.5
0
DOC 35 DOC 42 DOC 49 DOC 56 DOC 63 DOC 70 DOC 77 DOC 84 DOC 91 DOC 98
Sampling
Di peroleh FCR DOC 98 tertinggi pada kolam B9 yaitu 2,64 (Arsad et al., (2017)
mengemukakan bahwa pada umunya nilai FCR pada tambak vanname berkisar
1.4 – 1.8 dengan mengetahui nilai FCR, pembudidaya dapat meminimalisir
pengeluaran biaya.
40
Lanjutan tabel
7 Hasil Penjualan 9.710.429.700
8 R/C Ratio 1,23
9 PP Payback Period 3,13
a. Man:
1) Para pekerja bekerja tidak sesuai prosedur dikarenakan kurangnya
pedoman dalam bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
membuat SOP tertulis agar menjadi acuan para pekerja dalam
melakukan pekerjaannya.
b. Machine:
1) Kontruksi saluran intlet tidak rata sehingga banyak air menggenang di
dalamnya sehingga banyak ditumbuhi lumut-lumut dan berakibat
tersumbatnya pintu intlet kolam.
2) Perawatan sarana dan prasarana yang kurang baik sehingga sering
terjadi kerusakan seperti pada kincir, autofeeder, dan panel listrik.
3) Alat autofeeder sering macet Autofeeder diberi atap/penutup agar pada
saat hujan air tak masuk kedalam blong pakan.
c. Metode:
1) Kurangnya penerapan biosecurity seperti CPD sehingga hama berupa
biawak dan kepiting kerap kali masuk ke dalam petakan tambak.
2) Penebaran probiotik dan obat-obatan hanya pada satu titik,
menyebabkan lambatnya pengadukan di dalam kolam.
d. Material:
1) Padat tebar tinggi dan penggunaan pakan yang berlebihan
menyebabkan menurunnya kualitas air.
2) Kurang memperhatikan penggunaan dosis obat-obatan.
41
V. SIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan Praktik Lapang 2 dengan judul “Teknis Dan Analisis
Finansial Pembesaran Udang Vaname (Paneus vannamei) Sistem Intensif Di PT.
Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi Pandeglang, Banten dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek teknis budidaya yang di lakukan sudah dilakukan dengan cukup
baik sehingga proses budidaya berjalan sesuai SOP yang telah
ditetapkan.
2. Teknik budidaya udang vaname (Penaeus Vannamei) di PT. Ujung Kulon
Sukses Makmur Abadi meliputi persiapan wadah dan media
pemeliharaan, perhitungan benur, penebaran benur, pengolalaan pakan,
pengelolaan kualitas air, monotoring pertumbuhan, pengendalian hama
dan penyakit serta panen dan pasca panen.
3. Kinerja budidaya di PT. Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi
Pandeglang, Banten yaitu diperoleh saat panen FCR terendah 1,51 dan
FCR tertinggi 2,64 dengan ABW tertinggi pada masa pemeliharaan
terdapat pada kolam IMB9 yaitu 24,3 dan terendah pada kolam B9 yaitu
18,05 , ADG diantara 0,2 – 0,55 selama budidaya sesuai dengan target
perusahaan, dan SR yang dihasilkan antara 60% - 90% masih termasuk
kedalam target perusahaan. Produktivitas terbaik berada pada kolam
pemeliharaan IMB9 dan terendah pada kolam pemeliharaan B9.
4. Berdasarkan perhitungan analisis finansial budidaya pembesaran udang
vaname di PT. Ujung Kulon Sukses Makmur Abadi Pandeglang, Banten
layak untuk usaha budidaya.
5.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan terhadap feeder, dan
membuat SOP tertulis agar menjadi acuan para pekerja dalam melakukan
pekerjaannya.
2. Sebaiknya meningkatkan penerapan biosecurity sehingga hama berupa
biawak dan kepiting kerap kali masuk ke dalam petakan tambak
42
Daftar Pustaka
43
Choeronawati, A. I., Prayitno, S. B., & Haeruddin, . (2019). STUDI KELAYAKAN
BUDIDAYA TAMBAK DI LAHAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 191–204.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v11i1.22522
Dahlan, J., Hamzah, M., & Kurnia, A. (2019). Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) yang Dikultur pada Sistem Bioflok dengan
Penambahan Probiotik. JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan)
(Journal of Fishery Science and Innovation), 1(2).
https://doi.org/10.33772/jsipi.v1i2.6591
Dhewantara, Y. L., Danakusumah, E., & Mubarok, H. A. (2022). Penambahan
Probiotik Lactobacillus Plantarum Terhadap Pertumbuhan Udang
Vaname (Litopenaeus Vannamei). Journal of Aquaculture Science, 7(1).
https://doi.org/10.31093/joas.v7i1.207
Fatimah, S. S., Marwanti, S., & Supardi, S. (2020). KINERJA EKSPOR UDANG
INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT TAHUN 2009-2017: PENDEKATAN
MODEL CONSTANT MARKET SHARE (CMS). Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan, 15(1), 57.
https://doi.org/10.15578/jsekp.v15i1.7677
Fernando, E. (n.d.). PENGARUH VARIASI DOSIS...
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., & Suprapto, H. (2018). TEKNIK
PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA
TAMBAK PENDAMPINGAN PT CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk DI
DESA RANDUTATAH, KECAMATAN PAITON, PROBOLINGGO, JAWA
TIMUR. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2), 70.
https://doi.org/10.20473/jafh.v7i2.11251
Hafina, A., Sipahutar, Y. H., & Siregar, A. N. (2021). (Litopenaeus vannamei)
KUPAS MENTAH BEKU Peeled Deveined (PD). 2.
Hakim, L., Supono, S., Adiputra, Y. T., & Waluyo, S. (2018). PERFORMA
BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF
DI DESA PURWOREJO KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan,
6(2), 691. https://doi.org/10.23960/jrtbp.v6i2.p691-698
Iskandar, A., Trianto, Y., Hendriana, A., Lesmanawati, W., Prasetyo, B., &
Muslim, M. (2022). PENGELOLAAN DAN ANALISA FINANSIAL
PRODUKSI PEMBESARAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei.
Jurnal Perikanan Unram, 12(2), 256–267.
https://doi.org/10.29303/jp.v12i2.303
Khumaidi, A., Muqsith, A., Wafi, A., & Jasila, I. (2022). (Litopenaeus vannamei)
SECARA INTENSIF DI TAMBAK. 5.
Lailiyah, U. S., Rahardjo, S., Kristiany, M. G., & Mulyono, M. (2018).
PRODUKTIVITAS BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus
vannamei) TAMBAK SUPERINTENSIF DI PT. DEWI LAUT
AQUACULTURE KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT.
JURNAL KELAUTAN DAN PERIKANAN TERAPAN (JKPT), 1(1), 1.
https://doi.org/10.15578/jkpt.v1i1.7211
44
Lestantun, A., Anggoro, S., & Yulianto, B. (2020). Peran biosecurity dalam
pengendalian penyakit pada benih udang vanamei di Banten. Sumber,
11, 12.
Lusiana, R., Sudrajat, M. A., & Arifin, M. Z. (2021). MANAJEMEN PAKAN PADA
PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI
TAMBAK INTENSIF CV. BILANGAN SEJAHTERA BERSAMA. Chanos
Chanos, 19(2), 187. https://doi.org/10.15578/chanos.v19i2.10639
Mahfud, K., Nazlia, S., & Naufal, A. (2021). Resiko Produksi dan Pendapatan
Usaha Menggunakan Koefisien Variansi Budidaya Udang Vaname
(Litopanaeus vannamei) di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya.
Jurnal TILAPIA, 2(2), 34–46. https://doi.org/10.30601/tilapia.v2i2.2008
Mahmudi, M., & Musa, M. (2020). HUBUNGAN pH DENGAN PARAMETER
KUALITAS AIR PADA TAMBAK INTENSIF UDANG VANNAMEI
(Litopenaeus vannamei). 4.
Makmur, ., Suwoyo, H. S., Fahrur, M., & Syah, R. (2018). PENGARUH JUMLAH
TITIK AERASI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus
vannamei. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(3), 727–738.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v10i3.24999
Mangampa, M., & Suwoyo, H. S. (2016). Budidaya udang vaname (Litopenaeus
vannamei) teknologi intensif menggunakan benih tokolan. Jurnal Riset
Akuakultur, 5(3), 351–361.
Maruta, H. (n.d.). ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR
PERENCANAAN LABA BAGI MANAJEMEN.
Mulyanie, E., As’ari, R., & Darmawan, C. (2018). Aktivitas Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus Vannamei) Pada Kawasan Pasca Penambangan
Pasir Besi di Pantai Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.
Mustafa, A. (2012). KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK BERBAGAI
KOMODITAS DI TAMBAK. Media Akuakultur, 7(2), 108.
https://doi.org/10.15578/ma.7.2.2012.108-118
Nasution, Z., & Yanti, B. V. I. (2015). ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG
SECARA INTENSIF DI KOLAM TAMBAK. Jurnal Kebijakan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 5(1), 1.
https://doi.org/10.15578/jksekp.v5i1.1070
Nugraha, I. M. A., Desnanjaya, I. G. M. N., Serihollo, L. G. G., & Siregar, J. S. M.
(2020). Perancangan Hybrid System PLTS dan Generator Sebagai Catu
Daya Tambahan Pada Tambak Udang Vaname: Studi Kasus Politeknik
Keluatan Dan Perikanan Kupang. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, 19(1),
121. https://doi.org/10.24843/MITE.2020.v19i01.P18
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). PERTUMBUHAN
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF.
JURNAL ENGGANO, 2(1), 58–67.
https://doi.org/10.31186/jenggano.2.1.58-67
Rakhfid, A., Baya, N., Bakri, M., & Fendi, F. (2017). Growth and survival rate of
white shrimp (Litopenaeus vannamei) at different density. 1(2).
45
Renitasari, D. P., & Musa, M. (2020). Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada
Budidaya Intensif Udang Vanamei (Litopeneus vanammei) Dengan
Metode Hybrid System. 2(1).
Rosyidah, L., Yusuf, R., & Deswati, R. H. (2020). PROFIL BUDIDAYA SERTA
KELEMBAGAAN SISTEM DISTRIBUSI UDANG VANAME DI
KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR. Buletin Ilmiah Marina
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 6(1), 51.
https://doi.org/10.15578/marina.v6i1.8540
Sahrijanna, A., & Septiningsih, E. (2017). Variasi Waktu Kualitas Air Pada
Tambak Budidaya Udang Dengan Teknologi Integrated Multitrophic
Aquaculture (IMTA)di Mamuju Sulawesi Barat. Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan, 8(2). https://doi.org/10.20956/jal.v8i16.2991
Sitanggang, L. P., & Amanda, L. (2019). Analisa kualitas air alkalinitas dan
kesadahan (hardness) pada pembesaran udang putih (Litopenaeus
vannamei) di Laboratorium Animal Health Service binaan PT. Central
Proteina Prima Tbk. Medan. TAPIAN NAULI: Jurnal Penelitian Terapan
Perikanan Dan Kelautan, 1(1), 29–35.
Sitohang, R. V., Herawati, T., & Lili, W. (2012). Pengaruh pemberian dedak padi
hasil fermentasi ragi (Saccharomyces cerevisiae) terhadap pertumbuhan
biomassa Daphnia sp. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(1).
Supono, S. (2020). Teknologi Produksi Udang.
Suriawan, A., Efendi, S., Asmoro, S., & Wiyana, J. (2019). Sistem budidaya
udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak hdpe dengan
sumber air bawah tanah salinitas tinggi di kabupaten Pasuruan. Jurnal
Perekayasaan Budidaya Air Payau Dan Laut, 14, 6–14.
Syafaat, M., Mansyur, A., & Tonnek, S. (2012). Dinamika Kualitas Air Pada
Budidaya Udang Vaname. Litopenaeus Vannamei.
Syah, R., Makmur, M., & Undu, M. C. (2014). ESTIMASI BEBAN LIMBAH
NUTRIEN PAKAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN PESISIR UNTUK
TAMBAK UDANG VANAME SUPERINTENSIF. Jurnal Riset Akuakultur,
9(3), 439. https://doi.org/10.15578/jra.9.3.2014.439-448
Uddin, N., Rashid, M., Mostafa, M., Rahman, M., & Aziz, A. (2016). Development
of Automatic Fish Feeder.
Utomo, N. B. (2012). ANALISIS USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
(Litopenaues vannamei) DI DESA GEDANGAN KECAMATAN
PURWODADI KABUPATEN PURWOREJO. Surya Agritama: Jurnal Ilmu
Pertanian Dan Peternakan, 1(2).
Wulandari, T., & Widyorini, N. (2015). DI DESA KEBURUHAN PURWOREJO. 4.
Yuktika, S., Sutiyanti, E., Dhewi, E. S., Martika, S. D., & Sa’diyah, R. D. (n.d.).
Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam terhadap Kualitas Fermentasi
Udang The Influence of Salt Concentration on the Fermentation of
Shrimp.
Yunarty, Y., Kurniaji, A., Budiyati, B., Renitasari, D. P., & Resa, M. (2022).
KARAKTERISTIK KUALITAS AIR DAN PERFORMA PERTUMBUHAN
BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SECARA
46
INTENSIF. Pena Akuatika : Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 21(1),
71. https://doi.org/10.31941/penaakuatika.v21i1.1871
Zaenal Abidin, Z. A. (n.d.). Pengaruh Penggunaan Probiotik Yang Difermentasi
Dengan Sumber Karbon yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Udang
Vaname (Litopaeus vannamei).
LAMPIRAN
b. bahan
NO BAHAN SFESIFIKASI KEGUNAAN
1 Benur PL 10 Biota yang dibudidayakan
2 Pakan 25 kg/sak Untuk pertumbuhan udang
3 Kapur Dolomit 50 kg/sak Menetralkan kadar asam
4 Kapur CaO 25 kg/sak Memperbaiki pH
5 Cupri Sulfat 500 g/bungkus Desinfektan
6 Delstar 5l Desinfektan
7 TCCA 90% Sterilisasi
Bakteri pengurai bahan organik dan
8 SP Lacto 5l
vibrio
9 Saponin 20 kg/sak Melawan Hama
10 Cacl 25 kg/sak Membantu proses moulting
11 Kapur Tohor 25 kg/sak Membantu kebutuhan Kalsium
12 Dedak 30 kg/sak sumber karbon plankton
47
Membantu dedak menangkap gas
13 Ragi 500 g CO2 yang dihasilkan dari proses
pembuatan fermentasi dedak
14 Omya 50 kg/sak Membantu Kebutuhan Kalsium
DOC F/D
B4 B5 B6 B7 B8
1 11 10 10.5 16 12
2 12 11 11.5 17 13
3 13 12 12.5 19 15
4 14 14 15 21 17
5 17 16 17 23 19
6 20 19 20 25 21
7 23 22 23 27 23
8 26 25 26 30 26.5
9 29 28 29 33 30
10 32 31 31 36 33
11 36 34 34.5 40 35
12 40 37 38.5 44 38.5
13 43 40 41.5 47 40
14 44 40 41.5 52 43.5
15 44 44 43.5 57 48
16 48 48 49.5 61 52
17 52 51 53 67 56.5
18 55 55 57 70 60.5
19 59 58 60 74 63.5
48
20 59 61 63 78 66.5
21 62 64 66.5 84 71.5
22 66 69 70.5 90 76.5
23 71 74 74.5 96 82.5
24 76 79 78.5 102 88.5
25 80 85 82.5 110 96.5
26 86 93 88 118 105
27 93 98 95 126 112
Lampiran 3 lanjutan
28 100 103 100 136 120
29 98 109 107 136 109
30 105 99.5 98 125 101
31 112 101 101 135 108
32 116 107 108.5 144 116
33 124 114 116 155 125
34 131 122 125 170 132
35 138 128 130 190 140
36 150 136 138 210 148
37 165 146 146 220 158
38 180 158 158 220 170
39 195 168 168 235 185
40 200 180 180 220 110
41 215 190 150 180 120
42 200 190 150 150 120
43 190 175 170 215 160
44 190 175 170 80 160
45 190 190 180 80 160
46 190 175 170 60 60
47 190 140 170 70 70
48 190 140 170 95 70
49 210 70 170 110 90
50 150 80 130 190 120
51 200 80 150 190 130
52 200 105 170 175 150
53 203 148 173 155 150
54 205 150 175 158 150
55 205 150 175 160 160
56 220 150 190 180 180
57 230 160 200 260 240
58 230 190 210 260 240
59 230 195 210 240 240
60 240 195 240 245 260
61 260 215 240 245 280
62 280 215 200 250 280
49
63 280 220 195 250 280
64 280 208 213 260 260
65 280 208 213 280 260
66 260 208 220 280 260
67 285 220 260 280 260
68 285 220 260 280 280
69 285 180 190 280 200
Lampiran 3 lanjutan
70 290 100 100 280 200
71 280 100 100 290 200
72 240 160 100 290 240
73 280 180 120 300 260
74 300 180 180 300 260
75 300 170 180 280 240
76 270 150 10 280 240
77 270 80 80
78 235 245 175
79 80 245 175
80 215 245 175
81 175 245
82 215 245
83 245
84 245
85 280
86 280
87 280
88 280
89 280
90 270
91 280
92 240
93 260
94 240
95 260
96 240
97 240
98 236,5
50
3 15.5 8 9.5 8 6
4 17.5 9 10.5 9 7
5 19.5 10 11.5 10 7,5
6 22.5 11 12.5 11 8
7 26 11 13.5 12 8,5
8 29.5 12 15 13 10
Lampiran 3 lanjutan
9 33 13 16 14 11
10 37 14 17 15 12
11 41 15 18 16 13
12 45 17 19 17 14
13 45 18 20 18 15
14 49 19 22 19 16
15 53 20 24 20 18
16 57.5 21.5 26 21.5 20
17 62 21.5 26 21.5 22
18 66 23 28 23 24
19 70 25 31 25 23
20 73 27 34 27 23
21 78 29 37 29 27
22 83 29 37 29 31
23 89 31 39 31 30
24 95 32 40 32 32
25 103 34 42 34 34
26 110 36 43.5 35 37
27 117 41 47.7 38.5 52
28 125 44 50.5 41.3 57
29 111 49 54.5 46 65
30 103 54 58.5 50 54
31 111 59 63 55 56,5
32 119 64 68 58 59
33 127 67 72 62 62
34 135 70 76 66 64
35 146 70 78 70 66
36 158 79 89 79 70
37 170 87 99 87 70
38 185 90 114 90 65
39 195 69 120 69 65
40 200 50 128 84 65
41 190 50 132 70 65
42 190 50 140 65 65
43 145 85 90 85 70
44 150 80 85 80 70
45 150 85 70 85 75
51
46 150 90 70 90 75
47 150 85 70 85 75
48 150 85 70 85 80
49 150 85 70 85 76
50 155 85 90 85 75
Lampiran 3 lanjutan
51 155 45 80 85 75
52 155 50 70 85 80
53 155 85 60 85 80
54 155 85 60 85 80
55 170 70 60 86 85
56 195 70 70 92 85
57 175 71 82 92 75
58 140 70 92 92 75
59 195 72 95 94 75
60 20 85 120 95 75
61 80 85 140 95 80
62 100 85 140 95 80
63 155 85 140 95 80
64 155 90 145 100 95
65 155 90 165 110 95
66 20 85 165 110 95
67 20 80 165 110 95
68 80 80 145 110 95
69 120 85 145 110 95
70 90 90 145 110 95
71 90 110 145 110 100
72 30 110 145 110 100
73 20 110 145 110 100
74 40 110 145 80 100
75 80 110 140 60 100
76 80 110 140 60 100
77 80 80 100 100 100
78 90 110 150 100 105
79 90 110 150 120 105
80 90 80 150 80 105
81 90 80 150 80 90
82 90 80 150 100 50
83 90 85 115 85 85
84 90 85 15 85 83
85 150 85 115 85
86 150 90
87 150 90
88 150 90
52
89 150 95
90 150 90
91 150 90
92 150 90
Lampiran 3 lanjutan
93 150 90
94 150 60
95 150
96 150
97 150
98 150
Lampiran 4 Data Sampling
53
77 7 16,72 0,49 60 82
84 8 18,35 0,23 54 77
Lampiran 4 lanjutan
91 9 20,58 0,32 49 73
98 10 24,90 0,62 40 69
B8 35 1 3,72 269 80
42 2 5,75 0,29 174 79
49 3 7,68 0,28 130 78
56 4 8,63 0,14 116 77
63 5 12,31 0,53 81 72
70 6 14,97 0,38 67 65
77 7 18,33 0,48 55 57
84 8 19,30 0,14 52 68
B9 35 1 3,45 290 73
42 2 5,00 0,22 200 72
49 3 7,49 0,36 134 71
56 4 9,02 0,22 111 70
63 5 11,36 0,33 88 63
70 6 11,29 0,00 89 48
77 7 12,64 0,19 79 33
84 8 13,22 0,08 76 66
91 9 14,71 0,21 68 56
98 10 18,50 0,54 54 41
IMTB 3 35 1 3,48 287 85
42 2 4,85 0,2 206 84
49 3 6,33 0,21 158 83
56 4 8,16 0,26 123 82
63 5 10,05 0,27 100 81
70 6 12,51 0,35 80 80
77 7 15,28 0,4 65 79
84 8 17,36 0,3 58 65
91 9 20,36 0,43 49 64
IMTB 7 35 1 3,95 253 80
42 2 6,10 0,31 164 79
49 3 8,10 0,29 123 78
56 4 10,40 0,33 96 77
63 5 12,99 0,37 77 76
70 6 15,42 0,35 65 75
77 7 18,30 0,41 55 73
84 8 21,30 0,43 47 63
IMTB8 35 1 3,60 278 90
42 2 5,15 0,22 194 89
49 3 7,20 0,29 139 88
56 4 9,37 0,31 107 86
54
Lampiran 4 lanjutan
63 5 11,14 0,25 90 84
70 6 14,50 0,48 69 82
77 7 17,28 0,40 58 80
84 8 19,02 0,25 53 75
91 9 20,00 0,14 50 70
IMTB9 35 1 4,30 233 80
42 2 6,38 0,30 157 79
49 3 9,30 0,42 108 78
56 4 11,30 0,29 88 77
63 5 13,67 0,34 73 76
70 6 17,10 0,49 58 75
77 7 18,84 0,25 53 74
84 8 21,02 0,31 48 73
91 9 23,16 0,31 43 69
98 10 24,30 0,16 41 65
55
Lampiran 5 Pengukuran Kualitas Air
1. Pengukuran suhu
Mingg
Kolam waktu
u
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B4 Pagi 27 26 26 26 26 26 26 26 25 25 24 26
Malam 29 29 29 28 28 27 28 27 27 27 26 27
B5 Pagi 27,3 26,2 26,7 25 25,8 25,8 25,7 25,8 24,8 24,6 24,3
Malam 29,1 27,7 28,4 26,4 27,7 26,9 28 27 26,9 26,6 26
B6 Pagi 27,1 26,2 26,8 24,9 25,8 25,8 25,7 25,8 24,6 24,7 24,3
Malam 28,9 27,8 28,3 26,4 27,7 27,5 28 27,1 26,9 26,6 26,1
B7 Pagi 27,2 26,6 26,6 25,7 26,1 26,2 25,9 25,9 24,6 24,8 24,7 25,3 24,8 25,6
Malam 29,6 28 27,2 27,4 27,1 28,1 27,8 27,2 26,7 26 26,4 26,6 26,4 26,4
B8 Pagi 27,2 26,6 26,9 26,1 26,5 26,1 26,1 26,1 24,7 24,7 24,9 25,8
Malam 29,6 28,1 27,4 27,4 27 27,9 27,7 27,1 26,7 26,5 26,6 27,1
B9 Pagi 27,2 26,4 26,8 25,7 26,3 26,1 26,1 26,1 24,9 24,8 25 25,9 25,5 25,7
Malam 30,3 28,1 27,2 27,6 27,1 28,4 28,3 27,8 26,7 26,8 26,8 27,1 27,2 26,3
IMTB 3 Pagi 27,4 27,9 26,4 25,3 24,8 24,8 26,2 25,7 25,7 24,9 23,7 24,4 25,2
Malam 29,5 28,7 29,2 27,7 27,8 26,7 27,8 26,5 26,5 27 24,9 25,8 27
IMTB 7 Pagi 27,9 27,9 26,8 25 24,8 25 26,1 25,9 25,9 24,7 23,7 24,8 25,3
Malam 30,1 28,8 29,7 28,1 27,9 27,2 27,9 27 27 27,1 25,2 26,5 26,8
IMTB 8 Pagi 28 28 27 26 26 25 27 26 26 25 24 25,2 26
Malam 30 29 30 29 29 27 28 27 27 28 25,7 26,7 27,6
IMTB 9 Pagi 28 28 27 26 25 25 26 26 26 25 23,8 24,9 25,5 25,1
Malam 30 29 29 28 29 27 28 27 27 27 25,4 26,2 27 26,2
56
2. Pengukuran kecerahan
Kolam Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B4 120 120 70 35 35 20 30 25 35 30 27,5 17,5
B5 120 100 60 70 30 25 30 35 45 30 17,5
B6 100 100 70 50 40 40 30 30 40 30 17,5
B7 120 100 80 70 35 40 30 35 30 20 32,5 22,5 17,5 22,5
B8 120 120 75 110 40 30 40 50 30 15 17,5 17,5
B9 110 100 80 35 45 35 30 35 30 30 17,5 22,5 27,5 27,5
IMTB 3 100 65 100 45 45 25 25 25 30 20 17,5 17,5 12,5
IMTB 7 120 90 60 40 30 25 20 35 25 20 12,5 17,5 17,5
IMTB 8 120 75 50 65 25 35 25 25 30 30 17,5 12,5 12,5
IMTB 9 120 90 75 40 30 20 35 30 30 30 12,5 12,5 12,5 12,5
57
3. Pengukuran pH
Mingg
Kolam waktu
u
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B4 Pagi 8,7 8,7 8,4 7,9 8,1 8,1 8,1 8 8,1 7,8 7,7 7,6
Sore 8,7 8,7 8,9 9 8,5 8,8 8,4 8,4 8,4 8,2 8,4 8,6
B5 Pagi 8,7 8,7 8,5 8,3 8,1 8,1 8,1 8 8 7,7 7,9
Sore 8,7 8,7 8,9 8,5 8,6 8,5 8,4 8,4 8,3 8,3 8,6
B6 Pagi 8,7 8,6 8,4 8,3 8,1 8,1 8,2 8,4 8,1 7,9 7,9
Sore 8,7 8,8 9,1 9 8,3 8,5 8,5 8,9 8,3 8,3 8,4
B7 Pagi 8,7 8,7 8,3 8,2 8,1 8 8 8,2 8 7,9 8,1 7,6 7,9 7,8
Sore 8,8 8,8 8,9 8,5 8,5 8,6 8,8 8,8 8,4 9 8,7 8,1 8,6 8,7
B8 Pagi 8,7 8,6 8,6 8,3 8,1 8 8 8 8 7,8 7,6 7,6
Sore 8,8 8,8 8,9 8,5 8,5 8,5 8,7 8,4 8,4 8,2 8 8,5
B9 Pagi 8,8 8,6 8,3 8,2 8 8,1 8 8 8,1 8 8,1 7,7 8,1 7,7
Sore 8,9 8,7 8,9 8,7 8,4 8,6 8,6 8,5 8,7 8,7 8,7 7,9 8,3 8,4
IMTB 3 Pagi 8,8 8,8 8,4 8,1 8 8,2 8 8,1 7,9 7,8 7,8 7,8 7,7
Sore 8,9 9 8,8 8,8 8,2 8,4 8,3 8,5 8,4 8,7 7,9 8,1 8,2
IMTB 7 Pagi 8,7 8,7 8,4 8,2 8,1 8,1 8,1 8,1 7,9 8 7,6 7,7 7,9
Sore 8,7 8,9 8,8 8,7 8,3 8,4 8,3 8,4 8,4 8,5 8,1 8,3 8,9
IMTB 8 Pagi 8,7 8,6 8,6 8,2 8,1 8,2 8 8,2 8 8,1 7,8 7,8 7,8
Sore 8,7 8,8 9,1 8,6 8,9 8,5 8,5 8,8 8,5 8,5 8,4 8,6 8,6
IMTB 9 Pagi 8,7 8,6 8,4 8,1 8,2 8 8 8,1 7,8 8 7,7 7,7 7,7 7,7
Sore 8,8 8,8 8,7 9 8,7 8,4 8,3 8,4 8,3 8,3 8,3 8,4 8,1 8,4
58
4. Pengukuran salinitas
Petak Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B4 28 30 26 25 28 30 31 32 33 35 35 36
B5 28 28 27 28 30 31 33 33 34 34 35,5
B6 28 28 27 27 30 31 33 34 34 35 35
B7 30 29 27 29 32 33 35 35 35 35 35 36 36,5 36
B8 28 27 26 26 28 30 31 33 33 35 35 36
B9 30 28 27 28 31 32 33 34 35 35 35 36 36,5 36
IMTB 3 31 30 30 28 28 32 33 35 35 35 35,5 35 35
IMTB 7 28 29 31 28 28 31 32 33 35 35 35 36 35
IMTB 8 28 28 28 27 27 29 30 32 34 34 35 35 36
IMTB 9 28 30 28 27 27 30 31 33 35 35 35,5 35 36 36
59
5. Pengukuran DO
Kolam waktu Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B4 Pagi 4,7 4,9 4,7 4,2 4,5 4,6 4,3 4,3 4,8 4,6 4,5 4,6
Malam 5,3 4,9 6,3 5,9 4,9 5,9 5,2 5,1 6,8 4,4 4,1 4,2
B5 Pagi 4,4 4,97 3,82 4,77 4,12 4,61 4,29 4,37 4,79 4,28 4,38
Malam 5,47 5,2 6,39 5,48 5,46 5,61 5,07 5,09 5,91 4,73 4,18
B6 Pagi 5,22 4,99 4,45 4,7 4,2 4,56 4,51 4,08 4,81 4,51 4,32
Malam 5,81 5,39 6,92 6,55 5,19 5,17 5,43 5,27 5,47 4,46 3,99
B7 Pagi 4,96 4,82 4,21 4,73 4,37 4,06 4,16 4,16 4,59 4,16 4,4 4,67 5,33 4,25
Malam 5,51 6,4 5,16 5,85 5,07 5,17 5,35 5,4 5,57 4,55 4,61 4,48 4,87 4,75
B8 Pagi 4,81 5,07 4,5 4,11 4,28 4,19 3,18 3,81 4,67 4,26 4,18 4,73
Malam 5,34 6,32 5,16 5,95 5,72 5,72 5,84 5,86 5,07 4,4 4,11 4,85
B9 Pagi 4,28 4,91 4,67 4,3 4,25 4,12 3,97 3,97 4,92 4,05 4,58 4,86 5,44 4,18
Malam 5,43 6,48 5,72 5,56 5,61 5,09 5,09 5,04 5,71 4,98 4,56 3,95 5,06 4,81
IMTB 3 Pagi 5,12 4,74 4,81 4,57 4,56 4,91 4,29 4,06 4,06 4,29 4,21 5,34 4,74
Malam 5,85 5,96 5,52 5,72 4,25 5,68 4,3 5,2 5,2 5,32 4,43 4,95 4,55
IMTB 7 Pagi 5,26 4,62 4,52 4,5 4,71 4,59 4,19 4,18 4,18 4,18 4,05 4,72 5,27
Malam 5,48 6,13 5,4 5,32 4,67 5,57 4,25 5,19 5,19 4,91 4,02 4,77 4,87
IMTB 8 Pagi 5,6 4,51 4,31 4,61 4,36 4,76 4,37 4,27 4,27 4,36 4,22 5,26 4,73
Malam 4,9 5,4 5,1 4,9 5,9 5,3 4,4 5,1 5,1 5,5 3,96 4,42 4,29
IMTB 9 Pagi 5,3 4,92 4,28 4,73 4,81 4,38 4,28 4,19 4,19 4,25 4,34 4,82 4,13 4,65
Malam 5,5 6,1 5,9 5,8 5,2 5,7 4,3 5,2 5,2 5,2 3,86 4,52 3,75 4,64
60
6. Pengukuran alkalinitas
Mingg
Kolam
u
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
B4 107 103 103 108 120 124 136 152 148 144 152 140
B5 115 111 110 124 132 140 152 144 140 136 144
B6 103 99 102 120 128 136 144 140 140 144 148
B7 107 115 102 120 128 140 148 136 140 132 136 156 156 136
B8 107 103 102 116 132 140 148 124 136 136 140 132
B9 115 103 114 128 128 140 148 128 140 140 152 144 152 124
IMTB 3 111 115 115 114 120 136 152 144 124 124 124 140 144
IMTB 7 111 111 115 106 128 136 140 148 124 124 124 124 120
IMTB 8 115 107 107 110 116 124 140 148 120 140 140 152 152
IMTB 9 111 115 115 114 124 136 148 144 120 120 120 132 128 116
61
Lampiran 6 Form Data Panen
Harga Total
Peta DO Jumlah Tebar Total Biomassa Total Pakan Total Pendapatan Pertahun
Size Penjualan/K Penjualan
k C (ekor) (kg) (kg) (Rp)
g (Rp) /siklus
51.6
B4 82 532.800 3 7.893,83 12.678 60.000 473.629.800 1.420.889.400
57.2
B5 77 466.200 4 4.351,36 8.846,50 58.000 252.378.880 757.136.640
56.1
B6 77 478.800 8 5.150,54 9.354,50 58.000 298.731.120 896.193.360
40.3
B7 98 618.800 0 10.547,18 17.008,50 69.000 727.755.420 2.183.266.260
52.8
B8 84 533.800 4 6.037,58 10.693 60.000 362.254.800 1.086.764.400
54.9
B9 98 528.200 1 3.980,62 10.566,00 60.000 238.837.200 716.511.600
IMB 54.9
3 84 230.400 3 2.950,06 5.219 60.000 177.003.600 531.010.800
47.9
IMB7 85 230.000 3 3.069,80 5.185 63.000 193.397.400 580.192.200
50.8
IMB8 85 326.000 7 4.567,80 6.888,50 60.000 274.068.000 822.204.000
41.9
IMB9 94 230.000 1 3.617,48 6.300 66.000 238.753.680 716.261.040
3.236.809.90
TOTAL 52.166,25 92.739 614.000 0 9.710.429.700
62
Lampiran 7 Biaya Investasi
Umur
Penyusutan Penyusutan
No Nama Barang Jumlah Harga satuan Harga Total Ekonomi Nilai Sisa
Pertahun Persiklus
s
1 Kincir 186 4.500.000 837.000.000 5 900.000 167.220.000 55.740.000
2 Automatic feeder 17 5.600.000 95.200.000 5 1.120.000 18.816.000 6.272.000
3 Generator 500 Kva 1 600.000.000 600.000.000 5 120.000.000 96.000.000 32.000.000
4 Pipa Paralon 10 Inch 1 615.000 615.000 2 307.500 153.750 51.250
5 Pipa Paralon 8 Inch 20 315.000 6.300.000 3 105.000 2.065.000 688.333
6 Pompa Sentrifugal 1 26.835.000 26.835.000 7 3.833.571 3.285.918 1.095.306
7 Pompa Summersible 1 1.050.000 1.050.000 2 525.000 262.500 87.500
8 Mobil L300 1 80.000.000 80.000.000 10 8.000.000 7.200.000 2.400.000
9 motor 1 18.000.000 18.000.000 4 4.500.000 3.375.000 1.125.000
Timbangan Duduk
10 1 700.000 700.000 3 233.333 155.556 51.852
Pakan
11 Timbangan Digital 1 43.000 43.000 1 43.000 - -
12 DO Meter 1 25.000.000 25.000.000 3 8.333.333 5.555.556 1.851.852
13 Refraktometer 1 2.000.000 2.000.000 1 2.000.000 - -
14 pH Meter 1 1.700.000 1.700.000 1 1.700.000 - -
15 Jala 2 300.000 600.000 2 150.000 225.000 75.000
16 Selang Spiral 4 45.000 180.000 1 45.000 135.000 45.000
17 Kolam 10 250.000.000 2.500.000.000 5 50.000.000 490.000.000 163.333.333
17 Lahan 1 1.600.000.000 1.600.000.000 -
Total 2.616.703.000 5.795.223.000 201.795.738 794.449.279 101.483.093
63
1. biaya tetap
2. Perhitungan Listrik
64
Lampiran 9 biaya tidak tetap
No Nama Barang Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total/ Siklus (Rp) Harga Total/Tahun (Rp)
65
Lampiran 10 Hitungan Analisis Finansial Per Tahun
a. Biaya total (Operasional) = Biaya tetap + Biaya variabel
= 1.132.225.020 + 6.732.296.265
= 7.864.521.285
66