Anda di halaman 1dari 26

i

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KOMPOS DI RW 02 KELURAHAN TENGKERANG LABUAI

Oleh :

LEON CANDRA, SKM, M.Kes


FAJAR SURYA RAMADHAN. HR
M. ILHAM RODOLVO ALDO
SINTIA RAMADANI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
TAHUN 2019

i
ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Penyuluhan Kompos


Bidang Ilmu : Kesehatan Masyarakat
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Leon Candra, SKM, M.Kes
b. NIP/NIDN : 1016108801
c. Pangkat/Golongan :
d. Jabatan Fungsional/Struktural :
e. Sedang Melakukan Pengabdian : Tidak
f. Program Studi : Kesehatan Masyarakat
g. Bidang Keahlian : MARS
h. Alamat Kantor/Telp./Fax/Email : Jl. Mustafa Sari, No. 05 Tangkerang Selatan
i. Alamat Rumah/Telp./Fax/Email :
3. Jumlah Anggota : 3 Orang
a. Nama Anggota : Fajar Surya Ramadhan. HR
b. Nama Anggota : M. Ilham Rodolvo Aldo
c. Nama Anggota : Sintia Ramadani
4. Jangka Waktu Kegiatan : 1 hari
5. Bentuk Kegiatan : Penyuluhan
6. Lokasi Kegiatan : RW 02 Kelurahan Tengkerang Labuai
7. Biaya yang Diperlukan
a. Sumber Dana Mandiri : Rp. 300.000,00

Pekanbaru, 4 Januari 2020

Mengetahui :
Ketua STIKes Hangtuah Pekanbaru Ketua Pelaksana

(A. Hanafi, SKM, M.Kes) (Leon Candra, SKM, M.Kes)


No. Reg. 10306114265 NIDN. 1016108801

Menyetujui :
Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
STIKes Hangtuah Pekanbaru

(Nurlisis, SKM, M.Kes)


No Reg. 10306109143

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga laporan pengabdian kepada masyarakat ini dapat

dilaksanakan dengan baik.

Suksesnya kegiatan ini merupakan wujud bantuan dari semua pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pengurus Yayasan Hang Tuah Pekanbaru

2. Bapak A. Hanafi, SKM, M. Kes, selaku Ketua STIKes Hang Tuah Pekanbaru

3. Bapak A. Satria Efendi, SKM, M. Kes selaku Ketua Prodi Kesmas

4. Rekan-rekan sekantor yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

5. Mahasiswa Kesmas Hang Tuah Pekanbaru, Terima Kasih atas kerja samanya.

Penulis menyadari bahwa laporan pengabdian pada masyarakat ini belum sempurna,

untuk itu saran yang membangun diharap guna kemajuan dan kesejahteraan hidup umat

manusia, amin ya robbal alamin.

Pekanbaru, 4 Januari 2020

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Pengabdian ................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................. 3
1.4 Manfaat Pengabdian ............................................................... 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................ 3
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kompos ................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Kompos ...................................................... 5
2.1.2 Proses Pengomposan .................................................. 5
2.1.3 Faktor yang Memperngaruhi Kompos .......................... 6
2.1.4 Komposisi Bahan Baku Kompos .................................. 8
2.2 Pengetahuan ........................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Pengetahuan .............................................. 9
2.2.2 Tingkat Pengetahuan ................................................... 9
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................... 11

BAB III MATERI DAN SAP


3.1 Materi ...................................................................................... 12
3.2 SAP ......................................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ........................................................................................ 45
4.2 Pembahasan ........................................................................... 51

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 71
5.2 Saran ...................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik maupun

anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman (Sastrawijaya, 2009). Tanah

mengalami pencemaran apabila ada bahanbahan asing, baik yang bersifat organik maupun

bersifat anorganik berada di permukaan tanah yang menyebabkan tanah menjadi rusak dan

tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia (Wardhana, 2004).

Salah satu polutan tanah yaitu pupuk anorganik/sintetik (buatan pabrik). Pupuk

anorganik digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian. Pupuk anorganik banyak

digunakan oleh petani, hal ini dikarenakan lebih efisien dan efektif dibanding dengan pupuk

organik. Namun apabila pupuk anorganik digunakan secara berlebih akan menjadi pencemar

tanah (Trisnawati, 2018).

Salah satu solusi pencemaran tanah yaitu mengolah sampah organik menjadi pupuk

organik. Kompos adalah salah satu pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi peningkatan

produksi pertanian baik kualitas dan kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan dan

meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan (Hiola, 2015). Selain itu sistem

pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: kompos merupakan jenis pupuk

yang ekologis ramah lingkungan, bahan yang dipakai tersedia (tidak perlu dibeli) dan dapat

sendiri oleh masyarakat secara mudah sehingga membantu perekonomian. Bahan-bahan

pembuatan kompos antara lain sampah-sampah organik seperti limbah organik rumah tangga,

daun-daun yang jatuh dari pohon, sisa-sisa sayur buah dari pasar dan sebagainya (Trisnawati,

2018).

1
2

Kecamatan Bukit Raya juga merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota

Pekanbaru yang terdiri atas 4 Kelurahan, 58 Rukun Warga (RW), dan 245 Rukun Tetangga

(RT). Luas Kecamatan Bukit Raya adalah 22.05 km2. Kelurahan Tengkerang Labuai merupakan

salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bukit Raya.

Identifikasi masalah adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk menyusun suatu

rencana kegiatan. Masalah-masalah yang ditemukan pada masyarakat kemudian perlu

diidentifikasi secara jelas dan spesifik dengan memfokuskan pada wilayah kerja dimana sumber

daya setempat dapat mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hasil observasi selama ± 1

minggu serta usulan dari perangkat desa dan tokoh masyarakat RW 02 Kelurahan Tengkerang

Labuai maka dirumuskan dalam bentuk program kerja yang diharapkan dapat memecahkan

dan menanggulangi permasalahan yang terjadi pada RW 02 Kelurahan Tangkerang Labuai. Inti

dari observasi yang dilakukan adalah mengenai kondisi geografis dan demografis, kondisi

sosial ekonomi, budaya masyarakat setempat serta berbagai permasalahan lainnya.

Adapun masalah yang teridentifikasi setelah melakukan observasi yaitu pada bidang

lingkungan sehingga penulis berinisiatif melakukan program kerja untuk mengatasi

permasalahan – permasalahan tersebut. Masalah – masalah yang telah teridentifikasi melalui

survei lokasi pada minggu pertama dan saran dari perangkat desa dan tokoh masyarakat,

selanjutnya ditindak-lanjuti dengan cara mencari pemecahan masalahnya. Penetapan

pemecahan masalah untuk masalah yang teridentifikasi sebelumnya disesuaikan dengan

kemampuan yang dimiliki dalam hal tenaga, waktu, maupun materi.

Adapun pemecahan masalah berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di

atas yaitu karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pembuatan pupuk

kompos dari bahan-bahan organik, khususnya dari limbah sayuran dengan baik dan benar.

Sehingga perlu diadakan kegiatan Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos di Keluruhan

Labukkang. Kegiatan pelatihan ini diadakan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana

cara membuat pupuk kompos dari limbah sayuran. Dan juga masyarakat dapat membuat
3

sendiri pupuk kompos agar limbah sayuran yang tidak dipakai tidak langsung dibuang

melainkan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk kompos.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan survei awal yang di lakukan di RW 02 Kelurahan Tengkerang Labuai,

diperoleh rumusan masalah yaitu upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pembuatan kompos di wilayah RW 02 Kelurahan Tangkerang Labuai Tahun 2019.

1.3 Tujuan Pengabdian

1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pembuatan kompos di wilayah RW 02

Kelurahan Tangkerang Labuai Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pembuatan kompos.

2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengelolah dan memanfaatkan

limbah sayuran agar tidak terjadinya pencemaran lingkungan.

3) Meningkatkan keterampilan dan kemandirian masyarakat dalam pembuatan pupuk

kompos dengan baik dan benar.

1.4 Manfaat Pengabdian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi Ilmu Kesehatan

Masyarakat pada mata kuliah Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat.


4

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Pemerintah, diharapkan hasil pengabdian ini dapat digunakan sebagai bahan

evaluasi dan masukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam

pembuatan kompos.

2) Bagi Masyarakat, memberikan informasi tentang pentingnya untuk menciptakan

lingkungan yang bersih dan sehat salah satunya dengan pembuatan kompos.

3) Bagi Penulis, sebagai bentuk pengalaman nyata dalam menerapkan konsep teori

dengan riset di lapangan dan sebagai bahan informasi dalam memperluas atau

memperkaya wawasan bagi peneliti maupun pembaca atau pemerhati kesehatan

masyarakat khususnya tentang menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat

dengan pembuatan kompos.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompos

2.1.1 Pengertian Kompos

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang dapat

memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air, kimia tanah dan

biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa

– sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing,

ayam, itik), arang sekam, abu dapur dan lain – lain (Rukmana, 2007).

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting

dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Penggunaan

kompos/pupuk organik pada tanah memberikan manfaat diantaranya menambah kesuburan

tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi

tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman,

memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu dalam tanah

menjadi lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut

oleh air dan memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah. Untuk memperoleh

kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan pada proses pengomposan dan kematangan

kompos, dengan kompos yang matang maka frekuensi kompos akan meracuni tanaman akan

rendah dan unsur hara pada kompos akan lebih tinggi dibanding dengan kompos yang belum

matang (Rukmana, 2007).

2.1.2 Proses Pengomposan

Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) bahan organik oleh

mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkontrol dengan hasil akhir berupa humus

5
6

dan kompos (Murbandono, 2008). Pengomposan bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan

mikroba agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Selain itu,

pengomposan juga digunakan untuk menurunkan nisbah C/N bahan organik agar menjadi

sama dengan nisbah C/N tanah (10-12) sehingga dapat diserap dengan mudah oleh tanaman.

Agar proses pengomposan berlangsung optimum, maka kondisi saat proses harus dikontrol.

Berdasarkan ketersediaan oksigen bebas, mekanisme proses pengomposan dibagi

menjadi 2, yaitu pengomposan secara aerobik dan anaerobik. Pengomposan secara aerobik

merupakan proses pengomposan yang memerlukan ketersediaan oksigen. Oksigen diperlukan

oleh mikroorganisme untuk merombak bahan organik selama proses pengomposan

berlangsung. Sedangkan pengomposan secara anaerobik merupakan proses pengomposan

yang tidak memerlukan ketersediaan oksigen, namun hanya memerlukan tambahan panas dari

luar (Susanto, 2002).

Kualitas kompos ditentukan oleh tingkat kematangan kompos seperti : warna, tekstur,

bau, suhu, pH, serta kualitas bahan organik kompos. Bahan organik yang tidak terdekomposisi

secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman.

Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya

persaingan penyerapan bahan nutrient antara tanaman dan mikroorganisme tanah. Menurut

Susanto (2002), keadaan tersebut dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman.

Kompos yang berkualitas baik diperoleh dari bahan baku yang bermutu baik. Kompos yang

berkualitas baik secara visual dicirikan dengan warna yang cokelat kehitaman menyerupai

tanah, bertekstur remah, dan tidak menimbulkan bau busuk.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kompos

1) Rasio C/N

Rasio C/N merupakan perbandingan dari unsur karbon (C) dengan nitrogen (N) yang

berkaitan dengan metabolisme mikroorganisme pengurai dalam proses

pengomposan. Selama proses pengomposan, mikroorganisme pengurai


7

membutuhkan karbon (C) sebagai sumber energi dan nitrogen (N) sebagai zat

pembentuk sel mikroorgnasime. Jika rasio C/N tinggi, maka aktivitas mikroorganisme

pengurai akan berjalan lambat untuk mendekomposisi bahan organik kompos

sehingga waktu pengomposan menjadi lebih lama. Sedangkan apabila rasio C/N

rendah, maka nitrogen yang merupakan komponen penting pada kompos akan

dibebaskan menjadi ammonia dan menimbulkan bau busuk pada kompos

(Djuarnani, 2005).

2) Ukuran Bahan

Ukuran bahan baku kompos berpengaruh terhadap proses pengomposan, sebab

ukuran partikel menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Menurut

Yuwono (2006), ukuran bahan yang baik digunakan untuk proses pengomposan

adalah 5-10 cm. Bahan kompos yang berukuran kecil akan cepat didekomposisi oleh

mikroorganisme pengurai sehingga proses pengomposan berjalan lebih cepat.

3) Mikroorganisme Pengurai

Pada proses pengomposan, mikroorganisme pengurai membutuhkan karbon (C)

serta nitrogen (N) untuk metabolismenya. Unsur karbon digunakan sebagai sumber

tenaga oleh mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan-bahan organik kompos,

sedangkan unsur nitrogen digunakan sebagai sumber makanan serta nutrisi untuk

pertumbuhan. Menurut Djuarnani (2005), mikroorganisme pengurai mempunyai

beberapa fungsi selama proses pengomposan berlangsung. Berdasarkan fungsinya,

mikroorganisme mesofilik yang hidup pada suhu rendah (25-45⁰C) berfungsi untuk

merombak bahan-bahan kompos menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga

mempercepat proses pengomposan. Sedangkan mikroorganisme termofilik yang

hidup pada suhu tinggi (45-65⁰C) berfungsi untuk mengonsumsi karbohidrat dan

protein sehingga bahan kompos dapat terdekomposisi dengan cepat.


8

4) Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) dalam tumpukan kompos berpengaruh terhadap aktivitas

mikroorganisme pengurai. Kisaran pH yang optimum pada proses pengomposan

aerob adalah 6,0-8,0. Jika nilai pH terlalu tinggi (basa) akan menyebabkan nitrogen

dalam tumpukan kompos hilang akibat proses volatilisasi (perubahan menjadi

ammonia). Sedangkan apabila nilai pH terlalu rendah (asam), akan mengakibatkan

sebagian mikroorganisme pengurai mati (Yuwono, 2006).

5) Pembalikan Tumpukan

Bahan Pembalikan pada tumpukan bahan kompos bertujuan untuk mencampur

bahan baku kompos agar lebih homogen dan mencegah terjadinya penggumpalan di

permukaan tumpukan bahan kompos, sehingga proses pengomposan berlangsung

lebih cepat. Pembalikan sebaiknya dilakukan dengan cara pemindahan lapisan atas

ke lapisan tengah, lapisan tengah ke lapisan bawah dan lapisan bawah ke lapisan

atas. Maka dari itu, proses pembalikan perlu dilakukan minimal 1 minggu sekali agar

campuran bahan kompos tidak mengeras (Sidabutar, 2012).

2.1.4 Komposisi Bahan Baku Kompos

Komposisi bahan baku kompos yang terdiri dari pencampuran bebagai bahan organik

merupakan faktor penting untuk menghasilkan kompos dengan kualitas baik serta mempunyai

kandungan unsur hara yang lengkap. Material bahan organik yang ditambahkan dapat

berbentuk substrat basah yang berasal dari lumpur, jerami, serbuk gergaji, serta sampah

organik.

Menurut Indriani (2011), pengomposan dari beberapa macam bahan organik dapat

mempercepat laju dekomposisi kompos serta menambah kandungan unsur hara dari kompos

yang dihasilkan. Pengomposan bahan organik yang berasal dari limbah tanaman dapat

berlangsung lebih cepat apabila ditambahkan dengan kotoran hewan. Beberapa limbah

tanaman, seperti jerami memiliki kandungan karbon, selulosa, serta lignin yang tinggi sehingga
9

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk didekomposisi. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Budiarta (2016) yang menyatakan bahwa proses pengomposan limbah tanaman padi

(jerami) yang hanya ditambahkan larutan bioaktivator tanpa adanya campuran bahan organik

lain membutuhkan waktu dekomposisi selama 84 hari, sehingga penambahan kotoran hewan

yang mengandung nitrogen tinggi penting dilakukan agar proses pengomposan dapat

berlangsung lebih cepat. Menurut Atmaja (2016), pengomposan limbah tanaman padi (jerami)

yang ditambahkan dengan kotoran ayam membutuhkan waktu dekomposisi selama 63 hari.

Selain mempercepat waktu pengomposan, penambahan bahan organik juga bertujuan

untuk menghasilkan kompos dengan rasio C/N yang sesuai dengan rasio C/N tanah (10-12).

Menurut Yuwono (2006), hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membuat perbandingan

yang bervariasi, misalnya satu bagian bahan yang mempunyai kandungan unsur karbon tinggi

dengan 2 bagian bahan yang mengandung karbon rendah.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007)

mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
10

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi – formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu
11

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Sukanto (2000)

antara lain :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas.

c. Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu

yang bersifat informal.

e. Sosial Ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi

tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan.


BAB III

MATERI DAN SAP

3.1 Materi

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan di Lapangan Volley Jl. Firdaus No. 01 RW 02

Kelurahan Tengkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru pada tanggal 15

Desember 2019 dengan melibatkan mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat.

Penyuluhan ini dilakukan dengan melakukan penyuluhan tentang cara pembuatan kompos dan

komposter. Setelah mengadakan penyuluhan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Sasaran utama dalam penyuluhan ini adalah masyarakat RW 02 Kelurahan Tangkerang

Labuai. Kegiatan ini dihadiri 15 orang.

Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan speaker dan media leaflet.

3.2 SAP

No Kegiatan Penyuluhan Metode Media Waktu Narasumber

1 Pembukaan Ceramah a. Mic 5 menit Moderator


a. Mengucapkan salam b. Speaker
b. Memperkenalkan diri
c. Kata sambutan
d. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
e. Menyebutkan topik
penyuluhan

2 Pelaksanaan Ceramah a. Mic 10 menit Pembicara


a. Menjelaskan materi b. Speaker
penyuluhan c. Leaflet
b. Menjelaskan tentang
kompos dan
manfaatnya
c. Menjelaskan cara
pembuatan komposter
d. Menjelaskan cara
pembuatan kompos

12
13

3 Evaluasi Ceramah a. Mic 5 menit Pembicara


a. Menyampaikan b. Speaker
pertanyaan
b. Memberikan
kesempatan bertanya

4 Penutup Ceramah a. Mic 5 Menit Pembicara


a. Menyimpulkan materi b. Speaker
penyuluhan
b. Mengucapkan terima
kasih
c. Mengucapkan salam
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1) Pre test

Pada pre test lisan yang diberikan penyuluhan beberapa warga dapat menjawab

pertanyaan penyuluhan tetapi jawaban yang diberikan kurang tepat walaupun sudah

benar. Berikut pertanyaan pre test yang diberikan :

a. Apa itu Kompos?

b. Bahan apa saja yang bisa digunakan untuk membuat kompos?

c. Apa saja manfaat kompos bagi kehidupan?

2) Post test

Setelah penyuluhan penyluhan berakhir dan sesi tanya jawab dibuka sebagian besar

warga bisa menjawab pertanyaan yang diberikan, selain itu ada juga mengajukan

pertanyaan kepada penyuluh. Ada pun pertanyan yang diberikan sebagai berikut:

a. Apakah air lindi bisa digunakan sebagai pupuk cair?

b. Apakah media sebagai wadah komposter bisa diganti dengan wadah lain?

c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai kompos bisa di panen?

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penyuluhan dapat dilihat adanya perbedaan tingkat pengetahuan.

Saat pembicara bertanya di awal penyuluhan hanya beberapa orang warga yang bisa

menjawab pertanyaan walaupun masih kurang tepat. Namun setelah penyuluhan berakhir

sebagian besar warga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar.

14
15

Berdasarkan hasil pre test dan post test tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar warga belum mengetahui dengan baik mengenai Kompos. Hal ini dapat dikarenakan

kurangnya tingkat pengetahuan, dimana kurangnya pengetahuan merupakan faktor penyebab

kurangnya kesadaran warga dalam menggunakan kompos.

Sebagian besar peserta yang belum memiliki pengetahuan dengan baik tentan Kompos

setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan peserta meningkat, hal ini dapat dilihat dari

hasil post test lisan yang diberikan pembicara.

Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan warga lebih mengetahui tentang Kompos

dan memanfaatkannya dengan baik.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dilakukannya pengabdian masyarakat di lokasi

adalah sebagai berikut :

a) Masyarakat masih kurang pengetahuannya mengenai pengelolaan dan pemanfaatan

limbah sayuran dalam hal pembuatan pupuk kompos. Sehingga limbah sayur pun

dibuang langsung dan tidak diolah. Padahal hal tersebut dapat mencemari lingkungan.

b) Masyarakat memiliki potensi untuk mengelolah limbah sayuran yang dimana limbah

tersebut dapat diolah menjadi pupuk kompos. Sehingga masyarakat dapat membuat

sendiri pupuk kompos dirumah dan dapat dipakai sendiri maupun dapat dijual di pasar –

pasar atau toko-toko.

5.2 Saran

a) Diperlukan kesadaran masyarakat agar dapat menjaga lingkungan dengan mengelola

limbah organik yang dapat merusak lingkungan.

b) Diperlukan keterampilan masyarakat dalam mengelola limbah untuk dimanfaatkan

kembali, seperti pembuatan pupuk kompos.

16
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, K., Tika, W., Anom, S. (2016). Pengaruh Perbandingan Komposisi Jerami dan Kotoran
Ayam Terhadap Kualitas Pupuk Kompos. Jurnal Beta (Biosistem dan Teknik Pertanian).
Volume 5, Nomor 1, Januari, 2017

Djuarnani, N., (2005). Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Hiola, Rama & Hiola, Reni. (2015). Teknologi pembuatan pupuk kompos dari sampah rumah
tangga. Universitas Negeri Gorontalo.

Indriani, Y. H. (2011). Membuat Kompos Secara Kilat. Yogyakarta: Penebar Swadaya.

Murbandono, L., (2008). Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Rukmana, R. (2007). Bertanam Chinese cabbage dan Sawi Putih. Yogyakarta: Kanisius.

Sidabutar, N.V. (2012). Peningkatan Kualitas Kompos UPS Permata Regency Dengan
Penambahan Kotoran Ayam Menggunakan Windrow Composting. Universitas Indonesia

Sukanto, (2000). Organisasi Perusahaan, Teori Struktur dan Perilaku.Togyakarta: Badan


Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Susanto, R., (2002). Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.

Sastrawijaya, T. (2009). Pencemaran lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta

Wardhana, W.A. (2004). Dampak pencemaran lingkungan. Jakarta: Andi

Yuwono T. (2006). Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta: Andi.
FOTO KEGIATAN

GAMBAR 1. KEGIATAN PENYULUHAN

GAMBAR 2. KEGIATAN PENYULUHAN


GAMBAR 3. KEGIATAN PENYULUHAN

GAMBAR 4. SPANDUK KEGIATAN


GAMBAR 5. FOTO BERSAMA DENGAN DOSEN

GAMBAR 6. KEGIATAN FOTO BERSAMA DENGAN WARGA


APA ITU KOMPOS? MANFAAT KOMPOS
KOMPOSTER BAGI TANAH
DAN PUPUK kompos adalah pupuk
 Meningkatkan kesuburan
campuran yang terdiri atas
KOMPOS bahan organik (seperti tanah
daun dan jerami yang  Memperbaiki struktur dan
membusuk) dan kotoran karakteristik tanah
hewan.  Meningkatkan kapasitas
serap air tanah
Kompos merupakan pupuk  Meningkatkan aktivitas
alami (organik) yang dapat mikroba tanah
dibuat dari bahan-bahan  Meningkatkan kualitas hasil
hijau dan bahan organik panen (rasa, nilai gizi, dan
lainnya yang ditambahkan jumlah panen)
dengan sengaja sehingga  Menyediakan hormon dan
proses pembusukan akan vitamin bagi tanaman
lebih cepat.  Menekan
OLEH
pertumbuhan/serangan
penyakit tanaman
MAHASISWA
 Meningkatkan
IKM B REGULER
retensi/ketersediaan hara di
STIKES HANGTUAH dalam tanah
PEKANBARU
PEMBUATAN PEMBUATAN KOMPOS
KOMPOSTER
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan
 Sampah sayur
 2 buah ember  Sampah buah
 Paku / bor  Sampah makanan

Cara Membuat Cara Pembuatan

 Lubangi bagian bawah  Siapkan sampah yang akan


salah satu ember yang digunakan untuk membuat
akan digunakan sebagai kompos
tempat meletakan  Cacah sampah menjadi
bagian yang lebih kecil.
kompos untuk
 Masukan kedalam
mengalirkan air sampah. komposter.
 Tumpuk kedua ember  Pantau dan keluarkan air
dengan ember yang sampah setiap beberapa
sudah di lubangi berada hari sekali.
di bagian atas.  Kompos akan bisa dipanen
setelah sekitar sebulan
ketika warna dan bentuknya
sudah menyerupai tanah.

Anda mungkin juga menyukai